Persepsi Pasien Terhadap Keterampilan Interpersonal Dokter Lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam Komunikasi Dokter-Pasien di Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan

(1)

KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN DI KLINIK MAKMUR

JAYA CIPUTAT, TANGERANG SELATAN

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

Annisa Zakiroh

1111103000033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

dan karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.

Laporan penelitian ini berjudul “Persepsi Pasien Terhadap Keterampilan Interpersonal Dokter Lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam Komunikasi Dokter-Pasien di Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan”. Dalam penyusunan laporan penelitian ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Prof. DR. (hc). Dr. M.K. Tadjudin, SpAnd selaku Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Witri Ardini,M. Gizi, Sp.GK selaku ketua Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Fika Ekayanti, M.Med.Ed selaku dosen pembimbing I dan dr. Lady CC Koesoema, SpKK sebagai pembimbing II yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan saya dalam pengerjaan penelitian dan penyususnan laporan penelitian ini. 4. dr. Risahmawati, Ph.D dan dr. Bisatyo Mardjikoen, Sp.OT selaku penguji

sidang riset yang memberi banyak masukan pada revisi laporan penelitian ini.

5. dr. Flori Ratnasari Ph.D selaku penanggung jawab riset Pendidikan Dokter 2011 yang selalu membantu pelaksanaanproses penelitian dan mengingatkan kami untuk segera menyelesaikan penelitian.

6. Bapak, Ibu dosen dan segenap Civitas Akademika FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis.


(6)

vi

proses pengumpulan data di lokasi penelitian.

8. Ibunda Mundjilah, Amd.Keb, sumber kekuatan utama penulis yang selalu memberikan motivasi baik moril maupun materil, kasih sayang dan doatiada henti yang tulus kepada penulis.Ayahanda (Alm.) Suharyono, sosok panutan yang meninggalkan banyak kebaikan dan kekuatan dalam diri penulis, semoga Allah SWT menempatkan Bapak disisi terbaik-Nya. Serta kakak-kakak penulis yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil hingga penelitian ini selesai.

9. Avissa Mada, Wulan Roudotul, Silmi Lisani, Farah Nabilla, Rissa Adinda dan Riwi Bedori yang telah menjadi teman terbaik penulis selama menempuh pendidikan dan memberikan banyak sekali dukungan dan bantuan tidak ternilai selama mengerjakan penelitian.

10.Teman-teman seangkatan penulis di Program Studi Pendidikan Dokter 2011 yang telah berbagi banyak ilmu dan kebersamaan selama tiga tahun terakhir ini.

11.Teman-teman dan pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Ciputat, 8 September 2014


(7)

vii

Interpersonal Dokter Lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam Komunikasi Dokter-Pasien di Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan.

2014.

Latar belakang: Keterampilan interpersonal yang baik dalam komunikasi dokter-pasien dapat memberikan hasil pengobatan yang baik dan meningkatkan kepuasan pasien. FKIK UIN Syarif Hidayatullah (FKIK UINSH) memiliki kurikulum Dokter Muslim yang salah satu tujuannya adalahmeningkatkan keterampilan interpersonal islami pada lulusannya. Tujuan: Mengetahui persepsi pasien terhadap keterampilan interpersonal dokter lulusan dan bukan lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah (UINSH) Jakarta di Klinik Makmur Jaya Ciputat.

Metode: Disain penelitian ini adalah cross sectional dengan teknik pengambilan sampel

purposive sampling dan total sampel 204. Data dikumpulkan menggunakan kuesionerpada Juli-Agustus 2014 dan dianalisa dengan SPSS 16 menggunakan Chi square test.Hasil:Dokter lulusan FKIK UINSH menunjukkan keterampilan interpersonal yang lebih baik (76,9%) dibanding dokter bukan lulusan FKIK UINSH (69,7%). Terdapat perbedaan persepsi pasien yang signifikan (p=0,000) terhadap keterampilan interpersonalantara dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UINSH di Klinik Makmur Jaya Ciputat.

Kesimpulan: Persepsi pasien terhadap keterampilan interpersonal dokter lulusan FKIK UINSH lebih tinggi dibanding dengan dokter bukan lulusan FKIK UINSH di Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan.


(8)

viii

Jaya Clinic Ciputat, South Tangerang. 2014.

Background: Good interpersonal skill on doctor-patient communication can give positive

result of therapy and improve patients’ satisfication. Faculty of Medicine and Health Science Islamic State University Syarif Hidayatullah has Moslem Doctor Curriculum as an effort to increase islamicinterpersonal skill to their graduates.

Aim: To identify patients’ perception on doctor’s interpersonal skills in doctor-patient communication between doctor who graduated and isn’t graduated from Faculty of Medicine and Health Science Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta at Makmur Jaya Clinic Ciputat, South Tangerang.

Method: The study design was cross sectional using purposive sampling technique and total samples were 204. Data was gathered using questionnaires within July-August 2014and analyzed by SPSS 16 using Chi square test.

Results: Doctor who graduated from Faculty of Medicine and Health Science Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta shows good interpersonal skill (76,9%)

better than doctor who isn’t graduated (69,7%). There was significant difference (p=0,000)of patients’ perception on doctor’s interpersonal skills between doctor who

graduated and isn’t graduated from Faculty of Medicine and Health Science Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta.

Conclusion: Patients’ perception of doctor’s interpersonal skill on doctor who graduated is higher than doctor who isn’t graduatedfrom Faculty of Medicine and Health Science Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta in Makmur Jaya Clinic Ciputat. Keywords: patients’ perception, interpersonal skills, doctor-patient comunication.


(9)

ix

LEMBAR PERNYATAAN ... LEMBAR PERSETUJUAN ... LEMBAR PENGESAHAN ... KATA PENGANTAR ... ABSTRAK ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ... 1.2 Rumusan masalah ... 1.3 Hipotesis ... 1.4 Tujuan penelitian ... 1.4.1 Tujuan umum ... 1.4.2 Tujuan khusus ... 1.5 Manfaat penelitian ... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keterampilan Interpersonal…... 2.2 Komunikasi... ... 2.3 Komunikasi Dokter-Pasien... 2.4 Komunikasi Efektif Dokter-Pasien... 2.5 Kurikulum Pendidikan Profesi Dokter Indonesia ... 2.6 Kurikulum Dokter Muslim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta... 2.7 Kerangka/Landasan Teori... 2.8 Kerangka Konsep... 2.9 Definisi Operasional...

ii iii iv v vii ix xi xiii xiv 1 3 4 4 4 4 4 6 12 13 17 23 26 31 32 32


(10)

x

3.3.Populasi dan Sampel Penelitian ... 3.4.Cara Kerja Penelitian ... 3.5.Variabel Yang Diteliti... 3.6.Manajemen Data ... BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

33 33 34 35 37 59 61 64


(11)

xi

Tabel 2.9. Definisi Operasional ... 32

Tabel 3.2.1.Timeline Penelitian ... 33

Tabel 4.1.3.1 Distribusi Responden Penelitian ... 39

Tabel 4.1.3.2 Deskripsi Dokter ... 40

Tabel 4.1.3.3 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Menunjukkan Pemahaman Atas Perasaan Pasien ... 41

Tabel 4.1.3.4 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Menenangkan Pasien Saat Mengeluhkan Sakit Yang Dirasakan ... 41

Tabel 4.1.3.5 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Menjelaskan Dengan Bahasa Yang Sederhana Tentang Penyakit Pasien ... 42

Tabel 4.1.3.6 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Meyakinkan Pasien Bahwa Pasien Akan Baik-baik Saja ... 42

Tabel 4.1.3.7 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Menjelaskan Pengobatan Yang Harus Pasien Lakukan Dengan Gamblang ... 43

Tabel 4.1.3.8 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Keterbukaan Dokter Dalam Menerima Pendapat Pasien ... 44

Tabel 4.1.3.9 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemauan Dokter Memberi Kesempatan Bagi Pasien Untuk Bertanya... 44

Tabel 4.1.3.10 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemauan Dokter Mengapresiasi Tindakan dan Jenis Pengobatan Yang Pernah Pasien Lakukan Sebelumnya ... 45

Tabel 4.1.3.11 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Terlihat Tenang Selama Pemeriksaan dan Menenangkan Pasien ... 45

Tabel 4.1.3.12 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Memperhatikan Pasien Saat Pasien Bicara ... 46

Tabel 4.1.3.13 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Menjelaskan Diagnosis Dengan Suara Tegas ... 46


(12)

xii

Tabel 4.1.3.15 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Menjelaskan Seluruh Prosedur Pengobatan Dengan Sabar ... 48 Tabel 4.1.3.16 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Ketidakseganan Dokter Bertanya Tentang Keadaan Keluarga Pasien ... 48 Tabel 4.1.3.17 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemauan Dokter Menanyakan Daerah Tempat Tinggal Pasien ... 49 Tabel 4.1.3.18 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Mengingat Nama Pasien Dengan Baik ... 49 Tabel 4.1.3.19 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Memberi Penjelasan Yang Lengkap Tentang Penyakit Yang Pasien Derita ... 50 Tabel 4.1.3.20 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Menunjukkan Kepedulian Pada Kesembuhan Pasien ... 51 Tabel 4.1.3.21Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemauan Dokter Menyapa Pasien Dengan Memanggil Nama ... 51 Tabel 4.1.3.22 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Menjelaskan Riwayat Penyakit Pasien Dari Awal Sampai Tuntas ... 52 Tabel 4.1.3.23Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kejujuran Dokter Mengatakan Perihal Penyakit Yang Pasien Derita ... 52 Tabel 4.1.3.24Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Tidak Adanya Usaha Dokter Menyembunyikan Diagnosis Penyakit Pasien ... 53 Tabel 4.1.3.25 Persepsi Pasien Terhadap Keterampilan Interpersonal Dalam Komuikasi Dokter-Pasien ... 53 Tabel 4.1.3.26 Distribusi Pilihan Pasien Lebih Suka Langsung Berkonsultasi Dengan Dokter Spesialis Dibandingkan ke Dokter Umum ... 54


(13)

xiii

Gambar 2.1.2.2 Model Penampilan Interpersonal ... 9

Gambar 2.2.2.1. Model Proses Komunikasi ... 12

Gambar 2.3.2.1. Tahap komunikasi dokter-pasien ... 14

Gambar 2.5.1. Pondasi dan Pilar Kompetensi ... 24

Gambar 2.7. Kerangka Teori ... 31

Gambar 2.8. Kerangka Konsep ... 32

Gambar 4.1.3.. Alasan Responden Lebih Suka Langsung Berkonsultasi Dengan Dokter Spesialis ... 55

Gambar 4.1.3.2 Alasan Responden Lebih Suka Berkonsultasi Dengan Dokter Umum ... 56

Gambar 4.1.3.3 Harapan Pasien Tentang Keterampilan Interpersonal Yang Harus Dimiliki Seorang Dokter ... 57


(14)

xiv

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Kepada Pimpinan Klinik Makmur Jaya,

Ciputat ... 83 Lampiran 3. Kuesioner Penelitian ... 84 Lampiran 4. Riwayat Hidup Penulis ... 86


(15)

1

1.1. Latar Belakang

Menurut Konsil Kedokteran Indonesia1, komunikasi dokter-pasien adalah salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang dokter, karena kompetensi ini dapat menentukan keberhasilan penyelesaian masalah kesehatan pasien. Hingga saat ini, dapat dikatakan kalau para dokter masih mengabaikan kompetensi komunikasi dokter-pasien, baik dalam proses pendidikan maupun praktik kedokteran.

Di Indonesia, banyak dokter merasa tidak memiliki waktu yang cukup untuk berbincang-bincang dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya seperlunya. Hal ini dapat berakibat dokter tidak mendapat keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnosis dan menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut. Dari sisi pasien, umumnya pasien merasa dalam posisi lebih rendah di hadapan dokter (superior-inferior), sehingga takut bertanya dan bercerita atau hanya menjawab sesuai pertanyaan dokter saja.

Menggali keterangan dari pasien tidaklah mudah, karena memang tidak dapat diperoleh begitu saja. Perlu dibangun hubungan saling percaya yang dilandasi keterbukaan, kejujuran dan pengertian akan kebutuhan, harapan, maupun kepentingan masing-masing. Dengan terbangunnya hubungan saling percaya, pasien akan memberikan keterangan yang benar dan lengkap sehingga dapat membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit pasien secara baik dan memberi obat yang tepat bagi pasien.

Komunikasi yang baik dan berlangsung dalam kedudukan setara (tidak superior-inferior) sangat diperlukan agar pasien mau/dapat menceritakan sakit/keluhan yang dialaminya secara jujur dan jelas. Komunikasi efektif mampu mempengaruhi emosi pasien dalam pengambilan keputusan tentang rencana tindakan selanjutnya, sedangkan komunikasi tidak efektif akan mengundang masalah.


(16)

Berdasarkan penelitian Iswandari, Suryadi dan Nugraha mengenai ketidakpuasan pasien di Indonesia terhadap kinerja dokter di layanan primer umumnya dihubungkan dengan komunikasi dan perilaku, sebagaimana tercantum dalam penelitian Sri Linuwih2. Sri Linuwih2 juga menyebutkan bahwa hal tersebut sejalan dengan laporan tentang data pengaduan masyarakat yang diterima Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) selama periode Maret 2006 hingga Mei 2010, dimana terdapat 126 pengaduan berupa pelanggaran asuhan medik, kompetensi dan komunikasi.

Pernyataan dr. Khie Chen, salah satu anggota Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) yang dikutip oleh Arianto3 mengemukakan bahwa terjadinya sengketa medis lebih sering disebabkan kesenjangan persepsi antara dokter dan pasien. Pasien dan keluarga merasa kurang puas dengan proses atau hasil pengobatan yang dilakukan, sedangkan pada sisi lain, dokter dan pihak rumah sakit merasa sudah melakukan pengobatan secara optimal. Sengketa medis juga terjadi karena adanya ekspektasi berlebihan dari pasien terhadap dokter, adanya perbedaan ‘bahasa’, makna pesan, dan atau ketidaksiapan dokter untuk menjalin komunikasi yang empatik.

Keterampilan interpersonal menjadi semakin dibutuhkan dalam profesi kedokteran, karena kini ekspektasi pasien terhadap dokter tidak lagi hanya pengetahuan mengenai ilmu kedokteran saja. Untuk melakukan praktik kedokteran profesional dengan efektif, dokter harus mengembangkan keterampilan interpersonal dalam komunikasi, kepemimpinan, manajemen, mengajar dan manajemen waktu. Hal tersebut kini menjadi subjek pengajaran yang semakin penting dalam pendidikan kedokteran.4

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagai institusi pendidikan kedokteran mencoba menangkap isu tersebut dan memberi solusi dari sisi pendidikan. Keunggulan FKIK berupa kurikulum untuk menghasilkan lulusan sebagai Dokter Muslim. Salah satu tujuan Dokter Muslim adalah untuk menanamkan nilai-nilai keislaman melalui


(17)

kegiatan-kegiatan pendidikannya dengan harapan hal ini dapat memicu peningkatan kemampuan interpersonal yang islami kelak ketika menjadi seorang dokter.

Keterampilan interpersonal dokter dalam melakukan komunikasi dokter-pasien hingga saat ini masih belum banyak diteliti di Indonesia. Penelitian Iskandar yang tercantum dalam penelitian Herqutanto5 menunjukkan bahwa dalam komunikasi petugas kesehatan dengan pasiennya, kualitas informasi yang ditukar masih belum baik. Hal tersebut terjadi karena keterampilan komunikasi petugas kesehatannya sangat terbatas.

Berdasarkan target yang telah ditentukan terhadap dokter lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyangkut penerapan kurikulum Dokter Muslim, maka perlu adanya tindak lanjut pencapaian target tersebut. Penindaklanjutan ini berupa penilaian apakah dokter lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah memenuhi target yang ditetapkan oleh institusi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana keterampilan interpersonal dokter lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berdasarkan persepsi pasien. Tidak hanya itu, penelitian ini juga bertujuan membuat perbandingan persepsi pasien terhadap keterampilan interpersonal dokter lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan dokter bukan lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

Apakah terdapat perbedaan persepsi pasien terhadap keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien antara dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan?


(18)

1.3. Hipotesis

Terdapat perbedaan persepsi pasien terhadap keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien antara dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui persepsi pasien terhadap keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien dokter lulusan dan bukan lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan.

1.4.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui perbedaan persepsi pasien terhadap keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien antara dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Mengetahui pilihan pasien lebih suka langsung berkonsultasi dengan dokter spesialis atau ke dokter umum jika sakit beserta alasannya.

c. Mengetahui harapan pasien tentang keterampilan interpersonal yang harus dimiliki seorang dokter.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Peneliti

a. Sebagai syarat untuk kelulusan pendidikan preklinik Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Melatih kemampuan pribadi dalam melakukan riset dan penelitian. 1.5.2. Bagi Institusi

a. Melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi dan tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.


(19)

b. Menjadi data penelitian untuk rujukan bagi penelitian berikutnya. 1.5.3. Bagi Masyarakat

Agar dapat menerima pelayanan kedokteran yang lebih berkualitas khususnya dalam penerapan keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien dalam praktik kedokteran profesional.


(20)

6

2.1. Keterampilan Interpersonal

2.1.1. Pengertian

Keterampilan interpersonal adalah keterampilan dasar yang termasuk kedalamnya adalah kemampuan berhadapan dan berhubungan dengan orang lain dalam hubungan satu orang dengan orang lainnya.6

Jika keterampilan komunikasi terlihat dari perilaku seseorang dan bagaimana ia mencapai tujuan-tujuan yang diinginkannya, maka keterampilan interpersonal lebih berorientasi pada proses dan hubungan dengan orang lain. Keterampilan interpersonal berfokus pada komunikasi terhadap orang lain. Stewart mengatakan bahwa keterampilan interpersonal dibangun berdasarkan keterampilan dasar komunikasi, dimana jika hanya ada keterampilan komunikasi saja, itu tidak akan cukup untuk membangun dan mempertahakankan hubungan terapetik dengan pasien.7

Elemen penting dari keterampilan interpersonal termasuk:

1. Hormat, memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan; 2. Memperhatikan pasien dari apa yang dia katakan hingga gerak-geriknya; 3. Selalu benar-benar ada saat dibutuhkan pasien, sadar akan pentingnya

hubungan dengan pasien;

4. Memiliki maksud kepedulian yang baik, tidak hanya untuk menyembuhkan penderitaan yang pasien rasakan tapi juga merasa ingin tahu dan tertarik dengan ide, nilai, dan kepentingan pasien;

5. Fleksibilitas, yang berarti mampu memantau hubungan dengan pasien yang sesungguhnya dan menjadikan keterampilan interpersonal sebagai kebutuhan. 7


(21)

Tabel 2.1.1.1. Taksonomi Keterampilan Interpersonal

Keterampilan

Interpersonal Deskripsi Keterampilan Terkait

Keterampilan Komunikasi

Mendengar aktif

Menaruh perhatian penuh pada apa yang dikatakan, menanyakan pihak lain untuk menjelaskan lebih tepat tentang apa yang ia katakan, dan memohon kata-kata atau ide yang ambigu untuk diulang

Mendengar dengan empati dan simpati; mendengar untuk pemahaman

Komunikasi

lisan Mengirim pesan verbal secara konstruktif

Mengabarkan; mengekspresikan diri anda dengan gamblang; mengkomunikasikan emosi; komunikasi inteerpersonal Komunikasi

tertulis Menulis dengan jelas dan tepat

Kejelasan; mengkomunikasikan arti yang dimaksudkan

Komunikasi tegas

Secara langsung mengekspresikan perasaan, pilihan, kebutuhan dan opini seseorang dengan cara yang tidak mengancam tidak juga menghukum orang lain

Mengemukakan ide; ketegasan sosial; mempertahankan hak; peintah; menyatakan kebutuhan anda Komunikasi

nonverbal

Menguatkan atau menggantikan komunikasi wicara melalui penggunaan bahasa tubuh, isyarat, suara, atau benda-benda

Ekspresi perasaan; persepsi/pengakuan perasaan; ekspresi wajah

Membangun Hubungan

Kerjasama dan koordinasi

Pemahaman dan bekerja dengan orang lain dalam grup atau timl termasuk menawarkan bantuan kepada yang membutuhkan dan mengerjakan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan tim

Penyesuaian; kesadaran berbagi bersama situasional; pelaksanaan pengawasan dan umpan balik; hubungan interpersonal; komunikasi; membuat keputusan; keterpaduan; penyelesaian masalah dalam grup; menjadi pelaku dalam tim

Kepercayaan

Keyakinan atau kepercayaan individu pada integritas atau hal yang dapat dipercaya dari seseorang atau sesuatu; kemauan sebuah pihak untuk menjadi lemah pada aksi dari pihak lain sesuai dengan ekspektasi bahwa beberapa aksi penting tertentu akan dilakukan

Kesadaran diri; penyingkapan diri; tangkas

Kepekaan antar-budaya

Menghargai perbedaan individu diantara orang-orang

Penerimaan; keterbukaan terhadap ide-ide baru; kepekaan kepada orang lain; relasi lintas budaya

Orientasi pelayanan

Sebuah perangkat kecendrungan individu dasar dan kecondongan untuk menyediakan pelayanan, menjadi sopan dan penolong dalam berhadapan dengan pelanggan, klien, dan rekan

Melampaui ekspektasi pelanggan; keterampilan kepuasan pelanggan; kemampuan untuk menjaga hubungan baik dengan klien; penjualan; membangun hubungan; mewakili organisasi kepada pelanggan dan publik

Presentasi diri

Proses dimana seorang individu mencoba mempengaruhi reaksi dan gambaran yang orang miliki tentang mereka dan ide-ide mereka; mengelola kesan-kesan agar

mencakup range yang luas dari perilaku yang dapat membentuk pengaruh positif kepada rekan kerja

Ekspresi diri; pengelolaan kesan; pengelolaan persepsi; promosi diri

Pengaruh sosial

Memandu orang-orang ke arah adopsi

perilaku, kepercayaan dan sikap yang spesifik; mempengaruhi distribusi keuntungan dan

Etika bisnis; pemberian alasan;

keramahan; pembangunan koalisi; tawar-menawar; permohonan otoritas yang lebih


(22)

kerugian pada organisasi melalui sebuah aksi tinggi; mengesankan persetujuan; relasi; persuasi, keterampilan politik yang positif

Resolusi dan negosiasi konflik

Mengadvokasi sebuah posisi dengan pikiran terbuka, tidak memasukkan pertentangan dengan anggota lain ke dalam urusan pribadi, menempatkan diri pada posisi orang lain, mengikuti argument rasional dan mencegah evaluasi yang terlalu dini, dan mencoba mempersatukan ide-ide terbaik dari seluruh pandangan dan perspektif

Gaya mengatasi konflik; pengelolaan konflik; pencegahan konflik; berkompromi; penyelesaian masalah; penawaran integratif; negosiasi berprinsip; negosiasi kultural; mediasi

Sumber: Klein, DeRouin dan Salas (2006) sebagaimana tercantum pada Assesing 21st Century Skill.8

2.1.2. Pentingnya Keterampilan Interpersonal

Dalam kehidupan sehari-hari, hampir tidak mungkin manusia tidak berhubungan dengan manusia lainnya. Dalam skema hidup bersama ini muncul kebutuhan untuk memahami kebutuhan manusia lain, maka timbullah komunikasi antar manusia.9

Ketika berkomunikasi, banyak hal yang harus dikuasai dan mengerti, antara lain:

1. Bagaimana mengenal diri sendiri,

2. Bagaimana mengenal dan memahami orang lain, 3. Bagaimana mengekspresikan diri,

4. Bagaimana menegaskan kebutuhan,

5. Bagaimana memberikan dan menerima masukan,

6. Bagaimana mendengarkan pembicaraan dengan orang lain, 7. Bagaimana memengaruhi orang lain,

8. Bagaimana menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan orang lain, 9. Bagaimana menjadi anggota sebuah tim/kelompok/grup,

10.Bagaimana melakukan negosiasi, 11.Bagaimana menyelesaikan konflik, 12.dan lainnya.9

Kemampuan diatas sangat memengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan dirinya terhadap orang lain, dan bagaimana orang lain mempersepsikan dirinya. Dengan memiliki keterampilan interpersonal yang baik,


(23)

hal pertama yang dapat dirasakan adalah rasa percaya diri yang kemudian membuat seseorang dihargai oleh orang lain, dan pada akhirnya akan dapat membangun hubungan yang harmonis dengan orang lain.9

Dalam dunia kerja dan bisnis, keterampilan interpersonal yang baik dapat membawa kesuksesan dalam perkerjaan dan tentunya akan memberikan keuntungan finansial/material maupun keuntungan spiritual.9

Gambar 2.1.2.1. Siklus keterampilan interpersonal. Sumber: Lestari, Riri, Ak. 2007.

Gambar 2.1.2.2 Model penampilan interpersonal.

Keterampilan interpersonal Memimpin diri dan kelompok Memahami dan bekerjasama dengan orang lain

Memahami dan bekerjasama dalam tim Pengalaman hidup sebelumnya Perbedaan Individu

-KE dan kecerdasan lainnya

-‘5 Besar’

Ciri Kepribadian -Orientasi tim/kolektif Karakteristik Situasional - Pengaturan lingkungan

- Tuntutan tugas

- Tujuan, rencana (agenda)

- Motivasi

- Peran

- Norma dan aturan Hasil individu -Motivasi -Kepuasan -Penampilan Hasil grup/tim

-Penampilan tim -Pemahaman berbagi Hasil organisasi -Produktivitas -Penjualan -Kepuasan pelanggan Persepsi & Proses Penyaringan Kognitif Eksekusi Keterampilan Interpersonal - KI Komunikasi - KI


(24)

CATATAN: Lima besar ciri kepribadian = keterbukaan, teliti, ekstraversion, keramahan, dan neurotisisme; KE = kecerdasan emosional; KI = keterampilan interpersonal.

Sumber: Presentasi Stephen Fiore. Klein, DeRouin dan Salas (2006) sebagaimana tercantum pada Assesing 21st Century Skill.8

Gambar 2.1.2.2 menunjukkan pegembangan model penampilan interpersonal yang mengilustrasikan interaksi antara berbagai pengaruh, seperti karakteristik personal, pengalaman hidup sebelumnya, dan karakteristik situasional; keterampilan komunikasi dasar dan keterampilan membangun hubungan seorang individu yang digunakan pada setiap situasi; dan hasil yang muncul dari individu, grup, atau organisasi.

2.1.3. Pentingnya Keterampilan Interpersonal Bagi Dokter

The General Medical Council di Inggris telah menetapkan standar praktik medis yang baik dimana menekankan bahwa perhatian/perawatan kepada pasien seharusnya menjadi perhatian khusus para dokter.10 Memantau perkembangan pasien serta meningkatkan kinerja perawatan klinis sangat penting untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu, mengembangkan keterampilan interpersonal seorang dokter sangatlah penting untuk menjaga standar klinis yang baik dan juga bermanfaat dalam jangka panjang. Kegagalan dalam komunikasi antara pasien dan dokter dapat menempatkan dokter dalam posisi yang riskan.4

Agar memiliki kesempatan menjadi dokter yang sukses, setiap hubungan interpersonal antara dokter dengan pasien harus mempunyai tujuan dan segala upaya dikerahkan sebisa mungkin agar terhindar dari transaksi kepentingan saja.6

Keterampilan interpersonal yang baik akan membawa pada: a. Pengurangan litigasi (perselisihan hukum di pengadilan),

b. Menciptakan lingkungan yang ramah bagi pasien dan karyawan, c. Peningkatan produktivitas karyawan,

d. Manajemen waktu yang efektif, e. Peningkatan dalam perawatan pasien,


(25)

f. Pengembangan reputasi yang baik untuk lembaga atau rumah sakit, g. Meningkatkan kualitas pelatihan karyawan dan karyawan baru.4 2.1.4. Metode Penilaian Keterampilan Interpersonal

Ada banyak metode yang digunakan untuk menilai keterampilan interpersonal. Penilaian keterampilan interpersonal dapat dilakukan dengan:

1. Pengamatan langsung, 2. Umpan balik dari pasien 3. Review 360 derajat,

4. Konsultasi dalam bentuk rekaman.7

2.1.5. Metode Untuk Meningkatkan Keterampilan Interpersonal

Sama halnya dengan keterampilan lain pada umumnya, keterampilan interpersonal dapat ditingkatkan melalui berbagai upaya.6 Langkah-langkah berikut diharapkan dapat diadaptasi untuk mengembangkan keterampilan interpersonal:

1. Memasukkan keterampilan interpersonal dalam kurikulum lembaga penyelenggara pendidikan kedokteran,

2. Menyertakan keterampilan interpersonal dalam penilaian sebelum memasuki sekolah spesialisasi,

3. Keterampilan interpersonal disertakan dalam penilaian tahunan dokter yang sedang mengikuti pelatihan,

4. Keterampilan interpersonal digunakan sebagai bagian dari penilaian dokter pasca sarjana,

5. Menyertakan keterampilan interpersonal dalam proses penilaian dan revalidasi oleh dokter senior,

6. Mengajarkan keterampilan interpersonal melalui kursus dan workshop dalam pendidikan kedokteran.4


(26)

2.2. Komunikasi

2.2.1. Pengertian

Menurut Komaruddin (1994), secara umum, pengertian komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi.

Pada dasarnya, setiap orang memerlukan komunikasi sebagai salah satu alat bantu dalam kelancaran bekerja sama dengan orang lain dalam bidang apapun. Komunikasi berbicara tentang cara menyampaikan dan menerima pikiran-pikiran, informasi, perasaan dan bahkan emosi seseorang, sampai pada titik tercapainya pengertian yang sama antara peyampai pesan dan penerima pesan.1 2.2.2. Elemen-elemen Dalam Modul Proses Komunikasi

Menurut Hardjana (2003), komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu.1

Schermerhorn, Junt & Osborn (1994) menggambar model proses komunikasi sebagai berikut:

Gambar 2.2.2.1. Model Proses Komunikasi Sumber: Konsil Kedokteran Indonesia. 2006.

Sumber Pertemuan yang diharapkan

Menyandi

Penerima Membaca sandi

Arti yang dirasakan

Mengirim Pesan Menerima

Saluran

Hambatan

 Distraksi fisik

 Masalah semantik

 Perbedaan budaya Umpan balik


(27)

Sumber atau kadang disebut juga pengirim pesan adalah orang yang menyampaikan pemikiran atau informasi yang dimilikinya. Pengirim pesan bertanggungjawab dalam menerjemahkan ide atau pemikiran menjadi sesuatu yang berarti, dapat berupa pesan verbal, tulisan, dan atau nonverbal, atau kombinasi dari ketiganya. Pesan ini dikomunikasikan melalui saluran yang sesuai dengan kebutuhan.

Pesan diterima oleh penerima pesan. Penerima akan menerjemahkan pesan tersebut berdasarkan batasan pengertian yang dimilikiya. Dengan demikian, dapat saja terjadi kesenjangan antara yang dimaksud oleh pengirim pesan dengan yang dimengerti oleh penerima pesan yang disebabkan kemungkinan hadirnya penghambat. Penghambat dalam pengertian ini bisa diakibatkan oleh perbedaan sudut pandang, pengetahuan atau pengalaman, perbedaan budaya, masalah bahasa, dan lainnya.

Pada saat menyampaikan pesan, pengirim perlu memastikan apakah pesan telah diterima dengan baik. Sementara penerima pesan perlu berkonsentrasi agar pesan diterima dengan baik dan memberikan umpan balik kepada pengirim. Umpan balik penting sebagai proses klarifikasi untuk memastikan tidak terjadi salah interpretasi.1

2.3. Komunikasi Dokter-Pasien

2.3.1. Pengertian

Menurut Konsil Kedokteran Indonesia1, komunikasi dokter-pasien adalah hubungan yang berlangsung antara dokter/dokter gigi dengan pasiennya selama proses pemeriksaan/pengobatan/perawatan yang terjadi di ruang praktik perorangan, poliklinik, rumah sakit, dan puskesmas dalam rangka membantu menyelesaikan masalah kesehatan pasien.

2.3.2. Struktur Komunikasi Dokter-Pasien

Struktur komunikasi dokter-pasien terdiri dari tiga hal yang harus berjalan secara paralel, yaitu:


(28)

Gambar 2.3.2.1. Tahap komunikasi dokter-pasien.

Sumber: Silverman J, Kurtz SM, Draper J, Kurtz SM. 2005.

Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa tahap komunikasi dokter-pasien meliputi:

1. Memulai wawancara, 2. Mengumpulkan informasi, 3. Penjelasan dan perencanaan, 4. Menutup wawancara.11 Menjalin hubungan

- Komunikasi nonverbal

- Mengembangkan

rapport

- Melibatkan pasien

Menstruktur wawancara - Penyaringan - Negosiasi - Pengaturan agenda - Ringkasan internal - Pemberian tanda - Meringkas - Peruntutan Memulai Wawancara Mengumpulkan Informasi

Penjelasan dan Perencanaan Persiapan

Membangun rapport awal

Mengidentifikasi alasan kunjungan Pengaturan agenda

Eksplorasi awal masalah-masalah pasien

Informasi latar belakang yang penting Eksplorasi lebih lanjut perspektif penyakit Eksplorasi lebih lanjut perspektif kesakitan Penjelasan Memberikan informasi yang

benar dan tepat

Perencanaan

Menggabungkan perspektif pasien Berbagi pengambilan keputusan Menolong Mengingat kembali & Memahami Mencapai Berbagi pemahaman Menutup Wawancara Ringkasan akhir Mengontrak Menjaring keselamatan Pemeriksaan terakhir


(29)

Kemudian pada saat melaksanakan tahap-tahap komunikasi dokter-pasien tersebut ada dua hal yang selalu diperhatikan, yaitu:

1. Kemampuan menjalin hubungan/sambung rasa dengan pasien, 2. Kemampuan menstruktur wawancara.

Kemampuan menjalin hubungan dan kemampuan menstruktur wawancara harus selalu digunakan secara tepat pada tiap tahap komunikasi dokter-pasien. Bisa dikatakan kedua hal tersebut harus bisa berjalan secara paralel pada saat wawancara sedang berlangsung.

2.3.3. Aplikasi Komunikasi Dokter-Pasien

Aplikasi definisi komunikasi dalam interaksi antara dokter dan pasien di tempat praktik dapat diartikan tercapainya pengertian dan kesepakatan yang dibangun dokter bersama pasien pada setiap langkah penyelesaian masalah pasien.1

Untuk sampai pada tahap tersebut, diperlukan berbagai pemahaman seperti pemanfaatan jenis komunikasi (lisan, tulisan/verbal, nonverbal), menjadi pendengar yang baik, adanya penghambat proses komunikasi, pemilihan alat penyampai pikiran atau informasi yang tepat, dan mengenal mengekspresikan perasaan dan emosi. 1

Dalam hubungan dokter-pasien, baik dokter maupun pasien dapat berperan sebagai sumber atau pengirim pesan dan penerima pesan secara bergantian. Pasien sebagai pengirim pesan, menyampaikan apa yang dirasakan atau menjawab pertanyaan dokter sesuai pengetahuannya. Sementara dokter sebagai pengirim pesan, berperan pada saat menyampaikan penjelasan penyakit rencana pengobatan dan terapi, efek samping obat yang mungkin terjadi, serta dampak dari dilakukan atau tidak dilakukannya terapi tertentu. Dalam penyampaian ini, dokter bertanggung jawab untuk memastikan pasien memahami apa yang disampaikan. 1

Sebagai penerima pesan, dokter perlu berkonsentrasi dan memperhatikan setiap pernyataan pasien. Untuk memastikan apa yang dimaksud pasien, dokter sesekali perlu membuat pertanyaan atau pernyataan klarifikasi. Mengingat kesenjangan informasi dan pengetahuan yang ada antara dokter dan pasien, dokter


(30)

perlu mengambil peran aktif. Ketika pasien dalam posisi sebagai penerima pesan dokter perlu secara proaktif memastikan apakah pasien benar-benar memahami pesan yang telah disampaikannya. 1

2.3.4. Pentingnya Komunikasi Dokter-Pasien

Komunikasi dalam bidang kesehatan sangat penting. Sebuah konferensi di Toronto yang membahas tentang komunikasi kesehatan menghasilkan ‘Toronto Consesus’ dimana terdapat delapan butir pernyataan hubungan antara praktek komunikasi dan kesehatan sebagai berikut:

1. Masalah komunikasi dalam praktisi medik sangat penting dan biasa terjadi,

2. Kegelisahan dan ketidakpuasan pasien mempunyai relasi dengan ketidakpastian dan kurangnya informasi, penjelasan, dan umpan balik, 3. Dokter sering salah persepsi atas banyaknya dan tipe dari informasi yang

pasien sebenarnya ingin dapatkan,

4. Kualitas komunikasi klinis yang telah ditingkatkan ada hubungannya dengan hasil kesehatan yang positif,

5. Menjelaskan dan mengerti apa yang pasien inginkan, bahkan jika sebenarnya tidak dapat diselesaikan, dapat berdampak pada penurunan kecemasan pasien,

6. Partisipasi yang besar oleh pasien saat bertemu mempertinggi tingkat kepuasan, pemenuhan, dan hasil dari pengobatan,

7. Level dari tekanan psikologis di pasien dengan peyakit yang serius berkurang ketika mereka merasa sudah mendapatkan informasi yang cukup,

8. Keuntungan dari komunikasi klinik sangat mungkin dalam praktisi klinik dan dapat didapatkan sehari-hari, tanpa harus memperpanjang waktu. Hal ini bisa dilakukan jika orang-orang di klinik telah belajar teknik-teknik yang relevan.3


(31)

2.4. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien

2.4.1. Pengertian

Komunikasi efektif pasien adalah pengembangan hubungan dokter-pasien secara efektif yang berlangsung secara efisien, dengan tujuan utama penyampaian informasi atau pemberian penjelasan yang diprlukan dalam rangka membangun kerjasama antara dokter dengan pasien. Komunikasi yang dilakukan secara verbal dan nonverbal menghasilkan pemahaman pasien terhadap keadaan kesehatannya, peluang dan kendalanya, sehingga dapat bersama-sama dokter mencari alternatif untuk mengatasi permasalahannya.1

Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh kedua pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa mengembangkan komunikasi dengan pasien hanya akan menyita waktu dengan dokter, tampaknya harus diluruskan. Sebenarnya bila dokter dapat membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak hal-hal negatif dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter.1

2.4.2. Tujuan Komunikasi Efektif Dokter-Pasien

Tujuan komunikasi yang relevan dengan profesi dokter adalah:

1. Memfasilitasi tercapainya pencapaian tujuan kedua pihak (dokter dan pasien).

2. Membantu pengembangan rencana perawatan bersama pasien, untuk kepentingan pasien dan atas dasar kemampuan pasien, termasuk kemampuan finansial.

3. Membantu memberikan pilihan dalam upaya penyelesaian masalah kesehatan pasien.

4. Membimbing pasien sampai pada pengertian yang sebenarnya tentang penyakit/masalah yang dihadapinya.

5. Membantu mengendalikan kinerja dokter dengan acuan langkah-langkah atau hal-hal yang telah disetujui pasien. 1


(32)

2.4.3. Manfaat Komunikasi Efektif Dokter-Pasien

Manfaat komunikasi efektif dokter-pasien diantaranya adalah:

1. Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari dokter atau institusi pelayanan medis.

2. Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupaka dasar hubungan dokter-pasien yang baik.

3. Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis.

4. Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal dalam menghadapi penyakitnya. 1

2.4.4. Aplikasi Komunikasi Efektif Dokter-Pasien a. Sikap profesional dokter

Sikap profesional seorang dokter ditunjukkan ketika dokter berhadapan dengan tugasnya, yang berarti mampu menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai peran dan fungsinya; mampu mengatur diri sendiri seperti ketepatan waktu, pembagian tugas profesi dengan tugas-tugas pribadi yang lain; dan mampu menghadapi berbagai macam tipe pasien serta mampu bekerja sama dengan profesi kesehatan yang lain. Menurut Silverman11 Di dalam proses komunikasi dokter-pasien, sikap profesional ini penting untuk membangun rasa nyaman, aman, dan percaya pada dokter, yang merupakan landasan bagi berlangsungnya komunikasi secara efektif. Sikap profesional ini hendaknya dijalin terus-menerus sejak awal konsultasi, selama proses konsultasi berlangsung, dan di akhir konsultasi. 1

Contoh sikap dokter ketika menerima pasien:  Menyilakan masuk dan mengucapkan salam,  Memanggil/menyapa pasien dengan namanya,

 Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya cukup waktu, menganggap penting informasi yang akan diberikan, menghindari tampak lelah),


(33)

 Memperkenalkan diri, menjelaskan tugas/perannya (apakah dokter umum, spesialis, dokter keluarga, dokter paliatif, konsultan gizi, konsultasi tumbuh kembang, dan lain-lain),

 Menilai suasana hati lawan bicara,

 Memperhatikan sikap nonverbal (raut wajah/mimik, gerak/bahasa tubuh) pasien,

 Menatap mata pasien secara profesional yang lebih terkait dengan makna menunjukkan perhatian dan kesungguhan mendengarkan,  Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa melakukan interupsi

yang tidak perlu,

 Apabila pasien marah, menangis, takut, dan sebagainya maka dokter tetap menunjukkan raut wajah dan sikap yang tenang,

 Melibatkan pasien dalam rencana tindakan medis selanjutnya atau pengambilan keputusan,

 Memeriksa ulang segala sesuatu yang belum jelas bagi kedua belah pihak,

 Membukakan pintu, atau berdiri ketika pasien hendak pulang. 1 b. Sesi pengumpulan informasi

Di dalam komunikasi dokter-pasien, ada dua sesi yang penting, yaitu sesi pengumpulan informasi yang di dalamnya terdapat proses anamnesis, dan sesi penyampaian informasi. Tanpa penggalian informasi yang akurat, dokter dapat terjerumus ke dalam sesi penyampaian informasi (termasuk nasihat, sugesti atau motivasi dan konseling) secara prematur.1

Dalam dunia kedokteran, model proses komunikasi pada sesi penggalian informasi telah dikembangkan oleh Van Dalen (2005) dan digambarkan dalam sebuah model yang sangat sederhana dan aplikatif.


(34)

 Kotak 1:

Pasien memimpin pembicaraan melalui pertanyaan terbuka yang dikemukakan oleh dokter

 Kotak 2:

Dokter memimpin pembicaraan melalui pertanyaan tertutup/terstruktur yang telah disusunnya sendiri.

 Kotak 3:

Kesepakatan apa yang harus dan akan dilakukan berdasarkan negosiasi kedua belah pihak. 1

c. Sesi penyampaian informasi

Setelah sesi sebelumnya dilakukan dengan akurat, maka dokter dapat sampai kepada sesi memberikan penjelasan. Tanpa informasi yang akurat di sesi sebelumnya, dokter dapat terjebak dalam kecurigaan yang tidak beralasan.1

Secara ringkas ada enam hal yang penting diperhatikan agar efektif dalam berkomunikasi dengan pasien, yaitu:

1. Materi informasi apa yang disampaikan

a. Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak nyaman/sakit saat pemeriksaan).

b. Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis.

c. Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan diagnosis, termasuk manfaat, risiko, serta kemungkinan efek samping/komplikasi.

d. Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk menegakkan diagnosis.

e. Diagnosis, jenis atau tipe. 1

2

3 3


(35)

f. Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi (kekurangan dan kelebihan masing-masing cara).

g. Prognosis.

h. Dukungan yang tersedia. 2. Siapa yang diberi informasi

a. Pasien, apabila dia menghendaki dan kondisinya memungkinkan. b. Keluarganya atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien.

c. Keluarganya atau pihak lain yang menjadi wali/pengampu dan bertanggung jawab atas pasien kalau kondisi pasien tidak memungkinkan untuk berkomunikasi sendiri secara langsung.

3. Berapa banyak atau sejauh mana

a. Untuk pasien: sebanyak yang pasien kehendaki, yang dokter merasa perlu untuk disampaikan, dengan memperhatikan kesiapan mental pasien.

b. Untuk keluarga: sebanyak yang pasien/keluarga kehendaki dan sebanyak yang dokter perlukan agar dapat menentukan tindakan selanjutnya.

4. Kapan menyampaikan informasi

Segera jika kondisi dan situasinya memungkinkan. 5. Di mana menyampaikannya

a. Di ruang praktik dokter.

b. Di bangsal, ruangan tempat pasien dirawat. c. Di ruang diskusi.

d. Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama, pasien/keluarga dan dokter.

6. Bagaimana menyampaikannya

a. Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak melalui telepon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang dikirim melalui pos, faksimil, SMS, internet.


(36)

- Materi yang akan disampaikan (bila diagnosis, tindakan medis, prognosis sudah disepakati oleh tim);

- Ruangan yang nyaman, memperhatikan privasi, tidak terganggu orang lalu lalang, suara gaduh dari tv/radio, telepon;

- Waktu yang cukup;

- Mengetahui orang yang akan hadir (sebaiknya pasien ditemani oleh keluarga/orang yang ditunjuk; bila hanya keluarga yang hadir sebaiknya lebih dari satu orang).

c. Jajaki sejauh mana pengertian pasien/keluarga tentang hal yang akan dibicarakan.

d. Tanyakan kepada pasien/keluarga, sejauh mana informasi yang diinginkan dan amati kesiapan pasien/keluarga menerima informasi yang akan diberikan. 1

d. SAJI, Langkah-langkah Komunikasi

Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan komunikasi, yaitu SAJI.1

Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut:  Salam:

Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan waktu untuk berbicara dengannya.

 Ajak bicara:

Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri. Dorong agar pasien mau dan dapat mengemkakan pikiran dan perasaannya. Tunjukkan bahwa dokter menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya, serta mengerti perasaannya. Dokter dapat menggunakan pertanyaan terbuka maupun tertutup dalam usaha menggali informasi.

 Jelaskan:

Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin diketahuinya, dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak


(37)

terjebak oleh pikirannya sendiri. Luruskan perseps yang keliru. Berikan penjelasan mengenai penyakit, terapi, atau apapun secara jelas dan detil.

 Ingatkan:

Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin memasukkan berbagai materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya kembali. Di bagian akhir percakapan, ingatkan dia untuk hal-hal yang penting dan koreksi untuk persepsi yang keliru. Selalu melakukan klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar, maupun klarifikasi terhadap hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak serta mengulang kembali akan pesan-pesan kesehatan yang penting. 1

2.5. Kurikulum Pendidikan Profesi Dokter Indonesia

Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) 2.5.1 Area Kompetensi

Kompetensi dibangun dengan pondasi yang terdiri atas profesionalitas yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta komunikasi efektif, dan ditunjang oleh pilar berupa pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis, dan pengelolaan masalah kesehatan.12

Oleh karena itu area kompetensi disusun dengan urutan sebagai berikut: 1. Profesionalitas yang luhur

2. Mawas diri dan pengembangan diri 3. Komunikasi efektif

4. Pengelolaan informasi

5. Landasan ilmiah ilmu kedokteran 6. Keterampilan klinis


(38)

Gambar 2.5.1.1. Pondasi dan pilar kompetensi. Sumber: Konsil Kedokteran Indonesia, 2012. 2.5.2 Komponen Kompetensi Area Komunikasi Efektif

1. Berkomunikasi dengan pasien dan keluarga, 2. Berkomunikasi dengan mitra kerja,

3. Berkomunikasi dengan masyarakat.12 2.5.3. Penjabaran Kompetensi Komunikasi Efektif

- Kompetensi inti

Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal dengan pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega, dan profesi lain.

- Lulusan Dokter Mampu

Berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya

- Membangun hubungan melalui komunikasi verbal dan nonverbal

- Berempati secara verbal dan nonverbal

- Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang santun dan dapat dimengerti

- Mendengarkan dengan aktif untuk menggali permasalahan kesehatan secara holistik dan komprehensif

- Menyampaikan informasi yang terkait kesehatan (termasuk berita buruk, informed consent) dan melakukan konseling dengan cara yang santun, baik dan benar


(39)

- Menunjukkan kepekaan terhadap aspek biopsikososiokultural dan spiritual pasien dan keluarga.12

2.5.4. Daftar Pokok Bahasan Komunikasi Efektif

1. Penggunaan bahasa yang baik, benar, dan mudah dimengerti 2. Prinsip komunikasi dalam pelayanan kesehatan

a. Metode komunikasi oral dan tertulis yang efektif

b. Metode untuk memberikan situasi yang nyaman dan kondusif dalam berkomunikasi efektif

c. Metode untuk mendorong pasien agar memberikan informasi dengan sukarela

d. Metode melakukan anamnesis secara sistematis

e. Metode untuk mengidentifikasi tujuan pasien berkonsultasi f. Melingkupi biopsikososiokultural spiritual

3. Berbagai elemen komunikasi efektif

a. Komunikasi intrapersonal, interpersonal dan komunikasi masa b. Gaya dalam berkomunikasi

c. Bahasa tubuh, kontak mata, cara berbicara, tempo berbicara, tone suara, kata-kata yang digunakan atau dihindari

d. Keterampilan untuk mendengarkan aktif

e. Teknik fasilitasi pada situasi yang sulit, misalnya pasien marah, sedih, takut, atau kondisi khusus

f. Teknik negosiasi, persuasi, dan motivasi 4. Komunikasi lintas budaya dan keberagaman

Perilaku yang tidak merendahkan atau menyalahkan pasien, bersikap sabar, dan sensitif terhadap budaya

5. Kaidah penulisan dan laporan ilmiah 6. Komunikasi dalam public speaking.12


(40)

2.6. Kurikulum Dokter Muslim FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Yang menjadi pembeda antara pendidikan dokter di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan pendidikan dokter di fakultas kedokteran lainnya adalah terdapatnya kurikulum Dokter Muslim yang diaplikasikan kepada seluruh mahasiswa Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dokter muslim adalah dokter yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan pendalaman ilmu kedokteran dan mampu mengintegrasikan seluruh proses aplikasi keilmuannya dengan didasarkan pada prinsip akidah, syariah dan akhlak sehingga atas kesadaran diri sebagai seorang muslim, mampu memaknai profesi dokter sebagai ibadah sedangkan nilai dan ajaran Islam diwujudkan dalam perilaku dan akhlak islami pada kehidupan sehari-hari.13

Standar Kompetensi Dokter Muslim (SKDM) 2.6.1. Area Kompetensi

Area kompetensi dokter muslim meliputi: 1. Akidah

Adalah keyakinan iman yang kokoh kepada Allah SWT, Malaikat, Kitab-kitab, Rasul, Hari Kemudian serta Qada dan Qadar yang disimpulkan dalam tiga bidang pengetahuan terhadap dasar keimanan (ma’rifat al mabda’), perantara (ma’rifat al wositoh) dan hari kemudian (ma’rifat al sam’iyat/a ma’ad).

2. Syariah

Adalah jalan pendekatan diri kepada Allah SWT yang kemudian lebih popular disebut fiqh dan selanjutnya kemudia dijabarkan dalam empat bidang yaitu ibadat, mu’amalat, munakahat dan jinayat.

3. Akhlak

Adalah tuntutan bagi seorang muslim dalam berhubungan kepada Allah, dirinya, manusia dan seluruh alam semesta. Setiap muslim hendaklah melakukan perilaku terpuji (Akhlaq al mahmudah) dan meninggalkan perilaku tercela (aklaq al mazmumah).


(41)

Area kompetensi SKDM tersebut dalam penjabarannya terintegrasi dalam tujuh area kompetensi dokter yang tertuang dalam SKDI seperti yang tercantum diatas. Area akidah dalam SKDM terintegrasi dalam penjabaran tujuh kompetensi SKDI yang berkenaan dengan potensi manusia, area syariah akan berkaitan dengan aspek hukum sedangkan persoalan etika dokter diintegrasikan dengan area akhlak SKDM. 13

2.6.2. Komponen Kompetensi

Berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya menurut konsep ukhuwah dalam Islam: mengucapkan “Assalamu’alaikum”, menyapa dengan ramah, bersikap empati terhadap beban psikologis keluarga, ikut memikirkan serta memberikan jalan keluar terhadap persoalan baik finansial maupun meningkatkan rasa kesabaran mereka.

1. Berkomunikasi dengan sejawat sebagai sesma yang berfungsi sebagai khilafah: mengembangkan semangat persaudaraan, saling menolong, memberi saran, belajar.

2. Berkomunikasi dengan masyarakat menurut kelompok agamanya: sesama muslim (ukhuwah Islamiyah), sesama warga bangsa (ukhuwah watoniah) dan sebagai sesama umat manusia (ukhuwah basyariah).

3. Berkomunikasi dengan profesi lain dengan cara saling menolong (ta’awun), saling belajar kelebihan dari orang lain. 13

2.6.3. Penjabaran Kompetensi

- Kompetensi inti

Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal dengan pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega dan profesi lain dengan didasarkan pada siddiq, amanah, tabligh dan fathanah.

- Lulusan dokter muslim mampu:

Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya. 1. Bersambung rasa dengan pasien dan keluaganya.

- Mengucapkan “Assalamu’alaikum” atau menjawab ucapan salam


(42)

- Memberikan situasi yang nyaman bagi pasien dengan menggunakan pendekatan melalui bahasa-bahasa Islam,

- Menunjukkan sikap empati dan dapat dipercaya yang dilakukan secara tulus, ikhlas dan amanah,

- Mendengarkan dengan aktif (penuh perhatian dan memberi waktu yang cukup pada pasien untuk menyampaikan keluhannya dan menggali permasalahan pasien) melalui sikap yang bersahabat dan kekeluargaan,

- Menyimpulkan kembali masalah pasien, kekhawatiran, maupun harapannya dengan menggunakan bahasa yang proporsional dengan berpedoman kepada nilai akidah dan akhlak,

- Memelihara dan menjaga harga diri pasien, hal-hal yang bersifat pribadi dan kerahasiaan pasien sepanjang waktu dengan menjauhi sikap melakukan ghibah,

- Memperlakukan pasien sebagai mitra sejajar dan meminta persetujuannya dalam memutuskan suatu terapi dan tindakan dengan bahasa yang mudah dimengerti pasien dan berlandaskan kepada nilai ibadah.

2. Mengumpulkan informasi

- Mampu menggunakan open-ended maupun closed question dalam menggali informasi (move from open to closed question properly) dengan tutur kata yang lembut (hilm),

- Meminta penjelasan dari pasien pada pertanyaan yang kurang dimengerti secara ramah dan santun,

- Menggunakan penalaran klinik dalam penggalian riwayat penyakit pasien sekarang, riwayat keluarga, atau riwayat kesehatan masa lalu dengan berpedoman pada sikap tarahum dan tawadlu’,

- Melakukan penggalian data secara runtut dan efisien dengan menuntut pola berpikir pasien menggunakan pembicaraan sesuai dengan tingkatan kecerdasan sesuai dengan Hadist Rasul:


(43)

Berbicaralah dengan manusia sesuai dengan derajat akal mereka.”,

- Tidak memberikan nasihat maupun penjelasan yang prematur saat masih mengumpulkan data dengan cara yang bijak dan santun. 3. Memahami perspektif pasien

- Menghargai kepercayaan pasien terhadap segala sesuatu yang menyangkut penyakitnya dengan tetap mengajak pasien selalu berpedoman kepada prinsip akidah dan ibadah bahwa semua kekuasaan adalah milik Allah dan manusia hanya mampu berusaha,

- Melakukan eksplorasi terhadap kepentingan pasien, kekhawatirannya dan harapannya melalui pendekatan prinsip akidah dengan cara yang bijaksana,

- Melakukan fasilitasi secara profesional terhadap ungkapan emosi pasien (marah, takut, malu, sedih, bingung, euforia, maupun pasien dengan hambatan komunikasi misalnya bisu-tuli, gangguan psikis) dengan tetap berpedoman kepada prinsip akhlak mulia,

- Mampu merespon verbal maupun bahasa nonverbal dari pasien secara profesional dengan penuh kesabaran,

- Memperhatikan faktor biopsikososiobudaya dan norma-norma setempat untuk menetapkan dan mempertahankan terapi paripurna dan hubungan dokter pasien yang profesional dengan tetap mengacu kepada realitas kemajemukan manusia yang harus didekati melalui prinsip akhlak mulia,

- Menggunakan bahasa yang santun dan dapat dimengerti pasien (termasuk bahasa daerah setempat) sesuai dengan umur, tingkat pendidikan ketika menyampaikan pertanyaan, meringkas informasi, menjelaskan hasil diagnosis, pilihan penanganan dan prognosis serta mengaitkannya dengan ayat-ayat Al-Quran dan mengutip hadist Rasul yang berkenaan serta kata-kata yang mengandung hikmah.


(44)

4. Memberi penjelasan dan informasi

- Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa takut dan stres sebelum melakukan pemeriksaan fisik melalui pendekatan akidah dan akhlak,

- Memberi tahu adanya rasa sakit atau tidak nyaman yang mungkin timbul selama pemeriksaan fisik atau tindakannya dan mengajak pasien untuk selalu bersabar serta meyakinkannya bahwa orang yang sabar terhadap penyakitnya akan memperoleh ampunan Allah terhadap dosa-dosanya,

- Memberi penjelasan dengan benar, jelas, lengkap dan jujur tentang tujuan, keperluan, manfaat, risiko prosedur diagnostik dan tindakan medis (terapi, operasi, prognosis, rujukan) sebelum dikerjakan dengan cara yang lembut (layyin),

- Menjawab pertanyaan dengan jujur, memberi konsulatasi, atau meganjurkan rujukan untuk permasalahan yang sulit dengan menyatakan bahwa tidak semua gejala penyakit diketahui oleh seorang dokter,

- Memberikan edukasi dan promosi kesehatan kepada pasien maupun keluarganya dengan meniatkannya sebagai bagian dari sedekah dan infaq ilmu,

- Memastikan mengkonfirmasikan bahwa informasi dan pilihan-pilihan tindakan telah dipahami oleh pasien,

- Memberikan waktu yang cukup kepada pasien dengan cara yang ramah dan bijak untuk merenungkan kembali serta berkonsultasi sebelum membuat persetujuan kalau perlu dengan melakukan zikir dan sholat istikharah terhadap pilihan-pilihan tindakan,

- Menyampaikan berita buruk secara profesional dengan menjunjung tinggi etika kedokteran dengan selalu mengajak pasien beserta keluarganya untuk selalu melakukan pendekatan sejalan dengan prinsip akidah dan akhlak,


(45)

- Memastikan kesinambungan pelayanan yang telah dibuat dan disepakati sesuai dengan kemampuan pasien.13

2.7. Kerangka Teori

Pengalaman hidup sebelumnya Perbedaan Individu Karakteristik Situasional

- Pengaturan lingkungan - Tuntutan tugas

- Tujuan, rencana (agenda) - Motivasi

- Peran

- Norma dan aturan

Persepsi dan Proses Penyaringan Kognitif

Eksekusi Keterampilan Interpersonal

Keterampilan Interpersonal Komunikasi Keterampilan Interpersonal Membangun hubungan Komunikasi Efektif Dokter-Pasien Aplikasi Menjalin hubungan Menstruktur wawancara

↑ Kepuasan pasien Sikap profesional dokter Sesi pengumpulan informasi Sesi penyampaian informasi Langkah komunikasi ↑ Pelayanan klinis ↑ Pelayanan Pengobatan

Hasil positif pada kesehatan pasien


(46)

2.8. Kerangka Konsep

2.9. Definisi Operasional

Tabel 2.9.1. Definisi Operasional

Variabel Pengukur Alat Ukur Cara

Pengukuran

Skala Pengukuran Persepsi pasien

terhadap keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien.

Peneliti Kuesioner Menyebar dan mengumpulkan kembali kuesioner

Nominal (ya, tidak)

Keterampilan interpersonal Keterampilan

komunikasi

Keterampilan membangun

hubungan Mendengar

aktif Komunikasi

oral Komunikasi

tertulis Komunikasi

asertif Komunikasi

non-verbal

Hasil individu  Motivasi  Kepuasan  Penampilan

Hasil grup/tim  Penampilan tim  Pemahaman berbagi

Hasil organisasi  Produktivitas  Penjualan


(47)

33

3.1. Disain Penelitian

Penelitian menggunakan disain penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional14 untuk mengetahui perbandingan persepsi pasien terhadap keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien antara dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan pada bulan Juli-Agustus 2014 dengan menggunakan data primer berupa kuesioner yang diisi oleh subyek penelitian.

Tabel 3.2.1. Timeline Penelitian

No. Kegiatan

Waktu

Pebruari Maret April Mei

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 1. Pembuatan proposal

2. Penyebaran kuesioner 3. Pengolahan data 4. Analisa data 5. Sintesa hasil analisa 6. Laporan

No. Kegiatan

Waktu

Juni Juli Agustus September

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 1. Pembuatan proposal

2. Penyebaran kuesioner 3. Pengolahan data 4. Analisa data 5. Sintesa hasil analisa 6. Laporan


(48)

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pasien yang berobat ke Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan. Sampel adalah pasien klinik yang dipilih secara purposive sampling.14

3.3.1. Jumlah Sampel

Perkiraan besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus besar sampel penelitian analisa kategorik tidak berpasangan14 yaitu sebagai berikut:

N1 = N2 = �√ +�β√ + ²

− ²

N1=N2 : jumlah sampel penelitian

Zα : derivat baku alpha

Zβ : derivat baku beta

P1 : proporsi pada beresiko atau kasus

Q1 : 1-P1

P2 : proporsi pada kelompok tidak terpajan/control, 50%

Q2 : 1-P2

P : proporsi total +

Q : 1-P

P1-P2 : perbedaan proporsi minimal yang dianggap bermakna, ditetapkan 0,2

Jadi,

P1 = P2 + 0,2 = 0,5 + 0,2 = 0,7 Q1 = 1-P1 = 1-0,7 = 0,3 P = + = , + , = , = 0,6 Q = 1-P = 1-0,6 = 0,4

Berdasarkan persamaan tersebut, maka untuk total sampel penelitian didapatkan hasil sebagai berikut:

= , √ , , + , √ , , + , , 2


(49)

3.3.2. Kriteria Sampel a. Kriteria inklusi

- Subyek merupakan pasien dokter yang berusia diatas 15 tahun.

- Subyek merupakan pasien dari pelayanan dokter umum di Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan.

- Subyek bersedia menjadi responden penelitian. b. Kriteria eksklusi

- Subyek tidak dapat berkomunikasi aktif dalam Bahasa Indonesia.

- Subyek merupakan pasien gawat darurat.

- Subyek mengalami gangguan mental.

3.4. Cara Kerja Penelitian

Persiapan penelitian

Menentukan tempat melakukan penelitian

Menentukan subyek yang memenuhi kriteria inklusi Subyek dipilih secara purposive sampling

Pengisian kuesioner

Analisa data penyusunan laporan

Kesimpulan


(50)

3.5. Variabel yang Diteliti

3.5.1 Variabel terikat

Persepsi pasien terhadap keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien dokter lulusan dan bukan lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan.

3.5.2 Variabel bebas

Keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien.

3.6. Manajemen Data

3.6.1 Pengolahan Data

Pengolahan data penelitian menggunakan software SPSS 16, dengan melakukan pemeriksaan seluruh data yang terkumpul (editing), memberi angka-angka atau kode-kode tertentu yang telah disesuaikan dengan data kuesioner (coding), memasukkan data sesuai kode yang ditentukan masing-masing variabel sehingga menjadi suatu data dasar (entry). Data digolongkan, serta disederhanakan sehingga mudah dibaca dan diinterpretasikan (cleaning).15

3.6.2. Analisa Data

Analisa data meliputi analisa univariat dan analisa bivariat. Analisa univariat pada data meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan terakhir, pekerjaan, dan frekuensi pasien mengunjungi dokter, lama berpkraktek dokter, usia dokter, pilihan pasien berkonsultasi jika sakit dan harapan pasien tentang keterampilan interpersonal yang harus dimiliki dokter.

Analisa bivariat pada penelitian ini adalah analisa hubungan kategorik dengan kategorik yang menggunakan uji Chi Square bila memenuhi syarat. Jika tidak memenuhi syarat uji Chi-Square, maka digunakan uji alternatifnya yaitu uji Fisher16 dengan menggunakan software SPSS 16.


(51)

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data primer di Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan pada bulan Juli dan Agustus 2014. Penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling. Setelah dilakukan penyebaran kuesioner, terkumpul kuesioner sebanyak 204 kuesioner.

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambar Umum Lokasi Penelitian 4.1.1.1.Lokasi Klinik Makmur Jaya Ciputat

Jl. W.R. Supratman, No. 29 Kelurahan Cempaka Putih, Kampung Utan, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten.

4.1.1.2.Pelayanan

Klinik Makmur Jaya Ciputat memberikan pelayanan terpadu yang terdiri dari: 1. Dokter umum,

2. Dokter gigi,

3. Laboratorium sederhana, 4. Rawat inap,

5. Rumah bersalin. 4.1.1.3.Fasilitas

Klinik Makmur Jaya Ciputat memiliki luas bangunan sebesar 315 m² dengan fasilitas sebagai berikut:

1. Ruang dokter umum, 2. Ruang dokter gigi, 3. Laboratorium sederhana,

4. Radiologi ultrasonografi (USG), 5. Ruang tunggu,

6. Customer service, 7. Kasir,


(52)

8. Apotek, 9. Rawat inap, 10.Rumah bersalin.17 4.1.1.4.Dokter dan Tenaga Medis

Terdapat sepuluh orang dokter umum dan dua orang dokter gigi yang berpraktek secara reguler di Klinik Makmur Jaya Ciputat. Ditambah dengan satu orang perawat, dua orang bidan, dan tiga orang asisten apoteker.

Terdapat lima orang dokter umum lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan tiga orang dokter umum bukan lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berpraktek secara reguler di Klinik Makur Jaya Ciputat, proporsi tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila dokter yang seharusnya berpraktek berhalangan hadir sehingga digantikan oleh dokter umum lainnya.

4.1.2. Uji Validitas Kuesioner

Kuesioner yang digunakan terdiri dari 22 pertanyaan mengenai sikap dan perilaku yang ditunjukkan dokter saat komunikasi dokter-pasien berlangsung. Kuesioner dijawab dengan pilihan ‘Ya’ dan ‘Tidak’. Masing-masing pertanyaan akan diberikan skor sebagai berikut, skor 1 untuk jawaban ‘Tidak’ dan skor 2 untuk jawaban ‘Ya’. Skor total terendah adalah 22 dan skor total tertinggi adalah 44. Kuesioner didapatkan dari penelitian Fika Ekayanti18 dan telah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas dengan Croanbach Alfa dan didapatkan hasil Croanbach Alfa=0,795. Suatu instrumen penelitian dikatakan memiliki tingkat reliabilitas tinggi jika nilai koefisien Cronbach Alfa >0,60.15

Dengan demikian kuesioner tersebut dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena kuesioner tersebut telah memenuhi syarat kelayakan suatu instrumen.

4.1.3. Data Hasil Penelitian

Pada penelitian yang dilakukan di Klinik Makmur Jaya Ciputat ini didapatkan data 204 responden yang terdiri dari 102 responden pasien dokter lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (FKIK UINSH) dan 102 responden


(53)

pasien dokter bukan lulusan FKIK UINSH. Keseluruhan responden adalah pasien yang berkunjung ke pelayanan dokter umum di Klinik Makmur Jaya Ciputat.

Tabel 4.1.3.1 Distribusi Responden Penelitian

No. Kategori Responden

1. Usia N %

15-24 tahun 44 21,6

25-34 tahun 51 25,0

35-44 tahun 33 16,2

45-54 tahun 30 14,7

55-64 tahun 30 14,7

65-74 tahun 14 6,9

>74 tahun 2 1,0

2. Jenis Kelamin N %

Laki-laki 77 37,7

Perempuan 127 62,3

3. Tingkat Pendidikan N %

Tidak sekolah 3 1,5

Tamat SD/MI 14 6,9

Tamat SMP/MTs 29 14,2 Tamat SMA/MA 105 51,5 Tamat diploma/

perguruan tinggi 53 26,0

4. Pekerjaan N %

Tidak bekerja 78 38,2

Pegawai 76 37,3

Wiraswasta 17 8,3

Petani/nelayan/buruh 4 2,0

Lainnya 29 14,2

5. Frekuensi Berkunjung N % Baru pertama kali 44 21,6

2-5 kali 105 51,5

Lebih dari 6 kali 55 27,0

Frekuensi responden terbanyak ada pada kelompok usia 25-34 tahun yaitu sebanyak 51 orang responden atau sekitar 25,0% dari total responden. Responden perempuan lebih dominan dalam penelitian ini dengan jumlah responden perempuan sebanyak 127 orang atau sekitar 62,3% dari total responden. Rata-rata tingkat pendidikan terakhir responden adalah tamat SMA/MA yaitu sebanyak 105 orang atau sekitar 51,5% dari total responden. 78 orang atau 38,2% responden tidak bekerja, Ibu Rumah Tangga dan pensiunan termasuk dalam kategori ini sehingga dapat disimpulkan kebanyakan responden adalah Ibu Rumah Tangga dan


(54)

pensiunan dari pekerjaan sebelumnya. Lebih dari setengah responden yaitu 105 orang atau sekitar 51,5% dari total responden mengunjungi dokter 2-5 kali dalam setahun.

Tabel 4.1.3.2 Deskripsi Dokter

No. Kategori Dokter

1. Dokter N %

Dokter lulusan FKIK UINSH 7 58,33 Dokter bukan lulusan FKIK UINSH 5 41,67

2. Usia N %

25-30 tahun 11 91,67

31-40 tahun 1 8,33

3. Lama Berpraktek N %

1 tahun 2 16,67

2 tahun 5 41,67

3 tahun 1 8,33

4 tahun 2 16,67

5 tahun 1 8,33

15 tahun 1 8,33

Keseluruhan dokter yang dinilai dalam penelitian ini adalah dokter umum yang berpraktek di Klinik Makmur Jaya, Ciputat. Sebanyak 11 atau 91,67% dari total dokter yang dinilai dalam penelitian ini berusia antara 25-30 tahun, hanya 1 dokter atau 8,33% dari total dokter dalam penelitian ini yang berusia antara 41-50 tahun. Sejumlah 5 dari 12 atau 41,6% dari total dokter telah berpraktek selama 2 tahun, kebanyakan dokter adalah dokter yang belum lama lulus dari pendidikan kedokterannya karena waktu praktek dokter masih dibawah 5 tahun, hanya ada 1 dokter yang telah berpraktek lebih dari 10 tahun, tepatnya 15 tahun.

Analisis data terdiri dari analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi pada variabel independen dan variabel dependen yang diteliti. Analisis univariat menggambarkan distribusi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan frekuensi responden mengunjungi dokter. Analisis univariat juga menggambarkan distribusi usia dan lama berpraktek dokter. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan atau hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.


(55)

Tabel 4.1.3.3 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Menunjukkan Pemahaman Atas Perasaan Pasien

Dokter Lulusan Ya Tidak

p*

N % N %

FKIK UINSH Jakarta 95 93,1 7 6,9

Bukan FKIK UINSH Jakarta 87 85,3 15 14,7

0,071

Total 182 89,2 22 10,8

*Chi square

Tabel 4.1.3.3 menunjukkan bahwa sebanyak 93,1% responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH berpendapat bahwa dokter menunjukkan pemahaman atas perasaannya sebagai pasien, lebih banyak daripada responden pasien dokter bukan lulusan FKIK UINSH yang sejumlah 85,3% dari total respondennya merasakan hal yang sama. Setelah dilakukan analisis dengan uji Chi square, diperoleh nilai significancy adalah 0.071, karena nilai p>0.05 maka dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi pasien dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UINSH terhadap sikap dan perilaku dokter dalam menunjukkan pemaham atas perasaan pasien.

Tabel 4.1.3.4 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Menenangkan Pasien Saat Mengeluhkan Sakit Yang Dirasakan

Dokter Lulusan Ya Tidak

p*

N % N %

FKIK UINSH Jakarta 88 86,3 14 13,7

Bukan FKIK UINSH Jakarta 72 70,6 30 29,4

0,006

Total 160 78,4 44 21,6

*Chi square

Pada tabel 4.1.3.4 terlihat bahwa baik responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH (86,3%) maupun responden pasien dokter bukan lulusan FKIK UINSH (70,6%) mengatakan dokter menenangkannya saat responden mengeluhkan sakit yang dirasakan. Namun, terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua persepsi pasien karena setelah dilakukan analisis dengan uji Chi square diperoleh nilai significancy adalah 0.006, karena nilai p<0.05 maka, dinyatakan bahwa terdapat berbeda bermakna antara persepsi pasien dokter


(56)

lulusan dengan bukan lulusan FKIK UINSH terhadap sikap dan perilaku dokter dalam menenangkan pasien saat pasien mengeluhkan sakit yang dirasakan.

Tabel 4.1.3.5 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Menjelaskan Dengan Bahasa Yang Sederhana Tentang Penyakit Pasien

Dokter Lulusan Ya Tidak

p*

N % N %

FKIK UINSH Jakarta 101 99,0 1 1,0

Bukan FKIK UINSH Jakarta 100 98,0 2 2,0

1,000

Total 201 98,5 3 1,5

*Fisher exact test

Tabel 4.1.3.5 menunjukkan hampir seluruh responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH (99,0%) maupun bukan lulusan FKIK UINSH (98,0%) merasa dokter menjelaskan penyakit responden dengan bahasa yang sederhana. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua persepsi pasien karena setelah dilakukan analisis dengan uji Fisher exact test diperoleh nilai significancy adalah 1.000, karena nilai p>0.05 maka, dinyatakan bahwa tidak terdapat berbeda bermakna antara persepsi pasien dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UINSH terhadap kemampuan dokter menjelaskan penyakit pasien dengan bahasa yang sederhana.

Tabel 4.1.3.6 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Meyakinkan Pasien Bahwa Pasien Akan Baik-baik Saja

Dokter Lulusan Ya Tidak

p*

N % N %

FKIK UINSH Jakarta 76 74,5 26 25,5

Bukan FKIK UINSH Jakarta 63 61,8 39 38,2

0,051

Total 139 68,1 65 31,9

*Chi square

Tabel 4.1.3.6 menunjukkan bahwa 74,5% responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH mengatakan telah diyakinkan oleh dokter bahwa responden akan baik-baik saja. Sementara itu, ada 38,2% responden pasien dokter bukan lulusan FKIK UINSH yang tidak diyakinkan oleh dokter bahwa responden akan baik-baik saja terkait penyakitnya. Setelah dilakukan analisis dengan uji Chi square, diperoleh nilai significancy adalah 0.051, karena nilai p>0.05 maka dinyatakan


(57)

bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi pasien dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UINSH terhadap sikap dan perilaku dokter dalam meyakinkan bahwa pasien akan baik-baik saja.

Tabel 4.1.3.7 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Menjelaskan Pengobatan Yang Harus Pasien Lakukan Dengan Gamblang

Dokter Lulusan Ya Tidak

p*

N % N %

FKIK UINSH Jakarta 87 85,3 15 14,7

Bukan FKIK UINSH Jakarta 67 65,7 35 34,3

0,001

Total 154 75,5 50 24,5

*Chi square

Tabel 4.1.3.7 menjelaskan bahwa sebanyak 85,3% responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH berpendapat bahwa dokter menjelaskan pengobatan yang harus dilakukan dengan gamblang, lebih banyak dari responden pasien dokter bukan lulusan FKIK UINSH dimana 65,7% dari total responden berpendapat demikian. Namun terdapat 14,7% dan 34,3% masing-masing responden untuk pasien dokter lulusan FKIK UINSH dan bukan lulusan FKIK UINSH yang mengatakan bahwa dokter tidak menjelaskan pengobatan yang harus dilakukan dengan gamblang. Setelah dilakukan analisis dengan uji Chi square, diperoleh nilai significancy adalah 0.001, karena nilai p<0.05 maka dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi pasien dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UINSH terhadap sikap dan perilaku dokter dalam menjelaskan pengobatan yang harus dilakukan pasien dengan gamblang. Penelitian yang dilakukan Suryawati19 menunjukkan hasil bahwa penjelasan dokter terhadap pengobatan yang akan dilakukan pasien merupakan salah satu indikator kepuasan pasien terhadap pelayanan dokter.


(1)

19.

Pertanyaan 19

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 7.507a 1 .006

Continuity Correctionb 6.697 1 .010

Likelihood Ratio 7.590 1 .006

Fisher's Exact Test .009 .005

Linear-by-Linear

Association 7.471 1 .006

N of Valid Casesb 204

20.

Pertanyaan 20

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.612a 1 .204

Continuity Correctionb 1.234 1 .267

Likelihood Ratio 1.616 1 .204

Fisher's Exact Test .267 .133

Linear-by-Linear

Association 1.604 1 .205

N of Valid Casesb 204

21.

Pertanyaan 21

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .687a 1 .407

Continuity Correctionb .172 1 .679

Likelihood Ratio .700 1 .403

Fisher's Exact Test .683 .341

Linear-by-Linear

Association .684 1 .408


(2)

22.

Pertanyaan 22

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 7.022a 1 .008

Continuity Correctionb 5.804 1 .016

Likelihood Ratio 7.437 1 .006

Fisher's Exact Test .014 .007

Linear-by-Linear

Association 6.988 1 .008

N of Valid Casesb 204

23.

Total 22 pertanyaan

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 29.883a 1 .000

Continuity Correctionb 29.516 1 .000

Likelihood Ratio 29.954 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear

Association 29.877 1 .000


(3)

(4)

No. Responden: *

A. IDENTITAS RESPONDEN

Usia Anda saat ini : ... Tahun. L P

Tingkat pendidikan terakhir:

Tamat SMP S2

Tamat SMA S3

S1

Pekerjaan : **

Pelajar/Mahasiswa Ibu RT Wiraswasta/enterpreneur Frekuensi Anda mengunjungi dokter:

Baru pertama kali 2-5 kali Lebih dari 6 kali

B. IDENTITAS DOKTER

Nama Klinik

Nama dokter yang Anda kunjungi

Lama berpraktek *

Perkiraan usia dokter yang Anda kunjungi, antara:

25 - 30 tahun 31 - 40 tahun

* Diisi oleh peneliti

** Boleh mengisi lebih dari satu

KUESIONER PENELITIAN

BAGIAN PERTAMA Petunjuk pengisian:

Jenis Kelamin:

tahun

Keterangan:

PNS Peg swasta

41 - 50 tahun Di atas 50 tahun Ba alah perta yaa de ga seksa a. Isika data A da, erika ta da sila g X atau ta da e ta g/ eklis √ pada kolom yang disediakan. Periksa kembali jawaban Anda untuk memastikan semua jawaban sudah terisi.


(5)

No. 1.

2. Dokter menenangkan saya, saat saya mengeluhkan sakit yang saya rasakan. 3. Dokter menjelaskan dengan bahasa yang sederhana tentang penyakit saya. 4.

5. Dokter menjelaskan pengobatan yang harus saya lakukan dengan gamblang. 6. 7. 9. 10. 11. 13. 14. 15. 16. 18. 19. 20. 21. 22. Ya/Tidak, karena 23.

Dokter tidak memberi kesempatan bagi saya untuk bertanya. Dokter cukup terbuka dalam menerima pendapat saya.

Bayangkan dan ingat kembali perilaku dan sikap yang ditunjukkan oleh dokter Anda ketika berada di ruang praktek. Kemudian, buatlah penilaian Anda pada pernyataan-pernyataan berikut, dengan memberi tanda silang (X) atau centang/ceklis (√) pada kolom YA bila perilaku terjadi/muncul dan TIDAK bila perilaku tidak terjadi/tidak muncul.

TIDAK YA

Perilaku dan Sikap Dokter Dokter menunjukkan pemahaman atas perasaan saya.

8.

Dokter meyakinkan saya bahwa saya akan baik-baik saja.

Dokter mengapresiasi tindakan dan jenis pengobatan yang pernah saya lakukan sebelumnya.

Selama pemeriksaan, dokter terlihat tenang dan itu menenangkan saya. BAGIAN KEDUA

Dokter menjelaskan riwayat penyakit saya dari awal sampai tuntas. 17.

Dokter memperhatikan saya, saat saya berbicara.

12.

Dokter menyapa saya dengan memanggil nama saya.

Saya mendapatkan penjelasan yang lengkap tentang penyakit yang saya derita dari dokter.

Dokter menunjukkan kepedulian pada kesembuhan saya.

Jika saya sakit, saya lebih suka langsung berkonsultasi dengan dokter spesialis dibandingkan ke dokter umum.

Sebutkan alasan Anda atas jawaban No. 23

Sebutkan harapan Anda tentang keterampilan interpesonal yang harus dimiliki seorang dokter: Ketika menjelaskan diagnosis, suara dokter terdengar tegas.

Petunjuk pengisian:

Dokter berusaha menyembunyikan apa diagnosis penyakit saya. Dokter menjelaskan seluruh prosedur pengobatan dengan sabar. Dokter tidak segan bertanya tentang keadaan keluarga saya. Dokter juga menanyakan daerah tempat tinggal saya. Dokter mengingat nama saya dengan baik.

Dalam keadaan darurat, dokter mengizinkan saya menelepon ke nomor pribadinya.

Dokter mengatakan dengan jujur perihal penyakit yang saya derita.

Lampiran

4


(6)

RIWAYAT PENULIS

Nama

: Annisa Zakiroh

Tempat tanggal lahir : Balikpapan, 02 Oktober 1993

Alamat

: Jl. Pandan Barat No. 17 RT. 29 Margasari 76131 Balikpapan,

Kalimantan Timur

E-mail

: annisazakiroh@gmail.com

No. telepon

: +6285247610702

Riwayat Pendidikan

TK Permata Bunyu, Bulungan, Kalimantan Timur (1997-1999)

SD Patra Dharma Bunyu, Bulungan, Kalimantan Timur (1999-2000)

SDN 029 Balikpapan Utara, Balikpapan, Kalimantan Timur (2000-2002)

SDIT Al-Auliya Balikpapan, Kalimantan Timur (2002-2005)

SMPIT Istiqamah Balikpapan, Kalimantan Timur (2005-2008)

SMA Negeri 1 Balikpapan, Kalimantan Timur (2008-2011)

Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(2011-sekarang)