22
3. Rumusan Masalah
Asupan cairan merupakan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh manusia. Secara fisiologis, manusia sudah dibekali tubuh. Respon untuk
memasukan cairan ke dalam tubuh. Respon haus merupakan reflek yang secara otomatis menjadi perintah kepada tubuh memasukkan cairan. Pusat pengendalian
rasa haus berada di dalam hipotalamus otak. Rasa haus akan muncul jika volume cairan dalam tubuh menurun. Kondisi
tersebut akan memberikan stimulus pada terhadap pusat rasa haus terjadi peningkatan konsentrasi plasma dan penurunan volume darah. Sehingga, pusat
rasa haus di hipotalamus akan memerintahkan motorik untuk memasukkan cairan ke dalam tubuh. Selain itu, untuk memantau diatur oleh sel-sel reseptor yang
disebut dengan osmoreseptor. Jika terjadi kehilangan cairan terlalu banyak, maka osmoreseptor akan berespons dan mengaktifkan akan minum.
Selain menurunan volume cairan dalam plasma, pusat rasa haus dipengaruhi oleh Perry Potter, 2006.
1. Keringnya membran mukosa faring dan mulut
2. Angiotensin II
3. Kehilangan kalsium
4. Faktor psikologis
Air sebagai asupan pokok diperoleh dari sebagai bahan makanan, seperti buah-buahan, sayuran dan daging. Proses oksidasi bahan makanan selama proses
pencernaan juga menghasilkan air. Proses pencernaan makanan akan menghasilkan jumlah air yang cukup 220 ml dari metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak. Akan tetapi memenuhi kebuhan air, karena kebutuhan cairan kita sangat besar.
23 Asupan cairan melewati oral bisa dilakukan pada orang yang sadar, karena
respon haus reflek menelan yang bagus. Akan tetapi, pada klien dengan kerusakan neurologis atau psikologis, bahkan lansia sering mengalami reistraned sehingga
tidak merasakan dan merespon rasa haus dari hipotalamus. Klien-klien seperti inilah yang sangat beresiko untuk terjadinya dehidrasi.
Sebagain asupan cauran, peroses reabsorbsi dalam tubuh juga memberikan input bagi keseimbangan. Reabsorbsi bisa terjadi di tubulus proksimal dalam
tubulus. Terdapat banyak sebab kehilangan cairan tubuh dan kandungan elektrolit
diantaranya kehilangan melalui saluran pencernaan misalnya muntah, diare, drainase dan gastrik intestinal. Kehilangan cairan tubuh melalui saluran
perkemihan, karena diuresis osmotik, diabetes insipidus. Ada dua jenis dehidrasi yaitu: Long, 1992
1. Dehidrasi di mana kekurangan air lebih dominan dibanding kekurangan
elektrolit dehidrasi isotonis. Pada dehidrasi jenis ini terjadi pemekatan cairan ekstraseluler, sehingga terjadi perpindahan air dari intrasel ke ekstrasel
yang menyebabkan terjadi „dehidrasi intraselluler‟. Bila cairan intrasel berkurang lebih dari 20, maka sel akan mati. Dehidrasi jenis ini terjadi bila
seseorang minum air laut pada saat kehausan berat. 2.
Dehidrasi di mana kekurangan elektrolit lebih dominan dibanding kekurangan air dehidrasi hipertonik. Pada dehidrasi jenis ini cairan ekstraseluler bersifat
hipotonis, sehingga terjadi perpindahan air dari ekstrasel ke intrasel yang menyebabkan terjadi „edema intrasel‟. Dehidrasi jenis ini terjadi bila
24 seseorang yang mengalami kekurangan cairan hanya diatas dengan minum air
murni tanpa mengandung elektrolit Asmadi, 2008. Dehidrasi sangat bahaya terhadap keselamatan hidup manusia. Tingkat
keparahan yang ditimbulkan akibat dehidrasi bergantung pada seberapa besar derajat dehidrasi yang dialaminya. Perawat harus mampu untuk
mengidentifikasi tingkat dehidrasi yang terjadi pada klien. Untuk mengetahuinya, ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Pertama, tingkat
keparahan dehidrasi dapat dihitung dari penurunan berat badan.
4. Rencana Tindakan Keperawatan