Analisis kesalahan penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi siswa x SMA Ar- Ridwan Bekasi Tahun pelajaran 2011-2013

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI
DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA X SMA ArRIDWAN BEKASI TAHUN PELAJARAN 2011-2013

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh
Husen Mubarok
NIM 107013001678

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014

ABSTRAK
Husen Mubarok; 107013001678 “Analisis Kesalahan Konjungsi Dalam
Karangan Argumentasi Siswa Kelas X SMA Ar-Ridwan Bekasi Tahun Pelajaran

2013-2014”.
Kata kunci: analisis kesalahan, konjungsi dan karangan argumentasi.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Ar-Ridwan pada bulan April 2013.
Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah
penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi yang ditulis siswa kelas X
SMA Ar-Ridwa Bekasi.
Penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik analisis
isi yaitu penulis meneliti suatu objek yang dipaparkan secara lengkap dan jelas
tentang segala hal mengenai objek yang diteliti. Objek penelitian ini adalah
karangan argumentasi siswa, sedangkan fokus penelitian ini adalah konjungsi
dengan kriteria kesesuaian kaidah tata bahasa Indonesia. Korpus penelitian ini
adalah jumlah kalimat sebanyak 230 kalimat dan 351 dalam 14 argumentasi yang
dianalisis.
Melalui analisis secara kualitatif, dapat disimpulkan bahwa penggunaan
Berdasarkan hasil analisis kesalahan penggunaan konjungsi dalam karangan
argumentasi siswa kelas X SMA 45 kesalahan penggunaan konjungsi dalam
karangan argumentasi dari 14 siswa. Data kesalahan penggunaan konjungsi dalam
karangan argumentasi menunjukan bahwa kesalahan penggunaan konjungsi
intrakalimat sebanyak 34 kesalhan atau 11,03% , kesalahan penggunaan konjungsi
antarkalimat sebanyak 11 kesalahan atau 25,58%. Dengan demikian hasil tertinggi

dari hasil analisis kesalahan penggunaan konjungsi adalah konjungsi intrakalimat
11,03% dari 14 siswa, dan hasil terendah dari hasil analisis kesalahan penggunaan
konjungsi penggunaan konjungsi antarkalimat dengan 25,58% dari 14 siswa.

i

ABSTRAC

Husen Mubarok; 107013001678 "Error Analysis Conjunction In Argument Essay Class X
High School Ar-Ridwan Bekasi Academic Year 2013-2014".

Keywords: error analysis, conjunctions and essay argument.
The research was carried out in Ar-Ridwan high school in April 2013. The
purpose of this paper is to determine how the use of conjunctions in the essay
written arguments class X SMA Ar-Ridwa Bekasi.
The author uses descriptive qualitative method with content analysis techniques is
the author examines an object presented in a complete and clear on all matters
concerning the object under study. The object of this research is the argument
essay students, while the focus of this study is conjunction with the criteria of
suitability Indonesian grammar rules. The corpus of this study is the number of

sentences of 230 and 351 words in 14 arguments are analyzed.
Through qualitative analysis, it can be concluded that the use of error analysis
results essay arguing the use of conjunctions in class X SMA 45 errors in the use
of conjunctions argument essay of 14 students. Data errors in the use of
conjunctions argument essay shows that the use of conjunctions intrakalimat error
as much as 34 kesalhan or 11.03%, misapplication conjunction antarkalimat many
as 11 errors, or 25.58%. Thus the highest yield of the results of the error analysis
is the use of conjunctions conjunctions intrakalimat 11.03% of the 14 students,
and the lowest result from the analysis of conjunctive use of conjunctions misuse
antarkalimat with 25.58% of the 14 students.

ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Swt yang telah memberikan nikmat-Nya
yang tak terhitung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurahkan pada Nabi Muhammad Saw beserta
pengikutnya dan semoga kita semua senantiasa hidup bersama tauladannya.
Penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Penggunaan Konjungsi pada
Tajuk Rencana dalam Harian Kompas Sebagai Sumber Belajar” bertujuan untuk

memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana (S-1), Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sehubungan dengan selesainya skripsi ini, penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang dihadapi,
namun berkat bantuan dan motivasi yang tidak ternilai dari berbagai pihak,
akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis hanya dapat menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Dengan ketulusan hati, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1.

Nurlena Rifa‟i, M.A., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmuu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Dra. Mahmudah Fitriyah, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia.


3.

Ahmad Bahtiar, M.Hum., Dosen Pembimbing sekaligus inspirator yang
selalu sabar memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian
skripsi ini.

4.

Segenap Dosen dan petugas administrasi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan khususnya Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
yang telah memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan selama penulis
belajar di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5.

Seluruh petugas perpustakaan umum dan perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan yang telah membantu penulis dalam penyediaan
referensi skripsi.

iii


6.

Keluarga penulis, terutama kepada kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda
H.Asja dan Ibundza siwah yang telah memberikan segalanya baik moril
maupun materil yang tidak akan pernah bisa terbalas. Semoga Allah Swt
selalu memberkahi kalian berdua. Serta Kakak dan adik-adikku, kalian
adalah motivator sejati untukku, semoga Allah selalu memberimu jalan
mengejar ilmu.

7.

Keluarga besar Ponpes Darut Tafsir, Bapak KH. Nu‟man Istichori dan
segenap dewan guru yang telah bersedia menampung dan membimbing
penulis dalam hal agama.

8.

Rekan-rekan PBSI 2007 terutama PBSI 2007 kelas B yang telah
mewarnai hari-hari penulis dengan persahabatan. Sahabat-sahabatku di

kantin, Ipang, Prima, dan kawan-kawan, yang selalu menyumbang tawa
dan setia mengusir kejenuhan semasa kuliah, mudah-mudahan kita semua
senantiasa diberi kemudahan dan kesuksesan.

9.

Sahabat-sahabatku di kamar kos, Adul, Vuby, Saef, Nazar, Ucok, Uci,
kalian telah menciptakan suasana kekeluargaan yang tidak akan
terlupakan.

10. Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu. Semoga kebaikan yang kalian berikan,
dibalas dengan pahala dan nikmat dari Allah Swt.
Walaupun demikian, isi dan penulisan skripsi ini adalah tanggung jawab
penulis. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
dari berbagai pihak sehingga tugas akhir ini akan menjadi lebih baik dan
bermanfaat.
Jakarta, 17 april 2014

Penulis


iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
UJI REFERENSI
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK..........................................................................................
ABSTRAC ..........................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................
DAFTAR TABEL .............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................
BAB I

BAB II

i

ii
iii
v
vii
viii

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................

1

B. Identifikasi Masalah ......................................................

4

C. Batasan Masalah ...........................................................

4

D. Rumusan Masalah .........................................................


4

E. Tujuan Penelitian ..........................................................

5

F. Manfaat Penelitian ........................................................

5

LANDASAN TEORI
A. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa .....................

7

B. Konjungsi ....................................................................

9


1. Pengertian Konjungsi ...............................................

9

2. Jenis-Jenis Konjungsi ...............................................

10

C. Karangan Argumentasi .................................................

15

1. Pengertian Karangan Argumentasi ............................

15

2. Langkah Membuat Karangan Argumentasi ...............

16

D. Penelitian Yang Relevan ..............................................

19

E. Kerangka Berpikir .........................................................

20

F. Hipotesis Penelitian.......................................................

22

v

BAB III

BAB IV

BAB V

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian........................................

23

B. Metode Penelitian ........................................................

23

C. Sumber Data ................................................................

26

D. Objek Penelitian ...........................................................

26

E. Fokus penelitian ...........................................................

26

F. Korpus Penelitian .........................................................

26

G. Metode Pengumpulan Data ..........................................

27

H. Teknik Penelitian .........................................................

27

1. Tekhnik Pengumpulan Data ......................................

27

2. Tekhnik Pengolahan Data .........................................

28

3. Tekhnik Analisis Data ..............................................

29

4. Penarikan Kesimpulan ..............................................

30

I. Instrumen Penelitian......................................................

30

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ..............................................................

32

1. Gambaran Umum Sekolah ........................................

32

2. Visi dan Misi SMA Ar-Ridwan ................................

33

B. Pembahasan ..................................................................

36

1. Analisis Data ............................................................

37

2. Pengolahan Data .......................................................

53

C. Interpretasi Data ...........................................................

54

PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................

55

B. Implikasi ......................................................................

55

C. Saran .............................................................................

56

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi

DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Format Kesalahan Penggunaan Konjungsi ............................

32

Tabel 2 : Kurikulum .............................................................................

34

Tabel 3 : Keadaan Tenaga Pengajar SMA Ar-Ridwan Bekasi ..............

35

Tabel 4 : Keadaan Staf TU SMA Ar-Ridwan Bekasi ............................

35

Tabel 5 : Jumlah Siswa SMA Ar-Ridwan Bekasi .................................

36

Tabel 6 : Format Kesalahan Penggunaan Konjungsi .............................

38

vii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Karangan Argumentasi Siswa ...........................................

72

Lampiran 2: Hasil Analisis Karangan Argumentasi Siswa .....................

80

Lampiran 3: Lembar Uji Referensi ........................................................

99

Lampiran 4: Surat Keterangan Penelitian/Riset .....................................

106

viii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Mengarang pada hakikatnya adalah mengungkapkan atau menyampaikan
gagasan, informasi, dan pengalaman melalui bahasa tulis. Pengungkapan atau
penyampaian gagasan ini dapat diwujudkan melalui berbagai unsur bahasa.
Gagasan dapat diungkapkan melalui kata, kalimat atau paragraph, dan bahkan
melalui karangan utuh.
Penyampaian gagasan melalui karangan dapat dibedakan atas berbagai
macam berdasarkan tujuan yang hendak dicapai penulisnya. Berdasarkan tujuan
yang hendak dicapai oleh penulisnya, kita mengenal karangan diantaranya
argumentasi, persuasi, deskripsi, dan narasi.
Bahasa yang efektif dikenal dalam hubungan dengan fungsinya sebagai
sarana menulis karangan. Sebagai sarana menulis karangan, bahasa terlibat dalam
proses penyampaian dan penerimaan. Hal yang disampaikan dan yang diterima
bisa saja berupa ide, gagasan, pesan, pengertian, perasaan, pendapat, dan
informasi. Bahasa dikatakan efektif jika mampu membuat proses penyampaian
dan penerimaan itu berlangsung secara sempurna. Bahasa yang efektif bisa membuat maksud yang diwadahinya tergambar lengkap dalam pikiran pembaca (atau
pendengar), persis seperti yang disampaikannya. Jadi, dengan penggunaan bahasa
Indonesia yang efektif, pembaca lebih mudah dapat memahami maksud yang
disampaikan.
Berbahasa Indonesia baku atau berbahasa Indonesia yang baik dan benar
secara taat asas dalam menulis bukan semata-mata dimaksudkan untuk
menciptakan keefektifan dan keefisienan komunikasi antara penulis dan pembaca.
Pada satu pihak, memang disadari betapa pentingnya penggunaan bahasa
Indonesia baku dalam upaya menciptakan keefektifan komunikasi antara penulis
dan pembaca. Akan tetapi, pada pihak lain, tidak dapat dipungkiri adanya banyak
temuan yang menunjukkan betapa tidak efektifnya penggunaan bahasa Indonesia
dalam tulisan siswa. Contohnya, dalam artikelnya, Ketika membaca sebuah karya,

1

2

pada karya tersebut yang bersifat fiksi maupun nonfiksi, terkadang jika
diperhatikan lebih cermat atau teliti dalam penulisannya masih terdapat banyak
kesalahan bahasa yang berkaitan dengan struktur kalimat.
Kesalahan struktur kalimat, yang dimaksud dengan kesalahan struktur
kalimat adalah yang terpisah dari kalimat intinya, misalnya unsur anak kalimat
atau keterangan. Hal yang demikian jelas tidak dapat dikelompokkan kedalam
kalimat, hal itu dikarenakan oleh makna pokok dari kalimat tersebut tidak
berkaitan.
Sebuah kalimat ditandai dengan kelengkapan unsurnya. Paling tidak
unsur subjek predikat harus ada dalam sebuah kalimat. Dapat pula kalimat dasar
dilengkapi unsur objek apabila verbanya memerlukan objek. Sementara itu, unsur
keterangan dapat ditambahkan. Namun, keterangan tidak mutlak harus ada. Hal
itu tergantung pada konteks dan kaidah kebahasaan yang berlaku.
Ada beberapa sebab terpisahnya unsur kalimat dari kalimat intinya.
Adakalanya penggunaan penghubung antarkalimat yang ditulis terpisah untuk
menghindari kalimat yang terlalu panjang. Selain itu, hal itu terjadi karena kurang
cermatnya penulis dalam menentukan kalimat yang baku dalam penulisan
karyanya.
Pemilihan diksi khususnya kata penghubung atau konjungsi mengandung
teknis pemilihan kata dalam penulisan atau karangan, pemilihan kata tersebut
bertujuan agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan efektif. Oleh
karena itu, pemilihan kata merupakan unsur yang sangat penting dalam
mengarang.
Di dalam kalimat, kata penghubung antarkalimat. Misalnya, tetapi,
sedangkan, dan digunakan sebagai dalam kalimat majemuk setara. Sementara itu,
kata seperti meskipun, (kendatipun, walaupun), karena (sebab), agar (supaya,
demi, untuk), ketika (sementara, sebelum, sesudah), bahwa dan sehingga
digunakan dalam kalimat majmuk bertingkat. Bandingkan dengan penghubung
antarkalimat, seperti akan tetapi (namun), sementara itu, selain itu (selanjutnua,
disamping itu), meskipun demikian (walaupun begitu, kendatipun) oleh sebab itu
(karena itu), untuk itu, sebelumnya (setelah itu), dengan demikian (jadi).

3

Penghubung itu digunakan untuk mengaitkan kalimat yang satu dengan kalimat
yang lainnya. Tentu saja penghubung itu terletak di awal kalimat dan diikuti tanda
koma. Sebaliknya penghubung antarkalimat tidak dapat menggantikan fungsi
penghubung antarakalimat.
Kata penghubung atau konjungsi sangat berperan dalam kesempurnaan
kalimat pada karya tulis baik yang berbentuk fiksi maupun nonfiksi, yang
berpungsi sebagai penyempurna kalimat dan kesatuan makna.
Sudah tentu masalah di atas perlu dicarikan upaya pemecahannya.
Berkenaan dengan masalah dan upaya pemecahannya, yaitu berupa aktivitas
menganalisis kesalahan bahasa dalam pembelajaran menulis. Pilihan ini dilandasi
oleh teori dan logika yang menyatakan bahwa pengajaran bahasa berhubungan
erat dengan analisis kesalahan, bahkan kesalahan bahasa tidak bisa dilepaskan dari
proses belajar bahasa. Para pakar linguistik, pakar pengajaran bahasa, dan guru
bahasa sepakat menyikapi kesalahan berbahasa sebagai sesuatu yang mengganggu
pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Sebab itu, keadaan ini harus dikurangi dan,
kalau bisa, dihilangkan. Hal itu akan tercapai jika seluk-beluk kesalahan bahasa
dikaji secara mendalam. Analisis kesalahan adalah sebuah prosedur kerja, yang
biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan
sampel, pengiditifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan
kesalahan tersebut, pengklasifikasian itu berdasarkan penyebabnya, serta
pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu.1
Pada hakikatnya analisis kesalahan bahasa merupakan suatu proses yang
memiliki prosedur yang harus dipedomani. Ellis dan Sridhar (dalam Tarigan,
1988) mengemukakan enam langkah dalam hal ini, yaitu (1) mengumpulkan data
kesalahan,

(2)

mengidentifikasi

dan

mengklasifikasi

kesalahan,

(3)

memeringkatkan kesalahan, (4) menjelaskan kesalahan, (5) memprediksi daerah
atau butir kebahasaan yang rawan kesalahan, dan (6) memperbaiki kesalahan.
Dengan menempuh prosdur tersebut, pembelajar diharapkan memiliki wawasan
yang memadai tentang ragam kesalahan dalam bahasa Indonesia, khususnya
1

Henry Guntur Tarigan da Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesahan Berbahasa,
(Bandung: Angkasa) h.70.

4

dalam tulisan, sekaligus memahami faktor-faktor penyebabnya ditinjau dari
kaidah bahasa Indonesia baku sebagai tolok ukur atau acuan benar-salah.
Berdasarkan beberapa uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai penggunaan konjungsi pada karangan yang ditulis oleh siswa
dengan judul “Analisis Kesalahan Konjungsi pada Karangan Argumentasi
Siswa Kelas X SMA Ar-Ridwan Bekasi.”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

masalah

di

atas,

peneliti

dapat

mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Karangan argumentasi yang ditulis oleh siswa menggunakan konjungsi yang
tidak tepat dan sesuai.
2. Penggunaan konjungsi pada karangan argumentasi siswa masih melakukan
kesalahan.
3. Kurangnya pemahaman siswa mengenai penggunaan konjungsi yang sesuai
dengan kaidah Bahasa Indonesia.
4. Masih banyak kesalahan penggunaan konjungsi pada karangan argumentasi.

C. Batasan Masalah
Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data yang akan dianalisia adalah karangan argumentasi siswa kelas X ArRidwa Bekasi.
2. Kesesuaian penggunaan kojungsi pada karangan argumentasi siswa kelas X ArRidwan Bekasi.

D. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam menggunakan konjungsi pada
karangan argumentasi?
2. Kesalahan konjungsi apa sajakah yang terdapat pada karangan argumentasi
siswa kelas X SMA Ar-Ridwan?

5

E. TujuanPenelitian
Tujuan utama penelitian pada penulisan skripsi ini adalah:
1. Mengetahui pemahaman siswa terhadap penggunaan konjungsi pada karangan
argumentasi
2. Mengetahui kesalahan penggunaan konjungsi pada karangan argumentasi
siswa.

F. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalahan dan tujuan penelitian yang sudah
disebutkan di atas, maka manfaat penelitian ini yang diharapkan kedepannya
adalah:
1. Manfaat teoretis
Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini adalah untuk bahan referensi belajar
bagi siswa atau pihak-pihak sekolah yang bersimpati dan menggunakan metode
analisis kesahan berbahasa dalam mengoreksi tugas siswa atau pun bahan
bacaan lainnya.
2. Manfaat Praktis
Sesuai dengan manfaat praktis dalam penelitian ini terbagi menjadi empat
bagian, yaitu:
a. Bagi Pendidik
Manfaat bagi pendidik khususnya guru bahasa indonesia menjadikan
penelitian ini sebagai acuan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah dan
arahan yang jelas bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran dan
membimbing kegiatan siswa secara bertahap.
b. Bagi Siswa
Manfaat bagi siswa adalah untuk memberikan pemahaman bagi siswa dalam
menggunakan konjungsi pada penulisan karangan argumentasi.
c. Bagi Sekolah
Manfaat bagi sekolah dalam penelitian ini bermaksud agar sekolah dapat
memberikan

sumbangan

positif

terhadap

kemajuan

sekolah

serta

kondusifnya iklim pendidikan di sekolah, khususnya pembelajaran bahasa

6

indonesia dalam karangan argumentasi dan memberikan masukan dalam
mengaktifkan pembnaan dan pengelolaan proses belajar mengajar dalam
pelaksanaan pendidikan.
d. Bagi Peneliti
Bagi peneliti, sebagai pengalaman dalam menyelesaikan permasalahan yang
berkaitan

dengan

pembelajaran

bahasa

indonesia

dan

menambah

pengetahuan serta wawasan mengenai analisis kesalahan berbahasa, dan
penggunaan konjungsi yang sesuai dalam karangan argumentasi.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa
Analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja, yang biasa digunakan
oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sempel,
pengsidefikasian kesalahan yang terdapat dalam sempel, penjelasan kesalahan
tersebut, pengkelasifikasian kesahan itu berdasarkan penyebabnya, serta
pengevaluasian atau penilaian tahap keseriusan kesahan itu.1
Pembelajaran bahasa pada dasarnya adalah proses mempelajari bahasa.
Dalam mempelajari bahasa tentu tidak luput dari kesalahan. Semua orang yang
belajar bahasa pasti tidak luput dari kesalahan. Ingatlah bahwa kesalahan itu
sumber inspirasi untuk menjadi benar.2
Studi mengenai kesalahan dan hubungannya dengan pengajaran bahasa
perlu digalakkan sebab melalui kegiatan kajian kesalahan itu dapat diungkapkan
berbagai hal berkaitan dengan kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa
atau pembelajar. Apabila kesalahan-kesalahan itu telah diketahui, dapat
dugunakan sebagai umpan balik dalam penyempurnaan pengajaran bahasa.
Hubungan antara pengajaran bahasa dengan kesalahan berbahasa itu
sangat erat. Bahkan Tarigan mengatakan bahwa hubungan keduanya ibarat air
dengan ikan. Sebagaimana ikan hanya dapat hidup dan berada di dalam air, begitu
juga kesalahan berbahasa sering terjadi dalam pembelajaran bahasa.3
Para pakar linguistik dan para guru bahasa Indonesia sependapat bahwa
kesalahan berbahasa itu mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Oleh
sebab itu, kesalahan berbahasa yang sering dibuat siswa harus dikurangi dan
dihapuskan.
Kesalahan berbahasa merupakan suatu proses yang didasarkan pada
analisis kesalahan siswa atau seseorang yang sedang mempelajari sesuatu,
1

Henry Guntur Tarigan da Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesahan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa) h.70.
2
Ibid. h.70.
3
Ibid, h. 67

7

8

misalnya, bahasa. Bahasa itu bisa bahasa daerah, bahasa Indonesia, bisa juga
bahasa asing.
Kemampuan menguasai bahasa secara baik dapat dilakukan seseorang
dengan cara mempelajarinya, yaitu berlatih berulang-ulang dengan pembetulan di
sana-sini. Proses pembelajaran ini tentunya menggunakan strategi yang tepat agar
dapat memperoleh hasil yang positif.
Analisis kesalahan berbahasa, ditujukan kepada bahasa yang sedang
dipelajari atau ditargetkan sebab analisis kesalahan dapat membantu dan bahkan
sangat berguna sebagai kelancaran program pengajaran yang sedang dilaksanakan.
Maksudnya, dengan analisis kesalahan para guru dapat mengatasi kesulitan yang
dihadapi siswa.
Kesalahan itu biasanya ditentukan berdasarkan kaidah atau aturan yang
berlaku dalam bahasa yang sedang dipelajari. Jika kata atau kalimat

yang

digunakan siswa atau pembelajar tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku, maka
pembelajar bahasa dikatakan membuat kesalahan.
Dalam kaitannya dengan pengertian analisis kesalahan, Crystal
mengatakan

bahwa

mengidentifikasikan,

analisis

kesalahan

mengklasifikasikan,

adalah
dan

suatu

teknik

untuk

menginterpretasikan

secara

sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat siswa yang sedang belajar bahasa
kedua atau bahasa asing dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur
berdasarkan linguistik.4
Tarigan juga mengatakan bahwa analisis kesalahan berbahasa adalah
suatu proses kerja yang digunakan oleh para guru dan peneliti bahasa dengan
langkah-langkah pengumpulan data, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat di
dalam data, penjelasan kesalahan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan
itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian taraf keseriusan kesalahan
itu.5
Kesalahan berbahasa itu bisa terjadi disebabkan oleh kemampuan
pemahaman siswa atau pembelajar bahasa. Artinya, siswa memang belum
4

Ibid, h.68
Ibid, h.68

5

9

memahami sistem bahasa yang digunakan. Kesalahan biasanya terjadi secara
sistematis. Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki.
Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. Misalnya, melalui pengajaran
remidial, pelatihan, praktik, dan sebagainya. Kadangkala sering dikatakan bahwa
kesalahan merupakan gambaran terhadap pemahaman siswa akan sistem bahasa
yang sedang dipelajari. Bila tahap pemahaman siswa akan sistem bahasa yang
dipelajari ternyata kurang, kesalahan akan sering terjadi. Kesalahan akan
berkurang bila tahap pemahamannya semakin baik.
B. Konjungsi
1. Pengertian Konjungsi
Konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan
yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan
lain atau lebih suatu dalam konstruksi. Konjungsi menghubungkan bagianbagian ujaran yang setataran maupun yang tidak setataran.6 Sementara itu
menurut Anton Moeliono dkk, konjungsi atau yang biasa dinamakan kata
sambung, adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang
sederajat: kata dengan kata, frase dengan frase, atau klausa dengan klausa.7
Pendapat tersebut didukung pula oleh Fatimah Djajasudarma yang menyatakan
bahwa

konjungsi

atau

kata

sambung

adalah

kata

yang

berfungsi

menghubungkan dua unsur atau lebih pada tataran sintaktik (frase, klausa, dan
kalimat).8 Perhatikan contoh berikut:
a. Andi sedang menulis dan adiknya sedang membaca .
b. Celana merah atau rok biru?
Dari contoh di atas tampak dua buah konjungsi yaitu dan dan atau
sesuai dengan fungsinya masing-masing. Pada contoh (a) konjungtor dan
berfungsi sebagai konjungsi yang menghubungkan klausa dengan klausa,
6

Harimurti Kridalaksana, Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia Edisi Kedua, ( Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2005), h.102.
7
Hasan Alwi dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka,
2003) h.296.
8
Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik Cetakan Kedua, (Bandung: PT Refika Aditama,
2006), h.51.

10

sedangkan pada contoh (b) konjungtor atau berperan sebagai konjungtor yang
menghubungkan frase dengan frase.
2. Jenis-jenis Konjungsi
Dilihat dari perilaku sintaksisnya dalam kalimat, konjungsi dibagi
menjadi empat kelompok, yaitu:9
a. Konjungsi Koordinatif
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua
unsur atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama.10
Dengan kata lain, konjungsi koordinatif adalah sebuah kata yang berfungsi
sebagai penghubung antara dua unsur atau lebih dan kedua unsur tersebut
memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi koordinatif agak berbeda
dengan konjungsi lain, karena konjungsi ini selain menghubungkan klausa,
juga dapat menghubungkan kata. Konjungsi-konjungsi tersebut antara
lain:11dan, serta, atau, tetapi, melainkan, padahal, dan sedangkan. Contoh:
1) Ayah memukuli saya dan adik saya.
2) Kamu mau ke kamarku atau tunggu di ruang tamu?
Berdasarkan contoh di atas, keduanya sama-sama menggunakan
konjungsi koordinatif melalui konjungtor dan dan atau. Konjungtor dan
yang menyatakan makna „penambahan‟ dan atau menyatakan makna
„pemilihan‟. Mengenai konjungtor dan dan atau, terkadang orang
menggunakan kedua konjungtor ini secara bersamaan, namun dalam hal ini
cara penulisannya berbeda yaitu dengan menggunakan garis miring di antara
kedua konjungtor tersebut (dan/atau).12
b. Konjungsi Subordinatif
Konjungsi subordinatif adalah konjungtor yang menghubungkan
dua klausa atau lebih, dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang

9

Hasan Alwi dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, h.296.
Ibid
11
Hasan Alwi dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, h.297.
12
Ibid
10

11

sama. Konjungsi subordinatif sering disebut juga sebagai kata penghubung
yang tidak setara.13 Abdul Chaer juga mengemukakan pendapat yang
sejalan,

konjungsi

subordinatif

merupakan

penghubung

yang

menghubungkan dua konstituen yang kedudukannya tidak setingkat.14
Adapun yang disebut dengan istilah konjungsi subordinatif adalah sebuah
konjungsi atau kata penghubung yang menghubungkan dua klausa atau
lebih yang memiliki status sintaksis yang tidak sama. Salah satu dari klausa
yang dihubungkan tersebut adalah anak kalimat. Kehadiran konjungsi ini
selalu dalam kalimat majemuk yang di dalamnya sekurang-kurangnya
mempunyai dua predikasi. Lebih rinci lagi, Hasan Alwi dkk. membagi
konjungsi subordinatif menjadi tiga belas kelompok, yaitu:
1) Konjungsi subordinatif waktu, yaitu sejak, semenjak, sedari, sewaktu,
ketika, tatkala, sementara, begitu, seraya, selagi, selama, serta, sambil,
demi, setelah, sesudah, sebelum, sehabis, selesai, seusai, hingga, dan
sampai.
2) Konjungsi subordinatif syarat, yaitu jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila
dan manakala.
3) Konjungsi

subordinatif

pengandaian,yaitu

andaikan,

seandainya,

umpamanya, dan sekiranya.
4) Konjungsi subordinatif tujuan, yaitu agar, supaya, dan biar.
5) Konjungsi subordinatif konsesif, yaitu konjungsi atau klausa yang
menyatakan keadaan atau kondisi yang berlawanan dengan apa yang
dinyatakan di dalam klausa utamanya.15 Konjungsi tersebut yaitu
biarpun,

meski(pun),

walau(pun),

sekali(pun),

sungguhpun,

dan

kendati(pun)
6) Konjungsi subordinatif pembandingan, yaitu seakan-akan, seolah-olah,
sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat, dan daripada.
13

Sri Nardiati dkk, Konjungsi Subordinatif dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa, 1996), h.14.
14
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995),
h.173.
15
Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.
132.

12

7) Konjungsi subordinatif sebab, yaitu sebab, karena, oleh karena, dan oleh
sebab.
8) Konjungsi subordinatif hasil, yaitu sehingga, sampai, dan maka(nya).
9) Konjungsi subordinatif alat, yaitu dengan dan tanpa.
10) Konjungsi subordinatif cara, yaitu dengan dan tanpa.
11) Konjungsi subordinatif komplementasi, yaitu proses penggabungan
proposisi untuk mengisi bagian yang kosong dari posisi lain.16 Konjungsi
subordinatif komplementasi yakni bahwa.
12) Konjungsi subordinatif atributif, yaitu yang.
13) Konjungsi subordinatif perbandingan, yaitu sama... dengan, lebih...
dari(pada).
c. Konjungsi Korelatif
Konjungsi korelatif adalah jenis konjungsi yang menghubungkan
dua kata, frase, atau klausa yang memiliki status sintaksis yang
sama.17Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh satu
kata, frase, atau klausa yang dihubungkan. Contoh:
1) Baik ayah maupun ibu tidak menyukai kekerasan.
2) Jangankan temannya, saudaranya sendiri pun tidak dihormati.
3) Entah diterima entah tidak, ia tetap akan mencintainya.
d. Konjungsi Antarkalimat
Konjungsi antarkalimat ini berbeda dengan konjungsi-konjungsi
sebelumnya, konjungsi antarkalimat adalah sebuah kata hubung yang
menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain. oleh sebab itu, jenis
konjungsi ini selalu muncul di awal kalimat, tentu saja penulisan huruf
pertamanya dengan menggunakan huruf kapital. Contoh:
1) Hubungan Ari dan Ira tidak mendapat restu dari Gita
2) Ari tetap mengunjungi gadis itu di peristirahatan terakhirnya.

16
17

Ibid, h.128.
Hasan Alwi dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, h.298.

13

3) Hubungan Ari dan Ira tidak mendapat restu dari Gita. Sekalipun demikian
Ari tetap mengunjungi gadis itu di peristirahatan terakhirnya.
Dari kalimat (10) di atas jelas terlihat sebuah konjungsi
antarkalimat yaitu sekalipun demikian, konjungsi tersebut berfungsi sebagai
konjungtor yang menghubungkan dua kalimat yang utuh yaitu (8) dan (9).
Karena kedua kalimat tersebut terpisah, subjek pada kalimat kedua tetap
dipertahankan

meskipun

subjeknya

sama

dengan

subjek

kalimat

sebelumnya.
Selanjutnya, jika dilihat dari sudut pandang kajian wacana,
konjungsi merupakan salah satu sarana kohesi yang menghubungkan unsurunsur kalimat.18 Karena pada dasarnya, konsep kohesi mengacu pada
kepada hubungan bentuk atau kepaduan bentuk yang secara struktural
membentuk ikatan sintaktikal .19 Berkaitan dengan itu, Hasan Alwi dkk
mengklasifikasi konjungsi menjadi lima jenis, yaitu:20
1) Pertentangan, dinyatakan dengan konjungtor tetapi atau namun
2) Pengutamaan, dinyatakan dengan konjungtor malahan atau bahkan.
3) Pengecualian, dinyatakan dengan konjugtor kecuali.
4) Konsesi, dinyatakan dengan konjungtor walaupun atau meskipun.
5) Tujuan, dinyatakan dengan konjungtor agar atau supaya.
Selain hasan alwi, Renkema juga memberikan definisinya
mengenai konjungsi, sebagai berikut:
“conjuction is the relationship which indicates how the consequent
sentences or clause should be linked to the preceding or following (part
of the) sentences. This is usually achieved by the use conjunction (also
known as connectives). The following are examples of three frequently
occurring relationships; addition, temporality, causality”.21

18

Ibid, h.428.
Mulyana, Kajian Wacana, Teori, Metode dan Prinsip-prinsip Analisis Wacana, (Yogyakarta:
Tiara Wacana, 2005), h. 26.
20
Hasan Alwi dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, h.428.
21
Renkema, Introduction to Discourse Studies (Amsterdam: John Benjamins Publising
Company, 2004), h.104.
19

14

Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa konjungsi adalah
hubungan yang menunjukan bagaimana kalimat atau klausa berikutnya
dikaitkan dengan sebelumnya, (yang merupakan bagian) dari kalimat.
Hubungan ini selalu dicapai dengan penggunaan konjungsi. Selanjutnya,
Renkema mengelompokkan peristiwa penghubungan tersebut menjadi tiga,
yaitu: additional (penambahan), temporality (temporal), dan causality
(sebab-akibat). Berikut contoh yang dikemukakan Renkema.22
(11) Contoh additional (penambahan)
a. Besides being main, he is also hateful.
b. He is no longer going to school and is planning to look for a job
(12) Contoh temporality (temporal)
a. After the car had been repaired, we were able to continue our
journey.
b. The car was repaired. Afterwards we were able to continue our
journey.
(13) Contoh causality (sebab-akibat)
a. He is not going to school today, because he is sick.
b. Ann got a beautiful job last years and now she is rich.
Sementara itu, Halliday dan Hasan seperti dikutip Brown dan Yule
membagi konjungsi menjadi empat, yaitu aditif, adverstif, kausal, dan
temporal.23 Pada dasarnya, definisi yang dikemukakan Halliday dan Hasan
memiliki kesamaan dengan apa yang dinyatakan oleh Renkema, hanya saja
Halliday melengkapinya dengan menambahkan konjungsi adversatif pada
klasifikasinya. Konjungsi adversatif (pertentangan) tersebut dinyatakan
dengan konjungtor tetapi atau namun seperti yang telah dikemukakan Alwi
di atas.
Dari sekian banyak definisi dan klasifikasi mengenai konjungsi,
pada penelitian ini peneliti akan memfokuskan pembahasannya pada

22

Ibid
Brown dan Yule, Analisis Wacana, Terj, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
1996),h.190.
23

15

konjungsi menurut perilaku sintaksisnya, yaitu konjungsi intrakalimat,
ditambah dengan makna yang ditimbulkan oleh konjungsi tersebut seperti
yang dikemukakan Halliday dan Hasan. Hal ini dasarkan pada kompleksitas
konjungsi tersebut. Selain itu, pemilihan fokus penelitian disesuaikan
dengan materi pembelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan di sekolah,
baik jenjang SMP maupun SMA. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa
buku panduan bahasa Indonesia terbitan Diknas yang memuat konjungsikonjungsi seperti yang dijelaskan di atas sebagai materi pembelajarannya.24
C. Karangan Argumentasi
1. Pengertian Karangan Argumentasi
Karangan argumentasi adalah karangan yang terdiri atas paparan dan
penyintesisn pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Karangan ini
ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, memperkuat batau menolak
suatu pendapat, pendirian atau gagasan. Argumentasi selalu berisi penjelasan
tenteng sustu pertalian antara dua pernyataan atau apresiasi yang biasa
diurutkan.
Tujuan utama karangan argumentasi adalah untuk meyakinkan
pembaca agar menerima atau mengambil suatu sikap natau tingkah laku
tertentu. Syarat utama untuk menulis karangan argumentasi adalah penulisnya
harus terampil dalam bernalar dan menyusun ide yang logis.
a. Karangan argumentasi memiliki ciri sebagai berikut.25
1) Menggunakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan
mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya,
2) Mengusahakan pemecahan suatu masalah,
3) Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai suatu penyelesaian.
b. Langkah-langkah penyusunan argumentasi26
1) Tentukan dahulu tema atau topic argumentasi,
24
25
26

BSE Bahasa Indonesia,data diakses dari www.invir.com
Lamudin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2009), h.17.

Jauharoti Alfin, dkk., Bahasa Indonesia I,(Bandung: LAPIS {learning assistance program for
Islamic school}), h.10-11.

16

2) Susun kerangka karangan berdasarkan topic dan tujuan yang telah
ditentukan,
3) Kembangkan

kerangka

karangan

argumentasi

menjadi

karangan

karangan argumentasi.
2. Langkah Membuat Karangan Argumentasi
Semua bentuk karangan memilik persamaan dalam langkah-langkah
penulisannya.

Demikian

pula

halnya

dalam

penulisan

karangan

argumentasi.tahap-tahapannya meliputi; (a) tahap prapenulisan: (b) tahap
penulisan: (c) tahap pascapenulisan.27Tahap penulisan yaitu tahap perancangan
tulisan dengan melakukan penenrtuan topik, tujuan, sasaran atau pembaca, dan
kerangka karangan yang berisi pokok-pokok pikiran yanng disusun secara
sistematis. Selanjutnya, tahap penulisan dimulai dengan mengembangkan
kerangka menjadi tulisan. Pengembangan kerangka ini dibagi lagi menjadi tiga
bagian yaitu pendahuluan yang berisis latar belakang atau alasan menulis
sesuai topik pilihan, dilanjutkan dengan menulis tujuan dan manfaat karangan
dan informasi umum tentang isi karangan. Selanjutnya isi karangan semua
dituangkan pada poin isi karangan sesuai susunan yang ada pada kerangka
karangan dan penutup karangan yang berisi kesimpilan dan saran-saran.
Tahap pasca penulisan dilakukan dengan memperbaiki tulisan.
Sebaiknya penyuntingan dan perbaikan juga dilakukan agar kesalahan adapat
diminimalkan, maka tentukan topik terlebih dahuluyang akan kita tulis. Selain
itu, penulis dalam menulis karangan argumentasi sangat menginginkan agar
pembaca atau pendengar memahami benar apa yang disampaikan. Oleh karena
itu, diperlukan juga langkah-langkah lain dalam menulis yang dapat membantu
keinginannya itu. Adapun langkah0langkah yang biasa dikembangkan dalam
karangan argumentasi adalah penalaran, penlaran induktif dan deduktif, dan
penolakan.

27

Muhammad Yunus, dkk., Menulis, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), cetakan kedua,
h.9.9-9.10.

17

a. Penalaran
Penalaran atau jalan pikiran adalah suatu proses berfikir yang
sistematik dan logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan (pengetahuan,
keyakinan, atau opini).28 penalaran juga bukan saja dapat dilakuakan dengan
menggunakan fakta-fakta yang masih berbentuk polos, tetapi juga dapat
dengan mempergunakan fakta-fakta yang telah dirumuskandalam kalimatkalimat yang berbentuk pendapat atau kesimpulan. Kaliamat semacam ini,
dalam hubungan dengan proses berpikir tadi disebut preposisi. Preposisi
dapat kita batasi sebagai pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya
atau ditolak karena kesahan yang terkandung didalamnya. Sebuah
pernyataan dapat dibenarkan bila terdapat bahan-bahan atau fakta-fakta
untuk membuktikannya. Sebaliknya sebuah pernyataan atau preposisi dapat
disangkal atau ditolak terdapat fakta-fakta yang menentangnya.
Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak. Untuk
mewujudkannya diperlukan lambang. Lambang yang digunakan dalam
penalaran akan tampak berupa argumen. Kesimpulan adalah pernyataan atau
konsep yang abstrak dan lambangnya adalah kata. Lambang proposisi
adalah kalimat (kalimat berita) dan lambang penalaran adalah argumen.
Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan uraian diatas jelas bahwa bentuk pemkiran manusia
adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Bersamaan dengan
terbentuknya pengertian, perluasan akan terbentuk pula proposisi dan
proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Dengan kata lain,
dapat juga dikatakan menalar dibutuhkan proposisi, sedangkan proposisi
merupakan hasil dari rangkain pengertia.
b. Penalaran Induktif dan Deduktif
Teknik induktif adalah salah satu teknik pengembangan karangan
argumentasi yang memulai penulisannya dengan bukti-bukti kemidian atas

28

19.

E. Kusnadi dan Mahsuni, Mahir Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2001), h.

18

bukti tersebut ditarik suatu kesimpilan yang bersifat umum. 29Sedangkan
penalara deduktif itu sendiri adalah suatu teknik pengebangan karangan
argumentasi yang mengawali tulisan dengan dengan menuliskan kesimpulan
umumdilanjutkan dengan tulisan berupa hal-hal yang khusus. Meskipun
demikian di dalam hal yang khusus diperlukan bukti-bukti yang menunjang.
Bukti yang menunjang karangan argumentasi tersebut disebut sebagai
premis.dalam penaran induksi, untuk menurunkan suatu kesimpulan, penulis
haru bahan-bahan atau fakta-fakta terlebih dahulu. Semakin banyak fakta
yang dikumpulkan, dan semakin baik ciri kualitas fakt-faktanya itu, maka
akan semakin mantap pula kesimpulan yang diturunkan itu. Sedangkan
dalam penalaran yang bersifat deduktif, penulis tidak perlu mengumpulkan
fakta-fakta. Oleh karena itu bila membandingkan penalaran dalam induksi
kemungkinan kebenaran. Benar tidaknya proposisi itu tergantung dari
kebenaran dan sifat-sifat data yang dipergunakan itu. Sebaliknya konklusi
dalam sebuah deduksi dapat dipastikan seebagai konklusi yang benar kalau
proposisina itu mengandung kebenaran.
Pada dasarnya kekuatan argumen terletak pada kemampuan
penutur atau penulis dalam menentukan tiga prinsip pokok, yaitu apa yang
disebut pernyataan (claim), alasan (suport/ground), dan pembenaran
(warrant). Pernyataan pada kemampuan penulis untuk mempertahankan
pernyataannya dengan memberikan alasan-alasan yang relevan. Sedangkan
pembenaran mengacu pada kemampuan penulis dalam menunjukan
hubungan antara pernyataan dan alasan.
Jadi, prinsip argumentasi dibangun oleh tiga elemen pokok, yaitu:
(1) pernyataan (claim), (2) alasan (support/ground), (3) pembenaran
(warrant). Sedangkan elemen pelengkapnya adalah: (1) pendukung, (2)
modal (modal qualifers), (3) sanggahan (rebutta).30 Dengan demikian,
dalam sebuah karangan argumentasi elemen-elemen tersebut disusun

29

Ibid, h. 9.11.
Ibid, h. 9.6.

30

19

menjadi rangkaian kalimat yang jika susunannya baik akan menghasilkan
karangan yang baik.
D. Penelitian Yang Relevan
Dalam sebuah penelitian, sebagai bahan perbandingan dan pertimbangan
perlu adanya tinjauan pustaka. Hal ini dikarenakan tinjauan pustaka merupakan
uraian sistematis tentang hasil-hasil penelitian terdahulu yang memiliki hubungan
dengan penelitian yang dilakukan.31 Berikut adalah adalah beberapa penelitian di
bidang linguistik yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.
Penelitian dalam bidang linguistik yang mengkaji tentang penggunaan
konjungsi sebelumnya pernah dilakukan oleh Devi Iskhani Irianti dalam
skripsinya “Analisis Penanda Hubungan Konjungsi Subordinatif pada Cerita
Anak temukan pada alamat web http://www.e-smartschool.com”. Dalam penelitian
tersebut Devi Iskhani sebagai peneliti mendeskripsikan dengan jelas pemakaian
konjungsi dalam cerita anak di sebuah media online khususnya pada cerita anak
yang menjadi objeknya, namun konjungsi yang menjadi fokus penelitiannya
hanya berupa konjungsi subordinatif. Bukan konjungsi bahasa Indonesia secara
keseluruhan.
Selain penelitian di atas, penelitian di bidang linguistik lainnya juga
pernah dilakukan oleh Rotua Siregar, lewat skripsinya “Analisis Sarana Kohesi
pada Tajuk Rencana dalam Harian Sinar Indonesia Baru”. Yang didapat di
perpustakaan universitas terbuka pondok cabe. Rotua dalam penelitian tersebut
menguraikan dengan jelas bagaimana keterkaitan dalam sebuah teks juga dapat
menentukan kesatuan makna yang disampaikan. Sarana kohesi seperti referensi,
substitusi, elipsis, serta konjungsi dikaji dengan rinci dan sistematis. Jika
dihubungkan dengan penelitian yang dilakukan, penelitian Rotua tersebut
memiliki relevansi yang erat. Hal itu didasarkan pada kesamaan korpus data yang
diambil dari tajuk rencana dalam sebuah media cetak, selain itu salah satu fokus
penelitiannya juga mencakup penggunaan konjungsi bahasa Indonesia. Walaupun
demikian, jika dilihat dari unsur kelengkapannya dalam sebuah analisis konjungsi,
31

Mahsun, Metode Penelitian Bahasa, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.40.

20

penelitian Rotua bukan menitikberatkan penelitiannya pada konjungsi saja
melainkan pada sarana-sarana kohesi lainnya sehingga pembahasan mengenai
konjungsi tersebut belum terlalu kompleks.
Pada dasarnya, penelitian ini diperuntukan bagi dunia pendidikan.
Berkaitan dengan hal itu, penelitian mengenai konjungsi yang dikaitkan dengan
pembelajaran bahasa Indonesia juga pernah dilakukan oleh Ratu Nurrah seorang
Mahasiswi UIN Jakarta. Dalam skripsinya, Ratu meneliti “Upaya Peningkatan
Penggunaan Konjungsi pada Karangan Argumentasi Siswa”. Seperti Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) pada umumnya, skripsi tersebut menitikberatkan
penelitiannya pada upaya-upaya yang ditempuh untuk meningkatkan penggunaan
konjungsi, bukan pada analisis konjungsi. Berdasarkan uraian-uraian tersebut,
pada penelitian ini peneliti mencoba untuk menganalisis kesalahan penggunaan
konjungsi pada karangan argumentasi siswa kelas x SMA Ar_Ridwan.

E. Kerangka Berpikir
Berkomunikasi secara tertulis berarti penulis menyusun kalimat untuk
menyampaikan pikiran, ide, atau sebuah gagasan demi tercapainya apa yang ingin
dicapai oleh penulis. Berkaitan dengan hal di atas, siswa SMA Ar-Ridwan dapat
menerapkannya melalui menulis karangan argumentasi. Karangan argumentasi
merupakan suatu kegiatan yang bertujuan melatih siswa menulis. Karangan
argumentasi dapat dilakukan melalui menulis berbagai macam peristiwa atau fakta
yang terjadi di lingkungan belajar maupun dari berbagai sumber informasi yang
dapat dipertanggungjawabkan akan isi di dalamnya.
Berdasarkan landasan teori, Karangan argumentasi adalah karangan yang
terdiri atas paparan ndan penyintesisn pendapat untuk membangun suatu
kesimpulan. Karangan ini ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan,
memperkuat batau menolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan. Argumentasi
selalu berisi penjelasan tenteng sustu pertalian antara dua pernyataan atau aserasi
yang biasa diurutkan.
Tujuan utama karangan argumentasi adalah untuk meyakinkan pembaca
agar menerima atau mengambil suatu sikap natau tingkah laku tertentu. Syarat

21

utama untuk menulis karangan argumentasi adalah penulisnya harus terampil
dalam bernalar dan menyusun ide yang logis.
Karangan argumentasi yang disusun penulis harus dapat dipahami
dengan baik oleh pembaca. Untuk itu, karangan argumentasi harus disusun
dengan menggunakan bahasa Indonesia yang disesuaikan dengan situasi
pemakainya, dan juga sesuai dengan kaidah yang berlaku serta pemakaian pilihan
kata yang tepat.
Selain itu, perlu pula didukung oleh penggunaan konjungsi yang tepat
dan sesuai. Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu mengungkapkan gagasan
penulis sesuai dengan apa yang ada dalam benaknya hingga pembaca mengerti
maksud yang disampaikan oleh penulis. Dengan kata lain, informasi yang
disampaikan oleh penulis dapat dipahami secara tepat oleh pembaca. Ketepatan
informasi yang disampaikan ini dapat dibuktikan oleh pembaca yang dapat
memahami dengan baik pesan yang disampaikan oleh penulis dalam teks pidato.
Perlu diketahui bahwa dalam kalimat efektif terdapat beberapa syarat dan ciri
yang harus dipenuhi, yaitu ejaan, diksi, kesepadanan, kesejajaran/paralelisme,
penekanan, kehematan, dan kelogisan.
Konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang
lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau
lebih suatu dalam konstruksi. Konjungsi menghubungkan bagian-bagian ujaran
yang setataran maupun yang tidak setataran.32 Sementara itu menurut Anton
Moeliono dkk, konjungsi atau yang biasa dinamakan kata sambung, adalah kata
tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata,
frase dengan frase, atau klausa dengan klausa.33 Pendapat tersebut didukung pula
oleh Fatimah Djajasudarma yang menyatakan bahwa konjungsi atau kata sambung
adalah kata yang berfungsi menghubungkan dua unsur atau lebih pada tataran

32

Harimurti Kridalaksana, Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia Edisi Kedua, ( Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2005), h.102.
33
Hasan Alwi dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka,
2003) h.296.

22

sintaktik (frase, klausa, dan kalimat).34 Paralelisme/kesejajaran bentuk juga
menempatkan gagasan yang penting dalam satu kalimat. Artinya, t

Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 REBANG TANGKAS KABUPATEN WAY KANAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 14 72

Penggunaan konjungsi dalam karangan deskripsi siswa kelas X di MA Darul Ma’arif Tahun Pelajaran 2013/2014

1 16 105

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI INTRAKALIMATPADA KARANGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 NGEMPLAK Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Intrakalimat Pada Karangan Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Ngemplak.

0 4 12

KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI INTRAKALIMAT PADA KARANGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI I NGEMPLAK Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Intrakalimat Pada Karangan Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Ngemplak.

0 4 19

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA N GONDANGREJO Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Dalam Karangan Argumentasi Siswa Kelas X Sma N Gondangrejo.

0 9 18

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA N GONDANGREJO Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Dalam Karangan Argumentasi Siswa Kelas X Sma N Gondangrejo.

0 2 12

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Dalam Karangan Argumentasi Siswa Kelas X Sma N Gondangrejo.

0 3 35

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI PADA KARANGAN SISWA KELAS XI KEPERAWATAN 2 Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Pada Karangan Siswa Kelas XI Keperawatan 2 SMK N 1 Banyudono Boyolali.

0 1 10

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI PADA KARANGAN SISWA KELAS XI KEPERAWATAN 2 Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Pada Karangan Siswa Kelas XI Keperawatan 2 SMK N 1 Banyudono Boyolali.

0 2 14

Penggunaan konjungsi dalam karangan siswa kelas X SMA Negeri 2 Maumere tahun ajaran 2016 2017

0 2 143