Penggunaan konjungsi dalam karangan siswa kelas X SMA Negeri 2 Maumere tahun ajaran 2016 2017

(1)

i

PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN SISWA

KELAS X SMA NEGERI 2 MAUMERE TAHUN AJARAN

2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

Marieta Crissanty Alo 121224014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

Tuhan Yesus Kristus yang selalu menguatkan, menolongku, dan mencurahkan rahmat, serta kasih yang melimpah kepadaku.

Bapak Antonius Alo dan Ibu Regina Ropi yang selalu mendoakan, mendukung, dan selalu memberikan perhatian, serta memenuhi segala kebutuhanku.

Kakak Wilfrida Ivonny Alo dan Yoppy Henrile, serta keponakan Clarita yang selalu memberikan dukungan, doa, dan semangat.


(5)

v MOTTO

“Karena itu Aku berkata kepadamu, apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan

kepadamu” (Markus 11:24)

“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami adalah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu ia tidak

akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat

menanggungnya” ( 1 Korintus: 10: 13)

Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki


(6)

(7)

(8)

viii ABSTRAK

Alo, Marieta Crissanty. 2017. Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Maumere Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji pemakaian konjungsi pada karangan siswa kelas X SMA Negeri 2 Maumere Tahun Ajaran 2016/2017. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan konjungsi yang digunakan dalam karangan dan kesalahan pemakaian konjungsi dalam karangan.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data pada penelitian ini mencakup beberapa langkah, yakni peneliti mengumpulkan karangan siswa, membaca hasil karangan siswa, menggarisbawahi kalimat yang mengandung konjungsi, dan mengelompokkan konjungsi sesuai dengan jenisnya. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis data, yaitu peneliti memberi kode, peneliti mencermati, mencatat, mengklasifikasi, dan mendeskripsikan hasil temuan penggunaan konjungsi dan kesalahan yang ditemukan dalam karangan siswa.

Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa: pertama, secara keseluruhan ada 543 kali pemakaian konjungsi dan 30 jenis konjungsi yang dipakai. Ketiga puluh konjungsi tersebut ialah konjungsi yang banyak dipakai dan (251), kemudian (1), adalah (19), namun (3), tapi/tetapi (21), lalu (10), hanya (6), yaitu (6), atau (8), sedangkan (3), ialah (1), karena (65), sebelum (11), agar (5), setelah (76), meskipun (1), saat (10), walaupun (2), ketika (7), supaya (2), sesudah (1), kalau (5), sehingga (3), seperti (2), hingga (2), untuk (2), setelah itu (5), selain itu (2), sesudah itu (1), dan pemakaian konjungsi jadi (5). Kedua, terdapat 33 kesalahan pemakaian konjungsi yang terdiri atas kesalahan pemakaian konjungsi dan (16), tapi/tetapi (10), kemudian (1), lalu (3), dan pemakaian konjungsi sedangkan (1).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran kepada siswa, guru bahasa Indonesia, dan peneliti lain. Siswa diharapkan lebih menguasai penggunaan konjungsi susuai dengan fungsinya. Guru bahasa Indonesia hendaknya memperhatikan penggunaan konjungsi oleh siswa dalam menulis karangan. Peneliti lain, diharapkan dapat meneliti tidak hanya dari pemakaian konjungsi, tetapi bisa juga dari kesalahan pemilihan kata atau kesalahan pemakaian tanda baca dalam karangan siswa.


(9)

ix ABSTRACT

Alo, Marieta Crissanty. 2017. The Usage of Conjuctions in Students Writing of Class X SMA N 2 Maumere Academic Year 2016/2017.Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Education. Faculty of the Teacher Training and Education. Sanata Dharma University.

The research studied the usage of conjuctions in students writing of class X SMA Negeri 2 Maumere Academic Year 2016/2017. It aimed to describe what conjuctions used in the discourse and errors in the use.

The research applied descriptive qualitative method. The data gathering method of this research consisting of several steps namely; the researcher collected student essay, read student’s essay, underline sentences containing the conjunction and conjunctions are grouped in accordance with the sort. The analysis technique used in this reasearch was qualitative data analysis. The data analysis steps are; the researcher gave code, observing, taking notes, classifying, and describing the findings of the use of the conjunction, and a variety of errors found in the student’s essay.

Based on the analysis, it was concluded: first there were 540 times conjunction uses and there were 30 types of conjunction used. The thirty used conjunction were: dan (251), kemudian (1), adalah (18), namun (3), tapi/tetapi (21), lalu (10), hanya (6), yaitu (6), atau (8), sedangkan (3), ialah (1), karena (65), sebelum (11), agar (5), setelah (74), meskipun (1), saat (10), walaupun (2), ketika (7), supaya (2), sesudah (1), kalau (5), sehingga (3), seperti (2), hingga (2), untuk (2), setelah itu (5), selain itu (2), sesudah itu (1), and use of conjunction jadi (5). Second, there were 33 inacuracies in the use of conjunctions dan (16), tapi/tetapi (10), kemudian (1), lalu (3), and use of conjunction sedangkan (1). Second, there were inaccuracies in the use of conjunctions dan (16), tapi/tetapi (10), kemudian (1), lalu (3), and use of conjunction sedangkan (1).

Based the resulty of research, the research suggested to students, indonesian language teachers and the othe researchers. Students are expected to master the use of conjuction the way they supposed to be used. The Indonesian language teacher must pay better attention to student’s writing. Other researches are expected to study not only from the usage of conjuction, but also from the student’s poor choice of words or their mistake in using punctuation mark.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Maumere Tahun Ajaran 2016/2017” ini dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Peneliti menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia.

3. Dr. Y. Karmin, M.Pd., selaku dosen pembimbing, terima kasih atas bimbingan, dukungan, dan kesabaran yang telah diberikan selama proses penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia atas ilmu dan inspirasi selama proses belajar peneliti.

5. Robertus Marsidiq selaku staf sekretariat Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah membantu membereskan seluruh administrasi.

6. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan buku-buku sebagai sumber referensi dan informasi.


(11)

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ...viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Batasan Istilah ... 4


(13)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Penelitian Relevan ... ... 8

2.2 Konjungsi ... 10

2.2.1 Macam Konjungsi ... 11

2.2.1.1 Konjungsi Intrakalimat ... 12

2.2.1.2 Konjungsi Antarkalimat... 30

2.3 Konjungsi dan Preposisi ... 33

2.4 Karangan ... 36

2.5 Analisis Kesalahan Berbahasa ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41

3.1 Jenis Penelitian ... 41

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian ... ... 42

3.3 Instrumen Penelitian ... 42

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... ... 42

3.5 Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Deskripsi Data ... .... 45

4.2 Analisis Data ... 45

4.2.1 Pemakaian Konjungsi Koordinatif ... 46


(14)

xiv

4.2.3 Pemakaian Konjungsi Antarkalimat ... 54

4.2.4 Kesalahan Pemakaian Konjungsi ... 56

4.3 Pembahasan ... 60

BAB V PENUTUP ... 64

5.1 Kesimpulan ... 64

5.2 Implikasi ... ... 65

5.3 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN 1 ... 70

LAMPIRAN 2 ... 124 BIODATA PENULIS


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Hasil Analisis Pemakaian Konjungsi ... 70 Tabel 2: Hasil Analisis Kesalahan Pemakaian Konjungsi... 120


(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang mempunyai hubungan erat dengan keterampilan berbicara, membaca, dan mendengarkan. Tarigan (1984: 3) menjelaskan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Beberapa struktur kebahasaan dalam menulis yang harus diperhatikan ketika berkomunikasi secara tidak langsung yaitu aspek penggunaan ejaan, kata, frasa, klausa, dan kalimat yang tepat. Penggunaan struktur kebahasaan yang tepat tersebut bertujuan agar maksud yang ingin disampaikan oleh penulis melalui tulisan dapat dipahami dengan baik oleh pembaca. Oleh karena itu, menulis membutuhkan latihan dan praktik yang benar sehingga tulisan dapat bermanfaat bagi orang lain.

Lembaga pendidikan menjadi salah satu tempat yang tepat untuk melakukan latihan dan praktik menulis. Penggunaan kaidah kebahasaan yang baik dan benar telah diajarkan mulai dari tingkat SD, SMP, dan SMA melalui pelajaran bahasa Indonesia. Namun, masih banyak siswa SD, SMP, bahkan SMA yang salah dalam menggunakan kaidah kebahasaan yang baik dan benar. Dalam proses belajar mengajar di sekolah masih ditemukan beberapa siswa yang melakukan kesalahan dan kekeliruan dalam praktik menulis. Hal ini dapat ditemukan ketika siswa kelas X SMA diminta menulis karangan.


(17)

Menulis karangan memerlukan persyaratan dasar yaitu harus memilih topik, membatasinya, mengembangkan gagagsan, dan menyajikannya dalam kalimat dan paragraf yang tersusun secara logis. Dalam menyusun sebuah karangan masih ditemukan beberapa siswa yang melakukan kesalahan pemilihan kata untuk menyusun karangan. Pranowo (2014: 118) mengatakan bahwa kesalahan berbahasa adalah pertimpangan kaidah dalam pemakaian bahasa. Kesalahan yang sering dilakukan siswa yaitu kesalahan dalam pemilihan kata khususnya penggunaan konjungsi. Konjungsi adalah kategori yang menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat; bisa juga antara paragraf dengan paragraf (Chaer, 2009: 81-82). Konjungsi merupakan bagian yang penting dalam menulis karangan karena berfungsi sebagai pelancar komunikasi antara penulis dan pembaca. Dalam bahasa Indonesia terdapat berbagai macam konjungsi yaitu konjungsi intrakalimat dan konjungsi antarkalimat. Konjungsi intrakalimat dibagi menjadi konjungsi koordinatif, konjungsi subordinatif, dan konjungsi korelatif.

Menulis perlu mendapat perhatian khusus dari guru karena masih banyak siswa yang melakukan kesalahan penggunaan konjungsi dalam menulis karangan. Kesalahan penggunaan konjungsi yang dilakukan oleh siswa jangan dibiarkan begitu saja oleh guru. Seorang guru harus menjadikan kesalahan penggunaan konjungsi tersebut sebagai umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran di sekolah khususnya pada penggunaan konjungsi dalam menulis karangan.

Penulis bermaksud mengadakan penelitian mengenai penggunaan konjungsi dalam karangan siswa. Dalam penelitian ini peneliti memilih siswa kelas X karena siswa kelas X SMA sudah mendapatkan teori mengenai


(18)

penggunaan konjungsi dan menulis karangan. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Maumere Tahun Ajaran 2016/2017”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1) Apa sajakah konjungsi yang digunakan oleh siswa kelas X SMA Negeri 2 Maumere tahun ajaran 2016/2017 dalam menulis karangan? 2) Apa sajakah konjungsi yang salah digunakan oleh siswa kelas X

SMA Negeri 2 Maumere tahun ajaran 2016/2017 dalam menulis karangan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan skripsi ini yaitu:

1) Mendeskripsikan jenis-jenis konjungsi yang digunakan oleh siswa kelas X SMA Negeri 2 Maumere tahun ajaran 2016/2017 dalam menulis karangan.

2) Mendeskripsikan jenis-jenis konjungsi yang salah digunakan oleh siswa kelas X SMA Negeri 2 Maumere tahun ajaran 2016/2017 dalam menulis karangan.


(19)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan pengetahuan bagi guru bahasa Indonesia, bagi sekolah, dan bagi peneliti selanjutnya.

1) Bagi guru bahasa Indonesia penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai penggunaan konjungsi secara tepat dalam penulisan dan dapat memberikan informasi bagi guru mengenai kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam penggunaan konjungsi.

2) Bagi sekolah SMA Negeri 2 Maumere, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai penerapan konjungsi dalam karangan dari siswa kelas X SMA Negeri 2 Maumere Tahun Ajaran 2016/2017.

3) Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan atau acuan untuk mengadakan penelitian yang sejenis.

1.5 Batasan Istilah

Ada istilah-istilah yang perlu dibatasi dalam penelitian ini agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran. Istilah-istilah tersebut akan didefinisikan sebagai berikut:

1) Menulis

Menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang mempunyai hubungan erat dengan keterampilan berbicara, membaca, dan mendengarkan (Tarigan, 1984: 3).

2) Karangan


(20)

3) Analisis Kesalahan Berbahasa

Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur yang digunakan oleh para peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar, pengenalan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam sampel tersebut, pendeskripsian kesalahan-kesalahan itu, pengklasifikasiannya berdasarkan sebab-sebabnya yang telah dihipotesiskan, serta pengevaluasian keseriusannya (Ellis, dalam Tarigan, 1998:300).

4) Kesalahan Berbahasa

Kesalahan berbahasa adalah penyimpangan kaidah dalam pemakaian bahasa (Pranowo, 2014:18).

5) Konjungsi

Konjungsi adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara kata dan kata, antara frasa dan frasa, antara klausa dengan klausa, atau antara kalimat dengan kalimat (Chaer, 2008: 98).

6) Konjungsi Intrakalimat

Konjungsi intrakalimat adalah konjungsi yang berfungsi menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa yang berada di dalam sebuah kalimat (Abdul Chaer, 1990: 53).

7) Konjungsi Koordinatif

Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua satuan bahasa (kata, frasa, klausa, atau kalimat) dalam kedudukan yang setara (Chaer, 2011: 115).


(21)

8) Konjungsi Subordinatif

Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua satuan bahasa secara tidak sederajat (Chaer, 2011: 103).

9) Konjungsi Korelatif

Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah kata, dua buah frasa, atau dua buah klausa yang memiliki status yang sama (Chaer, 2011: 124).

10) Konjungsi Antarkalimat

Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain yang berada dalam satu paragraf (Chaer, 2008: 103).

1.6 Sitematika Penyajian

Penyajian skripsi ini meliputi lima bab. Bab I adalah pendahuluan. Pada bab I dijelaskan beberapa hal. Pertama, latar belakang yang berisi alasan penelitian ini dilakukan. Kedua, rumusan masalah terdiri dari dua variabel yang akan digunakan oleh peneliti untuk membantu menentukan langkah-langkah dalam penelitian. Ketiga, tujuan penelitian akan dijelaskan uraian garis besar sasaran akhir secara keseluruhan yang akan dicapai dalam penelitian skripsi. Keempat, manfaat penelitian akan dijelaskan hasil penelitian yang dapat digunakan dalam pendidikan. Kelima, batasan istilah peneliti akan menjelaskan beberapa istilah agar tidak menimbulkan pemahaman lain tentang istilah itu. Keenam, bagian terakhir dari pendahuluan adalah sistematika penyajian.


(22)

Bab II adalah landasan teori. Landasan teori yang ada dalam skripsi ini dipaparkan mengenai penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian saat ini, kerangka teori penelitian, kajian teori yang akan membantu peneliti sebagai petunjuk untuk mengambil data dalam penelitian dan menyelesaikan data tersebut. Landasan teori dari para ahli yang digunakan untuk mendukung penelitian.

Bab III adalah metodologi penelitian. Dalam metodologi peneliti akan membahas jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data. Bab IV adalah hasil penelitian. Dalam bab IV akan dideskripsikan data dalam bentuk hasil penelitian dan membahas hasil penelitian secara menyeluruh. Bab V adalah penutup. Bab V adalah bab terakhir dari keseluruhan penelitian dan diuraikan tentang kesimpulan, implikasi, dan saran.


(23)

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang sejenis dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Windri Astuti (2007) dan penelitian Ade Supiyanto (2015). Penelitian Windri Astuti (2007) berjudul “Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP N Ngaglik, Sleman Yogyakarta dalam Menggunakan Konjungsi Antarkalimat dalam

Paragraf Tahun Ajaran 2005/2006”, sedangkan penelitian Ade Supiyanto (2015)

berjudul “Jenis Kesalahan Penggunaan Konjungsi dalam Kalimat Majemuk pada Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Lulusan Tahun 2013 Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Kedua penelitian tersebut sama-sama membahas pemakaian konjungsi dalam suatu wacana. Objek yang diteliti pada penelitian Windri Astuti (2007) yaitu penggunaan konjungsi dalam penulisan paragraf siswa dan Ade Supiyanto (2015) meneliti tentang penggunaan konjungsi dalam tugas akhir mahasiswa.

Tujuan penelitian Windri Astuti (2007) adalah mendeskripsikan seberapa tinggi kemampuan siswa kelas VIII SMP N 2 Ngaglik, Sleman Yogyakarta dalam menggunakan konjungsi antarkalimat dalam paragraf. Adapun hasil penelitiannya kemampuan siswa rata-rata adalah 62,44 dan simpangan bakunya adalah 13,70. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas VIII SMP N 2 Ngaglik, Sleman dalam menggunakan konjungsi antarkalimat dalam paragraf tergolong sedang karena berdasarkan interpretasi dari patokan perhitungan persentase skala 10 termasuk pada tingkat penguasaan 56-65%.


(24)

Penelitian Ade Supiyanto (2015) bertujuan mendeskripsikan jenis kesalahan penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk dalam tugas akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma lulusan Tahun 2013. Hasil penelitiannya kesalahan penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk yang dibuat oleh mahasiswa Program Studi Teknik Elektro lulusan tahun 2013 meliputi: (1) kesalahan penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk setara, (2) kesalahan penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat, dan (3) kesalahan penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk campuran. Kesalahan penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk setara yang paling banyak mengalami kesalahan adalah kalimat majemuk setara yang menyatakan penjumlahan, kesalahan penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat yang paling banyak mengalami kesalahan adalah kalimat majemuk bertingkat klausa anak keterangan syarat, dan kesalahan penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk campuran yang paling banyak mengalami kesalahan adalah konjungsi dan.

Kedua penelitian terdahulu di atas memberikan gambaran bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti masih relevan untuk dilakukan lebih lanjut karena sering kali dalam kegiatan menulis masih terdapat kesalahan dalam pemakaian konjungsi. Keterkaitan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan kedua peneliti di atas bahwa yang menjadi subjek penelitian sama-sama berupa konjungsi dalam suatu wacana. Hanya saja kedua penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti memiliki perbedaan pada objek yang diteliti. Selain itu, penelitian ini akan menemukan konjungsi yang banyak


(25)

digunakan dan yang salah digunakan dalam hasil karangan siswa kelas X SMA Negeri 2 Maumere tahun ajaran 2016/2017.

2.2 Konjungsi

Terbentuknya koherensi dalam sebuah wacana khususnya karangan mempunyai hubungan erat dengan penggunaan konjungsi. Banyak ahli yang berkecimpung di dalam bidang kebahasaan menyebut kata yang berfungsi sebagai penanda hubungan ini berbeda-beda. Kridalaksana (1994: 102) menggunakan istilah konjungsi. AG. Gianto (1983: 19) menggunakan istilah konjungta. Chaer (2008: 98) dan Ramlan (2008: 40) menggunakan istilah kata penghubung untuk menyebut konjungsi.

Konjungsi adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara kata dengan kata, antara frase dengan frase, antara klausa dengan klausa, atau antara kalimat dengan kalimat (Chaer, 2008: 98). Kridalaksana (1994: 102) mengatakan bahwa konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan atau lebih dalam konstruksi.

Berbagai pendapat di atas mempunyai inti yang sama, yaitu bahwa konjungsi merupakan kata yang berfungsi untuk menghubungkan suatu kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat dalam suatu wacana. Perbedaan dari pendapat para ahli hanya terletak pada penyebutan istilah. Namun, dalam penelitian ini peneliti lebih menitikberatkan pada pendapat Chaer (2008: 98) yang mengemukakan bahwa konjungsi adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik


(26)

antara kata dengan kata, antara frase dengan frase, antara klausa dengan klausa, atau antara kalimat dengan kalimat.

2.2.1 Macam-Macam Konjungsi

Para ahli menyebut konjungsi dengan berbagai macam istilah, di antaranya adalah konjungta, konjungsi, dan kata penghubung. Berbagai macam istilah yang dikemukakan oleh para ahli untuk menyebutkan konjungsi sebenarnya memiliki inti yang sama. AG. Gianto menyebutkan konjungsi dengan istilah konjungta, Chaer menyebutkan konjungsi dengan istilah kata penghubung, dan Kridalaksana menyebutkan konjungsi dengan istilah konjungsi. Konjungsi kemudian dibagi ke dalam dua jenis berdasarkan luas jangkauannya dan posisinya.

Dilihat dari luas jangkauannya konjungsi dibedakan menjadi dua jenis yaitu konjungsi intrakalimat dan konjungsi antarkalimat (Chaer, 2008: 98). Konjungsi intrakalimat adalah konjungsi yang menghubungkan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, yang berada di dalam kalimat. Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain yang berada dalam satu paragraf (Chaer, 2008: 103). Apabila dilihat dari posisinya konjungsi dibagi lagi menjadi konjungsi intrakalimat dan ekstrakalimat (Kridalaksana, 1994: 102-103). Konjungsi intrakalimat adalah konjungsi yang menghubungkan satuan-satuan kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa. Konjungsi ekstrakalimat adalah konjungsi pada kalimat yang berbeda atau antar paragaraf (Kridalaksana, 1994: 102-103).


(27)

2.2.1.1 Konjungsi Intrakalimat

Berdasarkan kedudukannya konjungsi intrakalimat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu (1) konjungsi koordinatif, (2) konjungsi subordinatif, (3) konjungsi korelatif.

1) Konjungsi Koordinatif

Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua satuan bahasa yang (kata, frase, klausa, atau kalimat) dalam kedudukan yang setara (Abdul Chaer, 2011: 115). Artinya, kedudukan kedua bagian kalimat yang dihubungkan sama derajatnya; tidak ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah. Tugas konjungsi koordinatif antara lain untuk menyatakan makna sebagai berikut.

a) Penambahan

Konjungsi koordinatif yang menyatakan penambahan digunakan untuk menggabungkan dua bagian kalimat (kata, frase, atau klausa) dengan kedudukan yang setara atau sederajat. Anggota konjungsi ini adalah kata dan dan serta (Chaer, 2011: 116). Contoh penggunaan konjungsi dan dan serta dalam kalimat sebagai berikut.

(1) Bogor dan Jakarta dihubungkan dengan Kereta Rel Listrik (KRL). (2) Harimau putih dan badak bercula satu termasuk binatang langka. (3) Desy membawa mobil dan Roby membawa motor.

Pada kalimat (1) konjungsi dan menghubungkan kata Bogor dan kata Jakarta, pada kalimat (2) kata dan menghubungkan frase harimau putih dan badak bercula satu, sedangkan pada kalimat (3) kata dan menghubungkan klausa Desy membawa mobil dan Roby membawa motor.


(28)

Konjungsi serta dapat digunakan sebagai pengganti konjungsi dan, seperti tampak pada kalimat berikut.

(4) Ibu serta ayah pergi kondangan. b) Pemilihan

Konjungsi koordinatif yang menyatakan pemilihan atau alternatif digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat (kata, frase, atau klausa) dengan kedudukan setara dan bermakna pemilihan. Anggota konjungsi ini adalah kata atau (Chaer, 2011: 116). Contoh penggunaan konjungsi atau dalam kalimat sebagai berikut.

(4) Kamu akan membeli baju yang berwarna hitam atau putih?

(5) Sayur ini akan menjadi lebih enak kalau diberi sedikit garam atau sesendok cuka.

(6) Kamu yang datang ke rumahku atau aku yang datang ke rumahmu?

Pada kalimat (4) kata atau menghubungkan kata hitam dan putih sebagai dua hal yang harus dipilih, pada kalimat (5) menghubungkan frase sedikit garam dan sesendok cuka sebagai dua hal yang harus dipilih. Kemudian pada kalimat (6) kata atau menghubungkan klausa kamu yang datang ke rumahku dan aku yang datang ke rumahmu sebagai dua hal yang harus dipilih.

c) Pertentangan

Konjungsi koordinatif yang menyatakan pertentangan digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat (kata dan kata, frase dan frase, klausa dan klausa) dengan kedudukan setara dan bermakna pertentangan. Anggota konjungsi ini adalah tetapi, namun, sedangkan, dan sebaliknya (Chaer, 2011: 117). Aturan penggunaannya sebagai berikut.


(29)

Konjungsi tapi/tetapi digunakan untuk menghubungkan menyatakan pertentangan antara dua bagian kalimat (induk kalimat dan anak kalimat) atau antara kata dan kata dalam satu frase. Contoh penggunaan konjungsi dalam kalimat sebagai berikut.

(7)Barang-barang impor ini memang mahal tetapi kualitasnya sangat bagus. (8) Bu Nina orang kayatetapi tidak sombong.

Catatan

Konjungsi tapi/tetapi tidak dapat menduduki posisi awal kalimat karena pengertian atau konsep yang dikemukakan pada klausa yang dimulai dengan konjungsi tapi/tetapi merupakan pertentangan atau kebalikan dari konsep yang ada pada klausa sebelumnya.

Konjungsi namun digunakan untuk menghubungkan menyatakan pertentangan antara dua buah kalimat. Contoh penggunaan konjungsi namun dalam kalimat sebagai berikut.

(9) Sejak dua bulan terakhir ini ledakan akibat bocornya tabung gas elpiji 3 kg dan 12 kg terjadi di mana-mana, dan telah menelan banyak korban jiwa. Namun, tampaknya tidak ada keseriusan pemerintah untuk menangani masalah ini.

(10) Sidang paripurna DPR dalam membahas RUU itu tampak lenggang, banyak anggota yang tidak hadir. Namun, menurut catatan sekretariat jumlah tanda tangan yang hadir sudah melebihi kuorum.

Catatan

Konjungsi namun adalah konjungsi antarkalimat seperti tampak pada kalimat (9) dan (10) di atas. Jadi jangan digunakan sebagai konjungsi intrakalimat untuk pengganti konjungsi tetapi.


(30)

Konjungsi sedangkan digunakan untuk menghubungkan menyatakan pertentangan antara dua bagian kalimat setara. Contoh penggunaan konjungsi sedangkan dalam kalimat sebagai berikut.

(11) Dalam penelitian kuantitatif kita lebih banyak berbicara tentang angka-angka sedangkan dalam penelitian kualitatif lebih banyak berbicara mengenai penjelasan atau keterangan.

(12) Tampaknya penduduk pedesaan sangat jujur sedangkan penduduk perkotaan tidak.

Konjungsi sebaliknya digunakan untuk menghubungkan menyatakan pertentangan atau kebalikan klausa kedua terhadap klausa pertama dari sebuah kalimat majemuk setara. Contoh penggunaan konjungsi sebaliknya dalam kalimat sebagai berikut.

(13) Di rumah terhadap istrinya dia seperti tikus di hadapan kucing, sebaliknya di kantor terhadap bawahannya dia seperti kucing menghadapi tikus. (14) Di tengah kota banyak orang yang hidup penuh dengan kemewahan,

sebaliknya di pinggiran kota tidak sedkit orang yang hidupnya serba susah. Pada kalimat (13) dan (14) menunjukkan bahwa konjungsi sebaliknya tidak digunakan untuk menghubungkan dua buah kata atau dua buah frasa, tetapi menghubungkan klausa pertama dan klausa kedua. Hal ini disebabkan karena konjungsi sebaliknya berfungsi untuk menghubungkan klausa pertama dengan klausa kedua yang saling bertentangan.

d) Penegasan

Konjungsi koordinatif yang menyatakan penegasan atau penguatan digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat (kalusa dan klausa) dengan kedudukan setara dan menyatakan penegasan (Chaer, 2011: 119). Anggota konjungsi ini adalah bahkan, apalagi, dan lagipula. Aturan penggunaannya adalah sebagai berikut.


(31)

Konjungsi bahkan digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa atau dua buah kalimat setara di mana klausa (kalimat) kedua menegaskan kelakuan atau tindakan pada klausa pertama. Contoh penggunaan konjungsi bahkan dalam kalimat sebagai berikut.

(15) Orang lain menyumbang minimal Rp 20.000,-. Dia Cuma Rp 1.000,- Bahkan itu pun diberikan dengan perasaan terpaksa.

(16) Produksi kami telah dipasarkan di seluruh Indonesia dan negara-negara tetangga. Bahkan juga telah diekspor ke Timur Tengah.

Konjungsi apalagi digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa atau kalimat setara di mana klausa (kalimat) kedua menegaskan hal yang dikatakan pada klausa (kalimat) pertama. Contoh penggunaan konjungsi apalagi dalam kalimat sebagai berikut.

(17) Lalu lintas di Jakarta sangat ramai. Apalagi pada jam-jam di pagi atau sore hari.

(18) Sekarang hawa di Jakarta sangat panas. Apalagi pada siang hari.

Konjungsi lagipula digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa atau kalimat di mana klausa atau kalimat kedua berupa alasan tambahan untuk menegaskan keadaan atau hal yang dikemukakan pada klausa atau kalimat pertama. Contoh penggunaan konjungsi apalagi dalam kalimat sebagai berikut.

(19) Mari kita makan di kedai itu. Masakannya enak. Harganya murah. Lagipula pelayanannya sangat baik.

(20) Suhartini, anak gadismu itu, jangan kamu nikahkan dulu. Dia masih kecil. Umurnya belum seberapa. Lagipula dia masih ingin bersekolah.

e) Penyamaan

Konjungsi koordinatif yang menyatakan penyamaan digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat untuk menyatakan adanya kesamaan antara kedua bagian kalimat itu. Anggota konjungsi ini adalah kata adalah, ialah, yaitu, dan yakni (Chaer, 2011: 120). Aturan penggunaannya sebagai berikut.


(32)

Konjungsi adalah digunakan untuk menghubungkan dua atau bagian kalimat di mana bagian pertama merupakan maujud yang sama dengan maujud bagian kedua. Contoh penggunaan konjungsi adalah dalam kalimat sebagai berikut.

(21) Ahok adalah gubernur Jakarta yang sangat tegas.

(22) Mereka yang belum membayar SPP adalah Rian dan Tian. Catatan

Kata adalah yang digunakan pada awal kalimat bukanlah sebuah konjungsi, melainkan kata yang menjadi tumpuan kalimat, atau kata yang menghubungkan bahasa dengan dunia luar bahasa. Biasanya digunakan pada awal wacana narasi. Simak contoh berikut.

(23) Adalah pada kami sejumlah buku yang patut dibaca untuk menambah pengetahuan.

(24) Pada zaman dulu adalah seorang raja yang sangat lalim di negeri itu. Konjungsi ialah secara terbatas dapat digunakan untuk menggantikan konjungsi adalah. Simak dua contoh berikut.

(25) Sukarno ialah prsiden pertama Republik Indonesia (26) Mereka yang belum membayar SPP ialah Rian dan Tian.

Konjungsi yaitu untuk menghubungkan menyamakan digunakan di antara dua bagian kalimat yang maujudnya sama. Biasanya antara maujud subjek dan objek dengan aposisinya. Contoh penggunaan konjungsi yaitu dalam kalimat sebagai berikut.

(27) Presiden pertama Republik Indonesia, yaitu Sukarno, dimakamkan di Blitar.


(33)

Konjungsi yakni secara bebas dapat digunakan untuk menggantikan konjungsi yaitu. Perhatikan contoh berikut.

(29) Suharto yakni presiden kedua Republik Indonesia telah tiada. (30) Anak beliau ada dua orang yakni Ristha dan Rizky.

f) Urutan Kejadian

Konjungsi koordinatif yang menyatakan urutan waktu digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa atau lebih berdasarkan urutan mana yang lebih dahulu dan mana yang kemudian. Anggota konjungsi ini adalah lalu, kemudian, dan selanjutnya (Chaer, 2011: 122). Contoh penggunaan konjungsi lalu, kemudian, dan selanjutnya dalam kalimat sebagai berikut.

(31) Dia mengambil segelas air putih, lalu memberikannya kepadaku.

(32) Mula-mula dia membukakan kami pintu, lalu menyilakan kami masuk, kemudian mengajak kami duduk, selanjutnya dia menanyakan apa maksud kedatangan kami.

Catatan

Dari kalimat (32) dapat dilihat bahwa semua anggota konjungsi yang menyatakan urutan kejadian dapat muncul di dalam sebuah kalimat yang terdiri dari sejumlah klausa yang menyatakan urutan kejadian.

g) Pembetulan

Konjungsi koordinatif yang menyatakan pembetulan digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa untuk menyatakan pembetulan atau koreksi terhadap hal yang disebutkan pada klausa pertama (Chaer, 2011: 123). Anggota konjungsi ini adalah kata melainkan. Aturan penggunaannya adalah sebagai berikut.

(33) Kami bukan mau menentang pemerintah, melainkan menuntut hak kami. (34) Bukan dia yang datang melainkan ayahnya.


(34)

h) Pembatasan

Konjungsi koordinatif yang yang menyatakan pembatasan digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa. Klausa pertama menyatakan suatu tindakan atau keadaan, dan klausa kedua menyatakan pembatasan terhadap klausa pertama itu. Anggota konjungsi ini adalah kata kecuali dan hanya (Chaer, 2011: 123). Aturan penggunaannya sebagai berikut.

Konjungsi kecuali digunakan menghubungkan dua buah klausa. Klausa pertama menyatakan suatu keadaan atau tindakan, klausa kedua menyatakan pembatasan atau perkecualian. Contoh penggunaan konjungsi kecuali dalam kalimat sebagai berikut.

(36) Semua orang sudah bersedia untuk menyumbang masing-masing Rp 100.000,- kecuali Tuan Galih yang kaya raya itu.

Konjungsi hanya digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa. Klausa pertama memberikan pernyataan tentang keadaan atau hal, klausa kedua menyatakan pembatasan terhadap klausa pertama. Contoh penggunaan konjungsi hanya dalam kalimat sebagai berikut.

(37) Dari 200 orang pelamar hanya 10 orang yang dinyatakan memenuhi syarat. 2) Konjungsi Subordinatif

Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua satuan bahasa secara tidak sederajat (Chaer, 2011: 103). Artinya, kedudukan klausa yang satu lebih tinggi (sebagai klausa utama) dan yang kedua sebagai klausa bawahan atau lebih rendah dari yang pertama. Konjungsi subordinatif biasanya digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat yang di dalamnya terdapat induk kalimat dan anak kalimat. Konjungsi subordinatif diletakkan pada awal anak kalimat. Konjungsi subordinatif digunakan untuk menyatakan makna sebagai berikut.


(35)

a) Sebab

Konjungsi yang menyatakan sebab ini digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat dengan makna menyatakan sebab terjadinya keadaan atau peristiwa pada induk kalimat (klausa utama) dan yang dinyatakan oleh anak kalimat (klausa bawahan) (Chaer, 2011: 104). Anggota konjungsi ini adalah karena, sebab, gara-gara, dan lantaran. Penggunaan konjungsi karena, sebab, gara-gara, dan lantaran dalam kalimat sebagai berikut.

Konjungsi karena digunakan untuk menghubungkan menyatakan sebab ditempatkan pada awal anak kalimat (klausa bawahan). Lalu, karena klausa bawahan ini bisa berposisi sebagai klausa pertama maupun klausa kedua, maka konjungsi karena dapat berposisi pada awal kalimat maupun pada tengah kalimat. Contoh penggunaan konjungsi karena dalam kalimat sebagai berikut.

(38) Gomez dipecat dari kantor perusahan minyak karena sudah seminggu bolos kerja.

(38a) Karena sudah seminggu bolos kerja, Gomez dipecat dari kantor perusahan minyak.

(39) Ikan-ikan di sungai mati karena keracunan limbah pabrik. (39a) Karena keracunan limbah pabrik, ikan-ikan di sungai mati.

Konjungsi sebab digunakan untuk menghubungkan menyatakan sebab secara umum dapat menggantikan posisi konjungsi karena. Simak contoh berikut.

(40) Mereka terlambat sebab jalanan macet.

(41) KPK gagal menangkap tersangka itu sebab ketiadaan bukti.

Namun, ada dua hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan konjungsi sebab, yaitu pertama, konjungsi sebab tidak ditempatkan pada awal anak kalimat dan kedua¸ kata sebab berkategori konjungsi berhomonim dengan kata sebab yang berkategori nomina, sehingga dalam bahasa Indonesia ada data aktual


(36)

menyebabkan dan disebabkan (yang bentuk dasarnya nomina sebab), tetapi tidak ada bentuk mengkarenakan atau dikarenakan karena tidak ada kata karena yang berkategori nomina.

Konjungsi lantaran dan gara-gara adalah bentuk tidak baku. Jadi, jangan digunakan dalam karangan ilmiah.

b) Syarat

Konjungsi yang menyatakan syarat ini digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat dengan makna menyatakan syarat untuk terjadinya atau berlangsungnya suatu keadaan atau kejadian pada induk kalimat (klausa utama) yang diisyaratkan pada anak kalimat (klausa bawahan). Anggota konjungsi ini adalah kata-kata kalau, jika, jikalau, bila, apabila, bilamana, dan asal (Chaer, 2011: 105). Aturan penggunaannya adalah sebagai berikut.

Konjungsi kalau digunakan untuk menghubungkan menyatakan syarat ditempatkan pada awal anak kalimat (klausa bawahan). Lalu, karena posisi anak kalimat dapat mendahului induk kalimat, maka konjungsi kalau ini bisa berada pada awal kalimat atau pun pada tengah kalimat. Contoh penggunaan konjungsi kalau dalam kalimat sebagai berikut.

(42) Logam akan memuai kalau dipanaskan. (42a) Kalau dipanaskan, logam akan memuai.

(43) Sambungan listrik akan diputus kalau menunggak pembayaran rekening. (43a) Kalau menunggak pembayaran rekening, sambungan listrik akan diputus.

Konjungsi jika dan jikalau dapat digunakan secara umum untuk menggantikan konjungsi kalau. Contoh penggunaan konjungsi jika dan jikalau dalam kalimat sebagai berikut.


(37)

(44) Mentega akan mencair jika dipanaskan.

Konjungsi bila, apabila, dan bilamana sebenarnya juga dapat dipakai untuk menggantikan konjungsi kalau. Contoh penggunaan konjungsi bila, apabila, dan bilamana dalam kalimat sebagai berikut.

(45) Air akan membeku bila didinginkan.

(46) Kami akan mengunjungi Los Angeles apabila liburan semester tiba. (47) Pohon-pohon akan mati bilamana musim kemarau terlalu panjang.

Konjungsi asal hanya digunakan dalam bahasa ragam nonbaku. Jadi, jangan digunakan dalam karangan ilmiah.

c) Tujuan

Konjungsi yang menyatakan tujuan digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat dengan makna menyatakan tujuan perbuatan atau tindakan yang disebutkan pada induk kalimat (klausa utama)nya (Chaer, 2011: 106). Anggota konjungsi ini adalah kata-kata untuk, agar, supaya, guna, bagi, dan demi. Aturan penggunaannya adalah sebagai berikut.

Konjungsi untuk digunakan untuk menyatakan tujuan ditempatkan pada awal anak kalimat (tak bersubjek). Lalu, karena posisi anak kalimat dapat mendahului induk kalimat, maka konjungsi untuk dapat berposisi pada awal kalimat dan juga tengah kalimat. Contoh penggunaan konjungsi untuk dalam kalimat sebagai berikut.

(48) Untuk melancarkan arus lalu lintas, jalan layang itu dibangun. (48a) Jalan layang itu dibangun untuk melancarkan arus lalu lintas. Catatan

Konjungsi untuk selain berkategori sebagai konjungsi, seperti pada contoh kalimat (48) dan (48a) di atas, juga berkategori sebagai preposisi. Sebagai


(38)

preposisi kata untuk ini tidak diikuti oleh sebuah klausa, melainkan oleh sebuah nomina (kata benda) atau frase nominal. Contoh penggunaannya simak kalimat (49) dan (49a).

(49) Ibu membeli sepatu untuk adik. (49a) Untuk adik ibu membeli sepatu baru.

Konjungsi agar digunakan untuk menghubungkan menyatakan tujuan, ditempatkan pada awal anak kalimat (bersubjek). Lalu, karena anak kalimat (klausa bawahan) dapat berposisi mendahului induk kalimat, maka konjungsi agar dapat berada pada awal anak kalimat atau di tengah kalimat. Simak contoh penggunaan konjungsi agar dalam kalimat (50) dan (50a) sebagai berikut.

(50) Jalan layang dibangun di beberapa sisi persimpangan agar lalu lintas menjadi lancar.

(50a) Agar lalu lintas menjadi lancar, jalan layang dibangun di beberapa persimpangan.

Konjungsi supaya dapat digunakan sebagai pengganti konjungsi agar. Contoh penggunaan konjungsi supaya dalam kalimat sebagai berikut.

(51) Pemerintah kota Jogja membuka beberapa jalur alternatif ke Solo supaya lalu lintas di bulan ramadhan menjadi lancar.

Catatan

Dalam ragam bahasa nonbaku, orang sering menggunakan kata agar dan supaya sekaligus menjadi agar supaya. Untuk karangan ilmiah gunakan salah satu.

Konjungsi agar/supaya tidak dapat diganti dengan konjungsi untuk, atau sebaliknya konjungsi untuk tidak dapat digantikan dengan konjungsi agar/supaya karena pembedaan pola klausa yang mengikutinya. Konjungsi agar/supaya diikuti oleh klausa yang bersubjek, sedangkan konjungsi untuk diikuti oleh klausa tanpa subjek. Contoh penggunaannya dalam kalimat sebagai berikut.


(39)

(52) Jalan layang dibangun agar lalu lintas menjadi lancar. (53) Jalan layang dibangun untuk melancarkan arus lalu lintas.

Konjungsi demi dapat digunakan untuk menyatakan tujuan dan bisa sebagai pengganti konjungsi untuk. Namun, konjungsi demi juga memiliki makna tekad, seperti dalam kalimat.

(54) Mereka belajar sungguh-sungguh demi masa depan yang lebih baik. (55) Mereka belajar sungguh-sungguh demi mencapai hari depan yang lebih

baik.

Konjungsi demi juga bisa berposisi pada awal kalimat, sebagai anak kalimat yang mendahului induk kalimat. Contoh penggunaannya dalam kalimat sebagai berikut.

(54a) Demi masa depan yang lebih baik, mereka belajar sungguh-sungguh. (55a) Demi mencapai hari depan yang lebih baik, mereka belajar

sungguh-sungguh. d) Kesewaktuan

Konjungsi yang menyatakan kesewaktuan ini digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat dengan makna menyatakan bahwa perbuatan pada klausa yang satu terjadi atau berlangsung dalam waktu yang disebutkan oleh klausa kedua. Anggota konjungsi ini adalah ketika, waktu, sewaktu, saat, tatkala, selagi, sebelum, sesudah, setelah, sejak, dan semenjak. Adapun pengaturan penggunaannya sebagai berikut.

Konjungsi ketika digunakan untuk menghubungkan menyatakan saat yang bersamaan antara kejadian, tindakan, atau peristiwa yang terjadi pada klausa yang satu dengan klausa yang lain pada sebuah kalimat majemuk bertingkat. Contoh penggunaan konjungsi ketika dalam kalimat sebagai berikut.

(56) Ayahnya meninggal dunia, ketika ia masih kecil. (57) Ketika ia masih kecil, ayahnya meninggal dunia.


(40)

Konjungsi ketika dapat diganti dengan konjungsi waktu, sewaktu, saat, dan tatkala tanpa adanya perbedaan semantik.

Konjungsi sebelum digunakan untuk menghubungkan menyatakan suatu kejadian, tindakan, atau peristiwa terjadi sebelum terjadinya tindakan, kejadian, atau peristiwa lain. Contoh penggunaan konjungsinya sebagai berikut.

(58) Sebelum polisi datang, pencopet itu sudah babak belur dihakimi massa. (58a) Pencopet itu sudah babak belur dihakimi massa sebelum polisi datang. Konjungsi sesudah dan setelah digunakan untuk menghubungkan menyatakan satu kejadian, peristiwa, atau hal terjadi setelah terjadinya kejadian, peristiwa hal lain. Contoh penggunaannya dalam kalimat sebagai berikut.

(59) Setelah harga BBM dinaikkan, pendapatan kami sangat berkurang. (59a) Pendapatan kami berkurang setelah harga BBM dinaikkan.

Konjungsi sejak dan semenjak digunakan untuk menghubungkan menyatakan saat/mulai terjadinya kejadian atau peristiwa. Contoh penggunaannya dalam kalimat sebagai berikut.

(60) Kehidupan sebagian besar rakyat Indonesia semakin susah semenjak pemerintah berulang-ulang menaikkan harga barang-barang kebutuhan. (60a) Semenjak pemerintah berulang-ulang menaikkan harga barang-barang

kebutuhan pokok kehidupan sebagian rakyat Indonesia semakin susah. Konjungsi selagi digunakan untuk menghubungkan menyatakan durasi waktu yang bersamaan terjadinya tindakan, perbuatan, atau peristiwa yang terjadi pada klausa pertama dan klausa kedua. Contoh penggunaannya dalam kalimat sebagai berikut.

(61) Selagi ibu menyiapkan santap makan malam kami duduk-duduk menonton televisi.

(61a) Kami duduk-duduk menonton televisi selagi ibu menyiapkan santap malam.


(41)

e) Penyungguhan

Konjungsi yang menyatakan penyungguhan digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat dengan makna menyatakan penyungguhan suatu tindakan meskipun bertentangan dengan tindakan lain (Chaer, 2011: 111). Anggota konjungsi ini adalah meskipun, biarpun, walaupun, sungguhpun, sekalipun, dan kendatipun. Aturan penggunaannya sebagai berikut.

Konjungsi meskipun digunakan untuk menghubungkan menyatakan kesungguhan atas suatu tindakan yang dilakukan oleh klausa yang satu meskipun bertentangan dengan klausa yang lain. Contoh penggunaan konjungsi meskipun dalam kalimat sebagai berikut.

(62) Meskipun gajinya kecil dan kesempatan ada, pegawai golongan IIIa itu tidak mau melakukan korupsi.

(62a) Pegawai golongan IIIa itu tidak mau melakukan korupsi meskipun gajinya kecil dan kesempatan ada.

Konjungsi biarpun, walaupun, sungguhpun, sekalipun, dan kendatipun dapat digunakan untuk menggantikan konjungsi meskipun tanpa perbedaan semantik. Contoh penggunaan konjungsi biarpun, walaupun, sungguhpun, dan kendatipun dalam kalimat sebagai berikut.

(63) Biarpun hujan lebat mengguyur stadion Maguwo pertandingan sepak bola itu berjalan terus.

(64) Walaupun dilarang oleh ayahnya, Aris tetap pergi ke hutan terlarang. (65) Sekalipun team basket Rina dan teman-temannya tidak masuk ke babak

final, mereka tetap bergembira.

(66) Kendatipun kami punya uang, tetapi tak ada makanan yang dapat kami beli.


(42)

f) Perbandingan

Konjungsi yang menyatakan perbandingan ini digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat dengan makna yang menyatakan bahwa perbuatan, tindakan, atau peristiwa yang terjadi pada klausa pertama sama atau mirip seperti yang terjadi pada klausa kedua (Chaer, 2011: 113). Anggota konjungsi ini adalah seperti, sebagai, bagai, laksana, dan seumpama. Aturan penggunaannya adalah sebagai berikut.

Konjungsi seperti digunakan untuk menghubungkan menyatakan persamaan antara klausa pertama dan klausa kedua. Contoh penggunaan konjungsi seperti dalam kalimat sebagai berikut.

(67) Dimakannya nasi itu dengan lahap seperti orang tiga hari belum makan. (67a) Seperti orang tiga hari belum makan dimakannya nasi itu dengan lahap. Konjungsi sebagai pada dasarnya dapat digunakan untuk menggantikan konjungsi seperti tanpa perbedaan semantik. Begitu juga dengan konjungsi bagai, laksana, dan seumpama. Contoh penggunaan konjungsinya dalam kalimat sebagai berikut.

(68) Sebagai anak ayam kehilangan induk. (69) Bagai anak ayam kehilangan induk.

(70) Kami terkejut bukan main laksana mendengar petir di malam hari.

(71) Dia tak menyapa kami ketika berada di ruangan itu, kami dianggap bagai orang asing dalam hidupnya.

(72) Seumpama pungguk merindukan bulan. g) Batas Akhir

Konjungsi yang menyatakan batas akhir suatu tindakan digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat dengan makna menyatakan batas akhir suatu tindakan (Chaer, 2011: 113). Anggota konjungsi ini adalah sampai, hingga, sehingga. Aturan penggunaannya sebagai berikut.


(43)

Konjungsi sampai, digunakan pada klausa kedua yang merupakan anak kalimat dari suatu kalimat majemuk bertingkat. Contoh penggunaan konjungsi sampai dalam kalimat sebagai berikut.

(72) Malam itu petugas keamanan berjaga-jaga sampai matahari terbit.

(73) Aktivis ICW itu dianiaya orang tak dikenal sampai mukanya babak belur. Konjungsi hingga pada dasarnya dapat digunakan sebagai pengganti konjungsi sampai. Contoh penggunaan konjungsi hingga dalam kalimat sebagai berikut.

(72a) Malam itu petugas keamanan berjaga-jaga hingga matahari terbit. (73b) Aktifis ICW dianiaya orang tak dikenal hingga mukanya babak belur. Konjungsi sehingga digunakan untuk menghubungkan menyatakan batas akhir kejadian yang memberi akibat. Contoh penggunaan konjungsi sehingga dalam kalimat sebagai berikut.

(74) Tindakan oknum Sat Pol PP seringkali diluar batas kewajaran sehingga banyak orang tidak menaruh simpati kepada mereka.

Catatan

Konjungsi sampai, hingga, dan sehingga tidak dapat berposisi pada awal kalimat. Selain itu, konjungsi sampai dan hingga yang diikuti nomina atau frase nomina bukanlah sebuah konjungsi melainkan sebuah preposisi.

h) Pengandaian

Konjungsi yang menghubungkan menyatakan pengandaian digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat untuk menyatakan bahwa peristiwa, hal, atau tindakan pada klausa utama (induk kalimat) akan terjadi apabila peristiwa, hal, atau tindakan pada klausa bawahan (anak kalimat) terjadi (Chaer, 2011: 114). Anggota konjungsi ini adalah andaikata, seandainya, dan andaikan. Aturan penggunaannya adalah sebagai berikut.


(44)

Konjungsi andaikata ditempatkan pada awal anak kalimat (klausa bawahan) dari sebuah kalimat majemuk, baik pada posisi awal maupun tengah kalimat. Contoh penggunaan konjungsi andaikata dalam kalimat sebagai berikut.

(75) Keadaan negara pasti jauh lebih baik dari keadaan sekarang andaikata para pejabat negara tidak korup.

(75a) Andaikata para pejabat negara tidak korup, keadaan negara pasti jauh lebih baik dari keadaan sekarang.

Konjungsi seandainya secara umum dapat digunakan untuk mengganti konjungsi andaikata. Contoh penggunaan konjungsi seandainya dalam kalimat sebagai berikut.

(76) Saya akan berjuang menurunkan harga sembako seandainya saya terpilih menjadi anggota legislatif.

(76a)Seandainya saya terpilih menjadi anggota legislatif, saya akan berjuang menurunkan harga sembako.

3) Konjungsi Korelatif

Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah kata, dua buah frase, atau dua buah klausa yang memiliki status yang sama (Chaer, 2011: 124). Contoh konjungsinya: antara...dan; baik...maupun; entah...entah; jangankan...pun; tidak hanya...tetapi juga; bukan hanya...melainkan juga; demikian...sehingga, dan sedemikian rupa...sehingga. Contoh penggunaan konjungsi korelatif dalam kalimat sebagai berikut.

(77) Antara pejabat dan pedagang memegang ada kerjasama dalam mengeruk keuntungan pribadi.

(78) Baik pejabat eksekutif maupun pejabat legislatif dan judikatif banyak yang terlibat dalam tindak pidana korupsi.

(79) Entah disetujui keluarga entah tidak, dia tetap akan menikahi gadis itu. (80) Jangankan peraturan negara peraturan agama pun dilanggarnya demi

mengeruk keuntungan pribadi.

(81) Kita tidak hanya harus mengakui adanya Allah, tetapi juga harus melaksanakan perintah dan larangan Allah.


(45)

(82) Beliau bukan hanya menipu orang banyak tetapi juga menipu beberapa orang bupati.

(83) Lari mobil itu demikian cepatnya sehingga sukar dipotret.

(84) Kita harus mengerjakannya sedemikian rupa sehingga hasilnya sangat bagus.

2.2.1.2 Konjungsi Antarkalimat

Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan yang lain yang berada dalam satu paragraf (Chaer, 2008: 103). Dilihat dari maknanya dapat dibedakan adanya konjungsi antarkalimat yang menyatakan kesimpulan, pertentangan, penambahan, dan penegasan.

(a) Pertentangan

Konjungsi antarkalimat yang menyatakan pertentangan digunakan untuk menghubungkan dua buah kalimat. Kalimat yang pertama menyatakan suatu keadaan, suatu peristiwa, atau suatu tindakan, dan kalimat kedua menyatakan kebalikan atau pertentangan terhadap kalimat pertama (Chaer, 2011: 127). Anggota konjungsi ini adalah namun, namun demikian, namun begitu, akan tetapi, sebaliknya, meskipun demikian, meskipun begitu, walaupun demikian , walaupun begitu, dan biarpun begitu. Contoh beberapa penggunaan konjungsi antarkalimat yang menyatakan pertentangan dalam kalimat sebagai berikut.

(85) Kabarnya dana Biaya Operasi Sekolah (BOS) yang dikucurkan pemerintah kepada sekolah cukup besar. Walaupun begitu masih saja banyak sekolah yang menarik uang masuk, entah apa namanya, pada awal tahun ajaran ini.

(86) Sebuah metro mini, diikuti sebuah mikrolet dan sebuah bajaj menyerobot masuk jalur khusus busway. Namun, petugas lalu lintas yang berada di sana tidak berbuat apa-apa.

(87) Seorang polantas memarahi dengan galak beberapa pengendara sepeda motor yang memasuki jalur busway. Akan tetapi dia diam saja ketika seorang prajurit TNI melaju dengan sepeda motornya di jalur busway.


(46)

(88) Bapak Walker adalah seorang kepala keluarga yang secara ekonomi hidupnya sangat tidak berkecukupan. Biarpun begitu dia masih dapat menyekolahkan semua anaknya dengan baik.

(b) Penambahan

Konjungsi antarkalimat yang menyatakan penambahan, digunakan untuk menghubungkan dua buah kalimat. Kalimat pertama menyatakan suatu keadaan, peristiwa, atau tindakan, dan kalimat kedua menambahkan pengertian terhadap isi kalimat pertama (Chaer, 2011: 128). Anggota konjungsi ini adalah tambahan pula, tambahan lagi, demikian pula, begitu pula, selain itu, selain dari itu, malahan, tetapi juga, dan kecuali itu. Contoh beberapa penggunaan konjungsi antarkalimat yang menyatakan penambahan dalam kalimat sebagai berikut.

(89) PLN menaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) dan jasa Marga menaikan tarif jalan Tol. Begitu pula yang dilakukan para pedagang di pasar.

(90) Sungguh malang nasib para korban ledakan tabung gas 3 kg; rumah hancur; seluruh tubuh mereka luka terbakar. Tambahan pula perhatian dari pemerintah hampir tidak ada.

(91) Keadaan warga korban banjir di Jakarta sangat memprihatinkan. Mereka tidak bisa beraktifitas seperti biasa; mereka kesulitan sembako dan kesulitan mendapatkan air bersih. Selain itu, berbagai macam penyakit mengancam mereka.

(92) Upaya pemerintah untuk memberantas korupsi tampaknya bukan perkara mudah. Buktinya, banyak perkara korupsi yang mengendap lama di kejaksaan atau di kepolisian. Malahan banyak pula tersangka koruptor yang divonis bebas oleh pengadilan dengan alasan tidak cukup bukti. (93) Menanggapi kenaikan harga sembako yang melambung tinggi menjelang

bulan puasa tahun ini, banyak pejabat yang berkompeten memberi alasan kenaikan harga itu. Antara lain, musim tanam yang tidak tepat waktu, harga pupuk yang mahal, ongkos angkut yang juga naik, dan berbagai kesalahan petani sendiri. Kecuali itu, cuaca yang tidak menentu juga dijadikan alasan.

(c) Urutan

Konjungsi antarkalimat yang menyatakan urutan kejadian atau peristiwa digunakan untuk menghubungkan dua buah kalimat. Kalimat pertama menyatakan suatu kejadian atau peristiwa, kalimat kedua menyatakan kejadian atau peristiwa


(47)

lain dalam urutan waktu tertentu dengan kalimat pertama. Anggota konjungsi ini adalah setelah itu, sesudah itu, sebelum itu, selanjutnya, kemudian daripada itu, dan dalam waktu yang bersamaan. Contoh beberapa konjungsi antarkalimat yang menyatakan urutan dalam kalimat sebagai berikut.

(94) Dari rumah mula-mula kami berjalan kaki ke jalan raya. Lalu, kami menumpang angkot ke terminal bus Rawamangun. Selanjutnya, kami menumpang bus Damri ke Bandara Sukarno Hatta.

(95) Para saksi diminta maju ke muka. Setelah itu satu per satu ditanya nama dan identitas masing-masing.

(96) Kobaran api membumbung tinggi di tempat kejadian. Sebelum itu terdengar beberapa kali suara ledakan keras.

(97) Tarif Dasar Listrik (TDL) naik sekitar 15 persen. Tarif penggunaan jalan Tol juga naik. Dalam waktu yang bersamaan subsidi BBM pun dibatasi; yang berarti harga BBM pun naik juga.

(d) Penegasan

Konjungsi antarkalimat yang menyatakan penegasan digunakan untuk menghubungkan dua buah kalimat. Kalimat pertama menyatakan adanya suatu keadaan atau tindakan, dan kalimat kedua menyatakan penegasan terhadap keadaan atau tindakan pada kalimat pertama (Chaer, 2011: 130). Anggota konjungsi ini adalah lagipula, apalagi, bahkan. Contoh beberapa penggunaan konjungsi antarkalimat yang menyatakan penegasan dalam kalimat sebagai berikut.

(98) Buka puasa dengan semangkuk kolak pisang rasanya nikmat sekali. Apalagi kalau disantap dengan secangkir kopi pahit.

(99) Kita tidak perlu tergesa-gesa ke kampus karena hari masih pagi. Lagipula, bukankah jam pertama hari ini tidak ada kuliah?

(100) Bang Uce terkenal sebagai orang yang paling kikir di daerah itu. Bahkan untuk makan pun dia selalu mencari masakkan yang paling murah.


(48)

(e) Kesimpulan

Konjungsi antarkalimat yang menyatakan kesimpulan digunakan untuk menghubungkan dua buah kalimat. Kalimat pertama menyatakan tindakan atau kejadian, dan kalimat kedua menyatakan kesimpulan dari kalimat-kalimat sebelumnya (Chaer, 2011: 126). Anggota konjungsi ini adalah jadi, maka itu, kalau begitu, oleh karena itu, dengan demikian, dan itulah sebabnya. Contoh beberapa penggunaan konjungsi antarkalimat yang menyatakan kesimpulan dalam kalimat sebagai berikut.

(101) Dua bulan lalu Anda meminjam uang saya Rp 10.000,; tiga minggu lalu Anda meminjam lagi Rp 20.000.-; dan kini Anda mau meminjam lagi Rp 15.000.-. Jadi utang Anda semua berjumlah Rp 45.000,-.

(102) Andy, teman kami sekelas, memang sangat nakal. Selain sering bolos, dia juga sering membuat kegaduhan di kelas. Sering mengejek dengan kata-kata kasar. Oleh karena itu, dia sering dimarahi guru.

(103) Bak mandi secara teratur harus dikuras; saluran air harus dibersihkan; kaleng-kaleng bekas harus dikuburkan. Dengan demikian, ancaman penyakit demam berdarah dapat dihindarkan.

(104) Sebelum ini kerja kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan dalam memberantas korupsi hanya jalan di tempat. Itulah sebabnya pemerintah membentuk lembaga baru yang bernama Komisi Pemberantasan Korupsi. 2.3 Konjungsi dan Preposisi

Konjungsi dan preposisi termasuk ke dalam kelompok kata tugas. Abdul Chaer (2009: 108) mengemukakan bahwa preposisi adalah kategori yang terletak di sebelah kiri nomina sehingga terbentuk sebuah frase eksosenstrik untuk mengisi fungsi keterangan dalam sebuah klausa atau kalimat. Preposisi adalah kategori yang terletak di depan kategori lain (terutama nomina) sehingga terbentuk frase eksosentris direktif (Kridalaksana, 1994: 95). Ramlan (2008: 63) berpendapat bahwa preposisi termasuk dalam golongan kelas kata tertutup,


(49)

maksudnya memiliki jumlah yang terbatas. Preposisi juga selalu diikuti oleh kata atau frasa, sedangkan konjungsi diikuti klausa.

Konjungsi dan preposisi tentunya memiliki peranan yang berbeda. Namun, ada beberapa kata yang sama antara kata yang termasuk dalam konjungsi dan kata yang termasuk dalam preposisi. Kata yang termasuk dalam konjungsi dan preposisi dapat dilihat dari penggunaan kata tersebut di dalam kalimat. Beberapa contoh kata yang termasuk ke dalam konjungsi dan preposisi adalah untuk, bagi, sampai, hingga, kecuali, dan sejak. Kata preposisi yang tidak termasuk konjungsi fungsinya tetap sama yaitu hanya dipakai sebagai preposisi saja. Sebagai contoh preposisi di, berfungsi untuk menyatakan „tempat berada‟ menyatakan aspek

„diam‟ atau „berhenti‟. Penggunaan preposisi di dalam kalimat terletak di muka

kata benda dan keterangan tempat.

Contoh: Sidang kabinet berlangsung di Bina Graha. Kami sedang beristirahat di pulau Bali

Preposisi di hanya berfungsi sebagai preposisi saja. Berbeda dengan preposisi untuk, bagi, sampai, hingga, kecuali, dan sejak dapat berfungsi sebagai preposisi dan konjungsi. Kata untuk selain berkategori sebagai konjungsi, juga berkategori sebagai preposisi. Sebagai preposisi kata untuk ini tidak diikuti oleh sebuah klausa, melainkan oleh sebuah nomina (kata benda) atau frase nominal.

Contoh: Ayah membeli baju baru untuk adik

Kata bagi dapat menggantikan kata untuk (yang berkategori preposisi, bukan yang konjungsi) banyak orang mengira kata bagi itu berkategori konjungsi; padahal bukan. Kata bagi adalah berkategori preposisi karena selalu diikuti oleh kata nomina atau frase nominal bukan diikuti oleh sebuah klausa (anak kalimat).


(50)

Kata sampai dan sehingga yang diikuti nomina atau frase nominal bukanlah konjungsi melainkan sebuah preposisi. Contoh kalimatnya sebagai berikut.

Contoh: Kami berjalan hingga larut malam Kami berjalan kaki sampai stasiun

Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan bahwa konjungsi dan preposisi sama-sama termasuk dalam kata tugas, keduanya memiliki persamaan dan perbedaan. Perbedaan yang jelas yang dapat digunakan sebagai patokan untuk membedakan konjungsi dan preposisi yaitu dengan melihat kata yang mengikuti di belakangnya. Konjungsi jika diikuti oleh kata yang berupa klausa, dan preposisi jika diikuti oleh kata yang berupa frasa. Perbedaan konjungsi dan preposisi dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 1

Perbedaan antara konjungsi dan preposisi

Konjungsi Preposisi

Menghubungkan satuan-satuan sintaksis baik antara kata dengan kata, antara klausa dengan klausa, antara kalimat dengan kalimat.

Menandai kata benda (nomina) atau kata yang dibendakan (dinominakan).


(51)

2.4Karangan

Karangan adalah adalah tulisan berupa cerita (KBBI, 2006: 343). Penulisan sebuah karangan dapat berupa karangan formal dan karangan sederhana. Karangan formal seperti penulisan makalah penelitian, tesis, skripsi, dan karangan ilmiah lainnya, sedangkan penulisan karangan sederhana seperti penulisan surat, novel, dan sebagainya. Sebuah karangan harus menyajikan isi tulisan yang tersusun secara sistematis dan logis. Dalam menulis sebuah karangan tentunya terlebih dahulu kita harus menentukan tema, topik, dan judul.

Karangan dibagi kedalam lima jenis yaitu karangan deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Karangan deskripsi adalah sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari obyek yang sedang dibicarakan. Kata deskripsi berasal dari bahasa latin describe yang berarti menulis tentang, atau membeberkan suatu hal (Gorys Keraf, 1981: 93). Dalam deskripsi penulis memindahkan kesan-kesannya, memindahkan hasil pengamatan dan perasaanya kepada pembaca; ia menyampaikan sifat dan semua perincian wujud yang dapat ditemukan pada objek tersebut. Sasaran yang ingin dicapai oleh seorang penulis deskripsi adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya daya khayal pada para pembaca, seolah-olah mereka melihat sendiri objek tadi secara keseluruhan sebagai yang dialami secara fisik oleh penulisnya.

Karangan narasi adalah suatu bentuk wacana yang utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu (Gorys Keraf, 2007: 136). Karangan narasi ada suatu unsur yang sangat penting yaitu unsur waktu. Karangan narasi mempunyai dua jenis


(52)

karangan yaitu karangan narasi ekspositoris dan karangan narasi sugesif. Narasi ekspositoris mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau pendengar (Gorys Keraf, 2007: 137). Runtut kejadian atau peristiwa yang disajikan itu dimaksudkan untuk menyampaikan pengertian pembaca, tidak perduli apakah disampaikan secara tertulis atau secara lisan. Narasi sugesif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal pada pembaca (Gorys keraf, 2007: 138).

Karangan eksposisi adalah salah satu bentuk tulisan atau retorika yang berusaha menerangkan atau menguraikan suatu pokok pikiran, yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang yang membaca uraian tersebut (Gorys Keraf, 1981: 3). Tujuan dari karangan narasi eksposisi adalah memperluas pandangan dan pengetahuan seseorang yang tidak berusaha mempengaruhi pendapat-pendapat orang lain.

Karangan argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara (Gorys Keraf, 2007: 3). Melalui argumentasi penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak.

Karangan persuasi adalah suatu seni verbal yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang (Gorys Keraf, 2007: 118). Persuasi selalu bertujuan untuk mengubah pikiran orang lain; ia berusaha agar orang lain dapat menerima dan melakukan sesuatu yang diinginkan.


(53)

Peneliti menjelaskan secara terperinci mengenai jenis karangan satu persatu, karena dalam penelitian karangan siswa akan diidentifikasi lebih jauh lagi, tetapi siswa diberi kebebasan untuk menulis karangan sesuai keinginannya.

2.5Analisis Kesalahan Berbahasa

Ellis (dalam Tarigan, 1998: 300) mengatakan bahwa analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur yang digunakan oleh para peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar, pengenalan kesalahan yang terdapat dalam sampel tersebut, pendeskripsian kesalahan-kesalahan itu, pengklasifikasiannya berdasarkan sebab-sebabnya yang telah dihipotesiskan, serta pengevaluasian keseriusannya. Kesalahan berbahasa dianggap sebagai bagian dari proses belajar-mengajar, baik secara formal maupun secara tidak formal.

Mempelajari suatu bahasa tentunya tidak pernah terlepas dari kesalahan dan kekeliruan. Kesalahan (errors) dan kekeliruan (mistakes) merupakan suatu peristiwa yang sering dialami oleh seseorang ketika belajar bahasa. Pranowo (2014: 118) mengatakan bahwa kesalahan berbahasa adalah penyimpangan kaidah dalam pemakaian bahasa. Dalam dunia pendidikan akan dijumpai berbagai ragam kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa. Kesalahan yang dilakukan siswa terjadi pada bidang fonologi, morfologi, sintaksis, dan wacana. Kesalahan yang dilakukan siswa dalam proses belajar mengajar mengimplikasikan tujuan pembelajaran bahasa belum tercapai secara maksimal. Kesalahan berbahasa yang sering dilakukan siswa dapat digunakan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap sistem linguistik.


(54)

Kesalahan dapat bersifat tetap dan terjadi pada tempat tertentu dalam sistem linguistik. Kesalahan berbahasa tersebut akan menjadi kebiasaan apabila tidak segera dilakukan koreksi pembenarannya. Kesalahan yang terjadi pada siswa dapat diatasi dengan cara memberikan banyak latihan kepada siswa berkaitan dengan kebahasaan. Hal ini dapat tercapai jika guru mengkaji secara mendalam segala aspek kesalahan itu sehingga tidak salah target dalam memperbaiki kesalahan yang sering dilakukan siswa.

Kesalahan berbahasa yang berikutnya adalah kesalahan yang disebabkan oleh faktor-faktor kelelahan, keletihan, dan kuranganya perhatian, yang oleh Chomsky (dalam Tarigan, 1988: 273) disebut faktor performansi; kesalahan performansi ini, yang merupakan kesalahan penampilan, dalam beberapa kepustakaan disebut „mistakes‟ atau kekeliruan berbahasa (Tarigan, 1988: 273).

Kekeliruan (mistakes) disebabkan oleh masalah penampilan (performance). Kekeliruan akan terjadi jika pembelajar bahasa berada dalam kondisi yang lelah, letih, dan kurangnya perhatian ketika mempelajari bahasa. Kekeliruan yang dilakukan oleh siswa akan menghasilkan penyimpangan-penyimpangan bahasa yang bersifat sementara atau tidak tetap.

Penyimpangan berbahasa yang berupa kekeliruan dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti siswa mengalami kelelahan, lupa, kehilangan konsentrasi, tergesa-gesa, dan kondisi tubuh yang kurang sehat. Faktor eksternal seperti lingkungan kegiatan belajar mengajar yang tidak kondusif dan menumbuhkan motivasi dalam diri siswa serta meningkatkan konsentrasi siswa pada proses pembelajaran bahasa.


(55)

Penelitian ini lebih difokuskan pada kesalahan. Kekeliruan dalam penelitian ini, hanya berperan untuk membedakan kesalahan. Hal ini berarti semua penyimpangan yang dilakukan dianggap sebagai kesalahan.


(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan hal yang penting dalam melaksanakan suatu penelitian. Hal ini dilaksanakan dengan tujuan agar dalam penelitian tersebut dapat menuju ke arah serta tujuan yang dinginkan, yaitu pertanggungjawaban terhadap hasil penelitian. Dalam metodologi penelitian ini dibahas mengenai jenis dan metode penelitian, sumber data dan data penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian berjudul Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Maumere Tahun Ajaran 2016/2017 berdasarkan sifat dan jenis datanya, termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya (Starruss & Corbin, 2003 dalam syamsuddin & vismaia, 2009: 73). Data dalam penelitian berupa kata bukan berupa angka. Data dalam penelitian ini berupa kata tentang penggunaan konjungsi yang terdapat dalam karangan siswa kelas X SMA Negeri 2 Maumere. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan konjungsi yang digunakan dan yang salah digunakan dalam karangan siswa. Data dalam penelitian ini berupa kata siswa dalam menulis karangan dengan menggunakan konjungsi dikumpulkan melalui suatu proses yaitu guru bahasa Indonesia meminta siswa membuat karangan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan kebebasan kepada siswa untuk menggunakan konjungsi dalam menulis karangannya.


(57)

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian

Penelitian ini mempunyai sumber data yang akan dijadikan bahasan analisis data. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber datanya adalah lembar kerja siswa kelas X SMA Negeri 2 Maumere kelas XF menulis karangan. Data penelitian ini adalah konjungsi yang digunakan.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar lebih mudah dan hasilnya baik, lebih cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006: 160). Menurut Sugiyono (2010: 222) instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Peneliti berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menganalisis data, menafsirkan data, dan memberikan kesimpulan data.

Proses penelitian tidak akan berjalan dengan lancar jika peneliti sebagai instrumen penelitian itu tidak dibantu oleh fasilitas penelitian. Alat penelitian yang digunakan seperti alat tulis, buku tulis, dan laptop. Peneliti juga menggunakan bahan dalam penelitian seperti buku kepustakaan dan hasil karangan siswa sebagai objek penelitian.

3.4 Teknik PengumpulanData

Metode simak adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan menyimak penggunaan bahasa (Mahsun, 2007: 92). Istilah menyimak tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga secara tertulis. Penelitian ini menggunakan metode simak bebas libat cakap. Metode simak bebas libat cakap maksudnya peneliti hanya berperan sebagai pengamat


(58)

penggunaan bahasa oleh para informannya (Mahsun, 2007: 93). Dalam metode simak bebas libat cakap, peneliti tidak terlibat dalam peristiwa pertuturan yang bahasanya sedang diteliti. Metode simak bebas libat cakap menggandeng teknik catat yang berguna untuk mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi penelitiannya dari penggunaan bahasa secara tertulis (Mahsun, 2007: 92-93).

Adapun tahapan pengumpulan data berdasarkan metode simak bebas cakap dan teknik catat yaitu peneliti mengamati proses pengerjaan karangan yang dilakukan oleh siswa, peneliti mengumpulkan hasil karangan siswa dan membaca hasil karangan siswa, dan peneliti menandai dengan cara menggarisbawahi kalimat yang mengandung konjungsi.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan peneliti adalah analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan mengumpulkan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain Bogdan & Biklen, 1982 (dalam Moleong, 2007: 248). Di pihak lain, analisis data kualitatif prosesnya berjalan sebagai berikut: Pertama, mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri, kedua, mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya, ketiga berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum Seiddel (dalam Moleong, 2007: 248).


(59)

Langkah-langkah analisis data yaitu pertama, peneliti menggarisbawahi kalimat yang mengandung konjungsi. Kedua, peneliti membuat tabel analisis data dan memberi kode pada setiap paragraf, kalimat, dan kode angka pada nomor urut siswa. Kode yang dipakai (P1) untuk menunjukkan paragraf pertama, (K1) untuk menunjukan kalimat pertama, dan kode (01-33) untuk menunjukkan nomor presensi siswa. Ketiga, peneliti mengklasifikasikan konjungsi ke dalam jenisnya masing-masing. Keempat, peneliti mencermati penggunaan dan melakukan pembetulan pada penggunaan konjungsi yang salah dalam kalimat dan memberi alasan tentang penyebab kesalahan tersebut.


(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data

Data yang diperoleh secara keseluruhan adalah 30 konjungsi yang dipakai sebanyak 540 kali. Data itu meliputi konjungsi intrakalimat dan konjungsi antarkalimat. Konjungsi intrakalimat meliputi konjungsi koordinatif sebanyak 11 dan konjungsi subordinatif sebanyak 15. Konjungsi koordinatif meliputi dan, kemudian, adalah, namun, atau, tetapi, lalu, hanya, yaitu, sedangkan, ialah. Konjungsi subordinatifnya karena, sebelum, agar, setelah, meskipun, saat, walaupun, ketika, supaya, sesudah, kalau, sehingga, seperti, hingga, dan untuk. Konjungsi antarkalimat yang digunakan ada 4, yaitu setelah itu, selain itu, susudah itu, dan jadi.

4.2 Analisis Data

Pada penelitian ini, penulis mengelompokkan pemakaian konjungsi berdasarkan jenisnya dan memperbaiki kesalahan penggunaan konjungsi yang digunakan oleh siswa dalam menulis karangan. Peneliti menemukan tiga jenis pemakaian konjungsi dalam karangan siswa, yaitu konjungsi koordinatif, subordinatif, dan konjungsi antarkalimat. Selain itu, penulis juga menemukan kesalahan penggunaan konjungsi dalam karangan siswa, yaitu kesalahan pada pemakaian konjungsi koordinatif. Temuan pemakaian konjungsi dalam karangan siswa dan konjungsi yang salah digunakan dalam karangan tersebut diuraikan sebagai berikut.


(1)

laut. kebalikan konsep yang ada pada klausa sebelumnya.

Tapilama kelamaan aku mulai bête alias kesel karena jalan mulai bergelombang, arus semakin kencang.

11p3k4 Konjungsi tapi/tetapi tidak menduduki posisi awal kalimat karena merupakan kebalikan konsep yang ada pada klausa sebelumnya.

Tapisayangnya itu tidak berjalan lama, mereka pulang terlebih dahulu dan

tinggalah kami anak kompleks saja.

14p3k9 Konjungsi tapi/tetapi tidak menduduki posisi awal kalimat karena merupakan kebalikan konsep yang ada pada klausa sebelumnya.

Danyang lainnya juga pun bersiap-siap untukpergi juga ke Murusobe.

16p1k8 Konjungsi dan tidak bisa diposisikan di awal kalimat. Konjungsi dan hanya dapat diletakkan sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih dari satu.

Dan mereka pun

menyuruhku untuk pasang api.

16p3k1 Konjungsi dan tidak bisa diposisikan di awal kalimat. Konjungsi dan hanya dapat diletakkan sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih dari satu.

Lalu kami bakar pisang dan ikan.

16p3k2 Penggunaan konjungsi lalu tidak tepat jika diletakkan pada awal kalimat karena konjungsi lalu berfungsi untuk menghubungkan dua klausa atau lebih berdasarkan urutan waktu.

dan teman-teman yang mencoba untuk mandi di air yang sebelah kiri yang airnya panas.

16p6k2 Konjungsi dan tidak bisa diposisikan di awal kalimat. Konjungsi dan hanya dapat diletakkan sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih dari satu.

Lalu saya juga coba mandi di air yang panas itu ternyata air itu tidak terlalu panas.

16p6k3 Penggunaan konjungsi lalu tidak tepat jika diletakkan pada awal kalimat karena konjungsi lalu berfungsi untuk menghubungkan dua klausa atau lebih berdasarkan urutan waktu.

Dansesampainya di rumah saya langsung ganti

pakaian.

16p7k4 Konjungsi dan tidak bisa diposisikan di awal kalimat. Konjungsi dan hanya dapat diletakkan sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih dari satu.

Dan saya sangat senang bisa berlibur dengan mereka semua dengan

17p4k1 Konjungsi dan tidak bisa diposisikan di awal kalimat. Konjungsi dan hanya dapat diletakkan sebelum kata, frasa, atau klausa


(2)

penuh canda dan tawa yang kami lakukan.

terakhir jika kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih dari satu.

Danbisa membuka hati untuk saling memaafkan satu sama lain.

17p5k2 Konjungsi dan tidak bisa diposisikan di awal kalimat. Konjungsi dan hanya dapat diletakkan sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih dari satu.

Tetapi liburan paska dan natal kegiatannya berbeda dengan liburan 2 atau 3 hari saja.

20p2k4 Konjungsi tapi/tetapi tidak menduduki posisi awal kalimat karena merupakan kebalikan konsep yang ada pada klausa sebelumnya.

Tetapiliburan paska dan natal suasana kegiatan liburan berbeda dengan liburan kenaikan kelas.

20p3k3 Konjungsi tapi/tetapi tidak menduduki posisi awal kalimat karena merupakan kebalikan konsep yang ada pada klausa sebelumnya.

Dankeeskokan harinya saya pun kembali ke Maumere.

25p7k1 Konjungsi dan tidak bisa diposisikan di awal kalimat. Konjungsi dan hanya dapat diletakkan sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih dari satu.

Kemudian kami langsung berangkat dari rumah kami Nangarasong menuju Sikka.

27p2k3 Konjungsi kemudian tidak bisa diposisikan di awal kalimat. Konjungsi kemudian pada kalimat di samping tidak berfungsi untuk mengurutkan.

Dan tibalah kami di rumah nenekku dan saudaraku.

27p3k1 Konjungsi dan tidak bisa diposisikan di awal kalimat. Konjungsi dan hanya dapat diletakkan sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih dari satu.

Lalukami disuguhkan dengan minuman panas dengan kue-kuean yang lezat.

29p1k5 Konjungsi lalu tidak tepat digunakan jika diletakkan pada awal kalimat karena konjungsi lalu berfungsi untuk menghubungkan dua klausa atau lebih berdasarkan urutan waktu.


(3)

(4)

(5)

(6)

BIODATA PENULIS

Marieta Crissanty Alo lahir di Maumere pada

tanggal 25 Juli 1994. Ia menyelesaikan Pendidikan

Dasar pada tahun 2006 di Sekolah Dasar Katolik

Bhaktyarsa Maumere. Setelah itu, ia melanjutkan studi

di SMP Katolik Frater Maumere dan selesai pada tahun

2009. Ia menamatkan Sekolah Menengah Atas di SMA

Negeri 1 Maumere pada tahun 2012. Setelah lulus

SMA, ia melanjutkan studi pada tahun 2012 di Universitas Sanata Dharma. Ia

tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program

Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Masa pendidikan di Universitas Sanata

Dharma diakhiri dengan menulis skripsi yang berjudul

Penggunaan Konjungsi

dalam Karangan Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Maumere Tahun Ajaran

2016/2017.


Dokumen yang terkait

Analisis kesalahan penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi siswa x SMA Ar- Ridwan Bekasi Tahun pelajaran 2011-2013

1 8 82

PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 REBANG TANGKAS KABUPATEN WAY KANAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 14 72

Penggunaan konjungsi dalam karangan deskripsi siswa kelas X di MA Darul Ma’arif Tahun Pelajaran 2013/2014

1 16 105

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN EJAAN DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA SWASTA TAMAN SISWA BINJAI TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017.

0 5 24

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA N GONDANGREJO Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Dalam Karangan Argumentasi Siswa Kelas X Sma N Gondangrejo.

0 9 18

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA N GONDANGREJO Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Dalam Karangan Argumentasi Siswa Kelas X Sma N Gondangrejo.

0 2 12

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Dalam Karangan Argumentasi Siswa Kelas X Sma N Gondangrejo.

0 3 35

PERUBAHAN MAKNA DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI I GEYER Perubahan Makna Dalam Karangan Narasi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Geyer Tahun Pelajaran 2015/2016.

0 2 20

PERUBAHAN MAKNA DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 GEYER TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Perubahan Makna Dalam Karangan Narasi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Geyer Tahun Pelajaran 2015/2016.

0 3 14

KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI 3 NAGARAWANGI.

2 8 28