Penggunaan konjungsi dalam karangan deskripsi siswa kelas X di MA Darul Ma’arif Tahun Pelajaran 2013/2014

(1)

PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN

DESKRIPSI SISWA KELAS X DI MA DARUL MA’ARIF

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh:

Lintang Akhlakulkharomah

NIM 1110013000042

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

LINTANG AKHLAKULKHAROMAH (NIM: 1110013000042). Skripsi Penggunaan Konjungsi pada Karangan Deskripsi Siswa Kelas X di MA

Darul Ma’arif Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing Djoko Kentjono, M. A. Tahun 2014.

Kemampuan berbahasa yang harus dimiliki siswa agar dapat berkomunikasi dengan efektif adalah dengan menguasai empat keterampilan, yakni keterampilan mendengar, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Untuk berkomunikasi dengan baik, siswa dituntut mempunyai pengetahuan yang luas, terutama dalam berkomunikasi secara tertulis yang dirasakan lebih sulit daripada berkomunikasi secara lisan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan konjungsi dalam karangan deskripsi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Setelah data terkumpul dari hasil pengamatan, data dideskripsikan dalam bentuk tabel dan kata-kata.

Objek dalam penelitian ini adalah karangan deskripsi yang ditulis oleh siswa MA Darul Ma‟arif Jakarta kelas X. Data yang diteliti sebanyak 10 karangan. Dari semua karangan deskripsi yang dianalisis tersebut, dapat dikatakan bahwa konjungsi yang paling banyak muncul yaitu konjungsi koordinatif yang menyatakan penjumlahan. Urutan kedua konjungsi subordinatif yang menunjukkan makna atributif. Urutan ketiga adalah konjungsi subordinatif yang menunjukkan makna hubungan sasaran atau tujuan. Konjungsi yang tidak digunakan adalah konjungsi koordinatif menyatakan memilih, mempertentangkan, menegaskan, mengurutkan, menyimpulkan, konjungsi subordinatif menyatakan syarat, akibat, tempat, dan konjungsi korelatif.


(6)

ii

ABSTRACT

Lintang Akhlakulkharomah (NIM: 1110013000042). The use of Conjungtions in Descriptive Text in Darul Ma’arif Jakarta Year 2013/2014. Department Indonesian Language and Literature of Education, Faculty of Tarbiya and Teachers Training, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta. Advisor: Djoko Kentjono, M. A.

Student have to passess language ability in effective communication by mastering four skills: listening, speaking, reading, and writing. To make good communication the studens are reguired to have a wide knowledge, especially in written communication which is felt more difficult than spoken communication.

This research is aimed to know the use of conjunction in descriptive text. The method which is used is qualitatif descriptive. After observing the object and getting the result, the data is described by tables and words.

The object of this research is descriptive texts which are written by the students of grade X in Ma Darul Ma‟arif Jakarta. The data which are analyzed consist of ten texts. Based on the result, from all the descriptive texts analyzed, there are coordinating conjunctions which express addition. The second focus is subordinating conjunction which has atribitive meaning. The third is subordinating conjunction which show the meaning of purpose. The conjunction which are not used express prefering, contrasting, explaning, and concluding. Biside that there are subordinating conjunctions which express condition, effect, place, and corelative conjunction.


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt sebagai pemilik jiwa dan raga ini yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, kesehatan dan kesabaran untuk penulis sehingga skripsi sebagai tugas akhir ini dapat terselesaikan walau sedikit lewat dari target.

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak lupa penulis haturkan banyak terimakasih kepada Dra. Nurlena Rifa‟i, MA, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ucapan terimakasih juga saya tujukan kepada Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang dengan kewibawaannya telah membawa jurusan ini menjadi lebih baik.

Rasa bangga dan terimakasih saya sematkan kepada seluruh dosen PBSI yang senantiasa membagi ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan. Terutama kepada bapak Djoko Kentjono, M. A. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan teliti membaca skripsi penulis paragraf per paragraf. Dosen yang selalu memberikan motivasi serta dukungan kepada penulis sampai berakhirnya penulisan skripsi. Dosen yang mengajarkan kesederhanaan dan kerendahan hati, bahwa banyaknya gelar yang disematkan di depan dan di belakang nama bukan berarti kita sudah menjadi manusia yang kaya akan ilmu, kita tetap manusia bodoh yang harus terus dan terus mencari ilmu dan mengamalkannya. Semoga penulis bisa mengikuti jejak baik bapak.

Terimakasih kepada Dra. Mahmudah Fitriah, Z. A, M. Pd. yang telah memberikan nasihat dan jalan keluar dari kerikil perkuliahan. Dra. Hindun, M. Pd. yang mengajarkan konsisten terhadap tugas. Kepada Rosida Erowati, M. Hum, Novi Diah Haryanti, M.Hum, Makyun Subuki, M.Hum, Ahmad Bahtiar, M.Hum, dan Jamal D. Rahman, M. Hum terimakasih karena telah memecut penulis untuk


(8)

terus membaca buku hingga akhirnya penulis paham bahwa buku adalah guru yang tidak pernah marah, juga teman yang tak pernah lelah!.

Seluruh staf MA Darul Ma‟arif, khususnya kepada Kepala Sekolah, Drs. Yusuf Chotib, yang telah membantu memudahkan penulis melakukan penelitian di sekolah tersebut, dan kepada guru Bahasa Indonesia, Hermanto, S.Pd., yang telah membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penelitian untuk skripsi.

Kepada lentera hidup penulis (Teguh Suyono dan Retno Wijiastuti) serta Adik-adik tersayang (Laras Akhlakulkharomah dan Lanang Pamungkas), serta keluarga tercinta yang dengan kasih sayang, pengorbanan, kesabaran, dan doanya tidak pernah putus untuk kesuksesan penulis.

Sebuah nama pilihan Allah Swt yang belum diketahui (...) “jabat erat” suatu hari nanti dan terimakasih. Sahabat-sahabat seperjuangan selama kurang lebih 4,5 tahun di perkuliahan seluruh personil „uyee‟ dari segala divisi (Zainal Abidin, Zakki Ramadhan Muslim, Sigit Purnomo, M. Ihsan, Miftah Falakhi, Bobby Hadipratama, Dede Suryana, Dasef Maulana, Daniel Adepi, Indra D. P, M. Alfinnur, Holida Khoirunisa, dan Yanty Nuryanah) yang memberikan pelajaran tambahan di luar kelas perkuliahan lewat hal-hal nyeleneh. Ranger boncabe Habibah Ramadhan, Septiara Lianasari, Papat Fathiya, Anggraeni, Anisah Utari, Rizka M. J, Fahrudin Mualim, Dimas Albiyan Yudha. N, Puguh A.P, Meizar. F.I. Terimakasih telah berbagi semangat, pengalaman, dan selalu ada saat penulis galau maupun gurau.

Seluruh teman PBSI angkatan 2010 terima kasih dengan semua cerita dan kenangan ajaib yang tercipta. Keluarga besar POSTAR, kalian luar biasa. Seluruh personil The Rain Band yang selalu menemani dengan senandungnya selama proses mengetik skripsi walau hanya lewat mp3.

Untuk semua yang telah penulis sebutkan di atas, hanya doa yang tulus yang dapat penulis panjatkan kepada Allah Swt, semoga Allah Swt memberikan balasan yang melimpah.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan pengetahuan dan


(9)

kemampuan dari penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan khususnya bagi pembaca.

Jakarta, November 2014


(10)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK... .... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... . iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN. ... xi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah.. ... 5

C. Pembatasan Masalah... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II : LANDASAN TEORETIS A. Konjungsi ... 6

a. Pengertian Konjungsi. ... 6

b. Jenis-jenis Konjungsi ... 7

Konjungsi Koordinatif ... 7

Konjungsi Subordinatif ... 15

Konjungsi Korelatif ... 20

Konjungsi Intrakalimat... 20

Konjungsi Antarkalimat ... 21

B. Pengertian Karangan... 22

C. Bagian-bagian Karangan ... 23

D. Hakikat Karangan Deskripsi. ... 24

E. Penelitian yang Relevan ... 25

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... ... 27


(11)

C. Data dan Sumber Data... ... 28

D. Teknik Pengumpulan Data ... 28

E. Teknik Analisis Data ... 29

F. Instrumen Analisis Data. ... 30

BAB IV : ANALISIS A. Profil Sekolah ... 31

1. Gambaran Umum MA Darul Ma‟arif ... 31

2. Visi, Misi, Dan Tujuan MA Darul Ma‟arif. ... 31

3. Keadaan Tenaga Pengajar ... 32

4. Sarana dan Prasarana... 33

5. Keadaan Siswa ... 34

B. Deskripsi Data. ... 34

BAB V : PENUTUP A. Simpulan ... 70

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

LAMPIRAN


(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Siswa MA Darul Ma‟arif dua Tahun Terakhir.

Tabel 2 Penggunaan Konjungsi Subordinatif dalam Karangan Deskripsi Dimas Farhan Mubin

Tabel 3 Penggunaan Konjungsi Subordinatif dalam Karangan Deskripsi Siti Sarah.

Tabel 4 Penggunaan Konjungsi Subordinatif dalam Karangan Deskripsi Farhan Qarib.

Tabel 5 Penggunaan Konjungsi Subordinatif dalam Karangan Deskripsi Salman Al-farisi.

Tabel 6 Penggunaan Konjungsi Subordinatif dalam Karangan Deskripsi Latifah.

Tabel 7 Penggunaan Konjungsi Subordinatif dalam Karangan Deskripsi Suciati Anggarini.

Tabel 8 Penggunaan Konjungsi Subordinatif dalam Karangan Deskripsi Zahratunnisa.

Tabel 9 Penggunaan Konjungsi Subordinatif dalam Karangan Deskripsi Paula Aulia.

Tabel 10 Penggunaan Konjungsi Subordinatif dalam Karangan Deskripsi Ambar Qistina.

Tabel 11 Penggunaan Konjungsi Subordinatif dalam Karangan Deskripsi Vira Ervanalia.


(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 2 Karangan Deskripsi Siswa Lampiran 3 Data Guru dan Karyawan


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial melakukan aktifitas berupa interaksi. Interaksi yang sering dilakukan adalah berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, manusia memerlukan alat untuk bisa melakukan komunikasi dengan baik. Bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana interaksi dalam terjalinnya sebuah komunikasi. Manusia dapat melakukan komunikasi dengan bahasa tulis atau bahasa lisan. Berkomunikasi dengan bahasa lisan atau tulisan sama-sama mempunyai tujuan untuk menyampaikan ide, pikiran, gagasan, pendapat, atau keinginan kepada orang lain, perbedaannya terletak pada cara penyampaiannya. Pada bahasa lisan komunikasi disampaikan secara langsung dengan cara diucapkan dengan bantuan udara pernapasan, sedangkan berkomunikasi dengan bahasa tulis disampaikan dengan menggunakan sistem tulis.

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan memperluas wawasan. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia haruslah diarahkan pada hakikat bahasa dan sastra Indonesia sebagai alat komunikasi.

Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Komunikasi dapat terjalin dengan baik bila penerima dan pengirim bahasa menguasai bahasanya. Komunikasi yang disampaikan melalui bahasa tulis tidak semudah berkomunikasi dengan bahasa lisan.

Dewasa ini kiranya perlu adanya pembelajaran berbahasa guna meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar adalah melalui program pendidikan di sekolah, khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Depdiknas memaparkan bahwa, mata pelajaran Bahasa


(15)

Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan (1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, (2) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, (3) memahami bahasa dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, (4) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional, dan sosial, (5) menikmati dan memanfaatkan karya untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, (6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis merupakan suatu kegiatan yang aktif dan produktif serta memerlukan cara berpikir yang teratur yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Keterampilan seseorang untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman merupakan suatu keterampilan yang produktif. Menulis dipengaruhi oleh keterampilan produktif lainnya, seperti aspek berbicara maupun keterampilan reseptif yaitu aspek membaca dan menyimak serta pemahaman kosa kata, diksi, keefektifan kalimat, penggunaan ejaan dan tanda baca.

Menulis karangan merupakan komponen penting yang diajarkan di sekolah. Jenis karangan yang sering diberikan di sekolah yaitu karangan narasi, deskripsi, persuasi, eksposisi, dan argumentasi. Kelima jenis karangan tersebut dikelompokkan berdasarkan jenis isi dan tujuannya.

Tulisan deskripsi berupaya semaksimal mungkin agar pembaca seolah-olah dapat melihat, merasakan, dan mengalami apa yang sedang dideskripsikan penulis. Menggambarkan adalah kata kunci dari pengertian tulisan deskripsi. Dengan kata kunci tersebut dapat dipahami bahwa fungsi sosial dari tulisan deskripsi adalah penulis memberikan gambaran kepada pembaca.

Dalam menyusun sebuah karangan yang perlu diperhatikan adalah unsur gramatikal seperti ejaan, tanda baca, diksi, dan penggunaan konjungsi


(16)

yang tepat. Konjungsi merupakan kata yang menghubungkan kata, klausa, kalimat, maupun paragraf. Penggunaan konjungsi yang tepat dalam sebuah karangan menghasilkan isi karangan yang mudah dipahami oleh pembaca.

Salah satu cabang dari ilmu linguistik adalah cabang ilmu sintaksis, yaitu cabang ilmu yang mempelajari masalah susunan kalimat dan bagian-bagiannya. Pada ilmu sintaksis terdapat subilmu konjungsi, yaitu kata yang berfungsi sebagai penghubung yang menghubungkan kata dengan kata, frase dengan frase, kalimat dengan kalimat, ataupun paragraf dengan paragraf. Adapun jenis-jenis konjungsi adalah konjungsi koordinatif, konjungsi subordinatif, konjungsi korelatif, konjungsi antarkalimat, dan konjungsi intrakalimat.

Menelaah konjungsi tidak terlepas dari masalah kalimat beserta maknanya. Konjungsi mempunyai peranan penting dalam merangkai kata-kata untuk mejadi sebuah kalimat yang padu. Pengajaran konjungsi diperlukan oleh siswa guna memperluar cara berfikir dan mempertajam pemahaman terhadap bahasa Indonesia. Akan tetapi, kenyataannya masih banyak siswa yang bingung dengan istilah “konjungsi”, mereka lebih mengenal istilah kata hubung tetapi tidak begitu paham pengertiannya, jenisnya, dan kegunaannya. Pada karangan deskripsi yang diteliti konjungsi yang digunakan sangat monoton, padahal ada jenis konjungsi lain yang lebih tepat untuk digunakan pada karangan tersebut. Sebagai contoh, pada karangan yang penulis teliti ada salah satu karangan yang hanya menggunakan konjungsi dan sebagai penghubung antarkalimat dan intrakalimat. Monotonnya penggunaan konjungsi yang terjadi pada karangan deskripsi siswa membuktikan kurangnya pengetahuan dan penguasaan siswa tentang jenis-jenis konjungsi. Kesalahan penggunaan konjungsi pada karangan deskripsi, membuktikan kurangnya kemampuan siswa untuk bisa mengidentifikasi konjungsi yang tepat pada karangan deskripsi mereka. Hasil wawancara singkat dengan guru matapelajaran bahasa Indonesia di sekolah yang peneliti jadikan objek penelitian mengatakan, kemampuan peserta didik dalam membuat sebuah karangan masih perlu dibimbing. Masih banyak


(17)

peserta didik yang kesulitan membuat kalimat yang efektif, maka tidak heran karangan yang mereka buat tidak maksimal hasil akhirnya. Selain itu penulis juga mengobservasi pengetahuan mereka tentang karangan deskripsi, ternyata mereka masih bingung dengan pengertian karangan deskripsi, terlebih ketika karangan mereka diharuskan menggunakan konjungsi yang tepat. Alhasil masih banyak penggunaan konjungsi yang kurang tepat pada karangan deskripsi mereka.

Dalam hal ini penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian di MA Darul Ma‟arif khususnya kelas X tahun pelajaran 2013/2014. Berdasarkan kenyataan lapangan atau pengalaman penulis, masalah pembelajaran konjungsi dikalangan siswa dalam menguasai konjungsi, baik dari segi pengertiannya, jenis-jenisnya, sampai dengan tahap identifikasinya, masih kurang.

Skripsi ini akan memfokuskan penelitian pada “Penggunaan Konjungsi Pada Karangan Deskripsi Siswa Kelas X Di Ma Darul Ma‟arif Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014”. Penulis memilih konjungsi sebagai bahan penelitian karena mengingat begitu pentingnya penggunaan konjungsi dalam mendukung gagasan atau ide yang ingin diungkapkan untuk menulis sebuah karangan. Dalam kaidah bahasa Indonesia penggunaan konjungsi harus disesuaikan dengan konteks kalimat yang akan ditulisnya. Selain itu, penggunaan konjungsi yang tepat dapat memudahkan pembaca untuk memahami sebuah kalimat.

B. Identifikasi Masalah

Peneliti akan mengidentifikasi masalah

1. kurangnya pengetahuan siswa tentang pengertian konjungsi 2. kurangnya pengetahuan siswa tentang jenis-jenis konjungsi 3. kurangnya penguasaan siswa tentang penggunaan konjungsi 4. kurangnya penguasaan siswa tentang jenis-jenis konjungsi 5. kurangnya kemampuan siswa mengidentifikasi konjungsi


(18)

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ilmiah ini, penulis akan meneliti penggunaan konjungsi pada karangan deskripsi siswa. Untuk itu, agar mendapatkan arahan pembahasan yang lebih baik sehingga tujuan penulisan ilmiah bisa dicapai, maka berdasarkan latar belakang di atas penulis membatasi permasalah pada penggunaan konjungsi dalam tugas karangan deskripsi siswa kelas X MA Darul Ma‟arif.

D. Perumusan Masalah

Dalam merumuskan masalah ini, penulis akan mengemukakan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan latar belakang di atas, yaitu bagaimana penggunaan konjungsi pada karangan deskripsi siswa kelas X MA Darul Ma‟arif tahun pelajaran 2013/2014.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui konjungsi apa saja yang digunakan pada karangan deskripsi siswa di MA Darul Ma‟arif tahun pelajaran 2013/2014.

F. Manfaat penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat teoretis yang pertama bagi guru, yaitu memberikan sumbangsih maupun rujukan referensi bagi guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Manfaat teoretis yang kedua bagi peneliti, yaitu mendapatkan pengetahuan baru tentang kualitas siswa dalam mengenal dan menerapkan konjungsi pada karya tulis atau kehidupan sehari-hari.

Penelitian ini juga memiliki manfaat praktis yang pertama bagi mahasiswa yaitu, memberikan informasi sebagai referensi ketika akan menjadi guru. Kedua bagi siswa sebagai bahan tambahan ilmu di luar pembelajaran.


(19)

6

BAB II

LANDASAN TEORETIS A. Hakikat Konjungsi

a. Pengertian Konjungsi

Konjungsi atau kata hubung adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara kata dengan kata, antara frase dengan frase, antara kalausa dengan klausa, atau antara kalimat dengan kalimat.1 Dalam bahasa inggris, konjungsi disebut dengan conjunction atau connectives.2 Konjungsi berfungsi meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis.3

Menurut Kunjana, konjungsi atau kata penghubung juga berfungsi untuk menghubungkan entitas-entitas kebahasaan di dalam sebuah kalimat. Konjungsi dapat digunakan untuk menghubungkan entitas-entitas kebahasaan pada kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya.4

Kunjana lebih spesifik mendefinisikan konjungsi sebagai kata penghubung yang pasti menghubungkan satuan kata dengan satuan kata, satuan frasa dengan satuan frasa, dan satuan klausa dengan satuan klausa.5

Hampir sama dengan Kunjana tentang definisi konjungsi, Abdul Chaer mendefinisikan konjungsi sebagai kata-kata yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat.6

Dari pendapat ahli di atas definisi konjungsi dapat disimpulkan sebagai kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, yaitu kata dengan kata, farase dengan frase, klausa dengan klausa, dan kalimat

1

Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), cet. Ke-1, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 98.

2

Djalinus dan Azimar Enong, Ringkasan Tata Bahasa Inggris Modern (Modern English Grammar), (Jakarta: ESBE), h. 79 .

3

Harimurti Kridalaksana, dkk, Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia: Sintaksis, cet. Ke-1 (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1985), h. 86.

4

R. Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 65.

5

R. Kunjana Rahardi, Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang,

(Jakarta: Erlangga, 2009), h. 14.

6

Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, cet. Ke-1 (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 140.


(20)

dengan kalimat, baik kalimat yang memiliki hubungan setara ataupun bertingkat. Dengan pemilihan konjungsi yang tepat maka sebuah informasi akan dapat tersampaikan dengan sempurna terlebih informasi yang disampaikan melalui bahasa tulisan.

Para ahli menempatkan pembagian konjungsi secara berbeda, misalnya Chaer menempatkan konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif berdasarkan kedudukannya,7 namun Kunjana menempatkan konjungsi koordinatif, konjungsi subordinatif, dan konjungsi korelatif menurut fungsinya.8 Walaupun penempatannya berbeda tetapi pengertian dan penggunaannya sama. Berikut ini penulis akan menjelaskan macam-macam konjungsi.

b. Jenis-Jenis Konjungsi 1. Konjungsi Koordinatif

Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang kedudukannya sederajat atau setara.9 If you are simply linking clauses, you use a coordinating conjunction.10 Kata penghubung setara ini dapat dibedakan lagi menurut sifat hubungannya menjadi kata penghubung yang

a. menghubungkan menjumlahkan, dan, dengan, dan serta b. menghubungkan memilih, atau

c. menghubungkan mempertentangkan, tetapi, namun, sedangkan, dan sebaliknya

d. menghubungkan menegaskan, bahkan, malah (malahan), lagipula, apalagi, dan jangankan

e. menghubungkan membatasi, kecuali

7

Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), cet. Ke-1, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 98.

8

R. Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 68

9

Chaer. loc. Cit.

10


(21)

f. menghubungkan mengurutkan, lalu, kemudian, dan selanjutnya g. menghubungkan menyamakan, yaitu, yakni, bahwa, adalah, dan

ialah.11

Konjungsi dan, atau, dan tetapi tidak dapat berdiri sendiri dan menjadi kalimat. Ketiganya masing-masing terikat pada ujaran lain.12

a. Kata penghubung dan

1. digunakan di antara dua buah kata benda. Contoh: Ibu dan ayah pergi ke Bali.

Riri memasak sambal goreng kentang dan balado telur. 2. digunakan di antara dua buah kata kerja.

Contoh: Mereka makan dan minum di kelas.

Ibu mencuci dan menyetrika pakaian kami.

3. digunakan di antara dua buah kata sifat yang tidak bertentangan. Contoh: Anak itu rajin dan pandai.

Badan Wisnu besar dan tinggi.

4. digunakan di antara dua buah klausa (bagian kalimat) dalam sebuah kalimat majemuk atau luas.13

Contoh: Saya main piano dan adik menggesek biola.

Ali belajar bahasa Inggris dan kakaknya belajar bahsa Arab. Perlu diingat kata penghubung dan tidak mungkin digunakan untuk menghubungkan kata sifat yang sifatnya bertentangan.

Contoh: Anak itu rajin dan malas. Badan Duloh kurus dan gemuk.

Apabila kata sifat yang sifatnya bertentangan dan dalam kalimat kata sifat yang bertentangan tersebut menduduki fungsi predikat maka kata hubung dan tidak dapat digunakan. Namun, jika kata sifat yang sifatnya

11

Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), cet. Ke-1, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 98-100.

12

AG Gianto, Konjungsi dan, atau, tetapi Kajian Sintaksis dan Semantis, (Yogyakarta: Yayasan Kanisius, 1983), h. 18.

13

Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, cet. Ke-1 (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h.141-142.


(22)

bertentangan dan dalam kalimat kata sifat yang bertentangan tersebut menduduki fungsi subjek maka konjungsi dan dapat digunakan.

Contoh: Kaya dan miskin dihadapan Tuhan sama saja. Baik dan buruk perlu dipertimbangkan baik-baik.

Selain itu jika yang digabungkan lebih dari dua buah kata, maka kata penghubung dan hanya digunakan di antara dua buah kata yang terakhir. Contoh: Kami memerlukan gunting, kertas, dan lem

Anaknya pandai, cantik, dan ramah.

Kemudian jika klausa-klausa yang digabungkan itu lebih dari dua buah, maka kata penghubung dan hanya digunakan di antara dua buah klausa yang terakhir.

Contoh: Gubernur menyumbang sepuluh juta rupiah, Bupati menyumbang lima juta rupiah, dan para pengusaha menyumbang enam juta rupiah.

Kami belajar di ruang dalam, ayah membaca koran di serambi depan, dan adik-adik bermain di halaman.

b. Kata penghubung dengan

Kata penghubung dengan digunakan di antara dua buah kata benda. Contoh: Ibu dengan ayah pergi ke Bandung.

Dia dengan anaknya sudah datang.

c. Kata penghubung serta

kata penghubung serta digunakan di antara dua buah kata benda. Contoh: Kakek serta nenek akan datang minggu depan.

Uangmu serta uangku sebaiknya kita satukan saja untuk modal usaha.

d. Kata penghubung atau

1. digunakan di antara dua buah kata benda atau frase benda. Contoh: Nama orang itu Rara atau Riri?

Bagi saya makan nasi atau makan roti tidak menjadi masalah. 2. digunakan di antara dua buah kata kerja.


(23)

Contoh: Jangan menegur atau mengajak bicara anak-anak nakal itu. Kamu meminta atau mencuri buah mangga ini?

3. digunakan di antara kata sifat yang berlawanan maknanya.

Contoh: Besar atau kecil tidak jadi masalah, yang penting ada barangnya.

Mahal atau murah akan kubeli rumah itu.

4. digunakan di antara kata kerja atau kata sifat dengan bentuk ingkarannya.

Contoh: Kamu mau datang atau tidak, itu adalah urusanmu! Jujur atau tidak orang itu, saya tidak tahu.

5. digunakan di antara dua buah klausa dalam sebuah kalimat majemuk setara.

Contoh: Saya yang datang ke rumahmu, atau kamu yang datang ke rumah saya?

Sebaiknya kita berangkat sekarang saja, atau kita tunggu dulu kedatangan beliau.

e. Kata penghubung tetapi

1. digunakan di antara dua buah kata sifat yang berkontras di dalam sebuah kalimat.

Contoh: Anak itu cerdas tetapi malas. Dia memang bodoh tetapi rajin.

2. digunakan di antara klausa yang subjeknya merujuk pada identitas yang sama sedangkan predikatnya adalah dua buah kata sifat yang berkontras.

Contoh: Rumah itu besar dan indah tetapi halamannya sempit. Anak itu memang bodoh tetapi hatinya jujur.

3. digunakan di antara dua buah klausa yang subjeknya merujuk pada identitas yang tidak sama dengan predikatnya adalah dua buah kata sifat yang berlawanan.

Contoh: Ali sangat pandai tetapi Adin sangat bodoh.


(24)

4. digunakan di antara dua buah klausa yang klausa pertama berisi pernyataan dan klausa kedua berisi pengingkaran dengan kata tidak. Contoh: Kami ingin melanjutkan sekolah tetapi tidak ada biaya.

Saya memang hadir di sana tetapi tidak melihat hal-hal yang mencurigakan.

Kata penghubung tetapi tidak boleh digunakan sebagai penghubung antarkalimat. Untuk menghubungkan antarkalimat seharusnya ditulis dengan akan tetapi.

f. Kata penghubung namun

digunakan di antara kalimat dengan fungsi mempertentangkan. Kalimat petama atau kalimat sebelumnya, berisi pernyataan; dan kalimat kedua berisi pernyataan yang kontras dengan kalimat pertama. Kata penghubung namun digunakan sebagai penghubung antarkalimat.

Contoh: Sejak kecil dia kami asuh, kami didik, dan kami sekolahkan. Namun, setelah dewasa dan jadi orang besar dia lupa kepada kami.

g. Kata penghubung sedangkan

Kata penghubung sedangkan digunakan di antara dua buah klausa.

Contoh: Ayah menjadi dokter di rumah sakit, sedangkan ibunya menjadi bidan.

Kami bekerja keras memperbaiki tanggul yang jebol itu, sedangkan mereka berdua duduk-duduk saja berpangku tangan.

h. Kata penghubung sebaliknya

digunakan di antara dua buah klausa atau di antara dua buah kalimat. Contoh: Dihadapan kita dia memang ramah. Sebaliknya, jauh dari kita

sombongnya bukan main.

Minat pemuda-pemuda Indonesia untuk menjadi dokter besar sekali. Sebaliknya, minat untuk menjadi ahli sastra kecil sekali.

i. Kata penghubung malah atau malahan


(25)

Contoh: Diberi pertolongan bukannya mengucapkan terimakasih, malah dia memburuk-burukkan nama kita.

Dinasihati bukannya menurut, malahan dia melawan kita.

j. Kata penghubung bahkan

digunakan di antara dua buah kalimat.

Contoh: Anak itu memang nakal. Bahkan ibunya sendiri pernah ditipunya. Kikirnya bukan main. Bahkan untuk makan pun dia segan mengeluarkan uang.

k. Kata penghubung lagipula

digunakan di dalam kalimat atau klausa tambahan.

Contoh: Saya tidak hadir karena sakit. Lagipula saya tidak diundang. Mari kita makan di restoran ini saja. Masakannya enak lagipula pelayanannya memuaskan.

l. Kata penghubung apalagi

Digunakan pada awal keterangan tambahan atau kalimat tambahan.

Contoh: Kamu saja yang lulusan SMA tidak tahu, apalagi saya yang hanya tamatan SD.

Jalan-jalan di ibu kota sering macet. Apalagi pada jam-jam sibuk. Secara opsional kata penghubung apalagi dapat diikuti kata kalau atau jika, bila digunakan pada kalimat yang tidak bersubjek.

Contoh: Dia memang nakal. Apalagi kalau di sekolah.

Saya sangat suka kepadanya. Apalagi jika ia tersenyum.

Kata penghubung lebih-lebih pula atau lebih-lebih lagi dengan fungsi untuk menyatakan „menguatkan‟ dapat digunakan pada awal keterangan tambahan atau kalimat tambahan, sebagai varian dari kata penghubung apalagi atau apalagi kalau.

Contoh: Anak itu memang nakal; lebih-lebih lagi di sekolah.

Saya tidak mau bicara dengan dia. Lebih-lebih pula kalau sikapnya begitu.


(26)

m. Kata penghubung jangankan

1. digunakan di depan klausa pertama pada sebuah kalimat majemuk setara; sedangkan pada klausa kedua biasanya disertakan partikel pun. Contoh: Jangankan berjalan, berdiri pun aku tak mampu.

Jangankan seribu, serupiah pun aku tak punya.

2. digunakan di depan klausa pertama pada sebuah kalimat majemuk setara, sedangkan klausa keduanya diawali dengan kata sedangkan. Contoh: Jangankan saya yang tamatan SMA, sedangkan dia yang sudah

jadi mahasiswa tidak dapat menjawabnya.

Jangankan membeli buku, sedangkan untuk membeli makan uangku tidak pernah cukup.

3. digunakan di depan klausa pada sebuah kalimat majemuk setara, sedangkan klausa keduanys di awali dengan kata malah atau malahan. Contoh: Jangankan membantu kita, malah kita yang harus membantunya.

Jangankan dapat menabung untuk masa depan, malah untuk biaya makan sehari-hati saja tidak cukup.

n. Kata penghubung melainkan

Digunakan di antara dua buah klausa. Klausa pertama biasanya disertai dengan kata ingkar bukan, yang diletakkan di muka unsur kalimat yang akan dikoreksi.

Contoh: Bukan dia yang datang, melainkan ayahnya.

Kami bukan mengejek, melainkan mengatakan apa adanya.

o. Kata penghubung hanya

Digunakan dengan aturan

1. untuk menyatakan „menggabungkan-mengecualikan‟ digunakan di antara dua buah klausa.

Contoh: Semua orang setuju hanya dia yang tidak setuju.

Kami semua sudah siap untuk bertransmigrasi hanya ia yang masih ragu-ragu.


(27)

p. Kata penghubung kecuali

1. Digunakan di depan kata benda atau frase benda. Contoh: Semua sudah hadir kecuali Anwar.

Kami semua sudah makan, kecuali Sita dan Ida. 2. Digunakan di antara dua buah klausa.

Contoh: Semua hutangku akan kulunasi hari Senin, kecuali kalau gajian terlambat.

Untuk pelebaran jalan itu semua orang sudah rela berkorban kecuali Tuan Ali yang kaya raya itu.

q. Kata penghubung lalu

Digunakan di antara dua buah klausa pada sebuah kalimat majemuk setara. Contoh: Dipetiknya bunga itu, lalu diberikannya padaku.

Diambilnya segelas air, lalu diminumnya sedikit-sedikit.

r. Kata penghubung kemudian

Digunakan di antara dua buah klausa pada sebuah kalimat majemuk setara sebagai varian dari kata penghubung lalu.

Contoh: Diambilnya buah mangga itu, kemudian dikupasnya dengan hati-hati.

Dipersilakannya kami masuk, kemudian ditanyakannya apa maksud kedatangan kami.

s. Kata penghubung yakni

Digunakan di antara unsur kalimat dengan bagian yang merupakan penjelasan unsur kalimat.

Contoh: Kedua pencuri itu, yakni Dadi dan Dani, telah tertangkap kemarin.

Tugas mereka, yakni mencuci dan memasak, telah mereka kerjakan dengan baik.

t. Kata penghubung yaitu

Fungsi kata hubung yaitu sama dengan kata hubung yakni, sehingga kata hubung yaitu bisa digunakan sebagai varian dari kata hubung yakni.


(28)

u. Kata penghubung adalah

1. digunakaan di antara dua buah unsur yang sama maknanya.

Contoh: Gado-gado adalah sejenis penganan yang terbuat dari bahan sayuran dengan bumbu kacang tanah.

Bis adalah kendaraan umum yang dapat mengangkut banyak penumpang.

2. digunakan di muka suatu perincian

Contoh: Pantai Parang Tritis, Borobudur, dan Malioboro adalah beberapa objek pariwisata di Yogyakarta.

Hasil perkebunan daerah Lampung adalah kopra, lada, dan cengkeh.

v. Kata penghubung ialah

Kata penghubung ialah secara bebas dapat digunakan sebagai varian kata penghubung adalah.

w. Kata penghubung bahwa

Kata penghubung bahwa digunakan dengan aturan „menggabungkan mengantarkan objek‟ digunakan pada klausa yang menjadi anak kalimat objek pada sebuah kalimat.

Contoh: Ayah berkata bahwa hari ini dia akan pergi ke Bogor.

Pak guru menjelaskan bahwa beliau harus menghadiri rapat di Kanwil pagi ini.

2. Konjungsi Subordinatif

Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat (klausa) yang kedudukannya tidak sederajat.14 When you are adding a clause in order to develop some aspect of what you are saying, you use a subordinating conjunction.15 Dalam Kamus Linguistik istilah konjungsi Subordinatif adalah konjungsi yang

14

Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), cet. Ke-1, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 100.

15


(29)

digunakan untuk mengenali klausa terikat guna menyambungkan dengan klausa utama dalam kalimat bersusun.16

Kata penghubung bertingkat ini dibedakan pula atas konjungsi yang menghubungkannya.17 Moeliono, dkk dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa konjungsi subordinatif adalah sebuah konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang memiliki status sintaksis yang tidak sama.18

a. menyatakan sebab, sebab dan karena

b. menyatakan syarat, kalau, jikalau, jika, bila, apabila, dan asal c. menyatakan tujuan, agar dan supaya

d. menyatakan waktu, ketika, sewaktu, sebelum, sesudah, dan tatkala e. menyatakan akibat, sampai, sehingga, dan hingga

f. menyatakan sasaran, untuk dan guna

g. menyatakan perbandingan, seperti, sebagaimana, dan laksana h. menyatakan makna atributif, yang

i. menyatakan tempat, tempat19

a. Kata penghubung karena

Digunakan di depan frasa, kata, atau klausa yang berfungsi sebagai keterangan di dalam sebuah kalimat majemuk setara.

Contoh: Dia tidak masuk sekolah karena sakit

Kami diberi hadiah oleh ibu karena kami rajin belajar.

Karena kata penghubung karena merupakan bagian dari unsur keterangan dalam kalimat, maka letaknya dapat dipindahkan menurut letaknya unsur keterangan itu.

16

Harimurti Kridalaksana, 1982, Kamus Linguistik, (Jakarta: Gramedia), h.91.

17

Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), cet. Ke-1, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 100.

18

Anton M Moeliono, dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Ke-3 (Jakarta: Perum Balai Pustaka, 1988), h. 237.

19

Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, cet. Ke-1 (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h.141.


(30)

b. Kata penghubung sebab

Secara bebas dapat digunakan sebagai varian kata hubung karena. Namun, perlu diperhatikan sebab yang berupa kata benda tidak dapat diganti dengan karena.

Contoh: “Tanpa sebab yang jelas beliau marah kepada kami.” Tidak dapat menjadi “ Tanpa karena yang jelas beliau marah kepada kami.”

c. Kata penghubung kalau

Digunakan di depan klausa yang menjadi anak kalimat pada suatu kalimat majemuk bertingkat.

Contoh: Kalau kamu ikut, saya pun ikut.

Saya akan merantau kalau ibu mengizinkan.

Karena letak klausa yang menjadi anak kalimat dan klausa yang menjadi induk kalimat dapat dipertukarkan tempatnya, maka letak kata penghubung kalau bisa diletakkan pada awal kalimat atau di tengah kalimat.

d. Kata penghubung jika

Kata penghubung jika secara bebas dapat digunakan sebagai varian dari kata penghubung kalau. Secara terbatas dapat juga dipergunakan kata penghubung jikalau, bila, apabila, dan bilamana sebagai varian dari kata penghubung jika dan kalau.

e. Kata penghubung asal

digunakan di muka klausa yang menjadi anak kalimat pada suatu kalimat majemuk bertingkat.

Contoh: Saya dapat menyelesaikan pekerjaan itu asal kamu mau membantu dengan ikhlas

Asal tidak kita ganggu, binatang buas itu tidak akan membahayakan kita.

f. Kata penghubung supaya

1. digunakan di depan kata atau frase yang menduduki fungsi keterangan di dalam sebuah kalimat tunggal.


(31)

Contoh: Beras itu harus dicuci dulu supaya bersih. Kami bekerja siang malam supaya lekas selesai.

2. digunakan di depan klausa yang menjadi anak kalimat pada sebuah kalimat mejemuk bertingkat.

Contoh: Kami berangkat pagi-pagi supaya kami tidak terlambat tiba di sekolah.

Supaya tanaman ini tumbuh subur harus diberi pupuk dan disiram.

g. Kata penghubung agar

Secara bebas dapat digunakan sebagai varian kata penghubung supaya.

h. Kata penghubung ketika

Digunakan di depan klausa yang menjadi anak kalimat pada kalimat majemuk bertingkat.

Contoh: Dia datang ketika kami sedang makan. Ketika kami sedang bermain, ayah pulang.

Kata penghubung ketika secara bebas dapat diganti dengan kata penghubung tatkala atau sewaktu.

i. Kata penghubung sesudah

Digunakan di depan klausa yang menjadi anak kalimat pada kalimat mejemuk bertingkat.

Contoh: Sesudah membangun jembatan itu, kami akan mendirikan sebuah sekolah dasar,

Saya segera tidur sesudah mengerjakan pekerjaan rumah.

Kata penghubung sesudah secara bebas dapat diganti dengan kata penghubung setelah.

j. Kata penghubung sebelum

Digunakan di depan klausa yang menjadi anak kalimat pada kalimat majemuk bertingkat.

Contoh: Ayah membaca koran pagi sebelum berangkat kerja.


(32)

k. Kata penghubung untuk

digunakan di depan klausa yang menjadi anak kalimat pada sebuah kalimat majemuk bertingkat.

Contoh: Untuk mengamankan pelaksanaan ujian, dua orang polisi ditempatkan di setiap sekolah.

Secara terbatas kata hubung untuk dapat diganti dengan kata penghubung guna. Kata penghubung untuk memiliki fungsi yang sama dengan kata penghubung supaya dan agar. Bedanya kata penghubung untuk lazim diikuti kata kerja atau frase kerja, sedangkan kata penghubung supaya atau agar lazim diikuti kata benda atau frase benda.

Contoh: Jalan raya itu diperlebar untuk melancarkan arus lalu lintas. Bandingkan dengan kalimat: Jalan raya itu diperlebar supaya atau agar arus lalu lintas menjai lancar.

l. Kata penghubung sampai

digunakan di depan klausa yang menjadi anak kalimat pada kalimat majemuk bertingkat.

Contoh: Pencuri itu dikeroyok orang sekampung sampai seluruh mukanya babak belur.

Secara bebas kata penghubung sampai dapat diganti fungsinya dengan kata penghubung hingga atau sehingga.

m. Kata penghubung tempat

digunakan untuk menghubungkan-menyatakan „tempat‟ pada kalimat majemuk sematan.

Contoh: Rumah tempat mereka berjudi digerebek polisi.

Beliau akan meminjam gudang tempat kami menyimpan barang-barang kimia.

n. Kata penghubung yang

digunakan untuk menggabungkan menyatakan „ketentuan dan penjelasan‟ digunakan di antara kata benda atau frase benda dengan kata kerja atau kata sifat.


(33)

Contoh: Anak yang baik mempunyai banyak teman. Rumah yang sudah tua sebaiknya dibongkar saja.

Secara terbatas dalam pertuturan sekarang ada juga digunakan bentuk atau konstruksi: Kata Benda + yang + Kata Benda.

Contoh: Ahmad yang dokter

3. Konjungsi Korelatif

Konjungsi korelatif, yakni konjungsi yang kehadirannya mensyaratkan kehadiran konjungsi yang lainnya karena bentuk-bentuk kebahasaan itu memang korelasi.20 Pendapat lain mengenai konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkn dua buah kata, dua buah frase, atau dua buah klausa yang memiliki status yang sama.21 Adapun jenis konjungsi korelatif, yakni antara...dan, baik...maupun, entah...entah; jangankan...pun; tidak hanya...tetapi juga; bukan hanya...melainkan juga; demikian...sehingga; dan sedemikian rupa...sehingga.

Berdasarkan posisinya konjungsi dibedakan menjadi konjungsi intrakalimat dan konjungsi antarkalimat.

1. Konjungsi Intrakalimat

Konjungsi intrakalimat menghubungkan entitas kebahasaan yang ada dalam kalimat.22 Baik konjungsi koordinatif, konjungsi subordinatif, dan konjungsi korelatif semuanya termasuk konjungsi intrakalimat kalau diperiksa berdasarkan posisinya.

Konjungsi intrakalimat pada kalimat-kalimat sebuah paragraf dapat menandai atau mengaitkan hubungan-hubungan berikut ini.

a. hubungan aditif (penjumlahan): dan, bersama, serta

b. hubungan adversatif (pertentangan): tetapi, tapi, melainkan c. hubungan alternatif (pemilihan): atau, ataukah

d. hubungan sebab: sebab, karena, lantaran, gara-gara

20

R. Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 65

21

Abdul Chaer, Ragam Bahasa Ilmiah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 124

22


(34)

e. hubungan akibat: hasilnya, akibatnya, akibat f. hubungan tujuan: untuk, demi, agar, biar, supaya g. hubungan syarat: asalkan, jika, kalau, jikalau

h. hubungan waktu: sejak, sedari, ketika, sewaktu, waktu, saat, tatkala, selagi, selama, seraya, setelah, sesudah, seusai, begitu, hingga

i. hubungan konsesif: sungguhpun, biarpun, meskipun, walaupun, sekalipun, kendatipun, betapapun

j. hubungan cara: tanpa, dengan k. hubungan kenyataan: bahwa

l. hubungan alat: dengan, tiada dengan, memakai, menggunakan, mengenakan, memerantikan

m. hubungan ekuatif (perbandingan positif, perbandingan menyamakan): sebanyak, seluas, selebar, sekaya

n. hubungan komparatif (perbandingan negatif, perbandingan membedakan): lebih dari, kurang dari, lebih sedikit daripada, lebih banyak daripada

o. hubungan hasil: sampai, sehingga, maka, sampai-sampai

p. hubungan atributif restriktif (hubungan menerangkan yang mewatasi): yang

q. hubungan atributif tak restriktif (hubungan menerangkan tidak mewatasi): yang (biasanya di awali dengan tanda koma)

r. hubungan andaian: andaikata, seandainya, andaikan, kalau saja, jika saja, jikalau, jika, bilamana, apabila, dalam hal, jangan-jangan, kalau-kalau

s. hubungan optatif (harapan): mudah-mudahan, semoga, agar23

2. Konjungsi Antarkalimat

Konjungsi antarkalimat menghubungkan entitas kebahasaan yang ada dalam sebuah kalimat dengan entitas kebahasaan yang berada di luar kalimat itu. Konjungsi antarkalimat selalu mengawali kalimat yang

23Ibid.


(35)

dihubungkan.24Adapun konjungsi antarkalimat mencakup konjungsi seperti, oleh karena itu, maka dari itu, selanjutnya, oleh sebab itu, walaupun demikian, dengan demikian, tambahan pula, dan lagi pula.25

B. Pengertian Karangan

Menulis adalah suatu proses menuangkan gagasan yang hendak disampaikan kepada pembaca yang diwujudkan dengan lambang-lambang fonem yang disepakati bersama.26 Karangan merupakan hasil dari suatu kegiatan berbahasa tulisan. Pada dasarnya sebuah karangan itu mempunyai kerangka. Lazimnya sebuah kerangka karangan berbentuk kalimat deklaratif atau kalimat berita yang lengkap untuk merumuskan setiap topik, subtopik, dan sub-subtopik lainnya.

Setelah kerangka selesai, tahap selanjutnya adalah pengembangan kerangka menjadi kalimat, wacana, dan bab. Kalimat, wacana, dan bab tidak langsung menjadi tulisan yang benar dan utuh, namun masih dapat diperbaiki atau direvisi.27

Karangan terbagi menjadi empat jenis, yaitu karangan deskriptif, karangan ekspositoris, karangan argumentatif, dan karangan naratif. Jenis-jenis karangan tersebut memiliki pengertian masing-masing.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa karangan adalah kumpulan dari beberapa paragraf dan lazimnya mempunyai kerangka untuk merumuskan topik, subtopik, dan subtopik lainnya. Kerangka karangan tersebut dikembangkan menjadi kalimat, wacana, dan bab sehingga pada akhirnya membentuk karangan yang utuh. Sebuah karangan dihasilkan melalui proses berpikir tentang bagaimana menuangkan ide pikirnya secara teratur untuk bisa disampaikan secara tidak langsung melalui bahasa tulis.

24

Masnur Muslich, Garis-Garis Besar Tata Bahasa BakuBahasa Indonesia, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), h. 115

25

Rahardi, op. cit., h. 65

26

Heri Jauhari, Terampil Mengarang dari Persiapan Hingga Presentasi, dari Karangan Ilmiah Hingga Sastra, (Bandung: Nuana Cendedia, 2013), Cet. Ke-1, h. 43.

27

Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriah Z.A, Disiplin Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK PRESS,2010), h. 145.


(36)

Dengan karangan yang terdiri dari beberapa paragraf, pengarang dapat mengekspresikan keseluruhan gagasan secara utuh, runtut, lengkap, menyatu, dan sempurna sehingga bermakna dan dapat dipahami.28

C. Bagian-bagian Karangan

Karangan yang lengkap biasanya tersusun dari tiga bagian karangan utama, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup.

a. “Bagian Pendahuluan

Bagian pendahuluan mengetengahkan hal-hal yang menarik perhatian pembaca tentang masalah yang dibahas dan alasan pembahasan. Karena itu, pendahuluan memuat hal-hal sebagai berikut:

(1) Latar belakang atau alasan pemilihan pokok masalah;

(2) Aspek-aspek penting dari pokok masalah yang akan dibahas dan perumusannya;

(3) Metode pembahasan;

(4) Sistematika penyusunan; dan (5) Tujuan serta hasil yang diharapkan. b. Isi (tubuh) Karangan

Isi (tubuh) karangan berisi rincian atau pengembangan apa yang telah dibahas pada bagian pendahuluan. Pada bagian inilah segala persoalan dibahas secara sistematis dan menyeluruh.

c. Bagian Penutup

Bagian penutup diwujudkan dalam satu bab, yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan jawaban terhadap masalah yang dirumuskan dalam pendahuluan. Saran adalah pikiran penulis yang berkaitan dengan pemecahan masalah, usaha perbaikan, dan lain-lain yang biasanya muncul sebagai akibat pembuatan kesimpulan.”29

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa pada bagian pendahuluan terdapat alasan pengarang memilih pokok masalah yang akan dibahas. Pada bagian isi pengarang mengembangkan pokok masalah secara lebih rinci dan sistematis. Sedangkan pada bagian penutup pengarang menyimpulkan pokok masalah yang telah dibahas pada bagian pendahuluan dan isi, serta memberi saran kepada pembaca.

28

Alex dan Achmad, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 209.

29

Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia. (Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2004), hlm. 232-233


(37)

D. Hakikat Karangan Deskripsi

Karangan deskripsi berisi kumpulan beberapa paragraf deskripsi atau bisa disebut juga paragraf lukisan, yakni melukiskan atau menggambarkan apa saja yang dilihat di depan mata penulisnya.30

Menurut Alwasilah karangan deskripsi adalah karangan yang memberi gambaran verbal terhadap sesuatu yang akan ditulis, baik itu manusia, objek, penampilan, pemandangan, atau kejadian. Cara penulisan ini menggambarkan sesuatu objek atau kejadian sedemikian rupa sehingga pembaca dibuat seolah-olah melihat sendiri, mengalami, dan merasakan apa yang terjadi sebagaimana dipersepsikan oleh pancaindra.31

Mahsusi mengatakan, deskripsi adalah bentuk karangan yang menggambarkan atau melukiskan sesuatu, benda, atau peristiwa.32

Dari pendapat ahli tersebut penulis menyimpulkan pengertian karangan deskripsi adalah kumpulan paragraf yang isinya memuat gambaran lebih untuk pembaca sehingga pembaca dapat merasakan apa yang terjadi sebagaimana yang dipersepsikan oleh pancaindra. Karangan deskripsi hampir sama dengan karangan narasi yaitu sama-sama memberi gambaran, namun pada karangan deskripsi gambaran yang diberikan bukan hanya sekadar gambaran tetapi gambaran lebih. Dengan gambaran yang lebih tersebut pembaca akan dapat merasakan apa yang dituliskan penulis dengan pancaindranya. Beda halnya dengan karangan narasi yang hanya menggambarkan secara keseluruhan dan kurang mendetail jadi pembaca hanya bisa merasakan hasil tulisan secara visual saja tidak dengan pancaindra lainnya.

Ada dua tujuan dari penulisan deskripsi yang pertama bertujuan menciptakan pengalaman pada diri pembaca (deskripsi sugesti) yang

30

R. Kunjana Rahardi, Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang,

(Jakarta: Erlangga, 2009), h. 166.

31

Mudrajad Kuncoro, Mahir Menulis Kiat Jitu Menulis Artikel, Opini, Kolom dan Resensi Buku, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 72.

32


(38)

kedua memberikan identifikasi atau informasi mengenai objek (deskripsi ekspositoris atau teknis).33 Menulis deskripsi juga bisa dilakukan untuk melukiskan perasaan, seperti bahagia, takut, dan sedih.34

Lukisan dalam karangan deskripsi harus diusahakan sedemikian rupa, agar pembaca seolah-olah melihat sendiri apa yang dilukiskan penulis.35 Karangan deskripsi bersifat tata ruang dan tata letak karena melukiskan apa yang terlihat di depan mata.36

E. Penelitian Yang Relevan

Penelitian tentang konjungsi telah banyak dilakukan. Baik oleh mahasiswa yang sebagai bahan penelitian untuk skripsi, tesis, atau disertasi. Oleh karena itu penulis mencari penelitian yang hampir serupa untuk dibandingkan sebagai bukti bahwa penelitian yang penulis lakukan memiliki perbedaan. Penelitian tentang konjungsi pernah dilakukukan oleh Ratu Nurroh, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian yang dilakukan membahas tentang “Konjungsi Dalam Karangan Argumentasi Melalui Penerapan Metode Latihan Individual”. Seperti penelitian tindakan kelas (PTK) biasanya, penelitian ini lebih memfokuskan kepada upaya untuk merangsang siswa, sedangkan penelitian yang penulis lakukan lebih memfokuskan kepada analisis konjungsi dalam karangan deskripsi siswa. Penelitian yang sama juga pernah dilakukan oleh Abdul Arsudin, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gelar S1.

Arsudin melakukan penelitian tentang “Analisis Konjungsi Pada Tajuk Rencana Dalam Harian Kompas Sebagai Sumber”. Penelitian yang dilakukan hampir sama dengan yang penulis lakukan, namun terdapat

33

Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian, (Jakarta: PT Grasindo, 2007), h. 158.

34

Nurudin, Dasar-Dasar Penulisan, (Malang: UMM Pers, 2010), Cet. Ke-2, h. 59

35

Joko Widagdho, Bahasa Indonesia Pengantar Kemahiran Berbahasa di Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), h. 109.

36

Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta; Akademika Pressindo, 2010) h. 131.


(39)

perbedaan pada sumber data. Penulis mengambil sumber data dari hasil karangan deskripsi siswa di sekolah sedangkan Arsudin mengambil data dari tajuk rencana dalam harian Kompas.

Widowati Sumardi, mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta pada tahun 2002 juga menulis tentang konjungsi dalam skripsi yang berjudul “Analisis Konjungsi Pada Karya Tulis Siswa SMU Kelas III dan Implikasinya Bagi Pembelajaran Keterampilan Menulis”. Penelitian yang dilakukan terfokus hanya pada penggunaan konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif. Sumber data penelitiannya mengambil dari karya tulis siswa berupa karangan argumentasi. Berbeda dengan yang penulis lakukan, penulis meneliti secara keseluruhan konjungsi bukan hanya terfokus pada penggunaan konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif tetapi juga mencakup konjungsi korelatif. Sumber data yang digunakan hampir sama yaitu hasil karya tulis siswa berupa karangan, bedanya penulis menggunakan karya tulis deskripsi siswa dan Sumardi menggunakan karangan argumentasi siswa.


(40)

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MA Darul Ma‟arif Jakarta, berlokasi di Jalan RS Fatmawati No. 45 Cipete selatan, Jakarta Selatan pada tanggal 26 April 2014. Pengambilan data penelitian dilakukan pada siswa MA Darul Ma‟arif Jakarta kelas X tahun pelajaran 2013/2014.

B. Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan tentu terdapat tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah metode untuk mempermudah penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan teknik analisis isi. Analisis kualitatif fokusnya pada penunjukan makna, deskripsi, penjernihan, dan penempatan data pada konteksnya masing-masing dan sering kali melukiskannya dalam bentuk kata-kata daripada dalam bentuk angka-angka.37

Penelitian kualitatif bersifat deskriptif merupakan langkah kerja untuk mendeskripsikan suatu objek, fenomena, atau setting sosial dalam suatu tulisan yang bersifat naratif.38 Menurut Lexy J. Moleong metode ini dimaksudkan “untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.”39

. Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran tingkat atau peneliti harus mengetahui apa yang menjadi ciri tersebut. Dari beberapa penjelasan tentang metode kualitatif penulis menyimpulkan metode kualitatif adalah pemahaman mengenai

37

Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 257.

38Djam‟an Satori dan Aan Komariah, Metode Penelitian Kualitatif

, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 28.

39

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet 26. h. 6.


(41)

makna suatu objek, fenomena, atau setting sosial ke dalam suatu penulisan deskripsi.

Penulis mendeskripsikan penggunaan konjungsi dalam karangan deskripsi pada siswa kelas X MA Darul Ma‟arif menggunakan metode kualitatif deskriptif. Pendeskripsian ini meliputi seluruh penggunaan konjungsi, baik konjungsi koordinatif, konjungsi subordinatif, konjungsi korelatif, konjungsi antarkalimat, maupun konjungsi intrakalimat. Melalui metode ini penulis akan menjawab permasalahan yang ada dalam rumusan masalah.

C. Data dan Sumber Data

Data merupakan keterangan yang benar dan nyata wujudnya. Data dalam penelitian ini adalah karangan yang di dalamnya terdapat konjungsi, baik konjungsi koordinatif, sobordinatif, korelatif, antarkalimat, dan intrakalimat. Sumber data dalam penelitian ini adalah karangan deskripsi siswa kelas X MA Darul Ma‟arif.

D. Teknik Pengumpulan Data

Terdapat tiga tahapan pelaksanaan penelitian yang harus dilalui dalam penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu penyediaan data, analisis data, dan penyajian atau perumusan hasil analisis.40 Peneliti mengambil data tertulis yang sudah ada. Peneliti tidak memberikan pemahaman secara mendalam tentang pengertian karangan deskripsi kepada peserta didik. Peneliti hanya melakukan pengulangan ulasan sederhana tentang jenis-jenis karangan, supaya peneliti yakin bahwa pengertian karangan deskripsi yang sudah dijelaskan oleh guru sebelumnya sepaham dengan pengertian karangan deskripsi menurut penulis. Penelitian dengan subjek penelitian siswa kelas X yang berjumlah 11 peserta didik ini diperoleh melaui teknik purposive sampling. Maksud dari “purposive sampling adalah teknik

40

Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 257.


(42)

pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.”41

Setiap individu dalam populasinya mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan subjek penelitian. Hasil karangan deskripsi yang telah penulis pilih kemudian penulis simak dengan seksama dan mencatat beberapa bentuk data yang relevan bagi penelitian yang diperoleh dari penggunaan bahasa secara tertulis.42

E. Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh dengan teknik tes tertulis, simak, dan catat seperti yang sudah dijelaskan di atas, maka data penelitian dalam karangan deskripsi siswa mengklasifikasikan konjungsi menurut sifatnya untuk kemudian dianalisis dalam bentuk deskriptif. Penulis kemudian akan menggunakan persentase (%) untuk menyimpulkan penggunaan konjungsi koordinatif, subordinatif, dan korelatif yang benar dan salah. Adapun langkah-langkah analisis data secara terperinci sebagai berikut

1. Memberikan kode pada karangan siswa. 2. Membuat catatan tentang data.

3. Menelaah seluruh data yang tersedia. 4. Memfokuskan dan menyederhanakan data.

5. Mengklasifikasikan konjungsi berdasarkan sifatnya dalam karangan siswa. 6. Menjelaskan penggunaan konjungsi tersebut.

7. Menghitung persentase (%) dengan rumus:

Keterangan:

f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Number of Cases (jumlah frekuensi atau banyaknya individu) P = hasil persentase

8. Menarik kesimpulan

41

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung : Alfabeta, 2011), Cet ke- 12 h. 300.

42


(43)

Penulis menggunakan teknik semi kuantitatif, yaitu menarik kesimpulan dengan memanfaatkan persentase dalam upaya penarikan kesimpulan. Penulis menggunakan teknik ini karena data yang didapat bersifat kualitatif, sementara penggunaan konjungsi dipersentasekan untuk mengetahui jumlah penggunaannya yang benar ataupun yang salah.

F. Instrumen Analisis Data

Instrumen analisis data digunakan penulis untuk menganalis data, yaitu dengan menggunakan tabel analisis sebagai berikut

NO Kalimat Jenis Konjungsi


(44)

31

BAB IV ANALISIS A. Profil Sekolah

1. Gambaran Umum MA Darul Ma’arif Jakarta

MA Darul Ma‟arif didirikan sejak tahun 1968 oleh KH. DR Idham Chalid. Tahun dioperasikannya dimulai sejak 1968 dengan status tanah milik Yayasan dengan nomor statistik 131.231.740.003. MA Darul Ma‟arif memiliki luas tanah ±5000 M2. Nama yayasannya adalah Darul Ma‟arif al-Khalidiyah, dengan alamat Jl. RS Fatmawati No.45 Cipete Selatan Kecamatan Cilandak Kotamadya Jakarta selatan. Jenjang akreditasi yang dimiliki MA Darul Ma‟arif saat ini adalah B. MA Darul Ma‟arif memiliki website dan email sebagai sarana pendukung informasi bagi masyarakat yang ingin memberikan saran atau mencari informasi tentang sekolah tersebut. Website MA Darul Ma‟arif http://www.ma-darulmaarif.sch.id

dan email info@ma-darulmaarif.sch.id.

MA. Darul Ma‟arif Jakarta berada di lingkungan masyarakat yang notabene bersuku Betawi. Oleh karena itu, keberadaannya sangat diterima dan didukung oleh masyarakat sekitar untuk mengembangkan pendidikan agama.

MA. Darul Ma‟arif Jakarta berada tidak jauh dari gedung Diknas Kementerian Pendidikan/Kebudayaan, kantor Inspektorat Jendral Kementerian Agama RI, SDN Cipete Utara, Yayasan Cendrawasih, dan Pondok Pesantren Miftahul Ulum. Maka kondisi lingkungan tersebut cukup kondusif sebagai fasilitas pendidikan karena jauh dari kemungkinan pencemaran dan kemungkinan adanya pengaruh negatif dari tata pergaulan luar.

2. Visi, Misi, dan Tujuan MA Darul Ma’arif

Adapun visi MA Darul Ma‟arif adalah “mengembangkan siswa menjadi manusia yang berkualitas, berilmu, beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia”, sedangkan misi MA Darul Ma‟arif sebagai berikut

1. Menyelenggarakan pendidikan yang inovatif dan berakhlak mulia;

2. Melaksanakan dan mengambangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP);


(45)

4. Meningkatkan manajemen madrasah;

5. Menghasilkan lulusan yang berkualitas, terampil, dan mandiri.

Adapun tujuan MA Darul Ma‟arif adalah sebagai berikut

1. Menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan dengan menggunakan teknologi informasi;

2. Meningkatkan kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, dan sosial; 3. Meningkatkan prosentase kelulusan Ujian Nasional dan Ujian Madrasah; 4. Meningkatkan jumlah lulusan yang diterima di perguruan tinggi negeri; 5. Meningkatkan kemampuan baca tulis Al Qur‟an dengan baik dan benar; 6. Meningkatkan kemampuan berbahasa asing;

7. Meningkatkan life skill serta mengembangkan jiwa wirausaha; 8. Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan;

9. Menciptakan tata kelola administrasi yang akuntable;

10.Menciptakan budaya bersih, disiplin, jujur, dan bertanggung jawab; 11.Menciptakan lingkungan madrasah yang asri dan suasana kondusif.

3. Guru dan Tenaga Kependidikan di MA Darul Ma’arif

Guru merupakan salah satu faktor terpenting dalam dunia pendidikan. Tugas seorang guru adalah mendidik dan mengajar siswa agar menjadi manusia yang cerdas secara intelektual, emosional, dan spritual. Peranan guru sebagai pendidik sangatlah dibutuhkan, untuk itu setiap lembaga pendidikan berupaya memiliki tenaga pengajar yang mempunyai kemampuan sesuai bidangnya masing-masing dengan pengembangan pelajaran yang ada di sekolah MA Darul Ma‟arif. Jumlah tenaga pengajar yang ada sebanyak 22 orang terdiri dari 18 orang guru tetap Yayasan + PNS (DPK) dan satu orang guru hononer, dengan dibantu oleh dua orang sebagai staf tata usaha. Adapun data tersebut terlampir.


(46)

4. Sarana Prasarana dan Mulok di MA Darul Ma’arif

 Fasilitas

a. Tempat strategis

b. Ruang kelas standar 3 lantai c. E-Learning

d. Lahan parkir e. Masjid

f. Sarana olah raga (basket, volly, dan futsal) g. Perpustakaan

h. Lab komputer i. Lab IPA j. Lab Bahasa k. Ruang UKS l. LCD/Projector m. Koperasi n. Kantin

o. Free hot spot area (WIFI)

 Kegiatan Ekstrakurikuler a. Rohani Islami (ROHIS) b. Marawis

c. Hadrah d. Seni Kaligrafi e. Taekwondo f. Saman

 Muatan Lokal a. Nahwu Shorof b. Qowa‟idul Fiqh c. Mahfudzot d. Qiraatul Kutub


(47)

5. Keadaan Siswa

MA Darul Ma‟arif setiap tahunnya menerima siswa yang mendaftar untuk masuk di sekolah ini dengan ketetapan nilai yang ditentukan. Setiap tahunnya jumlah siswa yang masuk tidak menentu, kadang meningkat kadang menurun. Data siswa dua tahun terakhir adalah:

Tabel 1

Data Siswa MA Darul Ma’arif dua tahun terakhir

Sumber: Tata Usaha

B. Deskripsi Data

Pada bagian ini, penulis akan menguraikan penerapan konjungsi pada karangan siswa. Data diperoleh dari siswa kelas X MA Darul Ma‟arif sebanyak 11 karangan. Dari 11 karangan tersebut hanya sepuluh karangan yang dianalisis, karena dari 11 karangan tersebut hanya sepuluh karangan yang termasuk karangan deskripsi. Berikut ini deskripsi data mengenai penggunaan konjungsi pada setiap karangan siswa yang diuraikan satu persatu.

Tabel 2

Penggunaan konjungsi dalam karangan deskripsi Dimas Farhan Mubin

No Kalimat Konjungsi

Koordinatif Subordinatif Korelatif

1

Sejak kecil aku tinggal disebuah rumah yang sederhana. sejak, yang Tahun Ajaran

Kelas X Kelas XI IPS Kelas XII IPS Jml. Kls (X+XI+XII) Jml Siswa Jml Rombel Jml Siswa Jml Rombel Jml Siswa Jml Rombel Jml Siswa Jml Rombel

2012/2013 30 1 26 1 34 2 90 4


(48)

2

Rumahku berada disebuah perumahan yang cukup besar.

yang

3

Rumahku dicat dengan warna putih, diseluruh

dindingnya.

dengan

4

Tidak ada pagar tinggi yang menutupi rumahku, hanya ada sebuah pekarangan kecil dengan hiasan tanaman melati yang memperindah

rumahku seperti di istana.

dengan yang, hanya, yang, seperti

5

Di bagian dalam rumah, terdapat lima kamar tidur, dua kamar mandi, dapur, serta ruang tamu.

serta

6

Setiap hari libur aku dengan keluarga ku selalu bergotong royong untuk membersihkan rumah.

dengan untuk

JUMLAH 4 8 0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dalam karangan yang bertemakan “rumah” terdapat empat penggunaan konjungsi koordinatif dan 8


(49)

penggunaan konjungsi subordinatif. Kalimat (1), konjungsi subordinatif sejak tepat, karena digunakan di depan kata benda atau frase benda yang menyatakan waktu. Konjungsi subordinatif yang tepat, karena digunakan untuk memberikan „ketentuan‟. Rumah yang sederhana bermakna khusus, sedangkan rumah sederhana bermakna umum.

Kalimat (2), konjungsi subordinatif yang tepat, karena digunakan secara luas untuk lebih memberikan ketentuan atau penjelasan pada sebuah kata benda atau frase benda perumahan dengan kata sifat „besar‟.

Kalimat (3), konjungsi koordinatif dengan tidak tepat, karena kata dengan pada kalimat rumahku dicat dengan warna putih bermakna kata depan yang berfungsi sebagai alat. Apabila dengan berfungsi sebagai konjungsi subordinatif, maka haruslah berfungsi menghubungkan menggabungkan atau menjumlahkan. Kalimat tersebut akan lebih efektif apabila dengan dihilangkan, karena maknanya tidak akan berubah.

Kalimat (4), konjungsi subordinatif yang tepat, karena digunakan secara luas untuk lebih memberi ketentuan atau penjelasan pada sebuah kata benda atau frase benda pagar tinggi dan tanaman melati. Konjungsi subordinatif hanya tepat, karena digunakan untuk menyatakan „menggabungkan-mengecualikan‟ digunakan di antara dua buah klausa tidak ada pagar tinggi yang menutupi rumahku dan klausa ada sebuah pekarangan kecil dengan hiasan tanaman melati yang memperindah rumahku seperti di istana. Konjungsi subordinatif seperti tepat, karena berfungsi menggabungkan menyatakan perbandingan, digunakan di antara dua buah klausa dalam kalimat majemuk setara. Konjungsi koordinatif dengan tepat, karena menyatakan gabungan atau penjumlahan antara pekarangan kecil dan hiasan tanaman melati

Kalimat (5), konjungsi koordinatif serta tepat, kerena digunakan di antara dua buah kata benda terakhir. Namun, dalam karangan ilmiah sebaiknya


(50)

konjungsi serta tidak digunakan, karena kata serta bukan hanya memiliki makna „penambahan atau gabungan‟ tetapi juga memiliki makna „kesertaan‟.43

Kalimat (6), konjungsi koordinatif dengan tepat, karena digunakan di antara dua buah kata benda atau frase benda. Konjungsi dengan berfungsi untuk menyatakan gabungan. Dalam hal ini sebaiknya gunakan kata dan sebagai penghubungnya bukan kata dengan, karena kata dengan bisa berfungsi preposisi untuk menyatakan „beserta‟. Konjungsi subordinatif untuk tepat, karena digunakan di depan klausa yang menjadi anak kalimat pada sebuah kalimat majemuk bertingkat yang berfungsi menghubungkan menyatakan „sasaran‟.

Tabel 3

Penggunaan konjungsi dalam karangan deskripsi Siti Sarah

No Kalimat Konjungsi

Koordinatif Subordinatif Korelatif

1

Berbentuk persegi panjang dengan dua tempat tidur.

dengan

2

Tempat tidur pertama milik saya dan tempat tidur lain milik ibu saya.

dan

3

Di kamar saya terdapat dua lemari pakaian, tiga rak buku pelajaran, dan satu meja belajar, serta keyboard sebab saya bercita-cita menjadi pianis.

dan, serta, sebab

4 Di atas meja belajar

terdpat lukisan kincir dan, dan

43


(51)

angin Belanda buatan saya ada alat tulis dan beberapa manga dan novel.

5

Di atas lemari

pakaian saya terdapat kipas angin dan di langit-langit kamar terdapat lampu supaya terang kamar saya.

dan supaya

JUMLAH 7 2 0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dalam karangan yang bertemakan “kamar” terdapat tujuh penggunaan konjungsi koordinatif dan dua penggunaan konjungsi subordinatif. Kalimat (1), konjungsi koordinatif dengan tepat, karena digunakan di antara dua kata benda yang menghubungkan menyatakan gabungan atau jumlahan.

Kalimat (2), konjungsi koordinatif dan tepat, karena menghubungkan menyatakan gabungan atau penjumlahan, digunakan di antara dua buah klausa majemuk.

Kalimat (3), konjungsi koordinatif dan tidak tepat, karena apabila dan digunakan untuk menggabungkan lebih dari dua buah kata, maka penghubung dan hanya digunakan di antara dua buah kata yang terakhir. Namun, dalam hal ini dan tidak digunakan di antara dua buah kata yang terakhir. Pengarang menggunakan konjungsi koordinatif serta untuk menggabungkan dua buah kata yang terakhir. Penggunaan koordinatif serta tepat karena digunakan di antara dua buah kata terakhir sebagai pengganti substitusi dan. Jadi, kalimat ini sebaiknya menghilangkan salah satu konjungsi koordinatif untuk menghubungkan menyatakan gabungan atau penjumlahan karena fungsi dan dan serta sama.


(52)

Pembetulan kalimatnya menjadi Di kamar saya terdapat dua lemari pakaian, tiga rak buku pelajaran, satu meja belajar, dan keyboard sebab saya bercita-cita menjadi pianis atau Di kamar saya terdapat dua lemari pakaian, tiga rak buku pelajaran, satu meja belajar, serta keyboard sebab saya bercita-cita menjadi pianis. Konjungsi subordinatif sebab tepat, karena menghubungkan menyatakan sebab akibat, dalam hal ini menyatakan alasan.44

Kalimat (4), konjungsi dan pada kalimat tersebut berlebihan. Seharusnya, konjungsi konjungsi dan pada kalimat tersebut digunakan di antara dua buah kata terakhir saja. Pembetulan kalimatnya menjadi Di atas meja belajar terdapat lukisan kincir angin Belanda buatan saya, ada alat tulis, beberapa manga, dan novel.

Kalimat (5), penggunaan konjungsi dan tepat, karena diletakkan di antara dua buah klausa dalam sebuah kalimat. Klausa pertama di atas lemari pakaian saya terdapat kipas angin dan klausa kedua di langit-langit kamar terdapat lampu supaya terang kamar saya. Konjungsi supaya tepat, karena menghubungkan menyatakan tujuan. Digunakan di depan klausa yang menjadi anak kalimat pada sebuah kalimat majemuk bertingkat supaya terang kamar saya.

Pada karangan deskripsi berjudul “kamar pribadi” karya Siti Sarah, tidak ditemukan konjungsi korelatif. Padahal ada satu konjungsi korelatif yang bisa digunakan di dalam karangan tersebut. Konjungsi korelatif yang bisa digunakan adalah konjungsi tidak hanya...tetapi juga.... Jadi, pembetulan paragrafnya adalah .... Di atas meja belajar tidak hanya terdapat lukisan kincir angin Belanda buatan saya tetapi juga ada alat tulis, beberpa manga, dan novel....

44


(53)

Tabel 4

Penggunaan konjungsi dalam karangan deskripsi Farhan Qarib

No Kalimat Konjungsi

Koordinatif Subordinatif Korelatif

1

Di sebelah kiri terlihat tebing yang sangat tinggi dan di sebelah kanan kita bisa melihat batu karang besar yang seolah-olah siap menjaga gempuran ombak yang datang setiap saat.

dan yang, yang yang

2

Banyak wisatawan yang selalu

mengunjungi Pantai Parang Tritis ini...

yang

3

Di Pantai Parang Tritis ini kita bisa bermain pasir dan merasakan hembusan segar angin laut.

dan

4

Kita juga bisa naik andong yang bisa membawa kita ke area karang laut yang sungguh sangat indah.

yang, yang

5

Di sore hari, kita bisa melihat matahari terbenam yang


(54)

merupakan momen sangat istimewa melihat matahari yang solah-olah masuk ke dalam hamparan laut.

JUMLAH 2 8 0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dalam karangan yang bertemakan “pantai” terdapat penggunaan dua konjungsi koordinatif dan delapan penggunaan konjungsi subordinatif. Konjungsi koordinatif yang digunakan adalah konjungsi dan dan konjungsi subordinatif yang digunakan adalah konjungsi suborordinatif yang. Kalimat (1), konjungsi koordinatif dan tepat, karena konjungsi dan pada kalimat nomor (1) berfungsi menghubungkan dua klausa (bagian kalimat) dalam sebuah kalimat majemuk. Konjungsi kordinatif yang tepat, karena berfungsi menggabungkan menyatakan „ketentuan‟ dapat kita lihat perbedaan antara bentuk tebing tinggi yang bermakna umum dengan tebing yang tinggi yang bermakna khusus. konjungsi yang juga memeberikan ketentuan atau penjelas pada kata benda atau frase benda karang besar dan gempuran ombak.

Kalimat (2), konjungsi yang digunakan adalah konjungsi subordinatif yang. Konjungsi subordinatif yang tepat, karena memberikan ketentuan atau penjelas pada kata benda atau frase benda. Kata benda atau frase benda yang dimaksud adalah wisatawan.

Kalimat (3), konjungsi yang digunakan pada kalimat (3) adalah konjungsi koordinatif dan. Konjungsi koordinatif dan tepat, karena digunakan di antara dua buah klausa. Konjungsi dan berfungsi menghubungkan gabungan atau penjumlah dari dua klau tersebut. Klausa pertama di pantai Parang Tritis kita bisa bermain pasir dan klausa kedua merasakan hembusan segar angin laut.


(55)

Kalimat (4), konjungsi yang digunakan pada kalimat (4) adalah konjungsi subordinatif yang. Konjungsi subordinatif yang tepat, karena berfungsi memberikan penjelasan lebih pada kata benda atau frase benda andong dan karang laut. Konjugsi yang digunakan di antara kata benda andong dengan kata kerja atau frase kerja membawa. Konjungsi yang juga digunakan di antara kata benda benda atau frase benda karang laut dengan kata sifat atau frase sifat sungguh sangat indah.

Kalimat (5), konjungsi yang digunakan pada kalimat (5) adalah konjungsi yang. Konjungsi yang berfungsi memberikan penjelasan lebih pada kata benda matahari.

Pada karangan deskripsi berjudul “Pantai Parang Tritis” tidak ditemukan konjungsi korelatif. Padahal konjungsi korelatif bisa digunakan sebagai penghubung di dalam karangan tersebut. Konjungsi korelatif yang bisa digunakan adalah konjungsi korelatif baik... maupun... dan konjungsi korelatif tidak hanya... tetapi juga .... Pembetulan kalimatnya adalah baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara banyak yang mengunjungi pantai Parang Tritis dan kita tidak hanya bisa bermain pasir di Pntai Parang Tritis tetapi juga ada andong yang bisa kita naiki untuk menikmati indahnya Pantai Parang Tritis.

Tabel 5

Penggunaan konjungsi dalam karangan deskripsi Salman Alfarizi

No Kalimat Konjungsi

Koordinatif Subordinatif Korelatif

1

Pagi ini terlihat sangat sibuk, di jalan-jalan terlihat ibu-ibu yang tengah berjalan menuju pasar untuk berjualan sayuran.

yang, untuk

2 Tetanggaku seorang


(56)

tidak kalah sibuknya dengan orang-orang.

3

Pagi-pagi sekali dia berjalan menggiring bebek-bebeknya yang pintar berbaris menuju ke rawa dekat sawah untuk mencari makan. yang, untuk 4 Sungguh pemandangan yang sangat menarik. yang 5

Di halaman rumah kakek ku yang menghadap ke timut terdapat pohon-pohon yang rindang, ada pohon mangga yang sedang berbuah sangat lebat, di samping kiri pohon mangga terdapat pula pohon jambu air yang belum berbuah karena belum musimnya. yang, yang, yang, yang, karena 6

Dan di sebelah kanan rumah ada pohon rambutan yang


(57)

buahnya sangat manis rasanya.

7

Sungguh

pemandangan yang indah, desa yang sangat asri dan damai ini adalah desa tempat tinggal kakekku.

dan adalah, yang, yang

JUMLAH 4 13 0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dalam karangan yang bertemakan “kampung halaman” terdapat penggunaan konjungsi koordinatif sebanyak empat kali dan 13 kali penggunaan konjungsi subordinatif. Konjungsi koordinatif yang digunakan adalah konjungsi koordinatif dengan sebanyak dua kali, konjungsi koordinatif dan, dan konjungsi koordinatif adalah. Konjungsi subordinatif yang digunakan adalah konjungsi subordinatif yang sebanyak sepuluh kali, konjungsi subordinatif untuk sebanyak dua kali, dan konjungsi subordinatif karena.

Kalimat (1), konjungsi yang digunakan pada kalimat (1) adalah konjungsi koordinatif yang dan untuk. Penggunaan konjungsi koordinatif yang tepat, karena digunakan untuk menggabungkan menyatakan „ketentuan atau penjelasan di antara kata benda atau frase benda ibu-ibu dengan kata kerja atau frase kerja tengah berjalan. Penggunaan konjungsi untuk tepat, karena berfungsi menggabungkan menyatakan „sasaran‟. Sasaran yang dimaksud adalah „berjualan sayuran‟ dari tindakan ibu-ibu yang berjualan menuju ke pasar.

Kalimat (2), konjungsi yang digunakan pada kalimat (2) adalah konjungsi koordinatif dengan. Penggunaan konjungsi koordinatif dengan tidak tepat, karena dengan pada kalimat (2) bukanlah berkedudukan sebagai konjungsi yang menyatakan penjumlahan atau gabungan, melainkan sebagai kata depan.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

BIOGRAFI PENULIS

Lintang Akhlakulkharomah, kelahiran Jakarta 20 Juni 1992. Anak pertma dari Bapak Teguh Suyono dan Ibu Retno Wijiastuti ini mengawali pendidikannya di TK Ruwati III pada tahun 1997, kemudian melanjutkan ke SDN Percontohan Pola 011 Pagi pada tahun 1998-2004, dilanjutkan ke SMPN 96 Jakarta dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007, dan kemudian menamatkan sekolah menengah atas di SMAN 97 Jakarta pada tahun 2010.

Melalui program seleksi Ujian Mandiri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sulung dari tiga bersaudara ini melanjutkan pendidikannya ke Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dimulai dari kegagalan restu orang tua untuk mengambil kuliah keperawatan dan mendapatkan wejangan dari orang tua bahwa pekerjaan menjadi guru sama mulianya dengan merawat orang sakit bahkan lebih mulia. Alhasil jurusan tarbiyah dengan prodi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dipilih.

Selama menjadi mahasiswa, perempuan yang penyuka warna biru ini aktif di Pojok Seni Tarbiyah pada elemen Tari Saman-Ratoe Jaroeh asal Nangroe Aceh Darussalam.


Dokumen yang terkait

Analisis kata berimbuhan dalam karangan deskripsi siswa kelas X SMK Nusantara, Legoso, Ciputat, Tangerang tahun pelajaran 2011/2012

1 11 108

Analisis kesalahan kata penghubung dalam karangan narasi siswa kelas IX semester I MTs Darussalam Ciampea Tahun Pelajaran 2013/2014

0 4 102

Penggunaan kata depan dalam karangan deskripsi siswa kelas VIII semester genap Madrasah Tsanawiyah Al-Ihsan Jakarta Tahun pelajaran 2013/2014

0 5 153

Analisis kesalahan penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi siswa x SMA Ar- Ridwan Bekasi Tahun pelajaran 2011-2013

1 8 82

Peningkatan kemampuan penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi melalui penerapan metode latihan individual (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas X SMA PGRI 56 Ciputat)

1 28 108

Analisis kesalahan penentuan ide pokok dalam karangan eksposisi siswa kelas x semester 1 di MA Annajah Jakarta Tahun pelajaran 2013/2014

0 41 180

Analisis kalimat efektif dalam karangan deskripsi siswa kelas VIII MTS Miftahul Umam Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan Tahun pelajaran 2013 / 2014

1 22 133

Interferensi morfologi dialek betawi terhadap bahasa Indonesia dalam karangan eksposisi siswa kelas VIII di MTS Nurul Anwar Bekasi Utara Tahun pelajaran 2013/2014

0 9 108

Penggunaan kalimat efektif dalam karangan argumentasi “pemilihan anggota legislatif dari kalangan selebritas’’ siswa kelas X SMK Triguna Utama Ciputat

2 32 82

Peningkatan keterampilan menulis paragraph deskripsi dengan media gambar pada siswa kelas V MI Al-Khoeriyah, Leuwisadeng, Bogor Tahun Pelajaran 2013/2014

0 7 91