KARAKTERISTIK FTIR FOURIER TRANSFORM INFRA RED RESIN EPOKSI

25

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 KARAKTERISTIK FTIR FOURIER TRANSFORM INFRA RED RESIN EPOKSI

DAN KOMPOSIT EPOKSI BERPENGISI BENTONIT TERMODIFIKASI Karakterisasi FTIR Fourier Transform Infra Red resin epoksi dan komposit epoksi berpengisi bentonit termodifikasi untuk mengidentifikasi gugus fungsi dari senyawa resin epoksi dan komposit epoksi berpengisi bentonit termodifikasi. Karakteristik FTIR dari resin epoksi dan komposit epoksi berpengisi bentonit termodifikasi dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah ini. Keterangan analisa gugus fungsi [42] : - 2921,75 cm -1 : regang alkana C-H - 2310,05 cm -1 : regang asam karboksil O-H - 1725,83 cm -1 : regang aldehid C=O Gambar 4.1 Karakteristik FTIR Resin Epoksi dan Komposit Epoksi Berpengisi Bentonit Termodifikasi 60 70 80 90 100 110 120 397.336096 1168.862496 1940.388896 2711.915296 3483.441696 T ran sm it as i Panjang Gelombang cm -1 Komposit Murni 2921,75 2310,051 1725,83 Komposit Epoksi Resin Epoksi Murni 4165 2315 3240 1390 465 Universitas Sumatera Utara 26 Dari hasil FTIR di atas dapat dilihat bahwa terdapat beberapa hal yang berbeda antara hasil FTIR resin epoksi dengan hasil FTIR dari komposit epoksi berpengisi bentonit termodifikasi. Hal pertama yang dapat dilihat perbedaannya adalah pada regang alkana C-H dengan panjang gelombang 2921,75 cm -1 dimana pada komposit terdapat peningkatan intensitas jika dibandingkan dengan resin epoksi murni. Hal ini dapat disebabkan telah terikatnya pengisi dengan matriks epoksi yang menyebabkan peningkatan regang alkana pada komposit. Kedua, munculnya regang asam karboksil O-H pada komposit yang sebelumnya tidak terdapat pada resin epoksi murni. Hal ini mungkin disebabkan oleh terikatnya gugus –OH pada bentonit yang sebelumnya berikatan pada ion kation Na + menjadi terikat pada ion kation yang terdapat pada CTAB oleh reaksi pertukaran kation. Akibat dari reaksi pertukaran kation ini adalah penurunan sifat kepolaran dari bentonit sehingga memungkinkan untuk terjadinya ikatan antara gugus –OH dari bentonit dengan matriks sehingga terbentuknya gugus – OH pada komposit yang dapat dlihat pada hasil FT-IR komposit. Adapun reaksi yang terjadi pada modifikasi bentonit dengan surfaktan CTAB adalah sebagai berikut: C 19 H 42 N + Br + + Na + - bentonit C 19 H 42 N + - bentonit + Na + Br - [18] Ketiga, munculnya gugus aldehid pada komposit yang tidak terdapat sebelumnya pada resin epoksi murni. Hal ini dapat disebabkan oleh gugus –O- yang terdapat pada bentonit yang sebelumnya berikaan pada ion kation Na + menjadi terikat pada ion kation yang terdapat pada CTAB oleh reaksi pertukaran kation. Akibat dari reaksi pertukaran kation ini adalah penurunan sifat kepolaran dari bentonit sehingga memungkinkan untuk terjadinya ikatan antara gugus –O- dari bentonit dengan matriks sehingga terbentuknya gugus –O- pada komposit yang dapat dilihat pada hasil FT-IR komposit. Adapun reaksi yang terjadi pada modifikasi bentonit dengan menggunakan surfaktan adalah sebagai berikut: C 19 H 42 N + Br + + Na + - bentonit C 19 H 42 N + - bentonit + Na + Br - [18] Universitas Sumatera Utara 27

4.2 PENGARUH KOMPOSISI PENGISI TERHADAP KEKUATAN TARIK TENSILE STRENGTH KOMPOSIT EPOKSI.