diikuti oleh industri kayu 15.007.835, industri tekstil 9.154.090, industri percetakan 6.444.944, industri barang dari logam 3.843.456, industri Kimia, Minyak Bumi, Batu
Bara, Karet dan Plastik 1.813.112 dan kontribusi paling kecil diberikan oleh industri logam dasar 3.587,3.
4.6 Perbankan dan Investasi Kota Pematangsiantar Tabel 4.7
Laporan UMKM Triwulan ke IV Uraian
2011 2012
2013 2014
2015 Kredit Usaha Kecil
31,4 30,8
30,3 29,7
28,8
Kredit Usaha Menengah
47,1 48,6
48,2 47,5
47,2
Kredit Usaha Mikro 21,4
20,6 21,6
22,8 24,0
Sumber: Bank Indonesia
Kebijakan pemerintah dalam upaya untuk mengembangkan dunia usaha mikro, kecil dan menengah mendorong lembaga keuangan bank untuk ikut juga berperan aktif
dalam membentuk pemberian kredit kepada usahaperusahaan mikro, kecil dan menengah. Dapat dilihat dari laporan UMKM mulai dari tahun 2011-2015. Pada kredit
usaha kecil pada tahun 2011 mendapat kredit sebesar 31,4 namun ditahun berikutnya sampai tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 28,8. Pada kredit usaha menengah
pada tahun 2012 mendapat kredit yang lebih besar sebesar 48,6 dibandingkan dengan tahun yang berikutnya dan sebelumnya. Pada kredit usaha mikro mengalami peningkatan
pada tahun 2015 sebesar 24,0 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang mengalami naik turun persentasi kreditnya.
4.7 Peringkat Daya Saing Investasi di Kota Pematangsiantar
Hasil pemeringkatan daya saing investasi yang dilakukan terhadap 30 responden yang terdapat di Kota Pematangsiantar disajikan berdasarkan peringkat secara umum dan
berdasarkan masing-masing peringkat faktor 5 faktor. Penyajian seperti ini dimaksudkan agar diperoleh gambaran terhadap bagaimana daya saing investasi, serta
Universitas Sumatera Utara
untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan investasi di Kota Pematangsiantar.
4.7.1 Faktor Kelembagaan
Gambar: 4.1 Diagram Persentase Kelembagaan
Tabel 4.8 Indikator Persentase Kelembagaan
Pada faktor kelembagaan memperoleh peringkat berdasarkan akumulasi Persentase dari tiap indikator yang tergabung dalam faktor tersebut. Indikator-indikator
dalam faktor kelembagaan dikelompokkan menjadi 6 variabel yaitu: Variabel Aparatur Daerah, Variabel Peraturan Daerah, Variabel Stabilitas Politik, Variabel Keamanan,
Variabel Sosial Budaya, dan Variabel Kepastian Hukum. Adapun hasil dari faktor kelembagaan terhadap kegiatan investasi di Kota Pematangsiantar dapat kita lihat pada
gambar di atas. Dari keenam variabel tersebut dapat disimpulkan bahwa:
No Indikator Kelembagaan
Persentase
1 Kepastian Hukum
15,74 2
Aparatur Daerah
15,87 3
Peraturan Daerah
16,25 4
Stabilitas Politik
15,61 5
Keamanan
18,96 6
Sosial Budaya
17,54
5 10
15 20
Kepastian Hukum
Aparatur Daerah
Peraturan Daerah
Stabilitas Politik Keamanan
Sosial Budaya
Universitas Sumatera Utara
1. Variabel Keamanan menempati urutan pertama yaitu sebesar 18,96. Variabel
keamanan diukur dari seberapa besar jaminan keamanan dalam berusaha dan bagaimana tingkat keamanan di masyarakat.
2. Variabel Sosial Budaya menempati urutan kedua yaitu sebesar 17,56. Sosial
Budaya ditinjau dari seberapa besar keterbukaan masyarakat menerima dunia usaha yang umumnya dilakukan oleh kaum pendatang dari daerah lain,
bagaimana keterbukaan masyarakat terhadap tenaga kerja dari luar dan bagaimana etos kerja masyarakat lokal yang berbeda dengan kinerja tenaga kerja
pendatang. 3.
Variabel Peraturan Daerah menempati urutan ketiga yaitu sebesar 16,25. Variabel ini dinilai dari bagaimana kebijakan kepala daerah, bagaimana inisiatif
kepala daerah dan bagaimana hubungan kepala daerah dengan pengusaha. Kepemimpinan kepala daerah yang kuat akan mampu menciptakan iklim
investasi yang kondusif. 4.
Variabel Aparatur Daerah menempati urutan keempat yaitu sebesar 15,87. Variabel ini diukur dari sejauh mana respon kepedulian pemerintah daerah
terhadap permasalahan yang ada di kalangan dunia usaha yang ada di daerahnya. 5.
Variabel Kepastian Hukum menempati urutan kelima yaitu sebesar 15,74. Variabel ini diukur dari konsistensi peraturan yang ada, baik peraturan
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, penegakan keputusan peradilan, kecepatan aparat keamanan dalam merespon setiap gangguan keamanan yang
terjadi dan juga seberapa banyak pungutan liar yang terjadi diluar sistem dan prosedur, serta perundang-undangan yang berlaku.
6. Variabel Stabilitas Politik menempati pada urutan keenam yaitu sebesar 15,61.
Variabel ini diukur dari bagaimana hubungan antara eksekutif dan legislatif
Universitas Sumatera Utara
daerah. Kedua lembaga ini sangat berperan terhadap pembangunan daerah dan apabila terjadi konflik antara kedua lembaga ini maka akan sangat berpengaruh
terhadap pelayanan birokrasi terhadap pelaku usaha. Dapat disimpulkan bahwa faktor kelembagaan terdapat empat variabel utama
yang pertama adalah Sosial dan Politik yang terdiri dari variabel keamanan sebesar 18,96 dimana tingkat keamanan di Kota Pematangsiantar sangat baik dan aman yang
kedua variabel sosial budaya sebesar 17,54 dimana tingkat sosial dan budaya yang ada di Kota Pematangsiantar kurang mengembangkan dan mempertahankan nilai budaya
yang ada; variabel utama yang kedua Peraturan Daerah sebesar 16,25 peraturan daerah yang ada di Kota Pematangsiantar sangat baik namun terkadang masih kurang ditaati dan
diabaikan; ketiga variabel Aparatur Daerah sebesar 15,87 dan yang terakhir variabel Kepastian Hukum sebesar 15,74 dalam menegakkan keadilan di Kota Pematangsiantar
masih dalam kondisi baik dan mengikuti peraturan dari sistem keadilan yang berlaku.
4.7.2 Faktor Perekonomian Daerah
Gambar: 4.2 Diagram Persentase Perekonomia Daerah
14,5 15
15,5 16
16,5 17
17,5 18
Potensi Ekonomi
Struktur Ekonomi
Ketersediaan tenaga kerja
Produktivitas Tenaga kerja
Kualitas tenaga Kerja Tingkat Upah
Minimun
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Persentase Perekonomian Daerah
No Indikator Perekonomian Daerah
Persentase 1
Potensi Ekonomi 17,53
2 Struktur Ekonomi
17,4
3 Ketersediaan tenaga kerja
15,57
4 Produktivitas Tenaga kerja
16,88
5 Kualitas tenaga Kerja
16,62
6 Tingkat Upah Minimun
15,96 Indikator dalam Faktor Perekonomian Daerah dapat dikelompokkan menjadi 6
indikator yaitu: Potensi Ekonomi, Struktur Ekonomi, Ketersediaan Tenaga Kerja, Produktivita Tenaga Kerja, Kualitas Tenaga Kerja Lokal, dan Tingkat Upah Minimum
daerah. Hasil dari Faktor Ekonomi Daerah terhadap kegiatan investasi di Kota Pematangsiantar dapat dilihat dari gambar diatas. Dari keenam indikator tersebut dapat
disimpulkan bahwa: 1.
Potensi Ekonomi menempati urutan pertama yaitu sebesar 17,53. Potensi ekonomi dapat dilihat dari potensi ekonomi yang berbasis pada sumber daya
alam, maupun potensi akibat bentukan karena didorong pada sumber daya alam, maupun potensi akibat bentukan karena didorong oleh aktivitas usaha atau
adanya investasi. 2.
Struktur Ekonomi menempati urutan kedua yaitu sebesar 17,4. Indikator ini diukur dari bagaimana pertumbuhan ekonomi daerah dan bagaimana struktur
ekonomi daerah. tentunya struktur ekonomi daerah yang kuat akan memacu perekonomian di daerah dan meningkatkan daya beli masyarakat yang baik untuk
menjaga iklim investasi. 3.
Variabel Produktivitas Tenaga Kerja menempati urutan ketiga yaitu sebesar 16,88. Variabel ini diukur bagaimana hasil kinerja dari tenaga kerja yang
tesedia.
Universitas Sumatera Utara
4. Variabel Kualitas Tenaga Kerja menempati urutan keempat yaitu sebesar 16,62.
Variabel ini diukur bagaimana kualitas dari sumber daya manusia itu sendiri sejauh mana menguasai teknologi yang berkembang.
5. Variabel Tingkat Upah Minimum menempati urutan kelima yaitu sebesar 15,96.
Variabel ini diukur dari bagaimana kompensasi untuk pekerja secara keseluruhan sebagai biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha, yang biasanya merupakan upah
atau gaji untuk pekerja. Pengupahan yang ditetapkan pemerintah merupakan faktor penting bagi pengusha untuk menjalankan kegiatan usahanya.
6. Variabel Ketersediaan Tenaga Kerja menempati urutan terakhir sebesar 15,57.
Variabel ini diukur dari ketersediaan tenaga kerja di daerah baik tenaga yang sudah berpengalaman maupun yang belum berpengalaman. Tenaga Kerja dapat
diperoleh dari daerah yang bersangkutan atau dengan cara mendatangkan dari daerah lain.
Dapat disimpulkan bahwa dalam faktor Perekonomian Daerah dapat disimpulkan terbagi atas tiga bagian yang pertama memiliki persentasi paling tinggi yaitu variabel
utama ketenagakerjaan dimana didalamnya terdapat variabel Produktivitas tenaga kerja sebesar 16,88 dimana di Kota Pematangsiantar terdapat tenaga kerja yang produktif
untuk bekerja namun tidak banyak lapangan kerja yang tersedia; yang kedua Kualitas tenaga kerja sebesar 16,62 masih dikatakan dibawa rata-rata karena masih ada tenaga
kerja yang bekerja lulusan SMA; ketiga tingkat upah minimum sebesar 15,96 masih mampu memenuhi kebutuhan setiap bulannya karena Kota Pematangsiantar
perkembangan ekonomi masih berkembang tiap tahunnya; dan terakhir ketersediaan tenaga kerja sebesar 15,57. Dan variabel utama yang kedua Potensi ekonomi sebesar
17,53 dan variabel yang terakhir sebesar 17,4.
Universitas Sumatera Utara
4.7.3 Faktor Sistem Keuangan
`
Gambar: 4.3 Diagram Persentase Sistem Ekonomi
Tabel 4.10 Persentase Sistem Keuangan
No Indikator Sistem Keuangan
Nilai 1
Variasi Produk Perbankan 13,11
2
Variasi Produk lembaga Keuangan 12,56
3 Sebaran Kantor Cabang
12,75
4
Kualitas Pelayanan Perbankan 13,03
5 Kemudahan Transaksi e-Banking
12,66
6
Kualitas Sistem Informasi Perbankan 12,47
7 Bunga Sistem Informasi Perbankan
11,92
8 Bunga Kredit Terhadap Laba
11,55 Indikator-indikator yang terdapat pada faktor Sistem Keuangan dan dapat
dikelompokkan menjadi 8 variabel, yaitu: variabel variasi produk perbankan, variasi produk lembaga keuangan, variabel sebaran kantor cabang, variabel kualitas pelayanan,
variabel kemudahan transaksi e-banking, variabel kualitas sistem informasi perbankan, variabel bunga sistem informasi perbankan, dan variabel bunga kredit terhadap laba.
Hasil dari faktor sistem keuangan terhadap daya saing investasi di Kota Pematangsiantar sebagai berikut:
10,5 11
11,5 12
12,5 13
13,5 Variasi Produk
Perbankan Variasi Produk
lembaga Keuangan Sebaran Kantor
Cabang Kualitas Pelayanan
Perbankan Kemudahan
Transaksi e-Banking Kualitas Sistem
Informasi Perbankan Bunga Sistem
Informasi Perbankan Bunga Kredit
Terhadap Laba
Universitas Sumatera Utara
1. Variabel Variasi Produk Perbankan menempati urutan pertama sebesar 13,11.
Variabel ini diukur sampai sejauh mana mengetahui produk perbankan atau pelayanan tentang dunia perbankan terhadap daya saing investasi yang ada di
Kota Pematangsiantar. 2.
Variabel Kualitas Layanan Perbankan menempati urutan kedua sebesar 13,03. Variabel ini diukur untuk mengetahui kualitas dari tiap-tiap layanan perbankan
dari lembaga keuangan yang ada di Kota Pematangsiantar. 3.
Variabel Sebaran kantor cabang menempati urutan ketiga sebesar 12,75. Variabel ini diukur untuk mengetahui seberapa banyak lembaga keuangan
menempatkan kantor cabangnya untuk membantu proses kemudahan dalam akses proses penyimpanan uang bagi masyarakat maupun para pelaku usaha.
4. Variabel Kemudahan Transaksi e-Banking menempati urutan keempat sebesar
12,66. Variabel ini diukur untuk mengetahui kemudahan apa yang dirasakan dalam bertransaksi e-Banking.
5. Variabel Variasi Produk Lembaga Keuangan menempati urutan kelima sebesar
12,56. Variabel ini diukur untuk mengetahui variasi apa saja yang diperlihatkan oleh lembaga keuangan untuk mengajak masyarakat dan pelaku
usaha membantu mengembangkan usahanya. 6.
Variabel Kualitas Sistem Informasi Perbankan menempati urutan keenam sebesar 12,47. Variabel ini diukur untuk mengetahui kualitas dari sistem
informasi yang dimiliki oleh dunia perbankan yang ada di Kota Pematangsiantar. 7.
Variabel Bunga Sistem Informasi Perbankan menempati urutan ketujuh sebesar 11,92. Variabel ini diukur untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari
bunga yang dikeluarkan oleh perbankan yang dapat membantu para pelaku usaha dalam berinvestasi di daerah.
Universitas Sumatera Utara
8. Variabel Bunga Kredit terhadap Laba menempati urutan terakhir sebesar
11,55. Variabel ini diukur untuk mengetahui seberapa besar bunga yang diberikan terhadap kredit yang digunakan para pelaku usaha.
Dapat disimpulkan variabel variasi produk perbankan adalah variabel yang dominan dalam menentukan daya saing investasi di Kota Pematangsiantar terbagi atas
tiga variabel utama yaitu: Yang pertama Infrastruktur perbankan yang didalamnya terdapat variabel produk perbankan sebesar 13,11; kualitas pelayanan perbankan
sebesar 13,03; kemudahan transaksi e-Banking sebesar 12,66; kualitas sistem informasi perbankan sebesar 12,47; dan bunga sistem informasi perbankan 11,92;
yang kedua Keuangan Daerah yang didalamnya terdapat sebaran kantor cabang sebesar 12.75 dan bunga kredit terhadap laba sebesar 11,55 dimana perkembangan kantor-
kantor yang berada di Kota Pematangsiantar berkembang sangat cepat dan memudahkan masyarakat untuk bertransaksi; dan yang terakhir ada Infrastruktur Non Perbankan
sebesar 12,56.
4.7.4 Faktor Infrastruktur Fisik
Gambar 4.4 Diagram Persentase Infrastruktur Fisik
17 18
19 20
21 22
Kualitas Jalan Raya
Ketersediaan Air Bersih
Kualitas Akses Komunikasi
Ketersediaan Listrik Kualitas Jaringan
Internet
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11 Persentase Infrastruktur Fisik
No Indikator Infrastruktur Fisik
Persentase 1
Kualitas Jalan Raya 18,73
2 Ketersediaan Air Bersih
21,41
3 Kualitas Akses Komunikasi
20,42
4 Ketersediaan Listrik
19,58
5 Kualitas Jaringan Internet
19,86 Indikator
–indikator dalam faktor Infrastruktur fisik dapat dikelompokkan menjadi 5 indikator yaitu: Kualitas Jalan Raya, Ketersediaan Air Bersih, Kualitas Akses
Komunikasi, Ketersediaan Listrik dan Kualitaas Jaringan Internet. Hasil dari faktor infrastruktur fisik terhadap kegiatan investasi dapat dilihat pada gambar dan tabel diatas.
Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa: 1.
Variabel Ketersediaan Infrastuktur Fisik diperlukan untuk kelancaran kegiatan usaha. agar kelancaran kegiatan usaha tercapai maka harus didukung oleh
ketersediaan infrastuktur yang memadai seperti jalan raya, kereta api, sarana komunikasi dan sumber energi.
2. Variabel Kualitas Infrastruktur Fisik yang tersedia belum tentu menjamin
kelancaran usaha. Maka infrastruktur yang tersedia juga harus memiliki kualitas yang baik.
Dapat disimpulkan bahwa pada faktor infrastruktur fisik variabel ketersediaan fisik terdiri dari beberapa indikator ketersediaan air sebesar 21,41 dan ketersediaan
listrik sebesar 19,58. Indikator diatas dapat dinilai sebagai variabel ketersediaan fisik dimana tiap indikator masih memiliki kekurangan masing-masing di tiap bagiannya. Dan
yang berikutnya ada variabel kualitas dari infrastruktur fisik terdiri dari indikator kualitas akses komunikasi sebesar 20,42 dan kualitas jaringan internet sebesar 19,86 dan
terakhir ada kualitas jalan raya sebesar 18,73 variabel ini belum tentu menjamin
Universitas Sumatera Utara
kelancaran usaha namun mendukung kelancaran usaha sebagai acuan untuk daya saing investasi.
4.7.5 Faktor Pendidikan Dasar dan Kesehatan
Gambar 4.5 Diagram Persentase Pendidikan Dasar dan Kesehatan
Tabel 4.12 Persentase Indikator Kesehatan dan Pendidikan Dasar
No Indikator Kesehatan Pendidikan Dasar
Nilai 1
Kesehatan Masyarakat Daerah 33,33
2 Pendidikan Dasar
34,49
3 Teknologi yang Berkembang
32,17 Indikator-indikator dalam faktor kesehatan dan pendidikan dasar dapat
dikelompokkan menjadi 3 indikator yaitu: Kesehatan Masyarakat Daerah, Pendidikan Dasar, dan Teknologi yang Berkembang. Hasil dari faktor kesehatan dan pendidikan
dasar terhadap kegiatan investasi dapat dilihat pada gambar dan tabel diatas. Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Variabel Kesehatan melihat sudah sejauh mana kemampuan dalam pemenuhan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Kota Pematangsiantar sebagai salah satu pendukung daya saing.
31 32
33 34
35 Kesehatan Masyarakat
Daerah
Pendidikan Dasar Teknologi yang Berkembang
Universitas Sumatera Utara
2. Variabel Pendidikan Dasar dipengaruhi oleh beberapa prinsip seperti keunggulan
kompetitif dapat dibangun melalui aplikasi teknologi yang sudah ada secara efisien dan inovatif, inovatif yang menciptakan pengetahuan baru melalui
tahapan pembangunan ekonomi yang lebih maju, dan investasi jangka panjang akan meningkatkan daya saing sektor bisnis di Kota Pematangsiantar.
Dapat disimpulkan bahwa pada indikator pendidikan dasar yang lebih dominan sebesar 34,39 menunjukkan bahwa Kota Pematangsiantar tingkat pendidikannya baik
terkhusus pendidikan dasar, diikuti kesehatan masyarakat daerah sebesar 33,33 bahwa pelayanan dan fasilitas dari sistem kesehatan baik, dan yang terakhir persentasi dari
teknologi yang berkembang sebesar 32,17 menunjukkan bahwa Kota Pematangsiantar mampu bersaing di bidang teknologi yang berkembang pada saat ini.
4.8 Strategi Untuk Mengembangkan Daya Saing Investasi di Kota Pematangsiantar