Beberapa dampak negatif dari ibu yang terkena kecemasan pasca persalinan, yaitu: minat dan ketertarikan ibu pada bayi berkurang dan tidak menunjukkan respon
yang positif terhadap kehadiran bayi yang dilahirkannya. Dalam hal ini, ibu tidak mampu merawat bayinya secara optimal karena ibu merasa tidak berdaya dan kurang
percaya diri, sehingga ibu lari dari tanggung jawabnya sendiri Suryati, 2008. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang kecemasan
yang dialami oleh ibu primipara dalam menjalani masa nifas di klinik Fitri Asih pasar II Patumbak. Klinik Fitri Asih merupakan klinik yang berada di daerah Kecamatan
Patumbak tepatnya Pasar II. Selain letaknya yang cukup strategis mudah di jangkau oleh masyarakat, klinik ini juga melayani persalina gratis karena menerima pasien yang
menggunakan JAMPERSAL seperti yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Sehingga banyak pasien yang memilih untuk bersalin di Klinik tersebut. Selain itu juga, pelayanan
yang diberikan aman dan berkualitas.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan dengan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengetahui Bagaimanakah tingkat kecemasan yang di alami ibu primipara dalam menghadapi masa
nifas di klinik Fitri Asih pasar II Patumbak?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kecemasan yang di alami ibu primipara yang sedang menjalani masa nifas di klinik Fitri Asih
Pasar II Patumbak.
Universitas Sumatera Utara
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat kecemasan ibu primipara dalam menjalani masa
nifas berdasarkan umur ibu. b.
Untuk mengetahui tingat kecemasan ibu primipara dalam menjalani masa nifas berdasarkan tingkat pendidikan.
c. Untuk mengetahui tingkat kecemasan ibu primipara dalam menjalani masa
nifas berdasarkan pekerjaan ibu.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi peneliti, khususnya dalam bidang metodologi penelitian yang akan digunakan peneliti sebagai bahan ajaran.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi pegangan bagi tenaga kesehatan dalam merawat ibu yang sedang menjalani masa nifas, khususnya ibu
primipara. Agar jika terjadi kecemasan pada ibu primipara dapat segera ditangani ataupun dicegah agar tidak sampai terjadi.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber informasi terbaru bagi para pembaca, ataupun penjadi sumber kepustakaan yang bisa dijadikan sebagai
referensi data penunjang. 4.
Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur dari peneltian
selanjutnya, yang berhubungan dengan kecemasan pada ibu nifas.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Masa Nifas
1. Pengertian masa nifas
Masa nifas puerperium adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula sebelum
hamil yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami perubahan, baik secara fisik maupun
psikologis Sulistyawati , 2009. Pada masa ini akan terjadi involusi uterus, yaitu uterus akan kembali ke
bentuk seperti sebelum hamil secara bertahap. Involusi uterus paling cepat terjadi setelah melahirkan dan lengkap pada minggu keenam post partum. Involusi
uterus terjadi terutama akibat kontraksi dan berkurangnya ukuran sel miometrium individual. Namun setelah kehamlian cukup bulan, uterus tetap sedikit lebih besar
disbanding sebelum hamil karena penambahan beberapa jaringan ikat dan sedikit peningkatan vaskulasi yang menetap. Regenerasi endometrium selesai pada
minggu ketiga postpartum, kecuali tempat perlengketan plasenta, yang memerlukan waktu 5- 6 minggu Benson dan Pernoll, 2009.
2. Tahapan masa nifas
Tahapan masa nifas terbagi 3, yaitu: 1.
Puerperium dini Yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan.
2. Puerperium intermedial
Yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genital.
Universitas Sumatera Utara
3. Remote puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki komplikasi Damaiyanti dan Dian: 2011.
3. Perubahan–Perubahan Yang Terjadi Pada Masa Nifas
• Perubahan Fisiologi Masa Nifas Pada Sistem Reproduksi Pada masa nifas ini akan terjadi perubahan fisiologi, yaitu :
a. Vagina dan perineum
Segera setelah melahirkan, vagina tetap terbuka lebar, mungkin mengalami beberapa derajat edema dan memar, dan celah pada introitus. Setelah satu
hingga dua hari pertama pasca partum, tonus otot vagina kembali, celah vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi edema. Sekarang vagina
berdinding lunak, lebih besar dari biasanya, dan umumnya longgar. Ukurannya menurun dengan kembalinya rugae vagina sekitar minggu
ketiga pasca partum Varney: 2008. b.
Uterus 1
Proses involusi Involusi atau pengurutan uterus merupakan suatu proses
kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil. Proses involusi merupakan salah satu peristiwa penting dalam masa nifas,
disamping proses laktasi pengeluaran ASI. Uterus ibu yang baru melahirkan masih membesar, jika diraba dari luar tinggi fundus
uteri kira-kira satu jari dibawah pusat, sedangkan beratnya lebih kurang satu kilogram. Hal ini disebabkan oleh banyaknya darah
dalam dinding rahim mengalir dalam pembuluh darah yang
Universitas Sumatera Utara
membesar. Sampai hari kedua, uterus masih mebesar dan setelah itu berangsur-angsur menjadi kecil kalau diukur tinggi fundus uteri
waktu nifas sesudah buang air kecil. Pada hari ketiga, kira-kira 2 atau 3 jari dibawah pusat. Hari kelima, pada pertengahan antara
pusat dan simpisis. Dan setelah hari kesepuluh, biasanya uterus tersebut dari luar tidak teraba lagi. Semuanya ini disebabkan
karena pemberian darah didalam dinding rahim, sehingga otot-oto menjadi kecil.
2 Kontraksi
Kontraksi uterus terus meningkat secara bermakna setelah bayi keluar, yang diperkirakan terjadi sebagai respon terhadap
penurunan volume intra uteri yang sangat besar. 3
Afterpains Merupakan keram atau mules yang akan dialami ibu dalam minggu
pertama sesudah bayi lahir yang mirip sekali dengan kram waktu periode menstruasi.
4 Tempat plasenta
Dengan involusi uteri ini, maka lapisan luar dari desidua yang mengelilingi tempat plasenta akan menjadi nekrotik layu mati.
5 Lokia
Adalah darah dan cairan yang keluar dari vagina selama masa nifas. Lokia memiliki bau amis atau bau anyir meskipun tidak
terlalu menyengat dan volumenya berbada-beda pada setiap ibu.
Universitas Sumatera Utara
c. Serviks Involusi serviks dan segmen bawah uterus eksterna setelah persalinan
berbeda dan tidak kembali pada keadaan sebelum hamil. Muara serviks eksterna katalis servikalis tidak akan berbentuk lingkaran seperti sebelum
melahirkan pada multipara, tetapi terlihat memanjang seperti calah atau garis horizontal agak lebar, sering disebut mulut ikan atau porous servix
d. Organ otot panggul
Struktur dan penopang otot uterus vagina dapat mengalami cedera selama waktu melahirkan. Hal ini dapat menyebabkan relaksasi panggul, yang
berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan sturktur panggul yang menopang uterus dinding vagina, rectum, uretra dan
kandung kemih Maryunani: 2008. • Perubahan Psikologis Dalam Masa Nifas
Periode masa nifas merupakan suatu waktu yang sangat rentan untuk terjadinya stress, terutama pada ibu primipara sehingga dapat membuat
perubahan psikologis yang berat. Periode adaptasi psikologi masa nifas, dideskripsikan oleh Reva Rubin ada 3, yaitu:
a. Taking in Period Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan ibu terfokus pada dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan
yang dialami antara rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah istihat yang
cukup, asupan nutrisi yang baik.\
Universitas Sumatera Utara
b. Taking Hold Period
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan
bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian
penyuluhan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya. c.
Letting Go Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab sebagai peran
barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan
perawtan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya Damaiyanti dan Dian:
2011. 4.
Tujuan Asuhan Nifas Asuhan nifas bertujuan untuk :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi
Dengan di berikannya asuhan, ibu akan mendapatkan fasilitas dan dukungan dalam upayanya untuk menyesuaikan peran barunya sebagai ibu pada kasus
ibu dengan kehmilan anak pertama dan pendampingan keluarga dalam membuat bentuk dan pola baru dengan kelahiran anak berikutnya.
2. Pencegahan, diagnosa dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu
Dengan diberikannya asuhan pada ibu nifas, kemungkinan munculnya permasalahan dan komplikasi akan lebih cepat terdeteksi sehingga
penanganannya pun dapat lebih maksimal.
Universitas Sumatera Utara
3. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu
Meskipun ibu dan keluarga mengetahui ada permasalahan kesehatan pada ibu nifas yang melakukan rujukan, namun tidak semua keputusan yang diambil
tepat, misalnya mereka lebih memlilih untuk tidak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan karena pertimbangan tertentu.
4. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta memungkinkan ibu untuk
mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dalam budaya khusus 5.
Imunisasi ibu terhadap tetanus Dengan pemberian asuhan yang maksimal pada ibu nifas, kejadian tetanus
dapat dihindari, meskipun untuk saat ini angka kejadian tetanus sudah banyak mengalami penurunan.
6. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak,
serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak Sulistyawati : 2009.
5. Tujuan Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan masa nifas terdiri dari :
Kunjungan I 6- 8 jam setelah persalinan :
Tujuannya : 1
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 2 Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila perdarahan
berlanjut 3 Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
Universitas Sumatera Utara
4 Pemberian ASI awal. 5 Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
6 Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
Kunjungan II
6 hari setelah persalinan :
Tujuannya 1
Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2 Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal. 3 Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat
4 Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda – tanda penyakit.
5 Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari– hari.
Kunjungan III
2 minggu setelah persalinan
Tujuannya : Sama dengan di atas 6 hari setelah persalinan
Kunjungan IV
6 minggu setelah persalinan Tujuannya :
1 Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami 2 Memberikan konseling untuk KB secara dini Mochtar, 1998
Universitas Sumatera Utara
Tujuan kunjungan masa nifas antara lain yaitu : a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi
b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya
c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya 6.
Perawatan Masa Puerperium Perawatan pueperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk melakukan “
mobilisasi dini ” early mobilization. Perawatan mobilisasi mempunya keuntungan :
a. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi pueperium b. Memperlancar involusi alat kandungan
c. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan d. Menigkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI
dan pengeluaran sisa metabolisme Rahmawaty, 2010. 7.
Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post
partum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas antara lain: 1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai
dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga. 3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
Universitas Sumatera Utara
4. Membuat kebijakan perencanaan program kesehatan yang berkaitan dengan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan 6. Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai
cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman
7. Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk
mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
8. Memberikan asuhan kebidanan secara professional Yulianti, 2008. 8.
Post Partum Blues Post partum blues atau disebut juga dengan Baby Blues merupakan sindroma
ibu baru dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinanan ditandai dengan gejala-gejala
sebagai berikut: 1.
Reaksi depresi sedih 2.
Sering menangis 3.
Mudah tersinggung 4.
Cemas 5.
Labilitas perasaan, dan lain-lain. 9.
Depresi Berat Depresi berat dikenal sebagai sindroma depresif non psikotik pada kehamilan,
namun umumnya terjadi pada beberapa minggu sampai bulan setelah kelahiran. Dengan gejala:
Universitas Sumatera Utara
1. Perubahan pada mood
2. Gangguan pola tidur dan pola makan
3. Perubahan mental dan libido
4. Dapat pula muncul fobia, ketakutan akan menyakiti diri sendiri atau
bayinya Suherni, Hesty, Anita: 2009.
B. Kecemasan