BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Tingkat Kecemasan Ibu Primipara Dalam Menjalani Masa Nifas di Klinik Fitri Asih Pasar II Patumbak Kec. Patumbak Kab. Deli Serdang Tahun 2013

TINJAUAN PUSTAKA

A. Masa Nifas 1.

   Pengertian masa nifas

  Masa nifas ( puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil) yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami perubahan, baik secara fisik maupun psikologis (Sulistyawati , 2009).

  Pada masa ini akan terjadi involusi uterus, yaitu uterus akan kembali ke bentuk seperti sebelum hamil secara bertahap. Involusi uterus paling cepat terjadi setelah melahirkan dan lengkap pada minggu keenam post partum. Involusi uterus terjadi terutama akibat kontraksi dan berkurangnya ukuran sel miometrium individual. Namun setelah kehamlian cukup bulan, uterus tetap sedikit lebih besar disbanding sebelum hamil karena penambahan beberapa jaringan ikat dan sedikit peningkatan vaskulasi yang menetap. Regenerasi endometrium selesai pada minggu ketiga postpartum, kecuali tempat perlengketan plasenta, yang memerlukan waktu 5- 6 minggu (Benson dan Pernoll, 2009).

2. Tahapan masa nifas

  Tahapan masa nifas terbagi 3, yaitu: 1. Puerperium dini Yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan.

2. Puerperium intermedial Yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genital.

  Remote puerperium Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki komplikasi (Damaiyanti dan Dian: 2011).

3. Perubahan–Perubahan Yang Terjadi Pada Masa Nifas

  • Perubahan Fisiologi Masa Nifas Pada Sistem Reproduksi Pada masa nifas ini akan terjadi perubahan fisiologi, yaitu : a.

  Vagina dan perineum Segera setelah melahirkan, vagina tetap terbuka lebar, mungkin mengalami beberapa derajat edema dan memar, dan celah pada introitus. Setelah satu hingga dua hari pertama pasca partum, tonus otot vagina kembali, celah vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi edema. Sekarang vagina berdinding lunak, lebih besar dari biasanya, dan umumnya longgar. Ukurannya menurun dengan kembalinya rugae vagina sekitar minggu ketiga pasca partum (Varney: 2008).

  b.

  Uterus 1)

  Proses involusi Involusi atau pengurutan uterus merupakan suatu proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil. Proses involusi merupakan salah satu peristiwa penting dalam masa nifas, disamping proses laktasi (pengeluaran ASI). Uterus ibu yang baru melahirkan masih membesar, jika diraba dari luar tinggi fundus uteri kira-kira satu jari dibawah pusat, sedangkan beratnya lebih kurang satu kilogram. Hal ini disebabkan oleh banyaknya darah dalam dinding rahim mengalir dalam pembuluh darah yang itu berangsur-angsur menjadi kecil kalau diukur tinggi fundus uteri waktu nifas (sesudah buang air kecil). Pada hari ketiga, kira-kira 2 atau 3 jari dibawah pusat. Hari kelima, pada pertengahan antara pusat dan simpisis. Dan setelah hari kesepuluh, biasanya uterus tersebut dari luar tidak teraba lagi. Semuanya ini disebabkan karena pemberian darah didalam dinding rahim, sehingga otot-oto menjadi kecil. 2)

  Kontraksi Kontraksi uterus terus meningkat secara bermakna setelah bayi keluar, yang diperkirakan terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intra uteri yang sangat besar. 3)

  Afterpains Merupakan keram atau mules yang akan dialami ibu dalam minggu pertama sesudah bayi lahir yang mirip sekali dengan kram waktu periode menstruasi. 4)

  Tempat plasenta Dengan involusi uteri ini, maka lapisan luar dari desidua yang mengelilingi tempat plasenta akan menjadi nekrotik (layu/ mati).

  5) Lokia

  Adalah darah dan cairan yang keluar dari vagina selama masa nifas. Lokia memiliki bau amis atau bau anyir meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbada-beda pada setiap ibu. Involusi serviks dan segmen bawah uterus/ eksterna setelah persalinan berbeda dan tidak kembali pada keadaan sebelum hamil. Muara serviks eksterna/ katalis servikalis tidak akan berbentuk lingkaran seperti sebelum melahirkan (pada multipara), tetapi terlihat memanjang seperti calah atau garis horizontal agak lebar, sering disebut mulut ikan atau porous servix d. Organ otot panggul

  Struktur dan penopang otot uterus vagina dapat mengalami cedera selama waktu melahirkan. Hal ini dapat menyebabkan relaksasi panggul, yang berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan sturktur panggul yang menopang uterus dinding vagina, rectum, uretra dan kandung kemih (Maryunani: 2008).

  • Perubahan Psikologis Dalam Masa Nifas Periode masa nifas merupakan suatu waktu yang sangat rentan untuk terjadinya stress, terutama pada ibu primipara sehingga dapat membuat perubahan psikologis yang berat. Periode adaptasi psikologi masa nifas, dideskripsikan oleh Reva Rubin ada 3, yaitu:

a. Taking in Period

  Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan ibu terfokus pada dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami antara rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah istihat yang cukup, asupan nutrisi yang baik.\

  Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian penyuluhan/ pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya.

c. Letting Go

  Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab sebagai peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawtan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya (Damaiyanti dan Dian: 2011).

4. Tujuan Asuhan Nifas

  Asuhan nifas bertujuan untuk : 1.

  Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi Dengan di berikannya asuhan, ibu akan mendapatkan fasilitas dan dukungan dalam upayanya untuk menyesuaikan peran barunya sebagai ibu (pada kasus ibu dengan kehmilan anak pertama) dan pendampingan keluarga dalam membuat bentuk dan pola baru dengan kelahiran anak berikutnya.

2. Pencegahan, diagnosa dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu

  Dengan diberikannya asuhan pada ibu nifas, kemungkinan munculnya permasalahan dan komplikasi akan lebih cepat terdeteksi sehingga penanganannya pun dapat lebih maksimal. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu Meskipun ibu dan keluarga mengetahui ada permasalahan kesehatan pada ibu nifas yang melakukan rujukan, namun tidak semua keputusan yang diambil tepat, misalnya mereka lebih memlilih untuk tidak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan karena pertimbangan tertentu.

  4. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta memungkinkan ibu untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dalam budaya khusus

5. Imunisasi ibu terhadap tetanus

  Dengan pemberian asuhan yang maksimal pada ibu nifas, kejadian tetanus dapat dihindari, meskipun untuk saat ini angka kejadian tetanus sudah banyak mengalami penurunan.

  6. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak (Sulistyawati : 2009).

5. Tujuan Kunjungan Masa Nifas

  Kunjungan masa nifas terdiri dari : Kunjungan I

  • 6- 8 jam setelah persalinan :

  Tujuannya :

1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

  2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila perdarahan berlanjut 3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

  5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi. 6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi

  Kunjungan II

  • 6 hari setelah persalinan :

  Tujuannya 1)

  Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

  2) Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal. 3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat 4) Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda – tanda penyakit.

  5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari– hari.

  • 2 minggu setelah persalinan

  Kunjungan III

  Tujuannya : Sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan )

  • 6 minggu setelah persalinan Tujuannya : 1) Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami 2) Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar, 1998)

  Kunjungan IV a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi

  b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas

  d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya

  6. Perawatan Masa Puerperium

  Perawatan pueperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk melakukan “ mobilisasi dini ”( early mobilization). Perawatan mobilisasi mempunya keuntungan :

  a. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi pueperium

  b. Memperlancar involusi alat kandungan

  c. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan

  d. Menigkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme (Rahmawaty, 2010).

  7. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas

  Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas antara lain:

  1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas 2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

  3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman. ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi

  5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan

  6. Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman

  7. Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.

  8. Memberikan asuhan kebidanan secara professional (Yulianti, 2008).

  8. Post Partum Blues Post partum blues atau disebut juga dengan Baby Blues merupakan sindroma

  ibu baru dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinanan ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut: 1.

  Reaksi depresi/ sedih 2. Sering menangis 3. Mudah tersinggung 4. Cemas 5. Labilitas perasaan, dan lain-lain.

9. Depresi Berat

  Depresi berat dikenal sebagai sindroma depresif non psikotik pada kehamilan, namun umumnya terjadi pada beberapa minggu sampai bulan setelah kelahiran.

  Dengan gejala:

  Perubahan pada mood 2. Gangguan pola tidur dan pola makan 3. Perubahan mental dan libido 4. Dapat pula muncul fobia, ketakutan akan menyakiti diri sendiri atau bayinya (Suherni, Hesty, Anita: 2009).

B. Kecemasan 1.

   Defenisi

  Menurut Marlindawani, dkk (2008) kecemasan adalah perasaan was- was, kuatir, atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman.

  Menurut Stuar (dalam Riyadi dan Purwanto: 2009) kecemasan atau ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan ini tidak memiliki obyek yang spesifik.

  Menurut Suliswati (2005, hal. 108-109) kecemasan merupakan pengalaman subyektif dari individu dan tidak dapat di observasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa obyek yang spesifik. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Kecemasan tidak dapat dihindarkan dari kehidupan individu dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman cemas seseorang tidak sama dalam beberapa situasi dan hubungan interpersonal.

   Etiologi Cemas

  Beberapa aspek yang mempengaruhi kecemasan dapat berupa pengetahuan yang dimiliki subjek tentang situasi yang dirasakan, apakah mengancam atau tidak mengancam, serta pengetahuan tentang kemampuan dirinya untuk mengendalikan dirinya dalam menghadapi situasi tertentu (Safaria dan Saputra : 2009).

3. Tingkat Kecemasan

  Kecemasan menurut Stuart (dalam Riyadi dan Purwanto : 2009) dibagi menjadi 4, yaitu: a.

  Kecemasan Ringan Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini menyebabkan orang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.

  b.

  Kecemasan Sedang Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu lebih banyak jika diberi arahan.

  c.

  Kecemasan Berat Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Individu cenderung untuk berfokus pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berfikirtentang yang lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.

  Kecemasan Panik Kecemasan panik berhubungan dengan terperangah; ketakutan dan teror.

  Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian dan terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunyya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Jika berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan bahkan kematian.

  4. Macam-macam Kecemasan

  1. Kecemasan karena berdosa atau bersalah. Misalnya seseorang melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nuraninya.

  2. Kecemasan karena akibat melihat dan mengetahui bahaya yang mengancam dirinya.

  3. Kecemasan dalam bentuk yang kurang jelas, apa yang ditakuti tidak seimbang, bahkan benda yang ditakuti tidak berbahaya (Sundari : 2005).

  5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

  Menurut Kaplan dan Sadock (1997), kecemasan dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik, antara lain yaitu:

1. Usia

  Gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa dan lebih banyak pada wanita.

  Sebagian besar terjadi pada umur 21-45 tahun. Tingkat pendidikan Pendidikan bagi setiap orang memiliki arti masing-masing.

  Tingkat pendidikan yang cukup akan lebih mudah dalam mengidentifikasi stresor dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi kesadaran dan pemahaman terhadap stimulus (Jatman, 2000).

3. Tingkat sosial ekonomi / pekerjaan

  Status sosial ekonomi juga berkaitan dengan pola gangguan psikiatrik.

Dokumen yang terkait

Tingkat Kecemasan Ibu Primipara Dalam Menjalani Masa Nifas di Klinik Fitri Asih Pasar II Patumbak Kec. Patumbak Kab. Deli Serdang Tahun 2013

1 30 61

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kecemasan Ibu Nifas Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak Tahun 2011

10 78 83

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Dalam Kunjungan Kehamilan Di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

7 57 68

Faktor-Faktor yang Mendorong Ibu Memakai Kontrasepsi Implant di Desa Patumbak I Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

0 44 80

Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Perimenopause Dalam Menghadapi Menopause di Desa Patumbak I Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

1 54 62

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Kelayakan Usaha Ternak Itik Studi Kasus: Desa Percut, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang

0 3 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Suami A.1. Pengertian dukungan - Dukungan Suami Terhadap Kepercayaan Diri Istri Menjalani Aktivitas Setelah Masa Nifas di Rumah Bersalin Madina Kecamatan Medan Tembung Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku - Perilaku Suami Dalam Merawat Ibu Masa Nifas di Klinik Niar Medan Amplas Tahun 2012

0 1 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kesiapan - Kesiapan Ibu Primipara Menerima Bayi Baru lahir di Klinik Niar Medan Tahun 2012

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan - Hubungan Karakteristik Deugan Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida Pada Trimester III Dalam Menghadapi Persalinan Di Klinik Sumiariani Kecamatan Medan lobor Tabun 2014

0 0 17