BAB II PENGAWASAN INSPEKTORAT DALAM PENYELENGGARAAN
PEMERINTAH DAERAH BERDASARKAN PEERATURAN PEMERINTAH NOMOR 79 TAHUN 2005
D.
Pengertian Pengawasan Inspektorat dalam Peningkatan Pendayagunaan Aparatur.
Terciptanya good government, maka penting adanya efektivitas dan efesiensi dari setiap lembaga pemerintahan. Untuk itu, diperlukan partisipasi dari
seluruh anggota masyarakat, khususnya lembaga pengawasan guna melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap instansi pemerintah. Pengawasan yang
merupakan unsur penting dalam proses manajemen pemerintahan, memiliki peran yang sangat strategis untuk terwujudnya akuntabilitas publik dalam pemerintahan
dan pembangunan. Melalui suatu kebijakan pengawasan yang komprehensif dan membina, maka diharapkan kemampuan administrasi publik yang saat ini
dianggap lemah, terutama di bidang kontrol pengawasan, dapat ditingkatkan kapasitasnya dalam rangka membangun infrastruktur birokrasi yang lebih
kompetitif. Ketetapan Nomor IXMPR1998 tentang Penyelenggaran Negara yang
bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, maka Pengawasan merupakan aspek penting dalam manajemen kepegawaian, melalui Sosialisasi Keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. KEP46M.PAN42004, tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintah ditegaskan
bahwa pengawasan merupakan salah satu unsur terpenting dalam rangka
Universitas Sumatera Utara
peningkatan Pendayagunaan Aparatur Negara dalam melaksanakan tugas-tugas umum pemerintah dan pembangunan menuju terwujudnya pemerintah yang bersih
dan berwibawa. Menurut Victor M. Sitomorang dan Jusuf Juhir maksud pengawasan
adalah untuk :
23
1. Mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak
2. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan mengadakan
pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan yang baru.
3. Mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam rencana
terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang telah direncanakan. 4.
Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program fase tingkat pelaksanaan seperti yang telah ditentukan dalam planning atau tidak.
5. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam
planning, yaitu standard. Tahapan-tahapan pengawasan yaitu:
24
1. Tahap Penetapan Standar
2. Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
3. Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
4. Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan
5. Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi
23
M. Victor Sitomorang dan Jusuf Juhir, Op.Cit, hlm.22.
24
Sujamto, Aspek-Aspek Pengawasan Di Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika, 2007, hlm.16.
Universitas Sumatera Utara
Pengawasan pada hakekatnya merupakan fungsi yang melekat pada seorang leader atau top manajemen dalam setiap organisasi, sejalan dengan fungs-
fungsi dasar manajemen lainnya yaitu perencanaan dan pelaksanaan.
25
Seiring dengan semakin kuatnya tuntutan dorongan arus reformasi ditambah lagi dengan semakin kritisnya masyarakat dewasa ini, maka rumusan
pengawasan yang sederhana itu tidaklah cukup dan masyarakat mengharapkan Demikian
halnya dalam organisasi pemerintah, fungsi pengawasan merupakan tugas dan tanggung jawab seorang kepala pemerintahan, seperti di lingkup pemerintah
Propinsi merupakan tugas dan tanggung jawab gubernur sedangkan di pemerintah kabupaten dan kota merupakan tugas dan tanggung jawab bupati dan walikota.
Namun karena katerbatasan kemampuan seseorang, mengikuti prinsip-prinsip organisasi, maka tugas dan tanggung jawab pimpinan tersebut diserahkan kepada
pembantunya yang mengikuti alur distribution of power sebagaimana yang diajarkan dalam teori-teori organisasi modern.
Maksud pengawasan itu dalam rumusan yang sederhana adalah untuk memahami dan menemukan apa yang salah demi perbaikan di masa mendatang.
Hal itu sebetulnya sudah disadari oleh semua pihak baik yang mengawasi maupun pihak yang diawasi termasuk masyarakat awam. Sedangkan tujuan pengawasan
itu adalah untuk meningkatkan pendayagunaan aparatur negara dalam melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan menuju
terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih good govenment and clean government
25
Ibid, hlm.18
Universitas Sumatera Utara
lebih dari sekedar memperbaiki atau mengoreksi kesalahan untuk perbaikan dimasa datang, melainkan terhadap kesalahan, kekeliruan apalagi penyelewengan
yang telah terjadi tidak hanya sekedar dikoreksi dan diperbaiki akan tetapi harus diminta pertanggungjawaban kepada yang bersalah.
Secara naluri kegerahan masyarakat itu sebetulnya dapat dipahami, namun berbicara tentang pengawasan sebenarnya bukanlah tanggung jawab institusi
pengawas semata melainkan tanggung jawab semua aparatur pemerintah dan masyarakat pada semua elemen. Karena sebetulnya institusi pengawas seperti
Inspektorat Daerah, bukannya berdiam diri, tidak berbuat, tidak inovatif, dan sebagainya tetapi jauh dari anggapan itu, insan-insan pengawas di daerah telah
bertindak sejalan dengan apa yang dipikirkan masyarakat itu sendiri. Langkah pro aktif menuju pengawasan yang efektif dan efisien dalam
memenuhi tuntutan itu telah dilakukan seperti melakukan reorganisasi, perbaikan sistem, membuatan pedoman dan sebagainya, namun kondisinya sedang berproses
dan hasilnya belum signifikan dan terwujud seperti yang diinginkan oleh masyarakat tersebut.
Guna mewujudkan keinginan tersebut diperlukan langkah-langkah pragmatis yang lebih realistis dan sistematis dalam penempatan sumberdaya
manusia pada lembaga pengawas daerah, mulai dari pimpinannya sampai kepada stafpejabat yang membantu dan memberikan dukungan untuk kesuksesan seorang
pimpinan lembaga pengawas tersebut. Seorang pimpinan organisasi akan memberikan pewarnaan terhadap
organisasi tersebut, dan akan berfungsi sebagai katalisator dalam organisasinya,
Universitas Sumatera Utara
sehingga untuk itu harus punya integritas, moralitas dan kapabilitas serta kompetensi yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga dengan
demikian, tugas pengawasan yang dilaksanakan merupakan bagian dari solusi, dan bukan bagian dari masalah.
Pengawasan fungsional sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan
Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah khususnya pada Pasal 3 ayat 1 dan 2 ditentukan bahwa pengawasan atas penyelenggaran pemerintahan daerah
dilaksanakan oleh Pejabat Pengawas Pemerintah dan dikoordinasikan oleh Inspektur Jenderal. Kembali ditegaskan bahwa pelaksanaan pengawasan funsional
tersebut dilakukan oleh sebuah badan yang merupakan bagian dari perangkat daerah yang termasuk dalam kategori lembaga teknis daerah dan salah satu tugas
lembaga teknis daerah itu adalah pengawasan seperti ketentuan dalam Pasal 12 ayat 1, 2, 3 dan 5 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah. Adapun azas-azas yang harus dipatuhi dalam melakukan pengawasan
antara lain sebagai berikut :
26
1. Azas legalitas, yaitu pelaksanaan pengawasan haruslah berdasarkan pada suatu
kewenangan yang diatur menurut Peraturan Perundang-undangan. 2.
Azas pengawasan terbatas, yaitu pengawasan yang dibatasi pada sasaran yang telah dijadikan pedoman pada waktu kewenangan tersebut diberikan.
26
SF. Marbun., Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta : UII Press, 2001, hlm. 261
Universitas Sumatera Utara
3. Azas motivasi, yaitu bahwa alasan-alasan untuk melaskanakan pengawasan
harus dapat mendukung keputusan yang diambil berdasarkan pengawasan tadi dan keputusan tersebut haruslah dimotivasi oleh masyarakat luas.
4. Azas kecermatan, yaitu dalam melakukan pengawasan harus bersifat hati-hati
dan teliti. 5.
Azas kepercayaan, yaitu bahwa hasil pengawasan itu harus dapat dipertanggungjawabkan pada pihak manapun.
Setiap kekuasaan sekecil apapun cenderung untuk disalahgunakan. Oleh sebab itu, dengan adanya keleluasan bertindak dari aparatur negara dalam lingkup
pemerintahan yang memasuki semua sektor kehidupan masyarakat, yang kadang- kadang dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat itu sendiri. Maka sangat
wajar apabila timbul suatu keinginan untuk mengadakan suatu sistem pengawasan terhadap jalannya pemerintahan, yang merupakan jaminan agar jangan sampai
keadaan negara menjerumus ke arah diktator, dengan tanpa batas melaksanakan kewenangannya yang bertentangan dengan ciri negara hukum.
27
g. Agar terciptanya jaminan perlindungan hukum bagi masyarakat agar
pemerintah tidak melakukan tindakan yang sewenang-wenang dalam pelaksanaan tugasnya.
Oleh karena itu, sistem pengawasan memiliki maksud dan tujuan sebagai berikut:
28
h. Agar juga ada perlindungan hukum bagi pemerintah dalam bertindak yang
berarti segala tindakan pemerintah sesuai dengan aturan hukum dan tidak melakukan perbuatan yang salah menurut hukum.
29
27
Ibid., hlm. 262
28
Ibid
29
Ibid, hlm.263
Universitas Sumatera Utara
i. Pengawasan itu sendiri menilai suatu pelaksanaan tugas secara de facto.
30
j. Tujuan dari pengawasan hanya terbatas pada pencocokan apakah kegiatan
yang dilaksanakan telah sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya dalam hal ini berwujud dalam suatu rencana.
31
Pengawasan selalu terkait dengan sistem manajemen apalagi jika dihubungkan dengan sistem manajemen pemerintahan, maka oleh karena itu
pengawasan akan selalu diperlukan untuk menjamin pelaksanaan, perencanaan, dan tugas-tugas pemerintah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Apabila
dihubungkan dengan pemerintahan yang dalam hal ini mempunyai tugas salah satunya menjalankan serta menciptakan iklim usaha atau kondisi yang baik pada
negara untuk kepentingan pembangunan, dan dalam rangka proses menciptakan pembangunan yang kondusif itu maka peranan pengawasan pun akan sangat
penting. Hal ini sejalan dengan pendapat Ismail Saleh yang menyebutkan bahwa:
Pengawasan sebagai faktor pengaman pembangunan tidak boleh diabaikan, bahkan ia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembangunan itu
sendiri. Tanpa adanya pengawasan pembangunan akan terjadi banyak kebocoran, dan kebocoran itu pada dasarnya mampu menggagalkan pembangunan.
Sehubungan dengan hal itu, maka seiring dengan lajunya pembangunan maka pengawasan pun tidak boleh surut. Semakin meningkatnya pembangunan maka
pengawasan pun semakin tidak boleh surut. Dan tujuan pengawasan yang utama
30
Nimatul Huda., Otonomi Daerah Filosofi, Sejarah dan Problematika, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2005, hlm. 68
31
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
adalah ikut berusaha memperlancar roda pembangunan, serta mengamankan hasil- hasil pembangunan.
32
Menurut M. Manulang, bahwa tujuan pengawasan adalah agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang dikeluarkan untuk
mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi yang sekaligus dapat diambil tindakan-tindakan perbaikan.
Dapat dikatakan bahwa untuk menjamin hasil optimal yang diharapkan dari kegiatan aparatur pemerintahan dalam mengemban tugas pembangunan,
diperlukan pengawasan secara berkesinambungan dan berlangsung terus-menerus sesuai sesuai dengan tingkat perkembangan pembangunan dan rencana yang telah
ditetapkan.
33
Josef Riwu Kaho menyebutkan tujuan dari pengawasan:
34
1. Untuk mengetahui apakah pelaskanaan pemerintahan telah sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan atau belum 2.
Untuk mengetahui kesulitan apa yang dijumpai oleh para pelaksana sehingga dengan demikian dapat diambil langkah-langkah guna perbaikan dikemudian
hari 3.
Mempermudah atau meringankan tugas-tugas pelaksanaan karena pelaksanaan tidak mungkin dapat melihat kemungkinan-kemungkinan kesalahan yang
dibuatnya karena kesibukan-kesibukan sehari-hari. 4.
Pengawasan bukanlah mencari-cari kesalahan, akan tetapi untuk memperbaiki kesalahan
32
Ismail Saleh., Ketertiban dan Pengawasan, Jakarta : Haji Mas Agung, 2008, hlm. 1-2
33
M. Manullang., Op. cit., hal. 68.
34
Josep Riwo M Kaho., Analisa Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah di Indoensia, Jakarta : Bina Aksara, 2002, hlm. 30
Universitas Sumatera Utara
Soewarno Handayaningrat mengatakan bahwa pengawasan bertujuan, ”Agar hasil pelaskanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna efisien dan
berhasil guna efektif, sesuai dengan rencana yang telah ditentukan”.
35
Secara garis besarnya bahwa tujuan pengawasan itu adalah:
36
1. Agar terciptanya aparatur pemerintah yang berwibawa, bersih dan
bertanggung jawab yang didukung oleh situasi system manajemen pemerintahan yang berdaya guna dan berhasil guna serta ditunjang oleh
partisipasi masyarakat yang terkonstruktif dan terkendali dalam wujud pengawasan masyarakat yang objektif, sehat serta bertanggung jawab
2. Agar terselenggaranya tertib administrasi di lingkungan aparatur pemerintah
serta menumbuhkan disiplin kerja yang sehat. 3.
Agar terdapat kelugasan dalam menjalankan peranan, tugas, fungsi atau kegiatan yang tumbuh budaya malu dari dalam diri masing-masing aparatur,
rasa bersalah dan berdosa yang lebih mendalam untuk berbuat hal-hal yang tercela terhadap masyarakat dan jajarannya.
Mendapatkan pengawasan yang efektif dan efisien tentunya tidak terlepas dari prinsip-prinsip yang yang menjadi landasan dan terkandung dalam
pengawasan itu sendiri. Adapun prinsip-prinsip yang terkandung dalam melakukan pengawasan tersebut adalah sebagai berikut:
37
1. Objek yang menghasilkan fakta. Pengawasan harus objektif dan harus dapat
menemukan fakta atau bukti konkrit tentang pelaksanaan pekerjaan dan berbagai faktor yang mempengaruhinya.
35
Soewarno Hadayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, Jakarta : Gunung Agung, 2001, hlm. 71
36
Sujamto, Op.Cit, hlm.25
37
Ibid, hlm.28
Universitas Sumatera Utara
2. Pengawasan berpedoman pada kebijakan yang berlaku. Untuk mengetahui dan
menilai ada tidaknya indikasi penyimpangan dan kesalahan, haruslah bertolak pangkal dari keputusan pimpinan yang tercantum dalam: 1 Peraturan-
peraturan yang telah ditetapkan: a.
Pedoman kerja yang telah digariskan. b.
Rencana kerja yang telah ditetapkan c.
Tujuan dan sasaran yang ditetapkan. 3.
Preventif. Pengawasan harus bersifat mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpangan atau kesalahan. Oleh karena itu pengawasan harus dilakukan
dengan menilai rencana yang akan dilakukan. 4.
Pengawasan bukan tujuan. Pengawasan hendaknya tidak dijadikan tujuan, namun hanya sarana untuk menjamin dan meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pencapaian suatu tujuan organsiasi. 5.
Efisiensi. Pengawasan harus dilakukan secara efisien, bukan justru menghambat efisiensi pelaksanaan pekerjaan.
6. Menemukan apa saja yang salah. Pengawasan terutama harus ditujukan
mencari apa yang salah, penyebab kesalahan dan bagaimana sifat kesalahan tersebut.
7. Hasil temuan dari hasil pengawasan berupa pemeriksaan haruslah diikuti
dengan tindak lanjut. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007
tentang pedoman tata cara pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, bahwa pengawasan fungsional menurut Pasal 9 adalah kegiatan pengawasan
Universitas Sumatera Utara
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah oleh Pejabat Pengawas dilakukan melalui kegiatan pemeriksaan, monitoring dan evaluasi. Peraturan Pemerintah Nomor 79
Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan disebutkan, “Aparat pengawas intern pemerintah melakukan
pengawasan sesuai fungsi dan kewenangannya melalui :
38
1. Pemeriksaan dalam rangka berakhirnya masa jabatan kepala daerah.
2. Pemeriksaan berkala atau sewaktu-waktu maupun pemeriksaan terpadu.
3. Pengujian tehadap laporan berkala dan atau sewaktu-waktu dari unit satuan
kerja. 4.
Pengusutan atas kebenaran laporan mengenai adanya indikasi terjadinya penyimpangan, korupsi, kolusi dan nepotisme.
5. Penilaian atas manfaat dan keberhasilan kebijakan, pelaksanaan program dan
kegiatan. 6.
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah dan pemerintahan desa.
Pasal 44 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 disebutkan bahwa pemerintah memberikan penghargaan kepada pemerintahan
daerah, kepala daerah dan atau wakil kepala daerah, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, perangkat daerah, pegawai negeri sipil daerah, kepala desa,
perangkat desa, dan anggota badan permusyawaratan desa. Disamping hal tersebut, pemerintah dapat memberi sanksi yaitu dapat berupa :
39
38
Pasal 28 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
39
Pasal 45 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Universitas Sumatera Utara
1. Penataan kembali suatu daerah otonom.
2. Pembatalan pengangkatan pejabat
3. Penangguhan dan pembatalan suatu kebijakan daerah
4. Administratif.
5. Finansial.
Inspektorat merupakan instansi pemerintah yang memiliki fungsi sebagai lembaga pengawasan di daerah. Inspektorat merupakan unsur penunjang
Pemerintah Daerah di bidang pengawasan yang dipimpin oleh seorang kepala badan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Daerah
Gubernur Bupati Walikota melalui Sekretaris Daerah. Inspektorat mempunyai tugas melaksanakan pengawasan fungsional terhadap penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah serta Usaha Daerah lainnya.
Inspektorat Propinsi merupakan unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah, yang dipimpin oleh seorang Inspektur yang berada di bawah
dan bertanggung jawab langsung kepada gubernur dan secara teknis administratif mendapat pembinaan dari sekretaris daerah. Adapun tugas pokoknya adalah
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan Propinsi.
E. Tugas, Fungsi dan Kewenangan Inspektorat Sebagai Pengawas Internal.