Hubungan Pendidikan Agama Islam dengan kepribadian islami siswa SMPN 90 Jakarta Timur

(1)

HUBUNGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN

KEPRIBADIAN ISLAMI SISWA SMP NEGERI 90

JAKARTA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

Nurul Fadhilah 206011000073

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2011 M


(2)

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Nurul Fadhilah

Tempat/ Tgl Lahir : Jakarta, 27-September-1988

NIM : 206011000073

Jurusan/ Prodi : PAI

Judul Skripsi : Hubungan Pendidikan Agama Islam dengan Kepribadian Islami Siswa SMP Negeri 90 Jakarta Timur

Dosen Pembimbing : Dr. Khalimi. MA

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Jakarta, 22 Februari 2011

Nurul Fadhilah 206011000073


(3)

ABSTRAK

Nama : Nurul Fadhilah NIM : 206011000073

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Hubungan Pendidikan Agama Islam dengan Kepribadian Islami Siswa SMP Negeri 90 Jakarta Timur.

Pendidikan Agama Islam adalah proses mendidik, mengasuh, membimbing, dan mengarahkan yang dilakukan oleh pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adapun tujuan utama dari pendidikan Agama Islam yaitu terbentuknya kepribadian Islami.

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 90 Jakarta Timur, yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam disekolah tersebut, dan untuk mengetahui sejauhmana hubungan Pendidikan Agama Islam dengan Kepribadian Islami siswa.

Pendekatan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 90 Jakarta Timur yang berjumlah 275, dengan mengambil sampel 12,7 % (35 siswa) dengan teknik RandomSampling. Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

(1) Angket, (2) Observasi, (3) Wawancara, dan (4) Dokumentasi. Data hasil penelitian dianalisis, kemudian untuk mengetahui hubungan Pendidikan Agama Islam dengan Kepribadian Islami siswa, maka dengan menggunakan rumus

ProductMoment.

Dari hasil perhitungan dengan angka korelasi sebesar 0.51 dan dengan df sebesar 33 diperoleh r tabel pada taraf signifikan 5% sebesar 0.344. ternyata rxy atau ro (0.51) lebih besar daripada r tabel (0.344), maka hipotesa alternatif (Ha) diterima dan hipotesa nihil (Ho) ditolak. Berarti terdapat korelasi positif antara Pendidikan Agama Islam (X) dan Kepribadian Islami (Y) dan itu termasuk korelasi yang sedang atau cukup.


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... 7

A. Pendidikan Agama Islam ... 7

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 7

2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam ... 8

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 10

4. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 14

5. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 15

6. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 17

B. Kepribadian Islami ... 19

1. Pengertian Kepribadian Islami ... 19

2. Unsur-unsur Kepribadian Muslim... 20

3. Dinamika Kepribadian Muslim ... 22

4. Faktor Terbentuknya Kepribadian ... 23

5. Karakteristik terhadap Perkembangan Psikologis Siswa SMP ... 25

C. Kerangka Berfikir... 27

D. Hipotesis ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29

A. Metode Penelitian ... 29

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

C. Variabel Penelitian ... 30


(5)

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Pengolahan Data... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 39

A. Monografi SMP 90 Jakarta Timur ... 39

a. Identitas SMP Negeri 90 Jakarta Timur ... 39

b. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa ... 40

c. Keadaan Sarana dan Prasarana... 44

d. Visi dan Misi SMP Negeri 90 Jakarta Timur ... 45

e. Motto SMP Negeri 90 Jakarta Timur ... 46

B. Deskripsi Data Penelitian ... 46

C. Analisa Data dan Interpretasi Data ... 47

1. Analisis Data ... 47

2. Inerprestasi Data... 1

BAB V PENUTUP ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran-saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Matriks Variabel... ... 31

Tabel 2 Data Populasi dan Sampel... 34

Tabel 3 Pengukuran secar deskriptif... ... 36

Tabel 4 Interpretasi Data... ... 37

Tabel 5 Data Guru.. ... 40

Tabel 6 Data Karyawan... ... 41

Tabel 7 Data Guru/ Pegawai Menurut Agama... ... 42

Tabel 8 Data Guru/ Pegawai Menurut Golongan... ... 42

Tabel 9 Data Guru/ Pegawai Menurut Umur... ... 43

Tabel 10 Data Siswa tiga tahun terakhir... ... 44

Tabel 11 Keadaraan Sarana dan Prasarana... ... 44

Tabel 12 Siswa Melaksanakan Shalat 5 Waktu. ... 47

Tabel 13 Siswa Mengerjakan Shalat-shalat Sunnah... ... 48

Tabel 14 Siswa Melaksanakan Puasa Ramadhan... 48

Tabel15 Siswa Membaca Al Quran... ... 49

Tabel16 Siswa Membaca Surat-surat Pendek... ... 49

Tabel17 Siswa Melaksanakan Perintah Orang Tua... ... 50

Tabel 18 Siswa Memaafkan Kesalahan Orang Lain... ... 51

Tabel19 Siswa Menutup Aurat Jika Ingin Keluar Rumah... ... 51

Tabel 20 Siswa Bersedekah jika Mendapatkan Rezeki... 52

Tabel 21 Siswa Menyingkirkan Duri Jika Melihatnya dijalan.... ... 52

Tabel 22 Siswa Mengucapkan Salam Apabila Bertemu dengan Guru... ... 53


(7)

Tabel 24 Siswa Berbicara Kasar dengan Guru... ... 54

Tabel 25 Siswa Melaksanakan Shalat Dzuhur di Sekolah... ... 55

Tabel 26 Siswa Mengerjakan Tugas yang diberikan oleh guru... ... 55

Tabel 27 Siswa Izin kepada guru Jika keluar Kelas... ... 56

Tabel 28 Siswa Berbuat jujur saat Ujian... ... 57

Tabel 29 Siswa Mencoba obat-obatan terlarang ... 57

Tabel 30 Siswa Menolong Teman yang sedang kesulitan dalam belajar... 58


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Islam adalah syariat Allah SWT yang diturunkan kepada umat manusia di muka bumi agar mereka beribadah kepadaNya. Penanaman keyakinan terhadap Tuhan hanya bisa dilakukan melalui proses pendidikan baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan. Pendidikan Islam merupakan kebutuhan manusia, karena sebagai makhluk pedagogis manusia dilahirkan dengan membawa potensi dapat dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di bumi, serta pendukung dan pemegang kebudayaan.1

Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang akan berjalan seumur hidup. Secara umum pendidikan juga dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

Untuk itu, kualifikasi Islam untuk pendidikan memberikan kejelasan bentuk konseptualnya, pembentukan kepribadian muslim dan kemajuan masyarakat dan budaya adalah yang tidak menyimpang dari ajaran Islam.2

Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang belum terdapat di zaman Nabi. Usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan

1

Abdul Majid, dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompotensi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), Cet. 2., hlm. 130

2


(9)

lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim itu, telah mencakup arti pendidikan dalam pengertian sekarang. Orang Arab Mekkah yang tadinya menyembah berhala, musyrik, kafir, kasar dan sombong maka dengan usaha dan kegiatan Nabi mengislamkan mereka, lalu tingkah laku mereka berubah menjadi menyembah Allah Tuhan yang Maha Esa, mukmin, muslim, lemah lembut dan hormat pada orang lain. Mereka telah berkepribadian muslim sebagaimana yang di cita-citakan oleh ajaran Islam. Ini berarti Nabi telah mendidik, membentuk kepribadian yaitu kepribadian muslim dan sekaligus berarti bahwa Nabi Muhammad adalah seorang pendidik yang berhasil. Apa yang beliau lakukan dalam membentuk menusia, kita rumuskan sekarang dengan pendidikan Islam. Cirinya adalah dengan perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan petunjuk ajaran Islam. Untuk itu perlu adanya usaha, kegiatan, cara, alat dan lingkungan hidup yang menunjang keberhasilannya. Dengan demikian, secara umum dapat kita katakan bahwa pendidikan Islam itu adalah pembentukan kepribadian Muslim. 3

Dari perspektif metodologis, proses kependidikan Islam merupakan tujuan akhir yang hendak dicapai secara bertahap dalam pribadi manusia. Dengan istilah lain bahwa pendidikan Islam melakukan internalisasi ajaran Islam secara bertahap ke dalam pribadi manusia yang berlangsung sesuai tingkat perkembangannya.

Pendidikan Islam sebagai suatu proses pengembangan potensi kreatifitas peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, cerdas, terampil memiliki etos kerja yang tinggi, berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, bangsa dan negara. Proses itu sendiri sudah berlangsung sepanjang sejarah kehidupan manusia.4

Ilmu pendidikan Islam memiliki prinsip, metodologi, dan objek yang memiliki karakteristik epistimologi ilmu Islam. Oleh karena itu, pendidikan Islam sangat bertolak belakang dengan ilmu pendidikan non Islam.

3

Zakiah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet.3., hlm. 27-28

4

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Wacana Press, 2003), Cet. 1., hlm. 12


(10)

Pengembangan pendidikan Islam adalah upaya memperjuangkan sebuah sistem pendidikan alternatif yang lebih baik dan relatif dapat memenuhi kebutuhan umat Islam dalam menyelesaikan semua problematika kehidupan yang mereka hadapi sehari-hari.5

Apa yang disebut dengan kepribadian manusia tidak lain adalah keseluruhan hidup manusia lahir dan batin, yang menampakkan corak wataknya dalam perbuatan atau tingkah laku sehari-hari. Dengan demikian, proses kependidikan Islam bertugas pokok membentuk kepribadian Islami dalam diri manusia selaku makhluk individual dan sosial.6 Pembentukan moral yang tinggi adalah tujuan utama dari pendidikan Islam.7

Munculnya anggapan-anggapan yang kurang menyenangkan tentang pendidikan agama Islam, diajarkan lebih pada hafalan (padahal Islam penuh dengan nilai-nilai) yang harus dipraktekkan. Pendidikan agama lebih ditekankan pada hubungan formalitas antara hamba dengan Tuhan, penghayatan nilai-nilai agama kurang mendapat penekanan dan masih terdapat sederet respons kritis terhadap pendidikan agama. Hal ini disebabkan penilaian kelulusan siswa dalam pelajaran agama diukur dengan berapa banyak hafalan dan mengerjakan ujian tertulis di kelas yang dapat didemonstrasikan oleh siswa.

Memang pola pembelajaran tersebut bukanlah khas pola pendidikan agama. Pendidikan secara umum pun diakui oleh para ahli dan pelaku pendidikan negara kita yang mengidap masalah yang tidak sama. Masalah besar dalam pendidikan selama ini adalah kuatnya dominasi pusat dalam penyelenggaraan pendidikan sehingga yang muncul uniform- sentralistik kurikulum, model hafalan dan monolog, materi ajar yang banyak, serta kurang menekankan pada pembentukan karakter bangsa.8

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu secara keseluruhannya meliputi Al-Quran dan Hadits, keimanan, akhlak, fiqh/ibadah, dan sejarah, sekaligus

5

Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), hlm. 4

6

H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Cet. 3., hlm.9 7

Muhammad Atiyah Al-Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Yamunu, 1970), Cet. 1., hlm. 24

8


(11)

menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya.

Jadi, pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.9

Di zaman sekarang ini, banyak siswa yang belajar pendidikan Islam tetapi di dalam dirinya belum terbentuk kepribadian muslim. Mulai dari berpakaian, pergaulan dan hal-hal lainnya. Pada kenyataaannya juga, banyak siswa yang belajar Pendidikan Agama Islam, namun masih banyak juga yang belum mapan melakukan shalat, puasa, dan akhlak dalam pergaulannya kurang mencerminkan seorang siswa yang beragama Islam.

Penulis melihat bahwa siswa siswi SMP Negeri 90 Jakarta Timur banyak yang belum mampu membaca Alquran dengan baik dan benar, dan belum mampu melaksanakan shalat, sedangkan tujuan Pendidikan Agama Islam berdasarkan kemampuan dasar yang harus dicapai di SMP yaitu mampu membaca dan menulis ayat Al-Quran serta mengetahui hukum bacaannya, dan memahami ketentuan hukum Islam tentang ibadah dan muamalah serta terbiasa mengamalkannya.10 Jika demikian, maka pengajaran Agama Islam di SMP tersebut, belum dikatakan berhasil.

Latar belakang masalah diatas menjadi pendorong dan sekaligus hal yang melatarbelakangi bagi penulis mengangkat judul skripsi ini yaitu, “HUBUNGAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN KEPRIBADIAN ISLAMI SISWA”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah-masalah yang dapat diteliti adalah sebagai berikut:

9

Abdul Majid, dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis..., hlm. 131-132 10


(12)

1. Proses Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 90 Jakarta Timur. 2. Target kepribadian Islami siswa SMP Negeri 90 Jakarta Timur yang

hendak dicapai dalam proses belajar mengajar.

3. Hubungan Pendidikan Agama Islam belum mampu menciptakan kepribadian Islami siswa di SMP Negeri 90 Jakarta Timur secara optimal.

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah yang diteliti tidak terlalu luas, maka penulis akan membatasi penelitian ini sebagai berikut:

1. Pendidikan agama Islam belum mampu menciptakan kepribadian Islami siswa sebagaimana yang diharapkan.

2. Kurang efektif pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah umum.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, identifikasi dan pembatasan masalah yang diajukan, maka masalah-masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 90 Jakarta Timur?

2. Bagaimana profil kepribadian Islami siswa yang beragama Islam di SMP Negeri 90 Jakarta Timur?

3. Apakah pengaruh pelaksanaan pendidikan agama Islam terhadap kepribadian Islami siswa SMP Negeri 90 Jakarta Timur?

E. Tujuan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 90 Jakarta Timur.


(13)

2. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh pendidikan Agama Islam terhadap pembentukan kepribadian Muslim siswa SMP Negeri 90 Jakarta Timur.


(14)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Agama Islam di SMP 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe”

dan akhiran “an”, yang mengandung arti perbuatan. Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa yunani, yaitu “paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Kemudian istilah ini di terjemahkan ke dalam bahasa inggris “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa “pendidikan adalah

proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang untuk mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan latihan, proses, perbuatan dan cara mendidik.”11

Selanjutnya menurut H. M. Arifin, M. Ed disebutkan bahwa “pendidikan

adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik, baik dalam bentuk pendidikan

formal maupun non formal.”12

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan manusia dalam rangka membentuk kepribadian yang berkualitas. Aktivitas pendidikan ini dilaksanakan dalam suatu proses panjang baik melalui bimbingan, pengajaran dan latihan-latihan secara formal maupun non formal.

11

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. 1, hlm. 204

12

H. M. Arifin, M. Ed, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hlm. 14


(15)

Pendidikan Agama Islam, menurut Zakiah Daradjat adalah bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar ia memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh serta menjadikan ajaran agama Islam sebagai pandangan hidup demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.13

Menurut A. Tafsir, “Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang

diberikan seseorang kepada orang lain agar ia berkembang secara maksimal sesuai

dengan ajaran Islam.”14

Sedangkan menurut Zuhairini, “Pendidikan Agama Islam adalah usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka

hidup sesuai dengan ajaran Islam.”15

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan secara sistematis melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka menyiapkan anak didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani bahkan mengamalkan ajaran Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.

2.Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam

“Segala sesuatu yang dilakukan manusia memiliki dasar yang menjadi

landasan dan akan mengarahkan kepada tujuan yang akan dicapai. Demikian juga dengan Pendidikan agama Islam. Adapun dasar pelaksanaan pendidikan agama

Islam dapat ditinjau dari segi religius, yuridis formil dan sosial psikologis.”16

Ditinjau dari segi religius, Pendidikan agama Islam berlandaskan pada sumber ajaran agama Islam yang tertera dalam ayat Al Quran dan Hadits Nabi. Dalam ajaran Islam pendidikan agama harus dilaksanakandan hal itu merupakan salah satu bentuk ibadah. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah yang berbunyi:

13

Zakiah Darajat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. 3., hlm. 86

14

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 27

15

Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha offset Printing, 1981), hlm. 27

16


(16)





“Ajaklah kepada agama tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan dengan nasehat yang baik”(QS. An-Nahl: 125).

Ayat tersebut mengandung pengertian bahwa dalam ajaran Islam terdapat perintah untuk melaksanakan pendidikan agama Islam, di mana dengan pendidikan tersebut akan dapat mengantarkan seseorang kepada agama Allah, yaitu agama Islam.

Selain itu Rasulullah juga bersabda:

ن اك رشي ا نارص ي ا ن اد ي ا ب اف ة رطفلا ىلع دل ي اا د ل م نم ام

“Tidak ada seorangpun orang yang baru lahir melainkan dalam keadaan suci. Maka kedua orang tuanya yang menjadikan anak tersebut beragama yahudi, nasrani atau majasi.”(H.R. Muslim)17

Hadits tersebut menunjukkan bahwa pendidikan agama sangatlah penting untuk mengantarkan manusia pada fitrahnya. Yaitu percaya kepada Allah SWT. Oleh karena itu pendidikan agama Islam seharusnya diberikan sejak dini kepada anak. Karena akan menentukan apakah anak itu tetap pada fitrahnya, yaitu beragama Islam ataukah beragama sebaliknya.

Dari segi yuridis formil, Pendidikan Agama Islam berlandaskan pada perundang-undangan dan peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia. Secara yuridis, ada tiga dasar yang menjadi landasan pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yaitu pancasila, UUD 45 dan ketetapan-ketetapan MPR.

Pada sila pertama pancasila disebutkan bahwa dengan sila ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia percaya dan taqwa kepada tuhan Yang Maha Esa, dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Untuk merealisasikan hal tersebut maka diperlukan adanya pendidikan agama yang akan mengantarkan bangsa Indonesia untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

17

Al Imam Nawawi, Shahih Muslim. Jilid IV. Terjemahan dari Shahih Muslim Oleh Ma‟mun Daud (Klang Slangor Book Centre, 1997), Cet. V. hlm. 243


(17)

Demikian juga dalam UUD 45 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.18

Selanjutnya pelaksanaan pendidikan agama telah diatur dalam undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pada Baab VI pasal 30 ayat 3 yang menyatakan

bahwa “pendidikan keagamaan diselenggarakan pada jenjang pendidikan formal,

non formal, dan informal.”19

Dari segi sosial psikologis pendidikan agama Islam berlandaskan pada kebutuhan manusia akan adanya pegangan hidup, yaitu agama. Dengan beragama seseorang akan merasa jiwanya tentram, sehingga ia akan selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah untuk mendapatkan ketentraman jiwa tersebut. Dalam hal ini pendidikan agama Islam akan mengarahkan fitrah manusia ke arah yang benar sehingga mereka akan selalu mengamalkan ajaran agama Islam.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup keseluruhan ajaran agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Ruang lingkup tersebut meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah, dengan sesama manusia, dengan diri sendiri dan dengan lingkungannya.20

Selanjutnya ruang lingkup pendidikan agama Islam secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek yang merupakan kerangka dasar ajaran Islam,

Yaitu akidah, syariah dan akhlak. Akidah merupakan penjabaran dari konsep Imam, syariah merupakan penjabaran dari konsep Islam dan akhlak merupakan penjabaran dari konsep ihsan. Dari ketiga kerangka dasar tersebut berkembang berbagai kajian keislaman seperti ilmu kalam yang merupakan pengembangan

18

Abdul Majid, dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis,...hlm. 132 19

Departemen Pendidikan Nasional, UU Sisdiknas, (Jakarta: Sinar Grafik, 2006), hlm. 16 20


(18)

dari aqidah, ilmu fiqh yang merupakan pengembangan dari syariah dan ilmu akhlak yang merupakan pengembangan dari akhlak.21

Dari ketiga aspek di atas maka ruang lingkup pendidikan agama Islam antara lain meliputi:

a. Pendidikan Keimanan dan Keislaman

Pokok yang utama dan pertama dalam Islam adalah beriman dan percaya adanya Allah SWT. Oleh karena itu pendidikan keimanan dan ketauhidan adalah pendidikan yang utama dan pertama bagi setiap manusia.

Menurut Zakiah Daradjat pembinaan keimanan dan ketauhidan ini seharusnya diberikan kepada anak mulai sejak dalam kandungan, karena pendidikan yang diberikan kepada anak ketika dalam kandungan akan berpengaruh bagi perkembangan anak di masa yang akan datang.22

Dalam surat Luqman terdapat ayat yang berkenaan tentang pendidikan keimanan kepada Allah SWT:







“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya. Di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: „Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)

Ayat tersebut menjelaskan tentang pembentukan keyakinan kepada Allah SWT yang ditanamkan Lukman kepada anaknya. Hal itu menjadi pedoman bagi kita bahwa pendidikan yang pertama dan utama adalah membentuk keyakinan kepada Allah SWT yang diharapkan dapat melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian anak didik.

b. Pendidikan Akhlak Mulia

Akhlak sangat berhubungan erat dengan muamalah manusia dengan manusia lainnya secara individual maupun kolektif, tidak terbatas pada penyusunan

21

Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompotensi Sekolah Menengah Pertama, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama, 2004), hlm. 3

22

Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, ( Jakarta: Ruhama, 1995), hlm. 55


(19)

hubungan antara manusia dengan manusia lainnya, tetapi juga mengatur hubungan antara Tuhan dengan Hambanya.

Salah satu ayat yang berhubungan dengan pendidikan akhlak alkarimah adalah:                            

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada kedua orang tua, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. Luqman: 14)

Dari ayat di atas jelaslah bahwa pendidikan akhlak itu sangat diperlukan bagi kehidupan kita. Dengan adanya pendidikan akhlak, orang akan mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang seharusnya benar dan mana yang seharusnya salah.

Allah berfirman dalam surat Luqman:

                                   

“Hai anakku. Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah.”(QS. Luqman: 17)

Ayat di atas menceritakan tentang pendidikan yang dilakukan Luqman kepada anaknya, yaitu untuk mendirikan shalat, berbuat baik dan mencegah yang munkar. Dari ayat tersebut jelaslah bahwa pendidikan dalam keluarga sangat berpengaruh bagi anak untuk bekal di masa yang akan datang.

Adapun dalam pengajaran agama Islam ruang lingkup pendidikan Agama Islam yang diajarkan di SMP adalah sebagai berikut:


(20)

a. Alquran hadits

Dengan belajar Al-quran Hadits diharapkan siswa dapat membaca dengan baik dan benar, dapat mengartikan alquran dan hadits, dapat menyalin, dapat menerapkan hukum bacaan alif lam syamsiyah dan alif lam qamariyah, nun mati/ tanwin dan mim mati. Dapat menerapkan bacaan qalqalah, tafhim, dan tarqiq huruf lam dan ro` serta mad. Dapat menerapkan hukum bacaan waqaf dan idqham.

b. Aqidah Akhlak

Dengan belajar Aqidah Akhlak diharapkan siswa dapat Beriman kepada Allah SWT dan memahami sifat-sifatNya, beriman kepada malaikat Allah dan memahami tugas-tugasnya, beriman kepada kitab-kitab Allah SWT dan memahami arti beriman kepada-Nya, beriman kepada Rasul-rasul Allah SWT dan memahami arti beriman kepada-Nya, beriman kepada hari akhir dan memahami arti beriman kepadanya, beriman kepada Qadha dan qadar Allah SWT dan memahami arti beriman kepada-Nya, berprilaku dengan sifat-sifat terpuji, menghindari sifat-sifat tercela.

c. Fiqh

Dengan belajar Fiqih diharapkan siswa dapat melakukan thaharah, melakukan shalat wajib atau shalat 5 waktu, melakukan macam-macam sujud seperti sujud sahwi dan sujud tilawah, melakukan shalat jumat, melakukan shalat jamak dan qashar, melakukan macam-macam shalat sunnah, melakukan puasa seperti puasa ramadhan dan puasa-puasa sunnat, melakukan zakat, memahami hukum Islam tentang makanan dan minuman, dan binatang yang halal dan haram dimakan, memahami ketentuan aqiqah dan qurban, memahami tentang ibadah haji dan umrah, melakukan shalat jenazah, memahami tata cara pernikahan23

d. Sejarah Kebudayaan Islam

Dengan belajar Sejarah Kebudayaan Islam diharapkan siswa dapat memahami keadaan masyarakat Mekkah sebelum dan sesudah datang Islam, memahami keadaan masyarakat Mekkah periode Rasulluh Saw, memahami

23


(21)

keadaan masyarakat Madinah sebelum dan sesudah datang Islam, memahami perkembangan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin.24

4. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Sebelum tujuan yang ingin dicapai dari pendidikan agama Islam, maka terlebih dahulu harus diketahui fungsi dari pendidikan agama Islam itu sendiri. Adapun fungsi pendidikan agama Islam di sekolah lembaga pendidikan formal adalah sebagai berikut:

a. Pengembangan

Yaitu untuk mengembangkan dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Oleh karena itu fungsi pendidikan agama Islam disekolah adalah menumbuh kembangkan lebih lanjut keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam keluarga melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan.

b. Penyaluran

Yaitu menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat khusus di bidang agama sehingga dapat berkembang secara optimal.

c. Perbaikan

Yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. d. Pencegahan

Yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan peserta didik atau dari budaya asing yang dapat membahayakan pertumbuhan dan perkembangan mereka.

e. Penyesuaian

Yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan mampu mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.

24

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 93-110


(22)

f. Sumber nilai

Yaitu sebagai pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

g. Pengajaran

Yaitu menyampaikan pengetahuan keagamaan secara fungsional.25

Dari penjelasan di atas bahwa fungsi pendidikan agama Islam itu terbagi menjadi tujuh poin yaitu: pengembangan, penyaluran, perbaikan, pencegahan, penyesuaian, sumber nilai dan pengajaran.

5. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan merupakan sasaran yang akan dicapai oleh seseorang yang melakukan suatu kegiatan. Dalam bidang pendidikan tujuan merupakan faktor yang sangat penting, karena merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidikan itu. Demikian pula halnya dalam pendidikan agama, maka tujuan pendidikan agama itulah yang hendak di capai dalam pelaksanaan pendidikan.

Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam keimanan. Ketaqwaan, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.26

Dalam buku metodologi pengajaran agama Islam, Ahmad Tafsir menyatakan, Bahwa tujuan pendidikan agama Islam harus meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk aspek kognitif tujuannya adalah mengembangkan atau membina pemahaman agama Islam, agar siswa paham akan ajaran Islam tersebut. Pada aspek afektif tujuan yang ingin dicapai adalah siswa menerima ajaran Islam tersebut. Sedangkan pada aspek psikomotor, tujuan yang ingin dicapai adalah agar siswa terampil melakukan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.27

25

Abdul Majid, dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompotensi,....,hlm. 134-135 26

Abdul Madjid, dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompotensi, hlm. 135 27

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1997), hlm. 86


(23)

Tujuan Pendidikan Agama Islam di SMP berdasarkan standar kompotensi yaitu siswa beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT), berakhlak mulia (berbudi pekerti luhur) yang tercermin dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agamanya, serta mampu menghormati agama lain dalam kerangka kerukunan antar umat beragama.28

Kompotensi dasar mata pelajaran berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa selama menempuh pendidikan di SMP. Kemampuan ini berorientasi pada prilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam komponen Kemampuan Dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan dasar umum yang harus dicapai di SMP yaitu:

a. Beriman kepada Allah SWT dan lima rukun iman yang lain dengan mengetahui fungsi serta terefleksi dalam sikap, perilaku, dan akhlak peserta didik dalam dimensi vertikal maupun horizontal.

b. Mampu membaca Alquran surat-surat pilihan sesuai dengan tajwidnya, menyalin dan mengartikannya;

c. Mampu beribadah dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan syari`at Islam baik ibadah wajib maupun ibadah sunnah;

d. Dapat meneladani sifat, sikap, dan kepribadian Rasulullah serta Khulafaur Rasyidin;

e. Mampu mengamalkan sistem mu`amalat Islam dalam tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.29

Menurut Zakiah Daradjat, “tujuan pengajaran agama Islam harus

mengandung bahan pelajaran yang bersifat menumbuhkan dan memperkuat iman, Membekali dan memperkaya ilmu agama, membina keterampilan beramal, menumbuhkan dan memupuk rasa sosial dan sifat-sifat terpuji.” 30

28

Abdul Majid, dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis,...,hlm. 147 29

Abdul Majid, dkk., Pendidikan Agama Islam…,hlm. 150 30

Zakiah Daradjat, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 79


(24)

Menurut Masruddin Siregar yang dikutip oleh Yunus Namsa, “Pendidikan

agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia Muslim yang beriman, bertaqwa kepada Allah serta berakhlak mulia dalam kehidupan

pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.”31

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah merealisasikan manusia Muslim yang beriman, bertaqwa dan berilmu pengetahuan serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang mampu mengabdikan diri kepada Allah SWT dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

6. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Metode secara harfiah berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umum metode

diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan

tertentu. Kata “mengajar” sendiri berarti memberi pelajaran.

Jadi, metode mengajar adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, salah satu keterampilan guru yang memegang peranan penting dalam pengajaran adalah keterampilan memilih metode. Pemilihan metode berkaitan langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pengajaran diperoleh secara optimal. Oleh karena itu, salah satu hal yang sangat mendasar untuk dipahami guru adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar yang sama pentingnya dengan komponen-komponen lain dalam keseluruhan komponen pendidikan.

Makin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran. Tentunya faktor-faktor lain pun harus diperhatikan juga, seperti faktor guru, faktor anak, faktor situasi (lingkungan belajar), media, dan lain-lain.

31

Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran Agama Islam, ( Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), hlm. 25


(25)

Berikut ini beberapa metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, diantaranya:

a. Metode Ceramah

Metode Ceramah ialah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Dalam hal ini biasanya guru memberikan uraian mengenai topik tertentu ditempat tertentu dan dengan alokasi waktu tertentu pula. b. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang, untuk berfikir, dan membimbing peserta didik dalam mencapai kebenaran.

c. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya.32

Tujuan penggunaan metode diskusi adalah untuk memotivasi dan memberi stimulasi kepada siswa agar berfikir dengan renungan yang dalam.

d. Metode Kisah/ Cerita

Alquran dan Hadist banyak meredaksikan kisah untuk menyampaikan pesan-pesannya. Seperti kisah malaikat, para Nabi, umat terkemuka pada zaman dahulu dan sebagainya. Dalam kisah itu tersimpan nilai-nilai pedagogis religius yang memungkinkan anak didik mampu meresapinya.

e. Metode Demonstrasi

Demonstrasi dalam hubungannya dengan penyajian informasi dapat diartikan sebagai upaya peragaan tentang suatu cara melakukan sesuatu.33 Metode demonstrasi ini adalah metode mengajar dengan cara mempragakan barang,

32

Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar (Melalui Penanaman Konsep Umum Dan Konsep Islami), (Bandung: PT. Refika Aditma, 2007), Cet.., hlm. 61-64

33


(26)

kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan yang sedang disajikan.

Tujuan pokok penggunaan metode ini dalam proses pembelajaran adalah untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu.

f. Metode Praktek

Metode praktek dimaksudkan supaya mendidik dengan memberikan materi pendidikan baik menggunakan alat atau benda, seperti diperagakan dengan harapan anak didik menjadi jelas dan mudah sekaligus dapat mempraktekkan materi yang dimaksud.34

Metode praktek ini bisa dipergunakan pada materi tentang shalat wajib, shalat-shalat sunnah, dan materi-materi yang perlu dipraktekkan.

B. Kepribadian Muslim

1. Pengertian Kepribadian Muslim

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakan dirinya dari orang lain atau bangsa lain.35

Prof. Dr. Djalaludin mengatakan bahwa kepribadian adalah sifat khas seseorang yang menyebutkan seseorang mempunyai sifat yang berbeda dengan orang lain.36

Sedangkan secara terminologis, banyak para ahli yang berpendapat tentang arti kepribadian, antara lain:

a. G. W. Allport mengatakan bahwa “kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisik yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya”.37

34

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar,...,hlm. 61-64 35

Tim Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa P dan K. Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 701

36

Djalaluddin, Psikologi Agama. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 173 37

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1998), hlm. 136


(27)

b. E. Y. Kemp mengatakan bahwa “kepribadian adalah integritas dari pada sistem kebiasaan-kebiasaan yang menunjukkan cara khas pada individu untuk

menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya”.38

c. Zuhairini mengatakan bahwa “kepribadian adalah hasil dari suatu proses

kehidupan yang dijalani seseorang”.39

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah sifat khas seseorang yang menyebabkan seseorang mempunyai sifat yang berbeda dari orang lain, baik dari pada pola fikir, sikap dan tingkah laku dalam kehidupannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Selanjutnya pengertian kepribadian Islami, adalah kepribadian yang seluruh aspeknya, baik tingkah laku luar maupun dalam, seperti kegiatan-kegiatan jiwanya, filsafat hidupnya dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Allah SWT dan penyerahan kepada-Nya.40

2. Unsur-Unsur Kepribadian Muslim

Menurut Ahmad D. Marimba kepribadian seseorang terdiri dari tiga unsur, yaitu:

a. Aspek-aspek kejasmanian; meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak. Seperti cara orang berbicara dan cara orang bertindak.

b. Aspek-aspek kejiwaan; meliputi aspek-aspek yang tidak segera tampak dilihat. Seperti cara-cara berfikir, sikap dan minat seseorang.

c. Aspek-aspek kerohanian; aspek ini meliputi kejiwaan yang lebih abstrak, yaitu filsafat hidup dan kepercayaan.41

Ketiga aspek tersebut (kejasmanian, kejiwaan, dan kerohanian) secara naluriah berada dalam satu kesatuan manusia secara utuh, yaitu manusia berkehendak, berperasaan, berpikir, dan berbuat. Apabila dalam diri manusia tersebut memiliki jiwa sehat, ketiga unsur tersebut bekerja dalam suatu susunan yang harmonis maka segala bentuk tujuan dan segala gerak-geriknya selalu

38

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 288 39

Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 187 40

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat…,hlm. 64 41


(28)

memenuhi keperluan dan keinginan manusia. Sebaliknya apabila ketiga sistem tersebut bertentangan satu sama yang lainnya, maka orang tersebut akan dinamakan sebagai orang yang tidak dapat menyesuaikan diri, ia menjadi tidak puas dengan dirinya dan lingkungannya.

Dalam psikologi kepribadian Islami “ketiga unsur di atas dinamakan sebagai strutur kepribadian, yaitu aspek-aspek yang bersifat stabil, menetap, abadi, serta merupakan unsur-unsur pokok pembentukan pembukaan tingkah laku

individu.”42

Dalam terminologi Islam, “ketiga unsur di atas disebutkan dalam istilah lain, yaitu struktur jasad, ruh dan nafs. Jasad merupakan aspek biologis atau psikis manusia, sedangkan nafs merupakan aspek psikopisik manusia yang merupakan

sinergi antara jasad dan ruh.”43

Jasad kepribadian seseorang tidak akan bisa dipisahkan dari ketiga unsur diatas (jasad, ruh, nafs). Ketiga unsur tersebut akan saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Keberadaan jasad tanpa ruh merupakan subtansi yang mati, sedangkan ruh tanpa jasad tidak akan teraktualisasi. Oleh karena itu perlu adanya sinergi antara dua aspek tersebut sehingga menjadi nafs. Dengan nafs ini maka masing-masing keinginan jasad dan ruh akan terpenuhi.

3. Dinamika Kepribadian Muslim

Struktur kepribadian yang ada pada diri seseorang tidak dapat dikatakan baik ataupun buruk sebelum ada usaha untuk mengaktualisasikannya. Aktualisasi struktur tersebut tergantung pada pilihan seseorang. Upaya seseorang untuk memilih dan mengaktualisasikan potensi itu memiliki dinamika proses, seiring dengan hal-hal lain yang mempengaruhinya.

Berdasarkan pembagian struktur kepribadian manusia yang telah di kemukakan di atas, maka dinamika kepribadian seseorang terbagi menjadi dinamika struktur jasmani, dinamika struktur rohani dan dinamika struktur nafsani.

42

Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 54

43


(29)

a. Dinamika Struktur Jasmani

Struktur jasmani merupakan aspek biologis dari struktur kepribadian manusia. Aspek ini merupakan wadah struktur ruh dan tidak dipersiapkan untuk membentuk tingkah laku. Kesendirian struktur jasmani tidak akan mampu membentuk tingkah laku lahiriah maupun batiniah. Struktur jasmani memiliki daya atau energi yang menggambarkan proses fisiknya yang disebut dengan daya hidup. Akan tetapi daya hidup ini belum mampu menggerakkan suatu tingkah laku selama struktur jasmani ini belum ditempati oleh struktur ruhani.

b. Dinamika Struktur Ruhani

Struktur ruhani sifatnya kekal, adanya lebih dulu dan kehidupannya lebih lama dari pada kehidupan manusia. Kedahuluannya memberikan motivasi bagi kehidupan nafs kelakm agar manusia mengerjakan perbuatan yang benar dan meninggalkan perbuatan yang salah. Sedang keabdiannya akan mendapatkan balasan atas kepribadian yang telah diperbuat.

Ditinjau dari segi konstruksi kebutuhan hidup, ruh manusia membutuhkan agama yang dapat membimbing kehidupan manusia kearah fitrah aslinya, yaitu suci dan rindu akan kehadirat Allah SWT. Tanpa agama maka kehidupan manusia hanyalah sebatas susunan tulang, daging dan organ-organ biologis semata, maka segala tindakan kepribadianya dianggap sebagai ibadah, karena ibadah merupakan aktualisasi diri yang paling sesuai dengan konstruksi kepribadian Islam. Aktualisasi diri ini akan membentuk suatu jati diri dan harga diri yang benar-benar fitri dan Islami. Jati diri manusia ditentukan oleh kemampuannya meningkatkan kualitas keberagamaan melalui ketaqwaan.

c. Dinamika Struktur Nafsani

Struktur nafsani merupakan struktur psikofisik dari kepribadian manusia. Struktur ini dapat mengaktualisasikan semua rencana dan perjanjian Allah kepada manusia yang berwujud tingkah laku atau kepribadian. Struktur nafsani merupakan paduan integral antara struktur jasmani dan ruhani.

Struktur nafsani ini terdiri dari aspek fisik dan psikis yang akan selalu berinteraksi satu sama lain. Aspek struktur nafsani tidak sama dengan struktur jasmani karena telah menyatu dengan aspek psikis struktur ruhani. Dalam membentuk suatu kepribadian, kedua aspek ini akan saling tarik menarik.


(30)

Apabila struktur nafsani cenderung mengikuti natur ruhani maka nilai kepribadiannya menjadi baik.44

Aspek fisik struktur nafsani tidak hanya digunakan untuk memnuhi kebutuhan nafsu implusif jasmaniah, tapi juga harus digunakan untuk membantu kebutuhan aspek psikis struktur nafsani. Misalnya makan dan minum tidak hanya untuk sekedar menguatkan tubuh, tapi setelah itu juga harus digunakan untuk beribadah.

Selanjutnya aspek psikis struktur nafsani juga memiliki korelasi erat dengan aspek fisik. Misalnya penggunaan energi psikis untuk berfikir harus diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan fisik. Misalnya kegiatan berdzikir, harus diimbangi dengan makan, minum, tidur dan sebagainya. Hal ini dilakukan agar keduanya seimbang sehingga seseorang akan terhindar dari penyakit.

4. Faktor Terbentuknya Kepribadian

Untuk membentuk kepribadian seseorang bukanlah hal yang mudah. Secara fitrah manusia memang terdorong melakukan sesuatu yang baik dan benar. Namun terkadang naluri mendorong seseorang untuk melakukan yang bertentangan dengan realita yang ada.

Kepribadian itu berkembang dan mengalami perubahan-perubahan. Tetapi di dalam perkembangan itu makin terbentuklah pola-polanya yang tetap dan khas sehingga merupakan ciri-ciri yang unik bagi setiap individu.

Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya “Psikologi Pendidikan” bahwa

kepribadian itu berkembang dan mengalami perubahan-perubahan dan yang mempengaruhi perkembangan kepribadian itu adalah sebagai berikut:

a. Faktor Biologis

Faktor biologis ini berhubungan dengan keadaan jasmani. Semenjak dilahirkan keadaan jasmani seseorang telah menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat dilihat pada setiap bayi yang baru lahir yang menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada seseorang ada yang diperoleh dari keturunan dan ada pula yang merupakan pembawaan.

44


(31)

Keadaan fisik baik yang berasal dari keturunan maupun yang merupakan pembawaan yang dibawa sejak lahir itu memainkan peranan penting pada kepribadian seseorang. Contohnya mengenai konstitusi tubuh, seperti tingginya, besarnya, beratnya dan sebagainya.

b. Faktor Sosial

Yang dimaksud faktor sosial adalah masyarakat, yaitu manusia- manusia lain di sekitar individu yang bersangkutan. Yang termasuk faktor sosial ini antara lain tradisi,adat istiadat, peraturan-peraturan bahasa dan sebagainya yang berlaku dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah anak sejak dilahirkan telah bergaul dengan orang-orang disekitarnya. Pertama-tama dengan keluarganya, teruPertama-tama dengan ayah dan ibunya, kemudiandengan anggota keluarga yang lain seperti kakak dan adik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peran keluarga sangat penting.

c. Faktor Kebudayaan

Sebenarnya faktor ini masuk keadaan faktor sosial. Kebudayaan itu tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat. Sebagaimana diketahui bahwa kebudayaan tiap daerah atau negara itu berbeda. Hal itu menunjukkan bahwa cara-cara hidup, kebiasaan, bahasa, kepercayaan dan sebagainya dari suatu daerah atau masyarakat tertentu berbeda dengan daerah atau masyarakat lain. Contohnya seorang anak cenderung meniru tingkah laku atau perbuatan orang-orang yang ada di sekitarnya. Maka secara tidak langsung ia akan menyerap sifat-sifat kepribadian orang-orang yang ditirunya.45

5. Karakteristik terhadap Perkembangan Psikologis Siswa pada Jenjang Pendidikan SMP

Lingkungan mempunyai peran yang sangat besar untuk membentuk seorang anak muda menjadi anak yang baik oleh karena itu jelas akan ada perbedaan antara mereka yang tinggal di desa, kota kecil, kota besar dan antara mereka yang tinggal di negara maju dan di negara yang sedang berkembang, demikian pula akan terjadi

45

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995), Cet. 10., hlm. 160


(32)

perbedaan jika tinjauannya berbeda seperti dari segi hukum, psikologi, dan lain-lain.

Untuk lebih jelasnya, berikut akan dirinci hal-hal yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan pada masa usia Anak SMP:

a. Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik

Di dalam pengertian perkembangan secara umum itu tercakup pengertian

pertumbuhan, seperti perkembangan pada masa prenatal perubahan-perubahan yang

terjadi pada fisik janin pada masa ini hanyalah terjadi melalui proses pertumbuhan saja.

Kebanyakan para ahli psikologi cenderung membedakan pengertian

pertumbuhan dengan perkembangan. Istilah “pertumbuhan” diartikan sebagai

“perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif yang menyangkut aspek fisik

jasmaniah”, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada organ-organ dan struktur organ fisik, sehingga anak semakin bertambah umurnya semakin besar dan semakin tinggi pula badannya.

Pertumbuhan fisik yang terjadi pada diri anak adalah menyangkut semua organ dan struktur organnya, seperti organ fisik dalam, misalnya jantung, paru-paru, otak, dan sebagainya; organ fisik luar seperti bertambahnya tinggi badan, mulai tumbuh rambut pada kedua pangkal pipi dan di atas bibir bagian atas pada anak laki-laki. Rambut juga tumbuh di bagian atas dari kemaluan dan di sekitar kelamin, dada, di bawah ketiak pada laki-laki dan perempuan. Bagian-bagian tubuh tumbuh dengan kecepatan yang tidak seimbang dengan pertumbuhan sebelumnya, misalnya kedua payu dara pada anak perempuan. Di antara gejala yang penting pula adalah suara yang mulai membesar pada anak laki-laki, tahap peralihan dimana suaranya pecah antara halus dan kasar.46

b. Perkembangan Emosi

Kondisi emosi pada siswa ditandai dengan cirri-ciri sebagai berikut: Keinginan mencari jati diri, keinginan untuk diakui dan dihargai, keinginan untuk

46

Abdul Al-Aziz el-Quusiy dan Zakiah Daradjat, Pokok-pokok Kesehatan Jiwa/Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), hal. 182


(33)

mencintai dan dicintai, keinginan untuk bebas tanpa dikekang, mencari figur idola, cenderung menentang, dan terikat dengan kelompok.47

Kekuatan yang dapat mengekang emosi dan mengarahkannya pada jalan yang benar sehingga pada kebahagiaan adalah akal. Kekuatan yang dapat merubah hasrat diri dan kecenderungan emosi serta menggunakannya untuk hal-hal yang lebih baik adalah akal.

c. Perkembangan Moral

Salah satu perkembangan penting yang harus dikuasai siswa SMP adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari padanya dan kemudian ingin membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial harus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman bagi melakukan pelanggaran.

Pada masa anak-anak SMP anak menerima kode moral dari orangtua, guru, bahkan teman-teman sebaya. Dia bias meniru apa yang dicontohkan oleh orang lain. Bagi anak-anak yang baru meranjak dewasa berbohong merupakan hal yang buruk.

C. Kerangka Berfikir

Pendidikan Agama Islam yaitu bimbingan yang dilakukan oleh seseorang pendidik kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim. Dan mengajarkan tentang nilai-nilai agama Islam. Proses kependidikan Islam merupakan tujuan akhir yang hendak di capai secara bertahap dalam pribadi manusia. Tujuan akhir yang dimaksud adalah tujuan pendidikan yang berkenaan dengan tujuan terakhir hidup manusia, misalnya kebahagiaan hidup dunia dan akhirat dan menjadi hamba yang bertaqwa kepada Allah SWT.

Kepribadian muslim yaitu kepribadian yang memiliki sifat nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan sesuatu serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam atau ajaran Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Di zaman sekarang ini, banyak siswa yang belajar pendidikan Islam tetapi di dalam dirinya belum terbentuk kepribadian muslim. Mulai dari berpakaian secara

47


(34)

Islami, pergaulan, perkataan yang kurang sopan dan bagus, akhlak dalam pergaulannya kurang mencerminkan seorang yang beragama Islam. Anak SMP cenderung tidak mementingkan Kepribadian muslim karena di sekolah kebanyakan terfokus kepada mata pelajaran umum. Dan mata pelajaran agama itu sendiri waktunya sangat terbatas. Jika demikian maka pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah, belum dikatakan berhasil. Sedangkan tujuan Pendidikan Agama Islam adalah terbentuknya kepribadian muslim.

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara masalah yang sedang diteliti yang harus diuji kebenaran melalui penelitian. Hipotesis adalah tesis atau kesimpulan yang masih belum tentu benar, maka perlu diuji. Pemunculan hipotesis didasarkan atas kerangka pemikiran.

Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu pendidikan Agama Islam (X) dan kepribadian Islami (Y), untuk menguji ada atau tidaknya hubungan antara kedua variabel tersebut, penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha : Terdapat hubungan positif yang signifikan antara Pendidikan Agama Islam dengan kepribadian Islami siswa.

Ho : Tidak Terdapat hubungan positif yang signifikan antara Pendidikan Agama Islam dengan kepribadian Islami siswa.


(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Metode Penelitian

Pendekatan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian yang menekankan pada data yang bersifat kumulatif untuk menghasilkan penafsiran kuantitaif yang kokoh.

Metode penelitian kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi, yakni melihat bentuk hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Metode korelasi ini bertujuan untuk meneliti sejauh mana variabel pada satu faktor berkaitan dengan faktor lainnya48 dan bertujuan pula melihat hubungan antara dua gejala atau lebih.49

Metode penelitian ini diharapkan dapat menemukan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti yaitu hubungan pendidikan agama Islam dengan kepribadian Islami siswa.

Di samping pendekatan kuantitaif diatas, penelitian ini menggunakan pula penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan keadaan sebenarnya, yaitu keadaan SMP Negeri 90 Jakarta Timur. Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian lapangan (Field Research), yaitu penelitian untuk memperoleh data-data lapangan langsung.

48

M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Yudhistira, 2002), hlm. 23

49

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), Cet. 5., hlm. 9.


(36)

B.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 90 Jakarta Timur. Penelitian ini berlangsung pada bulan Oktober sampai bulan November.

C.

Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti, yaitu: 1. Variabel Pendidikan Agama Islam (X)

Variabel ini sebagai Variabel Independen (variabel bebas), yaitu masukan yang memberi pengaruh terhadap hasil. Variabel ini diberi simbol dengan huruf X.

2. Variabel kepribadian Islami (Y)

Variabel ini sebagai variabel Dependen (variabel terikat), yaitu hasil pengaruh variabel independen. Variabel ini diberi simbol dengan huruf Y.

Tabel 1 Matriks Variabel

No Variabel Konsep Dimensi Indikator

1 Pendidikan Agama Islam

Usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik dalam rangka

mempersiapkan peserta didik untuk meyakini,

memahami dan

mengamalkan

ajaran Islam

melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran dan

1. Al-Quran Hadits

2. Aqidah Akhlak

a. Siswa dapat membaca Alquran

dengan baik dan benar. b. Siswa beriman

sesuai dengan rukun iman c. Siswa dapat

berprilaku sesuai dengan sifat-sifat terpuji


(37)

pelatihan yang telah ditetapkan

3. Fiqih

d. Siswa dapat menghindari sifat-sifat tercela

a. Siswa dapat melaksanakan shalat wajib b. Siswa dapat

melaksanakan shalat-shalat sunnah

c. Siswa dapat melaksanakan puasa

d. Siswa dapat meneladani Rasulullah SAW 2 Kepribadian

Muslim

Kepribadian yang memiliki nilai-nilai

agama Islam,

memilih dan

memutuskan serta berbuat

berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam

1. Aspek kejasmani an

2. Aspek

a. Cara seseorang berbuat dan berbicara sesuai dengan orang lain baik dan buruknya mudah

nampak dari luar

b. Cara berfikir seseorang atau


(38)

kejiwaan

3. Aspek keruhania

n yang

luhur

sikap seseorang berupa pandangan seseorang suatu hal yang tidak segera dapat dilihat dan ketahuan dari luar a. Dapat

memungkinka n seseorang berhubungan dengan hal-hal yang gaib, yang dapat meyakini adanya Tuhan,

Nabi dan

rukun iman yang lainnya.

D.

Populasi dan Sampel

Dalam metodologi penelitian, populasi diartikan sebagai keseluruhan subyek penelitian.50 Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 90 Jakarta Timur yang berjumlah 275 siswa.

50

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hlm. 115


(39)

Sedangkan sampel adalah sebagian kecil atau wakil dari populasi yang diteliti.51 Menurut S. Marjono dalam metodologi penelitian, sampel adalah bagian dari populasi.52 Ada dua cara pengambilan sampel, yaitu dengan teknik probabilitas

(sampel acak sederhana, strata proposional, tidak porposional dan sebagainya), dan teknik non probabilitas (sampel bertujuan, sampel kebetulan dan lain sebagainya).

Populasi dari penelitian ini yaitu seluruh kelas VIII yang terdiri dari 7 kelas dengan jumlah 275 siswa. Kemudian diambil sampel 5 orang setiap 1 kelas dari jumlah populasi, yakni 35 siswa.

Tabel 2

Populasi Sampel

VIII.1 VIII.2 VIII.3 VIII.4 VIII.5 VIII.6 VIII.7

5 5 5 5 5 5 5

Jumlah 35

E.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dari lapangan cara sebagai berikut: 1. Angket

Teknik ini digunakan untuk merekam pendapat/ pandangan siswa tentang hubungan pendidikan agama Islam dengan kepribadian Islami Siswa.

51

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian....hlm. 109 52


(40)

2. Observasi

Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.53 Dalam hal ini penulis mengamati langsung keadaan dan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan di SMP Negeri 90 Jakarta Timur. 3. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.

Wawancara ini dilakukan dengan guru pendidikan agama Islam yang dapat memberikan keterangan dan dapat melengkapi data untuk skripsi ini.

4. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya bagian-bagian tertulis. Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada

F.

Pengolahan Data

Untuk mengolah data, peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Dalam pengolahan data yang pertama kali harus dilakukan adalah editing, teknik ini bertujuan meneliti satu persatu tentang kelengkapan dan kebenaran pengisian angket sehingga terhindar dari kekeliruan dan kesalahan.

2. Skoring

Setelah melalui tahap editing, maka selanjutnya peneliti memberikan skor terhadap pertanyaan yang ada pada angket. Pertanyaan yang positif diberi skor 4, 3, 2, 1, sedangkan pertanyaan negatif diberi skor sebaliknya, untuk setiap jawaban SL, SR, KD, dan TP. Adapun rinciannya sebagai berikut:

53

H. Amirul Hadi dan H. Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), Cer. 1., hlm. 198


(41)

Selalu (SL) (a) diberi nilai 4

Sering (SR) (b) diberi nilai 3

Kadang-kadang (KD) (c) diberi nilai 2 Tidak Pernah (TP) (d) diberi nilai 1

3. Tabulating

Selanjutnya adalah perhitungan terhadap hasil skor yang telah ada.

4. Analisis Data

Setelah melewati tahapan-tahapan diatas, maka selanjutnya dilakukan analisa data secara deskriptif dengan menggunakan data statistik berupa prosentase atau frekuensi relatif dengan menggunakan rumus:

P =

N f

X 100%

Keterangan:

P = Angka prosentase

f = Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya

N = Number of Case (Jumlah frekuensi/ banyaknya individu)

Tabel 3

Pengukuran secara deskriptif Jawaban Pengukuran

Item

Jumlah Item

Nilai Pengukuran Secara deskriptif

S=Selalu 4 20 80 Sangat tinggi

SR=Sering 3 20 60 Tinggi

KD=Kadang-kadang

2 20 40 Sedang

TP=Tidak Pernah 1 20 20 Kurang

Berdasarkan sifat masalah dan jenis data dalam penelitian ini, maka peneliti menganalisa data yang menggunakan teknik analisa korelasional. Teknik korelasional adalah teknik analisa statistik mengenai hubungan antara kedua variabel.


(42)

Setelah itu, untuk mencari korelasi antara dua variabel penulis menggunakan rumus Product of Moment Corelation, yaitu salah satu teknik untuk mencari korelasi antara dua variabel. Adapun rumusnya sebagai berikut:

rxy =

} ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N           Keterangan:

rxy = Angka indeks korelasi “r” Product moment

N = Number of cases

= Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y = Jumlah seluruh skor X

=Jumlah seluruh skor Y

Setelah diperoleh angka indeks korelasi “r” Product Moment maka dilakukan interpretasi secara sederhana yaitu dengan mencocokkan hasil penelitian

dengan angka indeks korelasi “r” Product Moment seperti dibawah ini:

Tabel 4 Interpretasi Data Besarnya “r”

Product Moment (rxy)

Interpretasi

0,00-0,20 Antara variabel X dan Y terdapat

korelasi yang sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan

0,20-0,40 Antara variabel X dan Y terdapat

korelasi yang lemah atau rendah

0,40-0,70 Antara variabel X dan Y terdapat

korelasi yang sedang atau cukup

0,70-0,90 Antara variabel X dan Y terdapat

korelasi yang kuat atau tinggi

0,90-1,00 Antara variabel X dan Y terdapat


(43)

Setelah itu, hasilnya dicocokkan dengan tabel nilai koefisien korelasi “r”

Product Moment baik pada taraf signifikan 5% ataupun pada taraf signifikan 1%, kemudian dibuat kesimpulan apakah terdapat kerelasi positif yang signifikan atau tidak.

Untuk lebih memudahkan pemberian interpretasi angka indeks korelasi “r”

product moment, prosedurnya adalah sebagai berikut:

Merumuskan Hipotesa alternatifnya (Ha) dan Hipotesa nihil (Ho)

Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara Pendidikan Agama Islam dengan kepribadian Islami siswa

Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan Agama Islam dengan kepribadian Islami siswa

Menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesa yang telah diajukan dengan cara membandingkan besarnya “r” yang tercantum dalam tabel nilai (db) atau degree of freedom (df).

Adapun rumusnya sebagai berikut: df=N-nr

Keterangan:

df= Degree of freedom N= Number of cases


(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Profil SMP Negeri 90 Jakarta Timur 1. Identitas :

1.1 Nama sekolah : SMP Negeri 90 Jakarta Timur

1.2 Alamat Jalan : Raya Bekasi Km. 18 Gg. Lio Rt 004 RW

011

Kelurahan : Jatinegara

Kecamatan : Cakung

Kabupaten / Kota : Jakarta Timur

Kode Pos : 13930

No. Telpn : (021) 460 3764

1.3 NSS / NIS : 20. 101. 640. 6. 120 / 200080

1.4 Jenjang Akreditasi : B

1.5 Tahun didirikan :1992

1.6 Tahun Beroperasi : 1994

1.7 Kepemilikan Tanah : Milik Pemerintah a. Surat Kepemilikan Tanah : Hibah

b. Luas Tanah : 2000 / 1.578 M2

c. Status Bangunan : Milik Pemerintah


(45)

2. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa a. Keadaan Guru

Guru merupakan salah satu bagian yang integral dalam keseluruhan proses belajar mengajar. Guru atau pendidik merupakan salah satu komponen pendidikan yang harus ada dalam proses kegiatan belajar mengajar, dengan adanya para guru atau pendidik, maka proses belajar mengajar dapat dilaksanakan.

Di SMP Negeri 90 Jakarta Timur, jumlah keseluruhan pendidik tahun ajaran 2010/2011 adalah 45 orang. Sebagian kecil 6.5% guru sudah memiliki kualifikasi S2, dan sebagian besar 86.9% guru sudah memiliki kualifikasi S1, dan 10% guru berkualifikasi D3 kebawah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5 Data Guru No Tingkat

Pendidikan

Jumlah Guru Ket

GT GTT Jml S.2-S.3

S.1 D.3 D.2 D.1

1 S.2-S.3 - - 2

2 S.1 31 9 40

3 D.3 2 1 3

4 D.2 - - -

5 D.1 - - -

Jumlah 33 10 45 JUMLAH

b. Keadaan Karyawan

Kelancaran dan kebersihan suatu pendidikan sangat ditentukan oleh peran serta karyawan. Kelancaran pendidikan di sekolah tidak terlepas dari administrasi yang baik, teratur serta terencana yang dimaksud pegawai pada unit pelaksanaan teknis di SMP Negeri 90 Jakarta Timur adalah keseluruhan karyawan sekolah di antaranya staf tata usaha, staf kebersihan, dan satpam.


(46)

Jumlah keseluruhan karyawan di SMP Negeri 90 Jakarta Timur adalah 13 orang, diantaranya 1orang merupakan pegawai tidak tetap, 3 orang pembantu pelaksana, 1 orang satpam yang berkualifikasi SLTA, dan 3orang yang berkualifikasi S1, diantaranya 8 orang pegawai tetap dan 1 orang pegawai tidak tetap, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabrl berikut:

Tabel 6 Data Karyawan

No Tingkat Pendidikan

Jumlah Karyawan

PT PTT Pembantu

Pelaksana

Satpam Jumlah

1 S.2-S.3 - - - - -

2 S.1 3 - - - 3

3 D.3 2 - - - 2

4 D.2 - - - - -

5 D.1 - - - - -

6 SLTA 3 1 3 1 8

Jumlah 8 1 3 1 13

Tabel 7

Data Guru/ Pegawai Menurut Agama

No Ket Islam K.P

RT

K. Ktlk

Hindu Budha Jumla h

Jm l L P L P L P L P L P L P

1 Guru Tetap 9 11 3 4 - 1 - - - 28

2 Guru Tidak Tetap 8 8 - - - 1 - - - 17

3 Pegawai Tata Usaha Tetap


(47)

4 Pegawai Tidak Tetap 4 1 - - - 5

Jumlah 26 21 3 4 - 4 - - - 58

Tabel 8

Data Guru/ Pegawai Menurut Golongan

No Gol A B C D Jumlah

L P L P L P L P L P Jml

1 IV 8 11 1 - - - 9 11 20

2 III 1 2 3 4 - - 3 2 7 8 15

3 II - - - 1 - 1 - 1

4 I - - - -

Jml 9 13 4 4 - - 4 2 17 19 36

Tabel 9

Data Guru/ Pegawai Menurut Umur

No Ket Umur Jml

<20 20-29 30-39 40-49 50-59 L P L P L P L P L P

1 Guru Tetap - - - - 2 1 5 5 7 8 28

2 Guru Tidak Tetap - - 4 3 3 3 2 2 - - 17

3 Pegawai Tetap - - - 2 3 2 1 8

4 Pegawai Tidak Tetap

- - 1 1 3 - - - 5

Jml - - 5 4 8 4 9 10 9 9 58

c. Keadaan Siswa

Data yang didapatkan oleh penulis mengenai data jumlah siswa SMP Negeri 90 Jakarta Timur yaitu jumlah siswa pada tahun ajaran


(48)

2007/2008 tercatat sebanyak 840 siswa, yang terdiri dari kelas VII berjumlah 320 siswa (8 rombel), kelas VIII berjumlah 280 siswa (7 rombel), dan kelas IX berjumlah 240 siswa (6 rombel), pada tahun 2008/2009 tercatat sebanyak 840 siswa, yang terdiri dari kelas Vii berjumlah 240 siswa (6 rombel), kelas VIII berjumlah 280 siswa (7 rombel), dan kelas IX berjumlah 320 siswa (8 rombel). Pada tahun 2009/2010 jumlah siswa tercatat sebanyak860 siswa, yang terdiri dari kelas VII berjumlah 280 siswa (7 rombel), kelas VIII berjumlah 320 siswa (8 rombel), dan kelas IX berjumlah 240 siswa (6 rombel). Sedangkan pada tahun 2010/2011 jumlah siswa tercatat sebanyak 844 siswa, yang terdiri dari kelas VII berjumlah 280 siswa (7 rombel), kelas VIII berjumlah 275 siswa (7 rombel), dan kelas IX berjumlah 289 siswa (7 rombel). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10

Data Siswa 3 (tiga) tahun terakhir Tahun

Pelajaran

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX

Jml. Siswa

Jml. Rombel

Jml. Siswa

Jml. Rombel

Jml. Siswa

Jml. Rombel

2007/2008 320 8 280 7 240 6

2008/2009 240 6 280 7 320 8

2009/2010 280 7 320 8 240 6

2010/2011 280 7 280 7 289 7

5. Keadaan Sarana dan Prasarana

Dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan, maka sekolah perlu menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai atau lengkap, sehingga mampu menunjang dan meningkatkan mutu pendidikan sekolah tersebut. Karena dengan adanya penyediaan sarana dan prasarana dalam pendidikan, maka akan tersedia fasilitas-fasilitas pendidikan yang


(49)

dibutuhkan dalam proses belajar mengajar dan akan dapat memberi pengaruh yang baik pada peningkatan mutu serta kualitas pendidikan pada sekolah tersebut. Kondisi bangunan SMP Negeri 90 Jakarta Timur secara umum dapat dikatagorikan cukup baik, karena semua bangunan atau ruangan dapat berfungsi dengan baik.

Tabel 11

Keadaan Sarana dan Prasarana SMP 90 Jakarta Timur

No Jenis Ruang Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Ruang kelas Lab. Komputer Ruang Perpustakaan Ruang UKS Koperasi Ruang BP/ BK Ruang kepala sekolah Ruang Guru

Ruang TU (Tata Usaha) Ruang OSIS WC Guru WC Murid Mushola Lapangan Olahraga Laboratorium IPA Kantin 21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1

4.VISI DAN MISI SMP Negeri 90 Jakarta Timur VISI SMPN 90 Jakarta Timur

Visi SMP 90 Jakarta Timur: Bermutu, Berakhlak dan berbudi Pekerti Luhur Kami memilih visi ini untuk tujuan jangka panjang, jangka menengah dan


(1)

df = N-nr = 35-2 =33 rxy = 0.51

r tab = Pada taraf signifikan 5%= 0.344

Dari perhitungan tersebut bahwa (N) yaitu 35 siswa dikurang (nr) banyaknya variabel yang kita korelasikan yaitu 2 variabel jadi jumlahnya 33. Jadi df adalah 33.

Dengan memeriksa tabel “r” Product Moment ternyata dengan df sebesar 35 dan taraf signifikan 5 % diperoleh tabel = 0,344, karena rxy atau ro pada taraf signifikan 5 % lebih besar dari pada r tabel atau rt (0,51> 0,34), maka pada taraf signifikan 5% Hipotesa Alternatif (Ha) diterima, sedangkan Hipotesa Nihil (Ho) ditolak, berarti bahwa pada taraf signifikan 5% itu terdapat korelasi positif (searah) yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y.

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan Agama Islam disekolah sudah menambah memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi belum mampu membentuk kepribadian siswa, maka dari itu perlu dibantu oleh faktor eksternal, maksudnya pihak keluarga dan lingkungan masyarakat yang juga berperan penting terhadap pembentukan kepribadian Islami siswa. Karena waktu yang diberikan di sekolah untuk pelajaran pendidikan Agama Islam minim sekali yakni 2 jam pelajaran dalam seminggu. Sedangkan pendidikan Agama Islam sangat berpengaruh terhadap kepribadian Islami siswa, karena tujuan utama dari Pendidikan Agama Islam yaitu terbentuknya kepribadian Muslim.


(2)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan pengolahan data dengan hasil perhitungan yang menggunakan rumus korelasi product moment, dihasilkan perolehan angka korelasi 0,51 yang berada pada kisaran 0.40-0.70, maka antara variable X dan Y termasuk korelasi positif yang cukup. Dengan melihat tabel “r” product moment, ternyata dengan df sebesar 33 pada taraf signifikan 5% diperoleh r tabel = 0. 344, karena rxy atau ro pada taraf signifikan 5% lebih besar dari pada r tabel atau rt (0.51>0.344), maka pada taraf signikan 5% Hipotesa Alternatif (Ha) diterima, sedangkan Hipotesa Nihil (Ho) ditolak, berarti bahwa pada taraf signifikan 5% itu terdapat korelasi positif (searah) yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Dari kedua hipotesis yang penulis dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Setelah melakukan penelitian ternyata hipotesis alternatif diterima, sedangkan hipotesis nihil ditolak yang menyatakan terdapat korelasi positif antara Pendidikan Agama dengan kepribadian Agama Islami Siswa. Artinya pelaksanaan Pendidikn agama Islam di SMP Negeri 90 Jakarta Timur cukup baik. Akan tetapi, diperlukan lagi adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan keluarga siswa. Jadi Pendidikan Agama Islam tidak hanya diberikan di sekolah, tetapi pihak keluarga pun ikut memberikan Pendidikan


(3)

Agama Islam kepada anaknya, dan dikarenakan minimnya waktu yang diberikan untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah tersebut.

2. Pendidikan agama Islam di sekolah sudah memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi belum mampu membentuk kepribadian siswa, karena siswa-siswi di sekolah tersebut masih banyak yang belum melaksanakan shalat lima waktu, dan belum mampu membaca Al-Quran, maka dari itu perlu dibantu oleh faktor eksternal, maksudnya pihak keluarga dan lingkungan masyarakat yang juga berperan penting terhadap pembentukan kepribadian Islami siswa.

3. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di keluarga merupakan faktor terpenting demi tercapainya tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Karena keluarga merupakan pendidikan informal keagamaan, dari sinilah anak sudah dilatih oleh orng tuanya, shalat berjemaah dengan keluarga, dan menghormati orang tua. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan keluarga demi tercapainya tujuan Pendidikan Agama Islam, yaitu terbentuknya kepribadian muslim.

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian ini penulis mencoba untuk mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Untuk para guru sebagai pendidik hendaknya berupaya mendorong siswa untuk mengikuti pendidikan agama, selain itu peran guru agama tidak hanya trnsfer of knowledge akan tetapi juga sebagai transfer of value sehingga terbentuklah suatu kepribadian yang utama, takwa dan tertanam dalam setiap anak didik. Khususnya guru Pendidikan Agama Islam dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya selalu dipersiapkan dengan baik dan teratur sehingga apa yang akan dicapai dari tujuan pembelajaran akan terlaksana dengan baik. Serta selalu memperbaiki dan mencari cara-cara untuk meningkatkan kompotensi mengajar siswa.


(4)

2. Orang tua diharapkan menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan pihak sekolah (khususnya guru PAI) dalam rangka mengawasi keadaan siswa diluar lingkungan sekolah.

3. Kepala sekolah diharapkan menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam rangka untuk mengetahui dan mengawasi keadaan siswa-siswi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah.

4. Semua pihak yang ada di sekolah yaitu guru, dan seluruh staffnya diharapkan mampu menciptakan lingkungan yang Islami, sehingga akan menjadi suri teladan bagi seluruh siswa.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Abrasy, Muhammad Atiyah, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Yamunu, 1970), Cet. I

Ali, Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005)

Amirul Hadi dan Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan,(Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), Cet. 1

Anas, Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006)

Arif, Armei, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), Cet. 1

Arifin, H. M. Ed, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Cet III Aziz, Abdul el-Quusiy dan Zakiah Daradjat, Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa/ Mental,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1986)

Daradjat, Zakiah, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996)

____________, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. III ____________, Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta:

Ruhama, 1995)

Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompotensi Sekolah Menengah Pertama, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama, 2004)

_________, UU Sisdiknas, (Jakarta: Sinar Grafik, 2006)

Djalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005)

Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. (Bandung: PT. Refika Aditama, 1998), Cet. I

H. M. Arifin, M. Ed, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984)

Majid, Abdul, dkk. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompotensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004)


(6)

Margono, S, Metodologi Penelitian Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005)

________, Metodologi Penelitian Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003)

Marimba, Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. AlMaarif, 1980)

Mujib Abdul dan Jusuf Mudzakar, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2002)

Namsa, Yunus, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000)

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997)

Nawawi Al-Imam, Shahih Muslim, Jilid IV. Terjemahan dari Shahih Muslim Oleh

Ma‟mun Daud (Klang Slangor Book Centre, 1997), Cet. V

Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya: 1995)

________, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya: 1998) Purwoko, Yudho, Memecahkan Masalah Remaja, (Bandung: Nuansa, 2001) Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Kalam Mulia, 2002)

Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007)

__________, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997)

Tim Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. 1

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jogjakarta: Wacana Press, Cet. 1., 2003)

Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, ( Surabaya: Usaha offset Printing, 1981)

______, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara: 1995) ______, Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 2004)