Hal ini dapat terjadi karena massa jenis partikel akan lebih besar dari massa jenis air laut. Sedimen merupakan bagian dari akumulasi material sepanjang tahun, dan
keberadaannya relatif tetap sehingga sedimen dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran lingkungan yang lebih baik dibandingkan sebarannya di kolom air
Siantingsih, 2005. Tabel 1 memperlihatkan konsentrasi logam Cd dan Cu di sedimen yang pernah dilakukan di berbagai wilayah perairan Indonesia.
Tabel 1. Konsentrasi Cd dan Cu ppm pada sedimen di beberapa perairan di Indonesia
Lokasi Konsentrasi logam
Tahun Sumber Cd ppm
Cu ppm Penelitian
Perairan Teluk 0.90-2.66 7.6-52.6 1990
Juni Afriansyah
2009 Jakarta
0.95-2.53 7.2-53.9 1990
November Muara Sungai
Way ttd-0.011 1
1.884-5.983 1998
September Afriansyah
2009 Kambas dan Way
1.625-6.073 1998 Juli
Sekampung Perairan Teluk
Jakarta 0.001-0.2 0.79-44.94
2003 September
Rozak dan Rochyatun
2007 Perairan Teluk
0.007-0.277 4.792-76.777
2004 Januari Afriansyah
2009 Jakarta
0.109 24.057
Teluk Kelabat, Bangka
0.1– 3.0 1.0–2.0
2006 Maret Arifin
2011 Perairan Delta
Berau, Kalimantan
Timur 0.022-0.125 1.575-34.112 2008
April Afriansyah
2009
2.4 Fraksinasi Logam Berat dalam Sedimen
Kandungan logam berat dalam sedimen berkaitan dengan ukuran butiran sedimen dimana konsentrasi logam berat tinggi terdapat pada sedimen yang
memiliki ukuran partikel lebih halus dibandingkan dengan sedimen kasar. Fraksi
sedimen halus memiliki area permukaan yang luas dan relatif tingginya gaya elektrostatis dari permukaan partikel tersebut Sudarso et al., 2005; Hutabarat dan
Evans, 2006; Situmorang et al., 2010. Kondisi perairan yang tenang akan memudahkan pengendapan sedimen
lumpur ke dasar perairan diikuti dengan pengendapan bahan organik. Kandungan bahan organik memiliki hubungan yang positif dengan konsentrasi logam berat
dalam sedimen Parera, 2004. Faktor lainnya yang mempengaruhi pengendapan sedimen adalah mekanisme transport material sedimen yang akan menentukan
variasi pengendapan yang terjadi Rachman, 2008. Tabel 2 menunjukkan hubungan konsentrasi logam berat Cu, Pb, dan Zn terhadap beberapa ukuran
butiran sedimen. Tabel 2. Hubungan antara ukuran butiran sedimen µm dan konsentrasi logam
berat Cu, Pb, dan Zn µgg Gaw, 1997 dalam Parera, 2004 Ukuran butiran sedimen
Konsentrasi Logam µgg
µm Cu
Pb Zn
1-10 39 78
1067 11-30 43
60 623
31-60 28
41 479
61-150 23
27 308
Menurut Seibold and Berger 1996 klasifikasi butiran sedimen berdasarkan ukuran terbagi atas batu stones, pasir sand, lanau silt, dan lempung clay.
Sedimen terdiri atas batu jika butiran memiliki ukuran 2-256 mm, pasir 0.063-2 mm, lanau 0.004-0.0063 mm, dan lempung 0.004 mm. Ukuran partikel sedimen
merupakan salah satu cara yang mudah untuk menentukan klasifikasi sedimen. Tabel 3 memperlihatkan klasifikasi fraksi sedimen berdasarkan ukuran.
Tabel 3. Klasifikasi sedimen berdasarkan Wentworth Scale Wibisono, 2005
Fraksi sedimen Partikel
Ukuran Butiran mm
Batu Bongkahan
256 Krakal
64-256 Kerikil kasar
4-64 Kerikil halus
2-4
Pasir Pasir sangat kasar
1-2 Pasir kasar
0.5-1 Pasir medium
0.25-0.5 Pasir halus
0.125-0.25 Pasir sangat halus
0.063-0.125 Lanau
Lanau kasar 0.031-0.063
Lanau medium 0.016-0.031
Lanau halus 0.008-0.016
Lanau sangat halus 0.004-0.008
Liat Liat kasar
0.002-0.004 Liat medium
0.001-0.002 Liat halus
0.0004-0.001 Liat sangat halus
0.0002-0.0004
11
3. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Juli 2011, merupakan kegiatan dari pemantauan kadar logam berat yang dilakukan oleh P2O-LIPI.
Lokasi pengambilan contoh sedimen berada di sekitar muara sungai Cilincing dan pelabuhan Tanjung Priuk, Teluk Jakarta Gambar 3. Analisis sampel sedimen
dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia P2O-LIPI, Jakarta Utara.
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian dan Titik Pengambilan Contoh di Perairan Teluk Jakarta