Kedelai Karakteristik Fisikokimia dan Sifat Fungsional Tempe yang Dihasilkan dari Berbagai Varietas Kedelai
11 penetrasi air ke dalam jaringan matriks biji sehingga biji mengalami
pengembangan volume. Banyaknya air yang masuk ke dalam matriks biji dipengaruhi oleh lamanya waktu perendaman dan struktur matriks biji yang
berbeda secara genetik Nout dan Kiers 2004. Secara umum, densitas kamba seluruh sampel mengalami penurunan setelah perendaman selama semalam.
Tabel 2 Perubahan dimensi, volume, dan densitas kamba setelah perebusan dan
perendaman biji kedelai selama semalam
Parameter Jenis kedelai
Impor 1 Impor 2
Lokal 1 Lokal 2
Lokal 3 Dimensi biji mm
Panjang 11.87±0.37
a
11.83±0.43
a
13.52±0.43
c
12.51±0.88
b
12.81±0.44
b
Lebar 6.01±0.23
b
6.49±0.28
c
5.99±0.22
b
5.46±0.21
a
5.53±0.16
a
Tebal 7.53±0.16
a
7.80±0.44
ab
8.19±0.26
b
7.49±0.30
a
7.93±0.56
b
Densitas kamba gml
0.62±0.00
ab
0.64±0.04
b
0.65±0.00
b
0.60±0.01
a
0.65±0.04
b
Volume biji mm3
337.5±25.0
b
387.5±25.0
c
425.0±28.9
d
362.5±40.8
bc
300.0±0.0
a
Derajat pengembangan
238.0±21.8
ab
258.9±17.9
bc
254.1±22.8
bc
280.4±34.0
c
214.8±12.6
a
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata p0.05.
Komposisi Kimia
Masing-masing kedelai memiliki komposisi kimia yang berbeda Tabel 3. Kelima jenis kedelai memiliki kadar air yang sangat berbeda nyata p0.01
dengan nilai yang bervariasi. Perbedaan kadar air kedelai dapat disebabkan oleh perbedaan proses penanganan, pengeringan, penyimpanan, dan distribusi kedelai
oleh supplier. Namun, jika mengacu pada SNI 1995 kadar air kelima jenis kedelai tersebut masih memenuhi standar yaitu 13.Kadar air merupakan salah
satu parameter penentu mutu dari kedelai, dimana semakin rendah kadar air kedelai maka semakin baik kualitas kedelai tersebut.
Kadar abu menunjukkan adanya kandungan mineral dalam suatu bahan pangan, dimana semakin tinggi kadar abu suatu bahan maka semakin tinggi pula
mineral yang terkandung di dalamnya. Kadar abu dari kelima jenis kedelai tersebut berkisar antara 5.27-6.33. Hasil analisis ragam menunjukkan varietas
kedelai berpengaruh sangat nyata p0.01 terhadap kadar abu. Kedelai lokal 1 memiliki kadar abu yang lebih rendah dibandingkan kedelai Impor 1 dan Impor 2,
kedelai Lokal 2 memiliki kadar abu yang sama dengan kedelai Impor 1 dan Impor 2, dan kedelai Lokal 3 memiliki kadar abu yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kedelai Impor 1 dan Impor 2. Kandungan mineral dominan dalam kedelai adalah fosfor P, kalsium Ca, dan zat besi Fe Hermana et al. 1996.
12 Tabel 3Analisis proksimat kedelai impor dan kedelai lokal g100 g
Jenis kedelai
Air bb Abu bk
Protein bk
Lemak bk
Karbohidrat bk
Impor 1 10.09±0.68
b
5.80±0.14
b
37.10±0.82
a
19.41±0.24
c
37.68±0.71
b
Impor 2 11.44±0.67
c
5.79±0.03
b
37.64±0.78
a
21.14±0.21
d
35.43±0.10
a
Lokal 1 11.68±0.11
c
5.27±0.18
a
38.27±0.55
a
19.65±0.20
c
38.82±0.81
ab
Lokal 2 7.79±1.30
a
5.93±0.11
b
38.22±0.91
a
18.17±0.47
b
37.68±1.42
b
Lokal 3 8.82±0.98
bc
6.33±0.09
c
41.79±0.43
b
14.76±0.42
a
37.10±0.73
b
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata p0.05
Protein merupakan komponen makronutrien yang diunggulkan pada produk
berbasis kedelai. Kandungan protein dalam kedelai menunjukkan kualitas kedelai tersebut. Kelima jenis kedelai yang digunakan memiliki kadar protein dengan
kisaran 37.10-41.79. Hasil analisis menunjukkan kedelai Lokal 3 memiliki kadar protein yang paling tinggi dibandingkan yang lainnya. Perbedaan tersebut
dapat disebabkan oleh perbedaan secara genetik dan faktor lingkungan Liu, 1997. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Balitkabi 2008 dan Antarlina et al.
2002 yang menyebutkan kedelai impor memiliki kadar protein yang lebih rendah dibandingkan kedelai lokal. Selain kadar protein yang tinggi, kedelai
mengandung asam amino essensial meliputi sistin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenil alanin, treonin, triptofan dan valin. Di samping itu, kandungan
asam amino dalam kedelai juga ditunjang dengan adanya asam amino non essensial seperti alanin, glisin, arginin, histidin, prolin, tirosin, asam aspartat dan
asam glutamat Cahyadi, 2006.
Kelima jenis kedelai mengandung lemak sebesar 14.76-21.14. Lemak kedelai mengandung asam lemak esensial yang cukup, yaitu asam linoleat
Omega 6 serta linolenat Omega 3. Kedelai impor umumnya memiliki kadar lemak yang lebih besar dibandingkan kedelai lokal. Peningkatan kadar protein
akan diikuti dengan berkurangnya kadar lemak dan karbohidrat dalam kedelai Moraes et al. 2006.
Analisis karbohidrat dilakukan dengan metode by difference. Hasil analisis menunjukkan bahwa kelima jenis kedelai memiliki kadar karbohidrat berkisar
35.43- 38.82. Sebagian besar karbohidrat yang terkandung dalam kedelai berupa karbohidrat kompleks, meliputi sukrosa, pati dan oligosakarida penyebab
flatulensi, seperti stakiosa dan rafinosa Astuti et al. 2000.