Makna Budaya Belis Dalam Perkawinan Adat Bagi Masyarakat (Studi Di Kecamatan Witihama Kabupaten Flores Timur)

(1)

i

MAKNA BUDAYA BELIS DALAM PERKAWINAN ADAT BAGI MASYARAKAT

(Studi di Kecamatan Witihama Kabupaten Flores Timur)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Prasyarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Sosiologi

Oleh

Sri Wahyuningsih (201210310311020)

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Dipertahankan Di Hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang Dan diterima sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata 1 (S-1)

Pada tanggal 2 Mei 2016 Di Hadapan Dewan Penguji

1. Drs. Sulismadi, M.Si : ( )

2. Muhammad Hayat, MA : ( )

3. Dr. Wahyudi, M.Si : ( )

4. Drs. Oman Sukaman, M.Si : ( )

Mengetahui Dekan FISIP UMM


(3)

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Sri Wahyuningsih Nim : 201210310311020 Fak/Jur : FISIP/Sosiologi

Judul : Makna Budaya Belis Dalam Perkawinan Adat Bagi

Masyarakat (Studi Di Kecamatan Witihama Kabupaten Flores Timur)

Pembimbing : 1. Dr. Wahyudi, M.Si

2. Drs. Oman Sukaman, M.Si

Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Wahyudi, M.Si Drs. Oman Sukaman, M.Si

Mengetahui

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Jurusan Sosiologi (Konsentrasi Sosiologi Pembangunan)

Dekan FISIP-UMM Ketu Jurusan Sosiologi


(4)

iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI Nama : Sri Wahyuningsih

Nim : 201210310311020 Fak/Jur : FISIP/Sosiologi

Judul : Makna Budaya Belis Dalam Perkawinan Adat Bagi Masyarakat (Studi Di Kecamatan Witihama Kabupaten Flores Timur)

Pembimbing : 1. Dr. Wahyudi, M.Si

2. Drs. Oman Sukaman, M.Si Konsultasi

Tanggal Keterangan Paraf

Pembimbing I

Paraf Pembimbing II 13 Januari 2016 ACC Judul

25 Januari 2016 ACC Bab I dan II 28 Januari 2016 Seminar Proposal 20 April 2016 ACC Bab III, IV, V

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Wahyudi, M.Si Drs. Oman Sukaman, M.Si

Mengetahui Dekan FISIP UMM


(5)

v

LEMBAR PERNYATAAN ORIENTASI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sri Wahyuningsih

Tempat/Tanggal Lahir : Ende, 26 Agustus 1994

Nim : 201210310311020

Fakultas/Jurusan : FISIP/Sosiologi

Menyatakan bahwa karya tulis ini atau skripsi ini berjudul:

Makna Budaya Belis Dalam Perkawinan Adat Bagi Masyarakat (Studi Di Kecamatan Witihama Kabupaten Flores Timur) adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam kutipan atau rujukan yang telah penulis sebutkan sebelumnya.

Demikian surat pernyataan ini penulis buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka penulis bersedia menerima sanksi akademis sebagaimana berlaku.

Malang, 20 April 2016 Yang menyatakan


(6)

vi MOTTO

USAHA TIDAK AKAN MENGHIANATI HASIL BERDOA DAN BERUSAHA

INSYAALLAH AKAN MENDAPATKAN HASIL YANG MEMUASKAN

SESUNGGUHNYA SESUDAH KESULITAN ITU ADA KEMUDAHAN


(7)

vii

LEMBAR PERSEMBAHAN

SKRIPSI INI SAYA PERSEMBAHKAN KEPADA KELUARGA SAYA TERCINTA

KHUSUSNYA BAPAK H. A. WAHAB DAN IBU Hj. SITI RAMLAH

DAN KAKAK SAYA TERCINTA FAROUK SE RITA AMALIYAH S.Pd dan FARHAN

SEBAGAI SOSOK YANG SELALU MEMBERIKAN PERHATIAN DAN MOTIVASI YANG BEGITU BESAR DALAM PERJALANAN


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpah rahmat dan hidah-nya sehingga penulis bisa menyelesaikan karya tulis ilmiah (skripsi) dengan lancar tanpa ada gangguan. Serta penulis tidak lupa memanjatkan shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, dimana yang selama ini membawa kita dari alam kegelapan menuju ke alam yang terang benderang seperti saat ini.

Karya tulis ilmiah (skripsi) dengan judul Makna Budaya Belis Dalam Perkawinan Adat Bagi Masyarakat (Studi Di Kecamatan Witihama Kabupaten Flores Timur). Dalam penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Rasa syukur dan rasa terimakasih penulis haturkan kepada:

1. Bapak Drs. H. Fauzan, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang

2. Bapak Dr. Asep Nurjaman, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

3. Bapak Muhammad Hayat, MA, selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

4. Bapak Dr. Wahyudi, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, teguran, kritik serta masukan dengan bijaksana selama proses penyusunan karya tulis ilmiah (skripsi) ini

5. Bapak Drs. Oman Sukaman, M.Si, selaku dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, teguran, kritik serta masukan dengan bijaksana selama proses penyusunan karya tulis ilmiah (skripsi) ini

6. Untuk Bapak H. A. Wahab dan Ibu Hj. Siti Ramlah yang telah memberikan dorongan material dan immaterial secara penuh tanpa henti-hentinya kepada peniliti

7. Untuk Kakak Farouk SE beserta sang istri Fatimah S.Pd, Kakak Rita Amaliyah S.Pd beserta sang suami Karim Kopong Keda S.Pd, Kakak Farhan beserta sang istri Farida yang telah memberikan motivasi dan saran dalam setiap masalah yang dihadapi peneliti


(9)

ix

8. Terimakasih kepada kaka ipar ka Kasmin beserta sang istri ka Mariam, ka Dahlan beserta sang istri Ka Hamida dan keluarga dikampung yang telah membantu dan menemani peneliti selama dikampung

9. Terimaksih kepada Kepala camat Witihama beserta karyawan yang telah membantu peneliti dalam pengambilan data

10.Terimakasih kepada keyinforman dari tiga desa yaitu desa sandosi, desa pledo, dan desa werenggere yang telah membantu memberikan informasi 11.Terimakasih kepada teman-teman Jurusan Sosiologi yang telah membantu

peneliti dalam menghadapi cobaan demi cobaan dalam bidang akademik dan non akademik, khususnya pada angkatan 2012 sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah (skripsi) ini

12.Terimaksih kepada teman-teman tersayang Nisrinah Ismail, Astuty Achmad, dan Astridina Saksita Putri yang telah memberi semangat dan warna hidup yang lebih indah dengan kecerian yang tiada henti selama empat tahun ini

Penulis menyadari keterbatasan kemampuan dalam penyusunan karya tulis ilmiah (skripsi) ini. Apabila saya selaku penulis terdapat kesalahan dalam penulisan karya tulis ilmiah (skripsi) ini mohon maaf. Penulis juga berharap karya tulis ilmiah (skripsi) ini dapat bermanfaat demi pengembangan pengetahuan dan wacana bagi para pembaca.

Malang, 20 April 2015


(10)

x DAFTAR ISI

Isi Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

MOTO ... v

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

ABSTRAKSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

1. Manfaat Teoritis ... 5

2. Manfaat Praktis ... 5

E. Definisi Konseptual ... 6

1. Makna Budaya ... 6

2. Budaya Belis ... 7

3. Perkawinan ... 9

4. Masyarakat ... 9

F. Metode Penelitian... 10

1. Pendekatan Penelitian ... 10

2. Jenis penelitian ... 10

3. Lokasi Penelitian ... 11

4. Subyek Penelitian ... 11


(11)

xi

6. Metode Pengumpulan Data ... 13

7. Teknik Analisa Data... 15

8. Uji Keabsahan Data ... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu ... 19

B. Perkawinan Adat ... 24

1. Pengertian Perkawinan ... 24

2. Tujuan Perkawinan ... 25

3. Budaya Perkawinan Adat ... 26

4. Sistem Kebudayaan Masyarakat Indonesia ... 27

5. Sifat Dan Hakikat Kebudayaan ... 28

C. Karangka Teori... 29

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Witihama ... 32

1. Deskripsi Lokasi dan Batas Wilayah ... 33

2. Lahan Pertanian... 33

3. Lahan Peternakan ... 34

B. Penduduk ... 34

1. Jumlah Penduduk ... 34

2. Pendidikan ... 35

3. Agama ... 36

C. Keadaan Sosial Ekonomi ... 37

D. Karakteristik Sosial dan Budaya di Kecamatan Witihama .... 39

1. Kelompok Usaha Bersama ... 39

2. Kelompok Tani... 41

3. Budaya Kesenian ... 42

BAB IV SAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Identitas Informan ... 44

B. Perkawinan Menurut Hukum Adat Di Kecamatan Witihama ... 45


(12)

xii

2. Sejarah Belis (Mahar) Gading Bala ... 52

3. Macam-Macam Nama Gading Bala ... 57

4. Jumlah Belis ... 60

5. Jenis-Jenis Pembayaran Belis ... 66

6. Belis Yang Diberikan Ketika Laki-Laki Melakukan Pelanggaran ... 71

7. Cara Penyelesaian Belis ... 74

C. Makna Belis (Mahar) Dalam Perkawinan Adat Di Kecamatan Witihama ... 77

1. Penghargaan Tertinggi Terhadap Seorang Perempuan ... 79

2. Hubungan Timbal Balik Antara Kedua Rumpun Keluarga ... 85

3. Solidaritas Secara Intern Dari Kerabat Istri Ke Kerabat Suami Sebagai Wujud Dari Kekerabatan Baru ... 90

4. Memiliki Nilai Sosial Budaya ... 93

D. Analisis Hasil Penelitian Dengan Teori Herbert Blummer (Interaksi Simbolik) ... 103

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 106

B. Saran ... 107

1. Saran Praktis ... 107

2. Saran Akademis ... 107


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1: Penelitian Terdahulu ... 20

Tabel 2: Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 34

Tabel 3: Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Kecamatan Witihama ... 35

Tabel 4: Data Umat Beragama Pada Masyarakat Kecamatan Witihama ... 36

Tabel 5: Komposisi Penduduk Menurut Pekerjaan Di Kecamatan Witihama ... 39

Tabel 6: Jumlah Kepala Keluarga Tani (KKT) ... 41

Tabel 7: Identitas Informan... 44


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman Gambar 1: Tenunan Kwatek Laki-Laki ... 40 Gambar 2: Kelompok Usaha Bersama Tenun Ikat ... 40 Gambar 3: Merupakan Salah Satu Contoh Tarian Hedung Pada Acara

Adat Ataupun Acara Besar Lainnya ... 42 Gambar 4: Gading Ukuran Satu Depa Lebih Bala Binen Yang Akan

Diberikan Pihak Laki-Laki Kepada Pihak Perempuan ... 101 Gambar 5: Bala Liman Papan Ukuran Sampai Sebelah Tangan

Orang Dewasa ... 101 Gambar 6: Kain Kwatek Atau Kain Tenun Yang Diberikan Pihak

Perempuan Sebagai Balasan Kepada Pihak Laki-Laki Dan Sebagai Bekal Anaknya Yang Telah Keluar

Dari Rumah ... 102 Gambar 7: Pengantaran Gading Dan Hewan Dari Pihak Laki-Laki

Kepada Pihak Perempuan ... 102 Gambar 8: Balasan Yang Diberikan Pihak Perempuan Kepada Pihak

Laki-Laki ... 103 Gambar 9: Penyerahan Dan Pengantaran Anak Perempuannya


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Dokumentasi

Lampiran 2: Berita Acara Seminar Proposal Lampiran 3: Daftar Presensi Seminar Proposal Lampiran 4: Surat Balasan Izin Penelitian


(16)

xvi

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press

Haryanto, Sindung. 2012. Spektrum Teori Sosial Dari Klasik Hingga Postmodern. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Mahi, Hikmat. 2011. Metode Penelitian dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. Yogyakarta: Graha ilmu, hal 37.

Marzali, Amri. 1997. Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Moleong. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Mulyana, Deddy. 2010. Komunikasi Antar Budaya Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung:PT Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2013. Metode penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia, hal 63.

Poloma, Margaret. 2010. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers. Richard T, Schaefer. 2012. Sosiologi. Jakarta: Salemba Humanika.

Shadily, Hasan. 1993. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Soemiyati. 1989.Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta.

Soyomukti, Nurani. 2013. Dasar Analisis, Teori & Pendekatan menuju Analisis Masalah-masalah Sosial, Perubahan sosial & Kajian Strategis. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.


(17)

xvii

Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta Wiyarti. 2008. Sosiologi. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.

Yusuf, A. Muri. 2014. Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan (cetakan ke-1). Jakarta: Kencana, hal 328-329.

NON BUKU:

Buku Profil Kecamatan Witihama.Soft File

Dade, Tenabolo Yacobus. Skripsi: Belis Dalam Adat Perkawinan Masyarakat

Rote BA’A di Kelurahan Mokdale Kecamatan Lobalain Kabupaten Rote

Ndao.

Rohman, Fathur. 2015. Skripsi: Makna Tradisi Upacara Perkawinan Adat Jawa Kraton, surakarta dan Yogyakarta.

Wara, Yanuarius L. 2012. Skripsi: Tradisi Belis Dalam Upacara Perkawinan dan Perubahan Sosial, Budaya, Ekonomi, Masyarakat Sumba Barat Daya.

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/773/2/BAB%20II.pdf Hal 16 (diakses pada tanggal 21 Januari 2016 pukul 23:17)


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan yang beraneka ragam yang tersebar mulai dari Sabang sampai Merauke. Kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia bukan hanya kekayaan akan sumber daya alam saja, melainkan masyarakat Indonesia juga memiliki kekayaan lain seperti kekayaan akan kebudayaan suku bangsa. Kebudayaan disetiap daerah tentunya berbeda-beda, salah satu kebudayaan yang ada dimasyarakat Flores Timur yang masih dilestarikan sampai saat ini yaitu budaya perkawinan adat.

Kebudayaan yang hingga saat ini masih ada dan dilestarikan oleh masyarakat Witihama Kabupaten Flores Timur, salah satunya adalah budaya belis dalam perkawinan adat. Budaya belis dalam perkawinan adat ini, masih dilestarikan oleh masyarakat Witihama Kabupaten Flores Timur sampai saat ini. Kebudayaan ini merupakan salah satu kebudayaan yang sering dilakukan oleh nenek moyang dan kemudian dilestarikan oleh generasi penerusnya atau masyarakatnya sehingga menjadi kebudayaan atau tradisi yang sering dilakukan oleh masyarakat Witihama Kabupaten Flores Timur. Kebudayaan ini mengandung nilai-nilai luhur yang mencerminkan luhurnya budaya orang Timur.

Mempelajari sejarah pada hakekatnya berarti mempelajari realita dan fakta masa lalu. Perjuangan setiap bangsa untuk mewujutkan cita-citanya berlangsung dalam tiga kurun waktu yakni: masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.


(19)

2

Realitas dan fakta masa lalu yang beraneka ragam dapat terlihat dalam latar berlakang kehidupan sosial budaya masyarakat antara lain, adat istiadat maupun bahasa daerah yang telah menjiwai masyarakat bangsa dan bahkan menjadi karakteristik atau kepedulian bangsa. Warisan budaya bangsa merupakan kekayaan bangsa dalam mendukung kebudayaan nasional harus di infentariskan, di dokumentasikan, dan dikembangkan secara baik oleh generasi muda, hal ini akan sangat berguna bagi pembinaan bangsa dan kelestarian budaya itu sendiri.

Kebudayaan merupakan suatu kepercayaan akan kesenian, adat istiadat bahasa, pengetahuan yang sering dilakukan oleh masyarakat. Menurut E.B. Taylor bahwa kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain kemampuan-kemanpuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat1.

Perkawinan adat merupakan bagian dari kebudayaan bangsa, dimana perkawinan adat ini dilakukan oleh seorang laki-laki dengan seorang perempuan menurut tata cara kebiasaan atau adat masyarakat setempat. Perkawinan adat biasanya dimulai dari tahap perkenalan, peminangan, pertunangan, dan perkawinan. Perkawinan adat yang dilakukakn oleh masyarakat Witihama ini menggunakan belis gading Bala. Belis berasal dari kata beli yang artinya membeli atau satu kewajiban memberi. Belis dalam masyarakat Witihama ini berupa gading Bala, dimana belis gading Bala ini akan diberikan oleh pihak keluarga laki-laki kepada pihak keluarga perempuan. Belis gading Bala merupakan aspek yang sakral bagi masyarakat witihama, sehingga pihak laki-laki tidak


(20)

3

menah dengan perempuan karena, gading Bala ini merupakan simbol penghargaan tertinggi terhadap pribadi seorang perempuan yang akan dinikahi dalam suatu perkawinan adat bagi masyarakat witihama.

Sistem pembayaran belis biasanya pihak perempuan yang menentukan berapa batang belis yang harus di bawa oleh pihak laki-laki sebelum melakukan suatu perkawinan. Status sosial kehidupan masyarakat juga menjadi penentu yang menentukan jumlah dan ukuran gadingnya. Dimana dalam sistem perkawinan adat masyarakat Witihama, Flores Timur, pembayaran belis menjadi prasyarat penting dalam suatu perkawinan adat. Perkawinan adat dalam tradisi kehidupan sosial masyarakat Witihama, Flores Timur pada umumnya disempurnakan oleh pemberian berupa belis gading Bala yang wajib dipenuhi oleh pihak keluarga laki-laki berdasarkan kesepakatan kedua keluarga.

Belis memiliki fungsi sosial sebagai perekat hubungan sosial kekerabatan di dalam suatu rumpun keluarga. Belis bukanlah suatu beban yang menghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat karena merupakan tradisi yang sudah diyakini manfaat dan kebaikannya, terutama dalam menjaga nilai kekerabatan, gotong-royong, dan kebersamaan dalam masyarakat. Dikatakan menjaga nilai gotong-royong karena dalam mempersiapkan belis yang ditentukan pihak keluarga perempuan, sedangkan pihak keluarga laki-laki akan mengumpulkan belis sesuai dengan jumlah belis yang diminta oleh pihak perempuan.

Belis atau mahar dalam suatu perkawinan adat dari masing-masing daerah tentunya berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Seperti


(21)

4

halnya adat masyarakat Alor yang dimana belisnya adalah Moko, berbeda dengan belisnya adat masyarakat Flores Timur adalah gading yang dalam bahasa Lamaholotnya disebut Bala.

Perkawinan adat bagi masyarakat witihama menggunakan belis gading bala merupakan suatu simbol penghargaan tertinggi terhadap pribadi seorang perempuan yang akan dinikahi dan juga merupakan suatu simbol untuk mempersatukan laki-laki dan perempuan sebagai pasangan suami istri. Dengan melihat fakta yang ditemukan, maka penulis berasumsi dasar yaitu, bahwa makna belis dalam perkawinan adat merupakan suatu segi kebudayaan, sebagai pencerminan kekerabatan, dan penghargaan tertinggi yang diberikan masyarakat terhadap seorang perempuan. Dari hal-hal yang ditemukan diatas maka penulis terdorong untuk mengangkat judul skripsi MAKNA BUDAYA BELIS DALAM PERKAWINAN ADAT BAGI MASYARAKAT (Studi di Kecamatan Witihama Kabupaten Flores Timur).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana makna budaya belis dalam perkawinan adat bagi masyarakat di Kecamatan Witihama Kabupaten Flores Timur?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah

“Untuk menganalisa dan mengetahui makna budaya belis dalam perkawinan adat


(22)

5 D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan atau sebagai kajian ilmiah untuk dijadikan referensi bagi mahasiswa UMM terutama jurusan Sosiologi yang ingin melakukan penelitian selanjutnya. b. Bermanfaat untuk menerapkan konsep sosiologi tentang teori Interaksi

simbolis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan makna budaya belis dalam perkawinan adat bagi masyarakat.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pemerintahan Flores Timur

Sebagai bahan masukan bagi pemerintah Flores Timur untuk menjaga budaya lokal di masyarakat khususnya di Kecamatan Witihama di Kabupaten Flores Timur.

b. Bagi masyarakat Kecamatan Witihama Kabupaten Flores Timur

Hasil analisis dan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat Kecamatan Witihama agar tetap melestarikan budaya atau tradisi yang sudah ada.

c. Bagi Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai tambahan referensi untuk mahasiswa dalam melakukan penelitian mengenai makna budaya belis dalam perkawinan adat bagi masyarakat. d. Bagi mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi peneliti yang lain untuk melakukan penelitian yang sejenis.


(23)

6 E. Definisi Konsep

1. Makna Budaya

Makna merupakan suatu simbol dari kehidupan masyarakat yang dimana masyarakat memandang bahwa benda atau simbol itu memiliki makna tersendiri sehingga benda tersebut menjadi makna yang sangat berarti didalam kehidupan masyarakat.

Budaya merupakan suatu tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok2.

Masyarakat dan budaya merupakan fenomena yang tidak terpisahkan. Unsur-unsur budaya adalah agama, teknologi, ekonomi, bahasa, organisasi sosial, kesenian dan ilmu pengetahuan. Antara unsur-unsur tersebut saling mempengaruhi antara satu dan lainnya.

Makna budaya merupakan sesuatu yang dianggap memiliki makna dalam kehidupan masyarakat sehingga sesuatu yang dianggap memiliki makna tersebut akan terus diinfentariskan sehingga menjadi suatu makna budaya yang ada didalam masyarakat dan akan dilestarikan dari generasi terdahulu ke generasi seterusnya sehingga bisa dijadikan suatu budaya dalam kehidupan masyarakat sekitar.

2 Mulyana. 2010. Komunikasi Antar Budaya Panduan Berkomunikasi Dengan


(24)

7 2. Budaya Belis

Budaya belis merupakan suatu budaya yang diwariskan dari nenek moyang kepada masyarakat, yang dimana dalam suatu perkawinan adat masyarakat Flores Timur Witihama harus menggunakan Belis gading (Bala) sebagaimana belis ini merupakan bentuk suatu budaya yang ada di masyarakat yang diturunkan dari nenek moyang sebagai salah satu bentuk budaya dalam perkawinan adat masyarakat Flores Timur.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, dan karya seni. Bahasa juga merupakan suatu budaya, dimana bahasa merupakan bagian yang tak terpisah dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggap bahasa sebagai suatu budaya yang diwariskan secara genetis.

Budaya adalah sistem dari pola-pola tingkah laku yang diturunkan secara sosial yang bekerja menghubungkan komunitas manusia dengan lingkungan ekologi mereka. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Belis atau mahar merupakan sesuatu yang akan diberikan pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Belis disetiap daerah berbeda-beda ada belis yang


(25)

8

berupa Mako dari adat Alor, Belis Gading (Bala) dari Larantuka dan banyak lagi berdasarkan daerahnya masing-masing.

Budaya belis adalah sebagai bentuk penghargaan, penghormatan kepada perempuan dan keluarganya, belis sebagai pengikat hubungan perkawinan, belis merupakan alat pengesahan perkawinan, lambang status perempuan. Mempunyai fungsi ekonomi, sosial, moral dan lambang status perempuan. Belis juga mempunyai makna yang sangat penting dalam perkawinan adat.

Belis atau mahar merupakan suatu pemberian yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan, dimana dalam pembayaran belis merupakan suatu tanda terima kasih kepada pihak keluarga perempuan yang telah merelakan anaknya menikah dengan laki-laki atau memasuki suku baru dengan mengikuti laki-laki. Selain itu belis juga sebagai pembuka hubungan keluarga baru untuk seterusnya dan memberi nilai kepada seorang perempuan, juga mempunyai nilai penting dalam rangkaian ikatan secara lahir batin bagi suami istri.

Belis dalam perkawinan adat bagi masyarakat Witihama biasanya berupa Gading Bala, hewan ternak dan juga kain tenun sebagai balasan dari pihak perempuan kepada pihak laki-laki sebagai bekal untuk anak perempuannya yang dimana semua itu memiliki makna yang sangat penting dalam suatu perkawinan adat bagi masyarakat Witihama. Budaya belis menggunakan gading Bala merupakan suatu penghormatan terhadap pihak perempuan sehingga pihak laki-laki tidak bisa semenah-menah melecehkan perempuan karena belis yang digunakan sangat langka.


(26)

9 3. Perkawinan

Perkawinan merupakan hubungan antar jiwa, hubungan harmonis dan kedamaian, cinta dan kasih sayang, kemuliaan dan keindahan. Perkawinan adalah perintah agama kepada yang mampu untuk segera melaksanakanya. Karena pernikahan dapat mengurangi kemaksiatan, baik dalam bentuk penglihatan atau dalam bentuk perzinahan.

Pernikahan bertujuan untuk membangun sebuah keluarga yang berdasarkan pada ikatan batin. Berdasarkan UU No. 1 pasal 1 tahun 1974 pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa3.

4. Masyarakat

Masyarakat merupakan suatu golongan besar atau kecil yang terdiri dari beberapa manusia atau sekelompok orang yang dimana manusia itu dengan sendirinya bertalian secara golongan dan saling mempengaruhi antara masyarakat satu dan masyarakat lainnya4.

Kehidupan masyarakat merupakan suatu sistem yang terdiri dari kelompok-kelompok yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi, yang didalamnya terdapat tindakan-tindakan dan tingkah laku sosial manusia. Di dalam kehidupan masyarakat, manusia menciptakan kebudayaan. Dalam kebudayaan

3 Sudarsono. 2005. Hukum Perkawinan Nasional. Jakarta : PT Rineka Cipta, hal 288 4 Shadily. 1993. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal.


(27)

10

tersebut ada yang diterima dan ada juga yang tidak diterima oleh masyarakat karena berkenaan dengan nilai-nilai moral dan estetika.

F. Metode Penelitian

Metode adalah suatu cara yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu penelitian. Metode penelitian mempunyai peran yang penting dalam mengumpulkan data:

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini, pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif, dimana data yang dihasilkan bersifat deskriptif atau menjelaskan secara jelas. Pendekatan kualitatif digunakan karena dalam penelitian kualitatif berusaha mengerti dan mengungkapkan makna suatu kejadian atau peristiwa dengan mencoba berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda dalam situasi atau fenomena yang sedang dikaji. Selain itu, dalam penelitian kualitatif peneliti melakukan berbagai tahapan penelitian dan kemudian mengolah data yang didapat selama penelitian sampai menyimpulkan data selama proses berlangsung dari awal sampai akhir kegiatan5.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Dimana penelitian kualitatif adalah sebuah jenis penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan

5 Yusuf. 2014. Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan (cetakan ke-1).


(28)

11

dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada yaitu upaya memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku baik individu maupun sekelompok orang6

Deskriptif kualitatif merupakan metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini untuk mendeskripsi, gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada7. Oleh sebab itu peneliti ingin mengkaji makna budaya belis dalam

perkawinan adat bagi masyarakat (studi di Kecamatan Witihama Kabupaten Flores Timur).

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di Kecamatan Witihama Kabupaten Flores Timur, dengan tiga desa sampel yaitu: desa Pledo, desa Werenggere, dan desa Sandosi tentang memaknai budaya belis dalam perkawinan adat bagi masyarakat. Alasan dilakukannya penelitian di lokasi tersebut karena peneliti melihat bahwa budaya Belis gading (Bala) ini cukup unik karena mas kawin atau belisnya menggunakan gading dari taringnya gajah dan budaya belis menggunakan gading ini masih berkembang dan masih digunakan sampai saat ini.

4. Subyek Penelitian

Penentuan subyek (sampel) penelitian ini yaitu dengan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Misalnya orang tersebut dianggap paling mengetahui tentang apa yang

6 Mahi. 2011. Metode Penelitian dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra.

Yogyakarta: Graha Ilmu, hal 37.


(29)

12

diharapkan, atau sebagai penguasa sehingga dapat memudahkan menggali informasi yang akan diteliti8.

Subyek yang akan peneliti ambil guna mendapatkan data yang peneliti butuhkan adalah sebagai berikut:

a. Tokoh adat, sebagai orang yang mampu menjelaskan dan mengetahui makna budaya belis dalam perkawinan adat.

b. Tokoh masyarakat, sebagai masyarakat yang memahami atau mengetahui makna budaya belis dalam perkawinan adat.

c. Pasangan perkawinan, sebagai masyarakat yang sudah pernah melakukan perkawinan adat dan memahami atau mengetahui makna budaya belis dalam perkawinan adat.

5. Sumber Data

Sumber data dapat dibedakan menjadi dua sumber, yaitu:

a. Data primer, yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung dari subyek yang diteliti, dengan cara melakukan observasi dan wawancara secara langsung dilokasi penelitian. Alasan peneliti menggunakan sumber data primer adalah untuk memperoleh informasi secara langsung dan aktual, dalam hal ini penulis mengambil data tersebut dari orang yang dianggap mengetahui makna budaya belis dan asal-usul dari budaya Belis. b. Data sekunder, yaitu sumber data yang diperoleh dari arsip-arsip

Kecamatan dan juga internet tentang situs-situs yang terkait dengan


(30)

13

konteks penelitian yaitu tentang makna budaya belis dalam perkawinan bagi masyarakat, juga buku yang sekiranya menunjang.

6. Metode Pengumpulan Data

Pencarian data dalam menyusun penulisan ini menggunakan beberapa teknik pemgumpulan data yakni:

a. Observasi

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melaui observasi9.

Peneliti menggunakan teknik observasi untuk melihat obyek yang diteliti dari dekat sehingga bisa mendapatkan informasi yang terkait dengan data yang peneliti butuhkan.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (Interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu10. Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua

orang, melibatkan seseorang lainnya yang ingin memperoleh informasi dari

9 Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta. Hal 64. 10 Meleong. 2012. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


(31)

14

seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu11

.

Peneliti menggunakan teknik wawancara untuk mewawancarai subyek dan informan yang terkait dengan makna budaya belis dalam perkawinan adat sehingga peneliti bisa mendapatkan informasi sesuai dengan data yang peneliti butuhkan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya, catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya, foto, gambar hidup maupun sketsa. Dokumen yang berbetuk karya misalnya karya seni yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain12.

Peneliti menggunakan teknik dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang berupa foto-foto maupun arsip-arsip data dari hasil wawancara maupun data dari pemerintahan terkait dengan data yang dibutuhkan.

11 Mulyana. 2013. Metode penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal.

180.


(32)

15 7. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan model interaktif yang dikemukan oleh Milles dan Huberman. Milles dan Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus, sampai tuntas. Teknik analisa data dalam penelitian dilakukan dengan model interaktif yaitu dimulai dari lapangan atau fakta empiris yang diperoleh dengan cara terjun kelapangan. Teknik analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi melalui proses pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan kemudian membuat kesimpulan yang mudah dipahami oleh peneliti maupun pembaca.

Komponen dalam analisis data (Interactive Model)13

13 Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, Hal, 92.

Penyajian Data

Penarikan Kesimpulan dan

Verifikasi data Pengumpulan

Data


(33)

16 a. Pengumpulan Data

Kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari subyek penelitian yang ada relevansinya dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian. Strategi pengumpulan data tersebut dapat ditarik dari langkah-langkah

tertentu “permisi masuk”, menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan,

menetapkan unit analisis dan cara-cara mengumpulkan data. Selanjutnya data yang terkumpul tersebut dipilih dan dipilah disusun penulisannya maka perlu cara melakukan analisa data14.

Teknik pengumpulan data digunakan agar bisa memilih dan memilah data-data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan subyek dan informan dalam penelitian yang terkait dengan makna budaya belis dalam perkawinan adat.

b. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan15.

Teknik reduksi data dalam penelitian ini, digunakan untuk merangkum atau memilih hal-hal yang pokok sehingga mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data.

14 Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Malang:UMM Press. Hal, 78. 15 Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:Alfabeta. Hal 92.


(34)

17 c. Penyajian Data

Sajian data pada dasarnya terdiri dari hasil analisis data yang berupa cerita rinci para informan sesuai dengan ungkapan atau pandangan mereka apa adanya (termaksud hasil observasi) tanpa ada komentar, evaluasi, dan interpretasi16. Sekumpulan data yang diorganisir sehingga dapat memberi deskripsi menuju proses penarikan kesimpulan. Penyajian data harus mempunyai relevansi yang kuat dengan perumusan masalah secara keseluruhan dan disajikan secara sistematis.

Teknik penyajian data yang digunakan untuk menceritakan data secara rinci dari para subyek dan informan dengan ungkapan atau pandangan mereka apa adanya sehingga mempermudah peneliti dalam proses penarikan kesimpulan.

d. Penarikan Kesimpulan

Proses penarikan kesimpulan merupakan bagian penting dari kegiatan penelitian, karena merupakan kesimpulan dari penelitian. Proses penarikan kesimpulan ini dimaksudkan untuk menganalisis, mencari makna dari data yang ada sehingga dapat ditemukan tema dalam penelitian yang telah dilakukan. Proses penarikan kesimpulan ini digunakan untuk menganalisis data dan mencari makna dari data yang sudah didapat dilapangan.

8. Uji Keabsahan Data

Peneliti menggunakan tringulasi dengan sumber sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Tringulasi dengan sumber adalah membandingkan dan


(35)

18

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara17.

Uji keabsahan data yang peneliti gunakan adalah tringulasi dengan sumber. Dalam uji keabsahan data menggunakan tringulasi dengan sumber sehingga peneliti bisa membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.


(1)

13

konteks penelitian yaitu tentang makna budaya belis dalam perkawinan bagi masyarakat, juga buku yang sekiranya menunjang.

6. Metode Pengumpulan Data

Pencarian data dalam menyusun penulisan ini menggunakan beberapa teknik pemgumpulan data yakni:

a. Observasi

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melaui observasi9.

Peneliti menggunakan teknik observasi untuk melihat obyek yang diteliti dari dekat sehingga bisa mendapatkan informasi yang terkait dengan data yang peneliti butuhkan.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (Interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu10. Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang lainnya yang ingin memperoleh informasi dari

9 Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta. Hal 64. 10 Meleong. 2012. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


(2)

14

seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu11

.

Peneliti menggunakan teknik wawancara untuk mewawancarai subyek dan informan yang terkait dengan makna budaya belis dalam perkawinan adat sehingga peneliti bisa mendapatkan informasi sesuai dengan data yang peneliti butuhkan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya, catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya, foto, gambar hidup maupun sketsa. Dokumen yang berbetuk karya misalnya karya seni yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain12.

Peneliti menggunakan teknik dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang berupa foto-foto maupun arsip-arsip data dari hasil wawancara maupun data dari pemerintahan terkait dengan data yang dibutuhkan.

11 Mulyana. 2013. Metode penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal.

180.


(3)

15

7. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan model interaktif yang dikemukan oleh Milles dan Huberman. Milles dan Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus, sampai tuntas. Teknik analisa data dalam penelitian dilakukan dengan model interaktif yaitu dimulai dari lapangan atau fakta empiris yang diperoleh dengan cara terjun kelapangan. Teknik analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi melalui proses pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan kemudian membuat kesimpulan yang mudah dipahami oleh peneliti maupun pembaca.

Komponen dalam analisis data (Interactive Model)13

13 Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, Hal, 92. Penyajian Data

Penarikan Kesimpulan dan

Verifikasi data Pengumpulan

Data


(4)

16

a. Pengumpulan Data

Kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari subyek penelitian yang ada relevansinya dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian. Strategi pengumpulan data tersebut dapat ditarik dari langkah-langkah

tertentu “permisi masuk”, menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan,

menetapkan unit analisis dan cara-cara mengumpulkan data. Selanjutnya data yang terkumpul tersebut dipilih dan dipilah disusun penulisannya maka perlu cara melakukan analisa data14.

Teknik pengumpulan data digunakan agar bisa memilih dan memilah data-data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan subyek dan informan dalam penelitian yang terkait dengan makna budaya belis dalam perkawinan adat.

b. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan15.

Teknik reduksi data dalam penelitian ini, digunakan untuk merangkum atau memilih hal-hal yang pokok sehingga mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data.

14 Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Malang:UMM Press. Hal, 78. 15 Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:Alfabeta. Hal 92.


(5)

17

c. Penyajian Data

Sajian data pada dasarnya terdiri dari hasil analisis data yang berupa cerita rinci para informan sesuai dengan ungkapan atau pandangan mereka apa adanya (termaksud hasil observasi) tanpa ada komentar, evaluasi, dan interpretasi16. Sekumpulan data yang diorganisir sehingga dapat memberi deskripsi menuju proses penarikan kesimpulan. Penyajian data harus mempunyai relevansi yang kuat dengan perumusan masalah secara keseluruhan dan disajikan secara sistematis.

Teknik penyajian data yang digunakan untuk menceritakan data secara rinci dari para subyek dan informan dengan ungkapan atau pandangan mereka apa adanya sehingga mempermudah peneliti dalam proses penarikan kesimpulan.

d. Penarikan Kesimpulan

Proses penarikan kesimpulan merupakan bagian penting dari kegiatan penelitian, karena merupakan kesimpulan dari penelitian. Proses penarikan kesimpulan ini dimaksudkan untuk menganalisis, mencari makna dari data yang ada sehingga dapat ditemukan tema dalam penelitian yang telah dilakukan. Proses penarikan kesimpulan ini digunakan untuk menganalisis data dan mencari makna dari data yang sudah didapat dilapangan.

8. Uji Keabsahan Data

Peneliti menggunakan tringulasi dengan sumber sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Tringulasi dengan sumber adalah membandingkan dan


(6)

18

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara17.

Uji keabsahan data yang peneliti gunakan adalah tringulasi dengan sumber. Dalam uji keabsahan data menggunakan tringulasi dengan sumber sehingga peneliti bisa membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.