Studi kasus mengenai kebermaknaan hidup pasangan suami istri yang belum membayar belis pada masyarakat Flores Timur

(1)

i

STUDI KASUS MENGENAI KEBERMAKNAAN HIDUP

PASANGAN SUAMI-ISTRI YANG BELUM MEMBAYAR

BELIS

PADA MASYARAKAT FLORES TIMUR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar sarjana pendidikan (S1)

Program studi bimbingan dan konseling

Oleh:

Wilhelmina Maran NIM: 081114050

PROGAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014


(2)

(3)

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunianya saya dapat menyeselesaikan skripsi ini

2. Orang tua saya Mikhael Mige Maran dan Ursula Sea Plue yang dengan sabar membesarkan serta merawat dan tak henti-hentinya memberi suport dalam menyelesaikan skripsi

3. Kakak dan adik saya Maria Wilhelmina Eleonora Maran dan Yosep Pedro Maran yang selalu memberikan semangat dan dukungan

4. Seluruh sahabat dan teman-teman angkatan 2008 yang dari awal sampai akhir selalu menemani keseharian dalam hidup saya

5. Para dosen dan karyawan Universitas Sanata Dharma khususnya pada program studi Bimbingan Konseling

6. Almamater tercinta Universitas Sanata Dharma yang selalu menjadi kebanggan saya


(5)

v

MOTTO

1. Dalam hidup yang serba krisis kita harus tetap berpikir kritis jangan sampai pesimis namun harus tetap optimis

2. Jangan menunggu waktu yang tepat untuk melakukan sesuatu, karena waktu tidak akan pernah tepat bagi mereka yang menunggu, Dewakata. 3. Waktu benar-benar sangat pemaaf, Berapapun waktu yang anda buang di

masa lalu, anda masih bisa memiliki keseluruhan hari ini. Kesuksesan tergantung pada penggunaan waktu yang bijaksana dengan cara membuat rencana dan menempatkan prioritas. Denis Waitely.

4. Kesalahan adalah pengalaman hidup, belajarlah darinya jangan mencoba untuk sempurna cobalah menjadi teladan bagi sesama, Dewakata

5. Kita tidak bisa mengubah situasi, kita di tantang untuk mengubah kehidupan.


(6)

(7)

(8)

viii

ABSTRAK

STUDI KASUS MENGENAI KEBERMAKNAAN HIDUP PASANGAN SUAMI-ISTRI YANG BELUM MEMBAYAR BELIS PADA

MASYARAKAT FLORES TIMUR

Wilhelmina Maran

Universitas Sanata Dharma 2014

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis gambaran kebermaknaan hidup pasangan suami istri yang belum membayar belis pada masyarakat Flores Timur. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini digolongkan dalam penelitian kualitatif. Penelitian ini didasarkan pada teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti untuk menemukan solusi permasalahan tersebut. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini yaitu pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara.

Hasil penelitian menunjukan bahwa hutang belis dalam pernikahan adat Flores Timur adalah sebuah fenomena budaya yang kerap kali menjadi persoalan dalam kehidupan rumah tangga (suami dan istri). Apa yang telah dialami oleh pasangan dalam penelitian ini menjadi bukti adanya dampak dari hutang belis. Persoalan ini tidak hanya berdampak negatif terhadap kehidupan rumah tangga, namun dapat menjadi sebuah pembelajaran bagi pasangan dalam melihat kebermaknaan hidup. Proses mencapai makna hidup adalah sebuah perjuangan panjang dari kondisi hidup yang kurang baik menjadi lebih baik, dalam hal ini mengubah kondisi hidup dan penghayatan tak bermakna menjadi bermakna. Upaya ini memerlukan niat dan komitmen yang kuat serta pemahaman mengenai potensi diri dan kesediaan untuk menghadapi berbagai kendala dan hambatan setiap masalah yang dihadapi. Pasangan suami dan istri dalam penelitian ini telah mengenal potensi diri mereka ketika berhadapan dengan permasalahan hutang belis. Potensi diri ini menjadi kunci atau jalan keluar yang tepat bagi pasangan tersebut untuk membangun sebuah kehidupan keluarga yang lebih baik. Pemahaman terhadap kelemahan dan kelebihan diri masing-masing pasangan telah membuka ruang selanjutnya dalam bertindak dan membangun hubungan dengan keluarga demi mencapai makna hidup mereka.

Penelitian ini telah membuktikan bahwa makna hidup itu adalah sesuatu yang berharga yang dapat membawa seseorang ke sebuah kehidupan yang lebih baik. Makna hidup ada dibalik segala bentuk kesulitan atau persoalan apa pun, tinggal bagaimana kita memaknainya.


(9)

ix

ABSTRACT

CASE STUDY ABOUT THE MEANINGFULLNES OF LIFE OF HUSBAND AND WIFE WHO HAVE NOT PAID BELIS IN EAST FLORES

COMMUNITY

Wilhelmina Maran Sanata Dharma University

2014

The purpose of this study is to identify and analyze the meaningfulness of life portrait from the couples who have not paid belis on East Flores community. The method used in this study can be classified as a qualitative research. This research is based on the relevant theory which related to the problems analyzed to find the solution. This study used case study approach, and the techniques of data collection are observation and interviews.

The result of this research indicated that belis which have not paid yet in the marriage of East Flores community is a cultural phenomenon which often times become a problem in the family life (husband and wife). What was actually happen from the married couples in this research is the evidence from the impact of belis which have not paid yet. This problem not only brings negative impact on the marriage life, but can also be a lesson for the couples to see the meaningfulness of life. The process to find out the meaning of life is a long journey from the bad life condition into the better one, in this case is to change the condition of life and the reflection from something which has no meaning into something meaningful. This effort needs a strong intention and commitment, also understanding about self ability and willingness to face various kinds of obstacles from every problem that they should faced. The husband and wife in this research already know their self ability when they should face the problem of belis which have not paid yet. This self ability is the key or good solution for the couples to build the better life. Understanding of weakness and strength from the husband and wife already open up the next step to act and build a family relationship in order to reach the meaning of their life.

This research proves that the meaning of life is something precious which can take somebody into the better life. The meaning of life from the various kinds of difficulties and problems lies on the way we really mean it in our life.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kemurahan kasih, karunia dan penyertaanNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penyusunan skripsi ini sebagai wujud dari seluruh pengetahuan dan pengalaman peneliti selama menjadi mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penelitian skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih yang tulus kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

3. Dra.M.J.Retno Priyani,M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen Program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membekali peneliti dengan berbagai ilmu pengetahuan selama ini sehingga berguna bagi peneliti.

5. Mas St.Priyatmoko, yang selalu setia dan sabar membantu peneliti dalam hal surat-menyurat dan administrasi lainnya.

6. Goris Suban dan Elisabet Benga yang bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini

7. Orangtua Mikhael Mige Maran dan Ursula Sea Plue yang selalu memberikan semangat, mendoakan serta membiayai studi dari awal hingga akhir.

8. Kakak Maria Eleonora Wilhelmina, Emi Kurniawati dan Adik Yosep Pedro Maran, Mario Kurniawan yang selalu memberikan motivasi selama penelitian skripsi.


(11)

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x


(13)

xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penulisan ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

1. Manfaat Teoritis ... 7

2. Manfaat Praktis ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A.Kebermaknaan Hidup (Suami-Istri) ... 8

1. Pengertian Kebermaknaan Hidup... 8

2. Ciri Kebermaknaan Hidup ... 10

3. Aspek-Aspek Kebermaknaan Hidup ... 11

4. Menemukan Makna Hidup ... 12

5. Komponen Keberhasilan Kebermaknaan Hidup... 16

B.Belis Dalam Perkawinan Masyarakat Flores Timur ... 23

1. Pengertian Belis ... 23

2. Belis Dalam Masyarakat Flores Timur... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A.Jenis Penelitian ... 28

B.Subjek Penelitian dan Objek Penelitian ... 30


(14)

xiv

D.Alat Pengumpulan Data……… 32

E.Teknik Analisis Data……… 33

F. Metode Keabsahan Data... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Hasil Penelitian………... 36

1. Persiapan Penelitian ... 36

a. Pelaksanaan Wawancara... 37

b. Gambaran Umum Subjek... 39

B. Pembahasan ... 41

1. Pembahasan Kebermaknaan Hidup Pasangan ... 42

2. Makna dan Pengaruh Belis dalam Perkawinan ... 48

BAB V PENUTUP …… ... 65

A.Kesimpulan ... 65

B.Saran ... ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(15)

xv

Daftar Lampiran

Lembar Pernyataan Penelitian ... 71

Lembar Persetujuan Partisipan Subjek 1 ... 72

Lembar Persetujuan Partisipan Subjek 2 ... 73

Lembar Persetujuan Partisipan Subjek 3 ... 74

Identitas Subjek 1 ... 75

Identitas Subjek 2 ... 76

Identitas Subjek 3 ... 77

Pedoman Wawancara ... 78

Verbatim Wawancara Subjek 1 ... 81

Verbatim Wawancara Subjek 2 ... 90


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam budaya setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi. Perkawinan umumnya dimulai dan diresmikan dengan upacara pernikahan. Umumnya perkawinan dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga. Kebahagiaan perkawinan dalam sebuah masyarakat bisa juga ditentukan oleh budaya masyarakat, hal ini berhubungan dengan adat istiadat masyarakat setempat. Dalam proses perkawinan adat Nusa Tenggara Timur, biasanya melalui tahapan seperti menentukan calon, menyiapkan hewan atau benda sebagai mas kawin, dan meminang yang disertai dengan pembayaran mas kawin tersebut.

Masyarakat Flores Timur mayoritas beragama Katolik dan masih memegang teguh adat istiadat setempat. Adat dan agama merupakan dua hal yang sulit sekali dipisahkan dari budaya masyarakat Flores Timur. Keduanya saling melengkapi, khususnya dalam hal pernikahan. Pernikahan dalam budaya Flores Timur merupakan proses panjang yang harus dilalui oleh setiap pasangan. Proses pernikahan dimulai dengan upacara adat dan diakhiri dengan penerimaan sakramen perkawinan di gereja. Pernikahan ideal dalam budaya masyarakat Flores Timur adalah pernikahan yang sah atau diakui adat dan agama. Pengakuan pernikahan


(17)

2

dalam adat ditandai dengan terbayarnya belis sebagai mas kawin dan secara agama adalah pemberkatan nikah di gereja.

Pada masyarakat Flores Timur terdapat tradisi perkawinan dengan menggunakan mas kawin yang lebih dikenal dengan istilah “belis”. Belis adalah sebutan lain dari mas kawin. Belis dalam budaya Lamaholot adalah gading gajah. Gading ini dipakai untuk menentukan nilai “Air Susu Ibu” kepada pihak keluarga wanita yang akan menikah dan sebagai ungkapan terima kasih kepada keluarga wanita. Air Susu Ibu dalam bahasa adat Flores Timur melambangkan rasa hormat seorang anak terhadap pengorbanan ibunya yang biasanya disimbolkan dengan gading.

Belis berupa gading gajah merupakan syarat utama dalam tradisi pernikahan adat Flores Timur. Belis adalah simbol kehormatan dan harga diri. Belis telah menjadi sebuah tuntutan adat turun-temurun yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Selain menjadi sebuah ukuran status sosial seseorang, belis bisa menjadi sebuah beban yang harus dipenuhi demi pengakuan sebuah pernikahan. Dalam budaya Flores Timur, yang berhak menentukan belis adalah pihak keluarga wanita. Jumlah gading yang diminta biasanya tiga sampai tujuh batang dengan ukuran yang tentukan. Terkadang tuntutan belis yang besar mengakibatkan terjadinya utang belis (Kornelis Kewa Ama, dalam kompas.com). Utang belis ini diartikan sebagai penundaan belis yang dilakukan oleh keluarga laki-laki yang akan dibayar pada waktu nanti.


(18)

3

Pernikahan bisa saja berlangsung walau pihak laki-laki masih ada utang belis. Ini tergantung negosiasi antar keluarga. Namun utang belis ini kadang menjadi persoalan dan pemicu ketidakharmonisan dalam membangun kehidupan rumah tangga. Pasangan yang menikah kadang hidup di bawah tekanan keluarga masing-masing.

Dampak hutang belis bagi isteri yaitu: mengalami tekanan dalam keluarga dari pihak suami, merasa tidak dihargai sebagai isteri dari saudara pihak suami serta tertekan batin dan perasaannya ketika diperlakukan dengan semena-mena oleh keluarga suami (saudara dari pihak suami) karena mereka tinggal serumah. Pasangan wanita yang belum mendapat belis, dalam kehidupan keluarganya lebih banyak mengalami tekanan dari pihak keluarganya sendiri. Dia akan menjadi sorotan dalam keluarganya dan dianggap tidak mempunyai harga dalam keluarga.

Dampak hutang belis bagi suami yaitu: suami akan dianggap rendah karena utang belis tersebut, suami dianggap kurang bertanggungjawab karena belum memenuhi kewajibannya sebagai kepala keluarga dalam pelunasan belis, dan suami belum dapat memenuhi tuntutan adat yang telah disepakati bersama baik dari pihak keluarga isteri maupun pihak keluarga suami. Tekanan ini akan mempengaruhi hubungan kedua pasangan dalam membangun rumah tangga. Realita yang ada pada masyarakat Lamaholot saat ini, bahwa seseorang yang sudah di belis belum tentu merasakan kebahagiaan dalam perkawinannya. Hal ini dikarenakan oleh nilai belis seorang wanita yang sangat mahal dan ini


(19)

4

menimbulkan beban bagi keluarga pria sehingga bisa saja pihak keluarga pria memperlakukannya tidak adil. Karena belis belum dibayarkan membuat pihak isteri selalu mendesak agar pihak suami segera membayar belis, ini menyebabkan dari pihak keluarga suami merasa terdesak dan sakit hati dan akhirnya melampiaskan emosi mereka dengan memperlakukan isterinya dengan semena-mena. Di sinilah kebermaknaan hidup dalam perkawinan dengan adanya belis sebagai mas kawin ini dipertanyakan.

Jika suami yang sudah menikah namun belum membayar belis, maka akan merasa belum memenuhi tuntutan dan harapan, maka dapat dikatakan pasangan suami isteri tersebut belum merasakan terpenuhinya makna hidup dalam perkawinan. Makna hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting dan berharga, serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Makna hidup bila berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan demikian berarti dan berharga. Makna hidup disini (Bastaman, 2007: 45) bila hal itu berhasil dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan kehidupan yang berarti dan pada akhirnya akan menimbulkan perasaan bahagia (happiness).

Dan makna hidup ternyata ada dalam kehidupan itu sendiri, dan dapat ditemukan dalam setiap keadaan yang menyenangkan dan tak menyenangkan, keadaan bahagia, dan penderitaan (Bastaman, 2007:45-46). Pengertian mengenai makna hidup menunjukkan bahwa dalam makna hidup terkandung juga tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan


(20)

5

dipenuhi. Mengingat antara makna hidup dan tujuan hidup tak dapat dipisahkan, maka untuk keperluan praktis pengertian “makna hidup” dan “tujuan hidup” disamakan. (Bastaman, 2007:46).

Makna hidup ini benar-benar terdapat dalam kehidupan itu sendiri, walaupun dalam kenyataannya tidak mudah ditemukan, karena sering tersirat dan tersembunyi di dalamnya. Bila makna hidup ini berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan dirasakan bermakna dan berharga yang pada giliranya akan menimbulkan perasaan bahagia. Kebahagiaan tersebut merupakan impian setiap pasangan yang menikah. Dalam mengejar kebahagiaan ini, mereka tentunya akan melewati banyak cobaan. Kebahagiaan bisa tepenuhi oleh materi, prestasi hidup, ataukah cinta yang tertanam dalam diri pasangan tersebut. Belis bisa menjadi salah satu faktor pemenuhan kebahagiaan itu dan bisa juga menjadi penghalang kebahagiaan.

Masalah belis dalam pernikahan terkadang menimbulkan perselisihan dan dendam dalam keluarga yang nampak dalam rendahnya penghargaan terhadap pasangan dan perlakuan yang tidak adil dalam keluarga. Di sinilah letak kepekaan pasangan (suami dan istri) dalam melihat dan menemukan makna hidup sesungguhnya dari pernikahan mereka. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebahagiaan adalah ganjaran atau akibat dari keberhasilan seseorang menemukan makna hidup.

Belis sejauh ini menjadi pemicu konflik dalam keluarga. Makna sebuah pernikahan pun dipengaruhi oleh ada dan tidaknya, terbayar atau


(21)

6

belum terbayarnya belis. Dalam persoalan ini komunikasi menjadi solusi yang ditawarkan dalam membina hubungan antara suami dan istri, ketika relasi keduanya kurang harmonis yang mungkin diakibatkan oleh banyaknya persoalan ataupun tekanan-tekanan hidup yang dirasakan. Komunikasi dalam keluarga adalah hal yang penting dalam membangun komitmen bersama. Belis dan permasalahan yang terjadi di dalamnya membuat peneliti tertarik dalam meneliti studi kasus mengenai kebermaknaan hidup pasangan suami isteri yang belum membayar belis pada masyarakat Flores Timur.

A. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti :

Bagaimana gambaran kebermaknaan hidup pasangan suami istri yang belum membayar belis pada masyarakat Flores Timur?

B. Tujuan Penulisan

Mengetahui dan menganalisis gambaran kebermaknaan hidup pasangan suami istri yang belum membayar belis pada masyarakat Flores Timur.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat teoritis dan praktis, yaitu: 1. Manfaat teoritis


(22)

7

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui kebermaknaan hidup pasangan suami istri yang belum membayar belis pada masyarakat Flores Timur.

2. Manfaat praktis : a. Peneliti

Penelitian ini bermanfaat dalam proses berlatih di bidang penelitian sehingga dapat mengembangkan pengetahuan peneliti mengenai kebermaknaan hidup pasangan suami istri pada masyarakat Flores Timur dan masalah belis.

b. Pembaca

Dapat memberi informasi yang berguna bagi para pembaca dalam memaknai kebermaknaan hidup dalam pasangan suami istri masyarakat Flores Timur dan masalah belis .


(23)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kebermaknaan Hidup (Suami – Istri) 1. Pengertian kebermaknaan hidup

Kebermaknaan hidup menurut Ancok (dalam Aisyah, 2007) adalah seberapa tinggi individu menilai hidupnya bermaksud atau berarti. Arti kebermaknaan hidup adalah sebuah motivasi yang kuat dan mendorong orang untuk melakukan suatu kegiatan yang berguna. Hidup yang berguna adalah hidup yang terus memberi makna pada diri sendiri dan orang lain. Kebermaknaan hidup akan di miliki seseorang jika dia dapat mengetahui apa makna hidup dan tujuan hidupnya.

Makna hidup menurut Bastaman (2007: 45) adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life). Makna hidup mengandung tujuan hidup yang menyangkut hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi, setiap orang memiliki tujuan hidup yang berbeda-beda apabila tujuan hidup ini terpenuhi maka akan menyebabkan seseorang ataupun pasangan merasakan kehidupan yang berarti dan akhirnya akan menimbulkan perasaan bahagia. Makna hidup ada dalam kehidupan itu sendiri dan dapat ditemukan dalam setiap keadaan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan maupun keadaan bahagia ataupun penderitaan.


(24)

Individu bebas menentukan caranya sendiri dalam menemukan dan menciptakan makna hidupnya. Penemuan dan penciptaan makna hidup menjadi tanggung jawab individu itu sendiri dan tidak dapat diserahkan kepada orang lain. Hanya individu itu sendirilah yang mampu merasakan dan mengalami makna hidupnya. Makna hidup dapat ditemukan dalam setiap keadaan, tidak saja dalam keadaan normal dan menyenangkan tetapi juga dalam penderitaan. Apabila hasrat makna hidup ini dapat terpenuhi, maka kehidupan akan dirasakan berguna, berharga dan berarti. Namun sebaliknya bila hasrat ini tidak terpenuhi akan menyebabkan kehidupan dirasakan tidak bermakna. Harapan sebagai makna hidup. Menurut Victor Frankl hidup ini menjadi bermakna, yaitu harapan (hope). Harapan adalah keyakinan akan terjadiya hal-hal yang baik atau perubahan yang menguntungkan di kemudian hari (Bastaman, 2007:50). Harapan itu belum tentu menjadi nyata tapi harapan bisa menjadi sebuah peluang atau solusi yang dapat menimbulkan semangat dan optimisme.

Menurut Frankl (Bastaman, 2007:14) makna hidup dapat ditemukan dalam setiap keadaan, tidak saja dalam keadaan normal dan menyenangkan, tetapi juga dalam penderitaan, seperti dalam keadaan sakit, bersalah, dan kematian. Hidup sebagai sebuah kesadaran akan adanya satu kesempatan atau kemungkinan yang dilatarbelakangi faktor realitas atau menyadari apa yang bisa dilakukan dalam situasi tertentu. Seorang individu dapat menemukan makna hidup dari setiap kesempatan atau realitas yang ia lalui


(25)

dalam hidupnya secara sadar. Ini membuat individu belajar memahami realita sebenarnya dari kehidupannya dengan kualitas penghayatan individu terhadap seberapa besar dirinya dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dan seberapa jauh individu telah berhasil mencapai tujuan-tujuan hidupnya untuk memberi arti terhadap kehidupannya.

1. Ciri Kebermaknaan hidup

Frankl (Bastaman, 2005) menyebutkan ciri-ciri orang yang dapat memaknai hidupnya adalah sebagai berikut :

a. Kehidupannya penuh semangat atau optimis

b. Memiliki tujuan hidup jelas yang berorientasi pada masa depan c. Memiliki kebebasan memilih

d. Bertanggungjawab terhadap tingkah lakunya dan kontrol diri yang sadar e. Kegiatan yang di lakukan lebih terarah

f. Tidak di tentukan oleh kekuatan-kekuatan di luar dirinya g. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan

h. Luwes dalam bergaul tetapi tidak sampai terbawa-bawa atau kehilangan identitas diri

i. Dapat menemukan arti kehidupan yang cocok

j. Tabah apabila dihadapkan pada suatu pederitaan dan menyadari ada hikmah di balik penderitan

k. Komitmen pada pekerjaan


(26)

m. Mampu mengungkapkan nilai-nilai daya cipta, nilai-nilai pengalaman atau nilai-nilai sikap

2. Aspek- Aspek kebermaknaan hidup

Menurut Frankl (Safaria, 2005: 147-149), terdapat tiga aspek dari kebermaknaan hidup yang saling terkait satu sama lainnya yaitu :

a. Kebebasan berkehendak (Freedom of will)

Manusia memiliki kebebasan untuk menentukan sikap ketika berhadapan dengan berbagai situasi. Kebebasan ini bukan berarti bahwa manusia mampu membebaskan diri dari kondisi-kondisi biologis, psikologis maupun sosiologis, akan tetapi manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan sikapnya terhadap suatu hal. Kebebasan ini membuat manusia mampu mengambil jarak bagi dirinya sendiri dan membuat manusia mampu menentukan apa yang diinginkannya untuk kehidupannya. Kebebasan ini menuntut manusia untuk mampu mengambil tanggung jawab atas dirinya sendiri, sehingga mencegahnya dari kebebasan yang bersifat kesewenangan.

b. Kehendak hidup bermakna (Will to meaning)

Kehendak hidup bermakna merupakan motivasi utama manusia. Hasrat inilah yang memotivasi setiap orang untuk bekerja, berkarya dan melakukan kegiatan-kegiatan penting lainnya. Manusia selalu mencari makna-makna dalam setiap kegiatannya, sehingga kehendak untuk


(27)

hidup bermakna ini selalu mendorong setiap manusia untuk memenuhi makna tersebut.

c. Makna hidup (Meaning of life)

Makna hidup akan menjadikan manusia mampu memenuhi kebermaknaan hidupnya. Manusia akan kehilangan arti dalam kehidupannya sehari-hari jika tanpa makna hidup. Dalam makna hidup terkandung pula tujuan hidup manusia, sehingga antara keduanya (makna hidup dan tujuan hidup) tidak bisa dibedakan.

Ketiga aspek kebermaknaan hidup di atas saling berkaitan yaitu kebebasan berkehendak (Freedom of will) tidak akan lepas dengan kehendak hidup bermakna (Will to meaning) dan makna hidup (Meaning of life). Artinya bahwa setiap orang mempunyai kehendak untuk memotivasi dirinya untuk melakukan segala hal dalam kehidupannya agar dapat memenuhi kebermaknaan hidupnya. Jadi ketiga aspek tersebut tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

3. Menemukan Makna Hidup

Ada banyak cara menemukan makna hidup, sehingga kita mampu meraih hidup bermakna meskipun pada penderitaan dan musibah. Bastaman (dalam Safaria,2005: 152-162) menjelaskan lima langkah untuk menemukan makna hidup. Kelima langkah tersebut adalah sebagai berikut:


(28)

a. Evaluasi Diri (Self Evaluation).

Langkah pertama ini membantu individu memperluas dan memahami beberapa aspek kepribadian serta corak kehidupan. Pada langkah awal, individu harus mengenali kelemahan-kelemahan diri dan berusaha mengurangi kelemahan-kelemahan tersebut. Setelah itu, individu memusatkan energi untuk meningkatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki dan mengoptimalkan potensi diri, sehingga mampu mencapai kesuksesan. Dengan mengenali dan memahami berbagai aspek dalam hidup, maka individu akan lebih mampu menyesuaikan diri ketika menghadapi masalah-masalah, baik yang berhubungan dengan diri sendiri maupun dengan orang lain.

b. Bertindak positif.

Langkah kedua ini berorientasi pada tindakan nyata untuk mencapai kebermaknaan hidup. Individu tidak lagi hanya sekedar berpikir positif, tetapi diwujudkan dalam bentuk perilaku yang positif. Jika pada berpikir positif ditanamkan hal-hal yang baik dan bermanfaat dengan harapan akan terungkap dalam perilaku nyata, maka bertindak positif adalah mencoba menerapkan hal-hal yang baik tersebut dalam perilaku dan tindakan nyata sehari-hari.Tindakan-tindakan positif ini jika dilakukan secara berulang-ulang akan menjadi suatu kebiasaan yang efektif.


(29)

c. Pengakraban hubungan (Personal encounter).

Hubungan individu dengan orang lain merupakan sumber nilai-nilai dan makna hidup. Inilah yang melandasi metode pengakraban hubungan. Hubungan akrab yang dimaksud adalah hubungan antara satu individu dengan individu lain, sehingga dihayati sebagai hubungan yang dekat, mendalam, saling percaya dan saling memahami. Untuk mengembangkan hubungan yang positif dengan orang lain, individu perlu menerapkan 2 prinsip pengakraban hubungan. Prinsip yang pertama adalah prinsip pelayanan, yaitu berusaha mengetahui apa yang diperlukan orang lain, dan kemudian berusaha untuk memenuhinya. Prinsip kedua adalah prinsip memberi dan menerima, artinya lebih dahulu berbuat jasa pada orang lain, yang kemudian orang lain akan dengan sukarela membalas kebaikan itu.

d. Pendalaman nilai (Exploring human values).

Makna hidup dapat ditemukan dengan pendalaman nilai-nilai hidup seperti yang dikemukakan Bastaman (2007: 47-49), yaitu:

1) Nilai-nilai kreatif (creative values): kegiatan berkarya, bekerja, mencipta serta melaksanakan tugas dan kewajiban sebaik-baiknya dengan penuh tanggungjawab.


(30)

2) Nilai-nilai penghayatan (experiental values): yaitu keyakinan dan penghayatan akan nilai-nilai kebenaran, kebajikan, keindahan, keimanan dan keagamaan, serta cinta kasih.

3) Nilai-nilai bersikap (attitudinal values): yaitu menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin dielakkan lagi, seperti sakit yang tak dapat disembuhkan, kematian dan menjelang kematian setelah segala upaya dan ikhtiar dilakukan secara maksimal.

e. Ibadah (Spiritual encounter).

Dengan pendekatan kepada Tuhan, individu akan menemukan berbagai makna hidup yang dibutuhkan. Dengan beribadah, individu akan mendapatkan kedamaian, ketenangan dan pemenuhan harapan. Karena individu juga perlu mengembangkan kebermaknaan spiritual sehingga dapat memperoleh makna yang lebih mendalam dalam hidup.

Dalam kehidupan sehari-hari baik secara sadar maupun tidak sadar, individu akan melewati atau mengalami ke lima langkah tersebut, tetapi semua hal tersebut kembali lagi kepada setiap individu dalam menghayati kelima langkah tersebut agar dapat menemukan makna hidupnya. Pada pribadi yang telah dewasa mereka dapat melihat setiap langkah tersebut sebagai penunjang kehidupannya dalam bermasyarakat dan dapat berguna bagi dirinya sendiri untuk menemukan makna hidupnya karena apa yang di lakukan di sadari dan di hayati oleh individu itu sendiri.


(31)

4. Komponen keberhasilan kebermaknaan hidup

Menurut Bastaman (1996:132), ada 6 (enam) komponen yang menentukan hidup tak bermakna menjadi hidup bermakna. Keenam komponen tersebut antara lain yaitu:

a. Pemahaman diri (self insight), yakni meningkatnya kesadaran atas buruknya kondisi diri pada saat ini dan keinginan kuat untuk melakukan perubahan ke arah kondisi yang lebih baik. Individu memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang tepat terhadap segala peristiwa, baik yang tragis maupun yang sempurna.

b. Makna hidup (The meaning of life), yakni nilai-nilai penting dan sangat berarti bagi kehidupan pribadi yang berfungi sebagai tujuan yang harus dipenuhi dan pengarah kegiatan-kegiatannya.

c. Pengubahan sikap (Changing attitude), yakni pengubahan sikap dari yang semula bersikap negatif dan tidak tepat menjadi mampu bersikap positif dan lebih tepat dalam menghadapi masalah, kondisi hidup dan musibah yang tak terelakkan. Seringkali bukan peristiwanya yang membuat individu merasa sedih dan terluka, namun karena sikap negatif dalam menghadapi peristiwa tersebut.

d. Keikatan diri (Self commitment), yakni komitmen individu terhadap makna hidup yang ditemukan dan tujuan hidup yang ditetapkan. Komitmen yang


(32)

kuat akan membawa individu pada pencapaian makna hidup yang lebih mendalam.

e. Kegiatan terarah (Directed activities), yakni upaya-upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja berupa pengembangan potensi-potensi (bakat, kemampuan dan keterampilan) yang positif serta pemanfaatan relasi antar pribadi untuk menunjang tercapainya makna dan tujuan hidup.

f. Dukungan sosial (Social support), yakni hadirnya seseorang atau sejumlah orang yang akrab, dapat dipercaya dan selalu bersedia memberi bantuan pada saat-saat diperlukan.

Kebermaknaan hidup pasangan suami istri dapat di artikan sebagai seberapa tinggi individu menilai dirinya bermakna atau berarti di dalam persekutuan hidup yang di bangun bersama pasangannya. Kebermaknaan hidup dalam suatu perkawinan menjadi hal yang wajib di perhatikan oleh pasangan suami istri, sehingga tujuan untuk membangun keluarga yang bahagia bisa tercapai. Sudah seharusnnya pasangan suami istri menyadari bahwa hidupnya harus memiliki makna, baik bagi dirinya maupun bagi pasangannya.

Kebermaknaan hidup dalam perkawinan menurut Gilarso (1996: 23-27) 1) Komunikasi dalam keluarga

Komunikasi adalah suatu proses timbal- balik antara dua orang, yang seorang memberi informasi, isyarat dan yang lain menerima informasi. Kalau yang lain menangkap dan mengerti informasi tersebut ia akan


(33)

meresponnya maka hal ini dikatakan melakukan komunikasi. Syarat mutlak komunikasi adalah yang satu mau bicara, membuka hati dan secara jujur berani mengungkapkan keinginan-keinginan dan isi hatinya sedangkan yang lain mau mendengarkan, mau menerima dan mau mengerti.

Dalam persekutuan perkawinan, dua pribadi dengan segala kekhususannya bergabung menjadi satu dan saling melengkapi dengan saling memahami dan menghormati, dengan demikian dengan adanya komunikasi mereka justru saling memperkaya. Agar komunikasi dapat berlangsung yang perlu diusahakan adalah suasana yang mendukung.Hal ini dapat dilihat dari hal-hal berikut

a) Relasi dengan istri atau suami di nomor satukan di atas segala-galanya

b) Salah satu tugas penting istri adalah menciptakan suasana yang menyenangkan di rumah, sehingga suami dan anak-anak bisa betah bila berada di rumah.

c) Masalah-masalah yang menyangkut kepentingan keluarga sebaiknya di rundingkan bersama, sampai tercapai mufakat atau paling tidak saling pengertian.

d) Kunci dan syarat mutlak komunikasi adalah kerelaan dan kemampuan untuk mendengarkan, bila yang satu bicara yang lain diharapkan menjadi pendengar yang baik.


(34)

e) Untuk komunikasi yang baik hendaknya harus bisa melihat dengan keadaan yaitu memilih waktu dan kesempatan serta tempat yang sesuai.

2) Tugas Dan Harapan Suami – Istri

Tugas dan harapan suami-istri terbentuk sebelum dan sesudah perkawinan. Dalam perkawinan secara Kristiani telah diberi hak dan kewajiban tertentu kepada pasangan setelah menikah, di mana itu menjadi tugas suci yang harus dijaga dan dilaksanakan. Gilarso pun (1996:23-27) melanjutkan bahwa terdapat harapan atau impian yang indah dari pasangan suami-istri baik yang telah direncanakan sebelum dan sesudah perkawinan.

a) Tugas Suami – Istri

Tugas suami- istri adalah hak dan kewajiban dalam pernikahan yang mencakup beberapa hal sebagai berikut;

(1) Membangun keluarga penuh cinta kasih

Melalui pernikahan, suami-istri membangun suatu persekutuan cinta yang kita sebut keluarga kristiani.Cinta itu pertama-tama harus diusahakan antara mereka berdua sendiri, kemudian kepada anak-anak, dan juga kepada sanak saudara,tetangga, lingkungan dan akhirnya kepada semua orang.


(35)

Anak-anak membutuhkan bantuan orang dewasa agar dapat berkembang dengan baik. Suami-istri diharapkan dapat mendidik generasi muda terutama anak-anak mereka sendiri. (3) Ikut membangun masyarakat

Masyarakat terbentuk dari keluarga-keluarga. Keluarga adalah sel terkecil masyarakat. Keluarga juga terpanggil untuk hidup bermasyarakat dengan sebaik-baiknya dan ikut membangun masyarakat, dengan membentuk pribadi-pribadi yang baik, jujur dan adil sesuai dengan aturan-aturan yang ada di masyarakat setempat dan sesuai dengan apa yang di harapkan bersama.

b) Harapan Antar Pasangan

(1) Harapan pria terhadap istrinya

Pria mengharapkan cinta istri terungkap antara lain dalam hal: (a) Istri memelihara, mengurus keperluan pribadi suami

seperti pakaian, makanan, penampilan.

(b) Istri pandai mengurus rumah tangga sehingga rumah menjadi tempat yang bersih dan menyenangkan bagi suami dan anak-anak.

(c) Istri mendukung pekerjaan suami, tetapi juga memberikan kebebasan kepada suami dalam bekerja, tanpa harus ikut campur tangan dalam urusan dinasnya


(36)

(d) Istri sebagai mitra sejajar dalam membangun keluarga, yang penuh pengertian dan dapat menjadi teman berbagi rasa dalam suka dan duka.

(e) Istri menunjukan dengan tanda-tanda dan sikapnya bahwa ia memerlukan suaminya, membutuhkan dukungan, perhatian dan cinta kasihnya tanpa menuntut seluruh perhatian suami untuk dirinya dan kepentingannya sendiri (2) Harapan wanita terhadap suaminya

Wanita mengharapkan suaminya menyatakan cintanya tidak hanya secara intelektual saja tetapi juga secara emosional, serta mau mengerti, menghargai, dan menerima dirinya sebagaimana adanya. Hal ini akan terungkap dalam hal:

(a) Suami bersikap sebagai ayah, kekasih dan sahabat terhadap istrinya, sehingga istri merasa aman di samping suami dan bebas menjadi dirinya sendiri.

(b) memperhatikan kebutuhan dan kebahagiaan istri, tidak bertindak kasar dan tidak melukai hatinya. Suami menunjukan dengan sikap, kata-kata dan perbuatan bahwa ia sungguh menyayangi istrinya, serta membutuhkan dan menghargai kasih sayangnya.


(37)

(c) Suami memberikan kebebasan kepada istri dalam hal mengurus rumah tangga.

(d) Kesetiaan suami terjamin, yang juga tampak dari keterbukaan, sikap jujur dan dapat di percaya.

(e) Suami mau memahami perasaan istrinya, sekaligus dapat mengendalikan dan memberi arah pada perasaan istri, dengan sikap yang rasional dan berpendirian tegas dalam komunikasi dari hati ke hati.

(f) Suami menghargai, membantu, mendorong dan mendukung karir istri (bila istri juga bekerja) serta keterlibatannya dalam lingkungan masyarakat.

(3) Harapan Sosial

Harapan sosial antara lain menyangkut peranan/status, dulu statusnya sebagai sebagai anak dari orang tuanya, sekarang berubah statusnya menjadi suami atau istri. Dahulu bujangan, masih bebas bergerak, sekarang masuk kelompok “bapak atau ibu”. Biasanya suami sebagai kepala keluarga bertanggung jawab keluar, sedang urusan rumah tangga menjadi tugas ibu.

Pendidikan anak merupakan hak dan tanggung jawab orang tua bersama. Untuk mewujudkan harapan-harapan tersebut dibutuhkan usaha dan perjuangan dari suami-istri


(38)

bersama sebagai pasangan. Bila mereka berhasil dalam memenuhi harapan tersebut, mereka akan mengalami kepuasan dan kebahagiaan dari kebermaknaan hidup dari sebuah perkawinanyang luar biasa. Suami istri sama-sama bertanggungjawab terhadap masa depan anak-anak mereka. Pendidikan yang terbaik bermula di dalam keluarga.

B. Belis Dalam Perkawinan Masyarakat Flores Timur

1. Pengertian Belis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, belis merupakan sebutan lain untuk maskawin yang digunakan didaerah Nusa Tenggara Timur. Belis juga sering disebut mahar atau harga pengantin perempuan. Orang suku Lamaholot menyebut belis dengan Weling Elang yang merupakan pemberian dari mempelai laki-laki kepada pengantin perempuan. Pemberian wajib berupa uang atau barang tertentu dari mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan ketika dilakukan angkat nikah. Belis pun membawa arti bahwa seorang wanita telah keluar dari suku asalnya dan sebagai alat mempererat hubungan kekeluargaan (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, 2003: 59).

2. Belis Dalam Masyarakat Flores Timur

Belis menurut Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD Arkeologi, Kajian Sejarah dan nilai tradisional Propinsi NTT (2003:114-115) merupakan bagian dari adat dan upacara perkawinan dikalangan suku Lamaholot, di


(39)

dalam belis ini mengandung nilai-nilai penghargaan terhadap generasi tua. Penghormatan terhadap generasi yang lebih tua menunjukkan adanya tata sopan santun yang tinggi dan sangat penting artinya bagi kelanjutan generasi. Adat serta upacara perkawinan juga merupakan suatu proses pembinaan dan pewaris nilai budaya kepada generasi ke generasi. Dengan demikian generasi baru tetap mempunyai akar yang kokoh dan tidak hilang kepribadiannya dengan adanya pengaruh-pengaruh dari luar. Dari upacara perkawinan dan dengan adanya belis nampak adanya nilai-nilai sosial yang di junjung tinggi dan bukanlah nilai-nilai individu yang di tonjolkan individu sebagai anggota keluarga suku bangsa, bukanlah berdiri sendiri tetapi merupakan bagian dari ikatan yang lebih luas dan terdapat nilai tertentu yang perlu ditaati, nilai-nilai kegotong-royongan dalam melaksanakan peristiwa-peristiwa penting adalah cukup menonjol. Ikatan perkawinan dengan adanya belis mempunyai nilai penting dalam rangka pemantapan dan pengekalan ikatan secara lahir batin dari suami istri dan keluarga kedua belah pihak. Dalam masyarakat Flores Timur yang menentukan besar kecilnya belis adalah saudara laki-laki dari ibu atau saudara laki-laki wanita tersebut. Walaupun besar kecilnya belis

ditentukan oleh keluarga wanita, tetapi dalam pelaksanannya selalu berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Adat perkawinan Lamaholot pada umumnya selalu ditandai dengan belis dan hantaran lain seperti binatang dan lain-lain. Masyarakat Flores Timur atau sering disebut dengan masyarakat


(40)

Lamaholot, dalam adat perkawinannya memiliki berbagai macam dan ragam jenis perkawinan.

Wanita dalam masyarakat Lamaholot sangat dijunjung tinggi.Ini dapat dilihat lewat pemberian belis memakai gading yang dalam masyarakat Lamaholot merupakan barang yang mahal. Flores dikenal sebagai daerah yang tidak menjadi tempat berkembang biak gajah, namun di daerah tersebut khususnya Flores Timur masih ditemui gading-gading gajah. Perkawinan menjadi sesuatu yang sakral dan menjadi pesta besar dalam peristiwa adat.

Kehidupan wanita dalam adat istiadat Lamaholot sangat tinggi nilainya. Wanita merupakan pusat kehidupan masyarakat karena itu harus diperhatikan oleh yang mengelilinginya. Nilai seorang wanita pada mas kawin yang dikonkritkan dalam jumlah dan ukuran gading gajah yang sulit diperoleh, besar kecilnya gading yang diberikan kepada keluarga wanita ditentukan bersama sesuai kesepakatan keluarga wanita dan keluarga laki-laki. Orang Lamaholot memandang perempuan sebagai Ibu Kehidupan, sosok yang menyerahkan diri untuk kehidupan bahkan sebagai sumber kehidupan itu sendiri. Pantaslah apabila seorang wanita Lamaholot yang mana sebagai sumber kehidupan dan sosok yang rela berkorban demi kehidupan harus diberi penghargaan dan penghormatan. Salah satu ungkapan penghormatan dan penghargaan terhadap perempuan sebagai ibu kehidupan dan sosok yang rela berkorban adalah dengan belis yang mahal.


(41)

Jasa leluhur seorang wanita Lamaholot tidak dapat dibeli dengan uang. Perempuan hanya dapat dihormati, dihargai dan dikenang, sehingga bagi masyarakat Lamaholot, belis yang diberikan keluarga pria kepada keluarga wanita tidak dilihat sebagai harga wanita tersebut melainkan sebuah bentuk penghargaan, penghormatan terhadap wanita dan sebagai bentuk pemersatu ikatan persaudaraan antara pemberi gadis (Opu Lake) dan (Opu Bine). Belis

berupa gading yang diberikan oleh pihak keluarga laki-laki kepada pihak keluarga perempuan tidak diberikan secara gratis. Pihak keluarga laki-laki juga akan mendapatkan balasan dari pihak keluarga perempuan berupa sarung adat (Kwatek/Kriok), gelang gading (Kala Bala) dan pakaian lainnya yang disebut owe waak.

Adat perkawinan Lika Telo, dalam urusan adat proses penyelesaian

belis dapat dilakukan dengan dua cara yakni: pembayaran secara langsung berupa gading dan pembayaran dengan cara putar (Geuk), Dalam pembayaran

belis secara langsung dilakukan dengan memberi belis berupa gading, hal ini dapat dilakukan secara sekaligus, tetapi ada juga yang harus diutang dan akan dibayar pada kemudian hari setelah upacara perkawinan. Pembayaran dengan cara putar (Geuk) dilakukan dengan memberi belis berupa gading dari saudari kandungnya yang sudah menikah.

Apabila belis belum dilunasi maka tergantung pada perjanjian keluarga kedua belah pihak. Namun secara adat perkawinan Lamaholot, jika belis


(42)

Artinya, suami masuk atau tinggal dalam lingkungan keluarga wanita (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, 2003: 60). Dalam pelunasan belis ini pun dapat saling membantu baik dalam keluarga maupun suku, tergantung sejauh mana sikap hidup sosial kolektif dalam masyarakat. Orang Lamaholot berpendapat bahwa urusan seorang anggota suku merupakan urusan suku, oleh karena itu urusan perkawinan dan belis juga merupakan urusan suku.


(43)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini digolongkan dalam penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, di mana proses penelitiannya didasarkan pada teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti untuk menemukan solusi dalam permasalahan tersebut. Alasan peneliti memilih pendekatan kualitatif, karena ini berkaitan dengan konsep judul dan rumusan masalah yang dikemukakan pada pendahuluan. (Abdurahman 2003:51) menambahkan bahwa melalui metode pendekatan kualitatif ini, peneliti akan melakukan penelitian secara intensif, terinci, dan mendalam terhadap organisasi, kelompok atau lembaga, dan gejala tertentu dalam masyarakat.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan studi kasus karena pendekataan ini dianggap mampu mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber . Studi kasus menjadi berguna terutama ketika orang perlu memahami suatu problem atau situasi tertentu, dan di mana orang dapat mengidentifikasi kasus yang kaya dengan informasi.

Metode penelitian studi kasus menurut Jasa Ungguh Muliawan (2014: 85) adalah metode penelitian yang berusaha meneliti, mengurai dan mencari solusi atau jalan keluar terbaik mengatasi masalah yang dihadapi. Sedangkan Rulam Ahmadi (2014: 69) mengemukakan pendapat Bogdan&Biklen yang


(44)

menyatakan bahwa studi kasus adalah suatu kajian yang rinci tentang satu latar, atau, subjek tunggal, atau satu tempat penyimpanan dokumen atau suatu peristiwa tertentu. Definisi lain dalam Rulam Ahmadi (2014:69) mengetengahkan bahwa studi kasus adalah kasus khusus yang dibatasi secara jelas (atau serangkaian kasus), suatu kasus itu bisa berupa individu, keluarga, pusat kesehatan masyarakat, rumah perawat, atau suatu organisasi. Masih menurut Rulam Ahmadi (2014: 77) mengemukakan pendapat dari Patton yang menyatakan bahwa studi kasus adalah perlakuan deskriptik, analitik, interpretatif, dan evaluatif yang lebih komprehensif yang ada dalam rekaman kasus.

Dari beberapa pendapat mengenai Studi kasus di atas dapat disimpulkan bahwa Studi Kasus adalah Metode penelitian yang meneliti tentang kasus khusus mengenai keluarga, dalam hal ini tentang studi kasus kebermaknaan hidup pasangan suami istri yang belum membayar belis pada masyarakat Flores Timur. Dengan studi kasus ini dimungkinkan untuk melakukan studi secara lebih dalam dan detail.

Proses mengonstruksi studi kasus ini melalui tiga tahapan, sebagaimana dikemukakan oleh Patton dalam Rulam Ahmadi (2014:78) sebagai berikut: pertama adalah tahap mengumpulkan data mentah. Kedua adalah tahap mengonstruk rekaman kasus. Ketiga adalah tahap terakhir adalah Tahap menulis narasi studi kasus.

Dengan menggunakan pendekatan Studi kasus, lebih menekankan pada aspek subjektif dari perilaku orang. Peneliti berusaha masuk dalam


(45)

dunia konseptual para subjek yang diteliti sedemikian rupa, sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari. Peneliti menggunakan pendekatan ini untuk mengetahui makna hidup dengan menggali penghayatan subjek terhadap usahanya sendiri agar memperoleh makna hidupnya.

A. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memilih pasangan yang sudah menikah namun belum membayar belis. Serta seseorang yang dekat dengan pasangan tersebut. Berikut identitas dari subjek penelitian:

a. Subjek 1 adalah suami berinisial GS. Umur 52 tahun dan berprofesi sebagai polisi.

b. Subjek 2 adalah istri GS berinisial EB. Umur 48 tahun dan berprofesi sebagai guru.

c. Subjek 3 adalah orang terdekat dari pasangan tersbut berinisial MM. Umur 60 tahun dan seorang pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS).

2. Objek Penelitian

Objek penelitian yang diangkat dalam penelitian ini adalah kebermaknaan hidup pasangan suami isteri yang belum membayar “Belis” pada masyarakat Flores Timur.


(46)

B. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan pada tahap pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi dan wawancara. Observasi merupakan metode pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang fenomena-fenomena yang diteliti (Sutrisno, 1990:136). Observasi dilakukan penulis di lapangan sampai dianggap cukup mengetahui fenomena yang diteliti. Sutrino menambahkan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses pengamatan dan proses ingatan.

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dalam penelitian digunakan observasi terus terang (Sugiyono, 2011:132), di mana sumber data atau subjek yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir aktivitas peneliti.

Wawancara merupakan kegiatan menghimpun data dengan jalan melakukan tanya jawab lisan secara tatap muka dengan siapa saja yang diperlukan atau dikehendaki (Sutrisno, 1990:136). Wawancara merupakan pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.


(47)

C. Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan lembar pengamatan, pedoman wawancara, tape recorder, lembar riwayat hidup, lembar observasi dan alat tulis.

1. Lembar Pengamatan

Lembar pengamatan mencangkup berbagai informasi umum seputar prosedur dan tujuan dari suatu penelitian. Kemudian pada lembar pengamatan ini juga dijabarkan bahwa (1) alat perekam suara dipergunakan semata-mata untuk kelancaran sesi tanya jawab, (2) identitas diri subjek akan tetap terjamin kerahasiaannya. Semua hal ini dimaksudkan agar para subjek merasa lebih nyaman dalam proses wawancara.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara ini digunakan agar penulis dapat mengajukan pertanyaan yang fokus pada masalah yang ingin diteliti (terlampir).

3. Tape Recorder

Untuk memperoleh data secermat dan selengkap mungkin, peneliti menggunakan tape recorder agar dapat berkonsentrasi penuh terhadap informasi yang diberikan responden dan data yang penulis peroleh juga lengkap sehingga penulis lebih leluasa untuk merumuskan temuannya. Tentusaja harus meminta izin terlebih dahulu pada subjek sebelum menggunakan tape recorder.


(48)

4. Lembar Riwayat Hidup

Lembar ini dipergunakan agar sebelum melakukan wawancara, penulis sudah mengetahui sedikit informasi tentang subjeknya. Di dalam lembar riwayat hidup terdapat beberapa hal yang harus diisi oleh subjek seperti: nama, alamat, usia, nomor telepon, suku, dan lain-lain. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah penulis untuk menghubungi subjek jika sewaktu waktu ada data yang masih kurang jelas atau kurang lengkap. 5. Lembar Observasi

Lembar ini berguna untuk mencatat perilaku-perilaku yang ditampilkan oleh subjek selama proses wawancara, seperti nada bicara, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan sebagainya.

6. Alat Tulis

Alat tulis digunakan untuk membantu pencatatan saat melakukan observasi.

D. Teknik Analisis Data

Data yang sudah terkumpul akan di analisis dengan menggunakan metode kualitatif. Menurut Patton (Poerwandari, 2007:163) penelitian kualitatif tidak memiliki aturan-aturan absolute untuk mengolah dan menganalisis data. Peneliti harus memonitor, melaporkan proses dan prosedur-prosedur analisis secara jujur dan selengkap mungkin. Oleh karena itu, setelah melakukan wawancara terhadap subjek maka peneliti melakukan beberapa langkah analisis sebagai berikut:


(49)

1. Verbatim

Data mentah berupa catatan lapangan dan kaset hasil rekaman, diproses secara verbatim atau kata demi kata.

2. Melakukan analisis awal

Dengan memperhatikan apakah ada hal-hal yang terlewatkan, kurang jelas atau perlu digali lebih dalam, Bila ditemukan hal-halyang memerlukan penjelasan lebih lanjut,penulis kembali menghubungi Subjek dan meminta kesediaan untuk diwawancarai sekali lagi sampai data yang dibutuhkan sudah berhasil terkumpul seluruhnya.

3. Kategori

Peneliti mengelompokan data ke dalam kategori-kategori. Peneliti menjabarkan kode-kode secara luas melalui skema. Setelah itu, peneliti menyusun catatan pencarian dan penemuan untuk memudahkan pencarian berbagai kategori data.

4. Analisis dengan teori

(Patton, 2009) menjelaskan bahwa proses analisis dapat melibatkan konsep-konsep yang muncul dari jawaban atau kata-kata responden sendiri (indigeneous concepts) maupun konsep-konsep yang dikembangkan atau dipilih peneliti untuk menjelaskan fenomena yang dianalisis (sensitizing concepts). Peneliti melakukan intepretasi pemahaman teoritis yaitu upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam dengan menggunakan kerangka teoritis dan saran untuk penelitian selanjutnya.


(50)

E. Metode Keabsahan Data

Penelitian ini metode menggunakan metode pemerikasaan data dengan teknik yang digunakan adalah triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Penelitian ini menggunakan triangulasi metode, yaitu peneliti membandingkan temuan data yang diperoleh dengan menggunakan suatu metode tertentu yaitu data hasil pengamatan di lapangan (observasi) dengan data hasil perolehan wawancara (Pawito, 2007:99).

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada ( Sugiono, 2011:330). Triangulasi data berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

Keabsahan data dalam penelitian ini dengan mendapatkan informasi data dari subjek 1 yaitu suami berinisial GS dan subjek 2 yaitu istri berinisial EB serta orang terdekat mereka yakni om dari pasangan tersebut berinisial MM.


(51)

menyatakan bahwa studi kasus adalah suatu kajian yang rinci tentang satu latar, atau, subjek tunggal, atau satu tempat penyimpanan dokumen atau suatu peristiwa tertentu. Definisi lain dalam Rulam Ahmadi (2014:69) mengetengahkan bahwa studi kasus adalah kasus khusus yang dibatasi secara jelas (atau serangkaian kasus), suatu kasus itu bisa berupa individu, keluarga, pusat kesehatan masyarakat, rumah perawat, atau suatu organisasi. Masih menurut Rulam Ahmadi (2014: 77) mengemukakan pendapat dari Patton yang menyatakan bahwa studi kasus adalah perlakuan deskriptik, analitik, interpretatif, dan evaluatif yang lebih komprehensif yang ada dalam rekaman kasus.

Dari beberapa pendapat mengenai Studi kasus di atas dapat disimpulkan bahwa Studi Kasus adalah Metode penelitian yang meneliti tentang kasus khusus mengenai keluarga, dalam hal ini tentang studi kasus kebermaknaan hidup pasangan suami istri yang belum membayar belis pada masyarakat Flores Timur. Dengan studi kasus ini dimungkinkan untuk melakukan studi secara lebih dalam dan detail.

Proses mengonstruksi studi kasus ini melalui tiga tahapan, sebagaimana dikemukakan oleh Patton dalam Rulam Ahmadi (2014:78) sebagai berikut: pertama adalah tahap mengumpulkan data mentah. Kedua adalah tahap mengonstruk rekaman kasus. Ketiga adalah tahap terakhir adalah Tahap menulis narasi studi kasus.

Dengan menggunakan pendekatan Studi kasus, lebih menekankan pada aspek subjektif dari perilaku orang. Peneliti berusaha masuk dalam


(52)

dunia konseptual para subjek yang diteliti sedemikian rupa, sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari. Peneliti menggunakan pendekatan ini untuk mengetahui makna hidup dengan menggali penghayatan subjek terhadap usahanya sendiri agar memperoleh makna hidupnya.

A. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memilih pasangan yang sudah menikah namun belum membayar belis. Serta seseorang yang dekat dengan pasangan tersebut. Berikut identitas dari subjek penelitian:

a. Subjek 1 adalah suami berinisial GS. Umur 52 tahun dan berprofesi sebagai polisi.

b. Subjek 2 adalah istri GS berinisial EB. Umur 48 tahun dan berprofesi sebagai guru.

c. Subjek 3 adalah orang terdekat dari pasangan tersbut berinisial MM. Umur 60 tahun dan seorang pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS).

2. Objek Penelitian

Objek penelitian yang diangkat dalam penelitian ini adalah kebermaknaan hidup pasangan suami isteri yang belum membayar “Belis” pada masyarakat Flores Timur.


(53)

B. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan pada tahap pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi dan wawancara. Observasi merupakan metode pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang fenomena-fenomena yang diteliti (Sutrisno, 1990:136). Observasi dilakukan penulis di lapangan sampai dianggap cukup mengetahui fenomena yang diteliti. Sutrino menambahkan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses pengamatan dan proses ingatan.

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dalam penelitian digunakan observasi terus terang (Sugiyono, 2011:132), di mana sumber data atau subjek yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir aktivitas peneliti.

Wawancara merupakan kegiatan menghimpun data dengan jalan melakukan tanya jawab lisan secara tatap muka dengan siapa saja yang diperlukan atau dikehendaki (Sutrisno, 1990:136). Wawancara merupakan pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.


(54)

C. Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan lembar pengamatan, pedoman wawancara, tape recorder, lembar riwayat hidup, lembar observasi dan alat tulis.

1. Lembar Pengamatan

Lembar pengamatan mencangkup berbagai informasi umum seputar prosedur dan tujuan dari suatu penelitian. Kemudian pada lembar pengamatan ini juga dijabarkan bahwa (1) alat perekam suara dipergunakan semata-mata untuk kelancaran sesi tanya jawab, (2) identitas diri subjek akan tetap terjamin kerahasiaannya. Semua hal ini dimaksudkan agar para subjek merasa lebih nyaman dalam proses wawancara.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara ini digunakan agar penulis dapat mengajukan pertanyaan yang fokus pada masalah yang ingin diteliti (terlampir).

3. Tape Recorder

Untuk memperoleh data secermat dan selengkap mungkin, peneliti menggunakan tape recorder agar dapat berkonsentrasi penuh terhadap informasi yang diberikan responden dan data yang penulis peroleh juga lengkap sehingga penulis lebih leluasa untuk merumuskan temuannya. Tentusaja harus meminta izin terlebih dahulu pada subjek sebelum menggunakan tape recorder.


(55)

4. Lembar Riwayat Hidup

Lembar ini dipergunakan agar sebelum melakukan wawancara, penulis sudah mengetahui sedikit informasi tentang subjeknya. Di dalam lembar riwayat hidup terdapat beberapa hal yang harus diisi oleh subjek seperti: nama, alamat, usia, nomor telepon, suku, dan lain-lain. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah penulis untuk menghubungi subjek jika sewaktu waktu ada data yang masih kurang jelas atau kurang lengkap. 5. Lembar Observasi

Lembar ini berguna untuk mencatat perilaku-perilaku yang ditampilkan oleh subjek selama proses wawancara, seperti nada bicara, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan sebagainya.

6. Alat Tulis

Alat tulis digunakan untuk membantu pencatatan saat melakukan observasi.

D. Teknik Analisis Data

Data yang sudah terkumpul akan di analisis dengan menggunakan metode kualitatif. Menurut Patton (Poerwandari, 2007:163) penelitian kualitatif tidak memiliki aturan-aturan absolute untuk mengolah dan menganalisis data. Peneliti harus memonitor, melaporkan proses dan prosedur-prosedur analisis secara jujur dan selengkap mungkin. Oleh karena itu, setelah melakukan wawancara terhadap subjek maka peneliti melakukan beberapa langkah analisis sebagai berikut:


(56)

1. Verbatim

Data mentah berupa catatan lapangan dan kaset hasil rekaman, diproses secara verbatim atau kata demi kata.

2. Melakukan analisis awal

Dengan memperhatikan apakah ada hal-hal yang terlewatkan, kurang jelas atau perlu digali lebih dalam, Bila ditemukan hal-halyang memerlukan penjelasan lebih lanjut,penulis kembali menghubungi Subjek dan meminta kesediaan untuk diwawancarai sekali lagi sampai data yang dibutuhkan sudah berhasil terkumpul seluruhnya.

3. Kategori

Peneliti mengelompokan data ke dalam kategori-kategori. Peneliti menjabarkan kode-kode secara luas melalui skema. Setelah itu, peneliti menyusun catatan pencarian dan penemuan untuk memudahkan pencarian berbagai kategori data.

4. Analisis dengan teori

(Patton, 2009) menjelaskan bahwa proses analisis dapat melibatkan konsep-konsep yang muncul dari jawaban atau kata-kata responden sendiri (indigeneous concepts) maupun konsep-konsep yang dikembangkan atau dipilih peneliti untuk menjelaskan fenomena yang dianalisis (sensitizing concepts). Peneliti melakukan intepretasi pemahaman teoritis yaitu upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam dengan menggunakan kerangka teoritis dan saran untuk penelitian selanjutnya.


(57)

E. Metode Keabsahan Data

Penelitian ini metode menggunakan metode pemerikasaan data dengan teknik yang digunakan adalah triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Penelitian ini menggunakan triangulasi metode, yaitu peneliti membandingkan temuan data yang diperoleh dengan menggunakan suatu metode tertentu yaitu data hasil pengamatan di lapangan (observasi) dengan data hasil perolehan wawancara (Pawito, 2007:99).

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada ( Sugiono, 2011:330). Triangulasi data berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

Keabsahan data dalam penelitian ini dengan mendapatkan informasi data dari subjek 1 yaitu suami berinisial GS dan subjek 2 yaitu istri berinisial EB serta orang terdekat mereka yakni om dari pasangan tersebut berinisial MM.


(58)

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Peneliti akan menguraikan serta menerangkan data dan hasil penelitian tentang permasalahan yang telah dirumuskan pada bab I, yaitu mengenai kebermaknaan hidup pasangan suami istri yang belum membayar belis. Hasil dari penelitian ini diperoleh dengan observasi dan wawancara secara mendalam dengan subjek penelitian sebagai bentuk pencarian data dan dokumentasi langsung pada saat di lapangan.

Dalam hasil penelitian, peneliti akan memaparkan terlebih dahulu mengenai proses pelaksanaan penelitian dan dilanjutkan dengan analisis terdapat beberapa faktor terkait judul penelitian. Dalam pembahasan peneliti akan menganalisis lebih jauh mengenai kebermaknaan hidup pasangan yang mana merupakan inti dari penelitian ini. Pada bahasan selanjutnya subjek terbagi menjadi tiga yaitu subjek 1 (Suami) berinisial GS dan subjek 2 (Istri) berinisial EB serta subjek 3 adalah om mereka yang berinisial MM. Fokus dari analisis ini sendiri adalah pada kebermaknaan hidup pasangan suami istri.

A. Hasil Penelitian

1. Persiapan Penelitian

Langkah awal yang dilakukan penulis adalah menyusun pertanyaan wawancara. Pertanyaan tersebut menyangkut belis dan pengaruhnya dalam pernikahan, serta pertanyaan yang berkaitan dengan hubungan atau relasi yang terjalin dalam keluarga. Pertanyaan inilah yang nantinya akan


(59)

Langkah selanjutnya adalah mencari informan.Penulis menghubungi relasi yang mempunyai informasi mengenai pasangan suami-istri yang belum membayar belis dalam pernikahannya. Penulis pun akhirnya menemukan pasangan suami-istri yang memiliki permasalahan yang sama sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan penulis.

a. Pelaksanaan Wawancara

Penelitian dilakukan pada tanggal 23 Maret 2014 – 27 April 2014. Tempat penelitian dilakukan di rumah subjek yang berada di Larantuka, Flores Timur.

1) Menjalin Rapport

Pada tanggal 23 Oktober 2013, peneliti menghubungi subjek via telepon, saat itu peneliti langsung meminta kesediaan subjek untuk terlibat dalam penelitian. Subjek pun mengatakan bahwa mereka bersedia membantu peneliti dalam proses wawancara ataupun kelengkapan data penelitian. Pada tanggal 18 Desember 2013 peneliti bertemu langsung dengan subjek di Flores Timur.

Setelah beberapa data dikumpulkan peneliti kembali ke Yogyakarta untuk melengkapi laporan penelitian. Namun ada beberapa data yang kurang lengkap sehingga mengharuskan peneliti untuk kembali menghubungi subjek. Pada tanggal 3 Maret 2014 peneliti melakukan komunikasi via telepon dengan subjek. Setelah berbincang cukup lama, peneliti meminta kesediaan untuk melakukan wawancara tambahan.

Peneliti menunggu waktu satu minggu untuk mendapatkan kepastian dari subjek.Hal ini di karenakan subjek harus menyesuaikan jadwal atau waktu mereka. Peneliti akhirnya mendapatkan kesempatan untuk kembali mewawancarai pasangan


(60)

Flores Timur dan bertemu dengan subjek untuk kelengkapan data.

2) Proses wawancara

Sebelum proses wawancara berlangsung, peneliti telah melakukan kesepakatan awal dengan subjek mengenai tempat, hari, dan waktu wawancara. Hal ini dilakukan karena mengingat subjek bekerja dan memiliki kesibukan.

Subjek 1 (Suami)

Wawancara pertama dilakukan di rumah subjek pada hari Selasa tanggal 25 Maret 2014 pukul 16.15 – 16.45 WITA. Wawancara kedua dilakukan di rumah Subjek hari Selasa tanggal 8 April 2014 pukul 16.00 – 16.30 WITA setelah istirahat siang. Wawancara ke tiga, pada hari Selasa, tanggal 22 April 2014 pukul 16.15 – 17.00 WITA. Wawancara dilakukan di rumah tepatnya di halaman rumah.

Subjek 2 (Istri)

Wawancara pertama terjadi pada hari Jumat, 28 Maret 2014 pukul 17.00-17.35 WITA. Wawancara dilakukan di rumah subjek, setelah subjek selesai mengajar sore. Wawancara ke dua dilakukan di rumah subjek pada hari Jumat, 11 April 2014, pukul 17.00 – 17.30 WITA. Wawancara ke tiga dilakukan pada hari Jumat, 25 April 2014, pukul 17.00 – 17.45 WITA. Wawancara dilakukan di rumah subjek.


(61)

rumah subjek. Subjek 3 disini berguna untuk memperkuat apa yang disampaikan subjek 1 dan subjek 2.

b. Gambaran Umum Subjek

Subjek 1 dan subjek 2 dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri. Mereka dikaruniai dua orang anak perempuan. Anak pertama sudah bekerja dan berprofesi sebagai Polisi Pamong Praja. Sedangkan anak ke dua masih bersekolah dan duduk dibangku kelas dua SMA. Anak pertama sangat sehat dan sedikit tomboy. Namun anak yang ke dua kondisinya kurang sehat, sering sakit sehingga dia jarang masuk sekolah. Walaupun kondisinya demikian, anak tersebut selalu ceria dalam keluarga.

Subjek 1 adalah suami berinisial GS, berumur 52 tahun. Dia seorang yang beragama Katholik yang taat. Subjek memiliki badan tegap, berambut lurus, tinggi dengan warna kulit sawo matang. Gaya bicaranya menandakan sosok seorang yang tegas. Subjek merupakan lulusan salah satu SMA di Larantuka. Pria ini berprofesi sebagai seorang polisi. Puluhan tahun berprofesi sebagai polisi membuatnya belajar bagaimana menjadi seorang pemimpin yang bijaksana dalam rumah tangga. Subjek 1 adalah anak ke 6 dari 10 bersaudara. Pekerjaannya mendapat dukungan dari keluarga dan istrinya. Subjek adalah seorang yang serius dilihat dari caranya berbicara, ekspresi wajah, dan bahasa tubuhnya.Namun subjek adalah seorang yang bersahabat. Ini terlihat saat peneliti datang ke rumah dan disambut dengan senyum dan sapaan yang ramah.

Subjek 2 adalah istri berinisial EB, berumur 49 tahun, subjek berprofesi sebagai guru di salah satu Sekolah Dasar di Flores Timur. Beliau beragama Katholik dan


(1)

90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139

juga bisa penuhi sehingga mereka sudah tidak menganggap remeh kita

Okey, tadi tanta ibu mengatakan bahwa, tanta ibu dan om pacarannya tidak sampai satu tahun, kira-kira faktor apa yang mendukung tanta ibu dan om bisa menikah walaupun pacarannya bisa dibilang singkat ?

Pada waktu itu faktor yang paling utama karena berasal dari satu daerah

Okey, baik tanta ibu, setelah melalui berbagai rintangan dan masalah dalam keluarga, menurut tanta ibu makna pernikahan itu seperti apa?

Suatu ikatan, bukan hanya ikatan pribadi antara dua orang tetapi juga ikatan dari keluarga besar masing-masing untuk membangun suatu keluarga baru yang baik dan bahagia

Baik, saya ingin kembali lagi ke belakang, saya ingin bertanya bagaimana hubungan tanta ibu sendiri dengan keluarga tanta ibu dan keluarga pasangan dalam hal ini suami setelah maupun sebelum menikah ?

Kalau hubungan saya dengan keluarga saya sebelum menikah hubungannya baik walaupun waktu itu kami ditinggal orang tua (mama) waktu kami masih kecil tapi semuanya baik-baik saja. Ya walaupun ada persoalan-persoalan kecil itu bisa diatasi sebagai kakak adik maupun orang tua dan anak itu hubungan baik, kalau dengan keluarga pasangan saya belum begitu kenal, saya memang tahu tapi tidak terlalu mengenal betul karena jarak dari kampung saya dan kampung suami cukup jauh, pas saya betul-betul kenal dengan keluarga suami setelah saya betul-betul tinggal bersama mereka

Pandangan tanta ibu sendiri mengenai pribadinya om itu seperti apa ?

Dia seolah-olah berada di tengah, jadi dia tidak membela siapa- siapa baik itu saya maupun keluarganya. Dia bersikap netral saja.

Jadi om netral dan tidak memihak pada salah satu begitu tanta ibu?

Iya nona

Lalu apa sifat yang tanta ibu sukai dan kurang suka dari om?

Yang saya suka salah satunya, dia memiliki pekerjaan berarti bertanggung jawab. Dan yang tidak saya sukai adalah suka minum dan kalau sudah minum lama pulang ke rumah apalagi kalau sudah kumpul bersama teman-temannya dan om sifatnya keras kepala

Bisa dijelaskan keras kepalanya seperti apa?

Misalnya saya melarangnya untuk jangan terlalu minum tapi tetap saja dia minum

Apakah sifat-sifat yang tanta ibu sebutkan tadi mempunyai pengaruh dalam kehidupan rumah tangga?

Iya, saya sangat berpengaruh, kalau sifat positifnya saya senang dan membuat saya tidak terlalu berpikir sehingga membuat saya bekerja pun dengan santai dan senang. Tapi kalau seandainya kita nasihat atau berbicara pun dia tidak mengikuti sudah otomatis kita juga pikiran sehingga pekerjaan atau aktifitas kita pun terganggu


(2)

140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189

karena kita pikiran

Okey baik tanta ibu, pasti sebelum menikah dan setelah menikah ada sikap-sikap yang menonjol, sikap-sikap itu seperti apa dari pasangan?

Sikap yang menonjol sebelum menikah itu sangat perhatian tetapi setelah menikah perhatiannya berkurang tapi itu masih dalam taraf wajar

Okey baik tanta ibu, dari proses perjalanan rumah tangga tanta ibu ada banyak sekali masalah-masalah yang muncul seperti yang tanta ibu ceritakan tadi, apakah ada hikmah atau pelajaran yang di ambil dari masalah-masalah yang terjadi tersebut?

Setelah mengalami berbagai masalah dari masalah kecil sampai masalah besar setelah saya pikir yang pertama itu sebaiknya sebelum menikah kita harus mengenal dengan baik pribadi pasangan dan keluarga pasangan.

Apakah ada faktor lain yang menyebabkan tanta ibu mengatakan bahwa harus mengenal lebih jauh pribadi pasangan?

Karena kalau kita tidak mengenal lebih jauh kita tidak tahu sifat yang sebenarnya itu seperti apa, karena pas pacaran itu yang kelihatan hanya yang baik-baiknya saja, contohnya kita kalau membeli barang itu kita harus teliti dan kita harus memperhatikan barang tersebut secara mendetail bukan hanya secara garis besarnya saja

Tanta ibu berkata seperti itu karena hubungan berpacaran tanta ibu dengan om terbilang singkat, apakah seperti itu?

Iya pacarannya hanya sebentar saja jadi tidak tahu persis pribadi orang tersebut seperti apa, hanya melihat secara garis besarnya saja jadi ibaratnya kita hanya melihat kesingnya saja tapi isi di dalamnya tidak tahu persis yang sebenarnya seperti apa

Dari perkataan tanta ibu, apakah ada penyesalan setelah menikah?

Kalau untuk sebuah penyesalan sebagai orang katholik yang sudah disatukan dalam sakramen berarti sudah tidak bisa dipisahkan, jadi kalau untuk penyesalan itu tidak ada walaupun memang benar kita sakit, kita menderita, intinya saya sudah mengambil sebuah keputusan jadi saya harus siap menerima segala konsekwensi yang ada jadi untuk sebuah penyesalan itu tidak ada, di dukung dengan kita tidak boleh melanggar sakramen yang telah di persatukan

Oo jadi tanta ibu perpatok dan berpihak pada sakramen tersebut sehingga masalah yang tanta ibu hadapi seberat ataupun sesulit masalah tersebut tanta ibu mencoba untuk bisa bertahan dan kuat.

Iya nona

Bagaimana komunikasi yang terjalin dengan om selama ini?

Kalau dulu pada waktu umur pernikahan yang baru, itu komunikasi kadang-kadang emosinya lebih banyak.


(3)

190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239

Iya betul sekali nona. Emosinya masih belum bisa dikontrol, bisa dikatakan masih sulit tetapi setelah itu kan umur kan bertambah dan masing-masing mempelajari semua yang terjadi sehingga membuat

masing-masing pribadi mau tidak mau harus bisa menguasai dan mengontrol diri supaya tidak terlalu banyak ribut dalam keluarga

Lalu apakah tugas suami selama di dalam rumah tangga sudah terpenuhi?

Sudah nona, untuk menafkahi keluarga secara lahir dan batin sudah terpenuhi

Sebagai ibu rumah tangga apakah selama ini sudah bisa menjalani tugas dengan baik sebagai seorang ibu sekaligus seorang istri?

Sejauh ini saya merasa tugas saya sebagai seorang ibu sudah saya jalankan dengan baik. Sebagai contohnya saya memperhatikan perkembangan dan pendidikan anak-anak saya dan selalu berusaha menjaga keutuhan rumah tangga saya, saya selalu berusaha untuk dapat memenuhi segala kebutuhan dalam rumah tangga, seperti pendidikan anak-anak dan segala keperluan rumah tangga lainnya, sejauh ini saya sudah bisa memenuhi semuanya, walaupun tidak dengan kemewahan tapi semuanya sudah lebih dari cukup bisa terpenuhi. Keinginan terbesar saya bisa mendidik anak-anak saya biar bisa menjadi orang yang baik dan berguna bagi keluarga maupun masyarakat luas, intinya saya ingin melihat anak saya sukses dan bisa berguna buat orang-orang yang berada di sekitarnya.

Okey baik, tanta ibu mengatakan tugas sebagai seorang istri dan ibu buat anak-anak, kira-kira tanta ibu juga ikut aktif atau tidak dalam kegiatan bermasyarakat?

Di sini saya seorang guru, jadi saya selalu dipercayakan oleh masyarakat bila ada kegiatan-kegiatan di masyarakat, seperti memimpin doa gabungan, turut terlibat dalam kegiatan-kegiatan di gereja dan kegiatan masyarakat lainnya. Saya berusaha untuk bisa menjalankan sesuatu yang telah dipercayakan oleh masyarakat dengan baik, jujur dan tidak mengecewakan kepercayaan yang di berikan.

Untuk ke depannya, apakah harapan tanta ibu kepada om?

Sejauh ini saya melihat suami saya sudah bisa menjalankan tugas dengan baik sebagai seorang suami maupun baak buat anak-anak, dia bertanggung jawab dalam hal memperhatikan kebutuhan istri dan anak-anaknya, serta mau membantu, mendorong serta mendukung pekerjaan saya, yang paling penting dia tidak pernah melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Saya berharap dia akan tetap seperti sekarang menjadi suami dan bapak yang baik buat anak-anak. Sedangkan kalau di dalam masyarakat, berhubung suami saya berprofesi sebagai seorang polisi sehingga dia sering terlibat dalam urusan bermasyarakat seperti memberikan penyuluhan ke desa-desa tentang masalah yang sedang dihadapi oleh desa tersebut.


(4)

240 241 242 243 244 245 246 247

Ooo ada nona. Tanta ingin om berhenti minum, sudah semakin umur jadi seharusnya sudah berhenti minum apalagi anak-anak sudah besar

Okey tanta ibu, makasih buat waktunya, wawancara kita sore ini cukup sampai disini, kalau saya kekurangan data atau membutuhkan informasi lagi apakah tanta ibu bersedia memberikan informasi tersebut?


(5)

VERBATIM WAWANCARA

Nama : MM

Status : Om (orang terdekat dari kedua subjek) Tanggal wawancara : Sabtu, 26 April 2014

Waktu : Pukul 15.00 – 16.00 WITA Lokasi wawancara : Rumah subjek

Wawancara

Baris Transkip Verbatim

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37

Selamat sore om! Selamat sore juga nona.

Bagaimana kabar om hari ini? Baik-baik saja nona.

Langsung saja saya ingin bertanya, Apakah om kenal dekat dengan subjek 1 dan subjek 2?

O iya, tentu saja. Saya sangat mengenal baik kedua subjek tersebut.

Bisakah om jelaskan seberapa dekat om mengenal masing masing subjek tersebut?

O iya, om sangat kenal dekat dengan mereka, karena mereka masih ada hubungan keluarga juga dengan om dan jika di dalam keluarga mereka ada masalah atau salah paham mereka mempercayakan kepada om untuk bisa menyelesaikan masalah mereka tersebut.

Kalau boleh tahu masalah seperti apa ?

Masalah tentang kehidupan keluarga mereka, khususnya menyangkut masalah belis dan tentang kehidupan di dalam rumahtangga mereka.

Bisakah om ceritakan sedikit tentang masalah belis yang menjadi persoalan dalam kehidupan mereka?

O iya. Tentu saja boleh. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa belis merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh suami ketika menikahi pasangannya, karena itu sudah menjadi tradisi dalam kebudayaan kita. Namun kita juga tidak bisa menghindari yang namanya hutang belis, mau tidak mau memang harus diselesaikan.

Apakah om ikut membantu atau memberikan masukan terhadap subjek 1 dan subjek 2 dalam menyelesaikan masalah dalam keluarga mereka? Tentu saja karena mereka membutuhkan penengah dan orang yang bisa menjadi contoh atau teladan dalam memberikan solusi bagi keluarga mereka dan mereka mempercayai saya untuk hal ini.

Kira-kira solusi apa yang diberikan dalam masalah yang sedang mereka hadapi tersebut?

O iya.., mereka adalah orang-orang yang mempunyai pendidikan dan sudah dewasa jadi mereka bisa berpikir jernih dalam menyelesaikan masalah mereka sendiri, saya sangat yakin bila mereka bisa menyelesaikan masalah rumah tangga mereka walaupun mungkin mereka terkadang membutuhkan masukan dari orang lain, saya rasa itu manusiawi sekali.

Kira-kira menurut om apakah selama ini mereka sudah bisa mendapatkan jalan keluar yang baik mengenai masalah yang mereka


(6)

38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65

hadapi?

Ya, tentu saja hal itu dapat terlihat dari mereka mengambil keputusan untuk tinggal di rumah sendiri tanpa harus tinggal di rumah keluarga. Selain itu sang istri memutuskan untuk bekerja agar dapat membantu membiayai kebutuhan hidup sehari-hari. Kedua hal ini mungkin terlihat biasa saja namun dengan adanya kedua hal ini bisa membuat kehidupan keduanya menjadi lebih baik. Jadi kehidupan mereka berubah menjadi lebih baik ketika mereka memutuskan mempunyai rumah sendiri dan istri bekerja. Benar begitu om?

Iya nona, benar sekali ketika mereka memutuskan untuk hidup sendiri mereka lebih mandiri dan bisa bebas melakukan segala aktivitas tanpa tekanan dari pihak lain. Di sini mereka menemukan makna kehidupan dalam keluarga serta dapat memaknai kehidupannya.

Dilihat dari segi apa om bisa mengatakan hal tersebut?

Ketika kehidupan keluarga tersebut hidup tanpa tekanan dari pihak keluarga maka pasangan tersebut lebih bisa memaknai kehidupannya. Contohnya ketika pasangan tersebut masing-masing sama-sama bekerja mereka bisa bertanggungjawab atas pekerjaan dan kewajiban mereka baik sebagai istri ataupun suami.

Apa saran dan harapan yang dapat om berikan kepada subjek 1 dan subjek 2 dalam mempertahankan hubungan rumahtangga agar tetap bahagia?

Saran saya pasangan tersebut harus saling percaya dan bisa menjalin komunikasi yang baik agar tidak terjadi kesalahpahaman dan saling mengerti, menghargai, menghormati satu dengan yang lainnya.

Oke terimakasih om atas waktu yang diberikan. Selamat sore! Iya sama-sama nona. Hati-hati di jalan.