114
BAB V. PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil simpulan bahwa pemanfaatan Museum Blambangan sebagai sumber belajar sejarah SMA di
Kabupaten Banyuwangi kurang optimal karena kurangnya publikasi dari pihak museum dan ketidaktahuan guru tentang museum. Hal ini berdampak pada tradisi
lama guru dalam mengajar pelajaran sejarah, sehingga merasa bosan dan menganggap pelajaran sejarah sebagai pelajaran tentang masa lampau dan tidak menarik.
Pemanfaatan museum kurang optimal terlihat dari hanya beberapa sekolah yang melakukan kunjungan rutin ke museum dan kebanyakan guru lebih menyukai
menggunakan sumber belajar sejarah adalah LKS dan buku teks sejarah. Koleksi yang terdapat di Museum Blambangan terdapat 8 jenis klasifikasi
yaitu keramologika, filologika, historika, etnografika, arkeologika, teknologika dan seni rupa. Dari koleksi museum ini, terdapat koleksi yang bias dijadikan sebagai
sumber belajar sejarah yaitu buli-buli, pedang, pakaian bupati, kapak persegi, naskah lontar, gramofon, bata berelief dan miniatur seni gandrung.
Berbagai jenis koleksi museum dapat dipergunakan sebagai sumber belajar sejarah harus disesuaikan dengan standar kopetensi dan kopetensi dasar. Dengan
penyesuaian standar kopentensi dan kopetensi dasar ini secara tidak langsung memberikan guru sumber belajar lain yang akan menambah antusias siswa untuk
115 belajar mata pelajaran sejarah. Selain itu, tujuan pembelajaran yang telah
dicanangkan akan tercapai secara optimal. Bagi guru yang memanfaatkan Museum Blambangan sebagai sumber belajar
sejarah dalam pembelajaran sejarah, pemanfaatannya tidak sampai pada tahap pemahaman museum sebagaimana berdasarkan teori bahwa sumber belajar sejarah
yang baik adalah dengan melakukan kunjungan ke museum sehingga siswa dapat melakukan eksperimen kecil. Realitanya, kunjungan yang dilakukan ke museum
hanya sebatas melakukan kunjungan dan diskusi dalam kelas tanpa mengetahui makna dari koleksi museum. Sehingga, apa yang menjadi tujuan pembelajaran tidak
tercapai karena kurang memberi motivasi secara langsung dan berpikir kritis terhadap siswa. Karakteristik pembelajaran sejarah yang berbeda dengan mata pelajaran lain,
dimana di dalamnya terdapat keterkaitan dengan sikap kesadaran sejarah untuk mengembangkan rasa cinta tanah air serta setia terhadap negara tidak dapat tercermin
dari pembelajaran secara langsung. Pemanfaatan Museum Blambangan sejarah yang bersifat visual berupa koleksi
benda-benda museum merupakan sumber belajar sejarah yang representatif untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai kejadian pada masa lampau.
Koleksi museum yang dimanfaatkan dalam pembelajaran sejarah bagi siswa SMA mengajari siswa secara tidak langsung untuk memahami kejadian masa lampau,
belajar analisis dan berpikir kritis. Tetapi, pemanfaatan museum harus sesuai dengan kopetensi dasar yang telah dicanangkan oleh guru.
116 Perwujudan dari pemanfaatan Museum Blambangan dapat dilakukan dengan
kunjungan. Sebelum melakukan kunjungan, guru memberikan pengarahan dan memberikan tema sesuai dengan kopetensi dasar pada siswa. Dalam kunjungan
tersebut, siswa harus melakukan empat tahapan agar terlaksana optimal yaitu pengembangan pertanyaan seputar tema yang diberikan pada guru kepada petugas
museum, pengumpulan data, analisis data dan sintesis data. Dari kunjungan tersebut, diapresiasikan siswa dengan membuat artikel atau karya ilmiah tentang kemuseuman.
Pemanfaatan museum sebagai sumber belajar sejarah tidak begitu saja terlaksana dengan baik pada setiap sekolah yang memanfaatkannya. Hal ini, karena
terdapat kendala-kendala dalam pelaksanaanya yaitu waktu, dana atau biaya, perijinan dan pengelola museum. Untuk mengatasi kendala tersebut, diperlukan
campur tangan pihak terkait terutama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Banyuwangi untuk membuat himbauan untuk seluruh sekolah SMA di Kabupaten
Banyuwangi agar memanfaatkan Museum Blambangan sebagai sumber belajar sejarah.
B. Implikasi