Kondisi Topografis HASIL DAN PEMBAHASAN

CURAH HUJAN Beragam keadaan topografi wailayah hanya akan menentukan respon terhadap masukan air yang diterima suatu wilayah. Sedangkan curah hujan adalah masukan utama yang menyebabkan terjadinya banjir. Semakin tingginya curah hujan akan menyebabkan kemampuan suatu wilayah untuk menyerap dan melalukan air lebih cepat terlampaui dan mengakibatkan banjir. Oleh karena itu skor semakin tinggi seiring bertambah besarnya curah hujan yang diterima. Pada Tabel 5 disajikan pembagian kriteria curah hujan 15 harian. Tabel 5. Kriteria dan skor curah hujan Kelas Kriteria Skor 1 50 mm 1 2 50 – 100 mm 2 3 100 – 150 mm 3 4 150 – 200 mm 4 5 200 mm 5

3.4.2.2. Overlay dan Pembobotan

Setelah masing-masing kelas pada setiap parameter banjir telah diberi nilai skor, keseluruh peta tersebut lalu ditumpang susunkan overlay untuk diterapkan pembobotan dari nilai-nilai skor yang ada. Persen bobot parameter-parameter kerawanan banjir dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Bobot variabel banjir Faktor Bobot Elevasi 10 Kelerengan 20 Curah Hujan 30 Penggunaan Lahan 20 Drainase 20 Rumusan perhitungan skor kerawanan banjir hasil pembobotan dari skor-skor keseluruh parameter yaitu sebagai berikut, ∑ dimana X adalah skor kerawanan terhadap terjadinya banjir gabungan seluruh parameter, B adalah bobot parameter ke-i, dan S adalah skor parameter ke-i. Bobot masing-masing parameter dalam penentuan tingkat kerawanan banjir ditentukan berdasarkan pertimbangan kontribusi parameter tersebut terhadap kejadian banjir. Semakin besar nilai bobot suatu parameter mengindikasikan bahwa parameter tersebut memiliki pengaruh yang besar pula terhadap banjir, dan begitu pula sebaliknya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Topografis

Hasil pengolahan data DEM-SRTM menunjukkan kondisi topografis wilayah Kabupaten Indramayu yang berada di wilayah pesisir utara Jawa Barat memiliki nilai ketinggian berkisar antara -18 hingga 291 mdpl seperti terlihat pada Gambar 1. Gambar 1. DEM - SRTM Titik-titik pixel berisi nilai negatif atau no-data terekam oleh radar SRTM yang tersebar di seluruh wilayah Indramayu dapat berarti daerah tersebut memang memiliki ketinggian dibawah permukaan laut, kemungkinan lainnya yaitu daerah tersebut berupa badan air sungai, danau atau kegagalan perekaman data dikarenakan area perekaman tertutup oleh bayang-bayang. Namun secara umum nilai-nilai negatif tersebut tidak terlalu mempengaruhi proses pengolahan data selanjutnya atau dapat diabaikan. Rendahnya nilai ketinggian di sebagian besar wilayah Indramayu menunjukkan bahwa wilayahnya merupakan daerah hilir sungai yang merupakan tempat terakumulasinya debit banjir. Hal ini dapat dikatakan memiliki pengaruh erat terhadap seringnya kejadian bencana banjir yang dialami daerah ini. Gambar 2. Pembagian kelas ketinggian Gambar 2 menunjukkan hasil reklasifikasi data DEM menghasilkan 5 kelas ketinggian dengan luasan masing- masing kelas seperti yang terlihat pada Tabel 7 dibawah. Sebagian besar wilayah Indramayu termasuk kedalam kelas 5 pada elevasi 10m, kelas 4 pada rentang 10 – 50m dan kelas 3 yaitu antara 50 – 100m. Lebih dari 50 wilayah Indramayu memiliki ketinggian pada kelas 5 dimana potensi terjadinya genangan sangat tinggi. Dan hampir 100 wilayah memiliki skor cukup rentan hingga sangat rentan banjir. Tabel 7. Luasan kelas ketinggian Kelas Luas ha Luas 1 227 0,1 2 488 0,2 3 12.560 6,2 4 80.081 39,3 5 110.472 54,2 TOTAL 203.827 100 Nilai elevasi yang umumnya rendah dan tidak terdapatnya banyak perubahan ketinggian menyebabkan rendahnya nilai slope di sebagian besar wilayah ini. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa wilayah Indramayu merupakan dataran rendah seperti yang terlihar pada Gambar 3. Gambar 3. Penurunan nilai kelerengan Kondisi permukaan yang datar akan menghambat laju aliran limpasan permukaan, sehingga curah hujan yang jatuh pada suatu tempat akan cenderung untuk tertahan di tempat jatuhnya. Dengan demikian pergerakan air akan lebih banyak mengandalkan proses infiltrasi yang akan ditentukan oleh sifat fisik tanah dan dibatasi oleh nilai kapasitas lapang. Gambar 4. Pembagian kelas kelerengan Reklasifikasi nilai slope pada Gambar 4 di atas menunjukkan bahwa sebesar 98,24 wilayah Indramayu berada pada kelas 5 0 – 2 yang sangat rawan untuk terjadi penggenangan. Hasil perhitungan luasan kelas kelerengan dapat dilihat pada Tabel 8. Sehingga dapat diartikan bahwa hampir seluruh wilayah Indramayu memiliki potensi yang tinggi untuk mengalami penggenangan. Tabel 8. Luasan kelas kelerengan Kelas Luas ha Luas 1 574 0,3 2 100 0,0 3 338 0,2 4 2.574 1,3 5 200.235 98,2 TOTAL 203.822 100

4.2. Penutupan Lahan