Keunggualan dan Kelemahan Arbitrase

Sebagai suatu perjanjian, maka pembuatan perjanjian atau klausula arbitrase juga tunduk pada ketentuan-ketentuan hukum perjanjian pada umumnya sebagaimana tersebut dalam Buku III KUHPerdata.

C. Keunggualan dan Kelemahan Arbitrase

Penyelesaian sengketa melalui arbitrase dinilai menguntungkan karena beberapa alasan sebagai berikut 27 1. Kecepatan dalam proses : Suatu persetujuan arbitrase harus menetapkan jangka waktu, yaitu berapa lama perselisihan atau sengketa uang diajukan pada arbitrase harus diputuskan. Apabila para pihak tidak menentukan jangka waktu tertentu, jangka waktu penyelesaian dipilih oleh aturan-aturan arbitrase setempat yang dipilih. Meskipun ada negara yang peraturan perundang-undanganya memberi kesempatan banding terhadap keputusan arbitrase, dalam prakteknya kemungkinan banding ini dihapuskan melalui perjanjian. Tujuannya adalah untuk mempercepat proses penyelesaian sengketa. Dalam pasal 53 UU No. 30 Tahun 1999 disebutkan bahwa terhadap putusan arbitrase tidak dapat dilakukan perlawanan atau upaya hukum apapun. Sedangkan dalam pasal 60 secara tegas disebutkan : ”Putusan arbitrase bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat para pihak”. 2. Pemeriksaan ahli di bidangnya 27 Universitas Sumatera Utara Untuk memeriksa dan memutus perkara melalui arbitrase, para pihak diberi kesempatan untuk memilih ahli yang dimiliki pengetahuan yang mendalam dan sangat menguasai hal-hal yang disengketaan. Dengan demikian, pertimbangan- pertimbangan yang diberikan dan putusan yang dijatuhkan dapat dipertanggungjawabkan kualitasnya. Hal itu dimungkinakan karena selain ahli hukum, dalam badan arbitrase juga terdapat ahli-ahli dalam berbagai bidang, misalnya ahli perbankan, ahli leasing, ahli pemborong, ahli pengangkutan darat, laut dan udara dan lain-lain. Sebagaimana diketahui, dalam pemeriksa persidangan di pengadilan ada kemungkinan hakim tidak menguasai sutau perkara yang sifatnya sangat teknis. Hal ini disebabkan sebagian besar hakim di pengadilan memiliki latar belakang yang sama, yaitu bersifat umum general knowledge dan sulit bagi mereka untuk memahami hal-hal teknis yang rumit. 3. Sifat Konfidensialitas Sidang arbitrase salalu dilakukan dalam ruangan tertutup, dalam arti tidak terbuka untuk umum, dan keputusan yang diucapkan dalam sidang tertutup hampir tidak pernah dipublikasikan. Dengan demikian, penyelesaian melalui arbitase diharapkan dapat menjaga kerahasian para pihak yang bersengketa 28 Berbeda dari arbitrase, proses pemeriksaan dan putusan pengadilan harus dilakukan dalam persidangan yang terbuka untuk umum. Proses yang bersifat . Dalam Pasa127 UU No. 30 Tahun 1999 disebutkan. bahwa : “semua pemeriksaan sengketa oleh arbiter atau majelis arbitrase dilakukan secara tertutup”. 28 Pasal 27 UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Universitas Sumatera Utara terbuka dapat merugikan para pihak yang bersengketa karena rahasia mereka yang seharusnya tertutup rapat diketahui oleh umum. Sebagai perbandingan dapat dilihat Penjelasan UU No. 30. Tahun 1999, yang menyebutkan bahwa pada umumnya lembaga arbitrase mempunyai kelebihan dibanding lembaga peradilan. Kelebihan tersebut antara lain, adalah : a. Kerahasian sengketa para pihak dijamin. b. keterlambatan yang diakibatkan karena hal procedural dan administraif dapat dihindari. c. para pihak dapat memilih arbiter yang menurut keyakinannya mempunyai pengetahuan, pengalaman, serta latar belakang yang cukup mengenai masalah yang disengketakan, jujur dan adil. d. para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk menyelesaikan masalahnya serta proses dan tempat penyelenggaraan arbitrase. e. putusan arbiter merupakan putusan yang mengikat para pihak dan melalui tata cara prosedur sederhana saja ataupun langsung dapat dilaksanakan. Penjelasan UU No. 30 Tahun 1999 menegaskan bahwa pada kenyataannya apa yang disebutkan di atas tidak semuanya benar, sebab di negara-negara tertentu proses peradilan dapat lebih cepat dari pada proses arbitrase. Satu-satunya kelebihan arbitrase dibandingkan dengan pengadilan adalah sifat kerahasiaannya karena keputusannya tidak dipublikasikan. Namun demikian, penyelesaian sengketa melalui arbitrase masih lebih diminati daripada litigasi, tertutama untuk kontrak bisnis yang bersifat internasional. Universitas Sumatera Utara Oleh karena itu, berdasarkan efektifitas penggunaan arbitrase, dapat disimpulkan bahwa penyelesaian melalui arbitrase selalu didasarkan pada asumsi- asumsi, sebagai berikut 29 1. Lebih cepat, karena putusannya bersifat final dan mengikat, sehingga menghemat waktu, Maya dan tenaga. : 2. Dilakukan okeh para ahli di bidangnya, karena arbitrase menyediakan para pakar dalam bidang tertentu yang menguasai personal yang disengketakan, sehingga hasilnya putusan arbitrase dapat lebih dipertanggungjawabkan. 3. Kerahasiaan terjamin karena proses pemeriksaan dan putusannya tidak terbuka untuk umum, sehingga kegiatan usaha tidak terpengaruh. Dengan beberapa alasan tersebut, arbitrase lebih disukai dan dinilai lebih efektif daripada penyelesaian sengketa di pengadilan. Namun demikian, selain beberapa keuntungan atas pilihan penggunaan arbitrase tersebut, arbitrase memiliki beberapa kelemahan yang dapat membuat arbitrase kehilangan baik daya guna efektifitas maupun hasil guna efisiensinya Selanjutnya beberapa faktor yang merupakan kelemahan arbitrase, adalah sebagai berikut :

a. Hanya untuk para pihak bonafide

Arbitrase hanya bermanfaat untuk para pihak atau pengusaha yang bonafide atau jujur dan dapat dipercaya. Para pihak yang bonafide adalah mereka yang memiliki kredibilitas dan intergritas artinya patuh terhadap kesepakatan, pihak yang dikalahkan harus secara sukarela melaksanakan putusan arbitase. Sebaliknya, jika ia 29 Gatot Soemartono, Analisa Yuridis Keefektifan Penggunaan Arbitrase Internasional UNCITRAL Melawan Pertamina, Lembaga Penelitian dan Publikasi Ilmiah Universitas Tarumanegara, Jakarta, 2003, hal. 5. Universitas Sumatera Utara selalu mencari-cari peluang untuk menolak melaksanakan putusan arbitrase, hal tersebut justru akan memakan lebih banyak biaya, bahkan lama daripada proses di pengadilan, misalnya pengusaha dikalahkan tidak setuju dengan suatu putusan arbitrase, maka ia dapat melakukan berbagai cara untuk mendapatkan stay of exucution penundaan pelaksanaan putusan dengan membawa perkaranya ke pengadilan. Demikian pula tidak jarang ditemui dalam taktik bahwa para pihak, walaupun mereka telah memuat klausul arbitrase dalam perjanjian bisnisnya, tetap saja mereka telah memuat klausul arbitrase dalam perjanjian, cukup banyak pengadilan negeri yang menerima gugatan perkara tersebut. Di dalam Pasal 11 ayat 2 UU No. 30 Tahun 1999 disebutkan, bahwa : pengadilan negeri wajib menolak dan tidak akan campur tangan di dalam suatu penyelesaian sengketa yang telah ditetapkan melalui arbitrase. b. Ketergantungan mutlak pada arbiter Putusan arbitrase selalu tergantung pada kemampuan teknis arbiter untuk memberikan putusan yang memuaskan dan sesuai dengan rasa keadailan para pihak. Meskipun arbitrase memiliki keahlian teknis yang tinggi, bukanlah hal yang mudah bagi majelis arbitrase untuk memuaskan dan memenuhi kehendak para pihak yang bersengketa. Para pihak yang kalah akan mengatakan bahwa putusan arbiter tidak adil, demikian pula sebaliknya pihak yang menang akan mengatakan putusan tersebut adil. Ketergantungan terhadap para arbiter merupakan suatu kelemahan karena substansi perkara dalam arbitrase tidak dapat diuji kembali melalui proses banding, mengingat putusan arbitrase bersifat final dan mengikat. c. Tidak ada legal preseden putusan terdahulu. Universitas Sumatera Utara Dahulu seorang wanita berdasarkan isi Pasal 617 ayat 2 Rv dilarang untuk menjadi seorang arbiter atau wasit, tetapi kini wanita tidak dilarang untuk menjadi seorang arbiter, asalkan memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Undang-Undang. Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 12 UU No. 30 Tahun 1999 yang mengatur precedence tersebut dapat menimbulkan putusan-putusan yang saling berlawanan atas penyelesaian sengketa berupa di masa yang akan datang hal itu mengurangi kepastian hukum dan bertentangan dengan asas similia similibus, yaitu perkara serupa diputuskan sama. d. Masalah putusan arbitrase asing Penyelesaian sengketa melalui arbitrase internasional memiliki hambatan sehubungan dengan pengakuan dan pelaksanaan putusannya. Kesulitan itu menjadi masalah yang sangat penting karena biasanya di Negara pihak yang kalah terdapat harta yang harus dieksekusi, dimana perlu dipastikan hukum yang akan diberlakukan dalam proses eksekusi tersebut. Oleh karena itu, berhasil tidaknya penyelesaian sengketa berkaitan erat dengan dapat tidaknya putusan arbitrase tersebut dilaksanakan di negara dari pihak yang dikalahkan.

D. Tata Cara Pengangkatan Arbiter