Evaluasi Daya Hasil Jagung Manis (Zea mays L. var. saccarata)

(1)

EVALUASI DAYA HASIL JAGUNG MANIS HIBRIDA

(

Zea mays

L. var.

saccharata

)

ADISTI RIZKYARTI

A24080164

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012


(2)

“Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah (pengetahuan) Allah Maha Meliputi segala sesuatu.”

(4: 126)

“Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu”

(HR. Ath-Thabrani)

“Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga”

(HR. Muslim)

Karya kecil yang terukir ini saya persembahkan untuk Ayah, Ibu, Adik dan orang-orang yang saya sayang


(3)

Hybrids in order to support the needs of hybrid corn seed. The research began in Cibeurem, Darmaga, Bogor in October 2011 to January 2012. Genotypes used were: 3 x 4B, 6 x 8, 6 x 4A, 6 x 3, 3 x 8, 3 x 4A, and 6 x 4B and four commercial varieties were Mutiara, Sweet Boy, Super Sweet Corn, and Talenta. The hypothesis of this research is the evaluation of sweet corn hybrids can be superior or equal to the commercial varieties that can be continued into the new varieties. Experimental design used was Randomized Complete Block Design with three replications. Data were analyzed using the F test and if significantly different be

followed by Dunnet (α = 5%). The result of this research showed that skin cobs

weight, skin cobs weight/plot, productivity, and harvest index from 6 x 3, 6 x 4A and 6 x 4B hybrids were not significantly different with the best commercial variety, Talenta. Hybrid of 3 x 4A, 3 x 4B, and 3 x 8 have skin cobs weight and harvest index which not significantly different with the best commercial variety,

Talenta. Total soluble solids(°brix) of seven hybrid was not significantly with the

best commercial variety, Talenta.

Key words: sweet corn hybrid, selection hybrid, yield trial

Abstrak

Penelitian yang telah dilakukan adalah evaluasi daya hasil jagung manis

(Zea mays L. var. saccharata) yang bertujuan menguji tujuh jagung manis

hibrida. Penelitian ini dalam rangka menunjang kebutuhan benih jagung hibrida. Penelitian ini dimulai di Cibeurem, Darmaga, Bogor pada bulan Oktober 2011 sampai February 2012. Genotipe yang digunakan adalah: 3 x 4B, 6 x 8, 6 x 4A, 6 x 3, 3 x 8, 3 x 4A, dan 6 x 4B dan empat varietas komersial Mutiara, Sweet Boy, Super Sweet Corn, dan Talenta. Hipotesis dari penelitian ini adalah daya hasil jagung manis hibrida dapat lebih unggul atau sama dengan varietas komersial yang dapat dilanjutkan menjadi varietas baru. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan kelompok lengkap teracak dengan tiga ulangan. Data dianalisis menggunakan uji f dan bila berpengaruh nyata dilanjutkan

dengan uji Dunnett (α = 5%). Hasil penelitian menunjukan, hibrida 6 x 3, 6 x 4A

dan 6 x 4B memiliki bobot tongkol berkelobot per tongkol, bobot tongkol berkelobot per plot, produktivitas dan indeks panen yang sama besar dibandingkan varietas terbaik Talenta. Hibrida 3 x 4A, 3 x 4B dan 3 x 8 memiliki bobot tongkol berkelobot per tongkol dan indeks panen berkelobot yang sama dengan varietas pembanding terbaik Talenta. Kadar PTT (Padatan Terlarut Total) tujuh hibrida harapan sama dengan varietas pembanding terbaik Talenta. Kata kunci: Hasil, jagung manis hibrida, seleksi hibrida


(4)

ADISTI RIZKYARTI. Evaluasi Daya Hasil Jagung Manis (Zea mays L. var. saccarata) (Dibimbing oleh RAHMI YUNIANTI dan MUHAMAD SYUKUR).

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari daya hasil jagung manis hibrida dibandingkan dengan varietas komersial. Percobaan ini dilakukan di Cibeureum, Dramaga, Kabupaten Bogor pada bulan Oktober 2011 - Januari 2012.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Teracak (RKLT) dengan tiga ulangan. Bahan tanaman yang digunakan adalah tujuh hibrida yaitu : 3 x 4B, 6 x 8, 6 x 4A, 6 x 3, 3 x 8, 3 x 4A, dan 6 x 4B. Varietas pembanding yang digunakan adalah Mutiara, Sweet Boy, Super Sweet Corn dan Talenta. Varietas pembanding terbaik dari dari ke empat varietas adalah Talenta.

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pada peubah tinggi tanaman, hibrida harapan 6 x 3, 6 x 4A, dan 6 x 4B lebih tinggi dibandingkan varietas pembanding terbaik Talenta. Hibrida harapan 6 x 4A dan 6 x 4B juga lebih tinggi daripada varietas Mutiara. Hibrida 3 x 4A, 3 x 4B, 3 x 8, dan 6 x 8 tidak berbeda dengan varietas pembanding terbaik Talenta. Hibrida harapan 6 x 8 memiliki diameter batang yang lebih besar daripada varietas pembanding Mutiara dan sama besarnya dengan pembanding terbaik Talenta.

Jumlah daun hibrida 6 x 4A lebih banyak dibandingkan varietas Mutiara dan Talenta. Tinggi tongkol utama pada hibrida harapan 6 x 4B lebih tinggi dengan varietas pembanding terbaik Talenta. Bobot tongkol berkelobot hibrida 3 x 8, 6 x 3, dan 6 x 4A dan 6 x 4B berbeda lebih besar dengan varietas pembanding Mutiara. Tujuh hibrida harapan kecuali hibrida 6 x 8 tidak berbeda dengan varietas pembanding terbaik Talenta. Bobot tongkol tanpa kelobot hibrida 6 x 4B tidak berbeda dengan empat varietas pembanding.

Diameter ujung dan bawah tongkol semua hibrida harapan tidak berbeda dengan empat varietas pembanding. Diameter tongkol tengah yang didapatkan pada tujuh hibrida harapan kecuali hibrida 6 x 8 sama besarnya dengan keempat varietas pembanding. Panjang tongkol hibrida 3 x 8, 6 x 3, dan 6 x 4B lebih panjang dibandingkan varietas Mutiara dan sama panjangnya dengan varietas


(5)

6 x 4B lebih panjang dibandingkan varietas pembanding Mutiara. Hibrida harapan 3 x 8, 6 x 3, 6 x 4A, 6 x 8 dan 6 x 4B memiliki panjang tongkol tidak berbeda dengan varietas pembanding terbaik Talenta.

Jumlah baris per tongkol tujuh hibrida harapan tidak berbeda dengan empat varietas pembanding, sedangkan jumlah biji per baris hanya hibrida 6 x 4B tidak berbeda dengan ke empat varietas Mutiara, Sweet Boy, Super Sweet Corn dan Talenta. Pada penghitungan jumlah padatan terlarut total (°Brix) semua hibrida tidak berbeda terhadap empat varietas pembanding.

Tanaman yang dipanen per plot pada hibrida harapan 3 x 8, 6 x 3, 6 x 4A, dan 6 x 4B tidak berbeda dengan pembanding terbaik Talenta. Tongkol yang dipanen pada tujuh hibrida kecuali hibrida 3 x 4A tidak berbeda terhadap ke empat varietas pembanding. Bobot tongkol berkelobot per plot hibrida harapan 6 x 3, 6 x 4A, dan 6 x 4B lebih besar dari pembanding Mutiara. Total bobot tongkol tidak berkelobot per plot hibrida harapan 6 x 4B lebih besar dibandingkan varietas Mutiara dan sama besarnya dengan varietas terbaik Talenta.

Bobot brangkasan tanaman contoh hibrida harapan 6 x 3, 6 x 4B, dan 6 x 8 lebih besar dengan varietas pembanding Mutiara dan tujuh hibrida tidak berbeda dengan varietas pembanding terbaik Talenta. Indeks panen tongkol berkelobot hibrida 6 x 4B memiliki hasil tertinggi dari ke enam hibrida dan enam hibrida harapan yaitu, 3 x 4A, 3 x 4B, 3 x 8, 6 x 3, 6 x 4A, dan 6 x 4B tidak berbeda dengan varietas pembanding terbaik Talenta. Produktivitas tertinggi diperoleh hibrida harapan 6 x 4B dibandingkan dengan varietas pembanding Mutiara. Hibrida harapan 3 x 4A, 6 x 3, 6 x 4A, 6 x 4B, dan 6 x 8 tidak berbeda dengan varietas pembanding terbaik Talenta.


(6)

(

Zea mays

L. var.

saccharata

)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ADISTI RIZKYARTI

A24080164

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012


(7)

HIBRIDA (

Zea mays

L. var.

saccharata

)

Nama :

ADISTI RIZKYARTI

NRP :

A24080164

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Rahmi Yunianti, S.P, M.Si (Almh) Dr. Muhamad Syukur, S.P, M.Si

NIP 19720617 199702 2 002 NIP 19720102 200003 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir Agus Purwito, M.Sc.Agr. NIP. 19611101 198703 1 003


(8)

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 4 Juli 1990. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Irzal Zainudin dan Ibu Nenda Nestaria.

Tahun 2002 penulis lulus dari SD Negeri Panaragan 1 Kota Bogor, Jawa Barat. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi di SMP Negeri 7 Kota Bogor, Jawa Barat dan lulus pada tahun 2005. Kemudian penulis melanjutkan studi di SMU Negeri 10 Bogor, Jawa Barat dan lulus pada tahun 2008. Tahun 2008 penulis diterima di IPB melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Penulis diterima sebagai mahasiswa program studi Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian dan kemudian memilih Arsitektur Lanskap sebagai bidang keahlian pelengkap (minor) dari Departemen Arsitektur Lanskap.

Selama menjadi mahasiswa IPB penulis aktif di kegiatan non akademik. Penulis mengikuti Program IPB Goes to field, di tahun 2010. Pada tahun 2011, penulis menjadi staf divisi Informasi dan Komunikasi Forum Keluarga Rohis Departemen dan anggota Klub Tanaman Hias. Penulis juga aktif menjadi staf Tim Kreatif Sanggar Juara IPB pada tahun 2012. Penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar - Dasar Hortikultura pada tahun ajaran 2011/2012 dan asisten mata kuliah Dasar - Dasar agronomi pada tahun ajaran 2012/2013.


(9)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kekuatan dan rahmat Nya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Skripsi yang diajukan ini bertujuan untuk memfasilitasi penelitian dengan judul Evaluasi

Daya Hasil Jagung Manis Hibrida yang telah dilaksanakan bulan Oktober 2011 - Februari 2012 di Desa Sinarsari Kecamatan Darmaga, Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Rahmi Yunianti, S.P. M.Si (Almh) dan Dr. Muhamad Syukur, S.P. M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi, atas kesabaran dalam memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian dan penulisan skripsi.

2. Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati (Almh) telah mengarahkan rencana penelitian saya walaupun tidak sempat mendapatkan bimbingan beliau. 3. Dr. Trikoesoemaningtyas, MS sebagai dosen pembimbing akademik yang

telah banyak membimbing dan memberi pengarahan di setiap semester. 4. Dosen penguji Dr. Ir. Yudiwanti Wahyu E. K, M.S dan Dr. Ir. Maya

Melati, M.Sc yang telah memberikan masukan dan saran selama pelaksanaan sidang skripsi.

5. Kedua orang tua dan adik saya yang telah memberikan kasih sayang serta dukungan moril dan materil, serta nasihat yang sangat berarti.

6. Dr. R. Neni Iriany, S.Si., M.P., yang juga membantu kelengkapan isi skripsi saya, serta Badan Litbang Pertanian yang telah membiayai penelitian ini, melalui hibah KKP3T dengan no hibah 864/LB. 620/I.

1/3/2011 a.n. Sriani Sujiprihati.

7. Bapak Undang S.P selaku kordinator lapang ketika saya penelitian, yang sudah sabar dan kakak - kakak lab. pemuliaan tanaman, kakak: Tiara Yudilastari S.P, Vitria Puspitasari R, S.P, M.Si, Abdul Hakim S.P, Arya Widura R, S.P dan M. R. Alfarabi Istiqlal, S.P yang juga membantu awal tanam.

8. Nenek dan kakek (keluarga dari almh. ibu Rahmi), yang di pagi hari juga ikut membantu saya penelitian di lapang.


(10)

Kuswahariani, Faradila dan juga teman-teman sejawat Elina, Mela, Rista, Riri, Arinal, Ikhsan, Arman, Jahari, Yusak, Icha, Ray, Ina, Tuti, Lela yang sudah membantu dan memberi semangat.

10.Spesial buat mbak Hesti Paramitha Sari, S.P yang selalu mendengarkan cerita penelitian saya dan rela menyumbangkan ilmunya, dan juga kak Abdullah bin Arif S.P, M.Si yang juga telah rela menyumbangkan ilmunya.

11.Semua mbak kostan, yang juga memberikan saran dan masukan.

12.Serta teman - teman yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu per satu lagi, yang membuat hari-hari menjadi lebih berwarna.

Semoga Allah swt membalas semua kebaikan mereka dengan pahala yang berlipat ganda. Mudah-mudahan skripsi ini juga dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.

Bogor, 19 September 2012


(11)

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Percobaan ... 2

Hipotesis... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Botani Jagung Manis ... 3

Budidaya Jagung Manis ... 4

Pemuliaan Jagung Manis Hibrida ... 5

Genetika Jagung Manis ... 5

Evaluasi Daya Hasil ... 6

BAHAN DAN METODE ... 8

Tempat dan Waktu Percobaan ... 8

Bahan dan Alat ... 8

Metode Percobaan ... 8

Pelaksanaan Penelitian ... 9

Pengamatan ... 10

Analisis Data ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

Kondisi Umum ... 15

Tinggi Tanaman, Lingkar Batang dan Diameter Batang ... 18

Jumlah daun dan Tinggi Tongkol Utama ... 20

Bobot Tongkol Berkelobot dan Bobot Tongkol Tanpa Kelobot ... 21

Diameter Tongkol, Panjang tongkol dan Panjang Tongkol Terisi ... 22

Jumlah Biji per Baris, Jumlah baris per Tongkol, dan Kadar Padatan Terlarut Total ... 23

Tanaman Panen per Plot, Tongkol Panen per Plot ... 25

Bobot Tongkol Berkelobot dan Bobot Tidak Berkelobot per Plot…... 25

Umur Muncul Silk, dan Bobot Brangkasan Tanaman Contoh ... 26

Indeks Panen dan Produktivitas ... 27

Komponen Heritabilitas ... 28

Korelasi Antar Tanaman ... 30

Penyakit Bulai ... 31


(12)

KESIMPULAN DAN SARAN ... . 36 Kesimpulan ... 36 Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37 LAMPIRAN ... 41


(13)

Nomor Halaman 1. Analisis ragam dan komponen pendugaan ragam ... 13 2. Rekapitulasi uji f pada berbagai peubah pengamatan ... 18 3. Nilai tengah ukuran tanaman (tinggi tanaman, lingkar batang dan

diameter batang) tujuh hibrida harapan dan empat varietas pembanding jagung manis ... 19 4. Nilai tengah ukuran tanaman (jumlah daun dan tinggi tongkol

utama) tujuh hibrida dan empat varietas pembanding jagung manis . 21 5. Nilai tengah bobot tongkol berkelobot dan bobot tongkol tanpa

kelobot tujuh hibrida harapan dan empat varietas pembanding jagung manis ... 22 6. Nilai tengah diameter tongkol, panjang tongkol, dan panjang

tongkol terisi tujuh hibrida harapan dan empat varietas pembanding 23 7. Nilai tengah jumlah biji per baris, jumlah baris per tongkol dan

padatan terlarut tujuh hibrida harapan dan empat varietas pembanding ... 24 8. Nilai tengah tanaman yang panen per plot dan tongkol yang

dipanen per plot ... 25 9. Nilai tengah bobot tongkol berkelobot dan bobot tidak berkelobot

per plot tujuh hibrida harapan dan empat varietas pembanding jagung manis ... 26 10.Nilai tengah umur silk dan bobot brangkasan tanaman contoh tujuh

hibrida harapan dan empat varietas pembanding jagung manis ... 27 11.Nilai tengah indeks panen dan produktifitas tujuh hibrida harapan

dan empat varietas pembanding ... 28 12.Nilai komponen heritabilitas dalam arti luas... 29 13.Rekapitulasi koefisien korelasi antar karakter pada tujuh hibrida

harapan dan empat varietas pembanding ... 31 14.Karakteristik kualitatif (warna daun, warna batang, dan warna

buah) tujuh hibrida dan empat varietas pembanding ... 33 15.Karakteristik kualitatif (bulu, penutupan kelobot, bentuk buah, dan

susunan biji) tujuh hibrida dan empat varietas pembanding ... 34 16.Kepekaan cekaman biotik dan kerusakan tongkol pada tujuh


(14)

Nomor Halaman

1. Tongkol jagung manis hibrida 3 x 4A... 42

2. Tongkol jagung manis hibrida 3 x 4B ... 43

3. Tongkol jagung manis hibrida 3 x 8 ... 44

4. Tongkol jagung manis hibrida 6 x 3 ... 45

5. Tongkol jagung manis hibrida 6 x 4A... 46

6. Tongkol jagung manis hibrida 6 x 4B ... 47

7. Tongkol jagung manis hibrida 6 x 8 ... 48

8. Tongkol jagung manis pembanding super sweet corn ... 49

9. Tongkol jagung manis pembanding sweet boy ... 50

10.Tongkol jagung manis pembanding talenta ... 51

11.Tongkol jagung manis pembanding mutiara ... 52

12.Rekapitulasi koefisien korelasi antar karakter tujuh hibrida dan empat varietas pembanding ... 53

13.Rekapitulasi seluruh peubah tujuh hibrida dan empat varietas pembanding ... 54

14.Rekapitulasi seluruh peubah tujuh hibrida dan empat varietas pembanding (Lanjutan) ... 55

15.Rekapitulasi seluruh peubah tujuh hibrida dan empat varietas pembanding (Lanjutan) ... 56

16.Data klimatologi oktober 2011 - januari 2012 ... 57

17.Analisis ragam produktivitas, indeks panen bobot berkelobot dan tidak berkelobot tujuh hibrida harapan dan empat varietas pembanding jagung manis ... 58

18.Rekapitulasi koefisien korelasi antar karakter tujuh hibrida dan empat varietas pembanding ... 59

19.Rekapitulasi seluruh peubah tujuh hibrida dan empat varietas pembanding ... 60

20.Rekapitulasi seluruh peubah tujuh hibrida dan empat varietas pembanding (Lanjutan) ... 61

21.Rekapitulasi seluruh peubah tujuh hibrida dan empat varietas pembanding (Lanjutan) ... 62


(15)

Nomor Halaman 1. Serangan hama pada pertanaman jagung manis... 16 2. Penyakit bulai (Peronosclerospora maydis) pada tanaman jagung

manis ... 32 3. Persentase bulai pada tanaman jagung manis ... 32


(16)

Latar Belakang

Jagung manis (Zea Mays L. var. saccharata) merupakan sayuran penting dan popular, berasal dari jagung bijian yang mengalami mutasi (Rubatzky and Yamaguchi, 1998). Jagung manis umum dikonsumsi sebagai jagung rebus atau jagung kukus (steam), terutama bagi masyarakat di kota-kota besar. Jagung manis dikonsumsi dalam bentuk jagung muda, mempunyai rasa manis dan enak karena kandungan gula tinggi (Azrai et al., 2005).

Produksi benih jagung manis dalam negeri saat ini masih rendah sehingga belum dapat mengisi peluang pasar. Tingginya harga benih jagung manis disebabkan karena sebagian besar merupakan benih impor. Harga benih yang relatif tinggi juga menyebabkan sedikitnya petani yang mengusahakan pertanaman jagung manis. Menurut BPS (2011) impor jagung manis pada tahun 2011 bersifat fluktuatif dan impor tertinggi berada pada bulan Mei sebesar 258 ton. Oleh karena itu, produksi benih jagung manis hibrida di Indonesia perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan mengurangi impor.

Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi dan kualitas hasil jagung manis adalah melalui program pemuliaan tanaman. Menurut Macgillivray (1961) untuk meningkatkan produksi jagung manis adalah dengan menggunakan varietas unggul, yaitu varietas hibrida. Selanjutnya Iriyani et al. (2007) menambahkan, jagung manis hibrida berpotensi memiliki daya hasil yang tinggi, genjah, rendemennya tinggi, umunya lebih tahan terhadap hama dan penyakit, lebih tanggap terhadap pemupukan, pertanaman dan tongkol lebih seragam. Dalam rangka menunjang ketersediaan benih jagung hibrida, Departemen Agronomi dan Hortukultura, IPB bekerja sama dengan Balit Serealia Maros, Sulawesi melalui program KKP3T (Kerja Sama Kemitraan Penelitian

Pertanian dengan Perguruan Tinggi) untuk mendapatkan beberapa calon varietas jagung hibrida potensial. Sebelum benih tersebut dilepas dilakukan evaluasi daya hasil untuk menentukan sejauh mana kualitas jagung manis.


(17)

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari daya hasil jagung manis hibrida dibandingkan dengan varietas komersial.

Hipotesis

Daya hasil jagung manis hibrida dapat lebih unggul atau sama dengan varietas pembandingnya.


(18)

Botani Jagung Manis

Jagung manis merupakan keluarga Gramineae atau rumput yang dapat melengkapi semua jenis makanan dan dapat dimakan sebelum keadaan matang. Akarnya dangkal dan berserabut secara alami. Daun jagung manis panjang, datar, dan merupakan tanaman monokotil. Tanaman tersebut juga termasuk monoceous dengan stamen dan pistil dalam tanaman yang sama (MacGillivray, 1961).

Jagung manis adalah tanaman herba monokotil, dan tanaman semusim iklim panas. Tanaman ini monoceous dengan bunga jantan tumbuh sebagai pembungaan ujung (tassel) pada batang utama, dan bunga betina pada tumbuh terpisah sebagai pembungaan samping yang berkembang pada ketiak daun (Rubatzky and Yamaguchi, 1998). Waktu masak bunga jantan lebih dahulu dibandingkan dengan bunga betina. Bunga jantan akan mengeluarkan beberapa polen sebelum bunga betina menjadi reseptif (Nonnecke, 1989).

Tinggi tanaman jagung manis tidak jauh berbeda dengan jagung biasa namun jagung manis lebih pendek (Leonard dan Martin, 1963). Daun tanaman jagung terdiri dari pelepah daun, lidah daun dan helaian daun. Akarnya merupakan akar serabut sehingga termasuk tanaman monokotil dan terdapat kail atau akar penyangga untuk menahan dari kerebahan akar (Nonnecke, 1989). Jagung manis memiliki tipe pertumbuhan determinate, yaitu pertumbuhan yang batang utamanya diakhiri dengan bunga. Perkembangan batang, daun, dan akar diikuti oleh perkembangan bunga dan buah. Sehingga, semua tanaman yang termasuk tipe pertumbuhan determinate, fase vegetatif dan reproduktifnya terjadi beriringan (Edmond et al., 1957).

Jagung manis mempunyai biji - biji yang berisi endosperm manis, mengkilap, tembus pandang sebelum masak dan berkerut bila kering (Azrai et al., 2007). Jagung manis semakin popular dan banyak dikonsumsi karena memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan jagung biasa. Selain itu umur produksi jagung manis lebih singkat dibandingkan jagung biasa.


(19)

Budidaya jagung manis sama seperti jagung biasa pada umumnya. Tanaman ini akan tumbuh baik bila berada pada ketinggian 3000 m diatas permukaan laut. Untuk penanaman, suhu yang baik berkisar 21 - 27°C (Palungkun dan Budiarti, 2000). Koswara (1986), curah hujan optimum yang dibutuhkan tanaman jagung berkisar antara 100 - 125 mm per bulan. Keasaman tanah berkisar 5.5 - 7.0 baik untuk penanaman jagung manis.

Jagung manis dapat menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang. Perkembangan galur murni membutuhkan kontrol dalam penyerbukan sendiri untuk memperoleh derajat homozigositas yang diinginkan. Beberapa teknik untuk mengontrol keterlibatan penyerbukan antara lain, pembungkusan bunga jantan untuk mencegah kontaminasi polen, pembungkusan ujung tongkol sebelum silk muncul, mengumpulkan polen setelah silk (bunga betina) muncul, percikan polen kepermukaan putik tanaman yang telah dipilih sebagai induk betina dan segera dibungkus (Kaukis, 1986). Setiap kultivar memiliki perbedaan di ukuran tanamannya, biasanya antara 0.91 - 1.8 m. Kultivar hibrida dan kultivar yang memiliki hasil yang tinggi memungkinkan tingginya rasa manis. Jagung manis tersebut terjaga kemanisannya maksimal selama dua minggu, dikarenakan tanaman jagung menyerbuk silang. Penanaman jagung manis dan jagung pakan yang berdekatan akan menyebabkan terjadi penyerbukan silang dan secara drastis akan mengurangi kemanisan (Acquaah, 1995).

Beberapa hama yang sering menyerang tanaman jagung manis diantaranya belalang (Melanophus sp), kepik (Nezara viridula), kutu daun (Aphis maydis), dan ulat penggerek tongkol (Heliothis armigera) (Sufiani, 2002). Penyakit yang sering menyerang tanaman jagung manis antara lain bulai oleh spora (Peronosclerospora

maydis), busuk batang (Fusarium) (Kaukis, 1986). Jagung manis menggunakan

sejumlah besar air dalam produksi untuk biji yang juga penuh dan berair. Ulat tongkol jagung, menyerang dan menghancurkan biji langsung, dan termasuk hama jagung manis yang paling serius (Acquaah, 1995).

Produksi jagung manis ditentukan oleh kualitas jagung itu sendiri. Kualitas optimum jagung manis hanya dapat diperoleh dalam waktu yang singkat, oleh karena itu perlu diketahui saat panen yang tepat. Panen yang terlalu cepat


(20)

kurang manis. Bila saat panen yang sangat tepat telah diketahui, maka pengaturan waktu tanam untuk menyesuaikan waktu panen dengan kondisi pasaran lebih mudah dilakukan (Pratiwi, 1986).

Pemuliaan Jagung Manis Hibrida

Pemuliaan jagung manis merupakan salah satu solusi menghasilkan varietas hibrida. Varietas hibrida merupakan generasi pertama hasil persilangan antara tetua berupa galur inbrida. Varietas hibrida dapat dibentuk pada tanaman menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang. Jagung merupakan tanaman pertama yang dibentuk menghasilkan varietas hibrida secara komersial, dan telah berkembang di Amerika Serikat sejak 1930-an (Hallauer and Miranda, 1987).

Pemuliaan jagung hibrida terdiri atas empat tahap diantaranya adalah, pembentukan galur-galur murni yang stabil, vigor, serta berdaya hasil benih tinggi serta perbaikan daya hasil dan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Singh, 1987). Jagung hibrida berpotensi memiliki daya hasil tinggi, genjah, juga rendemennya tinggi, umumnya lebih tahan terhadap hama penyakit, lebih tanggap terhadap pemupukan, pertanaman dan tongkol lebih seragam (Iriany et al., 2007). Evaluasi daya hasil diperlukan setiap waktu tertentu untuk mengetahui galur mana yang berpotensi dikembangkan lebih lanjut.

Program pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas unggul baru dengan produktivitas dan stabilitas hasil tinggi selalu membutuhkan sumber-sumber gen dari sifat-sifat tanaman yang mendukung tujuan tersebut. Sifat-sifat yang diinginkan antara lain adalah potensi hasil tinggi, daya adaptasi lebih baik terhadap kondisi lingkungan suboptimal, tahan terhadap hama dan penyakit utama, umur lebih pendek (genjah), kandungan dan kualitas gizi yang lebih baik (Chang, 1979).

Genetika Jagung Manis

Jagung manis dikenal sebagai tanaman hortikultura yang tekstur dan aroma yang khas, serta memiliki kandungan gizi yang baik. Karakteristik benih jagung manis adalah tembus pandang dan keriput serta rasannya manis ketika


(21)

kuda atau sering disebut dent corn yang bermutasi pada lokus sugary (su). Mutasi ini terjadi disebabkan endosperma yang mengumpulkan dua kali lipat gula daripada jagung biasa. Hasil mutasi yang baru berkembang menjadi sugary enhanced (se) dan shrunken-2 (sh2) atau super sweet corn. Beberapa jagung manis tidak bisa mengubah gula menjadi pati (Acquaah, 2007).

Sugary and glassy adalah istilah fenotipik yang mengenalkan tipe biji

dengan penampilan endosperm transparan. Ekspresi faktor su1, sangat dikenal semua yang membudidayakan jagung manis. Biji jagung manis yang mengandung su1 apabila mengering akan terlihat tembus pandang dan mengkerut, berbeda dari jagung biasa (Coe et al., 1992). Homozigot resesif se/se su1/su1 memiliki dua kali lebih manis saat panen dan memiliki tingkat pitoglykogen yang memberi tekstur yang lembut seperti tipe su1. Walaupun derajat kemanisan sama dengan jagung tipe shrunken-2, namun membutuhkan pendingin untuk mempertahankan kemanisan setelah panen (Alexander, 1991).

Pengelompokan jagung manis menurut tipe morfologi biji, terbagi atas brittle, shrunken, sugary atau glassy, waxy, opaque atau floury dan viviparous. Endosperma tipe biji brittle sangat mudah hancur. Biji bt1 (brittle1), bt2 (brittle 2), sh2 memiliki kesamaan penampilan fenotipe. Peran gen menentukan morfologi tersebut, dalam sistem biosintesis dan pengendapan polisakarida serta penyimpanan protein (Coe et al.,1992).Gen yang sudah umum digunakan adalah su2 dan sh2. Gen su2 merupakan gen standar, sedangkan gen sh2 menyebabkan rasa lebih manis dan dapat bertahan lebih lama atau disebut supersweet. Apabila kedua gen berada dalam satu genotipe maka disebut sugary supersweet (Azrai et al.,2007).

Evaluasi Daya Hasil Jagung Manis Hibrida

Kegiatan dalam pemuliaan tanaman merupakan kegiatan berantai sehingga siklus pembentukan varietas tidak dapat berhenti meskipun varietas unggul baru telah dirilis. Tetapi secara kontinyu dilakukan pembentukan populasi dasar, famili, atau generasi menengah dan lanjut (Takdir et al., 2007). Evaluasi juga yang bertujuan pada pengamatan, panen dan pengolahan lanjut, untuk


(22)

memungkinkan mendapatkan kesimpulan, tidak hanya untuk evaluasi hasil masing-masing tetapi juga untuk perencanaan dan pelaksanaan percobaan selanjutnya (Kuckkuck et al., 1991).

Sebelum menjadi hibrida diperlukan evaluasi galur inbrida dapat digolongkan menjadi dua, yaitu galur dievaluasi berdasarkan galur itu sendiri dan penampilan keturunannya. Pada evaluasi pertama, galur dilihat penampilan atau responnya seperti daya hasil, umur berbunga, singkronisasi berbunga, tinggi tanaman dan tongkol serta ketahanan terhadap hama dan penyakit, dan interaksi galur dengan lingkungan. Evaluasi kedua adalah menilai daya gabung untuk memilih galur-galur yang mempunyai potensi untuk pembuatan hibrida (Takdir et al., 2007).

Hibrida jagung manis juga harus dibandingkan dengan standar jagung manis yang sudah ada, terutama dalam hal hasil panen, kualitas, kesesuaian pengolahan atau konsumsi segar, agronomis, adaptasi lingkungan, dan permintaan kebutuhan benih (Kaukis and Davis, 1986). Evaluasi daya hasil diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh potensi dari komoditi yang diujikan atau dievaluasikan untuk mendapatkan tanaman yang hasilnya dapat mengungguli tanaman lain yang sejenis.


(23)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Desa Sinarsari Kecamatan Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Pelaksanaan pada bulan Oktober 2011 - Februari 2012.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan adalah tujuh jagung manis hibrida yang diuji yaitu 3 x 4B, 6 x 8, 6 x 4A, 6 x 3, 3 x 8, 3 x 4A, dan 6 x 4B ditambah empat varietas komersial sebagai pembanding Sweet Boy, Talenta, Mutiara, dan Super Sweet Corn.

Bahan lain yang dibutuhkan berupa pupuk urea 300 kg/ha, SP36 200 kg/ha, KCl 200 kg/ha, kapur 1.5 ton/ha. Pengendali hama dan penyakit berupa pestisida yang digunakan dengan dosis bahan aktif Carbofuran 20 kg/ha, insektisida dengan bahan aktif Profenofos dan Beta Siflutrin dosis masing-masing 2 cc/l. Alat yang dibutuhkan yaitu alat-alat pengolahan tanah, ajir, meteran, hand

refraktometer; untuk mengukur Padatan Terlarut Total (PTT) dalam biji jagung

manis, timbangan, kantong kertas, spidol dan penjepit kertas untuk melakukan penyerbukan sendiri buatan (selfing).

Metode

Perlakuan disusun menurut Rancangan Kelompok Lengkap Teracak Faktor Tunggal (RKLT) dengan tiga ulangan menggunakan 11 varietas sehingga terdapat 33 satuan percobaan. Model yang dilakukan pada rancangan tersebut adalah (Gomez, 1995)

Yij = µ + i + βj + εij ;(i= 1,….p; j =1,….r)

Keterangan :

i = 1, 2, 3…..11 j = 1, 2, 3


(24)

µ = nilai tengah umum

i = pengaruh perlakuan ke-i (i = 1, 2, 3,…11)

βj = pengaruh kelompok ke-j (j = 1, 2, 3)

εij = pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i, kelompok ke-j

Jika perlakuan berpengaruh nyata maka, dilanjutkan dengan Uji Dunnett pada taraf 5 % untuk membandingkan nilai tengah semua perlakuan terhadap nilai tengah kontrol (pembanding).

Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan percobaan dimulai dengan persiapan lahan dan pengolahan tanah meliputi pembersihan, penggemburan tanah, dan perataan tanah. Luas plot sebesar 3 x 2.75 m2 terdiri dari 11 plot perlakuan dengan tiga ulangan. Petak satuan yang didapatkan sebanyak 33 petak, dan jarak tanam yang digunakan sebesar 75 x 20 cm2. Lahan percobaan yang terpakai seluruhnya ± 492 m2.

Pemeliharaan meliputi penyulaman, pemupukan dengan penaburan pupuk 300 kg urea/ha, 200 kg SP-36/ha, 200 kg KCL/ha, dipupuk sebelah kanan baris benih secara merata dalam satu alur. Pupuk kandang diberikan 1 minggu sebelum penanaman sebanyak 15 ton/ha. Pemberian kapur 1.5 ton/ha dilakukan saat pengolahan tanah dan dibiarkan selama satu minggu. Pemeliharaan paling terpenting adalah menjaga kelembaban tanah, disiram bila kekeringan. Hal tersebut dilakukan pada awal penanaman karena sedikitnya hujan yang turun.

Pengendalian gulma dilakukan secara manual (penyiangan) pada umur 4 dan 6 MST. Pada 68 HST dilakukan penyemprotan Insektisida sebanyak masing-masing 2 cc/l yang berbahan aktif profenofos dan beta siflutrin. Insektisida diberikan karena hama menyerang tanaman jagung manis khususnya jagung manis pembanding Super Sweet corn dan Sweet Boy. Pemberian insektisida untuk semua genotipe yang ditanam dilapang.

Penyerbukan sendiri pada dua tanaman selain tanaman contoh untuk setiap petak untuk mengukur kadar PTT (Padatan Total Terlarut) atau kemanisan pada jagung manis. Kegiatan tersebut dilakukan pada 48 - 58 HST. Sebelum penyerbukan terlebih dahulu dilakukan penutupan malai tanaman jagung manis dengan kertas kantong (kertas roti) dan menutup bagian tongkol jagung sebelum


(25)

rambut keluar dengan menggunakan plastik bening. Penyerbukan dilakukan, jika rambut tongkol sudah mencapai panjang ±2 - 3 cm. Tongkol yang sudah diserbuki kemudian ditutup menggunakan kertas kantong. Pemanenan dilakukan lebih dari satu kali pada 72 - 80 HST. Jagung manis dikatakan masak atau kriteria konsumsi apabila telah berwarna kuning keputihan atau kuning susu dan rambut tongkol telah mengering kecoklatan.

Pengamatan

Pengamatan yang akan dilakukan mencangkup peubah kualitatif dan kuantitatif. Pengamatan peubah kualitatif diperlukan untuk mengetahui perbedaan fenotipe dari setiap hibrida yang diuji. Peubah kualitatif dan kuantitatif yang diamati meliputi:

1. Warna buah (kuning, kuning keputihan) 2. Warna daun (hijau, hijau tua)

3. Bentuk buah (kerucut, cerutu/silindris) 4. Susunan baris biji (lurus dan melengkung) 5. Warna batang (hijau, hijau tua, hijau keunguan) 6. Bulu pelepah daun (3 jarang, 5 sedang, 6 rapat) 7. Penutupan kelobot (3 jelek, 5 sedang, 7 bagus) 8. Kerusakan tongkol (0 tidak ada, 3 sedikit, 7 parah)

9. Kepekaan terhadap cekaman biotik (1 amat rendah, 3 rendah, 5 sedang, 7 tinggi, 9 sangat tinggi)

10.Tinggi tanaman (cm), diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi dengan meluruskan daun

11.Jumlah daun (helai) yang telah membuka sempurna

12.Lingkar batang (cm), dihitung pada ketinggian diatas 10 cm dari permukaan tanah pada saat tanaman keluar malai jantan (tassel) dan menggunakan meteran

13.Tinggi tongkol utama (cm), diukur mulai dari permukaan tanah sampai buku tempat tongkol pertama keluar

14.Umur keluarnya bunga jantan (tassel) dan umur keluarnya bunga betina (silk)


(26)

15.Umur panen (HST)

16.Persentase tanaman yang terjangkit penyakit bulai (%)

17.Diameter batang (mm), diukur 10 cm dari permukaan tanah pada saat tanaman keluar malai jantan (tassel) dan menggunakan jangka sorong 18.Jumlah tanaman yang dapat dipanen, jumlah tanaman yang tumbuh dan

dapat dipanen

19.Jumlah tongkol yang dipanen per-plot, seluruh jumlah tongkol yang dapat dipanen baik berisi atau tidak

20.Diameter tongkol (cm), pangkal, tengah dan ujung tongkol

21.Panjang tongkol (cm), diukur dari ujung tongkol hingga bagian bawah tongkol

22.Panjang baris pada tongkol (cm), diukur hingga baris yang masih terdapat biji

23.Jumlah baris dan jumlah biji per baris pada tongkol 24.Bobot brangkasan (kg)

25.Jumlah bobot berkelobot per plot (kg) 26.Jumlah bobot tanpa kelobot per plot (kg) 27.Bobot tongkol berkelobot (g)

28.Bobot tongkol tanpa kelobot (g)

29.Kadar PTT (Pengukuran Padatan Total Terlarut)

Pada kadar PTT dalam biji jagung manis (°Brix) diukur dengan cara menghaluskan biji jagung manis hasil penyerbukan sendiri. Panen dilakukan pada kisaran umur 18 - 24 hari setelah penyerbukan. Biji dari jagung manis hasil penyerbukan sendiri tersebut digerus atau dapat juga disayat menggunakan pisau hingga keluar air dari biji. Air dari biji tersebut disaring dan kemudian diteteskan pada prisma hand refractometer. Kadar PTT dapat dinyatakan dalam °Brix akan terbaca. 30.Produktivitas (ton/ha)

Hasil (ton/ha) = 10000 x B x 0.80 L.P

L.P = Luas Petakan Panen (m2)


(27)

32. Indeks panen tongkol berkelobot

Rumus =  Bobot tongkol berkelobot  

Brangkasan + Bobot tongkol berkelobot  

33. Indeks panen tongkol tanpa kelobot

Rumus =  Bobot tongkol tanpa kelobot 


(28)

Analisis Data

Analisis ragam

Analisis ragam rancangan kelompok lengkap teracak dengan satu faktor, disajikan pada Tabel 1 (Acquaah, 2007). Analisis digunakan untuk melihat keragaman dalam populasi.

Tabel 1. Analisis ragam dan komponen pendugaan ragam Sumber

Keragaman

Derajat Bebas (DB)

Jumlah Kuadrat (JK)

Kuadrat Tengah (KT)

Nilai Harapan Genotipe g-1 JKg KTg 2+ r 2g

Ulangan r-1 JKr KTr

Galat (r-1)(g-1) JKe KTe 2e

Keterangan : g = banyaknya genotipe yang diuji r = banyaknya ulangan

Pendugaan Heritabilitas Arti Luas (h2 bs)

Heritabilitas merupakan porsi keragaman teramati yang disebabkan oleh sifat menurun. Ragam penotipe ( 2p) berasal dari penjumlahan ragam genetik

( 2g), ragam lingkungan ( 2e), dan interaksi antara ragam genetik dan lingkungan

( 2ge). Heritabilitas arti luas (h2 bs), dengan rumus :

h2 bs = 2g x 100%

2p

Nilai heritabilitas berada pada rentang 0 - 1. Nilai 0 menunjukan nilai seluruh variasi akibat faktor lingkungan, sedangkan untuk nilai 1 berarti nilai seluruh variasi akibat faktor genetik. Heritabilitas digolongkan menjadi tiga kategori yaitu :

(1). Rendah ; h2 bs < 20%

(2). Sedang ; 20 % < h2 bs < 50%

(3). Tinggi ; h2 bs > 50%


(29)

Koefisien Korelasi

Korelasi antar dua sifat dapat berupa kolerasi penotipe dan kolerasi genotipe. Kolerasi penotipe ini selanjutnya dapat menunjukan kolerasi genotipe yang lebih memiliki arti dalam pemuliaan (Poespodarsono, 1988). Analisis korelasi secara umum dapat dihitung dengan rumus :

rxy = Cov (x, y)

     Keterangan :

rxy = koefisien korelasi peubah x dan y

Cov (x, y) = peragam antara sifat keduanya ( x dan y) = ragam sifat x


(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Penelitian dilaksanakan pada awal musim penghujan pada bulan Oktober. Pada saat itu curah hujan cukup tinggi pada bulan Oktober - Januari sebesar 256.0 - 272.0 mm per bulan. Muis (2008) menambahkan, curah hujan tanaman jagung sekitar 85 - 200 mm/bulan dan harus merata.

Hujan angin pada 71 HST membuat hampir seluruh hibrida dan varietas pembanding tanaman jagung manis rebah. Kerebahan paling banyak pada varietas pembanding Super Sweet Corn terutama di ulangan ke dua. Hal tersebut dikarenakan tanamannya agak tinggi bila dibandingkan dengan yang lain. Tanaman jagung manis hibrida yang diuji mengalami rebah yang lebih ringan dibandingkan varietas pembanding Super Sweet Corn.

Gulma yang sering nampak dan mendominasi di awal pertumbuhan tanaman jagung manis ini adalah gulma jenis teki (Cyperus sp). Penyebaran gulma tersebut sangat cepat, terbukti ketika penyiangan gulma dilakukan pada awal pengolahan tanah kemudian mulai muncul dan menyebar kembali di 2 - 3 MST. Gulma jenis teki (Cyperus sp) dapat mengganggu pertanaman terutama

Cyperus rotundus yang cukup banyak ditemukan di lahan. Gulma tersebut

mengandung alelopati yang sangat tinggi. Alelopati dapat meracuni tanaman pokok atau tanaman yang dibudidayakan. Gulma jenis teki (Cyperus sp) dan gulma jenis daun lebar (Amaranthus spinosus) semakin banyak pada fase reproduktif.

Cukup banyak faktor yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung manis di lahan. Penyakit dan hama menjadi salah satu yang dapat menganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya. Penyakit yang menyerang tanaman jagung pada umumnya adalah bulai

Peronosclerospora maydis. Bulai menyerang pada 20 HST, namun kemudian

menyebar dari 20 - 65 HST. Bulai juga menyerang tanaman hasil sulaman yang masih berumur kurang lebih 14 HST. Populasi tanaman hasil sulaman sangat dikhawatirkan dapat dengan mudah terkena bulai yang sudah menjangkit pertanaman sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan penyakit sudah mengenai


(31)

pertanaman tersebut, apalagi bulai ditularkan dalam bentuk spora yang sangat mudah ditularkan melalui hembusan angin pada tanaman yang sudah dewasa maupun yang masih kecil, karena tanaman sulaman tersebut masih rentan terhadap penyakit.

Penyakit hawar daun dengan bercirikan bercak kuning di setiap daunnya. Menyerang tanaman pada saat tanaman kekurangan sinar matahari dan terlalu banyak hujan. Hawar daun tersebut menyerang satu tanaman jagung hibrida harapan 3 x 8, di ulangan dua, menyerang keseluruh bagian tubuhnya hingga terlihat berbeda dengan tanaman lainnya karena bercak kuning yang berada didaunnya. Hawar daun pada tanaman penyebarannya tidak cepat, sehingga tidak terlalu mengganggu tanaman.

Gambar 1. Beberapa serangan hama pertanaman jagung manis. (A) rayap tanah; (B) penggerek tongkol (Heliothis armigera); (C) penggerek batang (Ostrinia Furnacalis);(D) aphid (Rhopalosiphum maidis).

Hama yang menyerang tanaman jagung manis pada penelitian ini adalah belalang (Melanophus sp), kepik (Nezara viridula), ulat penggerek tongkol

A

B


(32)

(Heliothis armigera), penggerek batang (Ostrinia Furnacalis), aphid

(Rhopalosiphum maidis), dan rayap tanah. Serangan penggerek batang dan

tongkol tidak terlalu berat untuk seluruh hibrida harapan jagung manis namun untuk varietas pembanding cukup berat terutama varietas Super Sweet Corn dan Sweet Boy. Menurut Muis et al. (2008) lubang gerekan biasanya terbanyak dibuat pada buku - buku batang tanaman jagung. Serangan berat dapat menyebabakan kerusakan tanaman sampai 80 %. Mas’ud et al. (2009) menyatakan, tinggi rendahnya populasi penggerek tongkol pada beberapa varietas kemungkinan disebabkan tinggi rendahnya senyawa fenolik pada tanaman ini, dimana salah satu senyawa fenolik dapat merupakan toksik terhadap sejumlah serangga herbivora yang menyebabkan efek antibiosis pada berbagai serangga.

Aphid menyerang malai hingga malai menjadi habis dan tidak bisa menghasilkan serbuk sari. Menurut Muis et al. (2008) aphid disamping sebagai hama langsung pada tanaman, juga berfungsi sebagai vektor penyakit virus sugarcane mosaic virus, maize dwarf mosaic virus, dan maizefleck virus. Aphid mengisap cairan tanaman sehingga menyebabkan tanaman menjadi kekuning-kuningan dengan intensitas sangat rendah.

Ulat dan aphid menyerang tanaman jagung manis ketika fase reproduktif. Rayap tanah menyerang akar dan kemudian ke atas bagian batang tanaman. Menyebabkan batang tanaman terpotong, daun menjadi kering, layu dan malai tanaman menjadi kering serta membusuk.

Hasil yang didapatkan dari rekapitulasi sidik ragam yaitu, perlakuan genotipe berpengaruh nyata terhadap lingkar batang, diameter batang, jumlah daun, jumlah biji per baris, tongkol panen per plot, bobot tongkol tanpa kelobot per plot, indeks panen bobot tongkol berkelobot dan produktivitas. Perlakuan juga sangat berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman, tinggi tongkol utama, bobot tongkol berkelobot, bobot tongkol tanpa kelobot, diameter tongkol tengah, panjang tongkol hingga biji, tanaman panen per plot, bobot tongkol per plot, umur silk dan bobot brangkasan tanaman contoh (Tabel 2). Perlakuan yang berpengaruh nyata hingga sangat nyata dilanjutkan dengan uji lanjut Dunnett. Hasil uji lanjut juga dibandingkan berdasarkan pembanding terbaik dari empat pembanding yaitu, Talenta.


(33)

Tabel 2. Rekapitulasi uji f pada berbagai peubah pengamatan

No Peubah F-Hit KK (%) Pr>F 1 Tinggi tanaman 5.97** 7.82 0.0004 2 Lingkar batang 3.02* 7.04 0.0170 3 Diameter batang 2.84* 11.48 0.0225 4 Jumlah daun 2.60* 6.76 0.0328 5 Tinggi tongkol utama 3.45** 13.59 0.0088 6 Bobot tongkol berkelobot 5.18** 14.70 0.0009 7 Bobot tongkol tanpa kelobot 6.29** 16.15 0.0002 8 Diameter tongkol ujung 2.34tn 9.81 0.0505 9 Diameter tongkol tengah 7.14** 7.13 0.0001 10 Diameter tongkol bawah 1.45tn 13.93 0.2283 11 Panjang tongkol hingga biji 5.75** 6.24 0.0005 12 Panjang tongkol hingga ujung 4.95** 6.44 0.0012 13 Jumlah biji per baris 3.19* 15.36 0.0130 14 Jumlah baris per tongkol 1.58tn 6.10 0.1843 15 Tanaman yang dipanen per plot 4.27** 31.85 0.0028 16 Tongkol yang dipanen per plot 2.73* 41.71 0.0267 17 Bobot tongkol tanpa kelobot per

plot

2.79* 41.98 0.0242 18 Bobot tongkol berkelobot per plot 5.13** 33.27 0.0009 19 Umur tassel 1.82tn 2.66 0.1225 20 Umur silk 5.73** 3.03 0.0005 21 Umur panen 1.10tn 6.55 0.4049 22 Bobot brangkasan tanaman contoh 3.88** 16.00 0.0048 23 Padatan terlarut total 0.99tn 11.39 0.5065 24 Indeks panen bobot tongkol

berkelobot

3.12* 17.63 0.0145 25 Indeks panen bobot tongkol tanpa

kelobot

1.03tn 36.09 0.4515 26 Produktivitas 2.79* 41.97 0.024 Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata

* = berpengaruh nyata pada taraf 5% ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%

Tinggi Tanaman, Lingkar Batang dan Diameter Batang

Tinggi tanaman, lingkar batang dan diameter batang diukur pada awal masa generatif. Hibrida harapan yang diuji memiliki kisaran tinggi tanaman antara 196.60 - 246.61 cm. Beberapa hibrida harapan berbeda sangat nyata lebih tinggi dengan varietas pembanding, yaitu hibrida harapan 6 x 3, 6 x 4A, dan 6 x 4B dengan varietas Mutiara. Hibrida harapan 6 x 4A dan 6 x 4B juga berbeda sangat nyata lebih tinggi dengan varietas pembanding terbaik Talenta. Tinggi tanaman pada hibrida 3 x 4A, 3 x 4B, 3 x 8, dan 6 x 8 tidak berbeda nyata dengan varietas


(34)

pembanding terbaik Talenta. Keempat hibrida tersebut memiliki tinggi tanaman yang sama pendek dengan varietas pembanding terbaik Talenta. Tanaman yang pendek lebih disukai oleh pembudidaya tanaman karena mudah dalam pemeliharaan. Nugroho (2002) menyatakan, semakin tinggi tanaman akan semakin meningkatkan daya hasil per tanaman. Tanaman yang tinggi dapat memberikan hasil per tanaman lebih besar, dibandingkan tanaman lebih pendek. Berbeda dengan Indradewa et al. (2005), semakin pendek tanaman semakin besar tambahan bobot biji. Berdasarkan hasil penelitian ini dibuktikan oleh varietas Talenta (Tabel 11).

Tanaman yang tinggi rentan terhadap rebah akar, menurut Nurtirtayani dan Suaidi (2000), rebah akar merupakan salah satu sifat penting yang perlu dipertimbangkan selain hasil dan umur masak, karena tanaman jagung dengan persentase rebah akar tinggi akan mempengaruhi hasil. Sejalan dengan itu, Nugroho (2002) menyatakan tingginya tanaman dapat menyebabkan rebah akar.

Tabel 3. Nilai tengah ukuran tanaman (tinggi tanaman, lingkar batang dan diameter batang) tujuh hibrida harapan dan empat varietas pembanding.

Genotipe Tinggi tanaman (cm)

Lingkar batang (cm)

Diameter batang (cm) 3 x 4A 198.68c 7.17bd 1.96 3 x 4B 207.53c 7.33b 1.87

3 x 8 206.73c 7.87 2.05

6 x 3 227.30d 8.11 2.31

6 x 4A 246.61ad 7.70 2.24

6 x 4B 239.16ad 8.47 2.30

6 x 8 196.60c 8.20 2.68a

Mutiara 189.29 7.44 1.89

Sweet Boy 207.65 8.95 2.41

Super Sweet Corn 250.09 8.22 2.26

Talenta 180.87 8.64 2.25

Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, d menunjukan berbeda nyata dengan varietas pembanding Mutiara, Sweet Boy, Super Sweet Corn dan Talenta berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.

Rebah akar juga dipengaruhi faktor curah hujan di lokasi penanaman. Lokasi yang selalu mendapatkan curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan rebah akar, sehingga tanaman yang pendek lebih baik ditanam pada lokasi


(35)

tersebut, sedangkan tanaman yang tinggi dapat ditanam pada lokasi dengan curah hujan yang rendah, untuk mengurangi rebah akar yang berpeluang mempengaruhi hasil. Hal ini membuktikan bahwa tinggi tanaman yang pendek dan tinggi memiliki fungsi dan peranan yang sama dalam hubungannya terhadap hasil.

Lingkar batang pada tujuh hibrida harapan berkisar 7.17 - 8.47 cm. Enam hibrida harapan selain hibrida 3 x 4A tidak berbeda dengan varietas pembanding terbaik Talenta (Tabel 3). Diameter batang enam hibrida yang diuji tidak berbeda nyata dengan empat varietas pembanding kecuali hibrida harapan 6 x 8. Hibrida harapan 6 x 8 berbeda nyata lebih besar dengan varietas pembanding Mutiara. Hibrida harapan 6 x 8 memiliki diameter yang lebih besar dibandingkan hibrida lain dan memiliki tinggi tanaman yang pendek (Tabel 3).

Jumlah Daun dan Tinggi Tongkol Utama

Daun yang terdapat pada tujuh hibrida yang diuji memiliki jumlah berkisar 10.98 - 12.62 helai sedangkan untuk varietas pembanding antara 10.49 - 11.44 helai. Hibrida harapan 6 x 4A dan 6 x 8 berbeda sangat nyata lebih banyak dibandingkan varietas Mutiara. Hibrida harapan 6 x 4A juga berbeda sangat nyata lebih banyak dibandingkan varietas terbaik Talenta dan enam hibrida memiliki jumlah daun yang sama banyak dengan varietas pembanding terbaik Talenta (Tabel 4). Menurut Kresnatita (2004), daun merupakan organ utama pada proses fotosintesis. Hal ini berkaitan dengan fotosintat (karbohidrat) yang dihasilkan semakin tinggi, terlihat pada tingginya produk biomassa tanaman yang berupa bobot kering tanaman yang dihasilkan. Produk fotosintesis tersebut sebagian besar untuk pembentukan biji dan pembesaran tongkol. Sembiring (2007) juga menyatakan, tinggi tanaman mempengaruhi jumlah daun, tetapi tidak semua tanaman yang lebih tinggi memiliki jumlah daun yang lebih banyak.

Tinggi tongkol utama tujuh hibrida harapan berkisar 65.14 - 87.67 cm. Pada hibrida harapan 6 x 4B berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan varietas terbaik Talenta. Enam hibrida memiliki tinggi tongkol utama yang tidak berbeda dengan varietas pembanding terbaik Talenta (Tabel 4). Menurut Aswidinnoor et al. (1981) tanaman yang terlalu tinggi serta tongkol utama yang lebih tinggi nampaknya kurang menguntungkan dalam hal ketahanan terhadap kerebahan oleh


(36)

angin. Berbeda dengan Nurtirtayani dan Suaidi (2000) letak tongkol yang baik adalah apabila tongkolnya berada di tengah-tengah tinggi tanaman. Sejalan dengan Sujiprihati (2003), tanaman yang lebih tinggi dengan penempatan tongkol tinggi lebih baik dibandingkan dengan tanaman lebih pendek dengan penempatan tongkol lebih rendah.

Tabel 4. Nilai tengah ukuran tanaman (jumlah daun dan tinggi tongkol utama) tujuh hibrida harapan dan empat varietas pembanding.

Genotipe Jumlah daun (helai)

Tinggi tongkol utama (cm)

3 x 4A 10.98 65.14c

3 x 4B 11.27 69.32c

3 x 8 11.87 79.67

6 x 3 11.55 76.82

6 x 4A 12.62ad 83.08

6 x 4B 12.28 87.67d

6 x 8 12.47a 71.33c

Mutiara 10.49 66.27

Sweet Boy 11.14 80.09

Super Sweet Corn 11.44 103.70

Talenta 10.58 58.90

Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, d menunjukan berbeda nyata dengan varietas pembanding Mutiara, Sweet Boy, Super Sweet Corn dan Talenta berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.

Ukuran tanaman termasuk dalam fase pertumbuhan vegetatif. Menurut Hayati (2009), pertumbuhan vegetatif tanaman sangat penting. Pertumbuhan vegetatif jagung yang lebih baik cenderung memiliki nutrisi yang lebih baik pula yang terlihat pada berat tongkol yang diproduksi.

Bobot Tongkol Berkelobot dan Bobot Tongkol Tanpa Kelobot

Bobot tongkol berkelobot hibrida harapan yang diuji berkisar 233.33 - 398.49 g. Hibrida harapan yang berbeda nyata yaitu 3 x 8, 6 x 3, 6 x 4A,

dan 6 x 4B dibandingkan varietas Mutiara. Enam hibrida harapan yaitu, 3 x 4A, 3 x 4B, 3 x 8, 6 x 3, 6 x 4A, dan 6 x 4B tidak berbeda dengan varietas pembanding terbaik Talenta. Bobot tongkol tanpa kelobot per tongkol hibrida


(37)

harapan berkisar 82.40 - 186.07 g. Hibrida harapan 6 x 4B tidak berbeda nyata dengan keempat varietas pembanding.

Tabel 5. Nilai tengah bobot tongkol berkelobot dan bobot tongkol tanpa kelobot tujuh hibrida harapan dan empat varietas pembanding

Genotipe

Bobot tongkol berkelobot

(g)

Bobot tongkol tanpa kelobot

(g) 3 x 4A 268.49 159.07d 3 x 4B 265.66 147.20d 3 x 8 344.55a 161.49d 6 x 3 357.79a 167.88d 6 x 4A 398.49a 170.85d 6 x 4B 391.21a 186.07 6 x 8 233.33d 82.40cd

Mutiara 229.54 125.03

Sweet Boy 288.99 158.54 Super Sweet Corn 299.47 173.47

Talenta 352.55 235.20

Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, d menunjukan berbeda nyata dengan varietas pembanding Mutiara, Sweet Boy, Super Sweet Corn dan Talenta berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.

Diameter Tongkol, Panjang tongkol, Panjang Tongkol Terisi

Diameter tongkol hibrida harapan berkisar 2.90 - 4.27 cm. Enam hibrida selain hibrida harapan 6 x 8 menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata dengan empat varietas pembanding (Tabel 6). Diameter tongkol tertinggi terdapat pada hibrida harapan 3 x 4A. Peubah panjang tongkol merupakan kriteria penentu kualitas jagung manis (Nugroho, 2002). Panjang tongkol jagung manis berkisar antara 15.81 - 19.28 cm. Hibrida harapan 3 x 8, 6 x 3, dan 6 x 4B berbeda nyata lebih panjang dengan varietas pembanding Mutiara. Enam hibrida selain hibrida 6 x 8 tidak berbeda dengan varietas pembanding terbaik Talenta (Tabel 6).

Panjang tongkol terisi memiliki kisaran 13.73 - 17.37 cm. Hibrida harapan 3 x 8, 6 x 3, dan 6 x 4B berbeda nyata lebih panjang dibandingkan varietas Mutiara. Lima hibrida selain hibrida 3 x 4A dan 3 x 4B tidak berbeda dengan varietas pembanding terbaik Talenta (Tabel 6). Panjang tongkol terisi dapat


(38)

menutupi tongkol jagung atau tidak menutupi hingga ujung tongkol jagung. Panjang tongkol terisi dan panjang tongkol memungkinkan memiliki panjang yang sama besar pada tongkol jagung manis.

Tabel 6. Nilai tengah diameter tongkol, panjang tongkol dan panjang baris biji pada tongkol tujuh hibrida harapan dan empat varietas pembanding.

Genotipe Diameter tongkol (cm)

Panjang tongkol

(cm)

Panjang tongkol terisi

(cm) 3 x 4A 4.27 17.41d 14.22d

3 x 4B 3.87 18.29 14.61d

3 x 8 3.84 19.10a 17.60a

6 x 3 3.90 19.28a 17.30a

6 x 4A 4.07 17.84d 15.59

6 x 4B 4.20 18.75a 16.81a 6 x 8 2.90bcd 15.80cd 15.14

Mutiara 3.59 15.77 13.47

Sweet Boy 4.11 17.48 15.23

Super Sweet Corn 4.29 18.68 15.86

Talenta 4.53 20.85 17.16

Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, d menunjukan berbeda nyata dengan varietas pembanding Mutiara, Sweet Boy, Super Sweet Corn dan Talenta berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.

Panjang dan diameter tongkol berkaitan erat dengan rendemen hasil suatu varietas. Jika panjang tongkol rata-rata suatu varietas lebih panjang dibanding varietas yang lain, varietas tersebut berpeluang memiliki hasil yang lebih tinggi (Robi’in, 2009). Panjang tongkol dan diameter tongkol merupakan komponen hasil yang penting (Magandhi, 2010).

Jumlah Biji per Baris dan Kadar Padatan Terlarut Total

Jumlah biji per baris hibrida harapan berkisar 12.56 - 14.02 biji/baris. Hibrida harapan 6 x 4B tidak berbeda nyata dengan empat varietas pembanding. Terdapat tongkol yang panjang tetapi jumlah biji per baris sedikit, disebabkan tongkol tersebut mengalami penyerbukan yang kurang sempurna, sehingga biji yang dihasilkan sedikit atau terlihat jarang - jarang. Herawati (1990) menyatakan, tingginya curah hujan dan serangan penyakit mengakibatkan gangguan


(39)

fotosintesis dan penyerbukan hal ini berakibat pada pengisian tongkol. Banyaknya jumlah biji/baris dalam setiap tongkol berpengaruh terhadap hasil.

Padatan terlarut total (PTT) yang dihasilkan berkisar 8.00 - 13.67 °Briks. Semua hibrida harapan yang dievaluasi tidak berbeda nyata dengan empat varietas pembanding. Nilai tengah terbesar padatan terlarut total 13.67 °Briks didapatkan pada hibrida harapan 3 x 4A.

Tabel 7. Nilai tengah jumlah biji per baris dan dan kadar PTT tujuh hibrida harapan dan empat varietas pembanding

Genotipe Jumlah biji per baris Kadar PTT (oBriks)

3 x 4A 23.18d 13.67

3 x 4B 26.07d 9.00

3 x 8 26.20d 13.00

6 x 3 27.79d 9.67

6 x 4A 27.76d 4.00

6 x 4B 30.39 13.33

6 x 8 22.00d 8.00

Mutiara 25.47 9.33

Sweet Boy 27.51 4.00

Super Sweet Corn 27.81 7.67

Talenta 38.68 7.67 Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, d menunjukan berbeda nyata dengan

varietas pembanding Mutiara, Sweet Boy, Super Sweet Corn dan Talenta berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.

Tongkol yang diuji padatan terlarut total, merupakan tongkol tanaman hasil selfing (penyerbukan sendiri). Penyerbukan sendiri dilakukan, agar tidak menyebabkan bercampurnya kemanisan jagung manis antar genotipe, karena setiap genotipe memiliki variasi tingkat kemanisan tersendiri. Menurut Ordas (2008), variasi manisnya jagung terletak pada variasi subtansial dalam jenis

endosperm yang menunjukan pentingnya latar belakang genetik dalam

mengekspresikan sifat tersebut dan menunjukan adanya variasi pada lokus lain dari gen penambah manis. Pada hasil penelitian ini tidak ada perbedaan rasa manis setiap genotipenya.


(40)

Tanaman Panen per Plot, dan Tongkol Panen per Plot

Jumlah tanaman yang dipanen per plot untuk hibrida harapan yang diuji berkisar 9.00 - 22.70 tanaman. Varietas pembanding memiliki kisaran antara 10.30 - 27.00 tanaman. Empat hibrida yaitu 3 x 8, 6 x 3, 6 x 4A, 6 x 4B tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding terbaik Talenta. Jumlah tanaman yang dipanen dapat menentukan total tongkol yang dipanen, bergantung pada masing-masing genotipe dan pengaruh lingkungan (hama dan penyakit).

Tabel 8. Nilai tengah tanaman yang dipanen dan tongkol panen per plot tujuh hibrida harapan dan empat varietas pembanding

Genotipe Tanaman dipanen per plot Tongkol dipanen per plot 3 x 4A 10.30bcd 10.70c

3 x 4B 11.30cd 17.30

3 x 8 15.70 22.30

6 x 3 22.70 30.70

6 x 4A 18.70 30.30

6 x 4B 20.70 27.00

6 x 8 9.00cd 12.70

Mutiara 10.30 11.00

Sweet Boy 24.30 34.30

Super Sweet Corn 27.00 36.30

Talenta 25.70 28.00

Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, d menunjukan berbeda nyata dengan varietas pembanding Mutiara, Sweet Boy, Super Sweet Corn dan Talenta berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.

Jumlah tongkol panen pada hibrida harapan berkisar 10.70 - 30.70 tongkol per plot, sedangkan varietas pembanding berkisar 11.00 - 36.30. Enam hibrida yaitu, 3 x 4B, 3 x 8, 6 x 3, 6 x 4A, 6 x 4B, dan 6 x 8 tidak berbeda nyata dengan empat varietas pembanding. Muis et al. (2008) menyatakan, beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik.

Bobot Tongkol Berkelobot dan Bobot Tidak Berkelobot per Plot

Bobot tongkol berkelobot per plot hibrida harapan yang diuji berkisar 3.58 - 11.48 kg. Hibrida harapan 6 x 3, 6 x 4A, dan 6 x 4B berbeda nyata lebih


(41)

besar dibandingkan varietas Mutiara. Empat hibrida yaitu, 3 x 8, 6 x 3, 6 x 4A, dan 6 x 4B tidak berbeda dengan varietas pembanding terbaik Talenta. Bobot tanpa kelobot per plot memiliki kisaran 2.27 - 4.46 kg. Hibrida harapan 6 x 4B berbeda nyata lebih besar dibandingkan varietas Mutiara. Lima hibrida harapan selain 3 x 4B dan 3 x 8 tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding terbaik Talenta (Tabel 9).

Tabel 9. Nilai tengah bobot tongkol berkelobot dan tongkol tidak berkelobot per plot tujuh hibrida harapan dan empat varietas pembanding Genotipe Bobot tongkol berkelobot

(kg)

Bobot tidak berkelobot (kg)

3 x 4A 3.62d 3.19

3 x 4B 4.18d 2.27d

3 x 8 7.15 2.60d

6 x 3 10.57a 4.46

6 x 4A 9.45a 3.92

6 x 4B 11.48a 5.58a

6 x 8 3.58d 3.23

Mutiara 3.02 1.70

Sweet Boy 9.02 3.12

Super Sweet Corn 9.58 4.43

Talenta 10.23 6.95

Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, d menunjukan berbeda nyata dengan varietas pembanding Mutiara, Sweet Boy, Super Sweet Corn dan Talenta berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.

Umur Muncul Silk dan Bobot Brangkasan Tanaman Contoh

Umur silk atau keluarnya bunga betina berkisar antara 47 - 51 HST pada ketujuh hibrida harapan. Tujuh hibrida memiliki umur silk berbeda nyata lebih cepat dibandingkan varietas Sweet Boy dan tidak berbeda dengan varietas Talenta. Sujiprihati et al. (2006) menyatakan, faktor genetik dan respon genetik terhadap lingkungan merupakan faktor utama penyebab umur berbunga dari genotipe yang diuji bervariasi. Khaliy (2010) juga menyatakan hari munculnya silk dipiIih yang lebih pendek dan toleran kekeringan pada persilangan tunggal jagung.

Bobot brangkasan hibrida harapan tanaman contoh berkisar 2.37 - 4.30 kg. Hibrida harapan 6 x 3, 6 x 4B dan 6 x 8 berbeda nyata lebih besar dengan varietas


(42)

pembanding Mutiara. Empat hibrida harapan yaitu, 3 x 4A, 3 x 4B, 3 x 8, dan 6 x 4A tidak berbeda nyata terhadap empat varietas pembanding. Bobot brangkasan varietas pembanding berkisar 2.30 - 3.42 kg.

Tabel 10. Nilai tengah umur silk dan bobot brangkasan tanaman contoh tujuh hibrida harapan dan empat varietas pembanding

Genotipe Umur silk (HST)

Bobot brangkasan tanaman contoh

(kg)

3 x 4A 48.33b 2.37

3 x 4B 49.67b 2.67

3 x 8 51.00b 3.33

6 x 3 47.00b 3.63a

6 x 4A 48.00b 3.47

6 x 4B 45.67b 4.30a

6 x 8 47.67b 3.57a

Mutiara 49.00 2.30

Sweet Boy 53.67 3.37

Super Sweet Corn 47.67 3.42

Talenta 48.33 3.18

Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, d menunjukan berbeda nyata dengan varietas pembanding Mutiara, Sweet Boy, Super Sweet Corn dan Talenta berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.

Bobot brangkasan menunjukan besarnya asimilat yang dapat dialirkan ke bagian tanaman (batang, akar, daun). Bobot brangkasan dapat berupa brangkasan basah maupun kering. Brangkasan basah (segar) ditimbang setelah panen sedangkan bobot brangkasan kering ditimbang setelah bagian tanaman tersebut dikeringkan. Penelitian ini hanya mengukur bobot brangkasan segar yang diambil pada saat panen.

Indeks Panen dan Produktivitas

Indeks panen tongkol berkelobot berkisar antara 0.28 - 0.53. Indeks panen tongkol berkelobot hibrida 3 x 4A, 3 x 4B, 3 x 8, 6 x 3, 6 x 4A, 6 x 4B tidak berbeda nyata dengan empat varietas pembanding. Menurut Sari (2011), semakin tinggi nilai indeks panen, maka semakin tinggi kemampuan tanaman untuk mengalokasikan bahan kering ke tongkol jagung.


(43)

Produktivitas tujuh hibrida yang dihasilkan berkisar 2.2 - 5.4 ton/ha, sedangkan untuk varietas pembanding antara 1.6 - 6.7 ton/ha. Hasil yang didapatkan cukup rendah dikarenakan sedikitnya tanaman jagung yang tumbuh dan gangguan hama dan penyakit tanaman, sehingga menghasilkan jumlah tongkol yang sedikit.

Tabel 11. Nilai tengah indeks panen tongkol berkelobot, dan produktivitas tujuh hibrida harapan dan empat variets pembanding.

Genotipe Indeks panen tongkol berkolobot

Produktivitas (ton/ha)

3 x 4A 0.32 3.10

3 x 4B 0.36 2.20d

3 x 8 0.42 2.52d

6 x 3 0.44 4.32

6 x 4A 0.47 3.80

6 x 4B 0.53 5.41a

6 x 8 0.28d 3.14

Mutiara 0.37 1.65

Sweet Boy 0.43 3.02

Super Sweet Corn 0.37 4.30

Talenta 0.45 6.74

Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, d menunjukan berbeda nyata dengan varietas pembanding Mutiara, Sweet Boy, Super Sweet Corn dan Talenta berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.

Produktivitas hibrida harapan 6 x 4B sebesar 5.41 ton/ha berbeda nyata lebih besar dibandingkan varietas Mutiara. Hibrida 3 x 4A, 6 x 3, 6 x 4A, 6 x 4B, dan 6 x 8 tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding terbaik Talenta. Iryani et al. (2011) menyatakan potensi hasil yang tinggi disebabkan adanya interaksi gen-gen yang sesuai yang disumbangkan oleh tetua-tetua yang terlibat.

Heritabilitas

Heritabilitas diartikan sebagai proporsi keragaman teramati yang disebabkan oleh sifat mewaris (Poespodarsono, 1988). Heritabilitas dibagi menjadi arti luas dan sempit. Heritabilitas arti luas adalah perbandingan antara pengaruh genetik terhadap penampilan fenotipe. Nilai duga heritabilitas suatu karakter perlu diketahui untuk menduga kemajuan dari suatu seleksi, apakah


(44)

dipengaruhi genetik atau lingkungan (Sujiprihati et al. 2005). Heritabilitas yang didapatkan memiliki kisaran 0 - 67.10 %. Nilai heritabilitas (h2bs) tinggi terdapat

pada peubah bobot tongkol tanpa kelobot, diameter tongkol tengah, panjang tongkol hingga biji, panjang tongkol hingga ujung, dan jumlah tanaman yang dipanen (Tabel 12). Hal tersebut menyatakan bahwa faktor genetik lebih besar pengaruhnya dalam penampilan fenotipe karakter - karakter yang diamati, dibandingkan faktor lingkungan.

Tabel 12. Nilai komponen ragam dan heritabilitas dalam arti luas

Peubah σ2g σ2p h

2 bs

% Tinggi tongkol utama 86.07 191.38 44.97 (sedang) Bobot tongkol tanpa

kelobot 1186.34 1859.17 63.81 (tinggi) Diameter tongkol tengah 16.28 24.25 67.10 (tinggi) Panjang tongkol hingga biji 1.53 2.49 61.31 (tinggi) Panjang tongkol hingga

ujung 1.79 3.15 56.81 (tinggi) Jumlah biji per baris 13.08 30.96 42.23 (sedang) Jumlah baris per tongkol 0.13 0.82 16.19 (rendah) Jumlah tanaman yang

dipanen 35.02 67.12 52.17 (tinggi) Jumlah tongkol yang

dipanen 56.42 154.13 36.60 (sedang) Bobot brangkasan perpetak 7.90 16.91 46.73 (sedang) Kadar PTT 0.00 2.17 0.08 (rendah) Produktivitas (ton) -0.09a 0.32 0.00 (rendah) Keterangan : a = dianggap 0

Komponen yang memiliki nilai heritabilitas rendah yaitu, jumlah baris per tongkol, kadar PTT dan produktivitas. Komponen tersebut memiliki nilai heritabilitas sebesar 16.19 %, 0.08 % dan 0.00 % yang merupakan proporsi genetik yang dapat diwariskan. Hasil penelitian Sari (2012), nilai heritabilitas rendah didapatkan pada komponen bobot tongkol tanpa kelobot, tinggi tongkol utama, jumlah tanaman panen, panjang tongkol, jumlah baris per tongkol, jumlah biji per baris, diameter tongkol dan produktivitas. Hasil penelitian ini, didapatkan


(45)

komponen bobot tongkol tanpa kelobot, diameter tongkol, jumlah tanaman panen, panjang tongkol, panjang tongkol hingga biji dan jumlah baris per tongkol memiliki nilai heritabilitas yang tinggi.

Ali et al. (2003) dalam hasil penelitiannya bobot tongkol, jumlah tongkol yang dipanen memiliki heritabilitas yang tinggi sedangkan produktivitas heritabilitasnya rendah, bernilai negatif atau nol yang berarti tingginya pengaruh faktor lingkungan dan bersifat tidak diwariskan. Jika heritabilitas rendah mungkin disebabkan hasil persilangan lebih sensitif terhadap perubahan lingkungan, mungkin dikaitkan dengan kemampuan adaptasi yang rendah dari tetua hibrida terlibat dalam persilangan. Sujiprihati et al. (2005) nilai heritabilitas tinggi menunjukan bahwa pengaruh genetik lebih besar dibandingkan faktor lingkungan, sebaliknya jika heritabilitas rendah sampai sedang berarti faktor lingkungan lebih besar pengaruhnya dari pada faktor genetik.

Korelasi

Korelasi dalam perakitan hibrida unggul perlu diketahui untuk mempermudah mengetahui pengaruh suatu karakter tertentu terhadap karakter lain pada jagung manis. Karakter penting pada jagung manis diantaranya produktivitas, umur panen, dan kadar PTT (Sari, 2012). Pada pembahasan ini hanya menampilkan korelasi umur panen dan produktivitas terhadap beberapa peubah. Hasil korelasi yang lebih lengkap di Lampiran 23.

Semakin mendekati angka satu maka kedua peubah memiliki korelasi. Tanda negatif menandakan hubungan berlawanan sedangkan tanda positif menandakan hubungan searah. Jumlah baris, diameter tengah tongkol, jumlah tongkol, dan jumlah tanaman panen berkorelasi positif dengan umur panen.

Panjang tongkol, panjang tongkol hingga biji, jumlah biji per baris, indeks panen tongkol berkelobot dan bobot tongkol tanpa kelobot per plot menunjukan kolerasi positif terhadap produktivitas (Tabel 13). Peubah yang berkorelasi positif terhadap produktivitas merupakan bagian komponen produksi. Jika komponen produksi tersebut hasilnya tinggi maka produktivitas akan tinggi.


(46)

Tabel 13. Korelasi tujuh hibrida dan empat varietas pembanding

Peubah Umur panen Produktivitas

Umur panen 0

Produktivitas 0.271 0

Kadar PTT -0.465 -0.035

Umur muncul tassel (HST) 0.127 -0.449 Umur muncul rambut (HST) -0.001 -0.486 Jumlah daun (helai) -0.265 0.060 Diameter tengah tongkol 0.614* 0.565 Panjang tongkol (cm) 0.304 0.722** Panjang tongkol hingga biji (cm) 0.049 0.642* Jumlah baris per tongkol 0.873** 0.065 Jumlah biji per baris 0.410 0.819** Jumlah tongkol panen 0.590* 0.541 Jumlah tanaman panen 0.593* 0.701 Bobot tongkol tanpa kelobot (g) 0.543 0.759 Indeks panen tongkol berkelobot 0.271 1.000* Bobot tongkol tanpa kelobot per plot

(kg) 0.273 1.000*

Bobot brangkasan per plot 0.382 0.583

Penyakit Bulai

Penyakit yang sering menyerang tanaman jagung sama dengan jagung manis yaitu bulai (Peronosclerospora maydis). Hibrida harapan tanaman jagung manis yang terjangkit penyakit bulai berkisar antara 12 - 31 %. Tanaman yang paling banyak terjangkit bulai adalah hibrida 6 x 3 sebesar 31 % dan hibrida 3 x 4A sebesar 33 %. Sedangkan untuk varietas pembanding memiliki kisaran 3 - 26 % dan paling tinggi terjangkit bulai adalah varietas Sweet Boy sebesar 26 %.

Bulai yang berada di daerah Bogor ini termasuk genera Peronosclerospora dengan spesies cendawan maydis. Bentuk konidia spesies maydis adalah bulat. Tiga komponen pengendalian penyakit bulai pada tanaman jagung yang efektif telah tersedia, yaitu adanya varietas tahan, periode bebas tanaman jagung, dan perlakuan biji dengan fungisida berbahan aktif metalaksil (Wakman, 2005).


(47)

Ka buah, war adalah hij adalah hij Super Sw Karakteris ketujuh hi Gamb G arakter kual rna batang ( au tua seda au. Warna d weet Corn stik warna ibrida dan e

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35%

bar 2. Gejala p

Gambar 3. Per

Kar litatif jagung (Tabel 14). angkan emp daun pada t adalah h batang se mpat variet

penyakit. bulai

rsentase bulai

rakteristik g manis yan

Warna daun at hibrida y tiga varietas hijau sedan mua genot tas pemband

i (Peronoscler

i pada tanaman

Kualitatif ng diamati m

n pada hibr yaitu 3 x 4A s pembandi ngkan Tale tipe adalah ding menunj rospora mayd n jagung meliputi wa rida 6 x 3, 6 A, 3 x 4B, 3

ing Mutiara enta berwa h hijau. Wa njukan warn

dis)

arna daun, w 6 x 4B dan

x 8, dan 6 a, Sweet Boy

arna hijau arna buah na kuning.

Bulai

warna 6 x 8 x 4A y dan tua. pada


(48)

Tabel 14. Karakteristik kualitatif (warna daun, batang dan buah) tujuh hibrida harapan dan empat varietas pembanding

Genotipe Warna daun Warna batang Warna buah

3 x 4A Hijau Hijau Kuning

3 x 4B Hijau Hijau Kuning

3 x 8 Hijau Hijau Kuning

6 x 3 Hijau Tua Hijau Kuning

6 x 4A Hijau Hijau Kuning

6 x 4B Hijau Tua Hijau Kuning

6 x 8 Hijau Tua Hijau Kuning

Mutiara Hijau Hijau Kuning

Sweet Boy Hijau Hijau Kuning

Super Sweet Corn Hijau Hijau Kuning Talenta Hijau Tua Hijau Kuning

Genotipe berpengaruh nyata terhadap bulu pelepah daun, hibrida harapan dengan bulu terbanyak adalah 3 x 4B dan 6 x 4B dengan karakter bulu rapat (Tabel 15). Bulu pelepah dengan kriteria rapat terasa lebih kasar bila disentuh dan bulu terlihat lebih lebat. Perlakuan genotipe tidak berpengaruh terhadap penutupan kelobot (Tabel 15). Penutupan kelobot yang tidak baik salah satunya dikarenakan serangan hama penggerek tongkol. Penutupan kelobot yang baik terdapat pada hibrida harapan 3 x 4A, 3 x 4B, 6 x 3, 6 x 4A, dan 6 x 4B. Bentuk tongkol kerucut lebih disukai daripada bentuk tongkol cerutu menurut hasil uji preferensi (Sufiani, 2002). Bentuk tongkol untuk tujuh hibrida dan varietas pembanding adalah kerucut. Sehingga, bentuk tongkol tujuh hibrida yang diuji akan lebih disukai masyarakat (Tabel 15).

Varietas pembanding Mutiara memiliki susunan biji jagung melengkung dan tidak dimiliki oleh semua hibrida. Susunan biji jagung yang dimiliki semua hibrida hampir semuanya sama yaitu lurus. Susunan biji yang tidak rapih dan biji tidak penuh atau bolong dalam satu tongkol dapat dikarenakan hama penggerek tongkol (Tabel 15).

Pada karakteristik kualitatif tujuh hibrida, genotipe yang diuji berpengaruh nyata terhadap tingkat kepekaan cekaman biotik terhadap hama dan penyakit. Hibrida harapan 6 x 4B memiliki tingkat cekaman yang sangat rendah. Varietas


(49)

Sweet Boy dan Super Sweet Corn memiliki tingkat cekaman tinggi dan sedang (Tabel 16).

Tabel 15. Karakteristik kualitatif (bulu, penutupan kelobot, bentuk tongkol dan susunan biji) tujuh hibrida harapan dan empat varietas pembanding

Genotipe Bulu pelepah Penutupan kelobot Bentuk

tongkol Susunan biji Median Rank Median Rank

3 x 4A 3 6.5 7 21.0 Kerucut Lurus 3 x 4B 6 22.2 7 21.0 Kerucut Lurus

3 x 8 5 19.5 5 9.3 Kerucut Lurus 6 x 3 3 10.8 7 21.0 Kerucut Lurus 6 x 4A 3 6.5 7 21.0 Kerucut Lurus 6 x 4B 6 26.5 7 21.0 Kerucut Lurus 6 x 8 5 19.5 7 15.8 Kerucut Lurus Mutiara 3 10.8 7 21.0 Kerucut Melengkung Sweet Boy 6 30.0 5 10.7 Kerucut Lurus Super Sweet

Corn

5 15.5 5 4.2 Kerucut Lurus Talenta 5 19.5 7 21.0 Kerucut Lurus H 19.40

P 0.035*

H 12.09

P 0.279 tn

Keterangan : H = nilai Uji Kruskal Wallis, *) = P value < 0.05, tn) = P value > 0.05, S = skor, R

= peringkat

Genotipe tidak berpengaruh nyata pada kerusakan tongkol yang diuji (Tabel 16). Kerusakan tongkol terjadi paling banyak pada hibrida harapan 3 x 8 dan 6 x 8, sedangkan pada varietas pembanding kerusakan tongkol terbanyak pada varietas Sweet Boy yaitu kerusakan parah (Tabel 16). Varietas pembanding tersebut sangat rentan terkena hama yang dapat merusak tongkol. Menurut Hill et al. (1998), cekaman biotik merupakan agen biologi dalam lingkungan dan merupakan masalah yang dapat dibedakan, seperti hama dan penyakit serta persaingan.


(50)

Tabel 16. Karakteristik kepekaan cekaman biotik dan kerusakan tongkol tujuh tujuh hibrida harapan dan empat varietas pembanding

Genotipe Kepekaan cekaman

biotik Kerusakan tongkol Median Rank Median Rank

3 x 4A 3 18.5 0 11.7

3 x 4B 5 22.0 0 11.7

3 x 8 3 18.5 3 24.3

6 x 3 3 15.2 0 11.7

6 x 4A 3 11.7 0 11.7

6 x 4B 1 5.0 0 11.7

6 x 8 5 22.0 3 24.3

Mutiara 3 11.7 3 16.3

Sweet Boy 7 32.0 7 27.7

Super Sweet Corn 5 25.5 3 24.3

Talenta 1 5.0 0 11.7

H 22.46

P 0.013*

H 14.32

P 0.159 tn

Keterangan : H = nilai Uji Kruskal Wallis, *) = P value < 0.05, tn) = P value > 0.05, S = skor, R


(51)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Hibrida 6 x 3, 6 x 4A dan 6 x 4B memiliki bobot tongkol berkelobot per tongkol, bobot tongkol berkelobot per plot, produktivitas dan indeks panen tongkol berkelobot yang sama dibandingkan varietas terbaik Talenta. Hibrida 3 x 4A, 3 x 4B dan 3 x 8 memiliki bobot tongkol berkelobot per tongkol dan indeks panen tongkol berkelobot yang sama dengan varietas pembanding terbaik Talenta.

2. Kadar PTT (Padatan Terlarut Total) tujuh hibrida harapan sama dengan varietas pembanding terbaik Talenta.

3. Semua genotipe memiliki warna batang, warna buah dan bentuk tongkol yang sama. Genotipe berpengaruh terhadap bulu pelepah dan cekaman biotik. Varietas pembanding Sweet Boy memiliki bulu pelepah terapat dan memiliki pengaruh terbesar terhadap kepekaan cekaman biotik. Genotipe tidak berpengaruh terhadap penutupan kelobot dan kerusakan tongkol.

Saran

Hibrida - hibrida yang digunakan perlu diuji pada lingkungan dan musim yang berbeda untuk mempelajari daya adaptasi.


(1)

55   

55 

  Lampiran 25. Rekapitulasi seluruh peubah tujuh hibrida dan empat varietas pembanding

Genotipe Diameter tongkol

ujung

Diameter tongkol

tengah

Diameter tongkol

bawah

Panjang tongkol

Panjang tongkol hingga

biji

PTT Jumlah baris/tongkol

Jumlah biji per baris

Bobot tongkol kelobot

Bobot tongkol tanpa

klobot 3 x 4A 4.34 4.27 1.82 17.40d 14.22d 13.67 13.96 23.18d 268.49 159.04d 3 x 4B 3.82 3.87 1.79 18.29 14.61d 9.00 13.33 26.07d 265.66 147.20d 3 x 8 4.11 3.84 1.89 19.10a 17.60a 13.00 12.87 26.20d 344.55a 161.49d 6 x 3 4.12 3.90 2.20 19.28a 17.31a 9.67 14.02 27.79d 357.79a 167.88d 6 x 4A 4.30 4.07 2.35 17.84d 15.59 4.00 14.00 27.76d 398.49a 170.85d 6 x 4B 4.12 4.20 2.49 18.75a 16.81a 13.33 12.56 30.39 391.21a 186.07 6 x 8 3.14 2.90bcd 1.52 15.81cd 15.14 8.00 12.27 22.00d 233.33d 82.39cd Mutiara 3.82 3.59 1.80 15.77 13.47 9.33 13.53 25.47 229.54 125.03 Sweet

Boy

3.70 4.11 2.06 17.48 15.23 4.00 14.06 27.51 288.99 158.54 Super

Sweet Corn

3.99 4.29 2.05 18.68 15.86 7.67 13.67 27.81 299.47 173.47

Talenta 4.20 4.53 1.93 20.85 17.16 7.67 13.76 38.68 352.55 235.20

Keterangan : Angka yang di beri Bold menunjukan nilai tengah tertinggi pada hibrida. Huruf menyatakan berbeda nyata terhadap varietas pembanding (a = Mutiara ; b = Sweet Boy ; c = Super Sweet Corn ; d = Talenta).


(2)

56   

56 

Lampiran 26. Rekapitulasi seluruh peubah tujuh hibrida dan empat varietas pembanding Genotipe Jumlah

tanaman panen/plot

Jumlah tongkol panen/plot

Bobot tanpa kelobot/plot

Bobot berkelobot/plot

Jumlah brangkasan/

plot

Brangkasan tan. contoh

Produktivitas Indeks panen

tanpa kelobot

Indeks panen berkelobot 3 x 4A 10.3 bcd 10.7c 3.19 3.62d 7.38 c 2.37 3.10 0.30 0.32 3 x 4B 11.3 cd 17.3 2.27d 4.18d 6.53c 2.67 2.20d 0.24 0.36

3 x 8 15.7 22.3 2.60d 7.15 10.53 3.33 2.52d 0.20 0.42

6 x 3 22.7 30.7 4.46 10.57a 12.95a 3.63a 4.32 0.26 0.44

6 x 4A 18.7 30.3 3.92 9.45a 10.80 3.47 3.80 0.27 0.47

6 x 4B 20.7 27.0 5.58a 11.48a 10.20 4.30a 5.41a 0.36 0.53

6 x 8 9.0cd 12.7 3.23 3.58d 9.00c 3.57a 3.14 0.26 0.28

Mutiara 10.3 11.0 1.70 3.02 5.20 2.30 1.65 0.25 0.37

Sweet Boy

24.3 34.3 3.12 9.02 12.10 3.37 3.02 0.20 0.43

Super Sweet Corn

27.0 36.3 4.43 9.58 16.97 3.42 4.30 0.21 0.37

Talenta 25.7 28.0 6.95 10.23 12.22 3.18 6.74 0.36 0.45

Keterangan : Angka yang di beri Bold menunjukan nilai tengah tertinggi pada hibrida. Huruf menyatakan berbeda nyata terhadap varietas pembanding (a = Mutiara ; b = Sweet Boy ; c = Super Sweet Corn ; d = Talenta).


(3)

57   

57 

  Lampiran 16. Data klimatologi oktober - januari 2011

Bulan Curah Hujan Temperatur RH Lama Intensitas Penyinaran Matahari

(mm) (0C) (%) (%) (Cal/Cm2)

Oktober 256.0 26.3 75 74 256.0

November 457.7 26.2 80 56 457.7

Desember 344.6 26.1 84 44 344.6


(4)

Abstract

Research has been done is the yield evaluation of hybrid sweet corn (Zea mays L. var. saccharata) with the aim of testing the results of seven sweet corn. Hybrids in order to support the needs of hybrid corn seed. The research began in Cibeurem, Darmaga, Bogor in October 2011 to January 2012. Genotypes used were: 3 x 4B, 6 x 8, 6 x 4A, 6 x 3, 3 x 8, 3 x 4A, and 6 x 4B and four commercial varieties were Mutiara, Sweet Boy, Super Sweet Corn, and Talenta. The hypothesis of this research is the evaluation of sweet corn hybrids can be superior or equal to the commercial varieties that can be continued into the new varieties. Experimental design used was Randomized Complete Block Design with three replications. Data were analyzed using the F test and if significantly different be followed by Dunnet (α = 5%). The result of this research showed that skin cobs weight, skin cobs weight/plot, productivity, and harvest index from 6 x 3, 6 x 4A and 6 x 4B hybrids were not significantly different with the best commercial variety, Talenta. Hybrid of 3 x 4A, 3 x 4B, and 3 x 8 have skin cobs weight and harvest index which not significantly different with the best commercial variety, Talenta. Total soluble solids(°brix) of seven hybrid was not significantly with the best commercial variety, Talenta.

Key words: sweet corn hybrid, selection hybrid, yield trial

Abstrak

Penelitian yang telah dilakukan adalah evaluasi daya hasil jagung manis (Zea mays L. var. saccharata) yang bertujuan menguji tujuh jagung manis hibrida. Penelitian ini dalam rangka menunjang kebutuhan benih jagung hibrida. Penelitian ini dimulai di Cibeurem, Darmaga, Bogor pada bulan Oktober 2011 sampai February 2012. Genotipe yang digunakan adalah: 3 x 4B, 6 x 8, 6 x 4A, 6 x 3, 3 x 8, 3 x 4A, dan 6 x 4B dan empat varietas komersial Mutiara, Sweet Boy, Super Sweet Corn, dan Talenta. Hipotesis dari penelitian ini adalah daya hasil jagung manis hibrida dapat lebih unggul atau sama dengan varietas komersial yang dapat dilanjutkan menjadi varietas baru. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan kelompok lengkap teracak dengan tiga ulangan. Data dianalisis menggunakan uji f dan bila berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Dunnett (α = 5%). Hasil penelitian menunjukan, hibrida 6 x 3, 6 x 4A dan 6 x 4B memiliki bobot tongkol berkelobot per tongkol, bobot tongkol berkelobot per plot, produktivitas dan indeks panen yang sama besar dibandingkan varietas terbaik Talenta. Hibrida 3 x 4A, 3 x 4B dan 3 x 8 memiliki bobot tongkol berkelobot per tongkol dan indeks panen berkelobot yang sama dengan varietas pembanding terbaik Talenta. Kadar PTT (Padatan Terlarut Total) tujuh hibrida harapan sama dengan varietas pembanding terbaik Talenta.


(5)

x   

 

RINGKASAN

ADISTI RIZKYARTI. Evaluasi Daya Hasil Jagung Manis (Zea mays L. var. saccarata) (Dibimbing oleh RAHMI YUNIANTI dan MUHAMAD SYUKUR).

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari daya hasil jagung manis hibrida dibandingkan dengan varietas komersial. Percobaan ini dilakukan di Cibeureum, Dramaga, Kabupaten Bogor pada bulan Oktober 2011 - Januari 2012.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Teracak (RKLT) dengan tiga ulangan. Bahan tanaman yang digunakan adalah tujuh hibrida yaitu : 3 x 4B, 6 x 8, 6 x 4A, 6 x 3, 3 x 8, 3 x 4A, dan 6 x 4B. Varietas pembanding yang digunakan adalah Mutiara, Sweet Boy, Super Sweet Corn dan Talenta. Varietas pembanding terbaik dari dari ke empat varietas adalah Talenta.

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pada peubah tinggi tanaman, hibrida harapan 6 x 3, 6 x 4A, dan 6 x 4B lebih tinggi dibandingkan varietas pembanding terbaik Talenta. Hibrida harapan 6 x 4A dan 6 x 4B juga lebih tinggi daripada varietas Mutiara. Hibrida 3 x 4A, 3 x 4B, 3 x 8, dan 6 x 8 tidak berbeda dengan varietas pembanding terbaik Talenta. Hibrida harapan 6 x 8 memiliki diameter batang yang lebih besar daripada varietas pembanding Mutiara dan sama besarnya dengan pembanding terbaik Talenta.

Jumlah daun hibrida 6 x 4A lebih banyak dibandingkan varietas Mutiara dan Talenta. Tinggi tongkol utama pada hibrida harapan 6 x 4B lebih tinggi dengan varietas pembanding terbaik Talenta. Bobot tongkol berkelobot hibrida 3 x 8, 6 x 3, dan 6 x 4A dan 6 x 4B berbeda lebih besar dengan varietas pembanding Mutiara. Tujuh hibrida harapan kecuali hibrida 6 x 8 tidak berbeda dengan varietas pembanding terbaik Talenta. Bobot tongkol tanpa kelobot hibrida 6 x 4B tidak berbeda dengan empat varietas pembanding.

Diameter ujung dan bawah tongkol semua hibrida harapan tidak berbeda dengan empat varietas pembanding. Diameter tongkol tengah yang didapatkan pada tujuh hibrida harapan kecuali hibrida 6 x 8 sama besarnya dengan keempat varietas pembanding. Panjang tongkol hibrida 3 x 8, 6 x 3, dan 6 x 4B lebih panjang dibandingkan varietas Mutiara dan sama panjangnya dengan varietas


(6)

xi   

xi 

terbaik Talenta. Panjang tongkol hingga biji pada hibrida harapan 3 x 8, 6 x 3, dan 6 x 4B lebih panjang dibandingkan varietas pembanding Mutiara. Hibrida harapan 3 x 8, 6 x 3, 6 x 4A, 6 x 8 dan 6 x 4B memiliki panjang tongkol tidak berbeda dengan varietas pembanding terbaik Talenta.

Jumlah baris per tongkol tujuh hibrida harapan tidak berbeda dengan empat varietas pembanding, sedangkan jumlah biji per baris hanya hibrida 6 x 4B tidak berbeda dengan ke empat varietas Mutiara, Sweet Boy, Super Sweet Corn dan Talenta. Pada penghitungan jumlah padatan terlarut total (°Brix) semua hibrida tidak berbeda terhadap empat varietas pembanding.

Tanaman yang dipanen per plot pada hibrida harapan 3 x 8, 6 x 3, 6 x 4A, dan 6 x 4B tidak berbeda dengan pembanding terbaik Talenta. Tongkol yang dipanen pada tujuh hibrida kecuali hibrida 3 x 4A tidak berbeda terhadap ke empat varietas pembanding. Bobot tongkol berkelobot per plot hibrida harapan 6 x 3, 6 x 4A, dan 6 x 4B lebih besar dari pembanding Mutiara. Total bobot tongkol tidak berkelobot per plot hibrida harapan 6 x 4B lebih besar dibandingkan varietas Mutiara dan sama besarnya dengan varietas terbaik Talenta.

Bobot brangkasan tanaman contoh hibrida harapan 6 x 3, 6 x 4B, dan 6 x 8 lebih besar dengan varietas pembanding Mutiara dan tujuh hibrida tidak berbeda dengan varietas pembanding terbaik Talenta. Indeks panen tongkol berkelobot hibrida 6 x 4B memiliki hasil tertinggi dari ke enam hibrida dan enam hibrida harapan yaitu, 3 x 4A, 3 x 4B, 3 x 8, 6 x 3, 6 x 4A, dan 6 x 4B tidak berbeda dengan varietas pembanding terbaik Talenta. Produktivitas tertinggi diperoleh hibrida harapan 6 x 4B dibandingkan dengan varietas pembanding Mutiara. Hibrida harapan 3 x 4A, 6 x 3, 6 x 4A, 6 x 4B, dan 6 x 8 tidak berbeda dengan varietas pembanding terbaik Talenta.