Pendapatan Usahatani Jagung Manis di Desa Gunung Malang Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor
PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS DI
DESA GUNUNG MALANG KECAMATAN
TENJOLAYA KABUPATEN BOGOR
MELISSA AMANDASARI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendapatan Usahatani
Jagung Manis di Desa Gunung Malang Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor
adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Melissa Amandasari
NIM H34090082
ABSTRAK
MELISSA AMANDASARI. Pendapatan Usahatani Jagung Manis di Desa
Gunung Malang Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh RITA
NURMALINA.
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan pokok yang dikonsumsi oleh
sebagian besar penduduk selain beras. Salah satu jenis jagung yang banyak
dikonsumsi adalah jagung manis. Jagung manis banyak dikonsumsi karena memiliki
rasa yang lebih manis dibandingkan dengan jagung biasa. Desa Gunung Malang
merupakan salah satu daerah penghasil jagung manis terbesar di Kecamatan
Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu
mengkaji keragaan usahatani dan penggunaan input produksi jagung manis di Desa
Gunung Malang, menganalisis pendapatan usahatani dan rasio antara penerimaan dan
biaya dari usahatani jagung manis di Desa Gunung Malang, dan menganalisis balas
jasa terhadap faktor-faktor produksi pada usahatani jagung manis di Desa Gunung
Malang. Pendapatan atas biaya tunai per hektar per musim tanam untuk usahatani
jagung manis yaitu Rp2 922 178.06, sedangkan pendapatan atas biaya total per hektar
per musim tanam sebesar Rp93 546.51. Berdasarkan nilai R/C atas biaya tunai dan
biaya total, dapat disimpulkan bahwa usahatani jagung manis layak untuk diusahakan.
Nilai R/C atas biaya tunai sebesar 1.41 sedangkan nilai R/C atas biaya total sebesar
1.01.
Kata kunci: analisis pendapatan usahatani, analisis R/C, Desa Gunung Malang, jagung
manis
ABSTRACT
MELISSA AMANDASARI. Farm Income of Sweet Corn in Gunung Malang
Village, Tenjolaya District, Bogor Regency. Supervised by RITA NURMALINA.
Corn is one of the staple food that are consumed by the majority of the
population beside rice. One type of corn that is consumed by many people is sweet
corn. Sweet corn was consumed by many people because it has a sweeter taste than
the regular corn. Gunung Malang village is one of the largest producers of sweet corn
in Tenjolaya district, Bogor regency. The objectives of this research are to analyze the
farming techniques and the use of sweet corn production inputs in the village of
Gunung Malang, to analyze the income and the ratio between revenue and cost from
sweet corn farm in the village of Gunung Malang, and to analyze the return to
production factors of sweet corn farm in the village of Gunung Malang. The income
value based on cash costs per hectare per cropping season for sweet corn farming is
Rp2 922 178.06, while the income value based on total costs per hectare per cropping
season is Rp93 546.51. The sweet corn farm are feasible to be developed based on the
value of R/C over cash cost and total cost. The value of R/C based on cash cost is
1.41, while the value of R/C based on the total cost is 1.01.
Keywords: farm income analysis, Gunung Malang village, R/C analysis, sweet corn
PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS DI
DESA GUNUNG MALANG KECAMATAN
TENJOLAYA KABUPATEN BOGOR
MELISSA AMANDASARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Pendapatan Usahatani Jagung Manis di Desa Gunung Malang
Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor
Nama
: Melissa Amandasari
NIM
: H34090082
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala
atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah
usahatani, dengan judul Pendapatan Usahatani Jagung Manis di Desa Gunung
Malang Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS
selaku pembimbing. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Amzul Rifin,
SP. MA selaku dosen penguji utama dan Ibu Anita Primaswari Widhiani, SP. Msi
selaku dosen penguji komisi pendidikan Departemen Agribisnis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Nunung Kusnadi, MS yang telah
banyak memberi saran. Selanjutnya terima kasih juga penulis sampaikan kepada
Bapak Rachmat Yanuar selaku wali akademik selama menjalani perkuliahan.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Rekha Mahendraswari, SE yang
telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar hasil penelitian penulis.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak, adik, serta
seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dodo dan Bapak Toapa dari Badan
Pengembangan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Cibungbulang, serta Bapak
Anda dan Bapak Tata beserta keluarga yang telah membantu selama pengumpulan
data. Terakhir penulis sampaikan terima kasih atas segala doa dan dukungan
kepada rekan-rekan Departemen Agribisnis 46 dan rekan-rekan Tri University.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2013
Melissa Amandasari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Komoditas Jagung
Pengelompokan Jagung
Budidaya Jagung Manis
Studi Empiris mengenai Jagung Manis
Studi Empiris mengenai Usahatani Jagung
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Definisi Operasional
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Karakteristik Petani Responden
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaan Usahatani Jagung Manis di Desa Gunung Malang
Pendapatan Usahatani Jagung Manis
Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C)
Balas Jasa dalam Usahatani Jagung Manis
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
vi
vii
vii
1
1
5
8
8
8
9
9
9
10
14
16
19
19
24
27
27
27
27
28
33
34
34
41
41
51
57
58
61
61
62
62
65
66
DAFTAR TABEL
1. Perkembangan luas panen, produktivitas, dan produksi jagung menurut
wilayah, 2010-2012a
2. Perkembangan populasi, produksi, ekspor, dan impor jagung di
Indonesia tahun 2008-2012a
3. Produksi jagung di enam provinsi sentra jagung di Indonesia tahun
2009-2012a
4. Kandungan zat gizi jagung biasa dan jagung manis (tiap 100 gram
bahan basah)a
5. Perhitungan pendapatan usahatani jagung manis
6. Return to total capital dari usahatani jagung manis
7. Return to land dari usahatani jagung manis
8. Return to family labor dari usahatani jagung manis
9. Sebaran karakteristik petani responden di Desa Gunung Malang
berdasarkan umur tahun 2012
10. Sebaran tingkat pendidikan petani responden di Desa Gunung Malang
tahun 2012
11. Sebaran pengalaman bertani jagung manis petani responden di Desa
Gunung Malang tahun 2012
12. Sebaran status usahatani petani responden di Desa Gunung Malang
tahun 2012
13. Sebaran status kepemilikan lahan petani responden di Desa Gunung
Malang tahun 2012
14. Sebaran luas lahan petani responden di Desa Gunung Malang tahun
2012
15. Sebaran sistem pemasaran jagung manis petani responden di Desa
Gunung Malang tahun 2012
16. Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani jagung manis petani
responden per hektar pada periode tanam tahun 2012-2013 di Desa
Gunung Malang
17. Nilai penyusutan peralatan pada usahatani jagung manis petani
responden pada periode tanam tahun 2012-2013 di Desa Gunung
Malang
18. Rata-rata penerimaan usahatani jagung manis petani responden per
hektar pada musim tanam tahun 2012-2013 di Desa Gunung Malang
19. Rata-rata pengeluaran usahatani jagung manis petani responden per
hektar pada musim tanam tahun 2012-2013 di Desa Gunung Malang
20. Rata-rata pendapatan usahatani jagung manis petani responden per
hektar pada musim tanam tahun 2012-2013 di Desa Gunung Malang
21. Return to total capital dari usahatani jagung manis petani responden
per hektar pada musim tanam tahun 2012-2013 di Desa Gunung
Malang
22. Return to land dari usahatani jagung manis petani responden per
hektar pada musim tanam tahun 2012-2013 di Desa Gunung Malang
23. Return to family labor dari usahatani jagung manis petani responden
per hektar pada musim tanam tahun 2012-2013 di Desa Gunung
Malang
1
2
3
10
29
31
32
32
34
35
36
37
37
38
40
50
51
52
54
56
58
59
60
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pemikiran operasional usahatani jagung manis di Desa
Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor
2. Pola tanam jagung manis
3. Pola tanam jagung manis yang dilakukan oleh petani responden di
Desa Gunung Malang pada musim tanam tahun 2012-2013
4. Bedengan untuk menanam jagung manis
5. Kegiatan penanaman jagung manis
6. Pemupukan dilakukan di antara tanaman jagung manis
7. Kegiatan penyiangan
8. Kegiatan pembumbunan
9. Hama belalang yang menyerang tanaman jagung manis
10. Benih jagung manis varietas Talenta dan Jambore
11. Furadan 3R
26
39
39
42
43
44
44
45
46
48
49
DAFTAR LAMPIRAN
1. Analisis pendapatan usahatani jagung manis petani responden per
hektar pada periode tanam tahun 2012-2013 di Desa Gunung Malang
65
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung merupakan bahan pangan penting karena merupakan sumber
karbohidrat kedua setelah padi, sehingga sebagai salah satu sumber bahan pangan,
jagung telah menjadi komoditas utama setelah padi. Bahkan, jagung dijadikan
sebagai bahan pangan utama di beberapa daerah di Indonesia, seperti di Madura
dan Nusa Tenggara. Jagung juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, yang
sampai saat ini pengembangannya terus dilakukan, serta dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku industri seperti industri etanol (Purwono dan Hartono 2005).
Industri yang banyak menggunakan jagung sebagai bahan baku yaitu industri
pakan ternak dan industri non-pangan, serta industri makanan dan minuman.
Peranan jagung yang dapat digunakan dalam berbagai industri tersebut membuat
budidaya jagung memiliki prospek yang sangat baik, baik dari harga jual maupun
permintaannya (Tim Karya Tani Mandiri 2010).
Selama periode 2005-2011, kebutuhan jagung untuk bahan industri pakan
ternak, makanan, dan minuman terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Sebagai gambaran, pada tahun 2010, proyeksi kebutuhan jagung nasional sekitar
17.8 juta ton dan pada tahun 2011 dibutuhkan sekitar 18.9 juta ton bahan baku
jagung (Departemen Pertanian 2009). Jagung diharapkan dapat menjadi salah satu
solusi yang tepat untuk mengurangi konsumsi beras yang semakin meningkat,
sehingga akan berdampak besar pada ketahanan pangan nasional. Perkembangan
luas panen, produktivitas, dan produksi jagung menurut wilayah pada tahun 20102012 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Perkembangan luas panen, produktivitas, dan produksi jagung menurut
wilayah, 2010-2012a
Perkembangan
Uraian
2010
2011
2012b
2010 - 2011
2011 - 2012
Absolut
(%)
Absolut
(%)
Luas Panen (ha)
- Jawa
2 138 864.00
1 945 744.00
2 045 300.00
-193 120.00
-9.03
99 556.00
5.12
- Luar Jawa
1 992 812.00
1 918 948.00
1 952 171.00
-73 864.00
-3.71
33 223.00
1.73
- Indonesia
4 131 676.00
3 864 692.00
3 997 471.00
-266 984.00
-6.46
132 779.00
3.44
- Jawa
46.49
48.65
50.18
2.16
4.65
1.53
3.14
- Luar Jawa
42.07
42.61
44.47
0.54
1.28
1.86
4.37
- Indonesia
44.36
45.65
47.39
1.29
2.91
1.74
3.81
- Jawa
9 944 154.00
9 466 866.00
10 262 927.00
-477 288.00
-4.80
796 061.00
8.41
- Luar Jawa
8 383 482.00
8 176 384.00
8 682 197.00
-207 098.00
-2.47
505 813.00
6.19
- Indonesia
18 327 636.00
17 643 250.00
18 945 124.00
-684 386.00
-3.73
1 301 874.00
7.38
Produktivitas
(ku/ha)
Produksi (ton)c
a
b
c
Sumber: Badan Pusat Statistik 2012 (diolah).; ARAM (Angka Ramalan) I 2012.; Kualitas
produksi jagung adalah pipilan kering.
2
Berdasakan data dari Badan Pusat Statistik (2011) pada Tabel 1,
peningkatan produksi jagung tahun 2012 diperkirakan terjadi di Jawa sebesar 0.80
juta ton dan di luar Jawa sebesar 0.51 juta ton. Peningkatan produksi diperkirakan
terjadi karena adanya peningkatan luas panen seluas 132.78 ribu hektar (3.44%)
dan adanya peningkatan produktivitas sebesar 1.74 kuintal/hektar (3.81%).
Perkiraan peningkatan produksi jagung yang relatif besar pada tahun 2012
terdapat di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Nusa
Tenggara Timur. Sedangkan perkiraan penurunan produksi jagung tahun 2012
yang relatif besar terdapat di Provinsi Aceh, Sulawesi Tengah, Sumatera Selatan,
Banten, dan Riau.
Produksi jagung di Indonesia pada tahun 2010 sampai 2012 cenderung
mengalami fluktuasi. Hal ini disebabkan oleh luas panen dan produktivitas jagung
di Indonesia yang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Meskipun pada tahun
2010 produksi jagung di Indonesia mengalami peningkatan dibandingkan dengan
tahun 2009 yang memiliki jumlah produksi sebesar 17 629 748 ton, jumlah
produksi tersebut belum mampu mengimbangi jumlah konsumsi jagung di
Indonesia. Pada tahun 2011, konsumsi jagung di Indonesia mencapai 18 800 000
ton1, sedangkan jumlah produksi jagung yang dihasilkan hanya 17 643 250 ton.
Konsumsi jagung yang tinggi menyebabkan permintaan jagung di Indonesia
menjadi tinggi pula, sedangkan tingginya permintaan tersebut tidak seimbang
dengan ketersediaan jagung di dalam negeri. Hal tersebut menyebabkan jumlah
impor jagung Indonesia menjadi cukup tinggi.
Jumlah impor yang cukup tinggi mengakibatkan petani di Indonesia
mengalami kesulitan dalam menghadapi persaingan harga dengan jagung impor
yang memiliki harga relatif lebih murah. Jagung impor memiliki harga yang
relatif lebih murah dibandingkan dengan jagung lokal, karena jagung impor
memperoleh perlindungan dari negara asalnya berupa kebijakan proteksi dan
promosi. Perkembangan populasi, produksi, ekspor, dan impor jagung di
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Perkembangan populasi, produksi, ekspor, dan impor jagung di
Indonesia tahun 2008-2012a
a
c
Tahun
Populasi
(000)
Produksi
(000 ton)
Ekspor
(ton)
Impor
(ton)
Jumlah Penawaran
Domestik (ton)c
2008
234 951
16 324
109 000
454 000
16 669 000
2009
237 414
17 630
65 000
448 000
18 013 000
2010
239 871
18 328
42 000
1 527 516
19 813 516
2011
242 326
17 643
30 787
2 889 174
20 501 387
2012b
244 769
18 945
57 419
1 184 083
20 071 664
Sumber: FAO Statistics Division 2012 (diolah).; bPeriode Januari sampai dengan Agustus 2012.;
Jumlah Penawaran Domestik = Produksi – Ekspor + Impor.
1
Anonim. 2012. Menyongsong Kedaulatan Pangan Indonesia. [internet]. [diacu 2013 Mei 7].
Tersedia dari: http://beranda.miti.or.id/menyongsong-kedaulatan-pangan-indonesia/.
3
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah ekspor dan impor
Indonesia cenderung mengalami fluktuasi. Pada tahun 2011, jumlah impor jagung
di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 1 361 658 ton. Hal tersebut
disebabkan oleh penurunan tingkat produksi sebesar 685 000 ton dari tahun
sebelumnya. Jumlah penawaran domestik jagung di Indonesia sepanjang tahun
2008 hingga tahun 2011 terus mengalami peningkatan (Tabel 2).
Daerah penghasil utama jagung di Indonesia adalah Pulau Jawa, yaitu
sekitar 65% dari produksi nasional (Purwanto dan Hartono 2005). Daerah
penghasil jagung terbesar di Indonesia adalah Jawa Timur, dengan jumlah
produksi sebesar 6 295 301 ton pada tahun 2012. Beberapa daerah sentra produksi
jagung di Indonesia pada tahun 2012 cenderung mengalami peningkatan dalam
jumlah produksi, seperti yang terjadi di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah,
Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Jawa Barat (Tabel 3). Jawa Barat
merupakan salah satu sentra produksi jagung di Indonesia, meskipun produksi
jagung di Jawa Barat masih tergolong cukup rendah apabila dibandingkan dengan
sentra jagung lainnya. Pengembangan potensi jagung di Provinsi Jawa Barat perlu
dilakukan untuk meningkatkan produksi jagung nasional.
Tabel 3 Produksi jagung di enam provinsi sentra jagung di Indonesia tahun
2009-2012a
Provinsi
2009
2010
2011
2012b
Jawa Timur
5 266 720
5 587 318
5 443 705
6 295 301
Jawa Tengah
3 057 845
3 058 710
2 772 575
3 041 630
Lampung
2 067 710
2 126 571
1 817 906
1 741 988
Sumatera Utara
1 166 548
1 377 718
1 294 645
1 347 124
Sulawesi Selatan
1 395 742
1 343 044
1 420 154
1 514 636
787 599
923 962
945 104
1 028 653
Jawa Barat
a
Produksi (ton)
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor (2013).; bAngka Sementara.
Produksi jagung di Provinsi Jawa Barat terus mengalami peningkatan
setiap tahunnya (Tabel 3). Peningkatan produksi tersebut terjadi seiring dengan
adanya program pemerintah mengenai perluasan areal penanaman jagung di
Indonesia. Upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi jagung di Indonesia
pada tahun 2011 yaitu melalui penciptaan dan penelitian varietas benih unggul,
penyelenggaraan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT),
Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU), pemberian bantuan benih dari
cadangan benih nasional (CBN), Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis
Korporasi (GP3K), perluasan areal, dan pelatihan (Kementrian Pertanian 2012).
Selain itu, upaya peningkatan produksi jagung yang dilakukan oleh pemerintah
dalam bentuk ekstensifikasi pertanian dilakukan dengan melakukan perluasan
lahan terutama di daerah luar Jawa, peningkatan produktivitas, peningkatan
4
kualitas produk, perbaikan akses pasar, penguatan kelembagaan petani, perbaikan
sistem permodalan, serta pengaturan tataniaga dan insentif usaha (Tim Karya Tani
Mandiri 2010).
Salah satu sentra produksi jagung di Provinsi Jawa Barat terdapat di
Kabupaten Bogor dengan luas panen sebesar 750 hektar dan produksi sebesar 2
956 ton (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat 2012). Meskipun
sebagai salah satu sentra jagung di Jawa Barat, Kabupaten Bogor memiliki jumlah
produksi yang sangat rendah apabila dibandingkan dengan Kabupaten Garut yang
merupakan sentra produksi jagung di Provinsi Jawa Barat. Oleh karena itu,
pengembangan jagung perlu dilakukan di Kabupaten Bogor sehingga dapat
meningkatkan produksi jagung nasional.
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa
Barat (2012), produksi jagung di Kabupaten Bogor pada tahun 2007 sampai
dengan tahun 2009 mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan luas
panen dan produktivitas. Pada tahun 2009, produksi jagung mengalami
peningkatan sebesar 3 373 ton dan terjadi peningkatan luas panen sebesar 838
hektar, serta peningkatan produktivitas sebesar 2.54 kuintal per hektar. Namun,
pada tahun 2010 dan tahun 2011, produksi jagung di Kabupaten Bogor cenderung
mengalami penurunan, yang diiringi dengan penurunan luas panen. Penurunan
produksi dan luas panen yang terjadi di Kabupaten Bogor pada tahun 2011 tidak
diikuti dengan penurunan produktivitas, karena tingkat produktivitas jagung di
Kabupaten Bogor justru mengalami peningkatan sebesar 0.83 kuintal per hektar
sementara tingkat produksi dan luas panen mengalami penurunan.
Tipe jagung yang dikembangkan di daerah Kabupaten Bogor pada
umumnya adalah jagung manis. Tanaman jagung manis sudah banyak dikenal di
daerah Jawa Barat daripada di daerah lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan
tingginya permintaan benih jagung manis yang mencapai 50 ton pada tahun 2006
untuk provinsi Jawa Barat, sedangkan untuk provinsi Jawa Timur hanya 20 ton2.
Jagung manis memiliki umur produksi yang lebih singkat dibandingkan dengan
jagung jenis lainnya, yaitu dapat dipanen pada umur 75-80 hari. Waktu panen
yang singkat ini menyebabkan perputaran modal petani menjadi semakin cepat.
Budidaya jagung manis tergolong lebih mudah karena tidak memerlukan proses
pengeringan lebih lanjut seperti dalam budidaya jagung pada umumnya (Dinas
Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor 2013). Selain itu, pertumbuhan terbaik
untuk jagung manis yaitu di daerah beriklim tropik. Hal ini menandakan bahwa
usaha pengembangan jagung manis di Indonesia mempunyai prospek yang cukup
baik (Tim Karya Tani Mandiri 2010).
Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu jenis jagung
yang potensial untuk dikembangkan. Budidaya jagung manis (sweet corn) mulai
berkembang di Indonesia, walaupun masih terbatas pada daerah dekat perkotaan
(Purwono dan Hartono 2005). Jagung manis (sweet corn) mengandung lebih
banyak gula daripada pati, sehingga memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan
dengan jagung jenis lainnya. Jagung manis lebih banyak digunakan untuk
kebutuhan pangan seperti untuk sayur, jagung rebus dan jagung bakar, atau untuk
bahan baku makanan.
2
Anonim. 2012. Laris Manis Bisnis Sweet Corn. [internet]. [diacu 2013 Mei 7]. Tersedia dari:
http://www.agrina-online.com/show_article.php?rid=10&aid=709.
5
Permintaan terhadap jagung manis terus meningkat seiring dengan
meningkatnya daya beli masyarakat dan permintaan dari pasar tradisional,
restoran, hotel, dan swalayan-swalayan yang membutuhkan pasokan dalam
jumlah yang cukup besar. Konsumsi jagung muda (semi) di Indonesia pada tahun
2011 mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 17.86%
dibandingkan dengan tahun 2010. Akan tetapi, permintaan yang tinggi tersebut
tidak diimbangi dengan jumlah produksi yang tinggi pula, sehingga permintaan
pasar masih belum semuanya dapat dipenuhi. Hal ini ditunjukkan dengan masih
tingginya volume impor jagung manis di Indonesia. Volume impor jagung manis
Indonesia pada tahun 2011 mencapai 2 419 ton (FAO Statistics Division 2012).
Hal ini menunjukkan bahwa peluang pengembangan budidaya jagung manis di
Indonesia masih sangat besar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, sehingga
dapat mengurangi impor.
Salah satu daerah penghasil jagung manis di Kabupaten Bogor adalah
Kecamatan Tenjolaya. Luas panen jagung manis di Kecamatan Tenjolaya sebesar
15 hektar pada tahun 2010 dan mengalami peningkatan luas panen menjadi 89
hektar pada tahun 2011. Peningkatan luas panen jagung manis di Kabupaten
Bogor pada tahun 2011 hanya terjadi di beberapa Kecamatan dari total 40
kecamatan di Kabupaten Bogor, seperti di Kecamatan Tenjolaya, Kecamatan
Ciampea, Kecamatan Ciawi, Kecamatan Tanjungsari, Kecamatan Jonggol, dan
Kecamatan Sukajaya. Produksi jagung manis di Kecamatan Tenjolaya pada tahun
2011 juga mengalami peningkatan sebesar 297 ton dari tahun sebelumnya.
Peningkatan luas panen dan tingkat produksi jagung manis terbesar di Kabupaten
Bogor pada tahun 2011 terjadi di Kecamatan Tenjolaya (Badan Pusat Statistik
Kabupaten Bogor 2012). Selain itu, produktivitas jagung manis di Kecamatan
Tenjolaya pada tahun 2011 juga mengalami peningkatan menjadi 4.00 ton per
hektar dari 3.93 ton per hektar pada tahun sebelumnya (Badan Pusat Statistik
Kabupaten Bogor 2012). Hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan Tenjolaya
berpotensi untuk dilakukan kegiatan budidaya jagung manis.
Peningkatan luas panen dan tingkat produksi jagung manis di Kecamatan
Tenjolaya menandakan adanya peningkatan minat petani dalam melakukan
aktivitas usahatani jagung manis. Peningkatan minat petani dalam melakukan
usahatani jagung manis perlu diikuti dengan peningkatan tingkat efisiensi dalam
mengusahakan jagung manis. Tingkat efisiensi usahatani jagung manis salah
satunya dapat dilihat dari penggunaan faktor-faktor produksi yang secara tidak
langsung dapat mempengaruhi tingkat penerimaan, tingkat pengeluaran, serta
tingkat pendapatan usahatani jagung manis. Ketersediaan benih berkualitas,
banyaknya jumlah tenaga kerja pertanian yang tersedia, ketersediaan lahan yang
cukup luas, serta manajemen usahatani yang cukup baik merupakan potensi yang
perlu dikembangkan secara optimal dalam melakukan budidaya jagung manis,
sehingga dapat menjadikan Kabupaten Bogor sebagai salah satu sentra produksi
jagung manis, serta memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional.
Perumusan Masalah
Permintaan terhadap jagung manis terus mengalami peningkatan, tidak
hanya dari swalayan-swalayan tetapi saat ini jagung manis juga dibutuhkan oleh
6
tempat-tempat pariwisata dan tempat-tempat keramaian lainnya dalam bentuk
jagung bakar maupun jagung rebus. Peningkatan permintaan terhadap jagung
manis perlu diimbangi dengan kontinuitas pasokan bahan baku jagung manis yang
bermutu. Jagung manis memiliki umur panen yang lebih cepat apabila
dibandingkan dengan jagung jenis lainnya, sehingga sangat potensial untuk
dikembangkan. Proses budidaya dan penanganan pasca panen perlu diperhatikan
sehingga dapat dihasilkan produk yang bermutu.
Saat ini pengembangan jagung manis di Indonesia masih sangat rendah.
Hal ini terlihat dari masih rendahnya produksi dan produktivitas jagung manis
dalam negeri. Rendahnya produksi jagung manis di Indonesia secara umum
disebabkan oleh masih rendahnya jumlah penggunaan benih berkualitas,
kelangkaan pupuk, belum berkembangnya kelembagaan di tingkat petani,
teknologi panen dan pasca panen yang belum memadai, serta lahan garapan yang
sempit (Tim Karya Tani Mandiri 2010).
Desa Gunung Malang merupakan salah satu desa di Kecamatan Tenjolaya,
Kabupaten Bogor yang berpotensi untuk dilakukan pengembangan usahatani
jagung manis (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat 2013).
Tanaman jagung manis menjadi sangat populer di Desa Gunung Malang pada
tahun 1990-an. Pada tahun tersebut, banyak petani yang mulai tertarik untuk
melakukan budidaya jagung manis. Petani melakukan budidaya jagung manis
karena beberapa alasan, yaitu permintaannya yang masih sangat tinggi, nilai jual
yang lebih tinggi dan lebih mudah diserap oleh pasar, serta pemasaran yang lebih
mudah dibandingkan dengan jagung pipil. Selain itu, perawatan tanaman jagung
manis juga tidak serumit tanaman sayuran lainnya dan memiliki waktu panen
yang lebih cepat daripada jagung pipil, yaitu sekitar 75-80 hari, sehingga
perputaran modal petani menjadi lebih cepat.
Desa Gunung Malang memiliki jumlah produksi dan luas panen jagung
manis terbesar di Kecamatan Tenjolaya (Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor
2011). Akan tetapi, produktivitas yang dihasilkan oleh petani responden baru
mencapai 6.17 ton per hektar, jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan
produktivitas nasional sebesar 12-14 ton per hektar. Desa Gunung Malang
mengalami penurunan pada luas panen jagung manis sebesar 75 hektar dan
penurunan tingkat produksi jagung manis sebesar 945 kuintal pada tahun 2010
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor 2011). Peningkatan produktivitas jagung
manis di Desa Gunung Malang, Kabupaten Bogor perlu dilakukan sebagai upaya
peningkatan produksi jagung manis nasional.
Perbaikan dalam kegiatan usahatani perlu dilakukan agar produktivitas
jagung manis di Desa Gunung Malang dapat meningkat. Usaha peningkatan
kegiatan usahatani sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya yang dilakukan oleh
petani dan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam kegiatan usahatani
seperti lahan, tenaga kerja, pupuk, pestisida, dan benih berkualitas. Sebagian besar
petani di Desa Gunung Malang menanam jagung manis karena jagung manis
memiliki harga jual yang lebih tinggi dan relatif lebih stabil, serta memiliki umur
panen yang lebih cepat dibandingkan dengan jagung jenis lainnya. Namun
terdapat beberapa kendala utama dalam pembudidayaan jagung manis yang
dihadapi oleh petani di Desa Gunung Malang, diantaranya yaitu keterbatasan
modal dan lahan, adanya ancaman penyakit bulai, mahalnya harga benih,
kurangnya pengetahuan petani mengenai anjuran dalam pemakaian pupuk dan
7
obat pertanian, serta pengaruh iklim yang dapat mengurangi produksi jagung
manis.
Keterbatasan modal menyebabkan usahatani jagung manis masih
dilakukan secara sederhana oleh petani di Desa Gunung Malang. Keterbatasan
modal mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan aktivitas usahataninya,
seperti pembelian benih berkualitas. Mahalnya harga benih jagung manis dan
terbatasnya modal petani menyebabkan petani membeli benih yang lebih murah
namun tidak berkualitas, sehingga mengakibatkan pertumbuhan tanaman jagung
manis menjadi kurang optimal. Selain itu, petani jagung manis di Desa Gunung
Malang umumnya belum melakukan pemupukan sesuai dengan dosis yang
dianjurkan, sehingga produktivitas jagung manis menjadi tidak optimal. Dapat
diduga bahwa penggunaan pupuk di Desa Gunung Malang kurang efisien.
Serangan penyakit bulai juga mempengaruhi produktivitas jagung manis di
Desa Gunung Malang. Produktivitas jagung manis yang terserang penyakit bulai
akan mengalami penurunan, sehingga dibutuhkan obat-obatan pertanian yang
dapat mengurangi serangan penyakit tersebut. Umumnya keterbatasan modal
menyebabkan petani membeli obat-obatan pertanian dalam jumlah yang lebih
sedikit dari jumlah kebutuhan yang seharusnya, sehingga obat pertanian yang
disemprotkan ke tanaman yang tertular penyakit tidak mampu memberikan
pengaruh yang besar bagi produktivitas jagung manis.
Perputaran modal dari kegiatan usahatani jagung manis digunakan petani
untuk melakukan kegiatan usahatani berikutnya dan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Biaya yang cukup tinggi dalam hal pengadaan sarana produksi untuk
budidaya jagung manis dapat membatasi petani dalam melakukan pembelian
sarana produksi. Hal tersebut dapat menyebabkan usahatani jagung manis di Desa
Gunung Malang menjadi kurang menguntungkan. Suatu kegiatan usahatani yang
kurang menguntungkan dapat membuat petani berpikir untuk menyewakan
lahannya atau bekerja menjadi buruh. Nilai sewa lahan yang berlaku di Desa
Gunung Malang cukup tinggi, begitu pula dengan nilai upah minimum yang
berlaku di Kabupaten Bogor. Tingginya nilai sewa lahan yang berlaku dapat
menjadi salah satu pertimbangan petani responden untuk menyewakan lahannya
daripada menggunakan lahannya untuk melakukan kegiatan usahatani. Upah
minimum Kabupaten Bogor yang tinggi juga menjadi pertimbangan petani
responden untuk beralih menjadi buruh.
Besar kecilnya biaya yang dikeluarkan petani dalam budidaya jagung
manis serta keragaan usahatani yang dilakukan akan mempengaruhi pendapatan
yang diperoleh petani. Analisis usahatani diperlukan untuk melihat pengaruh total
penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan terhadap pendapatan usahatani dari
petani jagung manis di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten
Bogor. Selain itu, analisis balas jasa balas jasa terhadap faktor-faktor produksi
juga perlu dilakukan untuk melihat nilai imbalan yang diperoleh petani responden
terhadap faktor-faktor produksi yang digunakan dalam melakukan usahatani
jagung manis. Analisis balas jasa balas jasa terhadap faktor-faktor produksi dapat
digunakan untuk mengetahui alasan petani responden lebih memilih untuk tetap
mengusahakan budidaya jagung manis daripada menyewakan lahannya atau
beralih untuk bekerja menjadi buruh, meskipun petani mengalami kerugian dari
usahatani jagung manisnya.
8
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini
antara lain:
1. Bagaimana keragaan usahatani dan penggunaan input produksi jagung manis
di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor?
2. Bagaimana pendapatan usahatani jagung manis di Desa Gunung Malang,
Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor?
3. Bagaimana imbangan antara penerimaan dan biaya pada usahatani jagung
manis di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor?
4. Bagaimana balas jasa terhadap faktor-faktor produksi pada usahatani jagung
manis di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dibahas
sebelumnya, maka tujuan penelitian ini antara lain:
1. Mengkaji keragaan usahatani dan penggunaan input produksi jagung manis di
Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.
2. Menganalisis pendapatan usahatani jagung manis di Desa Gunung Malang,
Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.
3. Menganalisis imbangan penerimaan dan biaya pada usahatani jagung manis
di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.
4. Menganalisis balas jasa terhadap faktor-faktor produksi pada usahatani
jagung manis di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten
Bogor.
Manfaat Penelitian
Sehubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka hasil penelitian ini
diharapkan dapat berguna dan memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan informasi kepada petani sebagai pertimbangan dalam upaya
meningkatkan produksi, produktivitas, dan pendapatan dari usahatani jagung
manis.
2. Menjadi bahan informasi untuk pihak-pihak pengambil kebijakan dalam
mencari alternatif pemecahan masalah usahatani jagung manis, khususnya di
wilayah Bogor.
3. Memberikan manfaat bagi pembaca, baik sebagai tambahan pengetahuan
maupun sebagai referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian berjudul Pendapatan Usahatani Jagung Manis di Desa Gunung
Malang Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat ini difokuskan pada pembahasan
mengenai komoditi jagung manis. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
pendapatan usahatani jagung manis di Desa Gunung Malang, Kecamatan
Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Petani yang dijadikan responden pada penelitian ini
terbatas pada petani yang melakukan budidaya jagung manis pada musim tanam
9
2012-2013 di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat. Data yang digunakan adalah data pembelian input dan
penjualan jagung manis pada musim tanam 2012-2013.
Analisis yang digunakan dalam penelitian dibatasi untuk mengkaji
pendapatan usahatani dan balas jasa terhadap faktor-faktor produksi pada
usahatani jagung manis di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya,
Kabupaten Bogor. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Komoditas Jagung
Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2010), tanaman jagung (Zea mays L.)
merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumputrumputan. Jagung merupakan tanaman asli benua Amerika, yang kemudian
tersebar ke benua Asia dan benua Afrika. Daerah yang dianggap sebagai asal
tanaman jagung adalah Meksiko. Tanaman ini tidak memerlukan persyaratan
tanah yang khusus, namun pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan
sinar matahari karena pertumbuhan tanaman jagung yang ternaungi akan
terhambat. Tanaman jagung dapat tumbuh pada daerah-daerah beriklim sedang
hingga daerah beriklim sub-tropis atau tropis basah. Secara garis besar, kegunaan
jagung dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sebagai bahan pangan, pakan
ternak, dan sebagai bahan baku industri (Purwono dan Hartono 2011).
Kandungan Gizi dan Komponen Kimia Jagung
Kandungan utama jagung adalah karbohidrat (60%), dengan kandungan
protein yang lebih tinggi daripada beras yaitu 8%. Diantara tanaman biji-bijian,
kandungan Vitamin A pada jagung merupakan yang paling tinggi yaitu sebesar
440 SI. Jagung, khususnya jagung manis merupakan komoditas pertanian yang
disukai masyarakat karena rasanya yang enak, mengandung karbohidrat, protein,
dan vitamin yang tinggi, serta kandungan lemak yang rendah (Tabel 4). Jagung
manis mengandung kadar gula yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
jagung biasa. Jagung manis umumnya dipanen muda untuk direbus atau dibakar.
Kandungan zat gizi jagung biasa dan jagung manis (tiap 100 gram bahan basah)
dapat dilihat pada Tabel 4.
Pengelompokan Jagung
Tiga kelompok utama jagung yang ditanam di daerah tropis adalah jagung
gigi kuda (dent corn), jagung mutiara (flint corn), dan jagung manis (sweet corn).
Jagung gigi kuda mempunyai lekukan di pucuk biji, karena pati keras terdapat di
pinggir dan pati lembek terdapat di puncak biji. Jagung mutiara berbentuk bulat,
bagian luar bijinya keras dan licin karena terdiri dari pati keras. Jagung mutiara
umumnya berumur genjah, sehingga hasilnya relatif rendah. Jagung manis
mengandung lebih banyak gula daripada pati, sehingga bijinya akan keriput
10
apabila kering. Jagung manis merupakan perkembangan dari jagung gigi kuda dan
jagung mutiara, yang kemudian melalui pemuliaan tanaman diperoleh jenis yang
manis (Purwono dan Hartono 2011). Salah satu varietas jagung manis yang umum
ditanam oleh petani yaitu varietas Sweet Boy. Deskripsi mengenai jagung manis
varietas Sweet Boy dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tabel 4 Kandungan zat gizi jagung biasa dan jagung manis (tiap 100 gram bahan
basah)a
a
Zat Gizi
Satuan
Energi
cal
Protein
Jagung Biasa
Jagung Manis
129.00
96.00
gram
4.10
3.50
Lemak
gram
1.30
1.00
Karbohidrat
gram
30.30
22.80
Kalsium
mg
5.00
3.00
Fosfor
mg
108.00
111.00
Besi
mg
1.10
0.70
Vitamin A
S1
117.00
400.00
Vitamin B
mg
0.18
0.15
Vitamin C
mg
9.00
12.00
Air
gram
63.50
72.70
Sumber: Tim Karya Tani Mandiri (2010).
Budidaya Jagung Manis
Jagung manis termasuk keluarga Graminae dari suku Maydeae yang pada
mulanya berkembang dari jagung gigi kuda (Zea mays indentata) dan jagung
mutiara (Zea mays indurata). Jagung manis mempunyai umur genjah dan
memiliki tongkol yang lebih kecil dibandingkan jagung biasa. Secara fisik
maupun morfologi, tanaman jagung manis sulit dibedakan dengan jagung biasa.
Perbedaan antara kedua jagung tersebut yaitu umumnya terlihat pada warna bunga
jantan (malai) dan bunga betina (rambut). Malai jagung manis berwarna putih,
sedangkan malai pada jagung biasa berwarna kuning kecokelatan. Rambut jagung
manis berwarna putih sampai kuning keemasan, sedangkan pada jagung biasa
berwarna kemerahan (Minarsih 2000).
Jagung manis dapat ditanam di daerah dataran rendah dan tinggi, sampai
ketinggian 900 meter di atas permukaan laut. Daerah dengan ketinggian antara 0600 meter di atas permukaan laut merupakan ketinggian yang optimum bagi
pertumbuhan tanaman jagung, dengan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm per
bulan. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50ºLU hingga 040ºLS. Suhu ideal untuk pertumbuhan jagung manis adalah 21°C-30°C.
11
Jagung manis termasuk tanaman yang tidak memerlukan persyaratan tanah
yang khusus dalam penanamannya. Tanah yang baik untuk pertumbuhan jagung
manis adalah tanah yang subur, gembur, dan kaya akan humus dengan tingkat
keasaman tanah antara 5.6-7.5. Kemiringan tanah yang optimum untuk tanaman
jagung maksimum 8%, karena kemungkinan terjadi erosi tanah sangat kecil.
Keadaan tempat untuk jagung manis sebaiknya di tempat yang terbuka, karena
tanaman jagung manis memerlukan sinar matahari yang cukup banyak dan tidak
tergenang air. Pada musim kemarau, pertumbuhan jagung manis akan lebih baik
jika ditaman di sawah tadah hujan, sedangkan pada musim hujan pertumbuhan
jagung manis akan lebih baik jika ditanam di lahan kering atau tegalan (Tim
Karya Tani Mandiri 2010). Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam budidaya
jagung manis meliputi persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, serta panen
dan pascapanen (Tim Karya Tani Mandiri 2010).
Persiapan Lahan
Lahan yang akan ditanami jagung manis harus bebas dari tanaman sejenis
varietas lain (isolasi), untuk menjamin kemurnian benih yang akan dihasilkan.
Isolasi ada dua cara, yaitu isolasi waktu yang berhubungan dengan saat tanam
dengan tanam jagung varietas lain yaitu sekitar 30 hari, serta isolasi jarak, yang
berhubungan jarak minimal dengan lokasi tanaman jagung varietas lain yaitu
sekitar 400 meter. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi
tertinggi diperoleh melalui pengolahan tanah yang baik dan benar, yaitu dengan
cara dibajak dan digaruk. Dengan melakukan pengolahan tanah, maka akan
diperoleh media yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan akar,
mengurangi keberadaan gulma, serta memperbaiki sirkulasi udara dalam tanah.
Untuk setiap empat meter perlu dibuat saluran air yang berfungsi sebagai
jalur irigasi dan drainase. Kegiatan ini dilakukan minimal 15 hari sebelum tanam.
Akan tetapi, penanaman tanpa olah tanah (TOT) bisa juga dilakukan untuk
mengejar waktu tanam, dengan tetap memperhatikan pembersihan lahan untuk
mengurangi serangan hama atau penyakit sisa dari tanaman terdahulu. Benih yang
digunakan ada dua macam, yaitu benih tanaman jantan yang nantinya akan
dimanfaatkan serbuk sarinya dan benih tanaman betina yang akan dimanfaatkan
tongkolnya untuk benih. Kebutuhan benih jantan adalah 3 Kg/Ha, sedangkan
benih betina sebanyak 9 Kg/Ha.
Penanaman
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanaman adalah split tanam
antara jantan dan betina, perbandingan populasi jantan dan betina, jarak tanam,
penugalan, dan jumlah benih per lubang.
Pemisahan waktu tanam dilakukan dengan cara menanam benih jantan terlebih
dahulu dan diberi tanda patok berbendera, kemudian 6 hari kemudian
dilakukan penanaman benih betina.
Perbandingan populasi jantan dengan betina adalah 1:4.
Jarak tanam antar betina adalah 75 x 25 cm. Jarak baris betina dengan baris
jantan adalah 50 cm.
Lahan ditugal dengan kedalaman 5 cm, kemudian benih dimasukkan satu
benih perlubang dan ditutup dengan abu atau sekam.
12
Penanaman benih jagung manis dilakukan dengan cara ditugal atau digarit,
kemudian ditaburkan furadan di atas benih sebanyak 0.5 gram per lubang tanam.
Selanjutnya perlu ditaburkan NPK dengan jarak 10 cm dari biji jagung sebanyak 2
gram per lubang tanam. Berikut ini merupakan tindakan yang harus dilakukan
untuk menjaga kualitas tanaman jagung manis.
7-15 hari setelah tanam dilakukan penyulaman, pemberian pupuk ZA 150 kg
per hektar, SP-36 300 kg/Ha, bila diperlukan maka semprot dengan PPC atau
insektisida nabati.
25-30 hari setelah tanam dilakukan penyiangan sekaligus pengguludan,
apabila diperlukan maka perlu ditaburkan kembali Furadan pada titik tumbuh
sekitar 5 butir per tanaman, kemudia disemprot dengan PPC.
40-45 hari setelah tanam dilakukan pemupukan dengan KCL atau KNOɜ.
Selain itu, dapat dilakukan penyemprotan apabila terdapat hama.
50-55 hari setelah tanam, mulai seleksi tongkol atau pohon jagung.
Penyemprotan pada ketiak daun dilakukan apabila diperlukan. Pada saat ini,
perlu diusahakan agar kebun tidak terganggu, karena akan mempengaruhi
proses persarian.
75-80 hari setelah tanam merupakan waktu pemetikan.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan pengairan, dangir dan
bumbun, mencabut tanaman tipe simpang, serta pengendalian hama dan penyakit.
1. Pemupukan
Pupuk yang digunakan adalah pupuk campuran antara ZA, SP-36, dan KCl
dengan perbandingan dosis per hektar adalah 280:210:35. Pemupukan
dilakukan dalam tiga aplikasi berturut-turut, yaitu:
Umur 0 hari setelah tanam dengan dosis ZA, SP-36, dan KCl adalah
70:140:35, pada jarak 5 cm dari lubang dan ditutup kembali.
Umur 15 hari setelah tanam dengan ZA 150 kg per hektar dan SP-36
sebanyak 300 kg/Ha, pada jarak 10 cm dari lubang tanam dan ditutup
kembali.
Umur 45 hari setelah tanam dengan dosis KCl sebanyak 140 kg, pada
jarak 10 cm dari lubang tanam dan ditutup kembali.
2. Pengairan
Lahan perlu diberi pengairan tiga hari sebelum tanam untuk menciptakan
kondisi tanah yang lembab dan hangat, sehingga mempercepat terjadinya
perkecambahan benih serta ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Pengairan
diberikan sesuai kebutuhan. Pengairan dilakukan setelah melakukan kegiatan
pemupukan. Jadwal pengairan yang dianjurkan adalah -3, 15, 30, dan 45 hari
setelah tanam.
3. Dangir dan Bumbun
Pendangiran adalah usaha untuk mengurangi keberadaan gulma di areal
tanaman, yang berpotensi sebagai kompetitor bagi tanaman jagung manis.
Dangir dilakukan sebelum perlakuan pemupukan, yaitu pada umur 21 dan 28
hari setelah tanam. Membumbun adalah usaha untuk memperbaiki sirkulasi
udara serta membantu pertumbuhan perakaran tanaman.
13
4. Cabut Bunga (Detaseling)
Yang dimaksud adalah mencabut bunga jantan tanaman betina saat tanaman
berumur antara 40-50 hari setelah tanam. Pekerjaan ini dilakukan pada pagi
hari mulai pukul 06.00 wib sampai selesai dan diulangi sebanyak 7-10 hari
sampai tidak terdapat bunga jantan di tanaman betina.
5. Babat Jantan
Tanaman jantan harus dibabat untuk menghindari tercampurnya buah jantan
pada saat panen. Hal ini dapat dilihat dengan adanya ciri-ciri rambut pada
tongkol jagung yang sudah kering dan berwarna kecoklatan. Kegiatan ini
dilakukan satu hari, yaitu pada umur 65 hari setelah tanam.
6. Mencabut Tanaman Tipe Simpang
Kegiatan membuang tanaman yang bersifat menyimpang perlu dilakukan.
Tanaman yang bersifat menyimpang memiliki penampilan yang terlalu subur
dengan daun yang lebar, warna pangkal batang yang merah, serta warna bunga
yang merah. Perlakuan ini dilakukan pada tanaman jantan maupun betina,
untuk menjaga kemurnian induk sebagai penghasil benih. Pengontrolan setiap
minggu perlu dilakukan.
7. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama
a. Lalat Bibit (Atherigona exigua S.)
Gejala serangan hama ini pada saat tanaman berumur 7-14 hari setelah
tanam, dengan gejala daun berubah menjadi kekuning-kuningan,
disekitar gigitan atau bagian yang diserang mengalami pembusukan
yang pada akhirnya tanaman menjadi layu dan pertumbuhan tanaman
menjadi kerdil atau mati.
b. Ulat pemotong dan Penggerek Buah
Contoh ulat pemotong adalah Agrotis sp. dan Spodoptera litura.
Contoh ulat penggerek buah adalah Helicoverpa armigera. Gejala
serangan ditandai dengan adanya bekas gigitan pada batang dan
adanya tanaman muda yang roboh.
Penyakit
a. Penyakit Bulai (Downy mildew)
Disebabkan oleh cendawan peronosporta maydis yang berkembang
pesat pada suhu udara 27°C atau lebih, serta pada keadaan udara yang
lembab. Gejala serangan adalah pada tanaman umur 2-3 minggu, daun
runcing dan kaku, pertumbuhan terhambat, warna daun kuning, dan
terdapat spora berwarna putih pada sisi bawah daun.
b. Penyakit Bercak Daun
Disebabkan oleh jamur Helminthosporium sp, dengan gejala adanya
bercak memanjang berwarna kuning dikelilingi warna kecokelatan.
Semula, bercak tampak basah kemudian berubah warna menjadi coklat
kekuningan dan akhirnya menjadi coklat tua.
c. Penyakit Gosong Bengkak
Disebabkan oleh jamur Ustilago sp. yang menyerang biji, sehingga
menyebabkan pembengkakan yang mengakibatkan pembungkus
menjadi rusak.
14
d. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebabnya adalah jamur Fusarium atau Giberella zeae. Penyakit ini
dapat diketahui setelah klobot dibuka. Biji-biji yang terserang
berwarna merah jambu atau merah kecokelatan, kemudian akan
berubah warna menjadi coklat sawo matang.
Panen dan Pascapanen Budidaya Jagung Manis
Panen jagung manis dilakukan sekitar umur 75-80 hari setelah tanam.
Pada saat tersebut, buah tanaman sudah dikatakan masak secara fisiologis dengan
ciri-ciri daun dan kelobot sudah mengering (menguning), bila kelobot dibuka biji
sudah tampak kisut 100%, serta ada black layer pada daerah titik tumbuh. Teknis
panen dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Kelobot pembungkus buah dikupas dengan cara disobek dengan tangan.
2. Seleksi buah, dengan cara dipisahkan antara buah normal dengan yang masih
muda dan sudah busuk. Buah yang muda dipisahkan untuk kemudian dijemur
dahulu. Sedangkan buah yang busuk dibuang dan tidak dijual.
3. Buah-buah normal dimasukkan ke dalam tempat yang sudah disiapkan, untuk
kemudian ditimbang dan dijual.
Panen jagung manis sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Udara panas
cenderung dapat mengurangi kandungan gula pada biji jagung manis. Untuk
mempertahankan kadar gula lebih lama, selepas panen dari kebun harus segera
masuk ke ruang pendingin pada temperatur 1°C-5°C yang akan mempertahankan
kemanisan hingga 10 hari. Hal yang paling ideal untuk dilakukan setelah panen
yaitu dengan perlakuan khusus. Setelah panen, jagung langsung diangkut ke
gudang atau ruang pendingin dan langsung dilakukan penyortiran dan
pengemasan dengan plastic roping film. Plastik ini berfungsi untuk menjaga
kelelmbaban, mencegah kehilangan air, serta memperpanjang kesegaran jagung
manis.
Jagung manis yang masuk ke dalam grade A harus memiliki berat antara
300-500 gram per buah dengan bentuk tongkol mulus dan mengkilat. Sedangkan
untuk grade B memiliki ukuran kurang dari 300 gram atau lebih dari 500 gram
dengan bentuk tidak mulus, bii jagung ada yang tidak sempurna. Sebagian besar
jagung yang dijual di supermarket bukan dilakukan langsung oleh petani,
melainkan dilakukan oleh pemasok. Hal tersebut dapat terjadi karena petani belum
mampu memenuhi kualitas, kuantitas, dan kontinuitas yang diinginkan oleh
supermarket. Selain itu petani juga belum memiliki informasi dan akses pasar
yang baik untuk menjual produknya.
Studi Empiris mengenai Jagung Manis
Jagung manis umumnya ditanam dengan menggunakan pola tanam
tumpangsari dengan tanaman ubi jalar. Hasil penelitian di Kebun Percobaan
Sindangbarang, University Farm, Institut Pertanian Bogor menunjukkan bahwa
perlakuan waktu tanam jagung manis memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap panjang batang ubi jalar, jumlah cabang, dan jumlah daun. Waktu tanam
jagung manis juga berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, lingkar
batang, dan jumlah daun jagung manis. Tumpangsari dengan ubi jalar nyata
15
menurunkan bobot brangkasan jagung manis per petak, bobot jagung berkelobot
per petak, bobot jagung tanpa kelobot per petak, bobot jagung berkelobot per
tanaman, dan jumlah jagung per petak.
Perlakuan monokultur baik ubi jalar maupun jagung manis menghasilkan
pertumbuhan dan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pola tanam
tumpangsari. Namun, jagung manis dan ubi jalar masih dapat ditanam secara
tumpangsari jika keduanya ditanam pada saat yang bersamaan. Pada sistem tanam
tumpangsari, semakin lama jagung manis ditanam, maka akan semakin
menguntu
DESA GUNUNG MALANG KECAMATAN
TENJOLAYA KABUPATEN BOGOR
MELISSA AMANDASARI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendapatan Usahatani
Jagung Manis di Desa Gunung Malang Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor
adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Melissa Amandasari
NIM H34090082
ABSTRAK
MELISSA AMANDASARI. Pendapatan Usahatani Jagung Manis di Desa
Gunung Malang Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh RITA
NURMALINA.
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan pokok yang dikonsumsi oleh
sebagian besar penduduk selain beras. Salah satu jenis jagung yang banyak
dikonsumsi adalah jagung manis. Jagung manis banyak dikonsumsi karena memiliki
rasa yang lebih manis dibandingkan dengan jagung biasa. Desa Gunung Malang
merupakan salah satu daerah penghasil jagung manis terbesar di Kecamatan
Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu
mengkaji keragaan usahatani dan penggunaan input produksi jagung manis di Desa
Gunung Malang, menganalisis pendapatan usahatani dan rasio antara penerimaan dan
biaya dari usahatani jagung manis di Desa Gunung Malang, dan menganalisis balas
jasa terhadap faktor-faktor produksi pada usahatani jagung manis di Desa Gunung
Malang. Pendapatan atas biaya tunai per hektar per musim tanam untuk usahatani
jagung manis yaitu Rp2 922 178.06, sedangkan pendapatan atas biaya total per hektar
per musim tanam sebesar Rp93 546.51. Berdasarkan nilai R/C atas biaya tunai dan
biaya total, dapat disimpulkan bahwa usahatani jagung manis layak untuk diusahakan.
Nilai R/C atas biaya tunai sebesar 1.41 sedangkan nilai R/C atas biaya total sebesar
1.01.
Kata kunci: analisis pendapatan usahatani, analisis R/C, Desa Gunung Malang, jagung
manis
ABSTRACT
MELISSA AMANDASARI. Farm Income of Sweet Corn in Gunung Malang
Village, Tenjolaya District, Bogor Regency. Supervised by RITA NURMALINA.
Corn is one of the staple food that are consumed by the majority of the
population beside rice. One type of corn that is consumed by many people is sweet
corn. Sweet corn was consumed by many people because it has a sweeter taste than
the regular corn. Gunung Malang village is one of the largest producers of sweet corn
in Tenjolaya district, Bogor regency. The objectives of this research are to analyze the
farming techniques and the use of sweet corn production inputs in the village of
Gunung Malang, to analyze the income and the ratio between revenue and cost from
sweet corn farm in the village of Gunung Malang, and to analyze the return to
production factors of sweet corn farm in the village of Gunung Malang. The income
value based on cash costs per hectare per cropping season for sweet corn farming is
Rp2 922 178.06, while the income value based on total costs per hectare per cropping
season is Rp93 546.51. The sweet corn farm are feasible to be developed based on the
value of R/C over cash cost and total cost. The value of R/C based on cash cost is
1.41, while the value of R/C based on the total cost is 1.01.
Keywords: farm income analysis, Gunung Malang village, R/C analysis, sweet corn
PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS DI
DESA GUNUNG MALANG KECAMATAN
TENJOLAYA KABUPATEN BOGOR
MELISSA AMANDASARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Pendapatan Usahatani Jagung Manis di Desa Gunung Malang
Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor
Nama
: Melissa Amandasari
NIM
: H34090082
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala
atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah
usahatani, dengan judul Pendapatan Usahatani Jagung Manis di Desa Gunung
Malang Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS
selaku pembimbing. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Amzul Rifin,
SP. MA selaku dosen penguji utama dan Ibu Anita Primaswari Widhiani, SP. Msi
selaku dosen penguji komisi pendidikan Departemen Agribisnis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Nunung Kusnadi, MS yang telah
banyak memberi saran. Selanjutnya terima kasih juga penulis sampaikan kepada
Bapak Rachmat Yanuar selaku wali akademik selama menjalani perkuliahan.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Rekha Mahendraswari, SE yang
telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar hasil penelitian penulis.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak, adik, serta
seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dodo dan Bapak Toapa dari Badan
Pengembangan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Cibungbulang, serta Bapak
Anda dan Bapak Tata beserta keluarga yang telah membantu selama pengumpulan
data. Terakhir penulis sampaikan terima kasih atas segala doa dan dukungan
kepada rekan-rekan Departemen Agribisnis 46 dan rekan-rekan Tri University.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2013
Melissa Amandasari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Komoditas Jagung
Pengelompokan Jagung
Budidaya Jagung Manis
Studi Empiris mengenai Jagung Manis
Studi Empiris mengenai Usahatani Jagung
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Definisi Operasional
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Karakteristik Petani Responden
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaan Usahatani Jagung Manis di Desa Gunung Malang
Pendapatan Usahatani Jagung Manis
Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C)
Balas Jasa dalam Usahatani Jagung Manis
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
vi
vii
vii
1
1
5
8
8
8
9
9
9
10
14
16
19
19
24
27
27
27
27
28
33
34
34
41
41
51
57
58
61
61
62
62
65
66
DAFTAR TABEL
1. Perkembangan luas panen, produktivitas, dan produksi jagung menurut
wilayah, 2010-2012a
2. Perkembangan populasi, produksi, ekspor, dan impor jagung di
Indonesia tahun 2008-2012a
3. Produksi jagung di enam provinsi sentra jagung di Indonesia tahun
2009-2012a
4. Kandungan zat gizi jagung biasa dan jagung manis (tiap 100 gram
bahan basah)a
5. Perhitungan pendapatan usahatani jagung manis
6. Return to total capital dari usahatani jagung manis
7. Return to land dari usahatani jagung manis
8. Return to family labor dari usahatani jagung manis
9. Sebaran karakteristik petani responden di Desa Gunung Malang
berdasarkan umur tahun 2012
10. Sebaran tingkat pendidikan petani responden di Desa Gunung Malang
tahun 2012
11. Sebaran pengalaman bertani jagung manis petani responden di Desa
Gunung Malang tahun 2012
12. Sebaran status usahatani petani responden di Desa Gunung Malang
tahun 2012
13. Sebaran status kepemilikan lahan petani responden di Desa Gunung
Malang tahun 2012
14. Sebaran luas lahan petani responden di Desa Gunung Malang tahun
2012
15. Sebaran sistem pemasaran jagung manis petani responden di Desa
Gunung Malang tahun 2012
16. Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani jagung manis petani
responden per hektar pada periode tanam tahun 2012-2013 di Desa
Gunung Malang
17. Nilai penyusutan peralatan pada usahatani jagung manis petani
responden pada periode tanam tahun 2012-2013 di Desa Gunung
Malang
18. Rata-rata penerimaan usahatani jagung manis petani responden per
hektar pada musim tanam tahun 2012-2013 di Desa Gunung Malang
19. Rata-rata pengeluaran usahatani jagung manis petani responden per
hektar pada musim tanam tahun 2012-2013 di Desa Gunung Malang
20. Rata-rata pendapatan usahatani jagung manis petani responden per
hektar pada musim tanam tahun 2012-2013 di Desa Gunung Malang
21. Return to total capital dari usahatani jagung manis petani responden
per hektar pada musim tanam tahun 2012-2013 di Desa Gunung
Malang
22. Return to land dari usahatani jagung manis petani responden per
hektar pada musim tanam tahun 2012-2013 di Desa Gunung Malang
23. Return to family labor dari usahatani jagung manis petani responden
per hektar pada musim tanam tahun 2012-2013 di Desa Gunung
Malang
1
2
3
10
29
31
32
32
34
35
36
37
37
38
40
50
51
52
54
56
58
59
60
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pemikiran operasional usahatani jagung manis di Desa
Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor
2. Pola tanam jagung manis
3. Pola tanam jagung manis yang dilakukan oleh petani responden di
Desa Gunung Malang pada musim tanam tahun 2012-2013
4. Bedengan untuk menanam jagung manis
5. Kegiatan penanaman jagung manis
6. Pemupukan dilakukan di antara tanaman jagung manis
7. Kegiatan penyiangan
8. Kegiatan pembumbunan
9. Hama belalang yang menyerang tanaman jagung manis
10. Benih jagung manis varietas Talenta dan Jambore
11. Furadan 3R
26
39
39
42
43
44
44
45
46
48
49
DAFTAR LAMPIRAN
1. Analisis pendapatan usahatani jagung manis petani responden per
hektar pada periode tanam tahun 2012-2013 di Desa Gunung Malang
65
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung merupakan bahan pangan penting karena merupakan sumber
karbohidrat kedua setelah padi, sehingga sebagai salah satu sumber bahan pangan,
jagung telah menjadi komoditas utama setelah padi. Bahkan, jagung dijadikan
sebagai bahan pangan utama di beberapa daerah di Indonesia, seperti di Madura
dan Nusa Tenggara. Jagung juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, yang
sampai saat ini pengembangannya terus dilakukan, serta dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku industri seperti industri etanol (Purwono dan Hartono 2005).
Industri yang banyak menggunakan jagung sebagai bahan baku yaitu industri
pakan ternak dan industri non-pangan, serta industri makanan dan minuman.
Peranan jagung yang dapat digunakan dalam berbagai industri tersebut membuat
budidaya jagung memiliki prospek yang sangat baik, baik dari harga jual maupun
permintaannya (Tim Karya Tani Mandiri 2010).
Selama periode 2005-2011, kebutuhan jagung untuk bahan industri pakan
ternak, makanan, dan minuman terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Sebagai gambaran, pada tahun 2010, proyeksi kebutuhan jagung nasional sekitar
17.8 juta ton dan pada tahun 2011 dibutuhkan sekitar 18.9 juta ton bahan baku
jagung (Departemen Pertanian 2009). Jagung diharapkan dapat menjadi salah satu
solusi yang tepat untuk mengurangi konsumsi beras yang semakin meningkat,
sehingga akan berdampak besar pada ketahanan pangan nasional. Perkembangan
luas panen, produktivitas, dan produksi jagung menurut wilayah pada tahun 20102012 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Perkembangan luas panen, produktivitas, dan produksi jagung menurut
wilayah, 2010-2012a
Perkembangan
Uraian
2010
2011
2012b
2010 - 2011
2011 - 2012
Absolut
(%)
Absolut
(%)
Luas Panen (ha)
- Jawa
2 138 864.00
1 945 744.00
2 045 300.00
-193 120.00
-9.03
99 556.00
5.12
- Luar Jawa
1 992 812.00
1 918 948.00
1 952 171.00
-73 864.00
-3.71
33 223.00
1.73
- Indonesia
4 131 676.00
3 864 692.00
3 997 471.00
-266 984.00
-6.46
132 779.00
3.44
- Jawa
46.49
48.65
50.18
2.16
4.65
1.53
3.14
- Luar Jawa
42.07
42.61
44.47
0.54
1.28
1.86
4.37
- Indonesia
44.36
45.65
47.39
1.29
2.91
1.74
3.81
- Jawa
9 944 154.00
9 466 866.00
10 262 927.00
-477 288.00
-4.80
796 061.00
8.41
- Luar Jawa
8 383 482.00
8 176 384.00
8 682 197.00
-207 098.00
-2.47
505 813.00
6.19
- Indonesia
18 327 636.00
17 643 250.00
18 945 124.00
-684 386.00
-3.73
1 301 874.00
7.38
Produktivitas
(ku/ha)
Produksi (ton)c
a
b
c
Sumber: Badan Pusat Statistik 2012 (diolah).; ARAM (Angka Ramalan) I 2012.; Kualitas
produksi jagung adalah pipilan kering.
2
Berdasakan data dari Badan Pusat Statistik (2011) pada Tabel 1,
peningkatan produksi jagung tahun 2012 diperkirakan terjadi di Jawa sebesar 0.80
juta ton dan di luar Jawa sebesar 0.51 juta ton. Peningkatan produksi diperkirakan
terjadi karena adanya peningkatan luas panen seluas 132.78 ribu hektar (3.44%)
dan adanya peningkatan produktivitas sebesar 1.74 kuintal/hektar (3.81%).
Perkiraan peningkatan produksi jagung yang relatif besar pada tahun 2012
terdapat di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Nusa
Tenggara Timur. Sedangkan perkiraan penurunan produksi jagung tahun 2012
yang relatif besar terdapat di Provinsi Aceh, Sulawesi Tengah, Sumatera Selatan,
Banten, dan Riau.
Produksi jagung di Indonesia pada tahun 2010 sampai 2012 cenderung
mengalami fluktuasi. Hal ini disebabkan oleh luas panen dan produktivitas jagung
di Indonesia yang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Meskipun pada tahun
2010 produksi jagung di Indonesia mengalami peningkatan dibandingkan dengan
tahun 2009 yang memiliki jumlah produksi sebesar 17 629 748 ton, jumlah
produksi tersebut belum mampu mengimbangi jumlah konsumsi jagung di
Indonesia. Pada tahun 2011, konsumsi jagung di Indonesia mencapai 18 800 000
ton1, sedangkan jumlah produksi jagung yang dihasilkan hanya 17 643 250 ton.
Konsumsi jagung yang tinggi menyebabkan permintaan jagung di Indonesia
menjadi tinggi pula, sedangkan tingginya permintaan tersebut tidak seimbang
dengan ketersediaan jagung di dalam negeri. Hal tersebut menyebabkan jumlah
impor jagung Indonesia menjadi cukup tinggi.
Jumlah impor yang cukup tinggi mengakibatkan petani di Indonesia
mengalami kesulitan dalam menghadapi persaingan harga dengan jagung impor
yang memiliki harga relatif lebih murah. Jagung impor memiliki harga yang
relatif lebih murah dibandingkan dengan jagung lokal, karena jagung impor
memperoleh perlindungan dari negara asalnya berupa kebijakan proteksi dan
promosi. Perkembangan populasi, produksi, ekspor, dan impor jagung di
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Perkembangan populasi, produksi, ekspor, dan impor jagung di
Indonesia tahun 2008-2012a
a
c
Tahun
Populasi
(000)
Produksi
(000 ton)
Ekspor
(ton)
Impor
(ton)
Jumlah Penawaran
Domestik (ton)c
2008
234 951
16 324
109 000
454 000
16 669 000
2009
237 414
17 630
65 000
448 000
18 013 000
2010
239 871
18 328
42 000
1 527 516
19 813 516
2011
242 326
17 643
30 787
2 889 174
20 501 387
2012b
244 769
18 945
57 419
1 184 083
20 071 664
Sumber: FAO Statistics Division 2012 (diolah).; bPeriode Januari sampai dengan Agustus 2012.;
Jumlah Penawaran Domestik = Produksi – Ekspor + Impor.
1
Anonim. 2012. Menyongsong Kedaulatan Pangan Indonesia. [internet]. [diacu 2013 Mei 7].
Tersedia dari: http://beranda.miti.or.id/menyongsong-kedaulatan-pangan-indonesia/.
3
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah ekspor dan impor
Indonesia cenderung mengalami fluktuasi. Pada tahun 2011, jumlah impor jagung
di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 1 361 658 ton. Hal tersebut
disebabkan oleh penurunan tingkat produksi sebesar 685 000 ton dari tahun
sebelumnya. Jumlah penawaran domestik jagung di Indonesia sepanjang tahun
2008 hingga tahun 2011 terus mengalami peningkatan (Tabel 2).
Daerah penghasil utama jagung di Indonesia adalah Pulau Jawa, yaitu
sekitar 65% dari produksi nasional (Purwanto dan Hartono 2005). Daerah
penghasil jagung terbesar di Indonesia adalah Jawa Timur, dengan jumlah
produksi sebesar 6 295 301 ton pada tahun 2012. Beberapa daerah sentra produksi
jagung di Indonesia pada tahun 2012 cenderung mengalami peningkatan dalam
jumlah produksi, seperti yang terjadi di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah,
Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Jawa Barat (Tabel 3). Jawa Barat
merupakan salah satu sentra produksi jagung di Indonesia, meskipun produksi
jagung di Jawa Barat masih tergolong cukup rendah apabila dibandingkan dengan
sentra jagung lainnya. Pengembangan potensi jagung di Provinsi Jawa Barat perlu
dilakukan untuk meningkatkan produksi jagung nasional.
Tabel 3 Produksi jagung di enam provinsi sentra jagung di Indonesia tahun
2009-2012a
Provinsi
2009
2010
2011
2012b
Jawa Timur
5 266 720
5 587 318
5 443 705
6 295 301
Jawa Tengah
3 057 845
3 058 710
2 772 575
3 041 630
Lampung
2 067 710
2 126 571
1 817 906
1 741 988
Sumatera Utara
1 166 548
1 377 718
1 294 645
1 347 124
Sulawesi Selatan
1 395 742
1 343 044
1 420 154
1 514 636
787 599
923 962
945 104
1 028 653
Jawa Barat
a
Produksi (ton)
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor (2013).; bAngka Sementara.
Produksi jagung di Provinsi Jawa Barat terus mengalami peningkatan
setiap tahunnya (Tabel 3). Peningkatan produksi tersebut terjadi seiring dengan
adanya program pemerintah mengenai perluasan areal penanaman jagung di
Indonesia. Upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi jagung di Indonesia
pada tahun 2011 yaitu melalui penciptaan dan penelitian varietas benih unggul,
penyelenggaraan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT),
Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU), pemberian bantuan benih dari
cadangan benih nasional (CBN), Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis
Korporasi (GP3K), perluasan areal, dan pelatihan (Kementrian Pertanian 2012).
Selain itu, upaya peningkatan produksi jagung yang dilakukan oleh pemerintah
dalam bentuk ekstensifikasi pertanian dilakukan dengan melakukan perluasan
lahan terutama di daerah luar Jawa, peningkatan produktivitas, peningkatan
4
kualitas produk, perbaikan akses pasar, penguatan kelembagaan petani, perbaikan
sistem permodalan, serta pengaturan tataniaga dan insentif usaha (Tim Karya Tani
Mandiri 2010).
Salah satu sentra produksi jagung di Provinsi Jawa Barat terdapat di
Kabupaten Bogor dengan luas panen sebesar 750 hektar dan produksi sebesar 2
956 ton (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat 2012). Meskipun
sebagai salah satu sentra jagung di Jawa Barat, Kabupaten Bogor memiliki jumlah
produksi yang sangat rendah apabila dibandingkan dengan Kabupaten Garut yang
merupakan sentra produksi jagung di Provinsi Jawa Barat. Oleh karena itu,
pengembangan jagung perlu dilakukan di Kabupaten Bogor sehingga dapat
meningkatkan produksi jagung nasional.
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa
Barat (2012), produksi jagung di Kabupaten Bogor pada tahun 2007 sampai
dengan tahun 2009 mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan luas
panen dan produktivitas. Pada tahun 2009, produksi jagung mengalami
peningkatan sebesar 3 373 ton dan terjadi peningkatan luas panen sebesar 838
hektar, serta peningkatan produktivitas sebesar 2.54 kuintal per hektar. Namun,
pada tahun 2010 dan tahun 2011, produksi jagung di Kabupaten Bogor cenderung
mengalami penurunan, yang diiringi dengan penurunan luas panen. Penurunan
produksi dan luas panen yang terjadi di Kabupaten Bogor pada tahun 2011 tidak
diikuti dengan penurunan produktivitas, karena tingkat produktivitas jagung di
Kabupaten Bogor justru mengalami peningkatan sebesar 0.83 kuintal per hektar
sementara tingkat produksi dan luas panen mengalami penurunan.
Tipe jagung yang dikembangkan di daerah Kabupaten Bogor pada
umumnya adalah jagung manis. Tanaman jagung manis sudah banyak dikenal di
daerah Jawa Barat daripada di daerah lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan
tingginya permintaan benih jagung manis yang mencapai 50 ton pada tahun 2006
untuk provinsi Jawa Barat, sedangkan untuk provinsi Jawa Timur hanya 20 ton2.
Jagung manis memiliki umur produksi yang lebih singkat dibandingkan dengan
jagung jenis lainnya, yaitu dapat dipanen pada umur 75-80 hari. Waktu panen
yang singkat ini menyebabkan perputaran modal petani menjadi semakin cepat.
Budidaya jagung manis tergolong lebih mudah karena tidak memerlukan proses
pengeringan lebih lanjut seperti dalam budidaya jagung pada umumnya (Dinas
Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor 2013). Selain itu, pertumbuhan terbaik
untuk jagung manis yaitu di daerah beriklim tropik. Hal ini menandakan bahwa
usaha pengembangan jagung manis di Indonesia mempunyai prospek yang cukup
baik (Tim Karya Tani Mandiri 2010).
Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu jenis jagung
yang potensial untuk dikembangkan. Budidaya jagung manis (sweet corn) mulai
berkembang di Indonesia, walaupun masih terbatas pada daerah dekat perkotaan
(Purwono dan Hartono 2005). Jagung manis (sweet corn) mengandung lebih
banyak gula daripada pati, sehingga memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan
dengan jagung jenis lainnya. Jagung manis lebih banyak digunakan untuk
kebutuhan pangan seperti untuk sayur, jagung rebus dan jagung bakar, atau untuk
bahan baku makanan.
2
Anonim. 2012. Laris Manis Bisnis Sweet Corn. [internet]. [diacu 2013 Mei 7]. Tersedia dari:
http://www.agrina-online.com/show_article.php?rid=10&aid=709.
5
Permintaan terhadap jagung manis terus meningkat seiring dengan
meningkatnya daya beli masyarakat dan permintaan dari pasar tradisional,
restoran, hotel, dan swalayan-swalayan yang membutuhkan pasokan dalam
jumlah yang cukup besar. Konsumsi jagung muda (semi) di Indonesia pada tahun
2011 mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 17.86%
dibandingkan dengan tahun 2010. Akan tetapi, permintaan yang tinggi tersebut
tidak diimbangi dengan jumlah produksi yang tinggi pula, sehingga permintaan
pasar masih belum semuanya dapat dipenuhi. Hal ini ditunjukkan dengan masih
tingginya volume impor jagung manis di Indonesia. Volume impor jagung manis
Indonesia pada tahun 2011 mencapai 2 419 ton (FAO Statistics Division 2012).
Hal ini menunjukkan bahwa peluang pengembangan budidaya jagung manis di
Indonesia masih sangat besar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, sehingga
dapat mengurangi impor.
Salah satu daerah penghasil jagung manis di Kabupaten Bogor adalah
Kecamatan Tenjolaya. Luas panen jagung manis di Kecamatan Tenjolaya sebesar
15 hektar pada tahun 2010 dan mengalami peningkatan luas panen menjadi 89
hektar pada tahun 2011. Peningkatan luas panen jagung manis di Kabupaten
Bogor pada tahun 2011 hanya terjadi di beberapa Kecamatan dari total 40
kecamatan di Kabupaten Bogor, seperti di Kecamatan Tenjolaya, Kecamatan
Ciampea, Kecamatan Ciawi, Kecamatan Tanjungsari, Kecamatan Jonggol, dan
Kecamatan Sukajaya. Produksi jagung manis di Kecamatan Tenjolaya pada tahun
2011 juga mengalami peningkatan sebesar 297 ton dari tahun sebelumnya.
Peningkatan luas panen dan tingkat produksi jagung manis terbesar di Kabupaten
Bogor pada tahun 2011 terjadi di Kecamatan Tenjolaya (Badan Pusat Statistik
Kabupaten Bogor 2012). Selain itu, produktivitas jagung manis di Kecamatan
Tenjolaya pada tahun 2011 juga mengalami peningkatan menjadi 4.00 ton per
hektar dari 3.93 ton per hektar pada tahun sebelumnya (Badan Pusat Statistik
Kabupaten Bogor 2012). Hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan Tenjolaya
berpotensi untuk dilakukan kegiatan budidaya jagung manis.
Peningkatan luas panen dan tingkat produksi jagung manis di Kecamatan
Tenjolaya menandakan adanya peningkatan minat petani dalam melakukan
aktivitas usahatani jagung manis. Peningkatan minat petani dalam melakukan
usahatani jagung manis perlu diikuti dengan peningkatan tingkat efisiensi dalam
mengusahakan jagung manis. Tingkat efisiensi usahatani jagung manis salah
satunya dapat dilihat dari penggunaan faktor-faktor produksi yang secara tidak
langsung dapat mempengaruhi tingkat penerimaan, tingkat pengeluaran, serta
tingkat pendapatan usahatani jagung manis. Ketersediaan benih berkualitas,
banyaknya jumlah tenaga kerja pertanian yang tersedia, ketersediaan lahan yang
cukup luas, serta manajemen usahatani yang cukup baik merupakan potensi yang
perlu dikembangkan secara optimal dalam melakukan budidaya jagung manis,
sehingga dapat menjadikan Kabupaten Bogor sebagai salah satu sentra produksi
jagung manis, serta memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional.
Perumusan Masalah
Permintaan terhadap jagung manis terus mengalami peningkatan, tidak
hanya dari swalayan-swalayan tetapi saat ini jagung manis juga dibutuhkan oleh
6
tempat-tempat pariwisata dan tempat-tempat keramaian lainnya dalam bentuk
jagung bakar maupun jagung rebus. Peningkatan permintaan terhadap jagung
manis perlu diimbangi dengan kontinuitas pasokan bahan baku jagung manis yang
bermutu. Jagung manis memiliki umur panen yang lebih cepat apabila
dibandingkan dengan jagung jenis lainnya, sehingga sangat potensial untuk
dikembangkan. Proses budidaya dan penanganan pasca panen perlu diperhatikan
sehingga dapat dihasilkan produk yang bermutu.
Saat ini pengembangan jagung manis di Indonesia masih sangat rendah.
Hal ini terlihat dari masih rendahnya produksi dan produktivitas jagung manis
dalam negeri. Rendahnya produksi jagung manis di Indonesia secara umum
disebabkan oleh masih rendahnya jumlah penggunaan benih berkualitas,
kelangkaan pupuk, belum berkembangnya kelembagaan di tingkat petani,
teknologi panen dan pasca panen yang belum memadai, serta lahan garapan yang
sempit (Tim Karya Tani Mandiri 2010).
Desa Gunung Malang merupakan salah satu desa di Kecamatan Tenjolaya,
Kabupaten Bogor yang berpotensi untuk dilakukan pengembangan usahatani
jagung manis (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat 2013).
Tanaman jagung manis menjadi sangat populer di Desa Gunung Malang pada
tahun 1990-an. Pada tahun tersebut, banyak petani yang mulai tertarik untuk
melakukan budidaya jagung manis. Petani melakukan budidaya jagung manis
karena beberapa alasan, yaitu permintaannya yang masih sangat tinggi, nilai jual
yang lebih tinggi dan lebih mudah diserap oleh pasar, serta pemasaran yang lebih
mudah dibandingkan dengan jagung pipil. Selain itu, perawatan tanaman jagung
manis juga tidak serumit tanaman sayuran lainnya dan memiliki waktu panen
yang lebih cepat daripada jagung pipil, yaitu sekitar 75-80 hari, sehingga
perputaran modal petani menjadi lebih cepat.
Desa Gunung Malang memiliki jumlah produksi dan luas panen jagung
manis terbesar di Kecamatan Tenjolaya (Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor
2011). Akan tetapi, produktivitas yang dihasilkan oleh petani responden baru
mencapai 6.17 ton per hektar, jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan
produktivitas nasional sebesar 12-14 ton per hektar. Desa Gunung Malang
mengalami penurunan pada luas panen jagung manis sebesar 75 hektar dan
penurunan tingkat produksi jagung manis sebesar 945 kuintal pada tahun 2010
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor 2011). Peningkatan produktivitas jagung
manis di Desa Gunung Malang, Kabupaten Bogor perlu dilakukan sebagai upaya
peningkatan produksi jagung manis nasional.
Perbaikan dalam kegiatan usahatani perlu dilakukan agar produktivitas
jagung manis di Desa Gunung Malang dapat meningkat. Usaha peningkatan
kegiatan usahatani sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya yang dilakukan oleh
petani dan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam kegiatan usahatani
seperti lahan, tenaga kerja, pupuk, pestisida, dan benih berkualitas. Sebagian besar
petani di Desa Gunung Malang menanam jagung manis karena jagung manis
memiliki harga jual yang lebih tinggi dan relatif lebih stabil, serta memiliki umur
panen yang lebih cepat dibandingkan dengan jagung jenis lainnya. Namun
terdapat beberapa kendala utama dalam pembudidayaan jagung manis yang
dihadapi oleh petani di Desa Gunung Malang, diantaranya yaitu keterbatasan
modal dan lahan, adanya ancaman penyakit bulai, mahalnya harga benih,
kurangnya pengetahuan petani mengenai anjuran dalam pemakaian pupuk dan
7
obat pertanian, serta pengaruh iklim yang dapat mengurangi produksi jagung
manis.
Keterbatasan modal menyebabkan usahatani jagung manis masih
dilakukan secara sederhana oleh petani di Desa Gunung Malang. Keterbatasan
modal mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan aktivitas usahataninya,
seperti pembelian benih berkualitas. Mahalnya harga benih jagung manis dan
terbatasnya modal petani menyebabkan petani membeli benih yang lebih murah
namun tidak berkualitas, sehingga mengakibatkan pertumbuhan tanaman jagung
manis menjadi kurang optimal. Selain itu, petani jagung manis di Desa Gunung
Malang umumnya belum melakukan pemupukan sesuai dengan dosis yang
dianjurkan, sehingga produktivitas jagung manis menjadi tidak optimal. Dapat
diduga bahwa penggunaan pupuk di Desa Gunung Malang kurang efisien.
Serangan penyakit bulai juga mempengaruhi produktivitas jagung manis di
Desa Gunung Malang. Produktivitas jagung manis yang terserang penyakit bulai
akan mengalami penurunan, sehingga dibutuhkan obat-obatan pertanian yang
dapat mengurangi serangan penyakit tersebut. Umumnya keterbatasan modal
menyebabkan petani membeli obat-obatan pertanian dalam jumlah yang lebih
sedikit dari jumlah kebutuhan yang seharusnya, sehingga obat pertanian yang
disemprotkan ke tanaman yang tertular penyakit tidak mampu memberikan
pengaruh yang besar bagi produktivitas jagung manis.
Perputaran modal dari kegiatan usahatani jagung manis digunakan petani
untuk melakukan kegiatan usahatani berikutnya dan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Biaya yang cukup tinggi dalam hal pengadaan sarana produksi untuk
budidaya jagung manis dapat membatasi petani dalam melakukan pembelian
sarana produksi. Hal tersebut dapat menyebabkan usahatani jagung manis di Desa
Gunung Malang menjadi kurang menguntungkan. Suatu kegiatan usahatani yang
kurang menguntungkan dapat membuat petani berpikir untuk menyewakan
lahannya atau bekerja menjadi buruh. Nilai sewa lahan yang berlaku di Desa
Gunung Malang cukup tinggi, begitu pula dengan nilai upah minimum yang
berlaku di Kabupaten Bogor. Tingginya nilai sewa lahan yang berlaku dapat
menjadi salah satu pertimbangan petani responden untuk menyewakan lahannya
daripada menggunakan lahannya untuk melakukan kegiatan usahatani. Upah
minimum Kabupaten Bogor yang tinggi juga menjadi pertimbangan petani
responden untuk beralih menjadi buruh.
Besar kecilnya biaya yang dikeluarkan petani dalam budidaya jagung
manis serta keragaan usahatani yang dilakukan akan mempengaruhi pendapatan
yang diperoleh petani. Analisis usahatani diperlukan untuk melihat pengaruh total
penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan terhadap pendapatan usahatani dari
petani jagung manis di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten
Bogor. Selain itu, analisis balas jasa balas jasa terhadap faktor-faktor produksi
juga perlu dilakukan untuk melihat nilai imbalan yang diperoleh petani responden
terhadap faktor-faktor produksi yang digunakan dalam melakukan usahatani
jagung manis. Analisis balas jasa balas jasa terhadap faktor-faktor produksi dapat
digunakan untuk mengetahui alasan petani responden lebih memilih untuk tetap
mengusahakan budidaya jagung manis daripada menyewakan lahannya atau
beralih untuk bekerja menjadi buruh, meskipun petani mengalami kerugian dari
usahatani jagung manisnya.
8
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini
antara lain:
1. Bagaimana keragaan usahatani dan penggunaan input produksi jagung manis
di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor?
2. Bagaimana pendapatan usahatani jagung manis di Desa Gunung Malang,
Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor?
3. Bagaimana imbangan antara penerimaan dan biaya pada usahatani jagung
manis di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor?
4. Bagaimana balas jasa terhadap faktor-faktor produksi pada usahatani jagung
manis di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dibahas
sebelumnya, maka tujuan penelitian ini antara lain:
1. Mengkaji keragaan usahatani dan penggunaan input produksi jagung manis di
Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.
2. Menganalisis pendapatan usahatani jagung manis di Desa Gunung Malang,
Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.
3. Menganalisis imbangan penerimaan dan biaya pada usahatani jagung manis
di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.
4. Menganalisis balas jasa terhadap faktor-faktor produksi pada usahatani
jagung manis di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten
Bogor.
Manfaat Penelitian
Sehubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka hasil penelitian ini
diharapkan dapat berguna dan memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan informasi kepada petani sebagai pertimbangan dalam upaya
meningkatkan produksi, produktivitas, dan pendapatan dari usahatani jagung
manis.
2. Menjadi bahan informasi untuk pihak-pihak pengambil kebijakan dalam
mencari alternatif pemecahan masalah usahatani jagung manis, khususnya di
wilayah Bogor.
3. Memberikan manfaat bagi pembaca, baik sebagai tambahan pengetahuan
maupun sebagai referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian berjudul Pendapatan Usahatani Jagung Manis di Desa Gunung
Malang Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat ini difokuskan pada pembahasan
mengenai komoditi jagung manis. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
pendapatan usahatani jagung manis di Desa Gunung Malang, Kecamatan
Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Petani yang dijadikan responden pada penelitian ini
terbatas pada petani yang melakukan budidaya jagung manis pada musim tanam
9
2012-2013 di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat. Data yang digunakan adalah data pembelian input dan
penjualan jagung manis pada musim tanam 2012-2013.
Analisis yang digunakan dalam penelitian dibatasi untuk mengkaji
pendapatan usahatani dan balas jasa terhadap faktor-faktor produksi pada
usahatani jagung manis di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya,
Kabupaten Bogor. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Komoditas Jagung
Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2010), tanaman jagung (Zea mays L.)
merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumputrumputan. Jagung merupakan tanaman asli benua Amerika, yang kemudian
tersebar ke benua Asia dan benua Afrika. Daerah yang dianggap sebagai asal
tanaman jagung adalah Meksiko. Tanaman ini tidak memerlukan persyaratan
tanah yang khusus, namun pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan
sinar matahari karena pertumbuhan tanaman jagung yang ternaungi akan
terhambat. Tanaman jagung dapat tumbuh pada daerah-daerah beriklim sedang
hingga daerah beriklim sub-tropis atau tropis basah. Secara garis besar, kegunaan
jagung dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sebagai bahan pangan, pakan
ternak, dan sebagai bahan baku industri (Purwono dan Hartono 2011).
Kandungan Gizi dan Komponen Kimia Jagung
Kandungan utama jagung adalah karbohidrat (60%), dengan kandungan
protein yang lebih tinggi daripada beras yaitu 8%. Diantara tanaman biji-bijian,
kandungan Vitamin A pada jagung merupakan yang paling tinggi yaitu sebesar
440 SI. Jagung, khususnya jagung manis merupakan komoditas pertanian yang
disukai masyarakat karena rasanya yang enak, mengandung karbohidrat, protein,
dan vitamin yang tinggi, serta kandungan lemak yang rendah (Tabel 4). Jagung
manis mengandung kadar gula yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
jagung biasa. Jagung manis umumnya dipanen muda untuk direbus atau dibakar.
Kandungan zat gizi jagung biasa dan jagung manis (tiap 100 gram bahan basah)
dapat dilihat pada Tabel 4.
Pengelompokan Jagung
Tiga kelompok utama jagung yang ditanam di daerah tropis adalah jagung
gigi kuda (dent corn), jagung mutiara (flint corn), dan jagung manis (sweet corn).
Jagung gigi kuda mempunyai lekukan di pucuk biji, karena pati keras terdapat di
pinggir dan pati lembek terdapat di puncak biji. Jagung mutiara berbentuk bulat,
bagian luar bijinya keras dan licin karena terdiri dari pati keras. Jagung mutiara
umumnya berumur genjah, sehingga hasilnya relatif rendah. Jagung manis
mengandung lebih banyak gula daripada pati, sehingga bijinya akan keriput
10
apabila kering. Jagung manis merupakan perkembangan dari jagung gigi kuda dan
jagung mutiara, yang kemudian melalui pemuliaan tanaman diperoleh jenis yang
manis (Purwono dan Hartono 2011). Salah satu varietas jagung manis yang umum
ditanam oleh petani yaitu varietas Sweet Boy. Deskripsi mengenai jagung manis
varietas Sweet Boy dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tabel 4 Kandungan zat gizi jagung biasa dan jagung manis (tiap 100 gram bahan
basah)a
a
Zat Gizi
Satuan
Energi
cal
Protein
Jagung Biasa
Jagung Manis
129.00
96.00
gram
4.10
3.50
Lemak
gram
1.30
1.00
Karbohidrat
gram
30.30
22.80
Kalsium
mg
5.00
3.00
Fosfor
mg
108.00
111.00
Besi
mg
1.10
0.70
Vitamin A
S1
117.00
400.00
Vitamin B
mg
0.18
0.15
Vitamin C
mg
9.00
12.00
Air
gram
63.50
72.70
Sumber: Tim Karya Tani Mandiri (2010).
Budidaya Jagung Manis
Jagung manis termasuk keluarga Graminae dari suku Maydeae yang pada
mulanya berkembang dari jagung gigi kuda (Zea mays indentata) dan jagung
mutiara (Zea mays indurata). Jagung manis mempunyai umur genjah dan
memiliki tongkol yang lebih kecil dibandingkan jagung biasa. Secara fisik
maupun morfologi, tanaman jagung manis sulit dibedakan dengan jagung biasa.
Perbedaan antara kedua jagung tersebut yaitu umumnya terlihat pada warna bunga
jantan (malai) dan bunga betina (rambut). Malai jagung manis berwarna putih,
sedangkan malai pada jagung biasa berwarna kuning kecokelatan. Rambut jagung
manis berwarna putih sampai kuning keemasan, sedangkan pada jagung biasa
berwarna kemerahan (Minarsih 2000).
Jagung manis dapat ditanam di daerah dataran rendah dan tinggi, sampai
ketinggian 900 meter di atas permukaan laut. Daerah dengan ketinggian antara 0600 meter di atas permukaan laut merupakan ketinggian yang optimum bagi
pertumbuhan tanaman jagung, dengan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm per
bulan. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50ºLU hingga 040ºLS. Suhu ideal untuk pertumbuhan jagung manis adalah 21°C-30°C.
11
Jagung manis termasuk tanaman yang tidak memerlukan persyaratan tanah
yang khusus dalam penanamannya. Tanah yang baik untuk pertumbuhan jagung
manis adalah tanah yang subur, gembur, dan kaya akan humus dengan tingkat
keasaman tanah antara 5.6-7.5. Kemiringan tanah yang optimum untuk tanaman
jagung maksimum 8%, karena kemungkinan terjadi erosi tanah sangat kecil.
Keadaan tempat untuk jagung manis sebaiknya di tempat yang terbuka, karena
tanaman jagung manis memerlukan sinar matahari yang cukup banyak dan tidak
tergenang air. Pada musim kemarau, pertumbuhan jagung manis akan lebih baik
jika ditaman di sawah tadah hujan, sedangkan pada musim hujan pertumbuhan
jagung manis akan lebih baik jika ditanam di lahan kering atau tegalan (Tim
Karya Tani Mandiri 2010). Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam budidaya
jagung manis meliputi persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, serta panen
dan pascapanen (Tim Karya Tani Mandiri 2010).
Persiapan Lahan
Lahan yang akan ditanami jagung manis harus bebas dari tanaman sejenis
varietas lain (isolasi), untuk menjamin kemurnian benih yang akan dihasilkan.
Isolasi ada dua cara, yaitu isolasi waktu yang berhubungan dengan saat tanam
dengan tanam jagung varietas lain yaitu sekitar 30 hari, serta isolasi jarak, yang
berhubungan jarak minimal dengan lokasi tanaman jagung varietas lain yaitu
sekitar 400 meter. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi
tertinggi diperoleh melalui pengolahan tanah yang baik dan benar, yaitu dengan
cara dibajak dan digaruk. Dengan melakukan pengolahan tanah, maka akan
diperoleh media yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan akar,
mengurangi keberadaan gulma, serta memperbaiki sirkulasi udara dalam tanah.
Untuk setiap empat meter perlu dibuat saluran air yang berfungsi sebagai
jalur irigasi dan drainase. Kegiatan ini dilakukan minimal 15 hari sebelum tanam.
Akan tetapi, penanaman tanpa olah tanah (TOT) bisa juga dilakukan untuk
mengejar waktu tanam, dengan tetap memperhatikan pembersihan lahan untuk
mengurangi serangan hama atau penyakit sisa dari tanaman terdahulu. Benih yang
digunakan ada dua macam, yaitu benih tanaman jantan yang nantinya akan
dimanfaatkan serbuk sarinya dan benih tanaman betina yang akan dimanfaatkan
tongkolnya untuk benih. Kebutuhan benih jantan adalah 3 Kg/Ha, sedangkan
benih betina sebanyak 9 Kg/Ha.
Penanaman
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanaman adalah split tanam
antara jantan dan betina, perbandingan populasi jantan dan betina, jarak tanam,
penugalan, dan jumlah benih per lubang.
Pemisahan waktu tanam dilakukan dengan cara menanam benih jantan terlebih
dahulu dan diberi tanda patok berbendera, kemudian 6 hari kemudian
dilakukan penanaman benih betina.
Perbandingan populasi jantan dengan betina adalah 1:4.
Jarak tanam antar betina adalah 75 x 25 cm. Jarak baris betina dengan baris
jantan adalah 50 cm.
Lahan ditugal dengan kedalaman 5 cm, kemudian benih dimasukkan satu
benih perlubang dan ditutup dengan abu atau sekam.
12
Penanaman benih jagung manis dilakukan dengan cara ditugal atau digarit,
kemudian ditaburkan furadan di atas benih sebanyak 0.5 gram per lubang tanam.
Selanjutnya perlu ditaburkan NPK dengan jarak 10 cm dari biji jagung sebanyak 2
gram per lubang tanam. Berikut ini merupakan tindakan yang harus dilakukan
untuk menjaga kualitas tanaman jagung manis.
7-15 hari setelah tanam dilakukan penyulaman, pemberian pupuk ZA 150 kg
per hektar, SP-36 300 kg/Ha, bila diperlukan maka semprot dengan PPC atau
insektisida nabati.
25-30 hari setelah tanam dilakukan penyiangan sekaligus pengguludan,
apabila diperlukan maka perlu ditaburkan kembali Furadan pada titik tumbuh
sekitar 5 butir per tanaman, kemudia disemprot dengan PPC.
40-45 hari setelah tanam dilakukan pemupukan dengan KCL atau KNOɜ.
Selain itu, dapat dilakukan penyemprotan apabila terdapat hama.
50-55 hari setelah tanam, mulai seleksi tongkol atau pohon jagung.
Penyemprotan pada ketiak daun dilakukan apabila diperlukan. Pada saat ini,
perlu diusahakan agar kebun tidak terganggu, karena akan mempengaruhi
proses persarian.
75-80 hari setelah tanam merupakan waktu pemetikan.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan pengairan, dangir dan
bumbun, mencabut tanaman tipe simpang, serta pengendalian hama dan penyakit.
1. Pemupukan
Pupuk yang digunakan adalah pupuk campuran antara ZA, SP-36, dan KCl
dengan perbandingan dosis per hektar adalah 280:210:35. Pemupukan
dilakukan dalam tiga aplikasi berturut-turut, yaitu:
Umur 0 hari setelah tanam dengan dosis ZA, SP-36, dan KCl adalah
70:140:35, pada jarak 5 cm dari lubang dan ditutup kembali.
Umur 15 hari setelah tanam dengan ZA 150 kg per hektar dan SP-36
sebanyak 300 kg/Ha, pada jarak 10 cm dari lubang tanam dan ditutup
kembali.
Umur 45 hari setelah tanam dengan dosis KCl sebanyak 140 kg, pada
jarak 10 cm dari lubang tanam dan ditutup kembali.
2. Pengairan
Lahan perlu diberi pengairan tiga hari sebelum tanam untuk menciptakan
kondisi tanah yang lembab dan hangat, sehingga mempercepat terjadinya
perkecambahan benih serta ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Pengairan
diberikan sesuai kebutuhan. Pengairan dilakukan setelah melakukan kegiatan
pemupukan. Jadwal pengairan yang dianjurkan adalah -3, 15, 30, dan 45 hari
setelah tanam.
3. Dangir dan Bumbun
Pendangiran adalah usaha untuk mengurangi keberadaan gulma di areal
tanaman, yang berpotensi sebagai kompetitor bagi tanaman jagung manis.
Dangir dilakukan sebelum perlakuan pemupukan, yaitu pada umur 21 dan 28
hari setelah tanam. Membumbun adalah usaha untuk memperbaiki sirkulasi
udara serta membantu pertumbuhan perakaran tanaman.
13
4. Cabut Bunga (Detaseling)
Yang dimaksud adalah mencabut bunga jantan tanaman betina saat tanaman
berumur antara 40-50 hari setelah tanam. Pekerjaan ini dilakukan pada pagi
hari mulai pukul 06.00 wib sampai selesai dan diulangi sebanyak 7-10 hari
sampai tidak terdapat bunga jantan di tanaman betina.
5. Babat Jantan
Tanaman jantan harus dibabat untuk menghindari tercampurnya buah jantan
pada saat panen. Hal ini dapat dilihat dengan adanya ciri-ciri rambut pada
tongkol jagung yang sudah kering dan berwarna kecoklatan. Kegiatan ini
dilakukan satu hari, yaitu pada umur 65 hari setelah tanam.
6. Mencabut Tanaman Tipe Simpang
Kegiatan membuang tanaman yang bersifat menyimpang perlu dilakukan.
Tanaman yang bersifat menyimpang memiliki penampilan yang terlalu subur
dengan daun yang lebar, warna pangkal batang yang merah, serta warna bunga
yang merah. Perlakuan ini dilakukan pada tanaman jantan maupun betina,
untuk menjaga kemurnian induk sebagai penghasil benih. Pengontrolan setiap
minggu perlu dilakukan.
7. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama
a. Lalat Bibit (Atherigona exigua S.)
Gejala serangan hama ini pada saat tanaman berumur 7-14 hari setelah
tanam, dengan gejala daun berubah menjadi kekuning-kuningan,
disekitar gigitan atau bagian yang diserang mengalami pembusukan
yang pada akhirnya tanaman menjadi layu dan pertumbuhan tanaman
menjadi kerdil atau mati.
b. Ulat pemotong dan Penggerek Buah
Contoh ulat pemotong adalah Agrotis sp. dan Spodoptera litura.
Contoh ulat penggerek buah adalah Helicoverpa armigera. Gejala
serangan ditandai dengan adanya bekas gigitan pada batang dan
adanya tanaman muda yang roboh.
Penyakit
a. Penyakit Bulai (Downy mildew)
Disebabkan oleh cendawan peronosporta maydis yang berkembang
pesat pada suhu udara 27°C atau lebih, serta pada keadaan udara yang
lembab. Gejala serangan adalah pada tanaman umur 2-3 minggu, daun
runcing dan kaku, pertumbuhan terhambat, warna daun kuning, dan
terdapat spora berwarna putih pada sisi bawah daun.
b. Penyakit Bercak Daun
Disebabkan oleh jamur Helminthosporium sp, dengan gejala adanya
bercak memanjang berwarna kuning dikelilingi warna kecokelatan.
Semula, bercak tampak basah kemudian berubah warna menjadi coklat
kekuningan dan akhirnya menjadi coklat tua.
c. Penyakit Gosong Bengkak
Disebabkan oleh jamur Ustilago sp. yang menyerang biji, sehingga
menyebabkan pembengkakan yang mengakibatkan pembungkus
menjadi rusak.
14
d. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebabnya adalah jamur Fusarium atau Giberella zeae. Penyakit ini
dapat diketahui setelah klobot dibuka. Biji-biji yang terserang
berwarna merah jambu atau merah kecokelatan, kemudian akan
berubah warna menjadi coklat sawo matang.
Panen dan Pascapanen Budidaya Jagung Manis
Panen jagung manis dilakukan sekitar umur 75-80 hari setelah tanam.
Pada saat tersebut, buah tanaman sudah dikatakan masak secara fisiologis dengan
ciri-ciri daun dan kelobot sudah mengering (menguning), bila kelobot dibuka biji
sudah tampak kisut 100%, serta ada black layer pada daerah titik tumbuh. Teknis
panen dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Kelobot pembungkus buah dikupas dengan cara disobek dengan tangan.
2. Seleksi buah, dengan cara dipisahkan antara buah normal dengan yang masih
muda dan sudah busuk. Buah yang muda dipisahkan untuk kemudian dijemur
dahulu. Sedangkan buah yang busuk dibuang dan tidak dijual.
3. Buah-buah normal dimasukkan ke dalam tempat yang sudah disiapkan, untuk
kemudian ditimbang dan dijual.
Panen jagung manis sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Udara panas
cenderung dapat mengurangi kandungan gula pada biji jagung manis. Untuk
mempertahankan kadar gula lebih lama, selepas panen dari kebun harus segera
masuk ke ruang pendingin pada temperatur 1°C-5°C yang akan mempertahankan
kemanisan hingga 10 hari. Hal yang paling ideal untuk dilakukan setelah panen
yaitu dengan perlakuan khusus. Setelah panen, jagung langsung diangkut ke
gudang atau ruang pendingin dan langsung dilakukan penyortiran dan
pengemasan dengan plastic roping film. Plastik ini berfungsi untuk menjaga
kelelmbaban, mencegah kehilangan air, serta memperpanjang kesegaran jagung
manis.
Jagung manis yang masuk ke dalam grade A harus memiliki berat antara
300-500 gram per buah dengan bentuk tongkol mulus dan mengkilat. Sedangkan
untuk grade B memiliki ukuran kurang dari 300 gram atau lebih dari 500 gram
dengan bentuk tidak mulus, bii jagung ada yang tidak sempurna. Sebagian besar
jagung yang dijual di supermarket bukan dilakukan langsung oleh petani,
melainkan dilakukan oleh pemasok. Hal tersebut dapat terjadi karena petani belum
mampu memenuhi kualitas, kuantitas, dan kontinuitas yang diinginkan oleh
supermarket. Selain itu petani juga belum memiliki informasi dan akses pasar
yang baik untuk menjual produknya.
Studi Empiris mengenai Jagung Manis
Jagung manis umumnya ditanam dengan menggunakan pola tanam
tumpangsari dengan tanaman ubi jalar. Hasil penelitian di Kebun Percobaan
Sindangbarang, University Farm, Institut Pertanian Bogor menunjukkan bahwa
perlakuan waktu tanam jagung manis memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap panjang batang ubi jalar, jumlah cabang, dan jumlah daun. Waktu tanam
jagung manis juga berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, lingkar
batang, dan jumlah daun jagung manis. Tumpangsari dengan ubi jalar nyata
15
menurunkan bobot brangkasan jagung manis per petak, bobot jagung berkelobot
per petak, bobot jagung tanpa kelobot per petak, bobot jagung berkelobot per
tanaman, dan jumlah jagung per petak.
Perlakuan monokultur baik ubi jalar maupun jagung manis menghasilkan
pertumbuhan dan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pola tanam
tumpangsari. Namun, jagung manis dan ubi jalar masih dapat ditanam secara
tumpangsari jika keduanya ditanam pada saat yang bersamaan. Pada sistem tanam
tumpangsari, semakin lama jagung manis ditanam, maka akan semakin
menguntu