KEANEKARAGAMAN SERANGGA DI HUTAN SIKULIKAP DESA DOULU PASAR KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO.
KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA DI HUTAN
SIKULIKAP DESA DOULU PASAR KECAMATAN
BERASTAGI KABUPATEN KARO
Oleh :
Risnawati Br Ginting
NIM. 4113220029
Program Studi Biologi
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Sains
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015
J udul Skripsi
: Keanekaragaman
Jenis
Serangga
Di Hutan
Sikulikap Desa
Doulu
Pasar
Kecamatan
Berastagi Kabupaten Karo
Nama Mahasiswa
: Risnawati Br Ginting
NIM
: 4113220029
Program
: Biologi
Jurusan
: Biologi
Menyetujui:
~Me;psi
Drs. Hudson Sidabutar, M.Si
NIP.1960052619860011 001
Mengetahui:
FMIPA UNIMED
Dekan,
J urusan Biologi
Ketua,
Drs.Zulkifli Si atupang, M.Pd
NIP.1966051619920310001
Tanggal Lulus : 27 Maret 2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
berkat dan kasihNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan
penulisan skripsi ini dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan. Skripsi
ini berjudul “Keanekaragaman Serangga Di Hutan Sikulikap Desa Doulu Pasar
Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo” sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains di FMIPA Biologi Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Drs. Hudson Sidabutar, MS., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing
Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran sejak
dimulainya penulisan proposal penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini.
Terima kasih kepada Bapak Drs. Lazuardi, M.Si., Bapak Drs. Puji Prastowo,
M.Si., Bapak Drs. Nusyirwan, M.Si., selaku dosen penguji yang telah banyak
membantu memberikan saran dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih Kepada
Bapak Drs. Zulkifli Simatupang, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Bioligi.
Teristimewa ucapan terima kasih yang tidak pernah terbatas kepada
Ayahanda Raskita Ginting dan Ibunda Dameria Br Karo yang telah mendidik,
memotivasi, mendoakan saya dengan penuh cinta kasih sampai saat ini.
Terimakasih juga buat adik tersayang Joy Fransisko Ginting yang telah
mendoakan, memotivasi dan banyak membantu selama penelitian.
Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan Biologi ND 2011, untuk
sahabat-sahabat saya (Doni, Eva, Ribka) yang telah memberikan semangat dan
dukungan, K’Erayati Ginting atas motivasi dan doanya, Dora, Arta, Rina, Andi
Andrean, Yahya Pintor, K’Feny, K’Irma, Arihta, Rahel, teman-teman Permata
Jl.Udara yang telah memotivasi dan mendoakan saya serta memberikan dukungan
dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih untuk Defanan Brahmana, Yosa, Candra,
Gita, kak Lita, B’Indra, B’Ihsan, Rinaldi Ginting, Harta atas doa, motivasi, dan
bantuan selama penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada dalam
penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang
membangun demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat member
manfaat.
Medan, Maret 2015
Risnawati Br Ginting
Nim. 4113220029
KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA DI HUTAN SIKULIKAP
DESA DOULU PASAR KECAMATAN BERASTAGI
KABUPATEN KARO
RISNAWATI BR GINTING (4113220029)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan, keanekaragaman, indeks
keanekaragaman, indeks keseragaman, indeks dominansi serangga , dan faktor
fisika-kimia lingkungan pada Hutan Sikulikap di Desa Doulu Pasar Kecamatan
Berastagi Kabupaten Karo. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif survey.
Pengambilan sampel dilakukan selama 3 kali pengulangan. Pemeriksaan sampel
dilakukan di Laboratorium Biologi FMIPA UNIMED. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat 15 jenis serangga, termasuk ke dalam 6 ordo
(Hymenoptera, Coleoptera, Orthoptera, Diptera, Lepidoptera, Hemiptera) dan 14
famili (Sphecidae, Formicidae, Ostomatidae, Rutelidae, Sthaphylinidae,
Histeridae, Gryllidae, Tettigoniidae, Mycetophilidae, Bombiliidae, Culicidae,
Noctuoidae, Pieridae dan Cicadidae). Kelimpahan total serangga sebanyak 488
individu, serangga yang paling banyak ditemukan ialah dari family Formicidae
yaitu 295 individu. Indeks keanekaragaman tertinggi pada Hutan Sikulikap
ditemukan pada metode pitfall trap yaitu 1.7255, Kelimpahan relative yaitu
ditemukan pada metode YSt yaitu Angka tertinggi terdapat pada YST yaitu
0,998%, indeks dominansi paling tinggi didapat pada jebakan light trap yaitu
0.6543, indeks keseragaman paling tinggi didapatkan pada jebakan yellow sticky
trap yaitu 0.7956 Faktor fisika kimia lingkungan pada saat penelitian di Hutan
Sikulikap kisaran rata-rata suhu udara 220 C, kelembaban udara 71,1%, pH tanah
6,2, kelembaban tanah 3,5% serta curah hujan 5,6mm.
DIVERSITY OF INSECTS IN FOREST SIKULIKAP
DOULU PASAR VILLAGE DISTRICT BERASTAGI
KARO DISTRICT
RISNAWATI BR GINTING (4113220029)
ABSTRACT
This study aims to determine the abundance, diversity, diversity index, uniformity
index, dominance index insects, and physico-chemical factors in the environment
Sikulikap Forest Village Market Doulu Berastagi District of Karo. This study used
a descriptive survey method. Sampling was carried out for 3 repetitions.
Examination of samples conducted in Biological Science Laboratory UNIMED.
The results showed that there were 15 species of insects, including into 6 order
(Hymenoptera, Coleoptera, Orthoptera, Diptera, Lepidoptera, Hemiptera) and 14
families (Sphecidae, Formicidae, Ostomatidae, Rutelidae, Sthaphylinidae,
Histeridae, Gryllidae, Tettigoniidae, Mycetophilidae, Bombiliidae , Culicidae,
Noctuoidae, Pieridae and Cicadidae). Total abundance of insects as much as 488
people, the most common insects of the family Formicidae which is 295
individuals. The highest diversity index on Forest Sikulikap found in pitfall trap
method is 1.7255, which is found in relative abundance YST method which is
highest figure in the YST is 0.998%, the highest dominance index obtained in the
light trap trap is 0.6543, the highest uniformity index was found in a trap Yellow
sticky traps are 0.7956 Factor chemical physics research environment at the time
in Forest Sikulikap average range air temperature of 220 C, 71.1% air humidity,
soil pH 6.2, 3.5% of soil moisture and rainfall 5,6mm.
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Halaman
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
v
Daftar Isi
vii
Daftar Gambar
x
Daftar Tabel
xi
Daftar Lampiran
xii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1
1.2.Ruang Lingkup
3
1.3.Batasan Masalah
3
1.4.Rumusan Masalah
4
1.5.Tujuan Penelitian
4
1.6.Manfaat Penelitian
5
1.7.Defenisi Operasional
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Ekologi Serangga
6
2.2. Keanekaragaman Serangga
7
2.3. Deskripsi Serangga
8
2.4. Struktur Morfologi Serangga
9
2.4.1.Struktur Tubuh Serangga
9
2.4.2. Kepala
9
2.4.2.1 Antena
9
2.4.2.2. Bagian-bagian Mulut
10
2.4.3. Toraks
10
2.4.3.1. Kaki
10
2.4.3.2. Sayap
10
2.4.4. Abdomen
11
2,5. Klasifikasi Serangga
11
2.6. Peranan Serangga bagi Manusia dan Lingkungan
17
2.6.1. Pengurai Bahan Organik
17
2.6.2. Penyerbuk
17
2.6.3.Sebagai Bioindikator
17
2.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Populasi
18
2.7.1. Suhu Udara
18
2.7.2.Kelembaban Udara
19
2.7.3. Angin
19
2.7.4. Cahaya, Warna dan Bau
20
2.8. Ekosistem Hutan
20
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
22
3.2. Populasi dan Sampel
22
3.3. Alat dan Bahan
22
3.4. Teknik Pengumpulan Data
23
3.4.1. Metode Penelitian
23
3.4.2. Jenis dan Sumber Data
25
3.4.3. Prosedur Kerja
26
3.5. Analisis Data
28
3.5.1. Kelimpahan Serangga
28
3.5.2. Indeks Dominansi
28
3.5.3. Indeks Keanekaragaman
29
3.5.4. Indeks Keseragaman
29
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
31
4.1.1. Faktor Fisika-kimia Lingkungan
31
4.1.2. Keanekaragaman Serangga pada Hutan Sikulikap
32
4.1.3. Kelimpahan Serangga
33
4.1.4. Indeks Keanekaragaman
34
4.1.5. Indeks Dominansi
35
4.1.6. Indeks Keseragaman
35
4.2. Pembahasan
36
4.2.1. Kelimpahan
36
4.2.2. Keanekaragaman Serangga
36
4.2.3. Indeks Dominansi
37
4.2.4. Indeks Keseragaman
38
4.2.5. Faktor Fisika Kimia Lingkungan
38
4.2.5.1. Suhu Udara
38
4.2.5.2. Kelembaban Udara
39
4.2.5.3. pH Tanah
39
4.2.5.4. Kelembaban Tanah
40
4.2.5.5. Curah Hujan
40
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
41
5.2. Saran
42
DAFTAR PUSTAKA
43
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1.
Hasil pengukuran suhu udara, kelembaban udara,
31
pH tanah, kelembaban tanah, dan curah hujan.
Tabel 4.2.
Kelimpahan, Indeks Dominansi, Indeks Keanekaragaman 32
dan Keseragaman Serangga di Hutan Sikulikap
DAFTAR GAMBAR
Halaman
12
Gambar 2.1.
Acerentulus barberi
Gambar 2.2.
Lepisma saccharina
12
Gambar 2.3
Campodea sp
13
Gambar 2.4.
Entomobrya laguna
13
Gambar 2.5.
Anisomorpha
14
Gambar 2.6.
Anisolabis sp
14
Gambar 2.7.
Embia major
15
Gambar 2.8.
Reticuli termes
15
Gambar 2.9.
Platycotis sp
16
Gambar 2.10. Libellula sp
16
Gambar 3.1.
Metode pitfall trap
23
Gambar3.2.
Metode yellow sticky trap
24
Gambar 3.3.
Metode Light Trap
25
Gambar 4.1.
Grafik indeks keanekaragaman
34
Gambar 4.2.
Grafik Indeks Dominansi
34
Gambar 4.3.
Grafik indeks keseragaman
35
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Serangga merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang harus
dijaga kelestariannya dari kepunahan maupun penurunan ragam jenisnya.
Serangga memiliki beberapa nilai penting antara lain nilai ekologi, endemisme,
konservasi, pendidikan, budaya, estetika, dan ekonomi (Little, 1957). Penyebaran
serangga dibatasi oleh faktor-faktor geologi dan ekologi yang cocok, sehingga
terjadi perbedaan keragaman jenis serangga. Perbedaan ini disebabkan adanya
perbedaan iklim, musim, ketinggian tempat, serta jenis makanannya (Borror &
Long, 1996).
Dalam Speight et. Al (1999) mengatakan bahwa serangga merupakan
bioindikator kesehatan hutan. Penggunaan serangga sebagai bioindikator akhirakhir ini dirasakan semakin penting dengan tujuan utama untuk menggambarkan
adanya keterkaitan dengan kondisi faktor biotik dan abiotik lingkungan. Sejumlah
kelompok serangga seperti kumbang (terutama kumbang pupuk), semut, kupukupu dan rayap memberikan respons yang khas terhadap tingkat kerusakan hutan
sehingga memiliki potensi sebagai spesies indicator untuk mendeteksi perubahan
lingkungan akibat konservasi hutan oleh manusia yang sekaligus menjadi
indicator kesehatan hutan.
Hutan adalah suatu wilayah yang memiliki banyak tumbuh-tumbuhan
lebat yang berisi antara lain pohon, semak, paku-pakuan, rumput, jamur dan lain
sebagainya serta menempati daerah yang cukup luas. Hutan berfungsi sebagai
penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus
hidrologika, dan pelestari tanah serta merupakan salah satu aspek biosfer bumi
yang paling penting (Arief, 2001).
Dari segi pengelolaan hutan, peranan serangga perlu diarahkan kepada
pendugaan seberapa jauh serangga tertentu atau dalam hubungan simbiosis yang
seperti apakah sehingga serangga mempunyai peran sebagai spesies indikator,
untuk memprediksi tingkat kepunahan spesies lain atau perubahan mikro
lingkungan, habitat maupun ekosistem tertentu. Penggunaan bioindikator akhir-
akhir ini dirasakan semakin penting dengan tujuan utama untuk menggambarkan
adanya keterkaitan antara faktor biotik dan abiotik lingkungan. Bioindikator
(Indikator
biologi) adalah
jenis
atau
populasi
tumbuhan,
hewan
dan
mikroorganisme yang kehadiran, vitalitas dan responnya akan berubah karena
pengaruh kondisi lingkungan. Setiap jenis akan memberikan respon terhadap
perubahan lingkungan tergantung dari stimulasi (rangsangan) yang diterimanya.
Respon yang diberikan mengindikasikan perubahan dan tingkat pencemaran yang
terjadi di lingkungan tersebut dimana respon yang diberikan dapat bersifat sangat
sensitif, sensitif atau resisten (Speight et.al., 1999). Alfaro dan Singh (1997)
melaporkan bahwa kelimpahan invertebrata (yang didominasi oleh serangga) pada
kanopi hutan umumnya lebih tinggi pada hutan-hutan yang belum rusak yang
menunjukkan bahwa mereka merupakan bioindikator yang ideal terhadap
kesehatan hutan.
Ruslan., H (2009) dalam penelitiannya melaporkan pada hutan homogen
keanekaragam lebih tingi dibanding hutan heterogen. Tingginya indeks
keanekaragaman pada hutan homogen hal ini disebabkan pada hutan homogen
vegetasi herba yang merupakan tempat hidup dan sumber makanan bagi serangga
permukaan tanah, lebih beragam dan rimbun bila dibandingankan dengan vegetasi
heterogen. Pada hutan homogeny tutupan kanopi dari vegetasi kurang rapat
sehinga penetrasi sinar matahari lebih banyak, sehingga vegetasi herba atau
rumput yang membutuhkan sinar matahari untuk kehidupan dapat dipenuhi.
Sedangkan pada hutan heterogen tutupan kanopi lebih rapat, penetrasi sinar
matahari lebih kurang. Hal ini yang menyebabkan indeks keanekaragaman lebih
tinggi
Sesuai penelitian Koneri, R., (2010) mengatakan pada tempat yang lebih
tinggi kekayaan spesies dan kelimpahan spesies lebih rendah. Perbedaan
ketinggian akan menyebabkan perbedaan iklim (seperti suhu, kelembaban dan
curah hujan) dan pola penyebaran vegetasi. Subekti, N (2013) menemukan 19
jenis serangga di Hutan Tinjomoyoyang merupakan Hutan Wisata di Jawa
Tengah. Lebih lanjut Patang (2010) ada menemukan 322 jenis serangga di hutan
bekas tambang di Kutai Kalimantan Timur.
Hutan Sikulikap terletak di Desa Doulu Pasar Kecamatan Berastagi
Kabupaten Karo. Hutan ini merupakan salah satu akses jalan yang dapat dilalui
untuk menuju Air Terjun Sikulikap. Disekeliling air terjun adalah hutan tropis
lebat, dengan tonjolan dinding-dinding cadas pada beberapa tempat (Anonim,
2009).
Penelitian serangga belum pernah dilakukan di hutan ini, sehingga perlu
dilakukan penelitian ang bertujuan untuk melihat keanekaragaman jenis serangga
di Hutan Sikulikap Desa Doulu Pasar Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.
Penelitian keanekaragaman jenis serangga di Hutan Sikulikap merupakan bentuk
upaya dalam menambah pengetahuan tentang kekayaan alam/keanekaragaman di
Indonesia khususnya Kabupaten Karo.
1.2. Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakang tersebut maka ruang lingkup masalah dalam
penelitian ini mencakup tentang keanekaragaman jenis serangga di Hutan
Sikulikap Desa Doulu Pasar Kecamatan Berastagi Kaupaten Karo. Dalam hal ini
menyangkut keanekaragaman, kelimpahan, keseragaman dan faktor fisika-kimia
lingkungan.
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Tempat penelitian akan dilakukan di Hutan Sikulikap Kecamatan
Berastagi Kabupaten Karo.
b. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan
metode transek.
c. Faktor Fisika-Kimia yang dikaji adalah kelembaban, suhu udara dan pH
tanah.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan adapun yang menjadi
rumusan masalah yang akan di ungkap dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana kelimpahan serangga pada Hutan Sikulikap Kecamatan
Berastagi Kabupaten Karo.
b. Bagaimana tingkat dominansi serangga pada Hutan Sikulikap Kecamatan
Berastagi Kabupaten Karo.
c. Bagaimana indeks keanekaragaman serangga pada Hutan Sikulikap
Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.
d. Bagaimana tingkat keseragaman Serangga pada Hutan Sikulikap
Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.
e. Bagaimana Kondisi fisika-kimia pada Hutan Sikulikap Kecamatan
Berastagi Kabupaten Karo.
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui kelimpahan serangga pada Hutan Sikulikap
Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.
b. Untuk mengetahui tingkat dominansi serangga pada Hutan Sikulikap
Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.
c. Untuk mengetahui indeks keanekaragaman serangga pada Hutan
Sikulikap Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.
d. Untuk mengetahui tingkat keseragaman Serangga pada Hutan
Sikulikap Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.
e. Untuk mengetahui Kondisi fisika-kimia pada Hutan Sikulikap
Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaatdari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sebagi salah satu bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan yang
berkaitan dengan dengan penataan ruang, pengelolaan hutan dan konservasi
keanekaragaman hayati.
b. Dapat dijadikan sebagai sumber rujukan atau sebagai perbandingan dalam
melakukan penelitian.
1.7.Defenisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan persepsi dan istilah-istilah yang digunakan,
berikut ini adalah defenisi operasional yang dipakai dalam penelitian ini:
a. Serangga: Serangga merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang
harus dijaga kelestariannya dari kepunahan maupun penurunan ragam
jenisnya.
b. Hutan: Hutan adalah suatu wilayah yang memiliki banyak tumbuhtumbuhan lebat yang berisi antara lain pohon, semak, paku-pakuan,
rumput, jamur dan lain sebagainya serta menempati daerah yang cukup
luas.
c. Keanekaragaman: Variasi semua makhluk hidup yang terdapat disuatu
habitat yang diukur dengan indeks keanekaragaman Shanon-Wienner (H’).
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Hutan Sikulikap Desa Doulu Pasar
Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo, maka kesimpulan yang didapatkan adalah
sebagai berikut:
Hasil dari indeks keanekaragaman, kelimpahan, indeks dominansi, dan
indeks keseragaman serangga pada Hutan Sikulikap yaitu:
a. Rata-rata indeks keanekaragaman yaitu 1.2543 dikategorikan sedang.
Indeks keanekaragaman serangga di hutan sikulikap paling tinggi
ditemukan pada perangkap pitfall trap yaitu 1.7255 (Kategori sedang),.
Indeks keanekaragaman terendah didapat pada jebakan light trap yaitu
0.6118 (dikategorikan rendah).
b. Kelimpahan serangga pada penelitian ini menggunakan metode pitfall
trap, light trap dan yellow sticky trap. Angka tertinggi terdapat pada
Pitfall trap yaitu 115.663, Sedangkan kelimpahan terrendah yaitu
terdapat pada metode YST yaitu 11.664 individu dan didominasi oleh
Polyrhachis abdominalis.
c. Rata-rata indeks dominansi yang diperoleh yaitu 0,4523 dikategorikan
indeks dominansi sedang. Indeks dominansi paling tinggi didapat pada
jebakan light trap yaitu 0.6543 (kategori sedang). Indeks dominasi
paling rendah didapatkan pada Yellow sticky trap yaitu 0.3077,
(kategorikan rendah).
d. Rata-rata indeks keanekaragaman adalah 0,6233 dikategorikan sedang.
Dimana indeks keseragaman paling tinggi didapatkan pada jebakan
yellow sticky trap yaitu 0.7956 dan indeks keseragaman paling rendah
berada pada jebakan light trap yaitu 0.3801.
e. Kondisi fisika-kimia lingkungan yang diperoleh adalah sebagai
berikut: Kisaran suhu udara pada kebun kakao tersebut berkisar 210C 230C, dengan kelembaban udara berkisar 70% - 72%. Pada Hutan
Sikulikap dipasang jebakan pitfall trap pada pH tanah berkisar 6-6,5,
dengan kelembaban tanah berkisar 2,5-4,5%. Serta data curah hujan
yang didapatkan dari Badan Meteorologi dan Geofisika yang terletak
di Kutagadung Kecamatan Berastagi selama penelitian adalah 5,6 mm.
5.2. Saran
1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka Hutan Sikulikap perlu
dilakukan upaya konservasi untuk pelestarian kawasan. Perlunya perhatian
yang lebih lagi dari masyarakat dan instansi yang terkait guna pelestarian
kawasan Hutan Sikulikap.
2. .Perlu
dilakukan
adanya
penelitian
lanjutan
untuk
mengetahui
keanekaragaman dan kelimpahan serangga di Hutan Sikulikap berdasarkan
jenis tanaman yang ada di hutan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Alfaro, R.I.,& Singh,P., 1997, Forest Health Management : A Changing
Persfective
Anonim,(2009),SampurenSikulikap,https://sites.google.com/site/wisataairterjun/s
umatera-utara/air-terjun-sikulikap.
Anonim,
(2010),
Majalah
http://ilmuserangga.word
press.com
Komunitas
Pemerhati
Serangga,
Anonim,(2012), Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kehidupan Serangga,
http://kuliahagribisniselin.blogspot.com/2012/03/faktor-faktor-yangmempengaruhi.html
Arief A, (2001). Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Borror, D.j dan De Long D.M, (1996). An Introduction to the Study of Insect.
Sounders College Publishing.
Fransina, S.L. dan Illa Anggreni, (2010), Diversitas Coleoptera dalam Kawasan
Hutan Lindung Sirimau Kota Ambon, Seminar Nasional Biologi, Fakultas
Biologi UGM, Yogyakarta.
Hidayat; Otong; Sutarno; Nono; Suhara; Sanjaya dan Yayan. (2004). DasarDasar Entomologi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Heddy, S. dan M, Kurniaty., (1996), Prinsip-Prinsip Dasar Ekologi. PT Raja
Grafindo, Jakarta.
Jumar, (2000), Entomologi Pertanian, Rineka Cipta, Jakarta
Koneri,
R.,
dkk,
(2010),
Keanekaragaman
Kumbang
Lucanid
(Coleoptera:Lucanidae) Pada Berbagai Ketinggian Tempat di Hutan
Konsensi Unocal Gunung Salak, Jawa Barat.
Kramadibtara, I., (1995), Ekologi Hewan. ITB, Bandung.
Kurnia, Sari, F., (2012), Analisis Komparasi Usaha Tani Padi Organik dan
Anorganik di Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen, SKRIPSI, Salatiga,
Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Keristen Satya Wacana.
Lilies, C., 1991. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius, Yogyakarta
Little, F. (1957), General And Applied Entomology. Texas: Texas University.
Mukayat, D.B., (1994), Zoologi Dasar, Jakarta : Erlangga
Notohadiprawiro, T. (1981). Pemapanan Agroforesty Selaku Bentuk Pemanfaatan
Lahan Menurut Kriteria Pengawetan Tanah dan Air. Seminar Agroforestry
dan Pengendalian Perladangan. Yogyakarta: UGM
Partaya. (2002). Komunitas fauna tanah dan analisis bahan organic di TPA Kota
Semarang. Seminar Nasional: Pengembangan Biologi Menjawab
Tantangan Kemajuan
IPTEK, tanggal 29 April 2002. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Patang F, 2010, Keanekaragaman Takson Serangga pada Areal Hutan Bekas
Tambang Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Bioprospek. Vol.7 (1): 8089pp
Perangin-angin, G., (2009), Kajian Fauna Dan Flora Dari Kawasan Ekowisata
Tangkahan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Green Biom:123
Rahmawaty. (2004). Study Keanekaragaman mesofauna tanah di kawasan Hutan
Wisata Alam Sibolangit. Medan: Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara
Raihana. 1994. Pengaruh Jarak Tanan dalam Tumpangsari Sawi dengan Tomat
Terhadap Serangan Ulat Daun Plutella xylostella Linn. Fakultas Pertanian.
Unversitas Lambung Mangkurat. BANJARBARU.
Ruslan H, (2009), Komposisi dan Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah
pada Habitat Hutan Homogen dan Heterogen di Pusat Pendidikan
Konservasi Alam (PPKA) Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat.
Sihite, Ester., (2011), Ekologi Serangga Pada Tanaman Kopi Di Desa Sileang
Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan, Skiripsi,
FMIPA UNIMED, Medan
Speight M.R; Hunter M.D dan Watt A.D. 1999. Ecology of Insects, Consepts and
Applications. Blackwell Science, Ltd.
Subekti N., (2013), Keanekaragaman Jenis Serangga Di Hutan Tinjomoyo Kota
Semarang, Jawa Tengah (Insect Diversity Of Tinjomoyo Forest Semarang
City, Central Java).
Sugiarto, (2003), Teknik Sampling, PT.SUN, Jakarta
Sukarsono. (2012). Pengantar Ekologi
Muhammadiyah. Malang Press
hewan.
Malang:
Universitas
Suwiryo, 2006. Spesifikasi Serangga.diakses Maret 2012. Yogyakarta.
Way, M.J., K.C. Khoo. (1992). Role of ants in pest management. Annu. Rev.
Entomol. 37: 479-503
Widiarta, I., N. Kusdiaman, D., dan Suprihanto, (2006), Keragaman Arthropoda
Pada Padi Sawah Dengan Pengelolaan Tanaman Terpadu, Jurnal HPT.
Tropika, 06 (02) : 61-69
Yuniarti,N,. (2012), Keanekaragaman dan Distribusi Bivalvia dan Gastropoda
(Molusca) di pesisir Glayem Jatinyuar Indramayu Jawa Barat, SKRIPSI,
Bogor, IPB.
SIKULIKAP DESA DOULU PASAR KECAMATAN
BERASTAGI KABUPATEN KARO
Oleh :
Risnawati Br Ginting
NIM. 4113220029
Program Studi Biologi
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Sains
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015
J udul Skripsi
: Keanekaragaman
Jenis
Serangga
Di Hutan
Sikulikap Desa
Doulu
Pasar
Kecamatan
Berastagi Kabupaten Karo
Nama Mahasiswa
: Risnawati Br Ginting
NIM
: 4113220029
Program
: Biologi
Jurusan
: Biologi
Menyetujui:
~Me;psi
Drs. Hudson Sidabutar, M.Si
NIP.1960052619860011 001
Mengetahui:
FMIPA UNIMED
Dekan,
J urusan Biologi
Ketua,
Drs.Zulkifli Si atupang, M.Pd
NIP.1966051619920310001
Tanggal Lulus : 27 Maret 2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
berkat dan kasihNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan
penulisan skripsi ini dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan. Skripsi
ini berjudul “Keanekaragaman Serangga Di Hutan Sikulikap Desa Doulu Pasar
Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo” sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains di FMIPA Biologi Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Drs. Hudson Sidabutar, MS., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing
Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran sejak
dimulainya penulisan proposal penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini.
Terima kasih kepada Bapak Drs. Lazuardi, M.Si., Bapak Drs. Puji Prastowo,
M.Si., Bapak Drs. Nusyirwan, M.Si., selaku dosen penguji yang telah banyak
membantu memberikan saran dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih Kepada
Bapak Drs. Zulkifli Simatupang, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Bioligi.
Teristimewa ucapan terima kasih yang tidak pernah terbatas kepada
Ayahanda Raskita Ginting dan Ibunda Dameria Br Karo yang telah mendidik,
memotivasi, mendoakan saya dengan penuh cinta kasih sampai saat ini.
Terimakasih juga buat adik tersayang Joy Fransisko Ginting yang telah
mendoakan, memotivasi dan banyak membantu selama penelitian.
Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan Biologi ND 2011, untuk
sahabat-sahabat saya (Doni, Eva, Ribka) yang telah memberikan semangat dan
dukungan, K’Erayati Ginting atas motivasi dan doanya, Dora, Arta, Rina, Andi
Andrean, Yahya Pintor, K’Feny, K’Irma, Arihta, Rahel, teman-teman Permata
Jl.Udara yang telah memotivasi dan mendoakan saya serta memberikan dukungan
dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih untuk Defanan Brahmana, Yosa, Candra,
Gita, kak Lita, B’Indra, B’Ihsan, Rinaldi Ginting, Harta atas doa, motivasi, dan
bantuan selama penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada dalam
penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang
membangun demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat member
manfaat.
Medan, Maret 2015
Risnawati Br Ginting
Nim. 4113220029
KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA DI HUTAN SIKULIKAP
DESA DOULU PASAR KECAMATAN BERASTAGI
KABUPATEN KARO
RISNAWATI BR GINTING (4113220029)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan, keanekaragaman, indeks
keanekaragaman, indeks keseragaman, indeks dominansi serangga , dan faktor
fisika-kimia lingkungan pada Hutan Sikulikap di Desa Doulu Pasar Kecamatan
Berastagi Kabupaten Karo. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif survey.
Pengambilan sampel dilakukan selama 3 kali pengulangan. Pemeriksaan sampel
dilakukan di Laboratorium Biologi FMIPA UNIMED. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat 15 jenis serangga, termasuk ke dalam 6 ordo
(Hymenoptera, Coleoptera, Orthoptera, Diptera, Lepidoptera, Hemiptera) dan 14
famili (Sphecidae, Formicidae, Ostomatidae, Rutelidae, Sthaphylinidae,
Histeridae, Gryllidae, Tettigoniidae, Mycetophilidae, Bombiliidae, Culicidae,
Noctuoidae, Pieridae dan Cicadidae). Kelimpahan total serangga sebanyak 488
individu, serangga yang paling banyak ditemukan ialah dari family Formicidae
yaitu 295 individu. Indeks keanekaragaman tertinggi pada Hutan Sikulikap
ditemukan pada metode pitfall trap yaitu 1.7255, Kelimpahan relative yaitu
ditemukan pada metode YSt yaitu Angka tertinggi terdapat pada YST yaitu
0,998%, indeks dominansi paling tinggi didapat pada jebakan light trap yaitu
0.6543, indeks keseragaman paling tinggi didapatkan pada jebakan yellow sticky
trap yaitu 0.7956 Faktor fisika kimia lingkungan pada saat penelitian di Hutan
Sikulikap kisaran rata-rata suhu udara 220 C, kelembaban udara 71,1%, pH tanah
6,2, kelembaban tanah 3,5% serta curah hujan 5,6mm.
DIVERSITY OF INSECTS IN FOREST SIKULIKAP
DOULU PASAR VILLAGE DISTRICT BERASTAGI
KARO DISTRICT
RISNAWATI BR GINTING (4113220029)
ABSTRACT
This study aims to determine the abundance, diversity, diversity index, uniformity
index, dominance index insects, and physico-chemical factors in the environment
Sikulikap Forest Village Market Doulu Berastagi District of Karo. This study used
a descriptive survey method. Sampling was carried out for 3 repetitions.
Examination of samples conducted in Biological Science Laboratory UNIMED.
The results showed that there were 15 species of insects, including into 6 order
(Hymenoptera, Coleoptera, Orthoptera, Diptera, Lepidoptera, Hemiptera) and 14
families (Sphecidae, Formicidae, Ostomatidae, Rutelidae, Sthaphylinidae,
Histeridae, Gryllidae, Tettigoniidae, Mycetophilidae, Bombiliidae , Culicidae,
Noctuoidae, Pieridae and Cicadidae). Total abundance of insects as much as 488
people, the most common insects of the family Formicidae which is 295
individuals. The highest diversity index on Forest Sikulikap found in pitfall trap
method is 1.7255, which is found in relative abundance YST method which is
highest figure in the YST is 0.998%, the highest dominance index obtained in the
light trap trap is 0.6543, the highest uniformity index was found in a trap Yellow
sticky traps are 0.7956 Factor chemical physics research environment at the time
in Forest Sikulikap average range air temperature of 220 C, 71.1% air humidity,
soil pH 6.2, 3.5% of soil moisture and rainfall 5,6mm.
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Halaman
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
v
Daftar Isi
vii
Daftar Gambar
x
Daftar Tabel
xi
Daftar Lampiran
xii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1
1.2.Ruang Lingkup
3
1.3.Batasan Masalah
3
1.4.Rumusan Masalah
4
1.5.Tujuan Penelitian
4
1.6.Manfaat Penelitian
5
1.7.Defenisi Operasional
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Ekologi Serangga
6
2.2. Keanekaragaman Serangga
7
2.3. Deskripsi Serangga
8
2.4. Struktur Morfologi Serangga
9
2.4.1.Struktur Tubuh Serangga
9
2.4.2. Kepala
9
2.4.2.1 Antena
9
2.4.2.2. Bagian-bagian Mulut
10
2.4.3. Toraks
10
2.4.3.1. Kaki
10
2.4.3.2. Sayap
10
2.4.4. Abdomen
11
2,5. Klasifikasi Serangga
11
2.6. Peranan Serangga bagi Manusia dan Lingkungan
17
2.6.1. Pengurai Bahan Organik
17
2.6.2. Penyerbuk
17
2.6.3.Sebagai Bioindikator
17
2.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Populasi
18
2.7.1. Suhu Udara
18
2.7.2.Kelembaban Udara
19
2.7.3. Angin
19
2.7.4. Cahaya, Warna dan Bau
20
2.8. Ekosistem Hutan
20
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
22
3.2. Populasi dan Sampel
22
3.3. Alat dan Bahan
22
3.4. Teknik Pengumpulan Data
23
3.4.1. Metode Penelitian
23
3.4.2. Jenis dan Sumber Data
25
3.4.3. Prosedur Kerja
26
3.5. Analisis Data
28
3.5.1. Kelimpahan Serangga
28
3.5.2. Indeks Dominansi
28
3.5.3. Indeks Keanekaragaman
29
3.5.4. Indeks Keseragaman
29
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
31
4.1.1. Faktor Fisika-kimia Lingkungan
31
4.1.2. Keanekaragaman Serangga pada Hutan Sikulikap
32
4.1.3. Kelimpahan Serangga
33
4.1.4. Indeks Keanekaragaman
34
4.1.5. Indeks Dominansi
35
4.1.6. Indeks Keseragaman
35
4.2. Pembahasan
36
4.2.1. Kelimpahan
36
4.2.2. Keanekaragaman Serangga
36
4.2.3. Indeks Dominansi
37
4.2.4. Indeks Keseragaman
38
4.2.5. Faktor Fisika Kimia Lingkungan
38
4.2.5.1. Suhu Udara
38
4.2.5.2. Kelembaban Udara
39
4.2.5.3. pH Tanah
39
4.2.5.4. Kelembaban Tanah
40
4.2.5.5. Curah Hujan
40
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
41
5.2. Saran
42
DAFTAR PUSTAKA
43
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1.
Hasil pengukuran suhu udara, kelembaban udara,
31
pH tanah, kelembaban tanah, dan curah hujan.
Tabel 4.2.
Kelimpahan, Indeks Dominansi, Indeks Keanekaragaman 32
dan Keseragaman Serangga di Hutan Sikulikap
DAFTAR GAMBAR
Halaman
12
Gambar 2.1.
Acerentulus barberi
Gambar 2.2.
Lepisma saccharina
12
Gambar 2.3
Campodea sp
13
Gambar 2.4.
Entomobrya laguna
13
Gambar 2.5.
Anisomorpha
14
Gambar 2.6.
Anisolabis sp
14
Gambar 2.7.
Embia major
15
Gambar 2.8.
Reticuli termes
15
Gambar 2.9.
Platycotis sp
16
Gambar 2.10. Libellula sp
16
Gambar 3.1.
Metode pitfall trap
23
Gambar3.2.
Metode yellow sticky trap
24
Gambar 3.3.
Metode Light Trap
25
Gambar 4.1.
Grafik indeks keanekaragaman
34
Gambar 4.2.
Grafik Indeks Dominansi
34
Gambar 4.3.
Grafik indeks keseragaman
35
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Serangga merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang harus
dijaga kelestariannya dari kepunahan maupun penurunan ragam jenisnya.
Serangga memiliki beberapa nilai penting antara lain nilai ekologi, endemisme,
konservasi, pendidikan, budaya, estetika, dan ekonomi (Little, 1957). Penyebaran
serangga dibatasi oleh faktor-faktor geologi dan ekologi yang cocok, sehingga
terjadi perbedaan keragaman jenis serangga. Perbedaan ini disebabkan adanya
perbedaan iklim, musim, ketinggian tempat, serta jenis makanannya (Borror &
Long, 1996).
Dalam Speight et. Al (1999) mengatakan bahwa serangga merupakan
bioindikator kesehatan hutan. Penggunaan serangga sebagai bioindikator akhirakhir ini dirasakan semakin penting dengan tujuan utama untuk menggambarkan
adanya keterkaitan dengan kondisi faktor biotik dan abiotik lingkungan. Sejumlah
kelompok serangga seperti kumbang (terutama kumbang pupuk), semut, kupukupu dan rayap memberikan respons yang khas terhadap tingkat kerusakan hutan
sehingga memiliki potensi sebagai spesies indicator untuk mendeteksi perubahan
lingkungan akibat konservasi hutan oleh manusia yang sekaligus menjadi
indicator kesehatan hutan.
Hutan adalah suatu wilayah yang memiliki banyak tumbuh-tumbuhan
lebat yang berisi antara lain pohon, semak, paku-pakuan, rumput, jamur dan lain
sebagainya serta menempati daerah yang cukup luas. Hutan berfungsi sebagai
penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus
hidrologika, dan pelestari tanah serta merupakan salah satu aspek biosfer bumi
yang paling penting (Arief, 2001).
Dari segi pengelolaan hutan, peranan serangga perlu diarahkan kepada
pendugaan seberapa jauh serangga tertentu atau dalam hubungan simbiosis yang
seperti apakah sehingga serangga mempunyai peran sebagai spesies indikator,
untuk memprediksi tingkat kepunahan spesies lain atau perubahan mikro
lingkungan, habitat maupun ekosistem tertentu. Penggunaan bioindikator akhir-
akhir ini dirasakan semakin penting dengan tujuan utama untuk menggambarkan
adanya keterkaitan antara faktor biotik dan abiotik lingkungan. Bioindikator
(Indikator
biologi) adalah
jenis
atau
populasi
tumbuhan,
hewan
dan
mikroorganisme yang kehadiran, vitalitas dan responnya akan berubah karena
pengaruh kondisi lingkungan. Setiap jenis akan memberikan respon terhadap
perubahan lingkungan tergantung dari stimulasi (rangsangan) yang diterimanya.
Respon yang diberikan mengindikasikan perubahan dan tingkat pencemaran yang
terjadi di lingkungan tersebut dimana respon yang diberikan dapat bersifat sangat
sensitif, sensitif atau resisten (Speight et.al., 1999). Alfaro dan Singh (1997)
melaporkan bahwa kelimpahan invertebrata (yang didominasi oleh serangga) pada
kanopi hutan umumnya lebih tinggi pada hutan-hutan yang belum rusak yang
menunjukkan bahwa mereka merupakan bioindikator yang ideal terhadap
kesehatan hutan.
Ruslan., H (2009) dalam penelitiannya melaporkan pada hutan homogen
keanekaragam lebih tingi dibanding hutan heterogen. Tingginya indeks
keanekaragaman pada hutan homogen hal ini disebabkan pada hutan homogen
vegetasi herba yang merupakan tempat hidup dan sumber makanan bagi serangga
permukaan tanah, lebih beragam dan rimbun bila dibandingankan dengan vegetasi
heterogen. Pada hutan homogeny tutupan kanopi dari vegetasi kurang rapat
sehinga penetrasi sinar matahari lebih banyak, sehingga vegetasi herba atau
rumput yang membutuhkan sinar matahari untuk kehidupan dapat dipenuhi.
Sedangkan pada hutan heterogen tutupan kanopi lebih rapat, penetrasi sinar
matahari lebih kurang. Hal ini yang menyebabkan indeks keanekaragaman lebih
tinggi
Sesuai penelitian Koneri, R., (2010) mengatakan pada tempat yang lebih
tinggi kekayaan spesies dan kelimpahan spesies lebih rendah. Perbedaan
ketinggian akan menyebabkan perbedaan iklim (seperti suhu, kelembaban dan
curah hujan) dan pola penyebaran vegetasi. Subekti, N (2013) menemukan 19
jenis serangga di Hutan Tinjomoyoyang merupakan Hutan Wisata di Jawa
Tengah. Lebih lanjut Patang (2010) ada menemukan 322 jenis serangga di hutan
bekas tambang di Kutai Kalimantan Timur.
Hutan Sikulikap terletak di Desa Doulu Pasar Kecamatan Berastagi
Kabupaten Karo. Hutan ini merupakan salah satu akses jalan yang dapat dilalui
untuk menuju Air Terjun Sikulikap. Disekeliling air terjun adalah hutan tropis
lebat, dengan tonjolan dinding-dinding cadas pada beberapa tempat (Anonim,
2009).
Penelitian serangga belum pernah dilakukan di hutan ini, sehingga perlu
dilakukan penelitian ang bertujuan untuk melihat keanekaragaman jenis serangga
di Hutan Sikulikap Desa Doulu Pasar Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.
Penelitian keanekaragaman jenis serangga di Hutan Sikulikap merupakan bentuk
upaya dalam menambah pengetahuan tentang kekayaan alam/keanekaragaman di
Indonesia khususnya Kabupaten Karo.
1.2. Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakang tersebut maka ruang lingkup masalah dalam
penelitian ini mencakup tentang keanekaragaman jenis serangga di Hutan
Sikulikap Desa Doulu Pasar Kecamatan Berastagi Kaupaten Karo. Dalam hal ini
menyangkut keanekaragaman, kelimpahan, keseragaman dan faktor fisika-kimia
lingkungan.
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Tempat penelitian akan dilakukan di Hutan Sikulikap Kecamatan
Berastagi Kabupaten Karo.
b. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan
metode transek.
c. Faktor Fisika-Kimia yang dikaji adalah kelembaban, suhu udara dan pH
tanah.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan adapun yang menjadi
rumusan masalah yang akan di ungkap dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana kelimpahan serangga pada Hutan Sikulikap Kecamatan
Berastagi Kabupaten Karo.
b. Bagaimana tingkat dominansi serangga pada Hutan Sikulikap Kecamatan
Berastagi Kabupaten Karo.
c. Bagaimana indeks keanekaragaman serangga pada Hutan Sikulikap
Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.
d. Bagaimana tingkat keseragaman Serangga pada Hutan Sikulikap
Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.
e. Bagaimana Kondisi fisika-kimia pada Hutan Sikulikap Kecamatan
Berastagi Kabupaten Karo.
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui kelimpahan serangga pada Hutan Sikulikap
Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.
b. Untuk mengetahui tingkat dominansi serangga pada Hutan Sikulikap
Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.
c. Untuk mengetahui indeks keanekaragaman serangga pada Hutan
Sikulikap Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.
d. Untuk mengetahui tingkat keseragaman Serangga pada Hutan
Sikulikap Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.
e. Untuk mengetahui Kondisi fisika-kimia pada Hutan Sikulikap
Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaatdari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sebagi salah satu bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan yang
berkaitan dengan dengan penataan ruang, pengelolaan hutan dan konservasi
keanekaragaman hayati.
b. Dapat dijadikan sebagai sumber rujukan atau sebagai perbandingan dalam
melakukan penelitian.
1.7.Defenisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan persepsi dan istilah-istilah yang digunakan,
berikut ini adalah defenisi operasional yang dipakai dalam penelitian ini:
a. Serangga: Serangga merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang
harus dijaga kelestariannya dari kepunahan maupun penurunan ragam
jenisnya.
b. Hutan: Hutan adalah suatu wilayah yang memiliki banyak tumbuhtumbuhan lebat yang berisi antara lain pohon, semak, paku-pakuan,
rumput, jamur dan lain sebagainya serta menempati daerah yang cukup
luas.
c. Keanekaragaman: Variasi semua makhluk hidup yang terdapat disuatu
habitat yang diukur dengan indeks keanekaragaman Shanon-Wienner (H’).
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Hutan Sikulikap Desa Doulu Pasar
Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo, maka kesimpulan yang didapatkan adalah
sebagai berikut:
Hasil dari indeks keanekaragaman, kelimpahan, indeks dominansi, dan
indeks keseragaman serangga pada Hutan Sikulikap yaitu:
a. Rata-rata indeks keanekaragaman yaitu 1.2543 dikategorikan sedang.
Indeks keanekaragaman serangga di hutan sikulikap paling tinggi
ditemukan pada perangkap pitfall trap yaitu 1.7255 (Kategori sedang),.
Indeks keanekaragaman terendah didapat pada jebakan light trap yaitu
0.6118 (dikategorikan rendah).
b. Kelimpahan serangga pada penelitian ini menggunakan metode pitfall
trap, light trap dan yellow sticky trap. Angka tertinggi terdapat pada
Pitfall trap yaitu 115.663, Sedangkan kelimpahan terrendah yaitu
terdapat pada metode YST yaitu 11.664 individu dan didominasi oleh
Polyrhachis abdominalis.
c. Rata-rata indeks dominansi yang diperoleh yaitu 0,4523 dikategorikan
indeks dominansi sedang. Indeks dominansi paling tinggi didapat pada
jebakan light trap yaitu 0.6543 (kategori sedang). Indeks dominasi
paling rendah didapatkan pada Yellow sticky trap yaitu 0.3077,
(kategorikan rendah).
d. Rata-rata indeks keanekaragaman adalah 0,6233 dikategorikan sedang.
Dimana indeks keseragaman paling tinggi didapatkan pada jebakan
yellow sticky trap yaitu 0.7956 dan indeks keseragaman paling rendah
berada pada jebakan light trap yaitu 0.3801.
e. Kondisi fisika-kimia lingkungan yang diperoleh adalah sebagai
berikut: Kisaran suhu udara pada kebun kakao tersebut berkisar 210C 230C, dengan kelembaban udara berkisar 70% - 72%. Pada Hutan
Sikulikap dipasang jebakan pitfall trap pada pH tanah berkisar 6-6,5,
dengan kelembaban tanah berkisar 2,5-4,5%. Serta data curah hujan
yang didapatkan dari Badan Meteorologi dan Geofisika yang terletak
di Kutagadung Kecamatan Berastagi selama penelitian adalah 5,6 mm.
5.2. Saran
1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka Hutan Sikulikap perlu
dilakukan upaya konservasi untuk pelestarian kawasan. Perlunya perhatian
yang lebih lagi dari masyarakat dan instansi yang terkait guna pelestarian
kawasan Hutan Sikulikap.
2. .Perlu
dilakukan
adanya
penelitian
lanjutan
untuk
mengetahui
keanekaragaman dan kelimpahan serangga di Hutan Sikulikap berdasarkan
jenis tanaman yang ada di hutan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Alfaro, R.I.,& Singh,P., 1997, Forest Health Management : A Changing
Persfective
Anonim,(2009),SampurenSikulikap,https://sites.google.com/site/wisataairterjun/s
umatera-utara/air-terjun-sikulikap.
Anonim,
(2010),
Majalah
http://ilmuserangga.word
press.com
Komunitas
Pemerhati
Serangga,
Anonim,(2012), Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kehidupan Serangga,
http://kuliahagribisniselin.blogspot.com/2012/03/faktor-faktor-yangmempengaruhi.html
Arief A, (2001). Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Borror, D.j dan De Long D.M, (1996). An Introduction to the Study of Insect.
Sounders College Publishing.
Fransina, S.L. dan Illa Anggreni, (2010), Diversitas Coleoptera dalam Kawasan
Hutan Lindung Sirimau Kota Ambon, Seminar Nasional Biologi, Fakultas
Biologi UGM, Yogyakarta.
Hidayat; Otong; Sutarno; Nono; Suhara; Sanjaya dan Yayan. (2004). DasarDasar Entomologi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Heddy, S. dan M, Kurniaty., (1996), Prinsip-Prinsip Dasar Ekologi. PT Raja
Grafindo, Jakarta.
Jumar, (2000), Entomologi Pertanian, Rineka Cipta, Jakarta
Koneri,
R.,
dkk,
(2010),
Keanekaragaman
Kumbang
Lucanid
(Coleoptera:Lucanidae) Pada Berbagai Ketinggian Tempat di Hutan
Konsensi Unocal Gunung Salak, Jawa Barat.
Kramadibtara, I., (1995), Ekologi Hewan. ITB, Bandung.
Kurnia, Sari, F., (2012), Analisis Komparasi Usaha Tani Padi Organik dan
Anorganik di Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen, SKRIPSI, Salatiga,
Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Keristen Satya Wacana.
Lilies, C., 1991. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius, Yogyakarta
Little, F. (1957), General And Applied Entomology. Texas: Texas University.
Mukayat, D.B., (1994), Zoologi Dasar, Jakarta : Erlangga
Notohadiprawiro, T. (1981). Pemapanan Agroforesty Selaku Bentuk Pemanfaatan
Lahan Menurut Kriteria Pengawetan Tanah dan Air. Seminar Agroforestry
dan Pengendalian Perladangan. Yogyakarta: UGM
Partaya. (2002). Komunitas fauna tanah dan analisis bahan organic di TPA Kota
Semarang. Seminar Nasional: Pengembangan Biologi Menjawab
Tantangan Kemajuan
IPTEK, tanggal 29 April 2002. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Patang F, 2010, Keanekaragaman Takson Serangga pada Areal Hutan Bekas
Tambang Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Bioprospek. Vol.7 (1): 8089pp
Perangin-angin, G., (2009), Kajian Fauna Dan Flora Dari Kawasan Ekowisata
Tangkahan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Green Biom:123
Rahmawaty. (2004). Study Keanekaragaman mesofauna tanah di kawasan Hutan
Wisata Alam Sibolangit. Medan: Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara
Raihana. 1994. Pengaruh Jarak Tanan dalam Tumpangsari Sawi dengan Tomat
Terhadap Serangan Ulat Daun Plutella xylostella Linn. Fakultas Pertanian.
Unversitas Lambung Mangkurat. BANJARBARU.
Ruslan H, (2009), Komposisi dan Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah
pada Habitat Hutan Homogen dan Heterogen di Pusat Pendidikan
Konservasi Alam (PPKA) Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat.
Sihite, Ester., (2011), Ekologi Serangga Pada Tanaman Kopi Di Desa Sileang
Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan, Skiripsi,
FMIPA UNIMED, Medan
Speight M.R; Hunter M.D dan Watt A.D. 1999. Ecology of Insects, Consepts and
Applications. Blackwell Science, Ltd.
Subekti N., (2013), Keanekaragaman Jenis Serangga Di Hutan Tinjomoyo Kota
Semarang, Jawa Tengah (Insect Diversity Of Tinjomoyo Forest Semarang
City, Central Java).
Sugiarto, (2003), Teknik Sampling, PT.SUN, Jakarta
Sukarsono. (2012). Pengantar Ekologi
Muhammadiyah. Malang Press
hewan.
Malang:
Universitas
Suwiryo, 2006. Spesifikasi Serangga.diakses Maret 2012. Yogyakarta.
Way, M.J., K.C. Khoo. (1992). Role of ants in pest management. Annu. Rev.
Entomol. 37: 479-503
Widiarta, I., N. Kusdiaman, D., dan Suprihanto, (2006), Keragaman Arthropoda
Pada Padi Sawah Dengan Pengelolaan Tanaman Terpadu, Jurnal HPT.
Tropika, 06 (02) : 61-69
Yuniarti,N,. (2012), Keanekaragaman dan Distribusi Bivalvia dan Gastropoda
(Molusca) di pesisir Glayem Jatinyuar Indramayu Jawa Barat, SKRIPSI,
Bogor, IPB.