Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kecelakaan Lalu lintas Faktor Resiko Kecelakaan Lalu Lintas

7

1.2 Perumusan Masalah

Apakah masalah-masalah keperawatan pasien dengan kecelakaan lalulintas di IGD RSUP HAM Januari-Desember 2011

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui karakteristik dan gambaran masalah keperawatan pada pasien kecelakaan lalulintas yang ada di IGD di RSUP HAM Medan Januari - Desember 2011

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak yaitu:

1.4.1 Praktik Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan perawat tentang masalah keperawatan pada pasien kecelakaan lalulintas di IGD 1.4.2 Pendidikan Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti dasar yang dipergunakan dalam wahana pembelajaran keperawatan, khususnya materi tentang masalah keperawatan pada pasien kecelakaan lalulintas IGD

1.4.3 Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini digunakan sebagai data tambahan untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan masalah keperawatan pada pasien kecelakaan lalulintas IGD Universitas sumatera Utara 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masalah Keperawatan Masalah keperawatan adalah suatu bagian integral dari proses keperawatan. Hal ini merupakan suatu komponen dari langkah- langkah analisa, dimana perawat mengidentifikasi respon-respon individu terhadap masalah- masalah kesehatan yang aktual dan potensial. Di beberapa negara mendiagnosa diidentifikasikan dalam tindakan praktik keperawatan sebagai suatu tanggung jawab legal dari seorang perawat profesional. Diagnosa keperawatan, sebagai suatu bagian dari proses keperawatan juga direfleksikan dalam standar praktik ANA. Standar-standar ini memberikan satu dasar luas mengevaluasi praktik dan merefleksikan pengakuan hak-hak manusia yang menerima asuhan keperawatan. Diagnosa keperawatan untuk situasi perawatan kesehatan pasien keluarga meliputi nama diagnosa dan faktor- faktor berhubungan yang mempengaruhi awal gejala pemeliharaan dari suatu diagnosa aktual atau nama diagnosa dan faktor-faktor resiko tinggi. Diagnosa keperawatan, kemudian menjadi titik fokal untuk pengembangan tujuan, hasil yang diharapkan, intervensi dan evaluasi. Masalah keperawatan memberikan dasar petunjuk untuk memberikan terapi yang pasti dimana perawat bertanggung jawab di dalamnya. Jadi pengertian masalah keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana Universitas sumatera Utara 9 berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien Carpenito, 2000. Masalah keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Masalah keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata aktual dan kemungkinan akan terjadi, dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat. Masalah keperawatan, sebagai suatu bagian dari proses keperawatan juga direfleksikan dalam standar praktik ANA. Standar-standar ini memberikan satu dasar luas mengevaluasi praktik dan merefleksikan pengakuan hak-hak manusia yang menerima masalah keperawatan ANA, 1980. Proses keperawatan telah diidentikan sebagai metoda ilmiah keperawatan untuk para penerima tindakan keperawatan disajikan sesuai dengan lima langkah dari proses keperawatan : Pengkajian yaitu menetapkan data dasar seorang klien, Analisa yaitu ident ifikasi kebutuhan perawatan klien dan seleksi tujuan perawatan, Perencanaan yaitu merencanakan suatu strategi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan untuk perawatan klien, Implementasi yaitu memulai dan melengkapi tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan dan Evaluasi yaitu menentukan seberapa jauh tujuan-tujuan keperawatan yang telah dicapai. Dengan mengikuti kelima langkah ini, perawat Universitas sumatera Utara 10 akan memiliki suatu kerangka kerja yang sistematis untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Komponen Diagnosa Keperawatan memiliki tiga komponen yang esensial dalam suatu diagnosa keperawatan yang telah dirujuk sebagai bentuk PES Gordon, 1987. “P“ diidentifikasi sebagai masalahproblem kesehatan, “E” menunjukan etiologipenyebab dari problem, dan “S” menggambarkan sekelompok tanda dan gejala, atau apa yang dikenal sebagai “batasan karakteristik” ketiga bagian ini dipadukan dalam suatu pernyataan dengan menggunakan “yang berhubungan dengan”. Kemudian masalah - masalah tersebut dituliskan dengan cara berikut: Problem “yang berhubungan dengan dan“ etiologi ”dibuktikan oleh“ tanda-tanda dan gejala-gejala batasan karakteristik . Problem dapat diidentifikasikan sebagai respons manusia terhadap masalah- masalah kesehatan yang aktual atau potensial sesuai dengan data-data yang didapat dari pengkajian yang dilakukan oleh perawat. Etiologi ditunjukan melalui pengalaman-pengalaman individu yang telah lalu, pengaruh genetika, faktor-faktor lingkungan yang ada saat ini, atau perubahan-perubahan patofisiologis. Tanda dan gejala menggambarkan apa yang klien katakan dan apa yang diobservasi oleh perawat yang mengidentifikasikan adanya masalah tertentu. Informasi yang ditampilkan pada setiap diagnosa keperawatan mencakup hal- hal berikut: Defenisi yaitu merujuk kepada defenisi NANDA yang digunakan pada diagnosa-diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan tersebut, kemungkinan Etiologi “yang berhubungan dengan” bagian ini menyatakan penyebab- Universitas sumatera Utara 11 penyebab yang mungkin untuk masalah yang telah diidentifikasi. Yang tidak dinyatakan oleh NANDA diberi tanda kurung [ ]. Faktor yang berhubunganrisiko diberikan untuk diagnosa yang beresiko tinggi, Batasan karakteristik “dibuktikan oleh” dimana bagian ini mencakup tanda dan gejala yang cukup jelas untuk mengindikasi keberadaan suatu masalah. Sekali lagi seperti pada definisi dan etiologi. Yang tidak dinyatakan oleh NANDA diberi tanda kurung [ ]. SasaranTujuan yaitu pernyataan-pernyataan ini ditulis sesuai dengan objektif perilaku klien. Sasaran tujuan ini harus dapat diukur, merupakan tujuan jangka panjang dan pendek, untuk digunakan dalam mengevaluasi keefektifan intervensi keperawatan dalam mengatasi masalah yang telah diidentifikasi. Mungkin akan ada lebih dari satu tujuan jangka pendek, dan mungkin merupakan “batu loncatan” untuk memenuhi tujuan jangka panjang, Intervensi dengan Rasional Tertentu dimana hanya intervensi- intervensi yang sesuai untuk bagian diagnosa yang ditampilkan. Rasional-rasional yang digunakan untuk intervensi mencakup memberikan klarifikasi pengetahuan keperawatan dasar dan untuk membantu dalam menyeleksi intervensi- intervensi yang sesuai untuk diri klien. Kriteria Hasil yang Diharapkan Kriteria Pulang , yaitu perubahan perilaku sesuai dengan kesiapan klien untuk pulang yang mungkin untuk dievaluasi dan Informasi Obat – obatan dimana informasi ini mencakup implikasi keperawatan, menyertai bab-bab yang mana tiap klarifikasinya sesuai. Universitas sumatera Utara 12

2.2 Kecelakaan Lalu lintas

Kecelakaan lalu- lintas adalah kejadian di mana sebuah kendaraan bermotor tabrakan dengan benda lain dan menyebabkan kerusakan. Kadang kecelakaan ini dapat mengakibatkan luka-luka atau kematian manusia atau binatang. Kecelakaan lalu- lintas menelan korban jiwa sekitar 1,2 juta manusia setiap tahun WHO, 2009. Menurut UU No. 22 Tahun 2009 tentang pengertian, Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa Pengguna Jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan atau kerugian harta benda.

2.3 Faktor Resiko Kecelakaan Lalu Lintas

Berbagai faktor terlibat dalam Kecelakaan Lalu Lintas, mulai dari manusia sampai sarana jalan yang tersedia. Secara garis besar ada 5 faktor yang berkaitan dengan peristiwa Kecelakan LaluLintas, yaitu faktor- faktor pengemudi, penumpang, pemakai jalan, kendaraan, dan fasilitas jalanan. Ditemukan konstribusi masing- masing faktor : 75 faktor manusiapengemudi, 5 faktor kendaraan, 5 kondisi jalan, 1 kondisi lingkungan, dan faktor lainnya. Faktor manusia:pengemudi, penumpang sampai pejalan kaki. Faktor manus ia ini menyangkut masalah disiplin berlalulintas. Dianggap sebagai salah satu faktor utama yang mene ntukan Kecelakaan LaluLintas. Faktor manusia yang berada di belakang kemudi ini memegang peranan penting. Karakteristik pengemudi berkaitan dengan: keterampilan mengemudi gangguan kesehatan Universitas sumatera Utara 13 mabuk, ngantuk, letih, SIM: tidak semua pengemudi memiliki SIM, maka tidak jarang alasan tilang berhubungan dengan ketidak- lengkapanadministrasi, termasuk izin mengemudi. Secara khusus faktor-faktor pengemudi yang pernah diteliti antara lain oleh Boediharto dan kawan-kawan adalah : Perilaku pengemudi : ngebut, tidak displinmelanggar rambu dan Kecakapan mengemudi : pengemudi baru belum berpengalaman melalui jalan rute, mengantuk pada waktu mengemudi, mabuk pada waktu mengemudi, umur pengemudi 20 tahun atau kurang, umur pengemudi 55 tahun atau lebih. Faktor penumpang. Misalnya jumlah muatan baik penumpang maupun barangnya yang berlebih. Secara psikologis ada juga kemungkinan penumpang mengganggu pengemudi. Faktor pemakai jalan, pemakai jalan di indonesia bukan saja terjadi dari kendaraan. Di sana ada pejalan kaki atau pengendara sepeda. Selain itu, jalan raya dapat menjadi tempat menumpang pedagang kaki lima, peminta- minta dan semacamnya. Hal ini mebuat semakin semerawutnya keadaan di jalanan. Jalan umum juga dipakai sebagai sarana perpakiran. Tidak jarang terjadi, mobil terparkir mendapat tabrakan. Faktor Kendaraan. Jenis- jenis kendaraan : Kendaran tidak bermotor : sepeda, becak, gerobak, bendi delman. Kendaraan bermotor: sepeda motor, roda tiga bemo, oplet, sedan, bus, truk gandeng. Di antara jenis kendaraan, Kecelakaan Lalu Lintas paling sering pada kendaraan sepeda motor. Faktor fisik jalan. Keadaan fisik jalan, rambu-rambu jalan, kebaikan jalan: antara lain dilihat dari ketersediaan rambu-rambu lalu lintas, sarana jalan, panjang jalan yang tersedia dengan jumlahkendaraan yang menumpah di atasnya. Di kota- Universitas sumatera Utara 14 kota besar tampak kemacetan terjadi di mana- mana, memancing terjadinya kecelakaan. Dan sebaliknya, jalan raya yang mulus memancing pengemudi untuk ‘balap’, juga memancing kecelakaan. Keadaan fisik jalanan : pengerjaaan jalanan atau jalan yang fisiknya kurang memadai, misalnya lubang- lubang dapat menjadi pemicu terjadinya kecelakaan. Keadaan jalan yang berkaitan dengan kemungkinan Kecelakaan Lalu Lintas berupa: Struktur : datar mendaki menurun; lurus berkelok-kelok, Kondisi : baikberlubang- lubang, Luas : lorong, jalan tol, Status : jalan desa, jalan provinsinegara. Faktor lingkungan. Cuaca dan iklim geografik, dapat diduga dengan adanya kabut, hujan, jalan licin akanmembawa resiko Kecelakaan Lalu Lintas Bustan, 2000.

2.4 Bentuk Kecelakaan Lalu Lintas