Instrumen Penelitian Pengembangan Instrumen

tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Pendekatan scientific yang dikembangkan dalam rancangan Lembar Kerja Siswa meliputi keterampilan mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengolah, menyimpulkan, menyajikan, dan mengkomunikasikan pada pembelajaran satu sub tema gaya dan gerak yang terdiri atas mata pelajaran IPA mengenai jenis gaya tarikan dan dorongan, Matematika mengenai KPK, Seni Budaya dan Prakarya mengenai menyanyikan lagu, dan Bahasa Indonesia mengenai menceritakan pengalaman. Pendekatan scientific ini diimplementasikan di Sekolah Dasar kelas IV SD Negeri 3 Benteng Kecamatan Ciamis dan SD Negeri 1 Cijeungjing Kecamatan Cijeungjing UPTD pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ciamis tahun ajaran 20132014. 3. Sub tema yang dijadikan variabel penelitian adalah sub tema gaya dan gerak pada pembelajaran satu dikelas IV SD Negeri 3 Benteng Kecamatan Ciamis dan SD Negeri 1 Cijeungjing Kecamatan Cijeungjing UPTD pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ciamis tahun ajaran 20132014. Pada pembelajaran satu terdiri atas mata pelajaran IPA mengenai jenis gaya tarikan dan dorongan, Matematika mengenai KPK, Seni Budaya dan Prakarya mengenai menyanyikan lagu, dan Bahasa Indonesia mengenai menceritakan pengalaman.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen penelitian utama adalah peneliti sendiri. Sugiyono 2008, hlm. 222 mengemukakan bahwa: Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian. memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Adapun instrumen yang digunakan pada studi pendahuluan yaitu kuesioner, lembar observasi, pedoman wawancara, dan tes yang digunakan untuk mengungkap learning obstacle siswa pada pembelajaran satu sub tema gaya dan gerak.

F. Pengembangan Instrumen

1. Uji Keabsahan Data Kualitatif Menurut Sugiyono 2008, hlm. 270 terdapat uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif yaitu: a. Uji Credibility Uji Credibility data dilaksanakan untuk meningkatkan kepercayaan terhadap data hasil penelitian. Uji kredibilitas terhadap data hasil penelitian dapat dilakukan dengan cara perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck. b. Uji Transferability Uji transferability keteralihan dilaksanakan untuk menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan bisa atau tidaknya hasil penelitian diterapkan di tempat lain. Maka dari itu peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya sehingga pembaca mendapatkan gambaran dan kejelasan dari hasil penelitian. c. Uji Depenability Uji depenability kebergantungan dilaksanakan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian, dilakukan oleh auditor independen atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Hal ini dilakukan dengan cara memperlihatkan dokumentasi dari seluruh rangkaian proses penelitian. d. Uji Confirmability Uji confirmability kepastian berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Suatu penelitian dikatakan memenuhi standar confirmability, apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan. Penelitian dikatakan objektif bila hasil penelitian telah disepakati benyak orang. Uji confirmability dapat dilakukan secara bersamaan dengan uji depenability. 2. Hasil Uji Instrumen Tes Instrumen tes yang digunakan untuk mengungkap learning obstacle siswa dilakukan uji instrumen terlebih dahulu. Uji instrumen dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Cibeureum 2 sebanyak dua kali dengan jumlah responden 32 orang. Adapun pertimbangan peneliti memilih sekolah tersebut, karena diasumsikan memiliki karakteristik yang sama dengan sekolah tempat dilaksanakannya penelitian yaitu telah menerapkan kurikulum 2013. Pengujian instrumen ini bertujuan untuk memperoleh instrumen tes yang valid dan reliabel sehingga diharapkan akan mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Hasil pengujian instrumen tes sebagai berikut: a. Pengujian Validitas Menurut Sugiyono 2008, hlm. 121 “Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”. Pengujian validitas instrumen pada penelitian ini menggunakan korelasi Pearson Product Moment yang dibantu oleh program aplikasi Microsoft Excel 2007. Adapun rumus uji validitas korelasi Pearson Product Moment sebagai berikut: Sumber: Arikunto 2008, hlm. 170 Keterangan: R xy = Koefisien korelasi suatu butiritem N = Jumlah siswa X = Skor suatu butiritem Y = Skor total rxy = ∑ − ∑ ∑ ∑ 2 − ∑ 2 ∑ 2 − ∑ 2 Jika r hitung r tabel, maka instrumen atau item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total dinyatakan valid. Jika r hitung r tabel, maka instrumen atau item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total dinyatakan tidak valid. Adapun penentuan kategori validitas instrumen yaitu mengacu pada pengklasifikasian validitas yang dikemukakan oleh Guilford Nurcahyanto, 2011, hlm. 9 sebagai berikut: Tabel 3.1 Interval Kategori Validitas No. Interval Kategori 1. 0,80-1,00 Validitas sangat tinggi sangat baik 2. 0,60-0,80 Validitas tinggi baik 3. 0,40-0,60 Validitas sedang cukup 4. 0,20-0,40 Validitas rendah kurang 5. 0,00-0,20 Validitas sangat rendah jelek 6. r xy 0,00 Tidak valid Sumber: Nurcahyanto 2011, hlm. 9 Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas, dari 30 item soal diperoleh sebanyak 21 item soal tes yang memenuhi kriteria validitas valid dan 9 soal tes yang tidak memenuhi kriteria validitas tidak valid. Soal tes yang tidak valid adalah soal nomor 2, 6, 7, 18, 23, 24, 25, 26 dan 29. Nomor soal yang tidak valid tersebut ada yang direvisi dan ada yang dihilangkan. Nomor soal yang direvisi yaitu nomor 2, 6, 7, 24, sedangkan nomor soal yang dihilangkan yaitu nomor 18, 23, 25, 26, 29 artinya tidak digunakan pada penelitian . Hasil validitas tersebut didapatkan kategori sangat rendah sebanyak 2, kategori rendah sebanyak 9, kategori sedang sebanyak 9, kategori tinggi sebanyak 10, dan kategori sangat tinggi sebanyak 0. Adapun uji validitas instrumen penelitian dapat dilihat pada lampiran A. 3. Uji validitas instrumen soal tes ini dilakukan sebanyak dua kali yang bertujuan untuk mendapatkan kualitas butir soal yang benar-benar valid artinya dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Setelah dilakukan uji coba soal satu kali yaitu dari 30 soal diperoleh 9 soal yang tidak valid, maka soal-soal yang tidak valid tersebut diperbaiki dan di ujikan kembali sebanyak 26 soal di SD Negeri Cibeureum 2 kepada 32 responden. Berdasarkan hasil uji coba ke-2, dari 26 soal diperoleh jumlah soal yang valid sebanyak 23 soal dan jumlah soal yang tidak valid sebanyak 3 soal. Nomor soal yang tidak valid yaitu nomor 1, 11, dan 16. Hasil validitas tersebut didapatkan kategori sangat rendah sebanyak 0, kategori rendah sebanyak 12, kategori sedang sebanyak 10, kategori tinggi sebanyak 2, dan kategori sangat tinggi sebanyak 0. b. Pengujian Reliabilitas Menurut Sugiyono 2008, hlm. 121 “Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama”. Sedangkan menurut Arikunto 2006, hlm. 86 “Pengertian reliabel tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes atau apabila hasil berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti”. Uji reliabilitas ini menggunakan metode Cronbach’s Alpha yang perhitungannya dilakukan menggunakan bantuan program SPSS Statistical Package for Social Sciences versi 16. Berdasarkan hasil uji reliabilitas dapat dibuat kesimpulan dengan membandingkan antara Alpha Cronbach dengan Alpha if Item Deleted. Apabila nilai soal tes Alpha if Item Deleted lebih kecil dari nilai Alpha Cronbach keseluruhan, maka soal tes tersebut reliabel. Sebaliknya, apabila nilai soal tes Alpha if Item Deleted lebih besar atau sama dengan nilai Alpha Cronbach keseluruhan, maka soal tes tersebut tidak reliabel. Adapun hasil perhitungan uji reliabilitas butir soal, dari 30 item soal diperoleh 21 soal yang reliabel dan 9 soal yang tidak reliabel. Soal yang tidak reliabel yaitu soal nomor 2, 6, 7, 14, 18, 24, 25, 26, dan 29. Soal yang tidak reliabel tersebut ada yang direvisi dan ada yang dihilangkan atau tidak digunakan pada penelitian. Adapun hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada lampiran A. 4. c. Daya Pembeda Menurut Arikunto 2006, hlm. 211 “Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh berkemampuan rendah”. Pengujian daya pembeda soal pada penelitian ini dilakukan melalui bantuan program Microsoft Excel 2007. Adapun untuk menghitung besarnya indeks daya pembeda butir soal dapat dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut: Sumber: Nurcahyanto 2011, hlm. 14 Keterangan: J = Jumlah peserta tes J A = Banyaknya peserta kelompok atas J B = Banyaknya peserta kelompok bawah B A = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar B B = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar P A = = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar P B = = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Kategori daya pembeda butir soal dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3. 2 Kategori Daya Pembeda Daya Pembeda Kategori 0,71 – 1,00 Baik Sekali excellent 0,41 – 0,70 Baik good 0,21 – 0,40 Cukup satisfatory 0,01 – 0,20 Kurang poor Sumber: Arikunto 2008, hlm. 218 Berdasarkan hasil perhitungan uji daya pembeda, dari 30 item soal diperoleh 13 soal yang memiliki karegori daya pembeda kurang, 11 soal dengan kategori daya pembeda cukup, 6 soal dengan kategori daya pembeda baik, dan 0 untuk kategori daya pembeda baik sekali. Soal tes yang memiliki kategori daya pembeda kurang, ada yang direvisi dan ada yang dihilangkan atau tidak digunakan pada penelitian. Adapun hasil uji daya pembeda butir soal dapat dilihat pada lampiran A. 5. D = B A - B B = P A - P B J A J B d. Tingkat Kesukaran “Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar” Arikunto, 2006, hlm. 207. Pengujian tingkat atau indeks kesukaran butir soal pada penelitian ini dilakukan melalui bantuan program Microsoft Excel 2007. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa soal terlalu mudah. Adapun rumus mencari indeks kesukaran P menurut Arikunto 2008, hlm. 208 sebagai berikut: Keterangan: P = Indeks kesukaran B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes Indeks kesukaran dapat dikategorikan sebagai berikut: Tabel 3. 3 Kategori Tingkat Kesukaran Indeks Kesukaran Kategori 0,00 – 0,30 Sukar 0,31 – 0,70 Sedang 0,71 – 1,00 Mudah Sumber: Arikunto 2008, hlm. 210 Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran, dari 30 item soal diperoleh 24 soal yang memiliki karegori tingkat kesukaran mudah, 6 soal dengan kategori tingkat kesukaran sedang, dan 0 soal dengan kategori tingkat kesukaran sukar. Soal tes yang memiliki kategori tingkat kesukaran mudah, ada yang direvisi dan ada yang dihilangkan atau tidak digunakan pada penelitian. Adapun hasil analisis tingkat kesukaran butir soal dapat dilihat pada lampiran A. 6. = B JS e. Hasil Seleksi Butir Soal Instrumen Penelitian Berdasarkan hasil uji validitas, uji reliabilitas, uji daya pembeda, dan uji tingkat kesukaran, peneliti menetapkan sebanyak 20 soal yang dijadikan instrumen tes untuk mengungkap hambatan belajar learning obstacle siswa pada pembelajaran satu sub tema gaya dan gerak di kelas IV Sekolah Dasar Negeri 3 Benteng Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis tahun ajaran 20132014. Adapun hasil seleksi butir soal yang dipilih oleh peneliti pada studi pendahuluan dapat dilihat pada lampiran A. 7. 3. Analisis Hasil Studi Pendahuluan dan Implementasi Berdasarkan studi pendahuluan dan implementasi pada pembelajaran satu sub tema gaya dan gerak di kelas IV Sekolah Dasar, peneliti menganalisis respon siswa berdasarkan hasil tes pada studi pendahuluan dan implementasi dengan cara menghitung persentase respon siswa. Adapun rumus mencari persentase respon siswa sebagai berikut : Sumber: Aisyah 2013, hlm. 72 Keterangan: R = Persentase respon siswa S = Banyaknya siswa yang memberikan respon JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes Perhitungan tersebut dilakukan untuk mengklasifikasikan kategori pemahaman siswa dan learning obstacle siswa yang dilihat berdasarkan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran satu sub tema gaya dan gerak di kelas IV Sekolah Dasar. Pemahaman siswa adalah suatu proses atau cara yang dilakukan oleh siswa untuk memahami suatu konsep dengan benar. Sedangkan learning obstacle siswa adalah hambatan belajar yang dialami oleh siswa pada proses pembelajaran. Hal tersebut dapat terjadi apabila siswa kurang memahami atau salah memahami suatu konsep. = JS X 100 Adapun rumus mencari persentase pemahaman siswa sebagai berikut: Sumber: Aisyah 2013, hlm. 72 Keterangan: P = Persentase pemahaman siswa B = Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes Adapun rumus mencari learning obstacle siswa sebagai berikut : Sumber: Aisyah 2013, hlm. 72 Keterangan: L = Persentase learning obstacle siswa S = Banyak siswa yang menjawab soal dengan salah JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes Adapun interval kategori pemahaman siswa dan learning obstacle siswa sebagai berikut: Tabel 3. 4 Interval Kategori Pemahaman Siswa dan Learning Obstacle Siswa No. Interval Kategori 1. 67 - 100 Tinggi 2. 34 - 66 Sedang 3. 0 – 33 Rendah Sumber: Mulyana Aisyah, 2013, hlm.73 Siswa dinyatakan memiliki pemahaman yang tinggi terhadap suatu konsep apabila pemahaman siswa berada pada kategori tinggi sedangkan learning obstacle siswa berada pada kategori rendah. Siswa dinyatakan memiliki pemahaman yang sedang terhadap suatu konsep apabila pemahaman siswa berada pada kategori sedang dan learning obstacle siswa berada pada kategori sedang. Siswa dinyatakan memiliki pemahaman yang rendah terhadap suatu konsep apabila pemahaman siswa berada pada kategori rendah sedangkan learning = B JS X 100 = JS X 100 obstacle siswa berada pada kategori tinggi. Adapun hasil analisis studi pendahuluan dapat dilihat pada lampiran B. 6. Hasil Analisis implementasi desain I dan II dapat dilihat pada lampiran C. 2 dan D. 2.

G. Teknik Pengumpulan Data