6
2. Untuk mengetahui distribusi kelelahan secara obyektif pada radar controller di
salah satu bandara internasional di Indonesia tahun 2016. 3.
Untuk mengetahui distribusi kelelahan menurut shift kerja pada radar controller di salah satu bandara internasional di Indonesia tahun 2016.
4. Untuk mengetahui distribusi kelelahan menurut karakteristik radar controller di
salah satu bandara internasional di Indonesia tahun 2016.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya informasi ilmiah
mengenai gambaran tingkat kelelahan pada radar controller. 2.
Memberikan masukan pada pihak perusahaan dalam penyusunan kebijakan atau program K3 dan untuk lebih meningkatkan peran dalam mengurangi tingkat
kelelahan pada radar controller.
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 pada sektor penerbangan sipil, khususnya kelelahan kerja fatigue pada petugas
Air Traffic Control.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kelelahan Kerja
Pengertian Kelelahan Kerja
Secara garis besar kelelahan kerja dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang ditimbulkan dari aktivitas seseorang, sehingga orang tersebut tidak mampu lagi
melakukan atau mengerjakan aktivitasnya. Kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang dapat berujung pada kecelakaan kerja. Berikut ini
adalah beberapa pengertian kelelahan kerja: a.
Menurut Suma’mur 2009, kelelahan merupakan menunjukkan keadaan tubuh baik fisik maupun mental yang semuanya berakibat pada penurunan daya kerja
serta ketahanan tubuh. b.
Menurut International Civil Aviation Organization ICAO, kelelahan adalah sebuah kondisi fisiologis, dimana kemampuan kinerja mental atau fisik berkurang
yang disebabkan oleh hilangnya waktu tidur atau terjaga dalam waktu yang panjang, fase sirkadian, atau beban kerja aktivitas mental danatau fisik yang
dapat mengganggu kewaspadaan anggota sebuah kru dan kemampuan dalam mengoperasikan pesawat terbang secara aman atau melakukan tugas terkait
keselamatan Millar, 2012.
8
Jenis Kelelahan
Menurut Susetyo, dkk. 2008, konsep kelelahan yang sudah dikenal saat ini, membedakan atas dua jenis kelelahan yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum atau
general fatigue. Kelelahan otot terjadi apabila otot yang beraktivitas tidak lagi dapat berespon terhadap rangsangan dengan tingkat aktivitas kontraktil yang setara.
Kelelahan umum diartikan sebagai sensasi kelelahan yang dirasakan secara umum oleh tubuh. Tubuh dirasakan terhambat dalam melakukan aktivitas, kehilangan
keinginan untuk melakukan tugas-tugas fisik maupun mental, merasa berat, ngantuk dan letih.
Menurut Suma’mur 2009 dan Tarwaka 2014, kelelahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Kelelahan menurut proses
a. Kelelahan otot, yaitu kelelahan yang ditandai dengan tremor atau perasaan
nyeri pada otot. Kelelahan ini terjadi akibat penurunan kapasitas otot dalam bekerja karena adanya kontraksi yang berulang, baik karena gerakan statis
maupun dinamis. Sehingga seseorang tampak kehilangan kekuatannya untuk melakukan pekerjaan.
b. Kelelahan umum, yaitu kelelahan yang ditandai dengan berkurangnya
kemauan dalam bekerja karena pekerjaan yang monoton, intensitas, lama kerja, kondisi lingkungan, sesuatu yang mempengaruhi mental, status gizi, dan status
kesehatan. 2.
Kelelahan menurut waktu a.
Kelelahan akut, merupakan kelelahan yang ditandai dengan kehabisan tenaga fisik dalam melakukan aktivitas, serta akibat beban mental yang diterima saat
9
bekerja. Kelelahan ini muncul secara tiba-tiba karena organ tubuh bekerja secara berlebihan.
b. Kelelahan kronis, juga disebut dengan kelelahan klinis yaitu kelelahan yang
diterima secara terus-menerus karena faktor atau kegiatan yang dilakukan berlangsung lama dan sering. Kelelahan ini sering terjadi sepanjang hari
dalam jangka waktu yang lama, serta kadang muncul sebelum melakukan pekerjaan dan menimbulkan keluhan seperti sakit kepala, sulit tidur, hingga
masalah pencernaan.
Gejala Kelelahan
Berikut ini adalah gejala-gejala kelelahan atau perasaan yang berhubungan dengan ke
lelahan menurut Suma’mur 2009, antara lain perasaan berat di kepala, lelah di seluruh badan, kaki terasa berat, menguap, mengantuk, pikiran terasa kacau, mata
terasa berat, kaku dalam bergerak, tidak seimbang dalam berdiri, dan merasa ingin berbaring, merasa sulit berpikir, lelah berbicara, gugup, tidak dapat berkonsentrasi,
kurang memiliki perhatian terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, dan tidak dapat tekun dalam bekerja, sakit kepala, bahu terasa kaku, nyeri di punggung, nafas
terasa tertekan, suara serak, haus, pening, spasme dari kelopak mata, tremor, dan merasa kurang sehat.
Cara Mengatasi Kelelahan
Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengatasi kelelahan, antara lain: a.
Menyediakan asupan kalori yang cukup untuk tubuh. b.
Menggunakan metode yang baik dalam bekerja, misalnya bekerja dengan prinsip ergonomi.
10
c. Memperhatikan kemampuan tubuh dengan tidak mengeluarkan tenaga
melebihi pemasukannya. d.
Memperhatikan waktu kerja, dengan melakukan pengaturan jam kerja, waktu istirahat, rekreasi, dan lain-lain.
e. Mengurangi bekerja secara monoton maupun ketegangan akibat kerja,
misalnya dengan mengatur dekorasi dan warna ruangan kerja, menyediakan waktu olahraga, dan lain-lain.
Pengukuran Kelelahan
Hingga saat ini belum ada metode pengukuran kelelahan yang akurat, hal itu disebabkan karena kelelahan adalah suatu perasaan yang subyektif dan sulit diukur.
Menurut Grandjean 1997 banyak metode yang dapat digunakan untuk mengukur kelelahan kerja antara lain: kualitas dan kuantitas hasil kerja, uji hilangnya kelipan
flicker-fusion test, Industrial Fatigue Research Committee IFRC Jepang, Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja KAUPK2, dan uji psikomotor
psychomotor test. 1.
Kualitas dan kuantitas hasil kerja Kuantitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja yaitu waktu yang
digunakan setiap item atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti target
produksi, faktor sosial, dan perilaku psikologis dalam kerja. Sedangkan kualitas output kerusakan produk, penolakan produk atau frekuensi kecelakaan dapat
menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi faktor tersebut bukanlah merupakan causal factor. Kuantitas kerja dapat terlihat dari prestasi kerja yang dinyatakan
dalam jumlah produksi persatuan waktu. Sedangkan kualitas kerja dapat dilihat
11
dengan penilaian kualitas pekerjaan, misalnya jumlah yang ditolak, kerusakan material, dan lain-lain Tarwaka, 2014.
2. Uji hilangnya kelipan flicker-fusion test
Saat seseorang dalam kondisi lelah, kemampuan seorang pekerja untuk melihat kelipan akan berkurang. Semakin lelah seorang pekerja, maka semakin panjang
waktu yang diperlukan untuk melihat jarak antara dua kelipan. Di samping untuk mengukur kelelahan, uji kelipan juga menunjukkan keadaan kewaspadaan pekerja
Tarwaka, 2014. 3.
Pengukuran kelelahan secara subyektif Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research Committee IFRC
Jepang yang merupakan salah satu kuesioner yang dapat digunakan dalam mengukur tingkat kelelahan secara subyektif. Skala kelelahan IFRC yang didesain
untuk pekerja dengan budaya jepang ini merupakan angket yang mengandung tiga puluh macam perasaan kelelahan. Kelemahan skala ini yaitu perasaan yang
dirasakan seorang pekerja dan tiap butir pernyataan dalam skala IFRC tidak dapat dievaluasi hubungannya Setyawati, 2010.
4. Alat ukur perasaan kelelahan kerja KAUPK2
KAUPK2 Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja merupakan parameter yang digunakan dalam pengukuran perasaan kelelahan kerja sebagai
gejala subyektif yang dialami pekerja dengan perasaan yang tidak menyenangkan. Parameter ini didesain oleh Setyawati 2010 khusus bagi pekerja di Indonesia dan
telah teruji kesahihan dan kehandalannya untuk mengukur perasaan kelelahan pada pekerja. Instrumen pengukuran perasaan kelelahan kerja ini dipersiapkan untuk
penelitian masal pada pekerja di unit-unit kerja, sehingga bersifat sederhana, sahih, handal dan berbahasa Indonesia.
12
Kuesioner ini terdiri dari 17 pertanyaan tentang keluhan subyektif yang dapat diderita oleh tenaga kerja, antara lain: sukar berpikir, lelah berbicara, gugup
menghadapi sesuatu, tidak pernah berkonsentrasi mengerjakan sesuatu, tidak punya perhatian terhadap sesuatu, cenderung lupa, kurang percaya diri, tidak tekun
dalam melaksanakan pekerjaan, enggan menatap orang lain, enggan bekeja dengan cekatan, tidak tenang bekerja, lelah seluruh tubuh, lamban, tidak kuat berjalan,
lelah sebelum bekerja, daya pikir menurun dan cemas terhadap sesuatu Zuraida, dkk., 2013.
5. Uji psikomotor psychomotor test
Metode uji psikomotor ini menggunakan fungsi persepsi, interpretasi, dan reaksi motorik. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan pengukuran waktu
reaksi. Waktu reaksi merupakan jangka waktu dari pemberian suatu rangsangan hingga sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Dalam uji
waktu reaksi biasanya menggunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit, atau goyangan badan. Jika terjadi perpanjangan waktu reaksi, hal tersebut
menunjukkan adanya perlambatan pada proses faal syaraf dan otot Grandjean, 1997.
Di Indonesia sendiri telah berkembang alat ukur waktu reaksi dengan menggunakan nyala lampu dan denting suara sebagai stimuli, yaitu reaction timer.
Dalam penelitian ini menggunakan alat reaction timer agar hasil pengukuran tingkat kelelahan terhadap responden bernilai kuantitatif. Berikut ini merupakan
kriteria kelelahan menurut Balai Hiperkes 2004:
-
Normal : 150
– 240 milidetik
-
Kelelahan Kerja Ringan KKR : 240 - 410 milidetik
-
Kelelahan Kerja Sedang KKS : 410 - 580 milidetik
13 -
Kelelahan Kerja Berat KKB : ≥580 milidetik
Sehingga dalam penelitian ini, penulis menggunakan KAUPK2 untuk mengukur kelelahan secara subyektif dan reaction timer untuk mengukur kelelahan secara
obyektif.
2.2. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja