Pembungkusan Daun Pisang Tinjauan Teoritis 1.

14 pasar kemasan dunia, yang awalnya ditempati kemasan kaleng dan gelas. Kemasan plastik memiliki kelebihan yaitu kuat, ringan, tidak karatan serta dapat diberi warna, sedangkan kelemahannya adalah molekul kecil yang terkandung dalam plastik yang dapat melakukan migrasi ke dalam bahan makanan yang dikemas. Winarno, 1994. Pengemasan merupakan suatu cara dalam memberikan kondisi sekeliling yang tepat bagi bahan pangan dan dengan demikian membutuhkan perhatian yang lebih besar secara nyata. Pengemasan akan berperan sangat penting dalam mempertahankan bahan tersebut dalam keadaan bersih dan higienis. Fungsi suatu kemasan yaitu : a. Harus dapat mempertahankan produk agar bersih dan memberikan perlindungan terhadap kotoran dan pencemaran lainnya. b. Harus memberikan perlindungan pada bahan pangan terhadap kerusakan fisik, air, Oksigen dan sinar. c. Harus berfungsi efisien dan ekonomis dalam proses pengepakan yaitu selama pemasukan bahan pangan dalam kemasan. d. Harus mempunyai suatu tingkat kemudahan dalam membuka dan menutup kembali wadah tersebut Buckle, 2007. Di pasaran diperkirakan banyak dijumpai bahan kemasan yang sebetulnya tidak cocok dengan jenis makanan yang dikemas. Setiap jenis makanan memiliki sifat yang perlu dilindungi, yang dapat ditanggulangi oleh jenis plastik tertentu. Kesalahan material kemasan dapat menyebabkan kerusakan bahan makanan yang dikemas Winarno, 1994.

5. Pembungkusan Daun Pisang

Bahan pengemas dapat berfungsi sebagai pelindung produk, namun bahan pengemas juga dapat menjadi sumber kontamina mikrobia pada makanan yang di kemas. Bahan pengemas yanng digunakan dalam industry 15 local masih banyak dijumpai pengemas dari daun misalnya daun pisang, waru, jati. Namun, daun sebagai bahan organic juga memiliki sifat yang perlu diperhatikan yaitu adanya kontaminan alami yang ada pada daun, sehingga ketika digunakan sebagai pengemas dapat mempengaruhi kualitas makanan yang dikemasnya. Dalam suatu percobaan pengemasan makanan dapat diketahui bahwa jumlah bakteri pada makanan yang dikemas dengan daun pisang pada hari pertama mencapai 1,1 x 10 4 sampai 2,2 x 10 5 cfug dan kapang dari 20 sampai 60 per g. Macam bakteri yang sering ada pada permukaan daun adalah Bacillus cereus, B.Subtilis, Lacotbacillus acidophilus sp., Staphylococcus aureus, S.epidermidis, pseudomonas sp.,Corynebacterium sp.,Micrococcus sp. Kapang yang sering ada adalah Mucor mucedo, Aspergillus niger, A.flavus, penicilium expansum,Rhizopus stolonifer Supardi dan Sukamto, 1999. Daun pisang juga dapat digunakan untuk membungkus tempe. Daun pisang dimanfaatkan secara tradisional di Jawa sebagai pembungkus makanan. Daun pisang memberi aroma sedap. Daun pisang memang banyak diperjual- belikan untuk dimanfaatkan sebagai pembungkus alami yang sangat serbaguna dan relatif mudah ditemukan. Mulai dari nasi bungkus, bubur jenang, nasi lontong, kue lemper dan tempe. Serat yang membentuk daunnya membuat lembaran-lembaran daun ini cukup kuat untuk dilipat-lipat, apalagi jika dipanaskan terlebih dahulu sehingga agak layu dan tidak mudah sobek. Daun pisang juga relatif mudah dibersihkan, cukup mengelap permukaannya dengan kain dan aneka makanan dapat dibungkus dengannya tanpa perlu menambahkan pelapis Anonim, 2008 a. Pembungkusan bahan tempe dengan daun pisang sama halnya dengan menyimpannya dalam ruang gelap salah satu syarat ruang fermentasi, mengingat sifat daun yang tidak tembus pandang. Di samping itu aerasi sirkulasi udara tetap dapat berlangsung malalui celah – celah pembungkus 16 yang ada Suprapti, 2003. Menurut Sarwono 2005 kapang tempe membutuhkan banyak oksigen untuk pertumbuhannya. Pembungkus bakal tempe, setiap bungkus berisi dua atau tiga sendok makan bakal tempe. Bentuk bungkusan dapat bulat atau pipih panjang. Agar tidak terbuka, bungkusan diikat dengan tali. Seluruh bungkusan dimasukkan kedalam suatu wadah dan disusun rapi. Setelah diselimuti kain atau karung goni, tempe dibiarkan mengalami pemeraman sampai panas. Apabila keadaan bungkusan sudah panas, selimuti penutup itu dapat dibuka, semua bungkusan dikeluarkan dari wadah. Apabila terlambat membukanya, tempe menjadi terlalu panas dan akhirnya akan rusak menjadi tempe busuk Suprapti, 2003.

6. Pembungkus Daun Jati