Pengamatan dan analisis data Eksplan yang hidup dan Kontaminasi

Stigma Volume XIII No.3, Juli – September 2005 dengan kertas duplikator yang telah dibasahkan dengan air kemudian disterilisasikan di dalam autoclave dengan tekanan 15 kgF cm -1 pada suhu 121 o C selama 30 menit. da tekanan 15 kgF cm -1 pada suhu 121 o C .

3. Pembuatan Media

Media yang digunakan adalah media MS yang diperkaya dengan zat pengatur tumbuh sitokinin BAP Benzyladenin purin. Media yang telah disterilkan disimpan dalam ruang inkubasi selama 1 minggu untuk melihat apakah ada yang terkontaminasi atau tidak.

4. Sterilisasi Eksplan

Untuk masing-masing perlakuan, tunas dicu- ci bersih terlebih dahulu pada air mengalir. Kemudian dicuci dengan Tween 2 tetes dalam 00 ml air, airnya dibuang kemudian direndam de- ngan Benlate 2 g l -1 dan streptomicin 0.5 g l -1 selama 30 menit. Setelah dibuang airnya, kemu- dian direndam dalam Bayclyn 10 selama 15 menit. Setelah itu, direndam lagi dalam Bayclyn 5 selama 15 menit. Terakhir eksplan dibilas dengan aquadest steril, kemudian baru ditanam.

5. Penanaman Eksplan

Penanaman eksplan dilakukan di dalam LAFC yang telah disinari sinar UV. Botol kultur yang telah berisi media dan alat-alat lain yang akan digunakan disemprot dengan alkohol 70 dan dimasukkan ke dalam LAFC. Setelah itu bo- tol kultur ditutup kembali menggunakan plastik wrap sambil didekatkan keapi dari lampu spiritus. Semua pekerjaan itu dilakukan dalam LAFC.

6. Pemeliharaan

Pemeliharaan dimulai sejak penanaman pada media perlakuan sampai berakhirnya pengamat- an. Pemeliharaan meliputi pemeliharaan keber- sihan ruang kultur. Ruang yang tidak bersih da- pat mengakibatkan kontaminasi, eksplan yang te- lah terkontaminasi segera dipisahkan dan dike- luarkan dari ruang kultur. Pemeliharaan dilaku- kan dengan menjaga temperatur ruang kultur tetap 20-25 o C

5. Pengamatan dan analisis data

Pengamatan dilakukan untuk mengetahui laju pertumbuhan eksplan, meliputi persentase eks- plan yang hidup, persentase eksplan yang terkon- taminasi, persentase inisiasi pertunasan, jumlah tunas, dan tinggi tunas. Data yang diperoleh di- analisis dengan menggunakan uji F dan uji lanjut BNT pada taraf nyata 5 dan 1. HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan dilakukan dua 2 kali, karena percobaan pertama hampir semua media ter- kontaminasi. Kontaminasi disebabkan senyawa fenol yang berasal dari tunas sehingga pada hari ketiga sudah terjadi browning sampai hari ketu- juh sehingga percobaan perlu diulang kembali. Pada percobaan ke dua, eksplan yang berasal dari tunas rizom hampir seluruhnya mengalami browning. Sehingga eksplan yang tinggal hanya eksplan yang berasal dari tunas aksiler. Pada pengamatan persentase eksplan yang hidup, persentase eksplan yang terkontaminasi, waktu inisiasi pertunasan dan jumlah tunas, serta tinggi tunas tidak dianalisis ragam karena data yang didapat tidak mencukupi sehingga tidak memenuhi syarat untuk dianalisis.

1. Eksplan yang hidup dan Kontaminasi

Eksplan yang tidak dikategorikan sebagai eksplan hidup, umumnya mengalami pencoklatan dan terkontaminasi organisme, dari hasil yang diperoleh, eksplan yang hidup adalah yang tidak mengalami pencoklatan dan tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme dan warna eksplan masih hijau. Berdasarkan perlakuan, eksplan yang berasal dari tunas rizom hanya 30 yang hidup. Dari 70 yang tidak hidup 60 diantaranya terkonta- minasi mikroorganisme. Perlakuan 3 gml sampai 5 gml kinetin belum mampu mengurangi terjadi- nya pencoklatan pada eksplan dan menurunkan persentase eksplan yang hidup. Pada perlakuan eksplan yang berasal dari tunas aksiler, 80 hi- dup. Dari 20 yang tidak hidup, 30 diantara- nya mengalami kontaminasi. Penambahan 2 gl sampai 5 gl kinetin sudah mampu mengurangi terjadinya pencoklatan pada eksplan dan mem- pertinggi persentase eksplan yang hidup. Peran zat pengatur tumbuh eksogen juga menentukan terjadinya pencoklatan eksplan, zat pengatur tumbuh yang diberikan harus seimbang dan tepat untuk memperkecil persentase penco- klatan. Menurut Thaib 1977, pada percobaan kultur ujung batang enau, pemberian komposisi zat pengatur tumbuh yang seimbang dapat mem- perkecil persentase pencklatan. Menurut Zaid 1985, auksin diketahui dapat menghambat sin- tes polifenol sehingga dapat mengurangi penco- klatan eksplan, sedangkan sitokinin dapat mema- cu pencoklatan eksplan. Pada percobaan ini ha- nya diberikan sitokinin tanpa adanya masukan auksin, diduga pencoklatan terjadi karena tidak seimbangnya zat pengatur tumbuh di dalam tanaman dan rangsangan yang disebabkan oleh ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52DIKTIKEP1999 tgl. 12 Nopember 2002 178 Stigma Volume XIII No.3, Juli – September 2005 sitokinin, bukan berarti sitokinin tidak dapat di- tambahkan ke dalam media tapi perlu diperhati- kan keseimbangannya. Disamping tanaman rami juga melepaskan eksudan yaitu senyawa hasil metabolisme sekunder. Eksudan ini terakumulasi disekitar jaringan yang luka, sehingga terjadi pencoklatan.

2. Inisiasi pertunasan dan Jumlah Tunas