Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Industri pariwisata telah menjadi industri terbesar dan menjadi andalan negara –negara di dunia sebagai sumber devisa yang memperkuat ekonomi nasional setiap negara. Menurut data statistik yang dikeluarkan United Nations World Tourism Organization UNWTO menunjukkan terdapat 1,035 miliar kunjungan turis di tahun 2012 yang melakukan perjalanan melintasi berbagai negara di dunia. Angka ini menunjukkan terjadi peningkatan 39 juta wisatawan internasional dan pertumbuhan sebesar 4 . Dari pertumbuhan tersebut, kawasan Eropa tercatat menerima lebih dari setengah kunjungan wisatawan internasional, yaitu sekitar 535 juta orang. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 3 , walaupun krisis ekonomi tengah melanda kawasan Eropa. Sementara Amerika Amerika Serikat, Amerika bagian utara, maupun Amerika bagian selatan, mengalami peningkatan kunjungan sebesar 4 atau 162 juta wisatawan. Peningkatan paling tajam terjadi di Kawasan Afrika dan Asia Pasifik. Kawasan Afrika mengalami peningkatan wisatawan internasional sebesar 6 . Sebuah kabar gembira karena di tahun 2011 terjadi penurunan 1 akibat krisis politik yang terjadi di negara seperti Mesir dan Tunisia. Sementara kawasan Asia Pasifik yaitu sekitar 7 dengan jumlah kedatangan mencapai 233 juta wisatawan internasional. www.kompas.com, 2013. 1 Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kawasan Asia-Pasifik memiliki pertumbuhan terbesar dalam industri pariwisata. Diketahui, pertumbuhan tertinggi di kawasan tersebut terdapat di Asia Tenggara, dengan jumlah kedatangan wisatawan naik 8,7 dibanding tahun 2011. Hal ini menjadi kabar baik bagi pelaku usaha pariwisata, khususnya di Indonesia. Badan Pusat Statistik BPS mencatat pertumbuhan pariwisata Indonesia mencapai 5,16 melebihi angka pariwisata global yang tumbuh 4 dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sepanjang 2012 mencapai 8,044 juta orang. Angka ini melampaui target pemerintah yang mematok kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara dengan total sekitar 8 juta orang. Rata-rata pengeluaran wisatawan mancanegara per kunjungan sekitar USD 1.130. Sementara pengeluaran rata-rata wisatawan mancanegara per harinya USD 147,22 dengan rata-rata lama tinggal 7 hari. Atas total kunjungan wisatawan mancanegara ini, negara diperkirakan menerima devisa sekitar USD 9,1 miliar. www.merdeka.com, 2013 Menurut Badan Pusat Statistik BPS, wisatawan mancanegara wisman terbanyak yang mengunjungi Indonesia di tahun 2012 berasal dari Singapura yaitu 1,27 juta atau 16,807 dari total wisatawan mancanegara. Diikuti Malaysia 1,13 juta atau 14,98 , Australia 909.170 atau 12,01 , China 618.220 atau 8,17 dan Jepang 445,060 atau 5,88 . Kedatangan wisatawan mancanegara dapat dilihat melalui beberapa pintu masuk yang berada di berbagai wilayah Indonesia. Seperti yang disajikan dalam Tabel 1.1 Sebagai berikut. Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu TABEL 1.1 JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN KE INDONESIA NO. PINTU MASUK PROPINSI 2010 2011 2012 1 Ngurah Rai Bali 2.546.023 2.788.706 2.902.125 2 Soekarno –Hatta Banten 1.823.636 1.933.022 2.053.850 3 Batam Kep. Riau 1.007.446 1.161.581 1.219.608 4 Polonia Sumatera Utara 162.410 192.650 205.845 5 Juanda Jawa Timur 168.888 185.815 197.776 6 Husein Sastranegara Jawa Barat 90.278 115.285 146.736 7 Adi Sucipto DIY 46.987 48.160 58.926 8 Entikong Kalimantan Barat 23.436 25.254 25.897 9 Adi Sumarmo Jawa Tengah 22.350 23.830 21.612 10 Selaparang BIL NTB 17.288 17.938 17.032 Sumber : Badan Pusat Statistik 2013 Berdasarkan data tersebut, bahwa delapan dari sepuuh pintu masuk ke Indonesia mengalami peningkatan selama tiga tahun terakhir. Hal ini dapat menjadi tolak ukur perkembangan pariwisata di Indonesia. Salah satu pintu masuk di Indonesia yang mengalami peningkatan signifikan adalah Bandara Husein Sastranegara di Provinsi Jawa Barat. Meningkatnya wisatawan dari Bandara Husein Sastranegara dari tahun 2010 sampai 2012 menandakan meningkatnya pariwisata di Jawa Barat. Pendorong meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Jawa Barat tidak lepas dari penambahan penerbangan langsung dari Bandung ke Singapura dan Kuala Lumpur yang saat ini ada sekitar lima penerbangan domestik ke Bandung. Peningkatan landasan Bandara Husein yang memungkinkan didarati pesawat besar seperti A-230 otomatis menambah minat maskapai penerbangan untuk mendaratkan pesawatnya di jalur Bandung. Penerbangan langsung Bandung-Singapura dan Kuala Lumpur sangat berpengaruh, disamping jalur tidak langsung dari Jakarta, Surabaya, Yogyakarta dan Bali. Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik BPS, Jawa Barat adalah salah satu dari sebelas provinsi di Indonesia yang paling banyak dikunjungi oleh para turis. Jawa Barat memiliki obyek wisata yang beragam baik wisata alam, budaya maupun sejarah. Jumlah wisatawan mancanegara wisman yang masuk ke Jawa Barat melalui Bandara Husein Sastranegara dan Pelabuhan Muara Jati meningkat dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2010 kunjungan wisatawan mancanegara ke Jawa Barat 92.479 orang, tahun 2011 sebanyak 117.550 orang dan naik signifikan di tahun 2012 menjadi 148.445 orang atau naik sekitar 26 . Peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara di Jawa Barat didominasi turis asal Malaysia dan Singapura. Pada tahun 2010 wisatawan asal Malaysia yang berkunjung ke Jawa Barat mencapai 79.589 orang dan pada tahun 2011 naik menjadi 96.978 orang. Sementara pada tahun 2012 menjadi 109.205 orang. Selain Malaysia, wisatawan asal Singapura juga naik signifikan. Pada tahun 2010 jumlah wisatawan asal Singapura 5.948 orang, naik menjadi 10.930 orang pada tahun 2011 dan melonjak menjadi 26.016 orang pada tahun 2012. Peningkatan tersebut juga terjadi untuk wisatawan dari berbagai negara, seperti Thailand, Australia, Amerika dan lainnya. Pada tahun 2010 wisatawan Australia sebanyak 478 orang, naik pada tahun 2011 mencapai 682 orang dan meningkat tajam di tahun 2012 menjadi 1.024. Begitu juga dengan wisatawan asal Amerika Serikat, tahun 2010 jumlahnya mencapai 406 orang dan tahun 2011 mencapai 512 orang, tetapi tahun 2012 melonjak menjadi 1.048 orang. www.sindonews.com, 2013 Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Industri pariwisata di Jawa Barat akan terus berkembang karena meningkatnya kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah wisatawan tersebut di dorong oleh program dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Disparbud Jawa Barat terkait tahun kunjungan wisata. Badan Promosi Pariwisata BPP Jawa Barat optimis jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 2013 akan menembus angka satu juta orang dengan syarat ada peningkatan layanan dan perbaikan infrastruktur, sedangkan untuk wisatawan domestik, Jawa Barat menargetkan 45 juta orang. Salah satu destinasi wisata di Jawa Barat adalah Kota Bandung. Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus menjadi ibu kota provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta, dan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini secara geografis terletak di tengah –tengah Propinsi Jawa Barat. Dengan demikian Kota Bandung mempunyai nilai strategis terhadap daerah –daerah di sekitarnya. Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan yang menjadikan hawanya sejuk sepanjang tahun dengan suhu rata –rata 22 derajat. Hawa sejuk yang tak dimiliki kota –kota besar lainnya di Indonesia ini menjadikan Kota Bandung sebagai destinasi wisata favorit bagi wisatawan. Salah satu daya tarik wisata Kota Bandung adalah wisata belanja. Beragam produk yang dijual pada umumnya berkualitas dan dengan harga yang relatif terjangkau. Mulai dari fesyen hingga boneka menjadi primadona wisatawan. Apalagi setelah demam Factory Outlet melanda Kota Bandung, Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ternyata melesat begitu cepat. Kota Bandung menjadi weekend destination bagi daerah sekitarnya, termasuk jadebotabek yang merupakan frequent visitor. Mereka yang tertarik tidak saja datang dari kota –kota lain di Indonesia, tetapi juga wisatawan mancanegara wisman. Badan Pusat Statistik BPS menyatakan, Kota Bandung menjadi magnet paling kuat yang mampu menarik wisatawan mancanegara berkunjung ke Indonesia. Total wisatawan dari berbagai penjuru dunia yang melancong ke Kota Bandung tahun 2012 diperkirakan sudah mencapai 1,3 juta jiwa. Data tersebut diambil dari beberapa hotel dan restoran yang tersebar di Kota Bandung. Kunjungan wisatawan mancanegara diprediksi sebagian besar berasal dari negara Asia khususnya dari Malaysia. Turis dari Malaysia dan Singapura tercatat sebagai yang paling banyak mengunjungi Kota Bandung. Wisatawan Malaysia yang datang ke Kota Bandung pada juni 2012 mencapai 10.852 wisatawan, disusul Singapura 2.106 orang. Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, daya tarik wisata di Kota Bandung tahun 2013 masih belum akan berubah. Kebanyakan wisatawan masih akan memilih datang ke Kota Bandung untuk mengunjungi objek wisata belanja dan kuliner. Dengan tingginya angka kunjungan wisatawan, Bandung masih menjadi salah satu kota pilihan dan masih diincar wisatawan. Terlebih lagi saat ini akses menuju Kota Bandung sangat mudah dan terbuka. Selain telah dibukanya penerbangan internasional ke Singapura dan Kuala Lumpur –Malaysia, juga memiliki akses jalan tol yang memudahkan perjalanan Jakarta –Bandung. Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Supaya Industri Pariwisata berjalan lancar, tentunya harus ada sarana akomodasi yang mendukung, yaitu Hotel. Jasa perhotelan merupakan salah satu jasa akomodasi yang mendukung industri pariwisata. Oleh karena itu, industri pariwisata tanpa keberadaan hotel akan mengalami hambatan. Jadi, antara industri pariwisata dan perhotelan saling terpaut atau dengan kata lain saling membutuhkan. Maka, kalau terjadi lonjakan pariwisata, dengan sendirinya sarana hotel akan mengalami kenaikan. Selain sektor pariwisata yang dapat menunjang usaha perhotelan, sektor perekonomian juga ikut menentukan dalam bisnis ini. Karena pada era globalisasi sekarang, hotel juga berfungsi sebagai tempat untuk melakukan kegiatan bisnis, seperti rapat dan seminar. Hal ini terbukti dengan adanya fasilitas meeting room yang hampir dimiliki oleh setiap hotel dari mulai bintang satu sampai dengan bintang lima. Berikut adalah jumlah hotel bintang di Kota Bandung TABEL 1.2 JUMLAH HOTEL BERBINTANG MENURUT KLASIFIKASINYA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008 –2012 Tahun Klasifikasi Hotel Total Bintang 5 Bintang 4 Bintang 3 Bintang 2 Bintang 1 2008 5 16 27 16 7 70 2009 7 15 26 15 10 73 2010 8 19 28 16 7 79 2011 9 21 29 18 9 86 2012 10 23 33 17 9 92 Sumber : Disbudpar Kota Bandung 2013 Dari Tabel 1.2 dapat diketahui jumlah hotel di Kota Bandung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Klasifikasi hotel bintang di Kota Bandung yang terus mengalami peningkatan tanpa adanya penurunan adalah hotel bintang lima. Hotel bintang lima memiliki kualitas terbaik dibandingkan dengan kelas hotel Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu yang lain dan dapat memberikan nilai lebih untuk tamu, sehingga banyak orang yang lebih memilih menginap di hotel bintang lima. Meningkatnya keinginan orang –orang untuk menginap di hotel bintang lima, dapat berimbas dengan meningkatnya jumlah hotel bintang lima. Berikut adalah daftar hotel bintang lima di Kota Bandung TABEL 1.3 DAFTAR HOTEL BINTANG LIMA DI KOTA BANDUNG No. Nama Hotel Alamat 1. Hilton Hotel Jl. HOS Tjokroaminoto No. 41- 43, Bandung 40171 2. Sheraton Hotel Towers Jl. Ir. H. Juanda No. 390 3. Hyatt Regency Jl. Sumatera No. 51 4. Grand Royal Panghegar Jl. Merdeka No.2 Bandung 40111 5. Grand Aquila Jl. Dr. Djundjunan No. 116 6. Aston Primera Pasteur Jl. Dr. DJunjunan No.96 Bandung 40162 7. GH Universal Hotel Jl. Setiabudhi No. 376, Bandung 40143 8. Grand Preanger Jl. Asia Afrika No. 81 9. Marbella Suites Jl. Sentra Dago Pakar, Bandung 40198 10. The Papandayan Jl. Jend. Gatot Subroto No. 83, Bandung 40262 Sumber : Disbudpar Kota Bandung 2013 Dilihat dari Tabel 1.3, bahwa jumlah hotel bintang lima di Kota Bandung cukup banyak dan kemungkinan akan mengalami peningkatan. Dengan meningkatnya jumlah hotel bintang lima, tentunya akan meningkatkan persaingan yang semakin tajam dalam industri jasa perhotelan. Perusahaan yang mampu bersaing dalam pasar adalah perusahaan yang dapat menyediakan produk atau jasa yang lebih berkualitas. Oleh sebab itu, perusahaan dituntut untuk terus melakukan perbaikan terutama pada kualitas produk dan jasa. Hal ini dimaksudkan agar seluruh barang atau jasa yang ditawarkan akan mendapat tempat yang baik di mata masyarakat selaku konsumen dan calon konsumen karena konsumen dalam memilih barang dan jasa didasari Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu motivasi yang nantinya mempengaruhi jenis, cita rasa barang atau jasa yang dibelinya. Salah satu hotel bintang lima yang ada di Kota Bandung adalah Hotel Grand Royal Panghegar, yang sudah berdiri sejak 50 tahun lalu. Hotel ini merupakan hotel bintang lima yang menawarkan kemewahan dan lokasi strategis di jantung Kota Bandung, dekat dengan pusat hiburan dan bisnis. Hotel Grand Royal Panghegar berjarak 100 meter dari Jalan Braga yang terkenal dengan pertokoan peninggalan tempo dulu, pusat kuliner dan hiburan, 15 menit dari Bandara Husen Sastranegara dan hanya 5 menit ke pusat bisnis. Dilengkapi dengan Ballroom yang berkapasitas maksimal 2000 pax serta banyaknya jumlah ruang pertemuan berkapasitas kecil menjadikan Grand Royal Panghegar tempat yang sangat cocok untuk keperluan bisnis dan liburan. Hotel Grand Royal Panghegar dikelola dengan manajeman berbasis keluarga, dalam arti para pemilik juga memiliki kedudukan di manajemen untuk mengoperasikan hotel. Hal ini berbeda dengan kebanyakan hotel bintang lima di Kota Bandung yang sebagian besar merupakan chain hotel seperti Hotel Hilton, Sheraton dan Hyatt. Berikut adalah tingkat hunian kamar Hotel Grand Royal Panghegar Bandung. TABEL 1.4 TINGKAT HUNIAN KAMAR HOTEL GRAND ROYAL PANGHEGAR Tahun Room Sold Room Occupancy 2010 23.748 41,75 2011 42.718 49,36 2012 75.582 57,70 Sumber : Grand Royal Panghegar 2013 Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Berdasarkan Tabel 1.4 dapat dilihat bahwa dari tahun 2010 sampai 2012 Hotel Grand Royal Panghegar Bandung tingkat hunian kamarnya rendah yaitu hanya mampu berada dikisaran 50, hal ini menunjukkan bahwa Hotel Grand Royal Panghegar belum mampu mencapai target minimal yang diinginkan manajemen yaitu 75 tingkat hunian kamar occupancy setiap tahunnya. Terjadinya penurunan tingkat hunian kamar Hotel Grand Royal Panghegar dapat disebabkan oleh persaingan antar hotel bintang lima yang cukup tinggi di Kota Bandung. Rendahnya tingkat hunian kamaroccupancy adalah masalah utama bagi Hotel Grand Royal Panghegar Bandung, sebab pendapatan utama hotel diperoleh dari para tamu yang menginap, jadi rendahnya tingkat hunian kamar akan berpengaruh pada tingkat pendapatan hotel. Berikut adalah revenue per segment Hotel Grand Royal Panghegar Bandung. TABEL 1.5 REVENUE PER SEGMENT SEGMENT 2010 2011 2012 Business Corporate 7.551.163.622 10.620.134.986 7.453.789.315 Business Holiday 3.761.256.405 7.240.851.190 6.232.345.226 Business Meeting 2.058.269.854 20.532.370.380 15.606.998.110 Business Traveller 1.342.980.494 2.647.241.367 3.139.881.236 Tourist Traveller 553.167.357 2.234.960.462 4.312.565.118 Executive PXC 95.093.888 468.748.737 Executive Meeting 483.896.695 Executive Corporate 39.437.679 137.594.969 1.150.330.579 Executive Holiday 14.538.954 5.870.250 1.466.127.727 Tourist Holiday 8.778.495 Barter 3.652.849 42.834.795 Total 15.428.339.597 43.930.607.136 39.845.934.006 Sumber : Grand Royal Panghegar 2013 Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dilihat dari Tabel 1.5 bahwa revenue per segment Hotel Grand Royal Panghegar Bandung mengalami peningkatan dan penurunan dari tahun ke tahun. Di tahun 2011 income revenue Hotel Grand Royal Panghegar mengalami peningkatan dari 15.428.339.597 menjadi 43.930.607.136 dan mengalami penurunan di tahun 2012 menjadi 39.845.934.006. Keuntungan yang didapat dari revenue per segment ini akan berpengaruh pada Room Occupancy hotel, selama dari tahun 2010 –2012. Banyak hal yang dapat mempengaruhi maju mundurnya usaha perhotelan, salah satunya karena persaingan yang sangat ketat. Munculnya persaingan dalam berbisnis merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Dengan adanya persaingan, maka pengusaha dihadapkan pada berbagai peluang dan ancaman baik yang berasal dari luar maupun dari dalam perusahaan yang akan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kelangsungan hidup usaha. Untuk itu setiap bisnis di tuntut untuk selalu mengerti dan memahami apa yang terjadi di pasar dan apa yang menjadi keinginan konsumen, serta berbagai perubahan yang ada di lingkungan bisnis sehingga mampu bersaing dengan dunia bisnis lainnya dan berupaya untuk meminimalisasi kelemahan –kelemahan dan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki. Dengan demikian para pebisnis di haruskan untuk memilih dan menetapkan strategi yang dapat di gunakan untuk menghadapi persaingan. Dengan adanya tekanan persaingan yang begitu ketat baik secara langsung atau tidak langsung akan sangat mempengaruhi kinerja organisasi bisnis, baik dalam hal teknologi, kebutuhan pelanggan dan siklus produk. Pada saat kondisi seperti Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu itulah sangat diperlukan tindakan yang tepat dalam mengambil keputusan maupun langkah –langkah tertentu untuk mempertahankan usaha tersebut. Salah satu strategi yang dilakukan Hotel Grand Royal Panghegar adalah dengan melakukan strategi diversifikasi produk. Strategi diversifikasi produk merupakan salah satu cara untuk meningkatkan volume penjualan yang dapat dilakukan oleh perusahaan terutama jika perusahaan tersebut telah berada dalam tahap kedewasaan. Dengan diversifikasi produk, suatu perusahaan tidak akan bergantung pada satu jenis produknya saja. Tetapi perusahaan juga dapat mengandalkan jenis produk lainnya produk diversifikasi. Dalam melakukan strategi diversifikasi produk di perlukan kreatifitas, inovasi, penelitian, modal, promosi atau komunikasi pemasaran, dll. Perusahaan yang melakukan strategi diversifikasi produk akan dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang sudah percaya dengan sebuah produk tersebut dan untuk membandingkan hasil dari produk tersebut supaya dapat lebih memperbaiki produk –produk sebelumnya menjadi lebih baik lagi. Adapun strategi diversifikasi produk yang di lakukan oleh Grand Royal Panghegar adalah dengan membangun sebuah kompleks hunian yang lebih besar dan mewah yang terdiri dari Hotel, Apartment, Condominium Hotel condotel, Convention Hall dan Shopping Arcade. Fasilitas yang dibangun juga tidak kalah pentingnya. Mulai dari Smart Living, yaitu sebuah cyber technology yang canggih untuk mengelola pekerjaan rumah tangga, seperti home tasking, community portal, community management, security dan lain sebagainya. Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Selain itu fasilitas seperti fitness center, lapangan tenis dan water heated swimming pool juga tersedia. Ditambah lagi dengan Convention Hall yang berkapasitas 2000 pax serta shopping arcade dan tera walk yang akan menyajikan restaurant dan juga café yang menjadi The New Lifestyle di pusat Kota Bandung. Konsep bangunan dari Grand Royal Panghegar itu sendiri adalah Green Building Environment, sehingga sempurnalah Grand Royal Panghegar menjadi The Luxurious Hotel and Apartment di Kota Bandung. Strategi diversifikasi produk Hotel Grand Royal Panghegar dilakukan dengan dua cara, yaitu diversifikasi konsentris dan diversifikasi horisontal. Berikut adalah Strategi Diversifikasi Produk Hotel Grand Royal Panghegar. TABEL 1.6 STRATEGI DIVERSIFIKASI PRODUK HOTEL GRAND ROYAL PANGHEGAR BANDUNG DIVERSIFIKASI KONSENTRIS DIVERSIFIKASI HORISONTAL Hotel Rooms Royal Apartment Convention Hall Condominium Hotel Condotel Meeting Rooms Shopping Arcade Restaurants Health and Sport Facilities Children’s Playground Business Centre Tour and Travel Sumber : Grand Royal Panghegar 2013 Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu diadakan suatu penelitian mengenai “Pengaruh Strategi Diversifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung” Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.2 Rumusan Masalah