Model Pemantauan Keberhasilan Reklamasi Hutan Pascatambang Batubara Studi Kasus Di Pt Bukit Asam Provinsi Sumatera Selatan

MODEL PEMANTAUAN KEBERHASILAN REKLAMASI
HUTAN PASCATAMBANG BATUBARA:
Studi Kasus di PT. Bukit Asam Provinsi Sumatera Selatan

HASRIANI MUIS

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DANSUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Model Pemantauan
Keberhasilan Reklamasi Hutan Pascatambang Batubara: Studi Kasus di PT Bukit
Asam Provinsi Sumatera Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Hasriani Muis
E161110011

RINGKASAN
HASRIANI MUIS Model Pemantauan Keberhasilan Reklamasi Hutan
Pascatambang Batubara: Studi Kasus di PT Bukit Asam Provinsi Sumatera
Selatan Dibimbing oleh I NENGAH SURATI JAYA, MUHAMMAD BUCE
SALEH dan KUKUH MURTILAKSONO.
Pertambangan batubara merupakan salah satu sektor penggerak ekonomi
pembangunan di Indonesia. Meskipun demikian, sektor ini turut pula
menyumbang dampak negatif terhadap lingkungan berupa deforestasi, penurunan
produktivitas tanah, pemadatan tanah, terjadinya erosi dan sedimentasi, penurunan
biodiversitas flora dan fauna hingga perubahan iklim mikro.
Kegiatan reklamasi hutan ditujukan untuk memulihkan dan memperbaiki
lahan dan vegetasi yang rusak agar hutan dapat berfungsi kembali sesuai
peruntukannya. Idealnya, pencapaian keberhasilan dari kegiatan reklamasi hutan
adalah terciptanya struktur dan fungsi hutan yang stabil, sehingga dibutuhkan
kegiatan monitoring terhadap pencapaian keberhasilan reklamasi hutan, yang

didukung oleh dua hal: (1) penentuan kriteria dan indikator yang cepat, murah,
konsisten dan akurat; (2) penetapan standar skor keberhasilan reklamasi hutan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi indikator yang dapat
menduga keberhasilan reklamsi hutan, memprediksi waktu pencapaian kondisi
stabil, membangun standar skor keberhasilan reklamsi hutan, dan membangun
model keberhasilan reklamasi hutan di areal bekas tambang batubara secara cepat,
murah, konsisten, dan akurat. Analisis deskriptif digunakan untuk
menggambarkan parameter penduga keberhasilan reklamasi hutan dan analisis
diskriminan menentukan indikator penduga keberhasilan reklamasi hutan di areal
bekas tambang batubara. Analisis regresi dengan membuat hubungan antara
LBDS (Y) dengan umur tanam (X) digunakan untuk memprediksi waktu
pencapaian kondisi stabil. Analisi regresi juga digunakan untuk membangun
standar skor dengan membuat hubungan antara LBDS (Y) dengan setiap peubah
terpilih untuk menbangun standar skor keberhasilan reklamasi hutan. Skor yang
diperoleh kemudian distandarisasi. Untuk membangun model monitoring
keberhasilan reklamasi hutan digunakan metode skor dan bobot. Penentuan bobot
dilakukan dengan analisis komponen utama (PCA). Total nilai bobot yang
dihasilkan adalah sama dengan 1.
Penelitian ini dilakukan di areal reklamasi bekas tambang batubara PT Bukit
Asam (Persero) Tbk. Luasan areal revegetasi hingga tahun 2014 seluas 1.456,2 ha

(Gambar 1). Secara administratif lokasi penelitian berada di wilayah Kecamatan
Tanjung Enim Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan. Secara
geografis, lokasi penelitian berada pada koordinat 103º40’–103º45’BT dan 3º35’–
3º45’LS. Penelitian dilakukan di areal revegetasi yang memiliki umur tanaman
1tahun sampai 20 tahun. Penelitian ini juga dilakukan pada hutan alam (HA)
untuk mendapatkan informasi tenang kondisi hutan yang telah mencapai kondisi
stabil.
Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai koefisien variasi pada berbagai
kelas umur untuk LBDS berkisar antara 6.92% – 85.12%, untuk biomassa berkisar
0.55% –82.50% dan untuk MAI/riap berkisar 4.09% –88.13%. Indikator penduga

keberhasilan reklamasi hutan di areal bekas tambang yang paling konsisten dan
akurat adalah LBDS. Akurasi pada LBDS lebih tinggi dari biomassa dan riap
yaitu akurasi mencapai 91.8% untuk 3 kelas. Atas dasar itu, maka LBDS
merupakan indikator penduga keberhasilan reklamasi hutan dengan 10 variabel
terpilih. Variabel tersebut terdiri atas fraksi pasir, unsur hara N, unsur hara P,
ketebalan serasah, berat kering serasah, erosi, indeks keanekaragaman jenis,
kerapatan pohon, persentase tutupan tajuk, dan rekolonisasi.
Prediksi waktu pencapaian merupakan waktu yang diperlukan untuk
mencapai kondisi stabil mulai dilakukan penanaman hingga mencapai struktur dan

fungsi hutan alam yang stabil. Penelitian ini menghasilkan model persaman
regresi yang memberikan hasil verifikasi terbaik dalam memprediksi capaian
waktu stabil adalah persamaan power yaitu y = 0.7017x1.0852, dengan y adalah
Umur tanaman dan x adalah nilai LBDS. Waktu prediksi pencapaian kondisi
stabil menggunakan persamaan tersebut adalah 43 tahun.
Pada penelitian ini dirumuskan 10 model monitoring keberhasilan reklamasi
hutan. Hasil uji akurasi model terbaik adalah Model 10 (SKr) dengan akurasi
sebesar 76.5% untuk overall accuracy dan 63.6% untuk kappa accuracy.
Berdasarkan model terpilih ditemukan peubah kunci yang dapat digunakan untuk
memantau keberhasilan reklamasi hutan adalah kerapatan pohon.
Kata kunci: Model monitoring, Reklamasi hutan, pertambangan, indikator kunci

SUMMARY
HASRIANI MUIS Monitoring Model of Forest Reclamation Success on Coal
Post-mining: Study Case at PT. Bukit Asam Province of South Sumatra.
Supervised by I NENGAH SURATI JAYA, MUHAMMAD BUCE SALEH and
KUKUH MURTILAKSONO.
Coal mining is one of the driving sectors of economic development in
Indonesia. This sector also helped contribute to negative impacts on the
environment such as deforestation, declining soil productivity, soil compaction,

erosion and sedimentation, loss of biodiversity of flora and fauna to changes in
microclimate.
The forest reclamation is aimed to restore and repair the damaged lands and
its vegetation so the forest has been put back to its initial functions. Ideally, to
achieve the success of forest reclamation is the creation of structures and
functions of forests are stable, so that required monitoring activities to achieve the
success of forest reclamation, which is supported by two things: (1) the
determination of criteria dan indicator that is fast, cheap, consistent and accurate;
(2) setting standards of forest reclamation success.
This study aims to identify indicators that can be guessed success
reclamation forest, predicts time to stable condition, establish a standard score
forest reclamation success, and build a model of success in the area of forest
reclamation of a former coal mine in a fast, cheap, consistent, and accurate.
Descriptive analysis is used to describe the success of forest reclamation
parameter estimators and estimators discriminant analysis determine indicator of
success of forest reclamation in the area of coal mine. Regression analysis by
making the relationship between LBDs (Y) with the growing age (X) is used to
predict the timing of the achievement of a stable condition. Regression analysis
was also used to establish a standard score by making the relationship between
LBDs (Y) with variable setipa elected to the standard score success reklamsi

menbangun forest. Scores were then standardized. To build a model of monitoring
the success of forest reclamation used method scores and weights. Weighting
performed by principal component analysis (PCA). The total weight of the
resulting value is equal to 1.
This research was conducted at the reclamation of coal miner PT Bukit
Asam (Persero) Tbk. Revegetation areal extents of up to 2014 covering an area of
1456.2 ha (Figure 1). Administratively research site located in the subdistrict of
Muara Enim Regency Tanjung Enim in South Sumatra Province. Geographically,
the study site is at coordinates 103º40'-103º45'BT and 3º35'-3º45'LS. The study
was conducted at the revegetation has 1qq plant age to 20 years. This study was
also conducted on natural forests (HA) to obtain information quiet forest
conditions have reached steady.
The results showed that the coefficient of variation at different ages for
LBDs ranged between 6.92% - 85.12%, for biomass range from 0:55% -82.50%
and for MAI/increment ranges from 4:09% -88.13%. Indicators of success
estimators forest reclamation in the former mining area that is the most consistent
and accurate is LBDs. Consistency accuracy at higher LBDs from biomass and

increment, which reached 91.8% accuracy for 3 classes. On that basis, it is an
indicator probe LBDs forest reclamation success with 10 variables selected. These

variables consist of a sand fraction, nutrients N, P nutrients, litter thickness, litter
dry weight, erosion, species diversity index, tree density, the percentage of canopy
cover, and recolonisation.
Prediction attainment time is the time required to reach steady state start
planting until it reaches the structure and function of natural forests are stable.
This research resulted in the regression equation models that provide the best in
predicting the results of the verification time performance stable is the power
equation is y = 0.7017x1.0852, with y is the Age of plants and x is the value LBDs.
Attainment prediction time stable condition using the equation is 26 years old.
In this study, formulated 10 monitoring the success of the model forest
reclamation. The the Model 10 (SKr) in the best monitoring with an accuracy of
76.5% to 63.6% overall accuracy and kappa for accuracy. Based on the chosen
model found the key variables that can be used to monitor the success of forest
reclamation is the trees density.
Keyword: Model of monitoring, forest reclamation, mining area, key indicator

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk

kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

MODEL MONITORING KEBERHASILAN REKLAMASI
HUTAN DI AREAL BEKAS TAMBANG BATUBARA:
Studi Kasus PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Sumatera Selatan

HASRIANI MUIS

Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor
pada
Program Studi Ilmu Pengelolaan Hutan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2016

Penguji pada Ujian Tertutup:
1. Dr Ir Irdika Mansur, M ForSc
2. Dr Ir Omo Rusdiana, MSc FTrop

Penguji pada Ujian Terbuka:
1. Prof Dr Ir Muh. Basir, SE, MS
2. Dr Ir Irdika Mansur, M For Sc

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadhirat Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga disertasi dengan judul ―Model Pemantauan Keberhasilan
Reklamasi Hutan Pascatambang Batubara : Studi Kasus di PT Bukit Asam
Provinsi Sumatera Selatan‖ dapat diselesaikan. Disertasi ini diajukan sebagai
salah syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Doktor Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian dan disertasi ini dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan
melalui beasiswa BPPS dan program Hibah Disertasi tahun 2016 dari
Kemenristekdikti RI serta bantuan penelitian Rektor Universitas Tadulako. Bagian

dari disertasi ini telah dipublikasikan pada Indonesian Journal of Electrical
Engineering and Computer Science dengan judul Information Required For
Estimating The Indicator Of Forest Reclamation Success In Ex Coal-Mining
Area dan Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea,
Balai Penelitian dan
Pengembangan
Lingkungan
Hidup
dan
Kehutanan
Makassar dengan judul Model Monitoring Keberhasilan Reklamsi Hutan Di Areal
Bekas Tambang Batubara.
Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Prof. Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya, M.Agr selaku Ketua Komisi Pembimbing
yang dengan penuh kesabaran memberikan arahan, motivasi dan
pembelajaran yang diberikan kepada penulis secara langsung maupun tidak
langsung selama menempuh pendidikan
2. Dr. Ir. Muhammad Buce Saleh, MSyang dengan kerelaan dan kesabarannya
menjadi tempat konsultasi untuk membuka cakrawala berpikir lebih
komprehensif dalam ilmu pengelolaan hutan.

3. Prof. Dr. Ir. Kukuh Murtilaksono, MS yang memberikan jalan mudah bagi
penulis memahami ilmu tanah dan pengelolaan sumberdaya lahan.
4. Dr. Ir. Irdika Mansur, M.For.Sc, atas bantuannya yang telah memberikan
rekomendasi sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan dan atas koreksi,
komentar dan sarannya untuk perbaikan disertasi ini.
5. Dr. Ir. Omo Rusdiana, M. Sc, selaku penguji luar komisi pada ujian tertutup,
atas koreksi, komentar dan sarannya untuk perbaikan disertasi menjadi lebih
baik.
6. Prof. Dr. Ir. Muh. Basir selaku Rektor Universitas Tadulako yang telah
bersedia dan meluangkan waktu di tengah kesibukannya yang luar biasa
untuk memberikan saran, masukan, dan koreksian dalam rangka
penyempurnaan tulisan ini.
7. Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS selaku ketua PS Ilmu Pengelolaan Hutan atas
kesabaran, dan pengertiannya yang telah banyak meluangkan waktu untuk
memonitoring, memotivasi, mendengar dan memberikan solusi penyelesaian
studi.
8. Seluruh penyelenggara dan pelaksana Sekolah Pascasarjana IPB , terutama
pengelola Mayor Ilmu Pengelolaan Hutan yang memberikan pelayanan
terbaiknya selama penyelesaian studi
9. PT Bukit Asam (Persero) Tbk Sumatera Selatan atas izin, akomodasi dan
setiap dukungan yang membuat penelitian ini dapat dilaksanakan.

10. Keluarga Besar laboratorium laboratorium Remote Sensing dan GIS atas
setiap kebersamaan, kekeluargaan dan bantuan yang sangat berarti dalam
penyelesaian penelitian dan studi ini.
11. Teman-teman IPH khususnya angkatakn 2011 atas persahabatan,
persaudaraan, bantuan dan kerjasamanya selama masa studi.
12. Ayahanda H. Abdul Muis dan Ibunda Hj. Rahmawati, Ayahanda mertua dan
Ibunda mertua Andi Baso AP dan Hj. Reti Baso atas doa dan kasih sayang
dalam menjalani hidup dan penyelesaian studi di IPB.
13. Suami Dr. Golar, S.Hut. M.Si dan anak-anak tercinta, Misykah Aulia Golar,
Ahmad Fadlan Aufa Golar dan Putri Malika Hairin Golar, atas pengertiannya,
semangat, doa dan kesabarannya sehingga penulis mampu untuk menjalani
pendidikan ini dengan sabar.
14. Semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga penulisan disertasi
ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa disertasi ini tidak luput dari kekurangan. Namun
penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi diri penulis
maupun yang membaca tulisan ini.
Bogor,

Agustus 2016

Hasriani Muis

DAFTAR ISI
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DANSUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

i

RINGKASAN

ii

SUMMARY

iv

PRAKATA

i

DAFTAR ISI

iii

DAFTAR TABEL

iv

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN
LatarBelakang
Novelty Penelitian
Tujuan
Manfaat Penelitian

1
1
4
6
6

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Kondisi Iklim
Kondisi Biofisik
Fisiografi

10
10
11
13
13

Tanah

13

Kondisi Vegetasi

15

INDIKATOR PENDUGA KEBERHASILAN REKLAMASI HUTAN DI
AREAL BEKAS TAMBANG BATUBARA
Pendahuluan
Metodologi
Bahan dan Alat

17
17
18
18

Pengumpulan data lapangan

19

Analisis Data

23

Hasil dan Pembahasan
Pemilihan variabel untuk menduga keberhasilan reklamasi hutan

26
31

Klasifikasi indikator penduga keberhasilan reklamasi hutan

31

Penentuan indikator penduga keberhasilan reklamasi hutan

34

Simpulan
MODEL MONITORING KEBERHASILAN REKLAMASI HUTAN DI
AREAL BEKAS TAMBANG BATUBARA
Pendahuluan
Metode
Bahan dan Alat
Analisis Data

35
37
37
38
38
38

Hasil dan Pembahasan
Pendugaan waktu pencapaian kondisi stabil

43
43

Pembangunan skor setiap peubah keberhasilan reklamasi hutan

45

Model monitoring keberhasilan reklamasi hutan

62

Pembangunan indeks skor keberhasilan reklamasi hutan

65

Simpulan

67

PEMBAHASAN UMUM
Simpulan
Saran

68
69
70

DAFTAR PUSTAKA

71

RIWAYAT HIDUP

110

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.

Kerangka pemikiran penelitian.................................................................... 5
Kerangka pendekatan penelitian .................................................................. 9
Peta Lokasi Penelitian ............................................................................... 10
Sebaran Jenis Tanah Di Areal Konsesi Pada PT Bukit Asam
(Sumber: PT. Bukit Asam 2013) ............................................................... 15
5. Bentuk dan ukuran plot contoh lapangan, bentuk persegi di hutan
alam ........................................................................................................... 19
6. Bentuk dan ukuranplot lingkaran untuk areal revegetasi .......................... 20
7. Diagram alir tahapan penentuan indikator penduga keberhasilan
reklamasi hutan .......................................................................................... 26
8. Proporsi jenis vegetasi tingkat pohon dan tiang yang dominan di
hutan alam dan areal revegetasi PT. Bukit Asam Tahun 2016 .................. 28
9. Hubungan antara biomassa dengan proporsi jumlah pohon PT Bukit
Asam 2016 ................................................................................................. 29
10. Nilai akurasi setiap indikator penduga keberhasilan reklamasi hutan
(LBDS, Bio, MAI) pada 5 kelas dan 3 kelas ............................................. 35
11. Model terpilih dugaan umur pencapaian kondisi stabil ............................. 44
12. Hasil analisis regresi antara LBDS (m2 ha-1) dengan ketebalan
serasah (cm) ............................................................................................... 50
13. Hasil analisis regresi antara LBDS (m2 ha-1) dengan berat kering
serasah (ton ha-1)........................................................................................ 51
14. Hasil analisis regresi antara LBDS (m2 ha-1) dengan indeks
biodiversitas ............................................................................................... 55
15. Hasil analisis regresi antara LBDS (m2 ha-1) dengan kerapatan pohon
(individu/ ha) ............................................................................................. 57
16. Hasil analisis regresi antara LBDS (m2 ha-1) dengan Persentase
tutupan tajuk (%) ....................................................................................... 59
17. Hasil analisis regresi antara LBDS (m2 ha-1) dengan Rekolonisasi........... 61

18. Kelas keberhasilan reklamasi hutan (KRH) menurut umur
menggunakan model 10 di areal bekas tambang PT Bukit Asam
(berhasil = IKRH >80%, cukup berhasil = IKRH 60% 80%, kurang
berhasil = IKRH < 60%) ........................................................................... 66

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.

Kerangka pemikiran penelitian ................................................................... 5
Kerangka pendekatan penelitian ................................................................. 9
Peta Lokasi Penelitian ............................................................................... 10
Sebaran Jenis Tanah Di Areal Konsesi Pada PT Bukit Asam
(Sumber: PT. Bukit Asam 2013)............................................................... 15
5. Bentuk dan ukuran plot contoh lapangan, bentuk persegi di hutan
alam ........................................................................................................... 19
6. Bentuk dan ukuranplot lingkaran untuk areal revegetasi .......................... 20
7. Diagram alir tahapan penentuan indikator penduga keberhasilan
reklamasi hutan ......................................................................................... 26
8. Proporsi jenis vegetasi tingkat pohon dan tiang yang dominan di
hutan alam dan areal revegetasi PT. Bukit Asam Tahun 2016 ................. 28
9. Hubungan antara biomassa dengan proporsi jumlah pohon PT Bukit
Asam 2016 ................................................................................................ 29
10. Nilai akurasi setiap indikator penduga keberhasilan reklamasi hutan
(LBDS, Bio, MAI) pada 5 kelas dan 3 kelas............................................. 35
11. Model terpilih dugaan umur pencapaian kondisi stabil ............................ 44
12. Hasil analisis regresi antara LBDS (m2 ha-1) dengan ketebalan
serasah (cm) .............................................................................................. 50
13. Hasil analisis regresi antara LBDS (m2 ha-1) dengan berat kering
serasah (ton ha-1) ....................................................................................... 51
14. Hasil analisis regresi antara LBDS (m2 ha-1) dengan indeks
biodiversitas .............................................................................................. 55
15. Hasil analisis regresi antara LBDS (m2 ha-1) dengan kerapatan pohon
(individu/ ha) ............................................................................................. 57
16. Hasil analisis regresi antara LBDS (m2 ha-1) dengan Persentase
tutupan tajuk (%) ....................................................................................... 59
17. Hasil analisis regresi antara LBDS (m2 ha-1) dengan Rekolonisasi .......... 61
18. Kelas keberhasilan reklamasi hutan (KRH) menurut umur
menggunakan model 10 di areal bekas tambang PT Bukit Asam
(berhasil = IKRH >80%, cukup berhasil = IKRH 60% 80%, kurang
berhasil = IKRH < 60%) ........................................................................... 66

DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil uji multikolonieritas variabel penentu keberhasilan reklamasi
hutan (Variabel X) ..................................................................................... 81
2. Regresi antara LBDS (m2 ha-1)dan umur tanaman (tahun)
menggunakan persamaan eksponensial: y = 1.8879e0.1239x ....................... 82
3. Verifikasi model persamaan regresi antara umur tanaman dan nilai
LBDS ......................................................................................................... 84
4. Verifikasi model persamaan regresi hubungan antara Ketebalan
serasah (KS) dan LBDS ............................................................................. 87
5. Verifikasi model persamaan regresi hubungan antara Berat kering
serasah dan LBDS ..................................................................................... 90
6. Verifikasi model persamaan regresi hubungan antara indeks
biodiversitas dan LBDS ............................................................................. 93
7. Verifikasi model persamaan regresi hubungan antara kerapatan dan
LBDS ......................................................................................................... 96
8. Verifikasi model persamaan regresi hubungan antara tutupan tajuk
dan LBDS .................................................................................................. 99
9. Verifikasi model persamaan regresi hubungan antara kolonisasi dan
LBDS ....................................................................................................... 102
10. Perhitungan bobot pada setiap model keberhasilan reklamasi hutan
di areal bekas tambang batubara PT. Bukit Asam Tahun 2015 .............. 105

1

PENDAHULUAN
LatarBelakang
Sumberdaya hutan terus mengalami tekanan antropogenik (Ross et al.
2016) sebagai dampak pertambahan jumlah penduduk dan tuntutan kualitas hidup
yang terus meningkat (Armenteras et al. 2006; Brink et al. 2014). Akibatnya,
hutan mengalami percepatan eksploitasi yang berdampak terhadap pengurangan
luas tutupan hutan (deforestasi). Deforestasi menyebabkan penurunan kualitas
lingkungan (Ahirwal dan Maiti 2016; Bax et al. 2016; Marinho et al. 2016) dan
menjadi penyebab utama hilangnya keanekaragaman hayati (Kujala et al. 2015;
Runyan et al. 2015), erosi tanah, sedimentasi, banjir, (Roy et al. 2002; Juliantari
2013) jasa ekosistem(Munro et al. 2012), manfaat tangible maupun intangible
hutan(Ladio dan Lozada 2009; Kelso dan Jacobson 2011) dan berkontribusi pula
terhadap perubahan iklim (Kettle 2012; RECOFTC 2012; Milad et al. 2013;
Mehdi et al. 2015; Hamilton et al. 2016). Fungsi-fungsi tersebut akan efektif jika
hutan berada pada kondisi keseimbangan, artinya hutan tidak mengalami tekanan
yang melampaui daya dukung lahannya (Darusman 2012).
Deforestasi terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia, termasuk Pulau
Sumatera. Tercatat bahwa tutupan hutan di Sumatera pada tahun 2009 seluas
±12.69 juta ha dan pada tahun 2013 tersisa ±11.34 juta ha. Artinya, pada periode
2009-2013 telah terjadi pengurangan luas hutan ±1.53 juta ha, dengan laju
kehilangan tutupan hutan ±0.38 juta ha/tahun (FWI 2014). Faktor ekonomi,
terutama yang berskala perusahaan menjadi salah satu penyebabnya.
Pertambangan merupakan salah satu faktor yang berkontribusi sebagai penyebab
terjadinya deforestasi. Kondisi ini disebabkan karena sebagian besar bahan
tambang secara alami seringkali berada dalam kawasan hutan.
Usaha pertambangan menunjukkan pertumbuhan yang pesat. Sampai
dengan tahun 2013 sebanyak 454 unit Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
(IPPKH) diberikan kepada perusahaan untuk kegiatan operasi produksi tambang
di Indonesia (DITJENPLAN 2013). Pertambangan merupakan sumberdaya alam
potensial yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber devisa untuk pembangunan
nasional. Pertambangan, khususnya batubara telah memberikan kontribusi nyata
dalam sektor pembangunan. Cadangan batubara diperkirakan sebesar 22.25 miliar
terdiri atas cadangan yang diperkirakan (probable) sebesar 15.13 miliar dan 7.12
miliar cadangan siap tambang. Jumlah produksi batubara Indonesia pada tahun
2013 mencapai 272.05 juta ton, 76.1% atau sebesar 207.06 juta ton diantaranya
dijual ke luar negeri, sisanya 66.99 juta ton (24.9%) untuk kebutuhan dalam
negeri(ESDM 2015). Kebutuhan batubara di dalam negeri terus mengalami
peningkatan, hingga pada tahun 2025 jumlahnya diperkirakan mencapai 192.33
juta ton, sedangkan ekspornya bisa mencapai 260.92 juta ton (Zahroh 2015).
Meskipun demikian, resiko terhadap kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan dari kegiatan tambang juga cukup besar, terutama terhadap kerusakan
hutan(Roy et al. 2002; Ahirwal dan Maiti 2016).Aktivitas tambang, khususnya
tambang terbuka (open pit mining)menyebabkan pembukaan dan pengupasan
hutan yang berdampak terhadap hilangnya vegetasi hutan (deforestasi) dan
terjadinya kerusakan lahan (degradasi lahan). Deforestasi menimbulkan dampak

2

terhadap degradasi lahan yang ditandai oleh penurunan produktivitas hutan,
penurunan kualitas tanah, hilangnya keanekaragaman hayati, dan terganggunya
stabilitas lahan. Kondisi ini harus segera diatasi dengan perbaikan dan pemulihan
terhadap kerusakan lahan dan vegetasi. Dibutuhkan sebuah mekanisme
pengendalian yang efektif(Mansur 2011; Schiappacasse et al. 2012), salah satunya
melalui optimalisasi kegiatan reklamasi hutan (Smith et al. 2016).
Reklamasi hutan bertujuan untuk perbaikan dan pemulihan ekosistem
hutan yang terganggu sehingga kawasan hutan berfungsi kembali secara optimal
sesuai peruntukannya (Camorani et al. 2005). Kegiatan reklamasi lahan hutan
memberikan banyak manfaat bagi keberlanjutan fungsi hutan melalui rekonstruksi
tanah (Mukhopadhyay et al. 2014), revegetasi (Meng et al. 2012; Bauman et al.
2015; Zhang et al. 2015; Clark dan Zipper 2016), pengaturan drainase, dan
tataguna lahan (Lindner 2009; Traoré et al. 2015). Secara keseluruhan, revegetasi
merupakan komponen terpenting dari serangkaian komponen reklamasi lainnya
(Wei et al. 2011).
Sesungguhnya, dari sisi kebijakan pemerintah telah mengeluarkan
Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia P.4/Menhut-II/2011 tentang
pedoman reklamasi hutan, dan P.18/Menhut-II/2011 tentang pedoman pinjam
pakai kawasan hutan. Hal penting yang tercantum dalam peraturan tersebut
adalah: setiap perusahaan pertambangan dan energi memiliki kewajiban untuk
mereklamasi lahan bekas tambang atas kawasan hutan yang dipinjam pakai,
dalam rangka menata dan memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan
vegetasi yang rusak, agar berfungsi kembali secara optimal sesuai peruntukannya.
PT. Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) merupakan salah satu perusahaan
tambang yang areal konsesinya berada di dalam kawasan hutan dengan izin
pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH) seluas 3453 ha.Berdasarkan SK Kemenhut
76/KPTS_II/ 2001tentang penunjukkan kawasan hutan dan perariran propinsi
Sumatera Selatan dan SK Kemenhut 866/Menhut-II/2014 tentang kawasan hutan
dan konservasi perairan Propinsi Sumatera Selatandiperoleh data bahwa Areal
IPPKH PTBA termasuk dalam status kawasan hutan produksi. Berdasarkan
ketentuan yang ada, PTBA mempunyai kewajiban untuk mengembalikan kawasan
tersebut menjadi hutan kembali. PTBA merupakan salah satu produsen batubara
di Indonesia yang aktif melakukan kegiatan reklamasi. Hingga tahun 2014, total
luasan yang telah direklamasi PTBA di areal bekas tambangnya mencapai luasan
1456.2 ha. Agar dapat terealisasi sesuai ketentuan, maka penilaian keberhasilan
reklamasi hutan harus dilakukan.
Pencapaian keberhasilan reklamasi hutan yang telah dilakukan,
membutuhkan suatu mekanisme penilaian melalui kegiatan pemantauan
(monitoring). Selain bertujuan untuk memperoleh data/informasi multi waktu dan
memperkiran laju dan arah terjadinya perubahan (Jaya 2010), kegiatan monev
juga bertujuan untuk mengetahui kesesuaian instrument kriteria dan indikator
yang digunakan dalam menilai capaian berdasarkan keberhasilan reklamasi hutan
secara murah, mudah, konsisten dan akurat.

3

Perumusan Masalah
Pedoman penilaiankeberhasilan reklamasi hutan sesungguhnya telah
diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. P60/MenhutII/2009.Maksud dari pedoman ini disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan
penilaian keberhasilan rekalamasi hutan pada areal bekas tambang. Tujuannya agar
pelaksanaan reklamasi hutan pada areal bekas tambang dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan dan sesuai dengan peruntukkannya. Kriteria dan
indikator yang digunakan pada pedoman ini telah tersusun secara terstruktur dan
komprehensif yang terdiri atas beberapa kriteria dan indikator yaitu (1) penataan
lahan; (2) pengendalian erosi dan sedimentasi; (3) revegetasi.Namun, pedoman
ini belum mengacu pada kembalinya struktur dan fungsi hutan yang stabil sesuai
dengan peruntukan lahannya.
Setiap perusahaan tambang termasuk PT Bukit Asam mempunyai tujuan
atau target reklamasi yang disesuaikan dengan peruntukan lahannya.Sehingga
tentu saja tidak tepat jika penilaian yang dilakukan terhadap semua perusahaan
tambang dengan status kawasan yang berbeda dinilai dengankriteriadan indikator
yang sama. Agar kriteria dan indikator yang digunakan lebih spesifik
mencerminkan kondisi hutannya, maka akan lebih baik jika pedoman penilaian
keberhasilan reklamasi ini disesuikan dengan peruntukan lahannya. Kriteria dan
indikator yang tepat harus dibangun berdasarkan tujuan akhir yang akan dicapai.
Kelemahan lain dari metode monitoringyaitupenerapan kriteria dan
indikator penilaian keberhasilan reklamasi hutanbelum mempertimbangkan
perbedaan jenis tambang. Selama ini, penggunaan kriteria dan indikator
diterapkan secara umum pada semua jenis tambang. Kegiatan pertambangan
yang dilakukan di kawasan hutan terdiri atas beberapa jenis, seperti oli dan gas,
batubara, mineral-mineral, dan lain-lain.Masing-masing jenis tambang tersebut
memiliki kandungan mineral yang berbeda sehingga setiap aktivitas
pertambangan membutuhkan teknik berbeda dalam proses eksploitasi bahan
tambangnya. Kondisi ini menyebabkan tingkat kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan akan berbeda.
Beberapa penelitian penilaian keberhasilan reklamasi hutan di kawasan
pertambangan telah dilakukan, diantaranya: Puspaningsih (2011) melakukan
penelitian tentang keberhasilan reforestasi di kawasan pertambangan nikel PT
INCO Soroako menemukan bahwa kriteria indikator keberhasilan reklamasi hutan
ditunjukkan oleh sifat-sifat tanah secara kompleks, struktur tegakan, status
biodiversitas, rekolonisasi, kehidupan satwa dan kondisi lingkungan hutan. Selain
itu Rohyani (2012) yang melakukan penelitian di kawasan tambang emas PT
Newmont Nusa Tenggara menemukan bahwa indikator fauna tanah yaitu
kelimpahan collembola tanah mempengaruhi keberhasilan reklamasi hutan. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa penilaian keberhasilan reklamasi hutan
pada setiap jenis tambang yang berbeda menghasilkan kriteria dan indikator yang
berbeda pula.
Selain penentuan kriteria dan indikator, salah satu hal penting yang harus
diperhatikan dalam monitoring keberhasilan reklamasi hutan adalah penentuan
kriteria keberhasilan reklamasi hutan. Penilaian terhadap keberhasilan reklamasi
hutanseharusnya mempertimbangkan kurun waktu karenakriteria keberhasilan
reklamasi hutan berbedapada setiap periode umur tanam. Hal ini juga menjadi

4

kelemahan pada pedoman penilaian keberhasilan reklamasi hutan berdasarkan
Permenhut No. P60/Menhut-II/2009. Dimana,kriteria penilaian terhadap
keberhasilan reklamasi hutan dinilai dengan skor yang sama tanpa
mempertimbangkan periode tahun tanam.
Ketepatan kegiatan pemantauan ditentukan oleh metode dan kriteria yang
akan digunakan(King et al. 2005; Shalaby dan Tateishi 2007; Langner 2009; Lee
dan Yeh 2009; del Barrio et al. 2010; Peijun et al. 2010; Schulz et al. 2010; Haq
et al. 2012; Tovar et al. 2013) karena akan berpengaruh terhadap akurasi,
efektifitas, dan objektifitas terhadap kesesuaian reklamasi hutan yang dilakukan.
Penyederhanaan terhadap penggunaan kriteria dan indikator menjadi penting
untuk dilakukanagar monitoring dapat dilakukan secara mudah, murah, konsisten
dengan akurasi yang memadai. Hal ini dimasukkan agar monitoring keberhasilan
reklamasi hutan mudah dilakukan. Idealnya, pencapaian keberhasilan dari
kegiatan reklamasi hutan adalah terciptanya struktur dan fungsi hutan yang stabil
(Gambar 1).
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan
penting dalam penelitian ini:
1. Indikator apa sajakah yang dapat digunakan untuk menduga keberhasilan
reklamasi hutan?
2. Bagaimana model monitoring keberhasilan reklamasi hutan yang dibangun
dan peubah apa yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan reklamasi
hutan di areal bekas tambang batubara?
3. Bagaimana kriteria keberhasilan reklamasi hutan berdasarkan umur pada areal
bekas tambang batubara?
Novelty Penelitian
Setiap tambang memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan berada pada
status kawasan hutan yang berbeda pula. Penilaian keberhasilan reklamasi hutan
yang dilakukan membutuhkan pendekatan berupa penggunaan kriteria dan
indikator spesifik yang harus disesuaikan dengan karakteristik jenis tambang dan
peruntukan lahannya. Penelitian ini, fokus pada penilaian terhadap keberhasilan
reklamasi hutan di kawasan hutan produksi yang merupakan areal bekas tambang
batubara.
Selain itu, penelitian ini melakukan penyederhanaan terhadap kriteria dan
indikator yang digunakan agar monitoring penilaian keberhasilan reklamasi hutan
dapat dilakukan secara mudah, relatif murah, konsisten dan akurat. Novelty
lainnya adalah menghasilkan kriteria yang dapat digunakan untuk menilai
keberhasilan reklamasi hutan yang mempertimbangkan dimensi waktu sehingga
monitoring keberhasilan reklamasi hutan dapat dinilai pada setiap pertumbuhan
berdasarkan umur tanaman.

5

Pertambangan

Degradasi
Lahan

Deforestasi

Penurunan
produktivitas hutan

Penurunan
kualitas tanah

Hilangnya
keanekaragaman
hayati

Pemulihan
Reklamasi
Hutan
Pencapaian
keberhasilan
reklamasi hutan

Monitoring &
Evaluasi

Penentuan
Kriteria & Indikator
Struktur &
Fungsi Hutan Stabil
Model
monitoring
keberhasilan
reklamasi hutan
Kriteria
keberhasilan
reklamasi hutan

Gambar 1Kerangka pemikiran penelitian

Terganggunya
stabilitas lahan

6

.
Tujuan
Tujuan utama penelitian ini adalah membangun model monitoring
keberhasilan reklamasi hutan di areal bekas tambang batubara. Tujuan utama
penelitian dapat dicapai melalui tujuan-tujuan khusus, meliputi:
1. Mendapatkan indikator penduga keberhasilan reklamasi hutan di areal bekas
tambang batubara PT. Bukit Asam.
2. Membangun model monitoring keberhasilan reklamasi hutan di areal bekas
tambang batubara PT. Bukit Asam (Persero) Tbk.
3. Membangun kriteria tingkat keberhasilan reklamasi hutan di areal bekas
tambang batubara.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan:
1. Sebagai alat dalam monitoring keberhasilan reklamasi hutan khususnya di
areal bekas tambang batubara yang murah, mudah, cepat dan akurat.
2. Sebagai dasar pengambil kebijakan dalam penyempurnaan metode kriteria dan
indikator dalam monitoring dan evaluasi keberhasilan reklamasi hutan
Kerangka Pendekatan Penelitian dan Sistematika Disertasi
Kerangka pendekatan menggambarkan permasalahan yang terkait dengan
monitoring keberhasilan reklamasi hutan dan metode yang memuat tentang
variabel-variabel dan analisis data yang diperlukan untuk menjawab tujuan
penelitian (Gambar 2). Secara garis besar sistematika penyusunan disertasi dibagi
kedalam 6 bagian dengan susunan sebagai berikut:
1 PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, perumusan masalah novelty penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian serta kerangka pendekatan peneitian dan sistematika
penyusunan disertasi. Penjelasan secara detail dapat dilihat pada BAB 1.
2 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Bagian ini mendeskripsikan tentang kondisi umum lokasi penelitian yang
meliputi lokasi penelitian, kondisi iklim (temperatur udara, curah hujan,
kelembaban nisbi udara, arah dan kecepatan angin serta tekana udara) dan kondisi
biofisik (fisiografi, tanah, dan kondisi vegetasi). Cakupan areal studi yakni areal
konsesi PT Bukit Asam (Persero) Tbk yang termasuk dalam wilayah Kecamatan
Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim Propinsi Sumatera Selatan. Lokasi
pengumpulan data di fokuskan pada areal revegetasi yang merupakan areal
reklamasi yang mencakup umur tanam 1 tahun (tahun tanam 2014) sampai dengan
20 tahun (tahun tanam 1995) kecuali pada umur tanam 7 tahun (tahun tanam
2008), 4 tahun (tahun tanam 2011) dan 3 tahun (tahun tanam 2012) dan hutan
alam. Penjelasan secara detail dapat dilihat pada BAB 2.

7

3 INDIKATOR PENDUGA KEBERHASILAN REKLAMASI HUTAN DI
AREAL BEKAS TAMBANG BATUBARA
Bagian ini menguraikan tentang penentuan indikator yang dapat digunakan
untuk menduga keberhasilan reklamasi hutan di areal bekas tambang batubara.
Indikator yang digunakan dalam pendugaan keberhasilan reklamasi hutan adalah
indikator pertumbuhan dan produktivitas hutan yang lazim dan konsisten dengan
kondisi tempat tumbuh berupa sifat fisik tanah, kimia tanah, serasah dan kondisi
permukaan lahan dan beberapa indikator terkait dengan proses biologi
pertumbuhan hutan seperti status biodiversitas, struktur tegakan dan kolonisasi
(vegetasi awal). Indikator pertumbuhan dan produktivitas hutan yang
dimaksudkan adalah nilai rata-rata luas bidang dasar per satuan luas (LBDS), ratarata volume biomassa atas permukaan per satuan luas (BIO), dan rata-rata laju
pertumbuhan dimensi tegakan/riap volume (MAI). Penjelasan secara detail dapat
dilihat pada BAB 3.
4 MODEL MONITORING KEBERHASILAN REKLAMASI HUTAN DI
AREAL BEKAS TAMBANG BATUBARA
Indikator penduga keberhasilan reklamasi hutan yang terpilih (LBDS)
dengan variabel penentunya (10 variabel), selanjutnya digunakan untuk
membangun model monitoring dan standar skor penilaian keberhasilan reklamasi
hutan di areal bekas tambang batubara. Pembangunan model keberhasilan
reklamasi hutan diawali dengan penentuan skor terhadap 10 variabel yang terpilih.
Penentuan skor dilakukan dengan membuat model hubungan antara LBDS
sebagai variabel terikat (variabel Y) dengan setiap variabel terpilih (variabel X).
Standar skor yang diperoleh pada bervariasi pada setiap peubah mengikuti model
yang terpilih. Setelah standar skor setiap variabel telah terbangun maka dilakukan
penentuan bobot. Bobot ditentukan berdasarkan nilai eigen value dan eigen vector
yang diperoleh dari analisis komponen utama. Tahapan selanjutnya adalah
melakukan penyusunan model monitoring keberhasilan reklamasi hutan
menghasilkan 10 model alternative, mulai dari model dengan kombinasi 10
variabel hingga model dengan 1 variabel. Alternatif susunan model dipilih
berdasarkan nilai akurasi tertinggi di setiap variabel.Penjelasan secara detail
dapat dilihat pada BAB 4.
5 PEMBAHASAN UMUM
Bagian pembahasan umum mensintesa hasil-hasil temuan penelitian pada
bab sebelumnya. Monitoring keberhasilan reklamasi hutan dapat diduga
menggunakan indicator pertumbuhan dan produktivitas hutan yang lazim dan
konsisten dengan factor-faktor tempat tumbuh dan proses biologi pertumbuhan
hutan. Indikator pertumbuhan dan produktivitas hutan yang menjadi indicator
penduga keberhasilan reklamasi hutan di areal bekas tambang batubara adalah
LBDS. Pendugaan keberhasilan reklamasi hutan sangat dipengaruhi oleh oleh
factor kualitas tempat tumbuh dan beberapa factor biologi pertumbuhan hutan
yaitu fraksi pasir yang mewakili sifat fisik tanah, unsur hara N, unsur hara P, dan
serasah mewakili sifat kimia tanah, tingkat erosi mewakili kondisi permukaan
lahan, indeks keanekaragaman jenis, kerapatan pohon, tutupan tajuk, dan
rekolonisasi vegetasi awal yang mewakili karakterisik biologi pertumbuhan hutan.

8

Penelitian ini juga menemukan bahwa model monitoring keberhasilan
reklamasi hutan dengan satu peubah yaitu skor kerapatan merupakan model
terbaik. Model ini digunakan untuk membangun skor keberhasilan reklamasi
hutan pada setiap umur dengan menggunakan skala grafis yang menyatakan
hubungan antara umur tanaman dan skor keberhasilan reklamasi hutan.
Penjelasan secara detail dapat dilihat pada BAB 5.
6 SIMPULAN DAN SARAN
Bagian ini menyimpulkan bahwa indicator keberhasilan reklamasi hutan
adalah luas bidang dasar. Model yang yang terpilih untuk monitoring keberhasilan
reklamasi hutan adalah model dengan satu peubah yaitu skor kerapatan pohon.
Model ini menggunakan peubah yang mudah diukur, relatif murah dan cepat,
konsisten dan akurat. Standar skor keberhasilan reklamasi hutan menunjukkan
nilai tingkat keberhasilan yang berbeda pada setiap umur tanaman.

9

Gambar 2

Kerangka pendekatan penelitian

11

Tabel 1Distribusi umur tanam revegetasi dan jenis vegetasi di areal reklamasi
bekas tambang batubaraPT Bukit Asam Tahun 2015
No
1

Umur Tahun
(tahun) tanam
1
2014

Lokasi
Mahayung 123

2

2

2013

MTBU

3

5

2010

Mahayung 123

4

6

2009

MTBS

5

8

2007

Tupa

6

9

2006

701

7

10

2005

Tupa

8

11

2004

701

9

12

2003

702

10

13

2002

Tupa

11

14

2001

Tupa

12

15

2000

702

13

16

1999

Mahayung 123

14

17

1998

Mahayung 123

15

18

1997

Kelawas

16

19

1996

CD 100

17

20

1995

RLS

Jenis tanaman
Gamal
Flamboyan, Ki Hujan, Balik
Daun, sengon butoh, akasia daun
lebar, Mahoni
Akasia daun kecil, akasia daun
lebar,Angsana
Akasia daun kecil, Kayu putih,
akasia daun lebar, Keliat
Akasia daun kecil, akasia daun
lebar
Akasia daun kecil, akasia daun
lebar
Akasia daun kecil, akasia daun
lebar,Angsana
Akasia daun kecil, akasia daun
lebar
Akasia daun kecil, akasia daun
lebar, Angsana
Akasia daun kecil, akasia daun
lebar,Angsana
Akasia daun kecil, akasia daun
lebar, Pulai
Akasia daun kecil, akasia daun
lebar,Johar
Akasia daun kecil, Laban,
Kenidai, Sengon, Keliat
Akasia daun kecil, akasia daun
lebar, Angsana, Laban, Keliat
Akasia daun kecil, akasia daun
lebar,Angsana, Keliat, Saga
Akasia daun kecil, akasia daun
lebar
Akasia daun kecil, akasia daun
lebar,Angsana, Petai, Sengon,
Waru

Kondisi Iklim
Data iklim yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Stasiun
Meteorologi SMB II Palembang. Data yang diperoleh adalah: temperatur udara,
curah hujan, kelembaban nisbi udara, arah dan kecepatan angin serta tekanan

12

udara. Data sekunder iklim diperoleh dari hasil rata-rata pengamatan curah hujan
tiap bulan selama 11 tahun (Tabel 2).
Berdasarkan data curah hujan yang diperoleh dari stasiun tersebut,
diketahui bahwa wilayah ini memiliki tipe iklim jenis A (klasifikasi Schmidt dan
Ferguson). Tipe iklim A tersebut menjelaskan kondisi wilayah sekitar lokasi
stasiun beriklim basah dengan dominasi hutan hujan tropis. Dilaporkan pula
bahwa sebaran curah hujan bulanan pada wilayah ini, dengan nisbah rata-rata
jumlah bulan kering (bulan dengan curah hujan kurang dari 100 mm) dan rata-rata
bulan basah (bulan dengan curah hujan antara 100 – 200 mm) adalah 5.5%.
Tabel 2Data curah hujan bulanan periode 2002 - 2012
Tahun

Jan

Peb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

2002

285

411

409

2003

463

423

367

Agt

401

128

117

160

37

410

220

16

105

141

Sep

Okt

Nop

Des Jumlah

82

130

340

420

2922

100

301

216

489

3251

2004

263

273

329

301

97

115

97

26

86

123

250

286

2250

2005

492

468

679

307

239

103

230

225

218

306

297

148

3717

2006

471

526

125

313

173

78

123

23

26

39

230

396

2523

2007

411

349

400

317

211

132

122

116

132

216

261

344

3014

2008

402

162

279

372

147

147

35

114

148

370

202

430

2813

2009

291

182

171

308

196

83

73

92

125

211

150

454

2342

2010

459

574

375

343

365

110

96

209

221

274

338

94

3463

2011

214

196

204

320

263

145

50

29

55

179

354

327

2341

2012

197

389

177

156

170

107

53

38

77

245

341

431

2386

Sumber: PT. Bukit Asam Tahun (2013)

Berdasarkan data curah hujan di stasiun pengamatan Air Laya
menunjukkan curah hujan rata-rata bulanan terendah berkisar 144 mm pada bulan
Juli dan tertinggi 448 mm pada bulan Maret. Pada bulan Oktober sampai Mei,
curah hujan rata-rata bulanan di lokasi penelitian selalu berada di atas 100 mm,
bahkan sebagian berada di atas 200 mm. Curah hujan rata-rata tahunan untuk
daerah Kabupaten Lahat dan Kabupaten Muara Enim adalah 2500 mm sampai
dengan 3500 mm per tahun.
Secara umum, iklim daerah di wilayah ini dipengaruhi pula oleh angin
monsun yang disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan tinggi dan tekanan
rendah di benua Asia dan Australia secara bergantian, sehingga mempengaruhi
pergerakan monsun. Periode Desember – Januari - Februari angin bertiup dari
Asia yang bertekanan tinggi ke arah Australia yang bertekanan rendah disebut
monsun barat atau barat laut, demikian sebaliknya pada periode Juni-Juli-Agustus
angin bergerak ke arah benua Asia disebut juga monsun Timur atau Tenggara.
Monsun Barat biasanya lebih lembab daripada monsun Timur.
Kelembaban mempengaruhi evapotranspirasi dan jumlah air. Kelembaban
banyak hubungannya dengan suhu, curah hujan dan angin. Setiap jenis tanaman
mempunyai batas suhu minimum, optimum dan maksimum untuk setiap tingkat
pertumbuhannya (Trepekli et al. 2016).
Suhu udara rata-rata daerah penelitian adalah 26.6oC pada bulan Desember
dan Agustus, dan 27.1oC pada bulan September dan Oktober. Suhu minimum
berkisar dari temperatur 19.9oC pada bulan Februari dan 20.80oC pada bulan
November, sedangkan suhu maksimum berkisar 33.9oC pada bulan Februari.

13

Kelembaban nisbi udara maksimum berkisar 95-98%, sedangkan kelembaban
nisbi udara minimum berkisar 35-46%. Evaporasi rata-rata bulanan terendah
adalah 141 mm pada bulan Januari, sedangkan tertinggi mencapai 179 mm pada
bulan September dan Oktober.
Kondisi Biofisik
Fisiografi
Kondisi topografi di lokasi penelitian bervariasi dari permukaan tanah
yang datar sampai miring, dengan ketinggian antara 25 sampai 400 mdi atas
permukaan laut. Secara fisiografis wilayah penelitian terletak di daerah dataran
rendah Sumatera bagian Timur, dan secara morfologis terbentuk akibat pengikisan
yang intensif terhadap batuan sedimen. Di samping pengaruh struktur geologi dan
kekerasan batuan, secara geomorfologis terbagi dalam 3 satuan, yaitu satuan
morfologis pegunungan, satuan morfologis perbukitan bergelombang dan satuan
morfologis dataran aluvial.
Kawasan penambangan batubara di lokasi penelitian termasuk ke dalam
perbukitan bergelombang dengan ketinggian antara 100 sampai 282 m di atas
permukaan laut. Susunan batuan pada umumnya terdiri dari batu lempung (liat),
batubara, batu pasir lanauan (Formasi Muara Enim, Formasi Air Benakat serta
Formasi Talang Akar).
Tanah
Jenis tanah di lokasi penelitian cukup beragam yaitu Grumusol, Podsolik
Merah Kuning, Mediteran, Regosol dan Organosol (Gambar 3). Jenis-jenis tanah
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Grumusol
Beberapa literatur dan hasil kajian melaporkan bahwa di Indonesia jenis
tanah ini terbentuk pada wilayah yang tingginya tak lebih dari 300 mdpl, dengan
topografi agak bergelombang sampai berbukit, temperatur tahunan rerata 25oC,
dengan Curah Hujan < 2500 mm dan pergantian musim hujan dan kemarau nyata.
Bahan induk tersusun dari batu kapur, napal, tuff, endapan alluvial dan abu
vulkanik. Pada tanah yang kaya kapur berwarna hitam sedangkan yang kelabu
bersifat asam. Jenis tanah Grumosol mengandung unsur Ca dan Mg yang tinggi,
bahkan terdapat konkresi kapur dan akumlasi kapur lunak, terutama di bagian
bawah.
Tanah Grumosol berjenis lempung montmorilonit (tipe 2:1), sehingga
tanah mempunyai daya adsorbsi tinggi (50 ‒ 100 me/100 gr lempung). Tanah ini
adalah jenuh basa, memiliki kadar utama Ca dan Mg, memiliki pH 6.0 ‒ 8.2,
makin dalam makin alkalis, dan dapat gerakan air dan keadaan aerasi buruk
(Dorteliff 1989).
Sifat fisik tanah Grumusol yang sangat berat menyebabkan jenis tanah ini
sangat peka terhadap erosi dan bahaya longsor (soil creep). Relief tanah di tempat
yang lebih tinggi menjadi bergelombang dan di dataran membentuk bukit-bukit
kecil yang cembung (gilgai).

14

2. Podsolik Merah Kuning
Jenis tanah Podsolik Merah Kuning atau yang disebut juga Ultisol
memiliki lapisan solum tanah yang agak tebal, yaitu 90 ‒180 cm dengan batasbatas antara horizon yang nyata. Warna tanah ini kemerahmerahan hingga kuning
atau kekuning-kuningan. Struktur B horizonnya adalah gumpak, sedangkan
teksturnya dari lempung berpasir hingga liat sedangkan kebanyakannya adalah
lempung berliat.
Jenis tan