Kalimat Imperatif Landasan Teori .1 Pragmatik

yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur yang perlu melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan.

2.2.2 Kalimat Imperatif

Istilah ”imperatif ” lazim digunakan untuk menunjuk salah satu tipe kalimat bahasa Indonesia, yakni imperatif. Alisjahbana dalam Rahardi, 2010 mengartikan sosok kalimat perintah sebagai ucapan yang isinya memerintah, memaksa, menyuruh, mengajak, meminta, agar orang yang diperintah itu melakukan apa yang dimaksudkan di dalam perintah itu. Berdasarkan maknanya, yang dimaksudkan dengan aktivitas memerintah itu adalah praktik memberitahukan kepada mitra tutur bahwa penutur menghendaki orang yang diajak bertutur itu melakukan apa yang sedang diberitahukannya. Wujud imperatif adalah realitas maksud imperatif. Wujud imperatif dalam bahasa Indonesia mencakup dua macam, yakni 1 wujud imperatif formal atau struktural dan 2 wujud imperatif pragmatik atau nonstruktural. Wujud formal imperatif adalah realisasi maksud imperatif dalam bahasa Indonesia menurut ciri struktural atau ciri formalnya. Sedangkan, wujud pragmatik imperatif adalah realisasi maksud imperatif menurut makna pragmatiknya. Makna yang demikian itu sangat ditentukan oleh konteks situasi tutur yang melatarbelakangi munculnya tuturan imperatif itu. Contoh: ”jika Nawaksara akan diseminarkan, silahkan.” Universitas Sumatera Utara Informasi indeksal: Tuturan seorang kepala negara kepada masyarakat umum di dalam acara televisi pada saat isu akan diseminarkannya pidato Nawaksara semakin merebak. Secara linguistik, tuturan di atas berkontruksi imperatif yang digunakan untuk menyatakan maksud persilaan. Namun, dari sisi pragmatiknya tuturan tersebut ditafsirkan sebagai sebuah perintah larangan untuk tidak mengadakan seminar tersebut. Menurut Rahardi ada 17 macam makna pragmatik imperatif di dalam bahasa Indonesia, antara lain: 1. makna pragmatik imperatif perintah; secara struktural, makna imperatif perintah ditandai oleh pemarkah kesantunan sudi kiranya dan sudilah kiranya. 2. makna pragmatik imperatif suruhan; secara struktural, makna imperatif suruhan ditandai oleh pemarkah kesantunan coba. 3. makna pragmatik imperatif permintaan; secara struktural ditandai oleh pemarkah kesantunan tolong dan mohon. 4. makna pragmatik imperatif permohonan; struktural ditandai oleh pemarkah kesantunan mohon, dimohon dan partikel -lah 5. makna pragmatik imperatif desakan; secara struktural ditandai oleh pemarkah kesantunan harus dan harap. 6. makna pragmatik imperatif bujukan; secara struktural ditandai oleh pemarkah kesantunan ayo dan tolong. 7. makna pragmatik imperatif imbauan; secara struktural ditandai oleh pemarkah kesantunan harap, mohon, dan partikel -lah. Universitas Sumatera Utara 8. makna pragmatik imperatif persilaan; secara struktural ditandai oleh pemarkah kesantunan silakan dan dipersilakan. 9. makna pragmatik imperatif ajakan; secara struktural ditandai oleh pemarkah kesantunan mari dan ayo. 10. makna pragmatik imperatif permintaan izin; secara struktural ditandai oleh pemarkah kesantunan boleh dan biar. 11. makna pragmatik imperatif mengizinkan; secara struktural ditandai oleh pemarkah kesantunan silakan. 12. makna pragmatik imperatif larangan; secara struktural ditandai oleh pemarkah kesantunan jangan, dilarang, tidak diperkenankan, dan tidak diperbolehkan. 13. makna pragmatik imperatif harapan; secara struktural ditandai oleh pemarkah kesantunan semoga dan harap. 14. makna pragmatik imperatif umpatan; secara struktural ditandai oleh pemarkah kesantunan mampus. 15. makna pragmatik imperatif pemberian ucapan selamat; secara struktural ditandai oleh pemarkah kesantunan selamat. 16. makna pragmatik imperatif anjuran; secara struktural ditandai oleh pemarkah kesantunan hendaknya, hendaklah dan sebaiknya. 17. makna pragmatik imperatif ngelulu larangan melakukan sesuatu; secara struktural ditandai oleh pemarkah kesantunan jangan. Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Kesantunan Berbahasa

Dokumen yang terkait

Nasionalisme dalam Novel 5 cm. Karya Donny Dhirgantoro: Analisis Strukturalisme

3 165 104

ASPEK SOSIAL NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO

0 8 13

ASPEK SOSIAL NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO

0 12 11

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL 2 KARYA DONNY DHIRGANTORO: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel 2 Karya Donny Dhirgantoro: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA.

1 6 19

MOTIVASI HIDUP DALAM NOVEL 2 KARYA DONNY DHIRGANTORO: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA Motivasi Hidup Dalam Novel 2 Karya Donny Dhirgantoro: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

1 2 12

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO Analisis Diksi dan Gaya Bahasa pada Novel 5 cm Karya Donny Dhirgantoro.

4 10 12

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO Analisis Diksi dan Gaya Bahasa pada Novel 5 cm Karya Donny Dhirgantoro.

0 3 14

SEMANGAT NASIONALISME DALAM NOVEL 2 KARYA DONNY DHIRGANTORO: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Semangat Nasionalisme Dalam Novel 2 Karya Donny Dhirgantoro: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 1 13

PENDAHULUAN Semangat Nasionalisme Dalam Novel 2 Karya Donny Dhirgantoro: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 7 26

PEMBENTUKAN IDENTITAS TOKOH IAN DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA PEMBENTUKAN IDENTITAS TOKOH IAN DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.

0 1 12