Spektroskopi Inframerah TINJAUAN PUSTAKA

2.7. Spektroskopi Inframerah

Spektroskopi inframerah infrared spectroscopy merupakan metode spektroskopi yang umum dipakai untuk meneliti polimer. Manfaat spektroskopi inframerah digunakkan untuk menetapkan jenis ikatan yang ada dalam molekul dengan menggunakan daerah gugus fungsi biasanya dinyatakan dalam satuan bilangan gelombang wavenumber yang didefenisikan sebagai banyaknya gelombang per sentimeter, dan untuk menyatakan apakah zat identik atau berbeda dengan menggunakan daerah sidik jari. Tabel 2.1 memuat kisaran frekuensi regangan untuk beberapa ikatan yang lazim dijumai dalam molekul organik. Spektrum inframerah suatu senyawa dapat dengan mudah diperoleh dalam beberapa menit. Sedikit sampel senyawa diletakkan dalam instrumen dengan sumber radiasi inframerah. Spektrometer secara otomatis membaca sejumlah radiasi yang menembus sampel dengan kisaran frekuensi tertentu dan merekam pada kertas berapa persen radiasi yang ditransmisikan. Radiasi yang diserap oleh molekul muncul sebagai pita pada spectrum Hart et al. 1990. FT-IR Fourier Transform Infra Red telah membawa tingkat keserbagunaan yang lebih besar ke penelitian-penelitian struktur polimer. Karena spektrum-spektrum bisa di-scan, disimpan, dan ditranformasikan dalam hitungan detik. Teknik ini memudahkan penelitian reaksi-reaksi polimer seperti degradasi atau ikat silang. Persyaratan-persyaratan ukuran sampel yang sangat kecil mempermudah kopling instrument FT-IR dengan suatu mikroskop untuk analisis bagian-bagian sampel polimer yang sangat teralokalisasi, dan kemampuan untuk Universitas Sumatera Utara substraksi digital memungkinkan seseorang untuk melahirkan spektrum-spektrum lainnya yang tersembunyi Steven, 2001. Tabel 2.1. Frekuensi Regangan Inframerah untuk Beberapa Jenis Ikatan Jenis ikatan Gugus Golongan senyawa Kisaran frekuensi cm -1- Ikatan tunggal dengan hidrogen C-H Alkana 2850 – 3000 =C-H Alkena dan senyawa aromatic 3030 – 3140 ≡C-H Alkuna 3300 O-H Alkohol dan fenol 3500 – 3700 bebas 3200 – 3500 berikatan hidrogen O-H Asam karboksilat 2500 – 3000 N-H Amina 3200 – 3600 S-H Tiol 2550 – 2600 Ikatan rangkap C=C Alkena 1600 – 1680 C=N Imina, oksim 1500 – 1650 C=O Aldehida, keton, ester, asam 1650 – 1780 Ikatan rangkap tiga C ≡C Alkuna 2100 – 2260 C ≡N Nitril 2200 – 2400 Sumber : Hart et al. 1990 Universitas Sumatera Utara Analisis gugus yang terdapat pada bahan polimer seperti poliuretan dilakukan dengan metode FT-IR, yang berguna untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat dalam poliuretan dan ini merupakan kontrol untuk membandingkan dengan gugus fungsi bentuk poliuretan lainnya. Umumnya gugus yang penting adalah C-H sp 3 , C-H sp 2 , C=O, -OH, C=C, -N=C=O, -N-H , C-O-C dari poliuretan. Dalam pembentukan jaringan semi polimer dengan pemakaian monomer aktif toluena diisosianat maka gugus fungsi yang perlu dilihat pada serapan infra merah adalah gugus - NCO, -NH, -COO dan –CONH, dimana serapan gugus ini akan memberikan gambaran reaksi yang terjadi dalam pembentukan rantai poliuretan, diamana rantai ini boleh jadi dalam bentuk alopanat ataupun isosianat. Untuk poliuretan dalam spektrum FT-IR yang ditemakan pada daerah bilangan gelombang ν =4000-400 cm -1. yaitu pada daerah ν = 3330-2340 cm -1 yang merupakan vibrasi gugus –NH, dari amida , ν = 2230 cm -1 yang kemungkinan adanya gugus C=O dari –N=C=O yang tersisa, diikuti vibrasi C=O pada amida I 1730-1700 cm- 1 dan amida II 1540-1500 cm -1 dan amida III 1300 -1200 cm -1 yang merupakan vibrasi dari C-O-C yang terikat pada C=O amida. Dengan adanya gugus amida dalam molekul poliuretan antara molekul pada gugus –C=0 dengan molekul lainnya pada gugus –NH- akan terjadi jembatan hidrogen sehingga analisis kwantitatif melalui spektroskopi FT-IR terhadap indeks ikatan hidrogen telah banyak dikembangkan dalam mengindentifikasi suatu keberhasilan pembentukan senyawa poliuretan Randal dan Lee, 2002. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODE PERCOBAAN