Impulse Buying Behaviour LANDASAN TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Impulse Buying Behaviour

Konsumen seringkali membeli suatu produk tanpa direncanakan terlebih dahulu. Keinginan untuk membeli seringkali muncul di toko atau di mall. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya hal tersebut. Adanya pemotongan harga atau discount membuat konsumen akan merasakan kebutuhan untuk membeli produk tersebut. Keputusan pembelian yang seperti ini dikatakan sebagai impulse buying Sumarwan, 2003. Keputusan pembelian yang dilakukan belum tentu direncanakan, terdapat pembelian yang tidak direncanakan impulse buying akibat adanya rangsangan lingkungan belanja Edwin dan Sugiyono, 2011. Implikasi dari lingkungan belanja terhadap perilaku pembelian mendukung asumsi bahwa jasa layanan fisik menyediakan lingkungan yang mempengaruhi perilaku konsumen, dihubungkan dengan karakteristik lingkungan konsumsi fisik Bitner et al., 2011. Berdasarkan penelitiaan yang sebelumnya, pembelian yang tidak terencana impulse buying dapat diklasifikasin dalam empat tipe Hodge dalam Edwin dan Sugiyono, 2011. 1 Pure impulse buying merupakan pembelian secara impulse yang dilakukan karena adanya luapan emosi dari konsumen sehingga melakukan pembelian terhadap produk di luar kebiasaan pembeliannya. 2 Reminder impulse buying merupakan pembelian yang terjadi karena konsumen tiba-tiba teringat untuk melakukan pembelian produk tersebut. Dengan demikian konsumen telah pernah melakukan pembelian sebelumnya atau telah pernah melihat produk tersebut dalam iklan. 3 Suggestion impulse buying merupakan pembelian yang terjadi saat konsumen melihat produk, melihat tata cara pemakaian atau kegunaannya dan memutuskan untuk melakukan pembelian. 4 Planned impulse buying merupakan pembelian yang terjadi ketika konsumen membeli produk berdasarkan harga spesial dan produk-produk tertentu. Dengan demikian planned impulse buying merupakan pembelian yang dilakukan tanpa direncanakan dan tidak tengah memerlukannya dengan segera. Variabel ini diukur dengan beberapa indikator yakni : 1 Tanggapan atas tawaran iklan. 2 Pembelian pakaian model terbaru. 3 Pembelian dilakukan tanpa keputusan yang pasti. 4 Selalu melakukan pembelian produk fashion saat memasuki mall. 5 Terobsesi untuk membelanjakan seluruh uang yang dimiliki untuk membeli produk fashion. 6 Membeli produk fashion yang tidak terlalu dibutuhkan. Sultan et al. 2012 menyatakan perilaku pembelian impulsif merupakan sebuah dorongan yang kuat untuk membeli sesuatu dengan segera yang lebih bersifat emosional daripada rasional. Hal tersebut didukung oleh penelitian Coley dalam Anggraini 2012 menunjukkan bahwa dalam proses keputusan pembelian, apabila proses emosional lebih terlibat dan muncul langsung setelah pengenalan kebutuhan maka akan memungkinkan timbulnya pembelian impulsif. Dalam praktik pembelian, apabila perilaku impulsif lebih mendominasi dalam proses keputusan pembelian, tak jarang konsumen akan mengabaikan beberapa tahapan dan serentak mengambil keputusan untuk membeli dengan mengabaikan proses pencarian informasi serta evaluasi alternatif Machfoedz, 2007:62. Utami 2010: 69 menyatakan pengaruh stimulus dan situasi yang terdapat di lingkungan tempat berbelanja merupakan penyebab terjadinya impulse buying. Konsumen yang paling sering melakukan pembelian tak terencana biasanya adalah mayoritas konsumen yang melakukan pembelanjaan di pasar swalayan. Kondisi – kondisi yang dapat mempermudah terjadinya impulse buying di swalayan adalah: 1 Besarnya transaksi yang dilakukan oleh konsumen tersebut, semakin banyaknya produk yang di beli maka presentase terjadinya pembelian impulse akan semakin besar. 2 Perjalanan belanja, semakin lama konsumen melakukan perjalanan dalam melakukan perbelanjaan maka presentase terjadi impulse buying akan semakin tinggi. 3 Frekuensi belanja, impulse buying lebih sering terjadi pada konsumen yang sering melakukan perbelanjaan. 4 Daftar belanja, daftar belanja yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu dapat menyebabkan terjadinya impulse buying hal ini hanya berpengaruh terhadap pembelian berskala besar yang lebih dari 15 item.

2.1.2 Shopping Lifestyle