1. Judul : KINERJA DINAS SOSIAL KOTA CILEGON DALAM PENANGANAN
GELANDANGAN DAN
PENGEMIS DI
KOTA CILEGON
Penulis : Nitha Chitrasari
Tempat : Universitas Sultan Ageng TirtaYasa, Serang Tahun
: 2012 Rumusan Masalah :
a. Bagaimanakah kinerja Dinas Sosial Cilegon dalam penanganan gelandangan dan pengemis di Kota Cilegon?
b. Hal apa saja yang menjadi hambatan Dinas Kota Cilegon dalam menangani gelandangan dan pengemis di Kota Cilegon?
2. Judul: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN SIDOARJO Studi Kasus di UPTD Liponsos Sidokare
Penulis : Andre Pane Sixwanda
Tempat : Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur Tahun
: 2013 Rumusan Masalah :
Bagaimana Pemberdayaan bagi Gelandangan dan pengemis di Kabupaten Sidoarjo Studi kasus di UPTD Liponsos Sidokare?”
1.5 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka dapat disampaikan tujuan penelitian sebagai berikut :
1.5.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penulisan skripsi ini secara umum adalah untuk
mengetahui efektif atau tidaknya penanggulangan gelandangan dan pengemis gepeng di kabupaten Badung.
1.5.2 Tujuan Khusus Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis efektivitas penanggulangan gelandangan dan pengemis gepeng di kabupaten Badung.
2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis faktor yang menjadi penghambat dalam penanggulangan gelandangan dan pengemis gepeng
di kabupaten Badung.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik baik penyusun maupun bagi pihak lain berupa :
1.6.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu
hukum dan informasi mengenai efektivitas penanggulangan gelandangan dan pengemis di kabupaten Badung.
1.6.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitian dalam rangka meningkatkan perhatian pemerintah tentang penanggulangan
gelandangan dan pengemis. Serta dapat dijadikan pedoman oleh kalangan mahasiswa, praktisis maupun masyarakat umum di dalam menyikapi masalah
yang timbul karena keberadaan gelandangan dan pengemis di tengah-tengah masyarakat.
1.7 Landasan Teoritis
1.7.1 Teori Negara Hukum Negara Indonesia merupakan Negara yang berdasarkan pada hukum
rechsstaat bukan Negara kekuasaan machsstaat.
5
Wiryono Prodjodikoro mengartikan Negara hukum adalah Negara dimana penguasa atau Pemerintah
sebagai penyelenggara Negara dalam melaksanakan tugas kenegaraan terikat pada peraturan perundang-undangan hukum yang berlaku.
6
Di negara hukum inilah, masyarakat sangat memerlukan sebuah aturan untuk menciptakan suasana
5
Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia , Bina Ilmu, Surabaya, hal. 21
6
Bander Johan Nasution, 2011, Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia, Mandar Maju, Bandung, h.1
yang harmonis didalam kehidupannya. Aturan yang hidup didalam masyarakat berupa hukum, hukum tertulis ataupun tidak tertulis. Dan memiliki fungsi yang
ideal dengan memiliki unsur keadilan, kepastian dan kemanfaatan bagi masyarakat.
Secara umum dalam setiap Negara yang menganut paham Negara hukum dapat dilihat bekerjanya tiga prisnisp dasar, yaitu :
1. Supermasi hukum supermacy of law; 2. Kesetaraan di hadapan hukum equality before of the law;
3. Penegakan hukum dengan cara yang tidak bertentangan dengan hukum due Process of Law.
7
Sehingga penerapan teori Negara hukum ini, memiliki konsekuensi bahwa setiap tindakan, kebijakan maupun perilaku yang dilakukan oleh
Pemerintah ataupun masyarakatnya harus sesuai dengan hukum yang berlaku. Dengan adanya perilaku tertib hukum dapat mencegah terjadinya kesewenang-
wenangan kekuasaan, sehingga mampu menciptakan suatu keadaan yang aman dan tertib.
1.7.2 Teori Kepastian Hukum Dalam suatu negara, hukum mempunyai posisi strategis dan dominan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam upaya
7
Ibid.
penegakan hukum, para pejabat berwenang maupun aparat penegak hukum bertitik tolak pada tiga unsur yaitu kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan.
Kepastian hukum oleh setiap orang dapat terwujud dengan ditetapkannya hukum dalam hal terjadinya suatu peristiwa konkrit.
8
Penekanan pada kepastian hukum dalam upaya penegakan huku memperhatikan norma-norma hukum tertulis dari
hukum positif yang ada. Indonesia dalam menyelenggarakan Negara menganut asas kepastian
hukum sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 3 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas
Dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotsme. Dalam penjelsan pasal tersebut, yang dimaksud dengan “Asas Kepastian Hukum adalah asas dalam negara hukum
yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara”. Bagi sistem
pemerintahan di Indonesia, asas kepastian sangat penting perannya demi menjamin perlindungan hukum bagi pihak administrabele.
9
Hukum harus dilaksanakan dan ditegakkan. Setiap orang mengharapkan dapat ditetapkannya hukum dal hal terjadi peristiwa yang konkrit. Bagaimana
8
Lili Rasdjidi dan Ira Rasdjidi, 2001, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, h.42.
9
Muchsan, 1982, Pengantar hukum Administrasi Negara Indonesia, Liberty, Yogyakarta selanjutnya disingkat Muchsan I, h.78.
hukumnya itulah yang harus berlaku; pada dasarnya tidak boleh meyimpang : fiat justitia et pereat mundus meskipun dunia ini runtuh hukum harus ditegakkan.
Itulah yang diinginkan oleh kepastian hukum. Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang-wenang, yang berarti
bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu. Masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum
masyarakat akan lebih tertib. Hukum bertugas menciptakan kepastian hukum karena bertujuan ketertiban masyarakat.
10
1.7.3 Teori Efektivitas Hukum Hukum yang hidup dalam masyarakat harus memiliki fungsi yang ideal
dengan memiliki unsur keadilan, kepastian, dan kemanfaatan bagi seluruh lapisan masyarakat. Produk hukum yang dibuat nantinya akan hidup bersama didalam
masyarakat, maka hukum yang dibuat itu harus memiliki sifat dinamis yang berarti mengikuti perkembangan dari masyarakat. Sehingga, hal ini dapat
mengetahui dan memahami bagaimana perkembangan hukum yang ada didalam masyarakat, serta mengetahui efektivitas hukum yang hidup dalam masyarakat,
dan mampu memetakan masalah-masalah sosial dalam kaitan dengan penerapan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Efektivikasi hukum merupakan proses yang bertujuan agar supaya hukum berlaku efektif. Secara etimologi kata efektivitas berasal dari kata efektif dalam
10
Sudikno Mertokusumo, 1986, Mengenal Hukum suatu pengantar, Liberty Yogyakarta, Yogyakarta, h.130
bahasa ingg ris “effective” yang telah mengintervensi kedalam bahasa Indonesia
dan memiliki makna “berhasil” dalam bahasa Belanda “effectief” memiliki makna “berhasil guna”. Sedangkan efektivitas hukum secara tata bahasa dapat
diartikan sebagai keberhasil-gunaan hukum, dalam hal ini berkaitan dengan keberhasilan pelaksanaan hukum itu sendiri. L.J Van Apeldoorn, menyatakan
bahwa efektivitas hukum berarti keberhasilan, kemajemukan atau kekujaraban hukum atau Undang-undang untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat secara
damai.
11
Secara terminologi pakar hukum dan sosiologi hukum memberikan pendekatan tentang makna efektivitas sebuah hukum beragam, bergantung pada
sudut pandang masing-masing. Soerjono Soekanto berbicara mengenai efektivitas suatu hukum ditentukan antara lain oleh taraf kepatuhan warga
masyarakat terhadap hukum, termasuk para penegak hukumnya.
12
Efektivitas hukum dilain pihak juga dipandang sebagai tercapainya tujuan hukum. Menurut
Soerjono Soekanto, dalam ilmu sosial antara lain dalam sosiologi hukum, masalah kepatutan atau ketaatan hukum atau kepatuhan terhadap kaidah-kaidah
11
Van Apeldoorn, 2005, Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, Cetakan Ke 30, hal.11.
12
Soerjono Soekanto, 1996, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Pers, Bandung, hal.62.
hukum pada umumnya telah menjadi faktor yang pokok dalam menakar efektif tidaknya sesuatu yang ditetapkan dalam hal ini hukum.
13
Efektivitas suatu peraturan harus terintegrasinya ketiga elemen hukum baik penegak hukum, subtansi hukum dan budaya hukum masyarakat, sehingga
tidak terjadi ketimpangan antara das solen dan das sein. Hal ini sesuai dengan pendapat Lawrence M.Friedman yang mengemukakan bahwa dalam sesuai
sistem hukum terdapat tiga unsur yaitu struktur, substansi dan kultur hukum.
14
1.7.4 Teori Penegakan Hukum Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia. Agar
kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi dapat terjadi juga karena
pelanggaran hukum. Dalam hal ini yang telah dilanggar itu harus ditegakkan. Melalui penegakan hukum inilah hukum itu menjadi kenyataan. Dalam
menegakkan hukum ada tiga unsur yang selalu harus diperhatikan, yaitu : kepastian hukum Rechtssicherheit, kemanfaatan Zweckmassigkeit, dan
keadilan Gerechitgkeit.
15
13
Ibid, hal.20.
14
Achmad Ali, 2009, Menguak Teori Hukum Legal Theory Teori Peradilan Judicial Prudence : Termasuk Interpretasi Undang-undang LegisPrudence Volume I Pemahaman Awal.
Kencana, Jakarta, hal.225
15
Sudikno Mertokusumo, Loc.cit
Menurut Jimly Asshidiqie, pada pokoknya penegakan hukum merupakan upaya yang secara bersengaja dilakukan untuk mewujudkan cita-cita hukum
dalam rangka menciptakan keadilan dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
16
Berbeda dengan Soerjono Soekanto mengartikan penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan
nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap serta sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan,
memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.
17
Masalah pokok penegakan hukum terletak pada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga
dampak positif atau negatifnya terlteak pada isi faktor-faktor tersebut.
18
Soerjono Soekanto mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum
antara lain : 1. Faktor hukumnya sendiri, yang di dalam tulisan ini akan dobatasi
undang-undang saja. 2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang embentuk maupun
menerapkan hukum. 3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegak hukum.
16
Jimly Asshiddiqie, 1998, Agenda Pembangunan Hukum Nasional di Abad Globalisasi, Balai Pustaka, Jakarta, selanjutnya disingkat Jimly Asshiddiqie II, h.93.
17
Soerjono Soekanto, 2013, Faktor-Faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, h.5.
18
Ibid. h.8.
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersbut berlaku atau diterapkan.
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
Kelima faktor diatas saling berkaitan erat karena saling merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur daripada efektivitas
penegakan hukum.
19
Lawrence M. Friedman mengungkapkan bahwa hukum sebagai sistem terdiri atas 3 komponen yaitu :
20
1. Substansi hukum adalah aturannorma dan pola prilaku manusia yang berada dalam sistem termasuk produk yang dihasilkan oleh manusia
dalam sistem hukum. 2. Struktur hukum adalah kerangka bagian yang tetap bertahan yang
memberi semacam bentuk dan batasan terhadap sesuatu secara menyeluruh.
3. Budaya hukum adalah intelektual sosiaol dna kemapuan sosial menentukan bagaimana hukum dilaksanakan, dihidnari, atau
disalahgunakan.
1.8 Metode Penelitian