DPR sebagai Wakil Rakyat

a. DPR sebagai Wakil Rakyat

Semua anggota DPR itu pada dasarnya mewakili seluruh rakyat. Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat A. Hoogerwerf yang mengatakan bahwa; “sesuai dengan model kesatuan, maka di sini anggota parlemen dilihat sebagai wakil seluruh rakyat.” 111 Sri Soemantri dalam bukunya menjelaskan bahwa “Dewan Perwakilan Rakyat merupakan “tempat” wakil rakyat berada untuk memperjuangkan kepentingan- kepentingan rakyat yang diwakili.” 112 Semua anggota DPR memiliki peran penting untuk memperjuangkan kepentingan seluruh rakyat tanpa terkecuali. Terkait hakikat DPR itu sendiri, Jimly Asshiddiqie menjelaskan bahwa: Wakil rakyat adalah juru bicara rakyat, yaitu untuk menyuarakan aspirasi, kepentingan, dan pendapat rakyat. Parlemen sebagai lembaga perwakilan rakyat tak ubahnya merupakan wadah, dimana kepentingan dan aspirasi rakyat itu diperdengarkan dan diperjuangkan untuk menjadi materi kebijakan dan agar kebijakan itu dilaksanakan dengan tepat untuk kepentingan seluruh rakyat yang aspirasinya terwakili. 113 Terpilihnya seluruh anggota DPR merupakan hasil dari suara rakyat yang diberikan kepada mereka yang terpilih. Maka sebagai konsekuensinya, para anggota dewan yang terpilih harus mewakili seluruh rakyat baik dari segi 111 Max Boboy, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Dalam Perspektif Sejarah dan Tatanegara, Penerbit Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1994, h. 24, dikutip dari Bintan R. Saragih, Sistem Pemerintahan dan Lembaga Perwakilan di Indonesia, Perintis Press, Jakarta, 1985, h. 85-86. 112 Sri Soemantri M, Hukum Tata Negara Indonesia Pemikiran dan Pandangan, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya Offset, Bandung, 2014, h. 197-198. 113 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta, 2015, h. 304. kehadiran fisik 114 maupun atas dasar aspirasi. 115 Pandangan tersebut memperlihatkan bahwa para wakil rakyat hakikatnya mewakili kepentingan rakyat secara keseluruhan seperti dikatakan oleh Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim bahwa; “badan perwakilan rakyat bersifat badan perwakilan kepentingan rakyat yang dipilih langsung oleh rakyat melalui Pemilu sehingga nantinya menghasilkan para wakil rakyat yang duduk di parlemen mewakili kepentingan umum rakyat seluruhnya.” 116 Jika DPR dilihat dari hakikat kepentingan yang diwakilinya, menurut Jimly Asshiddiqie “Dewan Perwakilan Rakyat mewakili rakyat pada umumnya dengan orientasi kepentingan nasional.” 117 Pendapat para ahli di atas mempertegas kembali bahwa semua anggota DPR merupakan wakil seluruh rakyat; artinya semua anggota DPR harus melayani rakyat tanpa memandang apakah rakyat tersebut berasal dari konstituennya atau bukan. Argumen formal tersebut juga mematahkan anggapan bahwa anggota DPR merupakan wakil konstituen. Bertolak dari pendapat-pendapat para ahli di atas mengenai hakikat parlemen itu sendiri, maka dapat disimpulkan bahwa DPR merupakan tempat di mana para wakil rakyat memiliki tugas mendengar aspirasi 114 Ibid., h. 305. Kehadiran fisik merupakan keterwakilan yang bersifat formal; artinya keterwakilan itu sudah dianggap ada apabila secara fisik dan resmi, wakil rakyat yang terpilih sudah duduk di lembaga perwakilan rakyat. 115 Ibid. Perwakilan atas dasar aspirasi merupakan keterwakilan yang bersifat substantif; artinya keterwakilan rakyat itu sendiri baru dapat dikatakan tersalur apabila kepentingan nilai, aspirasi, dan pendapat rakyat yang diwakili benar-benar telah diperjuangkan dan berhasil menjadi bagian dari kebijakan yang ditetapkan oleh lembaga perwakilan rakyat yang bersangkutan, atau setidak-tidaknya aspirasi mereka itu sudah benar-benar diperjuangkan sehingga memengaruhi perumusan kebijakan yang ditetapkan oleh parlemen. 116 Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca-Amandemen UUD 1945, Penerbit Kencana, Jakarta, 2010, h. 337, dikutip dari Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Sinar Bakti, Jakarta, 1983, h. 329. 117 Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan Dalam UUD 1945, Penerbit FH UII Press, Yogyakarta, 2005, h. 165. rakyat yang nantinya akan menghasilkan kebijakan yang arahnya bertujuan untuk memperjuangkan kepentingan umum rakyat keseluruhan. Penulis menyangkal pendapat sebelumnya yang menyatakan bahwa anggota DPR diasumsikan mewakili kepentingan rakyat secara keseluruhan. Penulis menyangkal pendapat tersebut atas dasar argumen yaitu meskipun anggota DPR merupakan wakil rakyat secara keseluruhan, tetapi para wakil tersebut tidak mungkin dapat melepaskan diri dari konstituen.

b. Hilangnya Suara Calon yang Memperoleh Suara tetapi Tidak