PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV A SDN 1 KALIAWI TANJUNG KARANG PUSAT BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW PADA SISWA KELAS IV A SDN 1 KALIAWI TANJUNG KARANG PUSAT BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

GUSNIAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi S1 PGSD Dalam Jabatan Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW PADA SISWA KELAS IV A SDN 1 KALIAWI TANJUNG KARANG PUSAT BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 OLEH

GUSNIAH

Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas IV A SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung pada mata pelajaran matematika dalam materi mengurutkan bilangan menunjukkan aktivitas dan hasil belajar siswa masih rendah atau belum mencapai KKM yang ditetapkan.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika siswa kelas IV A SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus di mana setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Objek penelitian ini adalah siswa kelas IV A SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung sebanyak 32 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi untuk aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru mengajar, sedangkan untuk memperoleh data hasil belajar siswa terhadap materi yang dipelajari, maka digunakan soal evaluasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas siswa siklus I adalah 36%, pada siklus II 88. Hasil belajar siswa siklus I diperoleh nilai rata-rata 60 dan pada siklus II meningkat menjadi 85. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV A SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERNYATAAN ... iii

PERSETUJUAN ... iv

PENGESAHAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

MOTO ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Rumusan Masalah ... 4

1.4 Tujuan Penelitian... 4

1.5 Manfaat Penelitian... 5

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1 Model Pembelajaran Kooperatif ... 7

2.1.1Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 8

2.1.2 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw .... 9

2.2 Aktivitas Belajar ... 11

2.3 Hasil Belajar ... 13

2.4 Belajar dan Pembelajaran ... 14

2.5 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 15

2.5.1 Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di SD ... 17

2.5.2 Tujuan Pembelajaran Matematika di SD ... 17

2.6 Kerangka Pikir... 18


(7)

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Jenis Penelitian ... 21

3.2 Setting Penelitian... 21

3.3 Prosedur Penelitian ... 22

3.4 Teknik Pengambilan Data ... 25

3.5 Teknik Analisis Data ... 25

3.6 Indikator Keberhasilan ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1 Prosedur Penelitian ... 29

1. Deskripsi Awal ... 29

2. Refleksi Awal ... 29

3. Persiapan Pembelajaran ... 29

4.2 Hasil Penelitian Siklus I ... 30

1. Pelaksanaan Siklus I ... 30

a. Pertemuan 1 ... 30

b. Pertemuan 2 ... 32

2. Hasil Observasi Siklus I ... 33

a. Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 1 ... 33

b. Kinerja Guru Siklus I ... 35

c. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 39

d. Refleksi Siklus I ... 39

e. Saran Perbaikan untuk Siklus II ... 40

4.3 Hasil Penelitian Siklus II ... 41

1. Perencanaan Siklus II ... 41

2. Pelaksanaan Siklus II ... 42

a. Pertemuan 1 ... 42

b. Pertemuan 2 ... 44

3. Hasil Observasi Siklus II ... 45

a. Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Pertemuan I ... 45

b. Kinerja Guru Siklus II ... 46

c. Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 47

d. Refleksi Siklus II ... 48

4.4 Pembahasan ... 49

1. Aktivitas Siswa ... 49

2. Hasil Belajar ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

5.1. Kesimpulan... 59

5.2. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Data Nilai Formatif Siswa ... ... 2

3.1 Format Analisis Aktivitas Siswa ... ... 26

4.1. Persentase Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 34

4.2. Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Mengajar Siklus I ... 35

4.3. Data Hasil Tes Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I ... 39

4.4. Persentase Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 46

4.5. Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Mengajar Siklus II ... 47

4.6. Data Hasil Tes Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II ... 48

4.7. Hasil Persentase Aktivitas Siswa Siklus I ... 50

4.8. Hasil Persentase Aktivitas Siswa Siklus I ... 50


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1 Kerangka Pikir Penelitian ... 19 2 Alur Pelaksanaan Tindakan Kelas ... 22 3 Grafik Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa Per Siklus ... 55 4 Grafik Rekapitulasi Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa . 57


(10)

i

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pemetaan Siklus I ... 68

2. Silabus Siklus I ... 69

3. RPP Siklus I ... 72

4. Data Hasil Pre Tes Siklus I ... 75

5. Data Hasil Post Tes Siklus I ... 76

6. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 77

7. Hasil Observasi Aktivitas Guru Mengajar Siklus I ... 78

8. Soal Evaluasi Siklus I ... 79

9. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus I ... 80

10.Lembar Jawaban Soal Evaluasi Siklus I ... 81

11.Pemetaan Siklus II ... 83

12.Silabus Siklus II ... 84

13.RPP Siklus II ... 87

14.Data Hasil Pre Tes Siklus II ... 88

15.Data Hasil Post Tes Siklus II ... 89

16.Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 90

17.Hasil Observasi Aktivitas Guru Mengajar Siklus II ... 91

18.Soal Evaluasi Siklus II ... 92

19.Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II ... 93

20.Lembar Jawaban Soal Evaluasi Siklus II ... 94


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu universal yang dipelajari mulai dari sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berfikir logis dan kreatif. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) matematika sekolah dasar, ada beberapa kajian materi yang harus dikuasai oleh siswa sekolah dasar. Salah satu bidang kajian tersebut adalah materi mengurutkan bilangan. Seorang guru perlu menanamkan konsep dalam materi mengurutkan bilangan kepada siswa dengan baik agar dapat dipahaminya, sehingga siswa mengerti dan memahami konsep tersebut dan dapat diaplikasikannya dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sehari-hari.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung kelas IV A memperlihatkan hasil belajar matematika masih rendah terutama untuk materi mengurutkan bilangan. Hal ini disebabkan karena pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas masih konvensional. Guru masih menggunakan metode ceramah, kurangnya minat siswa pada pembelajaran matematika ditandai dengan kurang perhatian ketika mengikuti


(12)

2

pembelajaran, aktivitas belajar siswa masih rendah yang diindikasikan dengan minimnya menjawab pertanyaan yang diajukan guru, siswa sukar memahami materi mengurutkan bilangan dikarenakan pemaparan konsep yang tidak rinci, siswa jarang diberi kesempatan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran secara berkelompok dan melakukan latihan tentang materi yang diajarkan. Hal tersebut berdampak pada hasil belajar siswa.

Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa kelas IV A SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 yaitu hanya 13 siswa dari 32 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau 40,7%. Berarti 19 siswa atau 59,3% yang belum mencapai KKM dimana KKM yang ditetapkan adalah ≥ 65. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.1 Data Nilai Formatif Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Tahun Pelajaran 2012/2013

No. Nilai Jumlah Siswa Persentase (%)

1. 10 0 0

2. 9 5 15,7

3. 8 4 12,5

4. 7 4 12,5

5. 6 10 31,2

6. 5 9 28,1

Jumlah 100 %

Sumber: SDN 1 Kaliawi, 2013

Oleh karena itu diperlukan adanya suatu tindakan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswa. Salah satu tindakan yang dianggap dapat meningkatkan hasil belajar matematika khususnya pada materi mengurutkan


(13)

3

bilangan adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dalam model belajar ini terdapat langkah-langkah dalam penyelenggaraannya dimana siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil berdasarkan pertimbangan tertentu (Isjoni. 2009).

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Hasil belajar siswa rendah.

2. Pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas masih konvensional, guru cenderung masih menggunakan metode ceramah.

3. Kurangnya minat siswa pada pembelajaran matematika. 4. Aktivitas belajar siswa masih rendah.

5. Siswa sukar memahami materi mengurutkan bilangan.

6. Siswa jarang diberi kesempatan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran secara berkelompok.

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:


(14)

4

1. Bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperative tipe Jigsaw pada siswa kelas IV SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014”.

2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperative tipe Jigsaw pada siswa kelas IV SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014”.

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah :

1) Meningkatkan aktivitas belajar matematika pada materi mengurutkan bilangan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap siswa kelas IV A SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.

2) Meningkatkan hasil belajar matematika pada materi mengurutkan bilangan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap siswa kelas IV A SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:


(15)

5

1) Bagi siswa

a) Dapat memberikan motivasi belajar dan meningkatkan hasil belajar matematika pada materi mengurutkan bilangan kepada siswa kelas IV A SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.

b) Meningkatkan proses belajar matematika dengan tidak hanya banyak mencatat materi yang disampaikan guru tetapi lebih ke pemahaman konsep-konsep.

c) Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih memudahkan siswa dalam memahami materi.

2) Bagi guru

a) Sebagai informasi dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelas, menambah pengetahuan guru serta mengembangkan kemampuan guru dalam mempersiapkan diri untuk menjadi guru yang profesional. b) Berkreasi untuk memperbaiki citra proses pengajaran dan hasil belajar

matematika.

3) Bagi SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung

a) Memberikan landasan kebijakan yang akan diambil sebagai upaya untuk perbaikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

b) Meningkatkan standar ketuntasan minimal pada mata pelajaran matematika kelas IV.


(16)

6

c) Sebagai bahan masukan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran yang tidak membosankan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

4) Bagi Peneliti

a) Penelitian ini dapat menambah ide pemikiran tentang bagaimana meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa agar pembelajaran berjalan berdasarkan tujuan yang telah direncanakan.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1) Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah masalah peningkatan aktivitas dan hasil belajar matematika.

2) Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas IV A.

3) Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung.

4) Dalam penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

5) Penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada kompetensi dasar melakukan mengurutkan bilangan.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.

Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:


(18)

8

1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.

5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Sedangkan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif menurut Nur (2000) adalah sebagai berikut :

1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.

3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.

Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain.

2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang bisa digunakan dalam proses belajar mengajar yaitu tipe Jigsaw yang dikembangkan oleh Aronson. Menurut Lie (2002:32) dalam teknik ini guru harus memperhatikan pengetahuan dan


(19)

9

pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan pengetahuan dan pengalaman itu, agar bahan pelajaran agar lebih bermakna. Siswa juga harus bekerjasama dengan siswa lain dalam suasana gotong-royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat, dan mengelolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya (Rusman, 2008:203)

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.

2.1.2 Kelebihan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw

Menurut Isjoni (2009:13) kelebihan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, adalah: 1. Memacu siswa untuk lebih aktif, kreatif serta bertanggungjawab terhadap

proses belajarnya.

2. Mendorong siswa untuk berfikir kritis

3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan ide yang dimiliki untuk menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok tersebut.


(20)

10

4. Diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja tetapi semua siswa dituntut untuk menjadi aktif dalam diskusi tersebut.

5. Melibatkan semua anggota kelompok dalam diskusi

6. Melatih siswa mengemukakan pendapat atau gagasan dari ide-ide.

Berdasarkan kajian teori di atas, maka yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam penelitian ini adalah pembelajaran dimana siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil berdasarkan pertimbangan tertentu dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Para siswa didalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing terdiri dari 4 atau 6 orang anggota dan tiap kelompok mempunyai anggota heterogen. baik dan segi kemampuannya maupun karakteristik lainnya, kelompok ini disebut kelompok asal.

2. Guru menyampaikan materi pelajaran dalam bentuk tugas yang berbeda kepada setiap siswa dari kelompok asal, yang akan dikerjakan di kelompok ahli

3. Setiap siswa dari kelompok asal pergi untuk membentuk kelompok ahli setiap siswa yang mendapatkan tugas yang sama berkumpul untuk mendalami materi atau tugas secara maksimal. .

4. Setiap siswa yang berada di kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan mengajarkan materi atau tugasnya kepada anggota kelompok lain.

5. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok untuk


(21)

11

menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pelajaran yang telah didiskusikan. 6. Guru memberi tes akhir untuk siswa secara individu.

7. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan peningkatan hasil belajar.

Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah model pembelajaran yang membantu siswa memahami materi yang disampaikan guru secara berkelompok. Di mana perwakilan dari masing-masing kelompok memahami informasi dari kelompok lain dan disampaikan kembali kepada anggota kelompoknya. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang dilaksanakan.

2.2 Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar dapat terjadi dari proses yang sangat informal sampai dengan yang sangat formal, dari bahan materi yang sangat sederhana sampai bahan materi yang sangat rumit. Aktivitas belajar dapat terjadi dari proses yang alamiah sampai proses yang ilmiah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya adalah “kegiatan/keaktifan”. W.J.S. Poewadarminto (2010:234) menjelaskan aktivitas sebagai suatu kegiatan atau kesibukan. Nasution (2006:15) menambahkan bahwa aktivitas merupakan keaktifan jasmani dan rohani dan kedua-keduanya harus dihubungkan.

Menurut Sudirman (2008:13), faktor yang mempengaruhi belajar pada pokoknya mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Faktor yang mempengaruhi belajar adalah :


(22)

12

1). Faktor indogin, ialah faktor yang datang dari pelajar atau mahasiswa sendiri. Faktor ini meliputi :

a) Faktor biologis (faktor yang bersifat jasmaniah) b) Faktor psychologis (faktor yang bersifat rohaniah)

2). Faktor exogin, ialah faktor yang datang dari luar pelajar atau mahasiswa Faktor ini meliputi :

a) Faktor lingkungan keluarga b) Faktor lingkungan sekolah. c) Faktor lingkungan masyarakat.

Aktivitas belajar sendiri banyak sekali macamnya, sehingga para ahli mengadakan klasifikasi. Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2004:101) menggolongkan aktivitas siswa dalam belajar sebagai berikut :

1) Visual Activities, meliputi kegiatan seperti membaca, memperhatikan (gambar, demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain)

2) Oral Activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.

3) Listening Activities, seperti : mendengarkan uraian, percakapan diskusi, musik dan pidato.

4) Writting Activities, seperti : menulis cerita, menulis karangan, menulis laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman.

5) Drawing Activities, seperti ; menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6) Motor Activities, seperti : melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain dan berternak.

7) Mental Activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

8) Emotional Activities, seperti : menaruh minat, merasa bosan, bergairah, berani, tenang dan gugup.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak terciptanya situasi belajar aktif. Indikator aktivitas belajar siswa yang dimaksud antara lain: (1) memperhatikan penjelasan guru; (2) mengajukan


(23)

13

pendapat; (3) menanggapi pendapat teman; (4) berdiskusi dengan anggota kelompok; (5) bertanya kepada guru; (6) mencatat hasil diskusi kelompok.

2.3 Hasil Belajar

Darmansyah (2006:13) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa setelah menjalani proses pembelajaran. Rahmat (dalam Abidin. 2004:1) mengatakan bahwa “hasil belajar adalah penggunaan angka pada hasil tes atau prosedur penilaian sesuai dengan aturan tertentu, atau dengan kata lain untuk mengetahui daya serap siswa setelah menguasai materi pelajaran yang telah diberikan. Selanjutnya peranan hasil belajar menurut Harahap (dalam Abidin 2004:2) yaitu:

a) Hasil belajar berperan memberikan informasi tentang kemajuan belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

b) Untuk mengetahui keberhasilan komponen-komponen pengajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

c) Hasil belajar memberikan bahan pertimbangan apakah siswa diberikan program perbaikan, pengayaan, atau melanjutkan pada program pengajaran berikutnya.

d) Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan bagi siswa yang mengalami kegagalan dalam suatu program bahan pembelajaran.

e) Untuk keprluan supervisi bagi kepala sekolah dan penilik agar guru lebih berkompeten.

f) Sebagai bahan dalam memberikan informasi kepada orang tua siswa dan sebagai bahan mengambil berbagai keputusan dalam pengajaran.

Menurut Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah


(24)

14

hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu kompetensi dasar. Keberhasilan siswa dalam belajar mencerminkan berakhirnya proses pembelajaran yang baik. Hasil belajar dapat dijadikan indikator untuk menentukan keberhasilan siswa. Baik atau buruknya hasil belajar siswa diharapkan dapat memperbaiki hasil belajar siswa pada materi berikutnya.

2.4 Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Secara luas, belajar merupakan proses menuju perubahan tingkah laku. Depdiknas (2003:1) mendefinisikan “belajar sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap informasi atau pengalaman.

Menurut Hakim (2002:7) mengemukakan bahwa “belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuannya. Sedangkan Sutikno (2004:5), mengartikan belajar


(25)

15

adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Sumiati (2009:1) mengemukakan bahwa pembelajaran pada dasarnya membahas pertanyaan apa, siapa, mengapa, dan bagaimana, dan seberapa baik tentang pembelajaran. Upaya meningkatkan keberhasilan pembelajaran merupakan tantangan yang dihadapi oleh setiap orang yang berkecimpung dalam dunia kependidikan. Banyak upaya yang telah dilakukan, banyak keberhasilan yang telah dicapai, meskipun disadari bahwa apa yang telah dicapai belum sepenuhnya memberikan hasil yang memuaskan sehingga menuntut pemikiran dan kerja keras untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Dalam belajar yang terpenting adalah bukan hasil yang diperolehnya, tetapi proses yang dijalaninya. Artinya, belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain atau guru hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar mengajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik.

2.5Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Matematika adalah salah satu dasar penguasaan ilmu dan teknologi, baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya. Salah satu ciri utama matematika adalah penggunaan simbol-simbol. Untuk menyatakan sesuatu misalnya menyatakan suatu fakta, konsep operasi ataupun prinsip/aturan. Dengan simbol-simbol yang


(26)

16

terkandung di dalamnya itu sehingga mampulah matematika bertindak sebagai bahan keilmuan. Penguasaan matematika harus lebih mengarah pada pemahaman matematika yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ada dua hal yang mendukung arah penguasaan matematika untuk anak didik sekarang ini, yaitu: (1) Matematika diperlukan sebagai alat bantu untuk memahami terjadinya peristiwa-peristiwa alam dan sosial; (2) Matematika telah memiliki semua kegiatan manusia, baik untuk keperluan sehari-hari maupun keperluan profesional (Abdullah,2008).

Belajar matematika merupakan belajar konsep-konsep dan struktur abstrak yang terdapat dalam matematika serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur matematika. Belajar matematika harus melalui proses yang bertahap dari konsep yang sederhana ke konsep yang lebih kompleks. Setiap konsep matematika dapat dipahami dengan baik jika pertama-tama disajikan dalam bentuk konkrit. Pada pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Dalam matematika, setiap konsep berkaitan dengan konsep lain, dan suatu konsep menjadi pra syarat untuk konsep lain. Oleh sebab itu, siswa harus diberi kesempatan untuk memahami setiap konsep yang diberikan.

Dalam pembelajaran matematika di tingkat SD, diharapkan terjadi reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian dalam pembelajaran di kelas. Walaupun penemuan tersebut sederhana dan bukan hal yang baru bagi orang yang telah mengetahuinya, tetapi bagi siswa SD penemuan tersebut merupakan suatu hal yang baru.


(27)

17

2.5.1 Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Ruang lingkup matematika di sekolah dasar meliputi mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) bilangan 2) geometri

3) pengolahan data (Depdiknas, 2006).

Cakupan bilangan antara lain bilangan dan angka, perhitungan dan perkiraan. Cakupan geometri antara lain bangun dua dimensi, tiga dimensi, tranformasi dan simetri, lokasi dan susunan berkaitan dengan koordinat. Cakupan pengukuran berkaitan dengan perbandingan kuantitas suatu obyek, penggunaan satuan ukuran dan pengukuran.

2.5.2 Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (SD)

Tujuan pembelajaran matematika di SD dapat kita lihat di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 SD. Mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algortima, secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika


(28)

18

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika sifat-sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Selain tujuan umum yang menekankan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta memberikan tekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika juga memuat tujuan khusus matematika SD yaitu: (1) menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan sehari-hari; (2) menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika; (3) mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut; (4) membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.

2.6Kerangka Pikir

Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif pada pembelajaran matematika siswa mudah memahami materi yang disampaikan. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw banyak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Guru hanya sebagai fasilitator yang berusaha menciptakan suasana belajar yang kondusif di mana siswa dapat merasa nyaman dalam proses


(29)

19

pembelajaran. Melalui pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, menjadikan hasil belajar siswa kelas IV A SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung dapat meningkat.

Secara skematis, kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian

Siklus II Memanfaatkan model pembelajaran kooperative tipe Jigsaw pada pembelajaran Diduga melalui penggunaan model pembelajaran kooperative tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika pada materi mengurutkan bilangan dengan menggunakan model pembelajaran kooperative tipe Jigsaw KONDISI AKHIR

Siklus 1 Memanfaatkan model pembelajaran kooperative tipe Jigsaw

pada pembelajaran Menggunakan model pembelajaran kooperative tipe Jigsaw TINDAKAN Siswa/yang diteliti belum menggunakan model pembelajaran kooperative tipe Jigsaw Guru/peneliti Belum menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw KONDISI AWAL


(30)

20

2.7Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang terdahulu yang dilakukan oleh: 1) Lubis, M. Syukri (2012) “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDN 2 Medan”. Penelitian yang dilakukan mengalami peningkatan pada aktivitas dan hasil belajarnya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yaitu aktivitas dalam belajar IPA mencapai 85% dan hasil belajar siswa mencapai 80,5%.

2) Yiyin Anggarini (2010) “Meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas VI dalam pengerjaan hitung campuran melalui model kooperatif tipe jigsaw di SDN 1 Sedayugunung Tulungagung”. Penelitian yang dilakukan mengalami peningkatan pada aktivitas dan hasil belajarnya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yaitu aktivitas dalam belajar IPA mencapai 82,3% dan hasil belajar siswa mencapai 81,5%.


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah satu penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi meningkat. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan satu model penelitian yang dikembangkan di kelas. Menurut Kurnia Septa (dalam Sekolah Dasar.net) PTK adalah penelitian ilmiah didasarkan pada adanya masalah pembelajaran dan tindakan perbaikan untuk memecahkan masalah dalam kelas yang diajar. Dengan membuat PTK akan mampu menciptakan formula untuk memperbaiki kualitas hasil belajar siswa. Dengan demikian pendidikan akan lebih baik.

3.2 Setting Penelitian 1) Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV A SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung dengan jumlah siswa 32 orang yang terdiri dari 16 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki.


(32)

22

2) Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung.

3) Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research)

Perencanaan Pelaksanaan

Siklus I

Refleksi Observasi

Perencanaan Pelaksanaan

Siklus II

Refleksi Observasi

Simpulan


(33)

23

1) Tahap Perencanaan Tindakan

Dalam kegiatan perencanaan ini, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:

a) Menetapkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) b) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan

diterapkan dalam proses belajar mengajar c) Menentukan skenario pembelajaran

d) Mempersiapkan sumber, bahan dan alat bantu yang dibutuhkan e) Menyusun lembar kerja siswa (LKS)

f) Mengembangkan format evaluasi untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang disajikan

g) Menyiapkan panduan observasi dan soal-soal tes.

2) Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini menerapkan kegiatan pembelajaran matematika pada materi mengurutkan bilangan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Adapun urutan kegiatan sebagai berikut:

a) Mengawali pembelajaran dengan pendahuluan yaitu apersepsi dan memberikan motivasi

b) Membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa untuk tiap kelompok dan memilih 1 siswa sebagai ketua.


(34)

24

d) Guru memberikan pokok bahasan yang berbeda-beda pada setiap kelompok.

e) Masing-masing kelompok mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang pokok bahasan yang diberikan guru.

f) Masing-masing ketua kelompok mengunjungi kelompok lain untuk memahami pokok bahasan yang diberikan guru pada kelompok tersebut.

g) Ketua kelompok kembali ke kelompoknya untuk menjelaskan tentang pokok bahasan yang diterimanya dari kelompok yang dikunjungi. h) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. i) Masing-masing siswa menjawab soal evaluasi secara individu untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan dengan model pembelajaran tipeJigsaw.

j) Melakukan kegiatan refleksi pada setiap akhir kegiatan.

k) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara, yaitu: kerjasama siswa dalam kelompok, cara menyampaikan jawaban hasil diskusi, lembar kerja siswa, latihan siswa dan tes pada setiap siklus.

3) Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan dengan mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan observasi, peneliti dibantu oleh teman sejawat yang telah diberikan ijin oleh kepala sekolah untuk memperoleh data yang berkaitan dengan aktivitas belajar siswa dengan memberi tanda checklist (√) pada instrument lembar observasi.


(35)

25

4) Refleksi terhadap tindakan

Setelah melakukan tindakan dan pengamatan peneliti melakukan refleksi yang mencakup analisis dan penilaian. Dari hasil refleksi kemungkinan muncul permasalahan yang perlu mendapat perhatian, sehingga peneliti melakukan perencanaan ulang, tindakan ulang dan pengamatan ulang serta refleksi ulang. Tahapan ini akan dilakukan secara berulang dan berkelanjutan sampai permasalahan sudah bisa diatasi dengan siklus, rencana, tindakan, observasi dan refleksi.

3.4 Teknik Pengambilan Data

Data penelitian didapat langsung dari responden atau sampel penelitian. Data penelitian ini terdiri dari:

1. Data Kualitatif

Data kualitatif pada penelitian ini berupa data aktivitas siswa diambil melalui lembar observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Data Kuantitatif

Data ini berupa data hasil tes belajar siswa yang meliputi data kognitif yang diperoleh dari pemberian tes pada setiap akhir siklus.

3.5 Teknik Analisis Data


(36)

26

1) Analisis aktivitas siswa

Data aktivitas siswa diambil pada setiap pertemuan dengan menggunakan lembar pengamatan terhadap aktivitas siswa. Data aktivitas siswa yang dimunculkan adalah aktivitas yang relevan dengan keempat aspek kegiatan pembelajaran yang diamati seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1 Format Analisis Aktivitas Siswa

No. Nama Siswa

Aspek Aktivitas Yang

Diamati Skor Nilai

Aktivitas

Kategori

A B C D E F

1. 2. 3. 4. 5.

Aktivitas yang diamati:

A. Memperhatikan penjelasan guru B. Mengajukan pendapat

C. Menanggapi pendapat teman

D. Berdiskusi dengan anggota kelompok E. Bertanya kepada guru

F. Mencatat hasil diskusi kelompok Keterangan:

Penjelasan penilaian aktivitas terlampir di lampiran.

Proses analisis untuk data aktivitas siswa adalah sebagai berikut:

a) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah skor dari setiap aspek aktivitas.


(37)

27

c) Nilai aktivitas setiap siswa = % aktivitas (dihilangkan %nya) d) Nilai rata-rata aktivitas siswa diperoleh dengan rumus:

Untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa, metode yang digunakan adalah pedoman Memes (2001:36) sebagai berikut: Bila nilai siswa > 75,6 maka dikategorikan aktif. Bila nilai siswa > 59,4 maka dikategorikan cukup aktif. Bila nilai siswa , 59,4 maka dikategorikan kurang aktif.

2) Analisis Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siswa berupa soal tes kemampuan hasil belajar yang diambil pada setiap akhir siklus pembelajaran seperti pada tabel dibawah ini:

No. Nama

Soal

Skor %PHB Nilai Kategori

1 2 ...

1. 2.

Jumlah Skor Skor Maksimal Nilai Rata-rata

Proses analisis untuk hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

a) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor setiap soal.


(38)

28

c) Nilai hasil belajar siswa adalah nilai hasil belajar siswa per tes = % hasil belajar siswa (dihilangkan persennya).

d) Nilai rata-rata hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:

e) Ketuntasan hasil belajar berdasarkan KKM yang telah ditetapkan.

Untuk kategori nilai rata-rata hasil belajar siswa, menggunakan Arikunto (2001:245) yaitu: Bila nilai siswa > 66 maka dikategorikan baik. Bila nilai siswa > 55 maka dikategorikan cukup baik. Bila nilai siswa < 55 maka dikategorikan kurang baik.

3.6 Indikator Keberhasilan

Sebagai indikator keberhasilan belajar yang diharapkan dalam penelitian yang dilakukan ini adalah apabila aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika materi mengurutkan bilangan telah menunjukan peningkatan pada setiap siklusnya. Peneliti menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw ini jika >75 % siswa memperoleh nilai tes formatif KKM (kriteria ketuntasan minimal) 65.


(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas IV SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung terhadap mata pelajaran matematika dalam materi mengurutkan bilangan pada dapat disimpulkan:

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran matematika pada materi mengurutkan bilangan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung. Hal ini sesuai dengan pengamatan observer yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I sampai siklus II, dan terjadi peningkatan disetiap siklusnya yaitu rata-rata siklus II meningkat dari siklus I yaitu 36% menjadi 88%.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran matematika pada materi mengurutkan bilangan dapat meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa kelas IV SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung. Hal ini sesuai pengamatan observer yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I sampai siklus II, dan terjadi peningkatan di setiap siklusnya yaitu nilai rata-rata pada siklus I sebesar 68 meningkat menjadi


(40)

60

85 pada siklus II. Sedangkan ketuntasan belajar meningkat 56% di siklus I menjadi 88% di siklus II.

5.2 Saran

1. Kepada siswa, untuk senantiasa menjaga dan memupuk motivasi belajar dengan demikian semangat belajar akan terus terbina yang secara otomatis akan membentuk budaya senang belajar.

2. Kepada guru, untuk senantiasa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam proses pembelajaran, karena dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa akan lebih mudah memahami berbagai materi pelajaran karena dapat menciptakan komunitas belajar (learning comunity) yang pada akhirnya menciptakan kebiasan belajar secara kontinyu.

3. Kepada sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran yang masih belum ada, agar proses pembelajaran dapat berlangsung lebih baik sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat. Sekolah juga hendaknya lebih memperhatikan sistem terpadu yang dapat mendukung segala aktifitas belajar terutama terkait dengan kedisiplinan para siswa dan kinerja para pendidik.

4. Kepada peneliti lanjutan, penelitian ini mengkaji penggunaan model pembelajaran tipe Jigsaw pada materi mengurutkan bilangan. Untuk itu direkomendasikan kepada peneliti lanjutan untuk mengkaji penerapan


(41)

61

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi dan mata pelajaran lainnya.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2008. Hakikat Pembelajaran Matematika. http://cumanulisaja.blogspot .com/2012/10/hakekat-pembelajaran-matematika-di-sd.html

Abidin, Zainal. 2004. Evaluasi Pengajaran Padang. UNP

Agib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. CV Irama Widya. Bandung.

Anggraini, Yiyin. 2010. Kumpulan Skripsi yang Relevan. http://mathedu-unila. blogspot.com/2010/10/ kumpulan skripsi html.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Aunurrahman, dkk. 2009. Penelitian Tidakan Kelas. Jakarta:Universitas Terbuka. Darmansyah. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. UNP.

Depdiknas. 2003. Pengertian Belajar. http://mathedu-unila. blogspot. com/2010/ 10/pengertian-belajar.html.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Hakim, Thursan. 2002. Belajar Secara Efektif. Semarang: Sindur pres.

Hamalik. 2001. Hasil Belajar. http://remenmaos.blogspot.com///hasil belajar-siswa.html.

Isjoni. 2009.Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. http://style-lecture.blogspot. com/2012/09/pembelajaran-kooperatif-model-jigsaw.html

Lie. 2002. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. http://style-lecture.blogspot. com/2012/09/pembelajaran-kooperatif-model-jigsaw.html

M. Syukri, Lubis. 2013. Kumpulan Skripsi. http://mathedu-unila.Blogspot. com/2010/10/kumpulan skripsi.html.

Memes, Wayan. 2001. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran FKIP Sisingamangaraja No. 3 TH XXXIV. Departemen Pendidikan Nasional RI. Nasution. 2006. Pengertian Hasil Belajar. http://www.duasatu. web.id/2012/07/


(43)

Nur. 2000. Model Pembelajaran Kooperatif. http://tugasku-4u.blogspot.com/2013 /05/makalah-model-pembelajaran-kooperatif.html

Poewadarminto, WJS 2010. Definisi Aktivitas Belajar. http://www. bukuhalus. com/2011/74/ definisi-aktivitas-belajar.html

Rusman. 2008. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. http://style-lecture. blogspot.com/2012/09/pembelajaran-kooperatif-model-jigsaw.html

Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. P.T Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Septa Kurnia. 2012 Jenis Penelitian. http://www.sekolahdasar.net/2012/07/ kumpulan-judul-ptk-matematika-sd.html

Sudirman. 2008. Aktivitas Belajar. http://makalahpendidikansudirman. blogspot. com/2012/ 08/ aktivitas-belajar.html


(1)

28

c) Nilai hasil belajar siswa adalah nilai hasil belajar siswa per tes = % hasil belajar siswa (dihilangkan persennya).

d) Nilai rata-rata hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:

e) Ketuntasan hasil belajar berdasarkan KKM yang telah ditetapkan.

Untuk kategori nilai rata-rata hasil belajar siswa, menggunakan Arikunto (2001:245) yaitu: Bila nilai siswa > 66 maka dikategorikan baik. Bila nilai siswa > 55 maka dikategorikan cukup baik. Bila nilai siswa < 55 maka dikategorikan kurang baik.

3.6 Indikator Keberhasilan

Sebagai indikator keberhasilan belajar yang diharapkan dalam penelitian yang dilakukan ini adalah apabila aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika materi mengurutkan bilangan telah menunjukan peningkatan pada setiap siklusnya. Peneliti menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw ini jika >75 % siswa memperoleh nilai tes formatif KKM (kriteria ketuntasan minimal) 65.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas IV SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung terhadap mata pelajaran matematika dalam materi mengurutkan bilangan pada dapat disimpulkan:

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran matematika pada materi mengurutkan bilangan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung. Hal ini sesuai dengan pengamatan observer yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I sampai siklus II, dan terjadi peningkatan disetiap siklusnya yaitu rata-rata siklus II meningkat dari siklus I yaitu 36% menjadi 88%.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran matematika pada materi mengurutkan bilangan dapat meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa kelas IV SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung. Hal ini sesuai pengamatan observer yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I sampai siklus II, dan terjadi peningkatan di setiap siklusnya yaitu nilai rata-rata pada siklus I sebesar 68 meningkat menjadi


(3)

60

85 pada siklus II. Sedangkan ketuntasan belajar meningkat 56% di siklus I menjadi 88% di siklus II.

5.2 Saran

1. Kepada siswa, untuk senantiasa menjaga dan memupuk motivasi belajar dengan demikian semangat belajar akan terus terbina yang secara otomatis akan membentuk budaya senang belajar.

2. Kepada guru, untuk senantiasa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam proses pembelajaran, karena dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa akan lebih mudah memahami berbagai materi pelajaran karena dapat menciptakan komunitas belajar

(learning comunity) yang pada akhirnya menciptakan kebiasan belajar

secara kontinyu.

3. Kepada sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran yang masih belum ada, agar proses pembelajaran dapat berlangsung lebih baik sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat. Sekolah juga hendaknya lebih memperhatikan sistem terpadu yang dapat mendukung segala aktifitas belajar terutama terkait dengan kedisiplinan para siswa dan kinerja para pendidik.

4. Kepada peneliti lanjutan, penelitian ini mengkaji penggunaan model pembelajaran tipe Jigsaw pada materi mengurutkan bilangan. Untuk itu direkomendasikan kepada peneliti lanjutan untuk mengkaji penerapan


(4)

61

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi dan mata pelajaran lainnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2008. Hakikat Pembelajaran Matematika. http://cumanulisaja.blogspot .com/2012/10/hakekat-pembelajaran-matematika-di-sd.html

Abidin, Zainal. 2004. Evaluasi Pengajaran Padang. UNP

Agib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. CV Irama Widya. Bandung.

Anggraini, Yiyin. 2010. Kumpulan Skripsi yang Relevan. http://mathedu-unila. blogspot.com/2010/10/ kumpulan skripsi html.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Aunurrahman, dkk. 2009. Penelitian Tidakan Kelas. Jakarta:Universitas Terbuka. Darmansyah. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. UNP.

Depdiknas. 2003. Pengertian Belajar. http://mathedu-unila. blogspot. com/2010/ 10/pengertian-belajar.html.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Hakim, Thursan. 2002. Belajar Secara Efektif. Semarang: Sindur pres.

Hamalik. 2001. Hasil Belajar. http://remenmaos.blogspot.com///hasil belajar-siswa.html.

Isjoni. 2009.Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. http://style-lecture.blogspot. com/2012/09/pembelajaran-kooperatif-model-jigsaw.html

Lie. 2002. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. http://style-lecture.blogspot. com/2012/09/pembelajaran-kooperatif-model-jigsaw.html

M. Syukri, Lubis. 2013. Kumpulan Skripsi. http://mathedu-unila.Blogspot. com/2010/10/kumpulan skripsi.html.

Memes, Wayan. 2001. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran FKIP

Sisingamangaraja No. 3 TH XXXIV. Departemen Pendidikan Nasional RI.

Nasution. 2006. Pengertian Hasil Belajar. http://www.duasatu. web.id/2012/07/ pengertian-hasil-belajar-menurut-para.html


(6)

Nur. 2000. Model Pembelajaran Kooperatif. http://tugasku-4u.blogspot.com/2013 /05/makalah-model-pembelajaran-kooperatif.html

Poewadarminto, WJS 2010. Definisi Aktivitas Belajar. http://www. bukuhalus. com/2011/74/ definisi-aktivitas-belajar.html

Rusman. 2008. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. http://style-lecture. blogspot.com/2012/09/pembelajaran-kooperatif-model-jigsaw.html

Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. P.T Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Septa Kurnia. 2012 Jenis Penelitian. http://www.sekolahdasar.net/2012/07/ kumpulan-judul-ptk-matematika-sd.html

Sudirman. 2008. Aktivitas Belajar. http://makalahpendidikansudirman. blogspot. com/2012/ 08/ aktivitas-belajar.html


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION PADA SISWA KELAS IV SDN 2 GULAK GALIK TELUK BETUNG UTARA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 3 43

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 2 SUMUR PUTRI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 47

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV A SDN 1 KALIAWI TANJUNG KARANG PUSAT BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 10 43

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI KELAS V B SDN 1 SURABAYA KECAMATAN KEDATON KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 11 54

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS IV B SDN 1 KALIAWI TANJUNGKARANG PUSAT BANDAR LAMPUNG TP. 2013/2014

0 6 47

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 4 PENENGAHAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 40

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN TIPE MAKE A MATCH SISWA KELAS IV SDN 2 SAWAH LAMA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 2 81

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS IV SDN PADANG MANIS PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 12 55

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STAD SISWA KELAS IV SDN 1 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 4 75

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 2 KUPANG TEBA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 3 38