7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis akan menguraikan kajian pustaka yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Kajian pustaka akan menjelaskan mengenai tinjauan pustaka
dan kerangka dasar penelitian yang akan dijelaskan pada penjelasan di bawah ini.
2.1 Disiplin Kerja
2.1.1 Pengertian Disiplin Kerja
Disiplin kerja merupakan fungsi operatif keenam dari Manajemen Sumber Daya Manusia. Disiplin merupakan faktor terpenting yang perlu
diperhatikan oleh organisasi. Meningat semakin baik displin kerja pegawai, maka semakin baik pula kinerja yang dihasilkan oleh pegawai.
Tanpa adanya disiplin kerja yang baik, maka sulit bagi suatu organisasi untuk mencapai hasil yang optimal. Tentunya dari masing-masing
organisasi memiliki peraturan mengenai disiplin kerja yang harus ditaati oleh pegawai. Melalui disiplin kerja yang diterapkan oleh organisasi,
tentunya dapat membawa dampak positif bagi suatu organisasi. Disiplin kerja menurut pendapat Wayne Mondy 2008:162
adalah
kondisi kendali diri karyawan dan perilaku tertib yang menunjukkan tingkat kerja sama tim yang sesungguhnya dalam suatu
organisasi.
Sedangkan disiplin kerja menurut pendapat Hasibuan 2010:193
menyatkan “Discipline is management action to enforce organization standards”. Artinya disiplin kerja dapat diartikan
sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman
organisasi.
8
Berdasarkan uraian tersebut, maka yang dimaksud dengan disiplin kerja dalam penelitian ini adalah salah satu usaha dari
manajemen organisasi untuk menerapkan dan menjalankan peraturan maupun ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap pegawai tanpa
terkecuali. Pelaksanaan disiplin kerja oleh pegawai dalam suatu organisasi, dapat mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab pegawai
terhadap tugas-tugas yang diberikan kepada pegawai.
2.1.2 Tujuan Disiplin Kerja
Disiplin kerja tentunya merupakan suatu keharusan yang harus dimiliki dan ada dalam diri setiap pegawai yang ada dalam suatu
organisasi. Selain itu, kesadaran dalam diri pegawai juga merupakan hal penting agar pegawai tersebut mampu melaksanakan disiplin kerja.
Apabila pegawai tidak memiliki kesadaran untuk melaksanakan disiplin kerja, maka hasil kerja yang akan dihasilkan juga tidak dapat maksimal.
Disiplin kerja bukanlah hal yang sulit untuk ditaati oleh pegawai, melainkan sulitnya kesadaran dalam diri pegawai untuk melaksanakan
disiplin kerja. Disiplin kerja dari seorang pegawai dapat dilihat dari tingkah
laku sehari-hari pegawai pada saat berada dalam lingkungan organisasi. Misalnya apabila seorang pegawai jarang terlambat datang pada suatu
organisasi, maka dapat dikatakan bahwa pegawai tersebut memiliki kesadaran untuk melaksanakan disiplin kerja. Sutrisno, Edy 2009:126
mengemukakan bahwa tujuan disiplin kerja adalah sebagai berikut :
1. Tingginya rasa kepedulian karyawan terhadap
pencapaian tujuan perusahaan 2.
Tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif para karyawaan untuk melaksanakan pekerjaan
9 3.
Besarnya rasa tanggung jawab pada karyawan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya
4. Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solidaritas
dan rasa solidaritas yang tinggi dikalangan karyawan 5.
Meningkatnya efisiensi dan produktivitas kerja pada karyawaan
Disiplin kerja pegawai harus dilaksanakan dalam suatu organisasi. Tanpa dukungan dari pegawai dalam melaksanakan disiplin
kerja, sulit bagi organisasi untuk mencapai tujuan. Tidak hanya itu, melainkan disiplin kerja juga merupakan kunci keberhasilan dari suatu
organisasi untuk mencapai tujuannya. 2.1.3
Ruang Lingkup Disiplin Kerja Ruang lingkup disiplin kerja pada Badan Pertanahan Nasional
sejalan dengan Reformasi Birokrasi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Berkaitan dengan penataan dan penguatan
organisasi dan penataan sistem manajemen sumber daya manusia aparatur, Badan Pertanahan Nasional melakukan sapta tertib pertanahan.
Salah satu sapa tertib pertanahan tersebut adalah tertib disiplin kerja. Ruang lingkup dari tertib disiplin kerja dari Badan Pertanahan Nasional
adalah sebagai berikut :
1. Menaati jam kerja
2. Penyelesaian target kerja
3. Menggunakan pakaian dinas
4. Kerapian
5. Membuat buku kegiatan harian
6. Mengisi daftar hadir
2.1.4 Bentuk Disiplin Kerja
A. Anwar Mangkunegara 2011:129 ada dua bentuk disiplin kerja, yaitu disiplin preventif, dan disiplin korektif. Penjelasan dari
bentuk disiplin kerja tersebut adalah sebagai berikut :
10 a.
Disiplin Preventif adalah suatu upaya untuk menggerakan pegawai
mengikuti dan mematuhi peraturan kerja, aturan- aturanyang telah digariskan oleh perusahaan. Tujuan
dasarnya
adalah untuk
menggerakan pegawai
berdisiplin diri. Dengan cara preventif, pegawai dapat memelihara
dirinya terhadap
peraturan-peraturan perusahaan.
b. Disiplin Korektif
adalah suatu upaya menggerakan pegawai dalam penyatuan suatu peraturan dan mengarahkan untuk
tetap mengatuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan. Pada disiplin korelatif,
pegawai yang melanggar disiplin perlu diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuan
pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki pegawai pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku, dan
memberikan pelajaran kepada pelanggar.
2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja menurut pendapat Hasibuan 2010:194, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Tujuan dan Kemampuan
Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai. Tujuan yang akan dicapai harus
jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa
tujuan pekerjaan yang dibebankan kepada pegawai harus
sesuai dengan
kemampuan pegawai
bersangkutan, agar pegawai bekerja dengan sungguh- sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.
2. Teladanan Pimpinan
Teladanan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan pegawai karena pimpinan dijadikan teladan
dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus memberikan contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur,
adil serta sesuai kata dengan perbuatannya. Dengan keteladanan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan
pun akan ikut baik.
3. Balas Jasa
Balas jasa yang berupa gaji dan kesejahteraan ikut mempengaruhi kedisiplinan pegawai karena balas jasa
akan memberikan kepuasan dan kecintaan pegawai terhadap organisasi atau pekerjaannya.
11 4.
Keadilan Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan
pegawai, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama
dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan
dalam memberikan
balas jasa
pengakuan atau
hukuman akan
merangsang terciptannya kedisiplinan pegawai yang baik.
5. Waskat
Waskat pengawasan melekat adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan
pegawai organisasi. Dengan pengawasan melekat berarti atasan langsung harus aktif dan langsung
mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus
selalu hadir ditempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk, jika ada bawahannya yang
mengalami kesulitan dalam menyelasaikan tugasnya.
6. Sanksi Hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam memeihara kedisiplinan pegawai. Dengan sanksi hukuman yang
semakin berat, pegawai akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan organisasi, sikap, dan prilaku
indisipliner pegawai akan berkurang.
7. Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan pegawai. Pimpinan harus
berani dan tegas untuk menghukum setiap pegawai yang indispliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah
ditetapkan. Impinan yang berani bertindak tegas menerapkan hukuman bagi pegawai indisipliner akan
akan disegani dan diakui kepemimpinanya oleh bawahan.
2.1.6 Sanksi Disiplin Kerja
Dengan adanya aturan mengenai disiplin kerja, tentunya merupakan suatu aturan yang berkaitan dengan tata tertib yang harus
dilaksanakan oleh pegawai yang ada didalam suatu organisasi. Tata tertib yang ada tentunya memiliki sanksi. Sanksi tersebut merupakan timbal
balik dari adanya pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai. Sanksi disiplin kerja menurut pendapat Agus Dharma 2004:403-407 bahwa
12
sanksi pelanggaran kerja akibat tindakan ketidaksipilinan kerja dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Pembicaraan informal
Dalam aturan pembicaraan informal dapat dilakukan terhadap karyawan yang melakukan pelanggaran kecil
dan pelanggaran itu dilakukan pertama kali. Jika pelanggaran yang dilakukan karyawan hanyalah
pelanggaran kecil, seperti terlambat masuk kerja atau istirahat siang lebih lama dari yang ditentukan. Pada
saat pembicaraan usahakan menemukan penyebab pelanggaran,
dengan mempertimbangkan
potensi karyawan
yang bersangkutan
dan catatan
kepegawaiannya. 2.
Peringatan lisan Peringatan lisan perlu dipandang sebagai dialog atau
diskusi, bukan sebagai ceramah atau kesempatan untuk
“mengumpat karyawan”. Karyawan perlu didorong
untuk mengemukakan
alasannya melakukan
pelanggaran. 3.
Peringatan tertulis Peringatan tertulis diberikan untuk karyawan yang telah
melanggar peraturan berulang-ulang. Tindakan ini biasanya didahului dengan pembicaraan terhadap
karyawan yang melakukan pelanggaran.
4. Pengrumahan sementara
Pengrumahan sementara adalah tindakan pendisiplinan yang dilakukan terhadap karyawan yang telah berulang
kali melakukan pelanggaran. Ini berarti bahwa langkah pendisiplinan sebelumnya tidak berhasil mengubah
perilakunya. Pengrumahan sementara dapat dilakukan tanpa melalui tahapan yang diuraikan sebelumnya jika
pelanggaran yang dilakukan adalah pelanggaran yang cukup berat.
5. Demosi
Demosi berarti penurunan pangkat atau upah yang diterima karyawan.
6. Pemecatan
Pemecatan merupakan langkah terakhir setelah langkah sebelumnya tidak berjalan dengan baik. Tindakan ini
hanya dilakukan untuk jenis pelanggaran yang sangat serius atau pelanggaran yang terlalu sering dilakukan dan
tidak dapat diperbaiki dengan langkah pendisiplinan sebelumnya.
13
Pada dasarnya penerapan sanksi yang dilakukan oleh organisasi, sebaiknya diatur dengan melibatkan pegawai yang ada di dalam suatu
organisasi. Misalnya saja dengan meminta maupun menampung pendapat dari masing-masing pegawai mengenai penerapan sanksi yang
akan diberikan, apabila terdapat pegawai yang melanggar disiplin kerja. Melalui cara tersebut tentunya memiliki maksud tersendiri agar pegawai
tidak melanggar disiplin kerja yang sudah ditetapkan. Keikutsertaan pegawai dalam merencanakan penerapan sanksi yang akan diberikan,
diharapkan dapat mempengaruhi serta mengurangi ketidakdisiplinan yang dilakukan oleh pegawai.
Pemberian sanksi mengenai pelanggaran disiplin kerja pegawai harus berorientasi pada pelatihan dan pembinaan pegawai. Hal tersebut
bukan bertujuan untuk menghukum pegawai atas ketidakdisiplinan kerja, melainkan cara yang efektif agar pegawai memiliki rasa jera. Misalnya
saja, apabila terdapat pegawai yang melanggar disiplin kerja, maka pegawai tersebut harus melaksanakan pembinaan selama beberapa hari.
Melalui adanya pelatihan dan pembinaan pegawai, diharapkan pegawai tersebut tidak melakukan pelanggaran disiplin kerja yang sama dimasa
yang akan datang.
2.2 Manajemen Sumber Daya Manusia