EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN

KONSEP MATEMATIKA

(Studi pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh DEVI AFRIANA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN

KONSEP MATEMATIKA

(Studi pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh DEVI AFRIANA

Pembelajaran merupakan hal yang paling utama dalam proses pendidikan di sekolah. Salah satu upaya guru untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa, diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe TPS. TPS merupakan suatu tipe pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menemukan konsep-konsep yang dipelajari secara individu dan kelompok. Aktivitas yang dilakukan siswa dalam pembelajaran TPS dapat mengembangkan pemahaman konsep matematika siswa secara optimal.

Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen dengan desain one shot case study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP N 1 Seputih Agung yang terdistribusi pada 7 kelas. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive random sampling dan diperoleh kelas VII D sebanyak 34 siswa. Data penelitian berupa data aktivitas belajar dan data pemahaman konsep matematika


(3)

Devi Afriana siswa yang diperoleh melalui observasi dan tes dengan menggunakan lembar observasi aktivitas dan instrumen tes.

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh 79,41% siswa aktif dan 76,47% siswa tuntas belajar. Dari hasil uji proporsi, diperoleh persentase siswa aktif dan tuntas belajar lebih dari atau sama dengan 60%. Artinya, model pembelajaran kooperatif tipe TPS efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas dan pemahaman konsep matematika siswa.


(4)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN

KONSEP MATEMATIKA

(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh DEVI AFRIANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(5)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Nama Mahasiswa : Devi Afriana Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021009

Program Studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Caswita, M.Si. Dra. Arnelis Djalil, M.Pd. NIP 19671004 199303 1 004 NIP 19530308 198303 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Caswita, M.Si. _____________

Sekretaris : Dra. Arnelis Djalil, M.Pd. _____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. _____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Harapan Rejo, Kecamatan Seputih Agung, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung pada tanggal 03 April 1989 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Sukisno dan Ibu Sumarni.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis dimulai dari TK LKMD Harapan Rejo lulus pada tahun 1995, Sekolah Dasar ( SD ) Negeri 1 Harapan Rejo lulus pada tahun 2001, SMP Negeri 1 Seputih Agung lulus pada tahun 2004, dan SMA Negeri 1 Seputih Agung lulus pada tahun 2007.

Pada tahun 2007, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Non Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (Non SPMB). Pada tahun 2011, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP N 6 Bandar Lampung.


(8)

Motto

“Hidup Adalah Perjuangan Mengejar

Cita-Cita”


(9)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan mengucap syukur kehadirat ALLAH SWT, kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta

kasihku kepada:

Ayah dan Ibu (Sukisno dan Sumarni) yang telah membesarkan dan mendidikku, selalu memberiku semangat dan nasehat, serta mencurahkan doa dan kasih

sayangnya dengan pengorbanan yang tulus ikhlas demi kebahagiaan dan keberhasilanku.

Kakak- Andi Cahyono dan Adikku Fitri Atika Candra yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan.

Keluarga besarku yang selalu mendoakanku

Sahabat-sahabat seperjuanganku yang selalu memberikan motivasi untukku

Para pendidik yang dengan tulus dan sabar dalam mendidikku.


(10)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share ditinjau dari Aktivitas dan Pemahaman Konsep Matematika (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)”. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, Pembimbing Akade-mik, sekaligus Pembimbing Utama atas kesediannya untuk memberikan bim-bingan, ilmu, dukungan, saran, kritik, dan motivasi, baik selama perkuliahan maupun selama penyelesaian skripsi;

2. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, dukungan, dan saran, baik selama perkuliahan maupun selama penyelesaian skripsi;

3. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku Penguji Utama yang telah membahas, memberikan masukan, saran, dan kritik, baik selama perkuliahan maupun selama penyelesaian skripsi;


(11)

iii 4. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan beserta jajaran staf Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

5. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pen-didikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu PenPen-didikan Universitas Lampung;

6. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menyelesaikan studi;

7. Ibu Dra. Esti Handayani ,selaku Kepala SMP Negeri 1 Seputih Agung yang telah memberikan izin penelitian;

8. Ibu Dra. Umi Raniyah, selaku guru mitra yang telah banyak memberikan arahan dan masukan selama penelitian;

9. Ayahku Sukisno, Ibuku Sumarni,Adikku Fitri Atika Candra, Kakakku Andi Cahyono dan seluruh keluarga besar penulis yang selalu mendoakan, mendukung, dan memberikan semangat;

10. Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2007 Pendidikan Matematika Nonreguler atas persahabatan, kebersamaan, nasehat dan semangat selama ini.

11. Teman-teman matematika reguler 2007, Kakak tingkat 2006, 2005, adik tingkat 2008,2009, 2010, 2011 dan teman-teman P.MIPA (Fisika, Biologi, Kimia).

12. Siswa-siswi SMP Negeri 1 Seputih Agung atas kerja samanya, terutama kelas VII D.

13. Rekan- rekan PPL SMP Negeri 6 Bandar Lampung atas kebersamaan selama 3 bulan yang luar biasa.


(12)

14. Teman-teman kosan Ita, Rinda, Beti, Anjar, Mb Eka, Chik Lin yang selalu mendukungkku.

15. Teman- teman SD, SMP dan SMA yang masih selalu mendukungku. 16. Pengurus Referensi P.MIPA dan Perpustakaan Unila.

17. Almamater yang telah mendewasakan penulis;

18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan dengan pahala yang penuh berkah, dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin. Bandar Lampung, November 2012

Penulis


(13)

v

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... vii DAFTAR LAMPIRAN ... viii I...PE

NDAHULUAN

A...Lata r Belakang ... 1 B...Ru

musan Masalah ... 5 C...Tuj

uan Penelitian ... 5 D...Man

faat Penelitian ... 6 E...Rua

ng Lingkup Penelitian ... 6 II. ...TIN

JAUAN PUSTAKA

A...Kaji an Pustaka ... 8


(14)

1...Efe ktivitas Pembelajaran... 8 2...Pem

belajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share... 10

3...Akti vitas Belajar ... 12 4...Pem

ahaman Konsep Matematika ... 14 B...Ker

angka Pikir ... 16 C...Hip

otesis ... 18 III...ME

TODE PENELITIAN

A...Pop ulasi dan Sampel ... 19 B...Des

ain Penelitian ... 20 C...Lan

gkah Penelitian ... 20 D...Dat

a Penelitian ... 21 E...Tek


(15)

vii F...Instr umen Penelitian ... 22 G...Ana

lisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 25 1...Ana

lisis Data ... 25 2...Pen

gujian Hipotesis ... 28 IV...HA

SIL DAN PEMBAHASAN

A...Hasi l Penelitian ... 31 B...Pem

bahasan ... 32 V...KE

SIMPULAN DAN SARAN

A...Kesi mpulan ... 36 B...Sara

n ... 37 DAFTAR PUSTAKA


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Hasil Nilai Ujian Tengah Semester Genap ... 19 4.1 Data Aktivitas Belajar Siswa dan Pemahaman Konsep Matematika ... 31


(17)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Devi Afriana NPM : 0743021009

Program studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengeta-huan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diter-bitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, November 2012 Yang Menyatakan

Devi Afriana NPM 0743021009


(18)

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan penting bagi bangsa Indonesia dalam mengembangkan sumber daya manusia. Hal tersebut tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 yang menjelaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri, serta bertanggung jawab. Kualitas sumber daya manusia dipengaruhi oleh kualitas pendidikan. Oleh sebab itu, kualitas pendidikan harus diperhatikan dengan baik. Pemerintah telah mela-kukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, antara lain menyediakan sarana dan prasarana pendidikan, pembaharuan kurikulum dan pe-ningkatan kualitas pendidik. Dengan upaya-upaya yang telah dilakukan diha-rapkan kualitas pendidikan meningkat. Dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional, terdapat sejumlah mata pelajaran pokok dan pendukung diantaranya adalah matematika. Hal ini tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan pasal 1 ayat 1


(19)

2 disebutkan bahwa salah satu di antara mata pelajaran pokok yang diajarkan kepada siswa adalah mata pelajaran matematika.

Matematika sebagai ilmu yang universal mempunyai peranan yang sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Untuk itu, matematika harus dipelajari dengan baik. Matematika merupakan salah satu pelajaran pokok yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari taman kanak-kanak, SD, SMP, SMA dan bahkan sampai perguruan tinggi. Sasaran dari pendidikan matematika adalah siswa diharapkan mampu berpikir logis, kritis dan sistematis. Hal ini mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan pasal 1 ayat 1 yang menjelaskan bahwa salah satu Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan adalah menun-jukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan dan mampu menganalisis dan memecahkan masalah kompleks.

Dalam proses pendidikan di sekolah, hal yang paling utama adalah proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik, dan peserta didik dengan sumber belajar yang terjadi dalam suatu lingkungan belajar (UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003). Salah satu upaya yang harus dilakukan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah memilih dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembe-lajaran yang mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Ibrahim (dalam Trianto, 2009) pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama siswa dan saling ketergantungan dalam struktur tugas dan tujuan. Kerjasama yang dilakukan


(20)

siswa dalam kelompok kecil akan mendorong terciptanya komunikasi dan interaksi edukatif. Interaksi yang dilakukan siswa berkaitan dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar siswa memegang peranan penting dalam pembelajaran. Aktivitas yang dilakukan dapat membantu siswa untuk menggali/menemukan konsep secara mandiri atau berkelompok selama pembelajaran berlangsung. Keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat mengembangkan pemahaman konsep siswa.

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran kooperatif tipe TPS menekankan pada kemampuan berpikir siswa. Dalam model pembelajaran TPS siswa diberikan pertanyaan atau suatu permasalahan yang berhubungan dengan materi pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau permasalahan secara mandiri untuk beberapa saat. Setelah itu siswa diminta berpasangan untuk berdiskusi dengan pasangannya. Kemudian beberapa pasangan diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan siswa lain menanggapi.

Model pembelajaran kooperatif tipe TPS memiliki manfaat antara lain memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara mandiri sebelum berdiskusi sehingga siswa akan siap saat berdiskusi, mudah diterapkan, interaksi lebih mudah, dapat memotivasi siswa yang kurang tertarik pada pelajaran, saling menghargai, dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan siswa, dan masing-masing kelompok terdiri dari 2 siswa sehingga tanggung jawab siswa lebih besar dan kesempatan untuk mengandalkan siswa lain dapat dihindari.


(21)

4 Model pembelajaran tipe TPS dapat diterapkan pada siswa yang tidak mempunyai rasa percaya diri, kurang aktif dalam kerja kelompok, tidak aktif dalam mengerjakan tugas, kurang bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan, dan siswa yang kurang mampu mengembangkan kemampuan pada dirinya, seperti tidak mempunyai keberanian untuk mengungkapkan pendapat sehingga dengan menerapkan model pembelajaran tipe TPS siswa dapat aktif dalam kerja kelompok, siswa dapat bertanggungjawab atas tugas yang diberikan, siswa dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan siswa mempunyai keberanian untuk mengungkapkan pendapat.

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru matematika kelas VII SMPN 1 Seputih Agung diperoleh informasi bahwa pemahaman konsep matematika siswa masih rendah. Hal tersebut terlihat dari hasil ujian tengah semester genap tahun ajaran 2011/2012, persentase siswa yang mencapai kriteria ketuntasan mininal (KKM) 68 hanya 43,1%. Rendahnya pemahaman konsep matematika siswa disebabkan oleh pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Pembelaja-ran dimulai dari guru menjelaskan materi pelajaPembelaja-ran di depan kelas, memberi contoh soal, memberi latihan soal dan diakhiri dengan pemberian pekerjaan rumah (PR). Setelah menjelaskan, siswa diberi kesempatan untuk bertanya kepada guru tetapi siswa masih merasa bingung apa yang harus ditanyakan karena siswa kurang memahami konsep. Pada saat memberikan latihan soal, terkadang guru membagi siswa kedalam kelompok untuk mendiskusikannya. Diskusi yang dila-kukan siswa tidak berjalan dengan baik, karena banyak siswa yang pasif dan hanya mengandalkan siswa yang lebih pintar. Siswa merasa kesulitan ketika guru memberikan soal yang berbeda dengan contoh yang diberikan oleh guru


(22)

sebelumnya. Aktivitas yang dilakukan sebagian besar siswa pada saat diskusi adalah mendengarkan penjelasan teman dan mencatat apa yang ditulis oleh teman, sedangkan aktivitas lain yang terlihat adalah aktivitas yang tidak berhubungan dengan proses pembelajaran. Akibatnya pada saat presentasi tidak semua siswa bisa menyampaikan hasil diskusi.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas dan pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TPS efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Tahun Pelajaran 2011/2012?

2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TPS efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Tahun Pelajaran 2011/2012?

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah , maka tujuan penelitian ini adalah:


(23)

6 1. Untuk mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Untuk mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif TPS dalam pembelajaran matematika ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Tahun Pelajaran 2011/2012. C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep atau teori dalam pengembangan ilmu pengetahuan mengenai penggunaan model pembelajaran yang efektif.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang suatu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan yang meliputi:

a. Aspek proses pembelajaran dilihat dari aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Model pembelajaran TPS dikatakan efektif jika persentase siswa yang aktif lebih dari atau sama dengan 60%.


(24)

b. Aspek hasil pembelajaran dilihat dari tes pemahaman konsep. Model pembelajaran TPS dikatakan efektif jika persentase siswa yang tuntas lebih dari atau sama dengan 60%.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah suatu tipe pada pembelajaran kooperatif. TPS merupakan suatu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memproses informasi dengan mengembangkan cara berfikir dan komunikasi. Siswa diberi kesempatan untuk berpikir (Thinking) atas informasi yang diberikan guru, berpasangan (Pairing) dengan teman sebangku untuk berdiskusi, dan berbagi (Sharing) dengan seluruh kelas atas hasil diskusinya.

3. Aktivitas belajar dalam penelitian ini adalah kegiatan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe TPS sehingga menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa. Indikator aktivitas belajar dalam penelitian ini meliputi mengerjakan LKS, berdiskusi, mempresentasikan hasil diskusi, menjawab atau menanggapi pertanyaan, bertanya atau menyatakan pendapat.

4. Pemahaman konsep matematika merupakan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran matematika yang ditunjukkan melalui hasil tes. Indikator pemahaman konsep dalam penelitian ini meliputi menyatakan ulang suatu konsep, mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu, menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, serta mengaplikasikan suatu konsep.


(25)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Efektivitas Pembelajaran

Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan dengan memberikan hasil yang memuaskan. Sutikno (2005: 7) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Tujuan dalam pembelajaran matematika mencakup tujuan kognitif dan afektif. Tujuan kognitif berupa kemampuan siswa dalam menguasai konsep matematika yang dapat dilihat dari nilai tes pemahaman konsep dan aspek afektif dilihat dari aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung.

Nasution (2002: 27) mengungkapkan bahwa belajar yang efektif hasilnya merupakan pemahaman, pengetahuan dan wawasan. Dengan pemahaman, pengetahuan dan wawasan yang diperoleh kemampuan siswa dalam menguasai konsep matematika akan meningkat. Mulyasa (2006: 193) menyatakan bahwa suatu pembelajaran dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru,


(26)

dan membentuk kompetensi peserta didik, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan peserta didik dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.

Hamalik (2004: 171) menyatakan bahwa, “Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan ak-tivitas sendiri.” Penyediaan kesempatan belajar sendiri dan berakak-tivitas sendiri diharapkan dapat membantu siswa dalam pembelajaran. Seluruh siswa harus dilibatkan secara penuh dalam pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran betul-betul kondusif, dan terarah pada tujuan dan pembentukkan kompetensi siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Trianto (2009:12) yang menerangkan bahwa belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa.

Pembelajaran yang efektif apabila siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Siswa dilibatkan dalam pencarian informasi atau pengetahuan, siswa tidak hanya pasif menerima pengetahuan dari guru. Dengan keterlibatan siswa dalam mencari pengetahuan diharapkan siswa mampu memahami konsep-konsep yang sedang dipelajari dan dapat mengembangkan pengetahuan yang diperoleh sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan dalam pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan meliputi proses pembelajaran yang dilihat dari aktivitas siswa selama pembelajaran yang berlangsung dan hasil pembelajaran yang dilihat dari tes pemahaman konsep.


(27)

10

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dengan mem-bentuk siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Sebagai anggota kelom-pok, siswa bekerjasama untuk membantu dan memahami suatu bahan pelajaran serta tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Pembelajaran kooperatif menghen-daki setiap anggota kelompok dapat menguasai bahan pelajaran secara bersama-sama dengan kelompoknya. Jika salah satu anggota kelompok belum menguasai bahan pelajaran maka kegiatan pembelajaran dianggap belum selesai. Belajar dalam kelompok kecil mendorong terciptanya suatu kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan komunikasi, interaksi edukatif dua arah dan banyak arah sehingga aktivitas yang dilakukan lebih merangsang siswa untuk memahami konsep-konsep yang dipelajari sehingga akan mendapatkan hasil yang optimal. Menurut Eggen and Kauchak (dalam Trianto, 2009:58), “Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama”. Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.

Johnson dan Johnson (dalam Trianto, 2009:60) mengungkapkan, “Ada empat elemen dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, dan keterampilan menjalin hubungan interpersonal”. Jadi tidak semua pembelajaran yang menggunakan kerja kelompok merupakan pembelajaran kooperatif. Seperti yang diungkapkan David Johnson (dalam Lie, 2008:31) bahwa :


(28)

“Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan.

a. Saling Ketergantungan Positif.

b. Tanggung Jawab Perseorangan.

c. Tatap Muka.

d. Komunikasi Antaranggota.

e. Evaluasi Proses Kelompok”.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat bermacam-macam tipe, diantaranya adalah TPS. TPS dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari Universitas Maryland pada tahun 1981. Metode ini memberi waktu kepada para siswa untuk berpikir dan merespon serta saling membantu satu sama lain. Menurut Nurhadi (2004:23), TPS merupakan struktur pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa agar tercipta suatu pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan siswa. TPS memiliki prosedur yang ditetapkan untuk memberi waktu yang lebih banyak kepada siswa dalam berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Frank Lyman (dalam Trianto, 2009: 82) mengemukakan bahwa:

“Guru memilih menggunakan think-pair-share untuk membandingkan tanya

jawab kelompok keseluruhan. Guru menggunakan langkah-langkah (fase) berikut: a. Langkah 1 : Berpikir (Thinking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.

b. Langkah 2 : Berpasangan (Pairing)

Selanjutnya Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh.

c. Langkah 3 : Berbagi (Sharing)

Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan”.


(29)

12 TPS dapat digunakan sebagai alternatif bagi guru untuk mengajar matematika. Siswa akan diberi suatu permasalahan matematika untuk dapat diselesaikan secara mandiri terlebih dahulu. Setelah itu siswa akan berpasangan untuk berdiskusi. Siswa akan lebih bersemangat dalam menyelesaikan setiap permasalahan matematika karena permasalahan matematika yang ada dapat mereka diskusikan bersama pasangannya dan saling berbagi ide sehingga setiap permasalahan matematika yang umumnya dipandang sulit oleh para siswa terlihat lebih mudah. Setiap pasangan terdiri dari siswa dengan kemampuan matematika bervariasi, ada yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Siswa yang paling lemah di-harapkan sangat antusias dalam pembelajaran. Sehingga pembelajaran yang ber-langsung dapat meningkatkan aktivitas dan pemahaman konsep matematika siswa. Dari uraian tersebut, model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan siswa secara individu dan kelompok sehingga model ini dapat diterapkan untuk mengoptimalkan aktivitas dan pemahaman konsep matematika.

3. Aktivitas Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik. Menurut Slameto (2003:78) ”Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”. Selain itu George J.Mouly (dalam Trianto, 2009:9) menyatakan: “Belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa


(30)

belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dan pengalaman yang didapat sehingga responnya menjadi lebih baik.

Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas yang dilakukan siswa selama pem-belajaran. Tanpa aktivitas, kegiatan belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Sardiman (2004: 95) berpendapat bahwa ”belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas”. Jika siswa berperan aktif dalam pembelajaran maka siswa akan memahami konsep-konsep yang dipelajari sehingga pemahaman konsep siswa akan meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2004:99) bahwa:

“Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar.”

Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa selama mengikuti pembelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut, Paul B. Diedrich (dalam Rohani, 2004: 8) menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut.

1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, dan memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakap-an,

diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.


(31)

14 5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menganggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembe-lajaran itu sendiri.

4. Pemahaman Konsep Matematika

Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah understanding yang diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari . Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat, sedangkan konsep berarti suatu rancangan. Sedangkan dalam matematika, konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadian. Jadi pemahaman konsep merupakan penyerapan tentang suatu rancangan atau ide abstrak.

Skemp (dalam Muaddab, 2010) membedakan pemahaman menjadi dua.

Pemahaman yang pertama, yaitu pemahaman instruksional (instructional

understanding) dimana siswa hanya sekedar tahu mengenai suatu konsep namun belum memahami mengapa hal itu bisa terjadi. Siswa pada tahapan ini belum bisa menerapkan hal tersebut pada keadaan baru. Pemahaman yang kedua, yaitu pemahaman reliasional (relational understanding) dimana siswa telah memahami mengapa hal tersebut bisa terjadi. Siswa pada tahapan ini sudah dapat


(32)

menggunakan konsep dalam memecahkan masalah-masalah sesuai dengan kondisi yang ada.

Pemahaman konsep merupakan aspek yang sangat penting dalam pembelajaran matematika, karena dengan memahami konsep siswa dapat mengembangkan kemampuan dan menerapkan konsep yang telah dipelajari untuk menyelesaikan permasalahan sederhana sampai dengan yang kompleks. Menurut Syarifudin (2009) penjabaran pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika adalah sebagai berikut:

1. Penanaman konsep dasar (penanaman konsep), yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika.

2. Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep yang

bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika.

3. Pembinaan ketrampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep yang bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.

Matematika merupakan disiplin ilmu yang meliputi fakta, konsep, operasi atau relasi dan prinsip. Menurut pendapat Soedjadi (2000) terdapat beberapa definisi matematika yaitu:

”1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.

2. Matematika adalah pengetahun tentang bilangan dan kalkulasi.

3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.

4. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan

masalah tentang ruang dan bentuk.

5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.

6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat”.

Pembelajaran matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak, dimana konsep-konsep matematika tersusun secara terstruktur, logis, dan sistematis, mulai dari konsep paling sederhana hingga konsep yang paling kompleks. Matematika


(33)

16 memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain. Soedjadi (2000) mengemukakan karakteristik matematika, yakni ”memiliki objek kajian abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki simbol yang kosong dari arti, memperhatikan semesta pembicaraan, dan konsisten dalam sistemnya”. Pemahaman akan karakteristik-karakteristik matematika dapat membantu siswa dalam mempelajari materi-materi yang diajarkan, bukan hanya sebagai hafalan, tetapi siswa akan lebih mengerti tentang konsep materi pelajaran itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematika merupakan kemampuan siswa dalam menerjemahkan dan menyimpulkan suatu konsep matematika.

Menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November tentang penilaian, diuraikan bahwa indikator siswa memahami konsep matematika adalah:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.

c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

f. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

B. Kerangka Pikir

Penelitian tentang efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe TPS ditinjau dari aktivitas dan pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung terdiri dari satu variabel bebas dan dua variabel terikat. Dalam


(34)

hal ini, yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran kooperatif tipe

TPS (X), serta variabel terikatnya adalah aktivitas belajar (Y1) dan pemahaman

konsep matematika (Y2).

Dalam pembelajaran terdapat interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa. Interaksi ini akan melibatkan siswa untuk berperan aktif sehingga akan mempermudah siswa dalam memahami konsep yang sedang dipelajari. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengkondisikan siswa untuk berinteraksi satu sama lain adalah model pembelajaran tipe TPS.

Model pembelajaran TPS dapat merangsang aktivitas siswa untuk berpikir secara mandiri, berdiskusi dengan pasangan dan merangsang keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat di depan kelas. Dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS siswa diberi kesempatan untuk menemukan konsep-konsep matematika melalui masalah-masalah yang diberikan dalam bentuk LKS yang harus dikerjakan secara mandiri. Pada saat diskusi siswa diarahkan untuk dapat berkomunikasi, kerja sama, saling menghagai dan saling berbagi ilmu. Hal ini akan membantu siswa untuk membandingkan ide-ide yang diperoleh secara mandiri dan membimbing siswa dalam pengambilan keputusan. Pada saat presentasi siswa dilatih untuk mengemukakan pendapat dan berbagi informasi di depan kelas. Hasil diskusi dengan pasangan dipertanggungjawabkan, setiap siswa harus menguasai materi yang disampaikan. Selain itu akan dikembangkan sikap saling menghargai pendapat siswa yang lain.

Model pembelajaran tipe TPS dapat mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematika, karena tahapan pembelajaran yang ada mengarahkan siswa


(35)

18 untuk melakukan aktivitas dengan siswa lain yang melibatkan proses menemukan konsep sendiri, berdiskusi memecahkan masalah, bertukar pikiran dan informasi, baik dengan teman dalam kelompok/pasangan maupun kelompok lain, sehingga siswa akan mudah memahami konsep-konsep matematika yang diberikan. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe TPS efektif dalam pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas dan pemahaman konsep matematika.

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS efektif diterapkan dalam

pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas belajar siswa.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS efektif diterapkan dalam


(36)

III. METODE PENELITIAN

A.Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Seputih Agung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung sebanyak 248 siswa terdistribusi pada 7 kelas. Tingkat kemampuan matematika siswa heterogen dan antar kelas homogen dengan hasil nilai ujian tengah semester sebagai berikut:

Tabel 3.1 Hasil Nilai Ujian Tengah Semester Genap

Kelas Jumlah Siswa Presentase Siswa Tuntas

Belajar

VII A 36 47,2%

VII B 35 42,8%

VII C 36 41,6%

VII D 34 44,1%

VII E 36 44,4%

VII F 35 40%

VIIG 36 41,6%

Persentase siswa kelas VII yang tuntas = 43,1%

Pengambilan sampel dilakukan secara Purposive Random Sampling yakni

memilih kelas sampel yang memiliki kemampuan relatif sama dan diperoleh kelas VII D sebagai sampel penelitian.


(37)

20

B.Desain Penelitian

Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas (model pembelajaran kooperatif TPS) dan dua variabel terikat (aktivitas belajar dan pemahaman konsep matematika).

Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen menggunakan desain one shot

case study yaitu meneliti dengan satu kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS dan pada pertemuan terakhir diberikan posttest.

C.Langkah penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

a. Observasi sekolah, untuk melihat kondisi lapangan seperti berapa kelas

yang ada, jumlah siswanya, serta cara mengajar guru matematika selama pembelajaran.

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan

pembelajaran kooperatif tipe TPS (Lampiran A. 1).

c. Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (Lampiran A. 2).

d. Menyiapkan lembar observasi aktivitas belajar siswa.

e. Menyiapkan instrumen penelitian berupa tes pemahaman konsep beserta

aturan penskorannya (Lampiran B. 4).

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Urutan pembelajarannya sebagai berikut.


(38)

a. Kegiatan Awal

Guru membuka kegiatan pembelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Kegiatan Inti

1) Mengkondisikan sisiwa dalam kelompok.

2) Guru membagikan LKS kepada masing-masing siswa, setiap siswa

berfikir secara mandiri mengerjakan LKS (tahap Think).

3) Siswa berdiskusi dengan pasangannya dan guru membimbing apabila

ada pasangan yang mengalami kesulitan (tahap Pair).

4) Perwakilan dari kelompok mempresentasikan atau berbagi hasil

diskusinya dan siswa yang lain menanggapi presentasi (tahap Sharing),

5) Guru memandu jalannya diskusi dan menyempurnakan hasil diskusi.

c. Kegiatan Penutup

1) Dengan bimbingan guru, siswa membuat kesimpulan dari materi

yang telah dipelajari.

2) Guru memberikan PR dan menginformasikan materi yang akan

di-bahas pada pertemuan berikutnya.

3. Analisis Data

4. Penyusunan Laporan

D.Data Penelitian

Data dalam penelitian ini meliputi data aktivitas belajar siswa diperoleh dari lembar observasi aktivitas belajar siswa (Lampiran C. 3) selama pembelajaran


(39)

22 dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS dan data pemahaman konsep matematika siswa diperoleh dari nilai tes untuk pokok bahasan Bangun Datar Segiempat pada pertemuan terakhir setelah mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS (Lampiran C. 6).

E.Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh melalui observasi dan tes.

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh data aktivitas belajar siswa. Observasi dilakukan oleh satu observer untuk mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS.

2. Tes

Tes dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data skor pemahaman konsep matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS yang dilakukan pada akhir pokok bahasan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Lembar Observasi

Instrumen yang digunakan untuk observasi berupa lembar observasi yang diisi oleh observer mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran


(40)

berlangsung (Lampiran C. 2). Pedoman penskoran lembar observasi aktivitas belajar siswa adalah sebagai berikut:

 Siswa mendapat skor 1 jika melakukan aktivitas yang relevan dengan

kegi-atan pembelajaran.

 Siswa mendapat skor 0 jika tidak melakukan aktivitas.

2. Instrumen tes

Instrumen tes berupa soal pemahaman konsep berbentuk uraian yang diguna-kan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi yang diberi-kan. Instrumen tes dalam suatu penelitian harus memenuhi dua syarat penting yaitu valid dan reliabel, sehingga dalam pembuatan instrumen tes harus dilaku-kan uji validitas dan uji reliabilitas agar instrumen tes tersebut dapat dikatadilaku-kan baik (Sukardi, 2003).

a. Validitas

Dalam penelitian ini validitas instrumen tes yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang ditinjau dari kesesuaian isi tes dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Validitas ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah isi dari tes tersebut sudah mewakili dari keseluruhan materi yang telah dipelajari. Jadi validitas isi yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi suatu soal pemahaman konsep. Validitas isi dari suatu soal pemahaman konsep dapat diketahui dengan cara membandingkan isi yang terkandung dalam soal pemahaman konsep dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan (untuk pembelajaran matematika). Jadi disini dapat


(41)

24 diketahui apakah hal-hal yang terdapat pada tujuan instruksional khusus sudah dapat mewakili secara nyata pada soal pemahaman konsep atau belum.

Langkah-langkah untuk mendapatkan validitas isi adalah sebagai berikut:

1. Membuat kisi-kisi soal pemahaman konsep (Lampiran B. 1)

2. Membuat soal pemahaman konsep berdasarkan kisi-kisi (Lampiran B. 2).

3. Mengkonsultasikan kisi-kisi soal pemahaman konsep dan soal pemahaman

konsep kepada ahli (guru mitra).

Berdasarkan penilaian guru mitra, soal pemahaman konsep telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang telah diukur sehingga soal tersebut dikatakan valid (Lampiran B. 3). Setelah itu, soal diuji coba dan langkah selanjutnya menganalisis hasil uji coba untuk diteliti kualitasnya.

b. Reliabilitas Tes

Reliabilitas diukur berdasarkan koefisien reliabilitas dan digunakan untuk mengetahui tingkat keterandalan suatu soal. Suatu soal dikatakan reliabel jika hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan soal tersebut berulang kali terhadap subjek yang sama senantiasa menunjukkan hasil yang tetap sama atau sifatnya ajeg (stabil). Untuk menentukan koefisien reliabilitas instrumen tes digunakan rumus Alpha (dalam Sudijono, 2008: 208) sebagai berikut:


(42)

keterangan :

r11 = koefisien reliabilitas tes

n = banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes = jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item = varian total

Menurut Sudijono, tes dikatakan reliabilitas jika r11 lebih dari 0,70. Dari hasil

uji reliabilitas diperoleh bahwa soal memiliki realibilitas 0,76 (Lampiran C. 1) sehingga soal dapat digunakan untuk mengumpulkan data.

G.Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif TPS efektif pada pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas dan pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP N 1 Seputih Agung tahun pelajaran 2011/2012, maka dilakukan analisis data dan pengujian hipotesis terhadap aktivitas dan pemahaman konsep matematika.

1. Analisis Data

a. Data Aktivitas Belajar Siswa

Aspek proses pembelajaran dilihat dari aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar siswa ditunjukkan dengan jumlah skor yang diperoleh siswa tersebut. Dari jumlah skor tersebut, dihitung persentasi skornya dengan menggunakan rumus:

% 100

6

1

n A

A i ij


(43)

26 Keterangan :

Aj = persentase skor aktivitas siswa ke j

6 1

i ij

A = jumlah skor aktivitas yang diperoleh siswa j dalam enam pertemuan

n = skor maksimal dalam enam pertemuan

Siswa dikatakan aktif apabila persentase skor aktivitas belajar yang diperoleh siswa minimal 60% dari jumlah seluruh aktivitas yang dilakukan (30 aktivitas) dalam enam pertemuan atau minimal 18 aktivitas belajar yang relevan.

Untuk analisis data aktivitas belajar siswa digunakan uji normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah sebagai berikut:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat (dalam Sudjana, 2005:273) yaitu:

Keterangan:

X2 = harga Chi-kuadrat

Oi = frekuensi observasi

Ei = frekuensi harapan


(44)

Kriteria uji : terima H0 jika

2hitung

2tabel dengan taraf nyata 5%.

Dari data yang diperoleh selama penelitian, siswa yang aktif dalam pembelajaran berjumlah 27 siswa. Dari hasil analisis data aktivitas belajar siswa dengan

menggunakan uji normalitas, diperoleh nilai

2hitung= 7,23 dan untuk taraf nyata

α = 5% diperoleh

2tabel = 7,81 sehingga

2hitung<

2tabel. Hal ini menunjukkan

bahwa data aktivitas belajar siswa berdistribusi normal (Lampiran C. 4).

b. Data Pemahaman Konsep Matematika

Aspek hasil pembelajaran dilihat dari tes pemahaman konsep matematika yang ditunjukkan dengan nilai siswa yang diperoleh dari tes. Berdasarkan hasil

perhitungan nilai posttest yang diberikan pada akhir pembelajaran dan dilakukan

sebanyak satu kali, diketahui bahwa nilai tertinggi adalah 91 dan nilai terendah adalah 33. Analisis data pemahaman konsep matematika siswa dilakukan menggunakan uji normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.

Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa dari 34 siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif TPS terdapat 26 siswa

tuntas belajar. Dari hasil analisis data pemahaman konsep matematika siswa

dengan uji normalitas, diperoleh nilai

2hitung= 5,90 dan untuk taraf nyata α =

5% diperoleh

2tabel = 7,81 sehingga

2hitung<

2tabel. Hal ini menunjukkan

bahwa data pemahaman konsep matematika siswa berdistribusi normal (Lampiran 7).


(45)

28

2. Pengujian Hipotesis

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS

dikatakan efektif jika 60% siswa aktif melakukan aktivitas yang relevan

dengan pembelajaran dan 60% siswa mencapai kriteria ketuntasan belajar yang dapat dilihat dari hasil tes pemahaman konsep matematika siswa.

Dari hasil analisis data aktivitas belajar siswa dan data pemahaman konsep matematika diperoleh populasi yang berdistribusi normal sehingga pengujian hipotesis dilakukan dengan uji proporsi menggunakan uji-z.

a. Pengujian hipotesis aktivitas belajar siwsa

Rumusan hipotesis data aktivitas belajar siswa untuk uji ini sebagai berikut: H0 :  < 0,60 (proporsi siswa aktif < 0,60)

H1 :  ≥ 0,60 (proporsi siswa aktif ≥ 0.60)

Statistik yang digunakan dalam uji ini (dalam Sudjana, 2005:233) adalah:

n n x z ) 60 , 0 1 ( 60 , 0 60 , 0 hitung    Keterangan:

x : banyaknya siswa aktif n : jumlah sampel


(46)

Kriteria uji: tolak H0 jika dengan taraf nyata 5%. Nilai   5 , 0

z diperoleh dari daftar normal baku dengan peluang (0,5 – α).

Berdasarkan hasil analisis data aktivitas belajar siswa dengan uji proporsi, di-peroleh zhitung = 2,37 dan z0,5  = 1,64 Sehingga zhitung > z0,5  (Lampiran C. 5). Hal ini menunjukkan bahwa persentase siswa aktif lebih dari atau sama dengan 60%.

b. Pengujian Hipotesis Data Pemahaman Konsep Matematika

Rumusan hipotesis data pemahaman konsep matematika untuk uji ini sebagai berikut:

H0 :  < 0,60 (proporsi siswa tuntas belajar < 0,60)

H1 :  ≥ 0,60 (proporsi siswa tuntas belajar ≥ 0,60)

Statistik yang digunakan dalam uji ini (dalam Sudjana, 2005: 233) adalah:

n n x z ) 60 , 0 1 ( 60 , 0 60 , 0 hitung   Keterangan:

x : banyaknya siswa tuntas belajar n : jumlah sampel

0,60 : proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan

Kriteria uji: tolak H0 jika dengan taraf nyata 5%. Nilai

  5 , 0


(47)

30 Berdasarkan hasil pengujian hipotesis data pemahaman konsep matematika siswa dengan uji proporsi, diperoleh zhitung = 1,90 dan z0,5  = 1,64 sehingga zhitung >

  5 , 0

z (Lampiran C. 8). Hal ini menunjukkan bahwa persentase siswa tuntas


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2004. Peraturan Tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SMP

No. 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004. Ditjen Dikdasmen

Depdiknas. Jakarta.

Hamalik, Oemar . 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Lie, Anita. 2008. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas.

Grasindo. Jakarta.

Muaddab, Hafis. 2010. Pemahaman Siswa. (on line). Tersedia:

http://hafismuaddab.wordpress.com/ 2010/01/13/pemahaman-siswa/.

(Tanggal 14 Juli 2012).

Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Remaja Rosdakarya.

Bandung.

Nasution, S. 2002. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.

Bumi Aksara. Jakarta.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. (Pertanyaan dan Jawaban). Gramedia

Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta

Sardiman, AM. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Bumi

Aksara. Jakarta.

Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Depdiknas. Jakarta

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo

Persada. Jakarta

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung


(49)

Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. NTP Pres. Mataram.

Syaifudin. 2009. Langkah-Langkah Pembelajaran Matematika. (on line).

Tersedia: http://syarifartikel.blogspot.com/2009/01/langkah-langkah-pembelajaran-matematika_11.html (Tanggal 14 Juni 2012).

Tim Penyusun. 2008. Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional)

2003. Asa Mandiri. Jakarta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana.


(1)

Kriteria uji : terima H0 jika

2hitung

2tabel dengan taraf nyata 5%.

Dari data yang diperoleh selama penelitian, siswa yang aktif dalam pembelajaran berjumlah 27 siswa. Dari hasil analisis data aktivitas belajar siswa dengan menggunakan uji normalitas, diperoleh nilai

2hitung= 7,23 dan untuk taraf nyata α = 5% diperoleh

2tabel = 7,81 sehingga

2hitung<

2tabel. Hal ini menunjukkan bahwa data aktivitas belajar siswa berdistribusi normal (Lampiran C. 4).

b. Data Pemahaman Konsep Matematika

Aspek hasil pembelajaran dilihat dari tes pemahaman konsep matematika yang ditunjukkan dengan nilai siswa yang diperoleh dari tes. Berdasarkan hasil perhitungan nilai posttest yang diberikan pada akhir pembelajaran dan dilakukan sebanyak satu kali, diketahui bahwa nilai tertinggi adalah 91 dan nilai terendah adalah 33. Analisis data pemahaman konsep matematika siswa dilakukan menggunakan uji normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.

Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa dari 34 siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif TPS terdapat 26 siswa tuntas belajar. Dari hasil analisis data pemahaman konsep matematika siswa dengan uji normalitas, diperoleh nilai

2hitung= 5,90 dan untuk taraf nyata α = 5% diperoleh

2tabel = 7,81 sehingga

2hitung<

2tabel. Hal ini menunjukkan bahwa data pemahaman konsep matematika siswa berdistribusi normal (Lampiran 7).


(2)

28 2. Pengujian Hipotesis

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dikatakan efektif jika 60% siswa aktif melakukan aktivitas yang relevan dengan pembelajaran dan 60% siswa mencapai kriteria ketuntasan belajar yang dapat dilihat dari hasil tes pemahaman konsep matematika siswa.

Dari hasil analisis data aktivitas belajar siswa dan data pemahaman konsep matematika diperoleh populasi yang berdistribusi normal sehingga pengujian hipotesis dilakukan dengan uji proporsi menggunakan uji-z.

a. Pengujian hipotesis aktivitas belajar siwsa

Rumusan hipotesis data aktivitas belajar siswa untuk uji ini sebagai berikut: H0 :  < 0,60 (proporsi siswa aktif < 0,60)

H1 :  ≥ 0,60 (proporsi siswa aktif ≥ 0.60)

Statistik yang digunakan dalam uji ini (dalam Sudjana, 2005:233) adalah:

n n x z ) 60 , 0 1 ( 60 , 0 60 , 0 hitung    Keterangan:

x : banyaknya siswa aktif n : jumlah sampel


(3)

Kriteria uji: tolak H0 jika dengan taraf nyata 5%. Nilai   5 , 0

z diperoleh dari daftar normal baku dengan peluang (0,5 – α).

Berdasarkan hasil analisis data aktivitas belajar siswa dengan uji proporsi, di-peroleh zhitung = 2,37 dan z0,5  = 1,64 Sehingga zhitung > z0,5  (Lampiran C. 5). Hal ini menunjukkan bahwa persentase siswa aktif lebih dari atau sama dengan 60%.

b. Pengujian Hipotesis Data Pemahaman Konsep Matematika

Rumusan hipotesis data pemahaman konsep matematika untuk uji ini sebagai berikut:

H0 :  < 0,60 (proporsi siswa tuntas belajar < 0,60) H1 :  ≥ 0,60 (proporsi siswa tuntas belajar ≥ 0,60)

Statistik yang digunakan dalam uji ini (dalam Sudjana, 2005: 233) adalah:

n n x z ) 60 , 0 1 ( 60 , 0 60 , 0 hitung   Keterangan:

x : banyaknya siswa tuntas belajar n : jumlah sampel

0,60 : proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan

Kriteria uji: tolak H0 jika dengan taraf nyata 5%. Nilai 

 5 , 0


(4)

30 Berdasarkan hasil pengujian hipotesis data pemahaman konsep matematika siswa dengan uji proporsi, diperoleh zhitung = 1,90 dan z0,5  = 1,64 sehingga zhitung >

  5 , 0

z (Lampiran C. 8). Hal ini menunjukkan bahwa persentase siswa tuntas belajar lebih dari atau sama dengan 60%.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2004. Peraturan Tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SMP

No. 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004. Ditjen Dikdasmen

Depdiknas. Jakarta.

Hamalik, Oemar . 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Lie, Anita. 2008. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Grasindo. Jakarta.

Muaddab, Hafis. 2010. Pemahaman Siswa. (on line). Tersedia:

http://hafismuaddab.wordpress.com/ 2010/01/13/pemahaman-siswa/. (Tanggal 14 Juli 2012).

Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Nasution, S. 2002. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. (Pertanyaan dan Jawaban). Gramedia

Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta

Sardiman, AM. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Bumi Aksara. Jakarta.

Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Depdiknas. Jakarta Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo

Persada. Jakarta

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung


(6)

Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. NTP Pres. Mataram. Syaifudin. 2009. Langkah-Langkah Pembelajaran Matematika. (on line).

Tersedia: http://syarifartikel.blogspot.com/2009/01/langkah-langkah-pembelajaran-matematika_11.html (Tanggal 14 Juni 2012).

Tim Penyusun. 2008. Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional)

2003. Asa Mandiri. Jakarta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Surabaya.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 2 49

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII MTs-PSA Nurul Qodiri Way Pengubuan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 49

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/201

0 4 54

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 3 48

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Talangpadang Kabupaten Tanggamus Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 33

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS (TWO STAY TWO STRAY) DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Seputih Raman Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 52

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR (Studi pada siswa kelas VII SMP Negeri 10 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 3 53

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

0 10 49

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Raman Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 51

EVEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Ketapang TP 2013/2014)

0 20 40