EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII MTs-PSA Nurul Qodiri Way Pengubuan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(1)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETHINK PAIR SHARE(TPS) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP

MATEMATIKA SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII MTs-PSA Nurul Qodiri Way Pengubuan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

MARISTA SURFIANAWATI

Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara aktif dan mandiri, saling bekerja sama, serta berkomunikasi satu sama lain. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas TPS ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa. Populasi dalam pe-nelitian ini adalah siswa siswa kelas VIII MTs-PSA Nurul Qodiri Way Pengubuan. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII-B sebagai kelas eksperimen dan VIII-C sebagai kelas kontrol yang diambil secaracluster random sampling. Data penelitian diperoleh dari nilai tes pemahaman konsep matematika siswa. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TPS kurang efektif diterapkan pada pembelajaran matematika pokok bahasan lingkaran ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII MTs-PSA Nurul Qodiri Way Pengubuan semester genap tahun pelajaran 2011/2012.


(2)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETHINK PAIR SHARE(TPS) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP

MATEMATIKA SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII MTs-PSA Nurul Qodiri Way Pengubuan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh

MARISTA SURFIANAWATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(3)

MATEMATIKA SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII MTs-PSA Nurul Qodiri Way Pengubuan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

Marista Surfianawati

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 8

1. Efektivitas Pembelajaran... 8

2. Pembelajaran Kooperatif TPS... 9

3. Pembelajaran Konvensional... 14

4. Pemahaman Konsep Matematika ... 16

B. Penelitian Relevan ... 19

C. Kerangka Pikir... ... 20

D. Hipotesis ... 21


(5)

B. Desain Penelitian... 22

C. Langkah-langkah Penelitian ... 23

D. Data Penelitian ... 24

E. Teknik Pengumpulan Data ... 24

F. Instrumen Penelitian... 24

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis... 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32

B. Pembahasan ... 35

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 37

B. Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Atika Catur. 2011.Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Ditinjau dari Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Fogarty dan Robin. 1996.Think Pair-Share.

www.Broward kl2.fl.us/Ci/Whatsnew/strategies and such/ strategies/thinkpairshare (9 Desember 2011)

Guza, Afnil.2009.Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003.Asa mandiri. Jakarta

Hamalik, Oemar. 2004.Proses Belajar Mengajar.Bumi Aksara. Jakarta Isjoni. 2010.Cooperative Laearning. Alfabeta. Bandung

Jannah, Miftahul. 2007.Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Tanjung Brebes Dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik Education (RME) pada Sub Materi Pokok Bahasan Persegi Panjang dan Persegi Tahun Pelajaran 2006/2007.

doc.pdf (3 Januari 2012)

Juliantara, Ketut. 2009.Pembelajaran Konvensional.

http://www.kompasiana.com/ikpj (21 Agustus 2010)

Noer, Sri Hastuti. 2010.Jurnal Pendidikan MIPA. Jurusan P.MIPA. Unila. Bandar Lampung.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. (Pertanyaan dan Jawaban). Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta

Rivai, H Veithzal. 2008.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Belajar Mahasiswa.

http://dc189.4shared.com/doc/Gt7eOnmx/preview.efektivitas.html (10 Februari 2012)

Safari. 2004.Teknik Analisis Butir Soal Instrumen Tes dan Non tes. Jakarta: Depdiknas.

Septriana, Nina. 2006. Penerapan TPS dalam Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar.


(7)

Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Depdiknas. Jakarta Sudijono, Anas. 2003. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo

Persada

Sudjana. 2005.Metode Statistika.Tarsito. Bandung

Suherman, H. Erman. 2003.Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Jica. Bandung

Sunartombs. 2009.Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik Namum Paling Disukai.

http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajaran-konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/ (21 Agustus 2010)

Suryosubroto, B. 2009.Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta

Trianto. 2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prestasi Pustaka. Jakarta

Wenangsari, Wahyu Setya. 2011. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share Untuk Meningkatkan Hasil Belajar.

http://www.google.co.id/penelitian penerapan pemembelajaran kooperatif tipe TPS (10 Januari 2012)

Widarti, A. 2007.Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Terhadap Hasil Belajar Pokok Bahasan Segi Empat Pada Siswa Kelas VII Semester 2.


(8)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep Matematika ... 18

3.1 Desain Penelitian ... 22

3.2 Interprestasi Nilai Tingkat Kesukaran Butir Tes ... 26

3.3 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 27

3.4 Data Uji Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika ... 28

4.1 Statistik Deskriptif Data Pemahaman Konsep Matematika ... 32

4.2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematika ... 33

4.3 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi Data Pemahaman Konsep Matematika ... 34


(9)

A. Latar Belakang

Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui berbagai cara salah satunya yaitu pendidikan, karena pendidikan merupakan usaha sadar manusia untuk meningkatkan kemampuan diri dengan membina potensi-potensi pribadi yang dimilikinya yaitu rohani (pikiran, karsa, rasa, serta cipta) dan jasmani (panca indera berikut keterampilan-keterampilannya). Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 yang menjelaskan :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Begitu pentingnya pendidikan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka mutu pendidikan harus terus diperbaiki agar pendidikan yang diterima calon sumber daya manusia dapat diserap dengan baik sehingga sumber daya manusia yang tercipta memiliki kualitas yang baik. Perbaikan mutu didikan adalah tugas semua pihak khususnya kepada guru sebagai tenaga pen-didik. Guru sangat berperan penting dalam perbaikan mutu pendidikan karena guru akan menciptakan anak didik yang berkualitas melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan suatu bentuk interaksi edukatif, yakni interaksi


(10)

2

yang bernilai pendidikan dengan sadar meletakkan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang. Interaksi edukatif harus menggambarkan hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik dengan sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya yang biasanya terjadi pada proses belajar di sekolah.

Proses belajar di sekolah merupakan wahana pendidikan untuk membina dan membentuk siswa ke arah kedewasaan dan dalam pelaksanaannya berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Satuan Pendidikan pasal 1 ayat 1 yang menjelaskan :

untuk satuan pendidikan mencakup perencanaan proses pembelajaran, pe-laksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran Hal ini berkaitan dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional yang di dalamnya terdapat sejumlah mata pelajaran pokok dan pen-dukung. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa salah satu di antara mata pelajaran pokok yang diajarkan kepada siswa adalah mata pelajaran matematika.

Belajar matematika dapat membentuk siswa memiliki pola pikir yang sistematis dan rasional, karena matematika adalah mata pelajaran yang terstruktur, ter-organisasi, dan sifatnya berjenjang, artinya antara materi yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Untuk menguasai materi pelajaran matematika pada tingkat kesukaran yang lebih tinggi, diperlukan penguasaan materi tertentu sebagai pengetahuan prasyarat salah satunya yaitu dengan memiliki pemahaman konsep yang baik sehingga memudahkan siswa dalam menerima materi selanjut-nya. Agar siswa dapat memiliki pemahaman konsep yang baik maka guru harus


(11)

pintar dalam memilih model pembelajaran yang akan mendukung terjadinya pemahaman konsep pada siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pe-mahaman konsep yang lebih baik terjadi pada saat siswa menemukan sendiri konsep dari materi pembelajaran dibandingkan dengan siswa yang menerima langsung konsep dari guru.

Saat ini banyak model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembel-ajaran, salah satunya yaitu model pembelajaran konvensional. Seperti yang terjadi pada beberapa sekolah di Lampung Tengah, guru mengajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional selama proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran konvensional yang berlangsung biasanya guru mengajar dengan berpedoman pada buku teks atau LKS, dengan memberi materi melalui ceramah atau memberikan langsung materi kepada siswa dan memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa, latihan soal kemudian pemberian tugas. Guru mendominasi kegiatan pembelajaran atau dengan kata lain proses pembelajaran ini berpusat pada guru. Selama proses pembelajaran ini siswa hanya mendengar-kan atau mencatat apa yang disampaimendengar-kan guru, sehingga selama proses pem-belajaran berlangsung siswa menjadi pasif dan mengalami kesulitan dalam me-mahami konsep matematika karena tidak menemukan sendiri konsep dari materi pembelajaran. Hal serupa juga terjadi di MTs-PSA Nurul Qodiri Way Pengubuan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika di MTs-PSA Nurul Qodiri Way Pengubuan. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran konvensional.

Selama proses pembelajaran guru mendominasi kegiatan pembelajaran dengan berpedoman pada buku teks atau LKS. Guru memberikan langsung materi kepada siswa dan sesekali memberikan pertanyaan kepada siswa, latihan soal kemudian


(12)

4

pemberian tugas, sedangkan siswa hanya memperhatikan, menjawab, mendengarkan penjelasan guru dan mencatat bila ada yang perlu dicatat.

Pembelajaran konvensional mengakibatkan rendahnya pemahaman konsep yang dimiliki oleh siswa, karena siswa menerima langsung dari guru konsep materi pembelajaran. Rendahnya pemahaman konsep siswa khususnya pada bidang studi matematika, terlihat dari nilai matematika ujian semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 hampir 60% siswa harus mengikuti proses remidial untuk mencapai ketuntasan belajar yang telah ditetapkan.

Berdasarkan kondisi tersebut, perlu adanya penerapan model pembelajaran yang lebih baik agar proses pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru dan siswa menjadi lebih aktif. Sehingga siswa lebih mudah dalam memahami konsep matematika. Salah satu model pembelajaran yang ada adalah pembelajaran kooperatif (cooperatif learning). Isjoni (2010) mengemukakan bahwa pem-belajaran kooperatif adalah suatu model pempem-belajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented). Pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.

Pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai tipe, salah satu model pembelajaran kooperatif adalah think-pair-share (TPS). Trianto (2009) Pembelajaran TPS dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari Universitas Maryland pada tahun 1981. Model ini memberi waktu kepada para siswa untuk berpikir dan merespon serta saling membantu satu sama lain. Pembelajaran TPS ini terdiri dari


(13)

tiga tahap yaitu berpikir (thinking), berpasangan (pairing) dan berbagi (sharing), dengan adanya ketiga tahap tersebut siswa menjadi aktif dapat saling bekerja sama membantu satu sama lain sehingga siswa dapat lebih mudah dalam menguasai konsep materi yang diberikan oleh guru. Pembelajaran TPS ini belum pernah diterapkan di MTs-PSA Nurul Qodiri, maka akan diadakan penelitian dengan menggunakan pembelajaran TPS untuk mengetahui efektivitas pembel-ajaran kooperatif tipe TPS ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII MTs-PSA Nurul Qodiri Way Pengubuan tahun pelajaran 2011/2012.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini: Apakah pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa daripada pembelajaran konvensional?.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif tipe TPS ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan:

1. Bagi guru, dapat menjadi model pembelajaran alternatif yang dapat diterap-kan untuk meningkatditerap-kan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. 2. Bagi peniliti lain, dapat menjadi refrensi pada penelitian sejenis.


(14)

6

Agar penelitian ini mencapai sasaran yang diinginkan sebagaimana yang telah di-rumuskan dalam tujuan dan tidak terjadi salah penafsiran dalam memahami tulisan ini sekaligus menghindari terjadinya kesimpangsiuran permasalahan yang akan dibahas, maka perlu adanya pembatasan ruang lingkup penelitian. Adapun pengertian-pengertian yang menyangkut dalam penelitian ini adalah :

1. Efektivitas

Efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pembelajaran ko-operatif tipe TPS dikatakan efektif, jika pemahaman konsep matematika siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik dari pembelajaran konvensioanal.

2. Pembelajaran Kooperatif tipe TPS

Pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan salah satu tipe dari model pem-belajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok kecil dengan siswa berpasangan yang terdiri dari tiga tahap pembelajaran yaitu tahap berpikir (thinking),berpasangan (pairing)dan berbagi (sharing).

3. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Dalam hal ini, pembelajaran yang dimaksud yaitu guru mengajar dengan berpedoman pada buku teks atau LKS, dengan memberi materi melalui ceramah atau memberikan langsung materi dan beberapa pertanyaan kepada siswa, latihan soal kemudian pemberian tugas. 4. Pemahaman Konsep Matematika


(15)

Pemahaman konsep siswa merupakan kemampuan siswa menguasai konsep materi pelajaran matematika yaitu lingkaran yang ditunjukkan dari hasil tes dengan indikator yang terdiri dari:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. c. Mengaplikasikan konsep.


(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan. Rivai (2008) mengatakan pencapaian tujuan pem-belajaran berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran yang meliputi beberapa aspek antara lain peningkatan pengetahuan, keterampilan, integrasi, partisipasi, dan perubahan sikap kemampuan beradaptasi. Aspek-aspek tersebut merupakan aspek yang menunjukkan terjadinya pembelajaran efektif.

Hamalik (2004) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pem-belajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar karena aktivitas yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran yang akan memberikan pengalaman baru bagi siswa untuk mendapatkan pengetahuan baru pula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Trianto (2009) bahwa belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Penyediaan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luanya diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi yang sedang di-pelajari sehingga memperoleh hasil yang baik.


(17)

Lebih lanjut Trianto (2009) menyatakan bahwa hasil yang diperoleh setelah pelaksanaan proses pembelajaran dapat diketahui dengan memberikan tes, sebab hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pem-belajaran. Dalam penelitian ini pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran yang akan memberikan pengalaman baru dan pengetahuan baru bagi siswa. Sehingga dapat membantu siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari sehingga memperoleh hasil yang baik.

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

cooperative

sama-sama dengan saling membantu satu sama-sama lain sebagai satu tim. Jadi, Cooperative learning menurut Salvin (Isjoni, 2010) merupakan model pembelajaran, di mana guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pembelajaran oleh teman sebaya (peer teaching). Dalam melakukan proses pembelajaran guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajar mengajar sesama mereka.

Menurut Johnson & Johnson (dalam Isjoni, 2010) cooperative learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam satu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan saling berbagi informasi serta mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.


(18)

10

Isjoni (2010) ciri-ciri dari cooperative learning adalah; (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Nasution (dalam Isjoni, 2010) menyatakan belajar kelompok itu efektif bila setiap individu merasa bertanggung jawab terhadap kelompok, siswa turut berpartisipasi dan bekerja sama dengan siswa lain secara efektif, me-nimbulkan perubahan yang konstruktif pada perilaku seseorang dan setiap anggota aman dan puas di dalam kelas.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama antarsiswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pem-belajaran. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pem-belajaran berpusat pada siswa.

Ada berbagai tipe pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah think pair share

(TPS). Think pair sharedikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari Universitas Maryland pada tahun 1981. Model ini memberi waktu kepada para siswa untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.

Trianto (2009) mengungkapkan bahwa:

TPS untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan. Guru menggunakan langkah-langkah (fase) berikut:


(19)

a. Langkah 1 : Berpikir (Thinking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.

b. Langkah 2 : Berpasangan (Pairing)

Selanjutnya Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh.

c. Langkah 3 : Berbagi (Sharing)

Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kel

Ciri utama pada model pembelajaran kooperatif TPS (Fogarty dan Robin, 1996) adalah tiga langkah utamanya yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran yaitu

think(berpikir secara individual),pair(berpasangan dengan teman sebangku), dan

share(berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas). 1. Think(berpikir secara individual)

Pada tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahapan ini, siswa sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat me-mantau semua jawaban siswa sehingga melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui jawaban yang harus diperbaiki atau diluruskan di akhir pembelajaran. Dalam menentukan batasan waktu untuk tahap ini, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, jenis dan bentuk pertanyaan yang diberikan, serta jadwal pembelajaran untuk setiap kali pertemuan.


(20)

12

think time

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri.

2. Pair(berpasangan dengan teman sebangku)

Langkah kedua adalah guru meminta para siswa untuk berpasangan dan men-diskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil akhir yang didapat menjadi lebih baik, karena siswa mendapat tambahan informasi dan pemecahan masalah yang lain.

3. Share(berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)

Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan lain atau dengan seluruh kelas. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separuh dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor. Langkah ini merupakan penyempurnaan dari langkah sebelumnya, dalam arti bahwa langkah ini menolong agar semua kelompok menjadi lebih memahami mengenai pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok yang lain. Hal ini juga agar siswa benar-benar mengerti ketika guru memberikan koreksi maupun penguatan di akhir pembelajaran.


(21)

Kagan (dalam Widiarti, 2007) menyatakan manfaat TPS sebagai berikut:

1. Para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain, ketika mereka terlibat dalam kegiatan TPS lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik.

2. Para guru juga mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan TPS. Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaan tingkat tinggi.

Fogarty dan Robin (1996) menyatakan bahwa teknik pembelajaran TPS mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut:

1. Mudah dilaksanakan dalam kelas yang besar,

2. Memberikan waktu kepada siswa untuk merefleksikan isi materi pelajaran, 3. Memberikan waktu kepada siswa untuk melatih mengeluarkan pendapat

sebelum berbagi dengan kelompok kecil atau kelas secara keseluruhan. Dengan teknik pembelajaran TPS yang disebutkan Fogarty dan Robin siswa dilatih untuk banyak berfikir dan saling tukar pendapat baik dengan teman sebangku ataupun dengan teman sekelas, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa karena siswa dituntut untuk mengikuti proses pembelajaran agar dapat menjawab setiap pertanyaan dan berdiskusi.

Dari uraian tersebut, model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah pembelajaran yang terdiri dari tiga tahap kegiatan pembelajaran yaitu berpikir (think), berpasangan (pair), dan berbagi (share). Pembelajaran TPS ini


(22)

meng-14 utamakan adanya kerja sama antar siswa yang berpasangan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

4. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional yang dimaksud disini adalah suatu pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru di kelas, yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah. Seperti halnya yang dikemukakan Sinarno Surakhmad M. Ed (dalam Suryosubroto, 2009), yang dimaksud dengan metode ceramah adalah pe-nerangan atau penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya. Selama proses pembelajaran peranan murid adalah mendengarkan dengan teliti dan mencatat yang pokok-pokok yang dikemukakan oleh guru.

Institute of Computer Technology (dalam Sunartombs; 2009) menyebutnya . Dijelaskannya bahwa pembelajaran tradisional yang berpusat pada guru adalah perilaku pembelajaran yang paling umum yang diterapkan di sekolah-sekolah di seluruh dunia. Pengajaran model ini dipandang efektif, terutama untuk:

a. Berbagai informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain. b. Menyampaikan informasi dengan cepat.

c. Membangkitkan minat akan informasi.

d. Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan. Namun demikian pendekatan pembelajaran tersebut mempunyai beberapa kelemahan sebagai berikut:

a. Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan. b. Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa


(23)

c. Pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis. d. Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama

dan tidak bersifat pribadi.

Burrowes (dalam Juliantara, 2009) menyampaikan bahwa pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk merefleksi materi-materi yang telah dipresentasikan, kemudian menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau meng-aplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata.

Pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri, yaitu: (1) pembelajaran berpusat pada guru, (2) terjadi passive learning, (3) interaksi di antara siswa kurang, (4) tidak ada kelompok-kelompok kooperatif.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang menggunakan metode ceramah atau memberi penjelasan materi secara lisan kepada siswa, dan pembelajaran ini adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Dalam penelitian ini pembelajaran konvensional yang di-maksud adalah pembelajaran melalui ceramah atau memberikan langsung penjelasan materi kepada siswa, memberikan beberapa pertanyaan, latihan soal serta pemberian tugas.

5. Pemahaman Konsep Matematika

Pemahaman konsep adalah kemampuan dalam memahami konsep yang dipelajari. Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek dalam ranah kognitif dari tujuan pembelajaran. Ranah kognitif ini meliputi berbagai tingkah laku dari tingkatan terendah sampai tertinggi yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,


(24)

16 sintesis, dan penilaian (evaluasi). Pemahaman konsep akan memberikan suatu pemahaman dan kemampuan untuk mengaplikasikan konsep yang telah dikuasai.

Matematika merupakan disiplin ilmu yang meliputi fakta, konsep, operasi atau relasi dan prinsip. Menurut pendapat Soedjadi (2000) terdapat beberapa definisi matematika yaitu:

1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.

2. Matematika adalah pengetahun tentang bilangan dan kalkulasi.

3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubung-an dengberhubung-an bilberhubung-angberhubung-an.

4. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.

5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Matematika memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain. Soedjadi (2000) mengemukakan karakteristik matematika, yakni:

1. Memiliki objek kajian abstrak. 2. Bertumpu pada kesepakatan. 3. Berpola pikir deduktif.

4. Memiliki simbol yang kosong dari arti. 5. Memperhatikan semesta pembicaraan. 6. Konsisten dalam sistemnya.

Pemahaman akan karakteristik-karakteristik matematika dapat membantu siswa dalam mempelajari matematika yang sedang dipelajari. Pemahaman ini di-maksudkan untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika yang diharapkan.

Pembentukan konsep menurut Gagne (dalam Suherman, 2003) disebut juga tipe belajar mengelompokan, yaitu belajar melihat sifat bersama benda-benda konkrit atau peristiwa untuk dijadikan suatu kelompok. Tipe belajar ini mengharapkan siswa untuk mampu memberikan respon terhadap stimulus yang diberikan. Sedangkan Dienes (Suherman, 2003) mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk konkrit akan dapat


(25)

di-pahami dengan baik. Pemahaman konsep berpengaruh terhadap tercapainya hasil belajar. Berkenaan dengan hal tersebut, Keller (dalam Hamalik, 2004)

menyata-sedangkan usaha adalah perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas Ini berarti bahwa besarnya usaha adalah indikator dari adanya motivasi, sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan oleh anak.

Menurut Depdiknas (dalam Jannah , 2007) Untuk menilai pemahaman konsep matematika dapat dilakukan dengan memperhatikan indikator-indikator dari pemahaman konsep matematika. Indikator tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

f. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep merupakan kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran yang terlihat dari hasil belajar. Dalam penelitian ini, hasil belajar tersebut berupa nilai yang diperoleh siswa berdasarkan hasil tes berbentuk uraian yang dibuat sesuai indikator pemahaman konsep yang diteliti yaitu menyatakan ulang konsep, menggunakan, memanfaatkan atau memilih prosedur operasi tertentu dan mengaplikasikan konsep. Kriteria penilaian pemahaman konsep, disajikan dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Skoring Tes Pemahaman Konsep

No. Indikator Jawaban Skor

1. Menyatakan ulang suatu konsep

Tidak menjawab 0

Menyatakan ulang suatu konsep tetapi salah 1 Menyatakan ulang suatu konsep dengan benar 2 2. Mengklarifikasikan Tidak menjawab 0


(26)

18

objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.

Mengklarifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu tetapi salah.

1 Mengklarifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat

tertentu dengan benar.

2 3. Memberi contoh

dan non-contoh dari konsep.

Tidak menjawab. 0

Memberi contoh dan non-contoh dari konsep tetapi salah.

1 Memberi contoh dan non-contoh dari konsep dengan

benar.

2 4. Menyajikan konsep

dalam berbagai bentuk representasi matematika.

Tidak menjawab 0

Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika tetapi salah.

1 Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika dengan benar.

2 5. Mengembangkan

syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

Tidak menjawab. 0

Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep tetapi salah.

1 Mengembangkan syarat perlu dan syarat

cukup suatu konsep dengan benar.

2 6. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

Tidak menjawab. 0

Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu tetapi salah.

1 Menggunakan, memanfaatkan dan memilih

Prosedur atau operasi tertentu dengan benr.

2 7. Mengaplikasikan

konsep atau pemecahan masalah.

Tidak menjawab. 0

Mengaplikasikan konsep atau pemecahan masalah tetapi salah.

1 Mengaplikasikan konsep atau pemecahan masalah

dengan benar.

2

(Noer, 2010)

B. Penelitian Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian Septriana (2006) diketahui bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe TPS pada MA Negeri 1 Malang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini disebabkan TPS dapat meningkatkan partisipasi siswa dan meningkatkan banyaknya informasi yang dapat di-ingat oleh siswa. Sebab siswa saling belajar satu sama lain dan berupaya bertukar ide dengan pasangannya sebelum mengemukakan idenya ke kelompok yang lebih besar. Serta meningkatkan rasa percaya diri siswa karena semua siswa mempunyai kesempatan berpartisipasi di kelas.


(27)

2. Hasil penelitian Dewi (2011) diketahui bahwa pembelajaran kooperatif tipe TPS efektif diterapkan pada siswa kelas XI IPA semester genap SMA Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011. Hal ini disebab-kan penerapan pembelajaran kooperatif tipe TPS menciptadisebab-kan suasana belajar yang menyenangkan, karena setiap siswa dapat berdiskusi dan saling berbagi ide dengan pasangannya untuk mendapatkan jawaban yang tepat sehingga model pembelajaran ini efektif diterapkan pada pembelajar-an matematika.

3. Hasil penelitian Wenangsari (2011) menunjukkan bahwa penerapan pem-belajaran kooperatif model think pair share dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMAN 1 Lawang. Hal ini terlihat dari meningkatnya hasil belajar jika dan hanya jika siswa memberikan respon yang positif.

C. Kerangka Pikir

Pemahaman konsep siswa yang rendah disebabkan oleh ketidaksesuaian dalam menggunakan model pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan salah satu model pembelajaran yang sesuai untuk membantu siswa dalam memahami konsep materi pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe TPS mem-punyai tiga tahap kegiatan pembelajaran, yaitu thinking, pairing, dan sharing. Pada tahap thinking guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara aktif dan mandiri dalam mencari pengalaman belajar dan memperoleh pengetahuan baru, sehingga konsep yang ditemukan oleh siswa dapat bertahan lebih lama pada diri siswa. Kemudianpairingyaitu siswa berpasangan kemudian berdiskusi dengan pasangannya saling bertukar pikiran untuk memecahkan


(28)

20 permasalahan yang diberikan oleh guru. Pada tahap ini siswa akan saling bekerja sama, menjelaskan satu sama lain dalam memahami materi sehingga lebih mudah memahami konsep dari materi yang diberikan. Selanjutnya yaitu tahap sharing, pada tahap ini siswa berbagi hasil diskusi dengan pasangannya kepada kelompok lain.

Pada saat berdiskusi, berbagi informasi, bertanya, atau mengungkapkan pendapat akan melatih siswa berkomunikasi di depan kelas. Dalam perkembangannya guru hanya bertindak sebagai pengarah dan pembimbing, sedangkan siswa dituntut untuk lebih mandiri dalam proses pembelajaran. Siswa aktif selama proses pem-belajaran dalam mencari pengalaman dan pengetahuan sendiri sehingga mem-permudah siswa dalam memahami konsep materi yang dipelajari dan pemahaman konsep matematika yang dimiliki oleh siswa akan semakin membaik.

Berbeda dengan pembelajaran konvensional, karena pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Pada pembelajaran ini guru mem-berikan penjelasan materi langsung kepada siswa secara lisan dan memmem-berikan beberapa pertanyaan, latihan soal kemudian pemberian tugas. Selama proses pembelajaran sebagian besar siswa hanya memperhatikan, menjawab, men-dengarkan penjelasan guru dan mencatat materi bila ada yang perlu dicatat. Hal ini mengakibatkan siswa menjadi pasif dan mengalami kesulitan dalam me-mahami konsep dari materi yang dipelajari, karena siswa tidak secara aktif dan mandiri dalam menemukan konsep dari materi pembelajaran melainkan me-nerimanya langsung dari guru. Sehingga pemahaman konsep matematika yang di-miliki oleh siswa rendah.


(29)

Dari uraian di atas terilihat bahwa pemahaman konsep matematika siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TPS akan lebih baik dari pemahaman konsep matematika siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Pemahaman konsep matematika siswa dapat dilihat dari hasil tes yang diperoleh siswa di akhir pembelajaran.

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa daripada pembelajaran konvensional.


(30)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di MTs-PSA Nurul Qodiri Way Pengubuan semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012, MTs-PSA Nurul Qodiri memiliki jumlah kelas VIII sebanyak 4 kelas yaitu VIII A, VIII B, VIII C, dan VIII D. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII. Sampel penelitian ditentukan dengan cara cluster random sampling yaitu memilih secara acak 2 kelas dari 4 kelas yang ada dengan masing-masing siswa sebanyak 24 siswa. Kelas yang terpilih adalah VIII B dan VIII C dengan pembagian kelas VIII B sebagai kelas eksperimen dan VIII C sebagai kelas kontrol.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) mengguna-kan desainpost-test onlydengan kelompok pengendali yang tidak diacak sebagai-mana dikemukankan Furchan (1982) sebagai berikut:

Tabel 3.1 DesainPost-Test Only

Kelompok Perlakuan Post-test

E X O1

P C O2


(31)

E = Kelas eksperimen

P = Kelas pengendali atau kontrol

X = Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan pembelajaran TPS C = Perlakuan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional O1 = Skorpost-testpada kelas ekperimen

O2 = Skorpost-testpada kelas kontrol

Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) sedangkan pada kelas kontrol diterapkan pembelajran konvensional. Setelah pokok bahasan selesai, dilakukan tes akhir. Tes akhir adalah tes kemampuan pemahaman konsep yang dilakukan pada kedua kelas sampel dengan soal tes yang sama.

C. Langkah-Langkah Penelitian

Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah

1. Observasi sekolah, untuk melihat kondisi lapangan seperti berapa kelas yang ada, jumlah siswanya, serta cara mengajar guru matematika selama pem-belajaran.

2. Menentukan sampel penelitian.

3. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TPS dan untuk kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

4. Menyiapkan instrumen penelitian berupa LKS dan tes pemahaman konsep sekaligus aturan penskorannya.

5. Melakukan validasi instrumen. 6. Melakukan uji coba instrumen.


(32)

24 7. Melakukan perbaikan instrumen.

8. Melaksanakan penelitian/ perlakuan.

9. Mengadakanpost-testpada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 10. Menganalisis data.

11. Membuat simpulan.

D. Data Penelitian

Data penelitian ini merupakan data nilai pemahaman konsep matematika siswa yang berupa data kuantitatif, diperoleh melalui tes pemahaman konsep yang dilakukan diakhir pokok bahasan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, baik dalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif TPS maupun dengan pembelajaran konvensional. Tes ini bertujuan untuk memperoleh data skor tes siswa di akhir pokok bahasan. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemahaman konsep matematika yang berbentuk uraian. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data. Instrument dalam penelitian ini berupa tes, baik dalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran TPS maupun dengan pembelajaran konvensional. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemahaman konsep yang berbentuk uraian. Penyusunan soal tes ini diawali


(33)

dengan menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan di ukur sesuai dengan materi dan tujuan kurikulum yang berlaku pada populasi, menyusun kisi-kisi tes berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang dipilih, menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Hal ini dilakukan untuk menjamin validitas isi soal tes yang diujikan.

Validitas tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika kelas VIII MTs-PSA Nurul Qodiri, dengan asumsi bahwa guru mengetahui dengan benar kurikulum SMP/MTs. Penilaian guru menyatakan bahwa butir-butir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur maka tes tersebut dikategorikan valid. Setelah tes dinyatakan valid, tes tersebut diuji coba di luar sampel tetapi masih dalam populasi, uji coba tes ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat reliabilitas tes, daya pembeda butir tes, dan tingkat kesukaran tes.

1. Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah ketetapan atau keajegan instrumen dalam menilai apa yang dinilai. Untuk menentukan reliabilitas instrumen tes digunakan rumus Alpha. Rumus Alpha dalam Sudijono (2003) adalah sebagai berikut:

r = n

n 1 1

S S

Keterangan:

r11 = Koefisien reliabilitas tes

n = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes

2


(34)

26

2

= Varian total

Menurut Sudijono, tes dikatakan reliabilitas jika r11lebih dari 0,70.

2. Tingkat Kesukaran (TK)

Berdasarkan pendapat, Safari (2004) menyatakan tingkat kesukaran butir tes adalah peluang untuk menjawab benar suatu butir tes pada tingkat kemampuan tertentu. Untuk mengetahui tingkat kesukaran butir tes digunakan rumus berikut:

maks i

i i

S S TK

Keterangan:

TKi = Tingkat kesukaran butir tes ke-i S = Rataan skor siswa pada butir ke-i

Si maks= Skor maksimum butir ke-i

Penafsiran atas tingkat kesukaran butir tes digunakan kriteria menurut Witherington (dalam Sudijono, 2003) berikut:

Tabel 3.2. Interprestasi Tingkat Kesukaran Butir Tes

Besar TKi Interprestasi

< 0,25 0,25 s.d 0,75

> 0,75

Terlalu Sukar Cukup (Sedang)

Terlalu Mudah

Dalam penelitian ini butir soal yang akan digunakan adalah soal yang mempunyai derajat kesukran cukup (sedang).

3. Daya Pembeda (DP)

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda data terlebih dahulu diurutkan dari


(35)

siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah, kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi disebut kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah). Daya pembeda ditentukan dengan rumus:

DP = JA JB

IA

Keterangan :

DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu JA = Rata-rata kelompok atas pada butir soal yang diolah JB = Rata-rata kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA = Skor maksimum butir soal yang diolah

Penafsiran interpretasi nilai daya pembeda butir tes digunakan kriteria menurut Sudijono (2003) dalam tabel 3.3.

Tabel 3.3. Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

20 , 0 DP

negatif Lemah Sekali(Jelek) 40

, 0 20

,

0 DP Cukup(Sedang)

70 , 0 40

,

0 DP Baik

00 , 1 70

,

0 DP Baik Sekali

Dari perhitungan uji coba tes yang telah dilakukan pada Lampiran C.1 dan C.2, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 3.4. Data Uji Coba Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

No Soal Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran

Reliabilitas

1

a 0,79 (Baik Sekali) 0,50 (Sedang)

b 0,43 (Baik) 0,54 (Sedang)


(36)

28

b 0,36 (Sedang) 0,54 (Sedang) 0,74

3 0,71(Baik Sekali) 0,54 (Sedang)

4 0,39 (Sedang) 0,36 (Sedang)

5 0,79 (Baik Sekali) 0,48 (Sedang)

Uji coba tes dilakukan pada salah satu kelas yang masih dalam populasi yaitu kelas VIII D. Berdasarkan Tabel 3.4 diperoleh reliabilitas sebesar 0,74 dan mempunyai derajat kesukaran yang sedang pada setiap butir soalnya. Instrumen tes pemahan konsep ini reliable, karena memiliki koefesien reliabilitas tes lebih dari 0,70. Setiap butir soal tes tersebut memiliki derajat kesukaran yang sedang ini sesuai dengan kriteria soal yang akan digunakan dalam penelitian. Oleh karena itu, instrumen tes pemahaman konsep ini dapat digunakan untuk mengumpulkan data.

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Analisis data yang dilakukan menggunakan uji-t dengan terlebih dahulu melakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Langkah-langkah pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data skor pemahaman konsep sampel berdistribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan pada data kelompok eksperimen maupun kontrol. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:


(37)

H0: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1: sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005) :

= ( ) ) 3 ( ) 1 ( 2 k tabel

dengan kriteria uji : terima H0jika 2hitung 2tabel dengan taraf nyata 5%.

Keterangan:

2

= Harga Chi-kuadrat

Oi = Frekuensi observasi

Ei = Frekuensi harapan

k = Banyaknya kelas interval

2. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data skor tes pemahaman konsep matematika siswa yang diperoleh memiliki varians yang sama atau tidak. Untuk menguji kesamaan dua varians ini digunakan uji Bartlet (Sudjana, 2005).

H0: 12 22

H1: paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku

Statistik yang digunakan dalam uji ini adalah uji Bartlett yaitu: ) ) 1 ( / ) 1 ( ( 2 2 i i

i s n

n s 2 2 log 1 10

ln B ni Si

1 )

(logs2 ni B


(38)

30 dengan kriteria uji : tolak H0 jika 2 2(1 )(k 1) dimana 2(1 )(k 1)

didapat dari distribusi chi-kuadrat dengan peluang (1 - ), dk (k 1) dan taraf signifikansi 5%.

Setelah data normal dan homogen maka dapat dilanjutkan dengan melakukan uji hipotesis. Analisis data untuk keperluan uji hipotesis ini menggunakan uji-t satu pihak yaitu pihak kanan, dengan taraf signifikansi

= 5 %. Uji-t menurut Sudjana (2005) sebagai berikut: 1) Hipotesis uji

H0: 1 2

H1 : 1 2

1: rata-rata pemahaman konsep kelas eksperimen. 2: rata-rata pemahaman konsep kelas kontrol.

2) Statistik uji

2 1 2 1 1 1 n n s x x t ; 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 n n s n s n s dengan : 1

x = rata-rata sampel ke-1

2

x = rata-rata sampel ke-2

2 1

s = variansi sampel ke-1

2 2

s = variansi sampel ke-2

1

n = ukuran sampel ke-1

2


(39)

3) Keputusan uji

Terima H0jika < dengan dk = (n1+ n2 2 ) dan peluang


(40)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pemahaman konsep matematika siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pemahaman konsep matematika siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

Hal ini berarti, pembelajaran kooperatif tipe TPS kurang efektif diterapkan pada pembelajaran matematika pokok bahasan lingkaran ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII MTs-PSA Nurul Qodiri Way Pengubuan semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Pembelajaran TPS tersebut kurang efektif disebabkan oleh beberapa hal yaitu sebagai berikut:

1. Pada saat think, siswa tidak menggunakan waktu dengan baik untuk berpikir secara mandiri dalam mengerjakan LKS yang diberikan.

2. Pada saat pair, kurangnya kesadaran siswa untuk saling bekerja sama dengan teman pasangannya mengakibatkan proses berdiskusi dengan pasangan tidak berjalan dengan baik.


(41)

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian di atas dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. TPS tidak disarankan untuk siswa yang kurang mempunyai motivasi belajar.

2. Dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TPS sebaiknya guru memberi pengarahan dengan baik mengenai setiap tahap kegiatan pembelajaran dalam TPS. Khususnya pada tahap think dan pair, guru harus mengarahkan siswa agar dapat menggunakan waktu untuk berpikir secara mandiri dengan baik dan mengarahkankan siswa agar dapat saling bekerjasama dengan pasangannya sehingga kedua tahap tersebut dapat berjalan dengan baik.


(42)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPETHINK PAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII MTs-PSA Nurul Qodiri Way Pengubuan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Nama Mahasiswa : MARISTA SURFIANAWATI

Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021034

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Drs. Gimin Suyadi, M.Si. Dra. Rini Asnawati, M.Pd.

NIP 19480917 198403 1 001 NIP 19620210 198503 2 003

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(43)

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Gimin Suyadi, M.Si. ____________

Sekretaris : Dra. Rini Asnawati, M.Pd. ____________

Penguji

Bukan Pembimbing: Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. ____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si.

NIP 19600315 198503 1 003


(44)

MOTTO

Hidup itu jangan besarin gengsi

(Pak e Sayang)

Berusahalah semaksimal mungkin untuk meraih

apa yang kau inginkan, hingga tiada penyesalan

diakhir cerita walau kau tak mendapatkannya

(Rista)


(45)

BiSMiLLahHirrohmanNirrohim

Puji syukur kehadirat Allah SWT

Kupersembahkan karya kecilku ini kepada :

Kedua Orang tuaku tercinta

(H.Sarwoto dan Hj.Siti Mariyah)

yang selalu melimpahkan kasih sayangnya, selalu ada untuk

tempatku bersandar ketika rapuh, mendoakan, memberikan

motivasi, dan nasehat demi keberhasilanku

Adik- Adikku tersayang

(Puput Yulianawati dan Rizky Fadzkur Rahmatulloh)

Yang selalu mendoakanku, menghiburku dan menyemangatiku

Keluarga besar Mak e dan Pak e yang selalu memberikan

motivasi dan mendoakan keberhasilanku

Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran

Almamaterku tercinta


(46)

RIWAYAT HIDUP

Rista dilahirkan di desa Lempuyang Bandar, Kecamatan Way Pengubuan, Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 6 Agustus 1989, sebagai putri sulung dari tiga bersaudara buah cinta kasih dari pasangan Bapak Sarwoto dan Ibu Siti Mariyah.

Ia menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Dharma Wanita I Bandar Sakti pada tahun 1995 dan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Bandar Sakti Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2001. Pada tahun 2004, penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri I Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri I Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2007.

Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur seleksi Non SPMB. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti organisasi yaitu sebagai anggota organisasi Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam (FPPI). Pada tahun 2011, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Surya Dharma II Bandar Lampung.


(47)

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT, Tuhan Semesta Alam atas segala limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis tidak lepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan teri-ma kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lam-pung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendi-dikan Matematika FKIP Unila.

4. Bapak Drs. Gimin Suyadi, M.Si., selaku Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing I atas bimbingan, saran, kritik, serta motivasi baik selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku pembimbing II atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, serta motivasi selama penyusunan skripsi ini.


(48)

6. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku pembahas atas kesediaannya memberikan saran, dan kritik sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Matematika dan guru-guru yang telah memberikan ilmu selama ini kepada penulis.

8. Bapak Dr. Darmadi, S.Ag., M.M., M.Pd., M.Si. selaku Kepala MTs-PSA Nurul Qodiri Way Pengubuan yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.

9. Bapak Naufal Farid, S.Pd., selaku Guru Mitra serta murid-murid kelas VIII B dan VIII C MTs-PSA Nurul Qodiri yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini.

10. Mamak, Bapak, dan adik-adikku yang selalu menyayangi, mendoakan, menebarkan kebahagiaan serta memberikan dukungan untuk keberhasilanku.

11. Keluarga besarku yang selalu menantikanku menjadi seorang sarjana pertama dari keluarga besar Mak e dan Pak e.

12. Sahabat-sahabatku FG (Yuli & Dina) yang telah senantiasa mendengarkan curahan hati serta mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis. 13. Mbieku sayang (Mardianto) yang selalu jadi penyemangat bagi penulis.

14. Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2007 Non Reguler Pendidikan Matematika: Dina N, Betutz (Berta), Kang Mas Lihin, Mb endah, Mb eva, Obet (Robertus), Lia, Uya, Fiska,

Haris, Monmon, Komang, Bily, Heru, Ifan, Bang Ken, Tina, Mb Leni, Nci (Yesi), Mb Eci (Resia), Nesha, Harvi, Mb Devi, Dwi D, Dwi A, Reni, Mira, Ratna, Fitri, Sevia, Rita, Nana, Tanti, Indah, Dina A, Ali, Munip, Dani, Adi, dan Yemi atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah


(49)

dan takkan pernah terlupakan untuk selamanya.

15. Teman- Kost Pondok Ratu Mz dodi, Tutut, Eva, Nina, Dina, Lia, , Mira, Indah, Yuli, Duna, Icha, dan semuanya atas kebersamaannya.

16. Rekan- rekan PPL SMA Surya Dharma Bandar Lampung tahun 2011: Fauzia, Rohma, Kade, Eva, Jannah, Melda, Laila, Esti, Dedo, Gede, dan Jonnas. 17. Teman-teman angkatan 2007 reguler, kakak tingkat 2004 sampai 2006

khususnya Kak Beni dan Kak Lukman, adik tingkat 2008 sampai 2011, dan teman-teman P.MIPA (Fisika, Biologi, Kimia).

18. Teman- teman TK, SD, SMP dan SMA yang masih selalu mendukungku. 19. Pengurus Referensi P MIPA dan Perpustakaan Unila.

Semoga ALLAH SWT membalas kebaikan yang telah diberikan. Penulispun berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Bandar Lampung, Agustus 2012 Penulis


(1)

MOTTO

Hidup itu jangan besarin gengsi

(Pak e Sayang)

Berusahalah semaksimal mungkin untuk meraih

apa yang kau inginkan, hingga tiada penyesalan

diakhir cerita walau kau tak mendapatkannya

(Rista)


(2)

PERSEMBAHAN

BiSMiLLahHirrohmanNirrohim

Puji syukur kehadirat Allah SWT

Kupersembahkan karya kecilku ini kepada :

Kedua Orang tuaku tercinta

(H.Sarwoto dan Hj.Siti Mariyah)

yang selalu melimpahkan kasih sayangnya, selalu ada untuk

tempatku bersandar ketika rapuh, mendoakan, memberikan

motivasi, dan nasehat demi keberhasilanku

Adik- Adikku tersayang

(Puput Yulianawati dan Rizky Fadzkur Rahmatulloh)

Yang selalu mendoakanku, menghiburku dan menyemangatiku

Keluarga besar Mak e dan Pak e yang selalu memberikan

motivasi dan mendoakan keberhasilanku

Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran

Almamaterku tercinta


(3)

RIWAYAT HIDUP

Rista dilahirkan di desa Lempuyang Bandar, Kecamatan Way Pengubuan, Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 6 Agustus 1989, sebagai putri sulung dari tiga bersaudara buah cinta kasih dari pasangan Bapak Sarwoto dan Ibu Siti Mariyah.

Ia menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Dharma Wanita I Bandar Sakti pada tahun 1995 dan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Bandar Sakti Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2001. Pada tahun 2004, penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri I Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri I Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2007.

Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur seleksi Non SPMB. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti organisasi yaitu sebagai anggota organisasi Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam (FPPI). Pada tahun 2011, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Surya Dharma II Bandar Lampung.


(4)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT, Tuhan Semesta Alam atas segala limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis tidak lepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan teri-ma kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lam-pung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendi-dikan Matematika FKIP Unila.

4. Bapak Drs. Gimin Suyadi, M.Si., selaku Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing I atas bimbingan, saran, kritik, serta motivasi baik selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku pembimbing II atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, serta motivasi selama penyusunan skripsi ini.


(5)

6. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku pembahas atas kesediaannya memberikan saran, dan kritik sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Matematika dan guru-guru yang telah memberikan ilmu selama ini kepada penulis.

8. Bapak Dr. Darmadi, S.Ag., M.M., M.Pd., M.Si. selaku Kepala MTs-PSA Nurul Qodiri Way Pengubuan yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.

9. Bapak Naufal Farid, S.Pd., selaku Guru Mitra serta murid-murid kelas VIII B dan VIII C MTs-PSA Nurul Qodiri yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini.

10. Mamak, Bapak, dan adik-adikku yang selalu menyayangi, mendoakan, menebarkan kebahagiaan serta memberikan dukungan untuk keberhasilanku. 11. Keluarga besarku yang selalu menantikanku menjadi seorang sarjana pertama

dari keluarga besar Mak e dan Pak e.

12. Sahabat-sahabatku FG (Yuli & Dina) yang telah senantiasa mendengarkan curahan hati serta mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis. 13. Mbieku sayang (Mardianto) yang selalu jadi penyemangat bagi penulis.

14. Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2007 Non Reguler Pendidikan Matematika: Dina N, Betutz (Berta), Kang Mas Lihin, Mb endah, Mb eva, Obet (Robertus), Lia, Uya, Fiska,

Haris, Monmon, Komang, Bily, Heru, Ifan, Bang Ken, Tina, Mb Leni, Nci (Yesi), Mb Eci (Resia), Nesha, Harvi, Mb Devi, Dwi D, Dwi A, Reni, Mira, Ratna, Fitri, Sevia, Rita, Nana, Tanti, Indah, Dina A, Ali, Munip, Dani, Adi, dan Yemi atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah


(6)

diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah dan takkan pernah terlupakan untuk selamanya.

15. Teman- Kost Pondok Ratu Mz dodi, Tutut, Eva, Nina, Dina, Lia, , Mira, Indah, Yuli, Duna, Icha, dan semuanya atas kebersamaannya.

16. Rekan- rekan PPL SMA Surya Dharma Bandar Lampung tahun 2011: Fauzia, Rohma, Kade, Eva, Jannah, Melda, Laila, Esti, Dedo, Gede, dan Jonnas. 17. Teman-teman angkatan 2007 reguler, kakak tingkat 2004 sampai 2006

khususnya Kak Beni dan Kak Lukman, adik tingkat 2008 sampai 2011, dan teman-teman P.MIPA (Fisika, Biologi, Kimia).

18. Teman- teman TK, SD, SMP dan SMA yang masih selalu mendukungku. 19. Pengurus Referensi P MIPA dan Perpustakaan Unila.

Semoga ALLAH SWT membalas kebaikan yang telah diberikan. Penulispun berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Bandar Lampung, Agustus 2012 Penulis


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 2 49

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII MTs-PSA Nurul Qodiri Way Pengubuan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 49

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/201

0 4 54

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Talangpadang Kabupaten Tanggamus Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 33

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 5 38

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

0 10 49

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Raman Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 51

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Ar-Raihan Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 7 51

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Pada Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 5 130

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 20 44