Kajian Teori. 1. Tugas Pokok dan Fungsi Kepolisian.
1
Bab II
Kajian Teori, Hasil Penelitian dan Analisis
A. Kajian Teori. A.1. Tugas Pokok dan Fungsi Kepolisian.
a. Pengertian dan Fungsi Polisi. Secara filosofis lahirnya Undang-undang No. 2 tahun 2002 karena
terjadinya pergeseran paradigma dalam sistem ketatanegaraan, dan adanya penegasan pemisahan kelembagaan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia, sehingga diperlukan suatu Undang-undang Kepolisian yang sesuai dengan pertumbuhan, perkembangan hukum dan
ketatanegaraan Republik Indonesia yang bertujuan mampu menghilangkan watak militerisme yang sebelumnya masih melekat dan dominan pada perilaku
Polri, sehingga Polri mampu untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan
tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, pelayanan, dan terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi Hak Asasi
ManusiaHAM.
1
1
Sadjijono, Hukum Kepolisian Polri dan Good Governance, Laksbang Mediatama, Surabaya, h. 178.
2
Pasal 5 Undang-undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia menjelaskan pengertian Polisi yang berbunyi :
“ Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kepolisian
Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dam ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta
memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.
2
Dalam Buku “Polizeirecht” yang diterjemahkan Momo Kelana, bahwa
istilah polisi mempunyai 2 dua arti, yaitu : a.
Polisi dalam arti formal adalah mencangkup penjelasan tentang organisasi dan kedudukan suatu instansi kepolisian;
b. Polisi dalam arti material adalah memberikan jawaban terhadap
persoalan-persoalan tugas dan wewenang dalam rangka menghadapi bahaya atau gangguan keamanan dan ketertiban baik
dalam rangka kewenangan kepolisian umum melalui ketentuan- ketentuan yang diatur dalam peraturan atau undang-undang.
3
Van Vollenhoven
dalam bukunya
“Politie Overzee” juga mengemukakan pengertian polisi termasuk organ-organ pemerintahan yang
dalam kewenangan dan kewajibannya menggunakan paksaan terhadap subyek hukum untuk berbuat sesuai dengan kewajiban umum, antara lain :
2
Lihat Pasal 5 Undang-undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
3
Gavin Drewry, Law, Justice and Politics, Longman, London, 1975, P. 107.
3
1. Melihat
bahwa masyarakat
melaksanakan kewajiban-
kewajibannya dengan baik. 2.
Mencari secara aktif perbuatan-perbuatan yang tidak melaksanakan kewajiban umum dalam masyarakat.
3. Memaksa masyarakat melaksanakan segala kewajiban umumnya
melalui pengadilan. 4.
Memaksa masyarakat untuk melaksanakan segala kewajiban umumnya tidak melalui perantara pengadilan.
5. Memberikan pertanggung jawaban terhadap segala sesuatu yang
berhubungan dengan pekerjaannya.
4
Polisi yang apabila dahulu dianggap hanya menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai pengawas dalam bidang-bidang tertentu seperti pengawas
kesehatan umum dan badan penanggulangan pelanggaran politik sekarang sudah semakin meluas sampai pada pengaturan dan pemeliharaan ketertiban
umum, mulai dari perlindungan terhadap orang-orang sampai kepada harta benda dari tindakan-tindakan yang melanggar hukum.
5
Fungsi Kepolisian adalah sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan
hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Sedangkan perannya untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan
4
Van Vollenhoven, Politie Overzee Dalam Momo Kelana, Hukum Kepolisian, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, h. 15.
5
Momo Kelana, Hukum Kepolisian, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, h. 16.
4
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri, merupakan keikutsertaannya dalam menjalankan fungsi pemerintahan,
karena dibentuknya Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan
dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya
ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia HAM.
6
b. Tugas dan Wewenang Polisi. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, definisi dari tugas adalah
kewenangan atau sesuatu yang wajib dikerjakan atau yang ditentukan, suruhan perintah untuk melaksanakan sesuatu fungsi jabatan.
7
Arti tugas polisi selalu berubah dari masa ke masa karena perubahan sifat dan bentuk negara serta pemerintahannya. Dikalangan para sarjanapun terdapat
perbedaan pendapat tentang tugas polisi, seperti dikatakan menurut Kist : “ Polisi adalah bagian dari kekuasaan eksekutif yang bertugas
melindungi negara, alat-alat negara demi kelancaran jalannya roda pemerintahan, rakyatnya dan hak-hak terhadap penyerangan dengan selalu
waspada dengan pertolongan dan paksaan.”
8
6
Sadjijono, Hukum Kepolisian Polri dan Good Governance, Laksbang Mediatama, Surabaya, h. 214.
7
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1988, h. 964.
8
Djoko Prakosa, Polri Sebagai Penyidik Dalam Penegakan Hukum, Bina Aksara, Jakarta, 1987, h. 136.
5
Pendapat lain mengenai tugas polisi yang dikemukakan oleh Gewin yang memberikan perumusan yang lebih luas tentang tugas polisi adalah :
“Tugas polisi adalah bagian tugas negara, perundang-undangan dan pelaksanaan untuk menjamin tata tertib , ketentraman dan keamanan,
menegakkan negara, menanam pengertian ketaatan dan kepatuhan.”
9
Dalam Undang-undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 13, tugas pokok kepolisian adalah :
a. Memelihara ketertiban masyarakat;
b. Menegakkan hukum dan;
c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat. Dalam melaksanakan tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia
memiliki tugas, sebagai berikut : a.
Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patrol terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan;
9
Ibid.
6
c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,
kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;
d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
f. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis
terhadap kepolisian khusus, penyidik Pegawai Negeri Sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;
g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak
pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;
h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,
laboratorium forensic dam psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;
i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan
lingkungan hidup dari gangguan ketertiban danatau bencana termasuk
memberikan bantuan
dan pertolongan
dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia HAM;
j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara
sebelum ditangani oleh instasi danatau pihak yang berwenang; k.
Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta
7
l. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
10
A.2. Diskresi Kepolisian.
Diskresi Kepolisian pada dasarnya merupakan kewenangan Kepolisian yang bersumber pada asas Kewajiban umum Kepolisian Plichtmatigheids
beginsel yaitu suatu asas yang memberikan kewenangan kepada pejabat kepolisian untuk bertindak atau tidak bertindak menurut penilaiannya sendiri,
dalam rangka kewajiban umumnya menjaga, memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.
Diskresi Kepolisian di Indonesia secara yuridis diatur pada Undang- undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal
18 yaitu “Untuk kepentingan umum, pejabat Kepolisian Negara Republik
Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri“
11
, hal tersebut mengandung maksud bahwa seorang anggota Polri yang melaksanakan tugasnya di tengah-tengah
masyarakat seorang diri, harus mampu mengambil keputusaan berdasarkan penilaiannya sendiri apabila terjadi gangguan terhadap ketertiban dan keamanan
umum atau bila timbul bahaya bagi ketertiban dan keamanan umum.
10
Lihat Pasal 13 dan Pasal 14 Undang-undang No. 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
11
Lihat Pasal 18 Undang-undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
8
Diskresi Polisi dapat pula diartikan sebagai wewenang Pejabat Polisi untuk memilih bertindak atau tidak bertindak secara legal atau ilegal dalam
menjalankan tugasnya.
12
Diskresi membolehkan seorang Polisi untuk memilih di antara berbagai peran memelihara ketertiban, menegakkan hukum atau
melindungi masyarakat, taktik menegakkan Undang-Undang Lalu Lintas dengan berpatroli atau berjaga pada suatu tempat ataupun tujuan menilang
pelanggar atau menasehatinya dalam pelaksanaan tugasnya. Seorang pejabat Polisi dapat menerapkan diskresi dalam berbagai
kejadian yang dihadapinya sehari-hari tetapi berbagai literatur tentang diskresi lebih difokuskan kepada penindakan selektif Selective Enforcement, yaitu
berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi apakah seorang pelanggar hukum akan ditindak atau tidak. Diskresi pada umumnya dikaitkan kepada dua
konsep yaitu penindakan selektif dan patroli terarah Directed Patrol. Penindakan selektif adalah suatu bentuk diskresi administrasi di mana
pembuat kebijakan atau pemimpin menentukan prioritas bagi berbagai unit satuan bawahannya. Sebagai contoh adanya kebijakan untuk menindak para
pengedar narkoba dan membiarkan para penggunanya, membiarkan prostitusi ditempat--tempat tertentu dan menindak para pelacur jalanan. Patroli terarah
adalah contoh diskresi supervisor dimana supervisor memerintahkan anggota- anggotanya untuk mengawasi secara ketat suatu wilayah tertentu atau suatu
12
Bailey, William G., Ensiklopedia Ilmu Kepolisian Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta : YPKIK, 2005. Hal. 245.
9
kegiatan tertentu. Sebagai contoh karena adanya laporan masyarakat seorang Inspektur Polisi memerintahkan petugas patroli untuk membubarkan
kerumunan pemuda yang menganggu ketertiban yang biasanya dibiarkan. Contoh lain adalah perintah untuk menilang kendaraan-kendaraan yang parkir
pada tempat tertentu dengan alasan menganggu kelancaran lalu lintas. Penggunaan wewenang diskresi oleh Polisi baru akhir-akhir ini diakui
sebagai suatu yang wajar dari kewenangan Polisi. Sebelumnya pimpinan Polisi dan masyarakat beranggapan bahwa Polisi harus menindak setiap pelanggar
ketentuan hukum dan membiarkan atau tidak melaksanakan ketentuan tersebut merupakan pelanggaran hukum oleh Polisi. Sebagian kecil anggota DPR, Jaksa
dan Hakim masih memegang anggapan yang demikian. Para pimpinan Polisi masih ragu-ragu untuk mengakui bahwa Pejabat Polisi selalu menggunakan
diskresi dalam menegakkan hukum dan bahwa mereka secara diam-diam menetapkan kebijaksanaan untuk tidak melaksanakan penindakan secara penuh
terhadap kejahatan-kejahatan kecil ataupun pelanggaran terhadap peraturan daerah. Mereka khawatir masyarakat akan protes bahwa hukum tidak
ditegakkan secara adil atau timbulnya tuntutan ganti rugi dalam hal terjadinya kecelakaan sebagai akibat dibiarkannya pelanggaran lalu lintas.
Williams 1984, H. Goldstein 1977 dan Davis 1969, 1975 menyatakan tentang tidak tepatnya pendapat bahwa Undang-undang bermaksud
agar setiap ketentuan hukum harus ditegakkan pada semua situasi. Davis menyatakan tentang keputusan para pembuat hukum baik tingkat Negara
10
Bagian maupun Federal juga mensahkan presiden tentang keputusan penindakan selektif oleh pimpinan kepolisian. Sedangkan Williams dan
Goldstein menyatakan tentang sejarah pembentukan Undang-undang, kasus- kasus hukum tertentu dan keterbatasan Pejabat Polisi merupakan bukti bahwa
para pembuat tidak mewajibkan polisi untuk menegakkan setiap Undang- undang secara penuh. Keputusan anggota untuk tidak menindak pelanggar
hukum pada situasi tertentu tidak dapat dikritik atas dasar bahwa perbuatan tersebut adalah pelanggaran hukum. Sebaliknya penggunaan diskresi secara
tidak benar dapat dikritik dengan alasan lain.
13
Oleh karena itu dalam Ilmu Hukum Kepolisian dikenal beberapa persyaratan yang harus dipenuhi apabila seorang anggota kepolisian akan
melakukan diskresi yaitu : 1.
Tindakan harus benar benar diperlukan Noodzakelijk Notwendig atau asas Keperluan.
2. Tindakan yang diambil harus benar-benar untuk kepentingan
tugas kepolisian Zakelijk Sachlich. 3.
Tindakan yang paling tepat untuk mencapai sasaran yaitu hilangnya suatu gangguan atau tidak terjadinya sesuatu yang
dikhawatirkan.
13
David, H. Bayley, Police For The Future diterjemahkan dan disadur oleh Kunarto, Jakarta : Cipta Manunggal, 1994. Hal. 265.
11
Dalam hal ini yang dipakai sebagai ukuran yaitu tercapainya tujuan Zweckmassig Doelmatig, yang berupa Asas Keseimbangan Everendig, yaitu
dalam mengambil tindakan ,harus senantiasa dijaga keseimbangan antara sifat keras lunaknnya tindakan atau sarana yang digunakan dengan besar kecilnya
suatu gangguan atau berat ringannya suatu obyek yang harus ditindak.
14
A.3. Polisi dan Masyarakat.
a. Kemitraan Polisi dan Masyarakat. 1. Pengertian Kemitraan.
Kemitraan adalah segala sesuatu membangun sinergi dengan potensi masyarakat meliputi komunikasi berbasis kepedulian, konsultasi, pemberian
informasi dan berbagai kegiatan lainnya demi terciptanya tujuan masyarakat yang aman, tertib dan tentram.
15
2. Pengertian Masyarakat. Kata masyarakat tidak dapat didefinisikan secara singkat dan sederhana,
sebab “masyarakat” memiliki arti yang berbeda-beda untuk tiap-tiap orang. Unit terkecil dari masyarakat adalah keluarga keluarga inti dan keluarga
besar, lingkungan
tetangga, familymarga,
dan lembaga-lembaga
14
Krisna, Diskresi Kepolisian II, https:krisnaptik.wordpress.compolri-4hukum-kepolisiandiskresi-
kepolisian-ii . Diakses pada tanggal 7 September 2015 pukul 01.09.
15
Buku Pedoman Pelatihan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, Perpolisian Masyarakat, Jakarta, 2006, h. 38.
12
pendukungnya.
16
Setiap masyarakat memiliki karakteristik yang berbeda, antara lain budaya, nilai dan masalah yang beraneka ragam terutama di daerah
perkotaan. Masyarakat tidak hanya terdiri dari pemerintah daerah setempat, tetapi ada juga lembaga-lembaga termasuk juga penduduk di sebuah lingkungan
disuatu daerah tertentu. Bina Masyarakat menciptakan pola hubungan dan peran baru antara polisi
dan masyarakat. Tentu saja dalam konteks ini kedua pihak perlu melakukan perubahan besar. Polisi tidak dapat bekerja sendiri, karenanya harus
memanfaatkan sumber-sumber di dalam masyarakat. Polisi juga harus bahu membahu dan membuat keputusan bersama untuk memecahkan masalah dalam
masyarakat. Bina Masyarakat menekankan pentingnya kemitraan aktif antara polisi,
badan-badan lain, dan warga negara dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah. Anggota masyarakat dapat berperan lebih besar dalam hal keamanan
publik ketimbang yang terjadi selama ini. Sedangkan lembaga-lembaga publik dan swasta lainnya dapat menggunakan sumber daya dan otoritas mereka
menuju arah penyelesaian masalah keamanan publik.
17
b. Perpolisian Masyarakat Polmas. 1. Pengertian dan fungsi Polmas.
16
Ibid.
17
Ibid.
13
Perpolisian Masyarakat adalah kebijakan dan strategi yang bertujuan agar dapat mencegah terjadinya kejahatan secara efektif, mengurangi kecemasan
terhadap kejahatan, meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan pelayanan polisi dan kepercayaan terhadap polisi dalam jalinan kerjasama proaktif dengan
sumber daya masyarakat yang ingin merubah berbagai kondisi penyebab kejahatan. Hal ini berarti diperlukan adanya kepolisian yang handal, serta peran
masyarakat yang besar dalam pengambilan keputusan dan perhatian yang besar teerhadap hak asasi dan kebebasan individu.
Perpolisian Masyarakat Polmas sebagai konsep mengandung dua unsur yaitu perpolisian dan masyarakat :
a Perpolisian mengandung arti segala hal ikhwal tentang
penyelenggaraan fungsi kepolisian. Dalam konteks ini perpolisian tidak hanya menyangkut hal-hal yang bersifat operasional
taktikteknik, tetapi juga pengelola fungsi kepolisian secara menyeluruh mulai dari tataran manajemen puncak sampai dengan
manajemen lapis bawah. b
Masyarakat, kepada siapa fungsi kepolisian diberikan Public Service dan dipertanggungjawabkan Public Accountability
mengandung pengertian yang luas Society yang mencangkup setiap orang tanpa mempersoalkan status kewarganegaraan dan
kependudukannya. Secara khusus masyarakat dapat diartikan berdasarkan dua sudut pandang, yaitu :
14
1 Wilayah Community of Geography.
Warga masyarakat yang berada dalam suatu wilayah kecil yang jelas batas-batasnya. Batas yang dimaksud
adalah batas geografis dan karakteristik masyarakat. Sebagai contoh : RT, RW, KelurahanDesa, PasarMall,
kawasan industry, stasiun kereta apiterminal bus dan sebagainya.
2 Kepentingan Community of Interest.
Warga masyarakat yang bukan berada dalam suatu wilayah, tetapi beberapa wilayah yang memiliki kesamaan
kepentingan. Misalnya : kelompok berdasarkan etnissuku, agama, profesi, hobi dan lain sebagainya.
18
Polmas adalah penyelenggaraan tugas kepolisian yang mendasari kepada pemahaman bahwa untuk menciptakan kondisi aman dan tertib tidak mungkin
dilakukan oleh Polri sepihak sebagai subjek dan masyarakat sebagai objek, melainkan harus dilakukan bersama oleh polisi dan masyarakat dengan cara
memberdayakan masyarakat melalui kemitraan polisi dan warga masyarakat, sehingga secara bersama-sama mampu mendeteksi gejala yang dapat
menimbulkan permaslahan di masyarakat, mampu mendapatkan solusi untuk mengantisipasi permasalahannya dan mampu memelihara keamanan serta
ketertiban di lingkungannya.
19
18
Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : SKEP433VII2006 tanggal 1 Juli 2006, tentang Panduan Pembentukan dan Operasionalisasi Perpolisian Masyarakat Seri Polmas 737-3. H. 10-11.
19
Lihat Pasal 1 angka 7 Perkap No. 7 tahun 2008 tentang Pedoman Dasar Strategi dan Implementasi Perpolisian Masyarakat dalam Penyelenggaraan Tugas Polri.
15
Mengacu pada uraian di atas maka Polmas pada hakikatnya mengandung dua unsur utama, yaitu :
a Membangun kemitraan antara polisi dengan masyarakat.
b Menyelesaikan masalah sosial yang terjadi di dalam masyarakat
local. Dalam pelaksanaan tugas polisi untuk menjaga keamanan dan ketertiban
dalam masyarakat, maka dibentuklah program Polmas. Dalam pelaksanaan program Polmas perlu adanya sasaran dari program tersebut agar terarah dan
terfokus. Fungsi kegiatan Polmas adalah :
a Mengumpulkan bahan keterangan terhadap dinamika dan
perubahan masyarakat yang meliputi aspek statis dan aspek dinamis dalam kehidupan masyarakat untuk menemukan gejala
awal yang dapat menimbulkan gangguan keamanan baik dari sumber terbuka maupun tertutup.
b Menerima informasi dan pengaduan masyarakat tentang sesuatu
yang berkaitan dengan masalah-masalah Kamtibmas dan informasi intelejen lainnya.
c Menyampaikanmeneruskan
informasi intelejen
kepada KapolsekKanit Intelejen Polsek.
20
20
Op.Cit., h. 42.
16
Adanya Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : SKEP507XTanggal 30 Oktober 2009, adapun tujuan dan sasaran diterapkannya Polmas adalah sebagai
berikut : a.
Tujuan diterapkannya Polmas. 1
Meningkatnya partisipasi masyarakat terhadap polisi. 2
Adanya keberanian dari masyarakat untuk berdialog dengan polisi secara lebih akrab dan terbuka.
3 Dapat memperpendek jarak hubungan keakraban antara
polisi dengan masyarakat. 4
Masyarakat lebih menyadari akan peran dan tanggungjawabnya dalam mencegah dan mendeteksi
kejahatan. 5
Dapat meningkatkan pelayanan polisi terhadap masyarakat.
6 Polisi akan menjadi lebih sensitive dan tanggap terhadap
kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
21
b. Sasaran penerapan Polmas meliputi :
1 Tumbuhnya
kesadaran dan
kepedulian masyarakatkomunitas terhadap potensi adanya gangguan
keamanan, ketertiban dan ketentraman di lingkungannya.
21
Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : SKEP507XTanggal 30 Oktober 2009.
17
2 Meningkatnya kesadaran dan kemauan masyarakat untuk
bekerja sama dengan Polri dalam mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi di lingkungannya.
3 Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk mengatasi
permasalahan yang ada bersama-sama dengan anggota Polri dan dengan cara yang tidak melanggar hukum.
4 Meningkatnya kesadaran dan ketaatan masyarakat
terhadap hukum dan peraturanperundang-undangan yang berlaku.
5 Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam menciptakan
dan memelihara Kamtibmas di lingkungan masing-masing. 6
Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja Polri, baik sebagai individu maupun institusi.
22
c. Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat FKPM. 1. Pengertian Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat.
Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat FKPM merupakan gabungan dari perwakilan-perwakilan dari berbagai unsur di masyarakat yang bekerja dan
menetap di lingkungan masyarakat berikut Kapolsek, Kanit-kanit dan petugas Babinkantibmas yang bertugas di Polsek setempat.
22
Ibid.
18
Dalam struktur forum, seorang ketua langsung dipilih dari anggota masyarakat dan wakil ketua otomatis dijabat oleh Kapolsek. Segala bentuk
kegiatan forum dilandasi sebuah ADART Alternatif Dispute Resolution, yaitu pola penyelesaian masalah sosial melalui jalur alternative yang lebih efektif
berupa upaya menetralisir masalah selain melalui proses hukum yang ditandatangani bersama.
Forum ini akan mengadakan rapat sedikitnya satu bulan sekali atau lebih bila diperlukan. Polisi akan tetap mengemban tugas serta memiliki peran
eksekutif kepolisiannya dan forum tidak akan mendapatkan tugas maupun peran eksekutif kepolisian.
23
2. Fungsi dan Wewenang Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat. Pembentukan Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat :
a. FKPM adalah organisasi kemasyarakatan yang bersifat
independen, mandiri dan dalam kegiatannya bebas dari campur tangan pihak manapun.
b. FKPM dapat disebut dengan nama dan istilah lain atau dengan
Bahasa daerah tertentu atas kesepakatan masyarakat setempat.
23
Ibid., h. 29.
19
c. FKPM di bangun atas kesepakatan bersama antara Kapolsek,
CamatKepala Desa Lurah dan tokoh masyarakatwarga masyarakat setempat.
24
Adapun tugas pokok dari Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat adalah :
Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan operasionalisasi Polmas dan mendorong fungsinya pranata Polmas dalam rangka menyelesaikan
setiap permasalahan gangguan keamanan dan ketertiban yang terjadi dana tau bersumber dari kehidupan masyarakat setempat.
1 Uraian Tugas.
1 Mengumpulkan data, mengidentifikasi permasalahan, dan
mempelajari instrument,
yaitu dengan
cara mengidentifikasi
dan mendokumentasi
data sosial
kemasyarakatan yang berkaitan dengan kondisi Kantibmas setempat.
2 Ikut serta mengambil langkah-langkah proporsional dalam
rangka pelaksanaan fungsi kepolisian umum dan fungsi bimbinganpenyuluhan.
3 Membahas bila perlu memberdayakan warga yang
berkompeten atau konsultan permasalahan sosial aspek Kamtibmas dalam wilayah atau yang bersumber dari
24
Panduan Pembentukan dan Operasionalisasi Polmas, Skep Kapolri No. Pol. : SKEP4332006.
20
wilayahnya dan menemukan akar permasalahan serta menentukan jalan keluar pemecahannya.
4 Membahas
dan menetapkan
program kerja
tahunantriwulan dengan memperhatikan skala prioritas termasuk melakukan evaluasi dan revisi bila diperlukan.
5 Menindaklanjuti program kerja sebagaimana dimaksud
pada butir 4 di atas dan bila perlu menjalin koordinasi dan kerjasama dengan apparat pemerintah terkait dalam
perwujudannya. 6
Secara terus-menerus memantau pelaksanaan kegiatan warga
dari aspek
ketertiban termasuk
gangguan Kamtibmas pada wilayah-wilayah tetangga atau wilayah
yang lebih luas pada umumnya. 7
Menampung keluhanpengaduan masyarakat yang berkaitan dengan masalah kejahatanpelanggaran dan
permasalahan kepolisian
pada umumnya
serta membahasnya bersama petugas Polmas untuk mencari
jalan keluarnya. 8
Menampung dan membahas keluhanpengaduan warga tentang masalah-masalah sosial terkait dengan lainnya dan
21
berusaha menyalurkan dengan mengkoordinasikan kepada apparat yang berkepentingan.
25
2 Wewenang.
1 Membuat kesepakatan tentang hal-hal yang perlu
dilakukan oleh warga, sehingga merupakan suatu peraturan local dalam lingkungannya.
2 Secara kelompok atau perorangan mengambil tindakan
kepolisian upaya
paksa dalam
hal terjadi
kejahatantindak pidana dengan tertangkap tangan. 3
Memberikan pendapat dan saran kepada Kapolsek baik tertulis maupun lisan mengenai pengelolaanpeningkatan
kualitas keamananketertiban lingkungan. 4
Menegakkan peraturan local sebagaimana dimaksud pada butir 1 di atas dan ikut serta menyelesaikan perkara
ringanpertikaian antar warga yang dilakukan petugas Polmas.
26
25
Ibid.
26
Ibid.
22
A.4. Teori Penegakan Hukum.
a. Upaya Preventif. Upaya preventif adalah sebuah tindakan yang dilakukan oleh pihak
kepolisian untuk menghilangkan potensi tindak kejahatan yang terdapat di lingkungan masyarakat. Sehingga di lingkungan tersebut tidak jadi terdapat
tindak kejahatan, karena seblum terjadi telah terlebih dahulu dicegah oleh pihak kepolisian.
Dalam upaya preventif, polisi dan apparat pemerintah lain serta dukungan swakarsa masyarakat berusaha untuk memperkecil ruang gerak dan kesempatan
terjadinya tindak kejahatanpelanggaran. Implementasi dalam upaya preventif pada umumnya diwujudkan dalam bentuk-bentuk kegiatan seperti, penjagaan,
pengawalan, patrol dan tindakan pertama di TKP Tempat Kejadian Perkara serta tindakan-tindakan lainnya.
27
Dalam hal ini cara bertindakurutan tindakan pihak kepolisian di dalam upaya preventif sebagai contoh di dalam kasus kenakalan remaja adalah sebagai
berikut : 1
Melaksanakan kegiatan bimbingan atau penyuluhan dan penerangan baik secara langsung ataupun melalui media massa
atau elektronik tentang :
27
Lihat Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : SKEP434XI1985 Tanggal 28 November 1985 tentang Penetapan Penggunaan Buku PetunjukPedoman Polsek Sebagai Pengganti Buku Petunjuk Bagi
Komando Sektor KepolisianSektor Kepolisian Kota. H. 99.
23
a. Penyebab kenakalan remaja.
I. Faktor yang berasal dari dalam kondisi remaja
itu sendiri. i.
Perubahan aspek biologis atau fisik. ii.
Perubahan aspek psikologis atau emosional.
II. Faktor yang berasal dari lingkungan dan
masyarakat. i.
Pengaruh lingkungan keluarga orang tua.
ii. Pengaruh lingkungan teman sebaya atau
pergaulan. iii.
Pengaruh lingkungan
pendidikan sekolah.
iv. Pengaruh lingkungan sosial budaya
masyarakat. b.
Akibat yang ditimbulkan dari kenakalan remaja dapat menimbulkan korban berupa :
I. Korban luka atau cacat dan korban jiwa.
II. Korban harta benda berupa milik pribadi umum
atau instansi pemerintah. c.
Upaya yang perlu dilakukan berupa :
24
I. Pembinaan remaja sebagai upaya pencegahan
tidak langsung. i.
Mengenali sifat baik dan buruk dari remaja yang bersangkutan.
ii. Pahami tingkah laku remaja sebagai
individu atau pribadi yang memiliki perilaku yang khas.
II. Pencegahan terjadinya kenakalan remaja secara
langsung. i.
Memberikan penerangan
yang diperlukan remaja.
ii. Memberikan bimbingan dan penyuluhan
pada remaja guna mendukung dan menjaga
kestabilan kesehatan
mentalnya. iii.
Mengadakan tatap muka, sambaing dan ceramah-ceramah.
iv. Mengisi waktu luang dengan kegiatan
yang bermanfaat. v.
Menyalurkan minat, bakat dan hobi khusus remaja.
25
2. Mengadakan koordinasi dengan fungsi lain, khususnya Serse atau penyidik dan lintas sectoral atau instansi terkait seperti Dikbud, Dinas
Soial, Kesehatan, Penerangan, Kehakiman, Menpora, dan Pemda setempat.
28
b. Upaya Represif. Upaya represif adalah merupakan salah satu upaya dalam rangka
pelaksanaan tugas pokok Polri. Bertujuan memberikan pelayanan yang sebaik- baiknya kepada masyarakat dalam proses penegakkan hukum dengan
menyelenggarakan penyidikan tindak pidana serta mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan penyidikan yang dilakukan Penyidik Pegawai Negeri
Sipil. Oleh karena penyidikan tindak pidana merupakan salah satu tahap dari
penegakkan Hukum Pidana, maka pelaksanaan upaya represif harus didasarkan kepada Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana KUHAP.
29
Dalam hal ini cara bertindakurutan tindakan pihak kepolisian di dalam upaya represif sebagai contoh di dalam kasus kenakalan remaja adalah sebagai
berikut :
28
Himpunan Petunjuk Lapangan Polri Bagi Satuan Bimmaspol. Jakarta, 1 Februari 1993. H. 61-63.
29
Lihat Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : SKEP434XI1985 Tanggal 28 November 1985 tentang Penetapan Penggunaan Buku PetunjukPedoman Polsek Sebagai Pengganti Buku Petunjuk Bagi
Komando Sektor KepolisianSektor Kepolisian Kota. H. 143.
26
1 Mengadakan koordinasi dengan fungsi lain, khususnya Serse atau
penyidik dan lintas sectoral atau instansi terkait seperti Dikbud, Dinas Soial, Kesehatan, Penerangan, Kehakiman, Menpora, dan
Pemda setempat. 2
Membantu dan mengamankan harta benda ketempat yang aman. 3
Menyelamatkan atau membawa korban ke rumah sakit terdekat.
30
A.5. Kenakalan Remaja.
a. Pengertian Kenakalan Remaja. Kenakalan remaja adalah perbuatan atau tingkah laku yang dilakukan
oleh seseorang remaja baik secara sendirian maupun secara kelompok yang bersifat melanggar ketentuan- ketentuan hukum, moral, dan sosial yang berlaku
di lingkungan masyarakatnya.
31
Intinya kenakalan remaja adalah perilaku menyimpang dari atau melanggar hukum,
32
dan perilaku melanggar hukum yang dilakukan oleh orang muda yang biasanya dibawah umur 16-18 tahun.
33
30
Himpunan Petunjuk Lapangan Polri Bagi Satuan Bimmaspol. Jakarta, 1 Februari 1993. H.63.
31
Gunarsa Singgih D at al, 1988, Psikologi Remaja, BPK Gunung Mulya, Jakarta.Hal. 154.
32
Sarwono sarlito wirawan.Psikologi Remaja. Jakarta :PT Raja Grafindo Persada, 2008.
33
Mussen, P.H.., Conger, J.J., Kagan, J Huston, C.A., 1994. Perkembangan dan Kepribadian Anak . terjemahan. Edisi Enam. Jakarta: Arcan.
27
Menurut Jansen dalam Sarwono, 2002:207
34
kenakalan remaja dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:
a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, misalnya: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan dan lain-
lain. b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi, misal : perusakan,
pencurian, pencopetan, pemerasan, perampokan dan lain-lain. c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak lain,
misal : pelacuran, penyalahgunaan obat. d. Kenakalan yang melawan status, misal : membolos, minggat dari
rumah. Menurut bentuknya, Sunarwiyati S. 1985
35
membagi kenakalan remaja ke dalam tiga tingkatan :
1. kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit
2. kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin
34
Ibid.
35
Ibid.
28
3. kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll.
36
b. Ciri-ciri Pokok Kenakalan Remaja. a Dalam pengertian kenakalan, harus terlibat adanya perbuatan atau
tingkah laku moral. b Kenakalan tersebut mempunyai tujuan yang asosial yakni dengan
perbuatan atau tingakah laku tersebut ia bertentangan dengan nilai atau norma sosial yang ada dilingkungan hidupnya.
c Kenakalan remaja merupakan kenakalan yang dilakukan oleh mereka yang berumur diantara 13-17 tahun. Mengingat di Indonesia
pengertian dewasa selain ditentukan oleh status pernikahan, maka dapat ditambahkan bahwa kenakalan remaja adalah perbuatan atau tindakan
yang dilakukan oleh mereka yang berumur anatara 13-17 tahun dan belum menikah.
d Kenakalan remaja dapat dilakukan oleh seoarang remaja saja, atau dapat juga dilakukan bersama-sama suatu kelompok remaja.
Selain itu, untuk menilai kenakalan remaja hendaknya perlu diperhatikan faktor kesengajaan atau kesadaran dari individu yang bersangkutan. Selama
anak atau remaja itu tidak tahu, tidak sadar, dan tidak sengaja melanggar hukum
36
Ibid.,
29
dan tidak tahu pula akan konsekuensinya maka ia tidak dapat digolongkan sebagai nakal.
Kenakalan remaja dapat kita golongkan dalam dua kelompok besar, sesuai dengan kaitannya dengan norma hukum, yakni:
a Kenakalan remaja bersifat amoral dan asosial dan tidak diatur dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan ke dalam
perbuatan melanggar hukum. b Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian
sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum. Setiap kali sulit untuk menentukan apakah
tingkah laku seorang remaja semata-mata merupakan kenakalan remaja atau hanya merupakan kelalaian tingkah laku sesuai dengan taraf
perkembangan yang sedang dialami.
37
37
Ibid.
30
B. Hasil Penelitian. B.1. Gambaran Tentang Satuan Binmas Polres Salatiga.