Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Program Perpolisian Masyarakat dalam Mewujudkan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat di Polres Salatiga T1 312008067 BAB II
17
BAB II PEMBAHASAN
A.Kepolisian Negara Republik Indonesia A.1. Pengertian dan Fungsi Polisi
Secara filosofis lahirnya Undang-undang No.2 tahun 2002 karena terjadinya pergeseran paradigma dalam sistem ketatanegaraan, dan adanya penegasan pemisahan kelambangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sehingga diperlukan suatu Undang-undang Kepolisian yang sesuai dengan pertumbuhan, perkembangan hukum dan ketatanegaraan Republik Indonesia yang bertujan mampu menghilangkan watak militerisme yang sebelumnya masih melekat dan dominan pada prilaku Polri, sehingga Polri mampu untuk mewujudkan keamanan dalam negeri, yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, pelayanan, dan terbinannya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia.1
Pasal 5 Undang-Undang No. 2 tahun 2002 menjelaskan pengertian Polisi adalah :
1 Sadjijono,
Hukum Kepolisian (Polri dan good governance), Laksbang Mediatama, Surabaya, h.178.
(2)
18
Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan
lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kepolisian
Negara Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayan kepada masyarakat dalam rangka
terpeliharanya keamanan dalam negeri. 2
Dalam buku “polizeirecht” yang diterjemahkan Momo Kelana, bahwa istilah polisi mempunyai dua arti, yaitu :
a. Polisi dalam arti formal adalah mencangkup penjelasan
tentang organisasi dan kedudukan suatu instansi kepolisian;
b. Polisi dalam arti material adalah memberikan jawaban terhadap
persoalan-persoalan tugas dan wewenang dalam rangka menghadapi bahaya atau gangguan keamanan dan ketertiban baik dalam rangka kewenangan kepolisian umum melalui ketentuan-ketentuan yang diatur dalam peraturan atau
undang-undang.3
Van Vollenhoven dalam bukunya politie Overzee juga mengemukakan pengertian polisi termasuk organ-organ pemerintahan yang dalam kewenangan dan kewajibannya menggunakan paksaan terhadap subyek hukum untuk berbuat sesuai dengan kewajiban umum, antara lain :
2 Lihat Pasal 5 Undang-Undang No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. 3
(3)
19
1. Melihat bahwa masyarakat melaksanakan kewajiban-kewajibanya
dengan baik.
2. Mencari secara aktif perbuatan-perbuatan yang tidak melaksanakan
kewajiban umum dalam masyarakat.
3. Memaksa masyarakat melaksanakan segala kewajiban umumnya
melalui pengadilan.
4. Memaksa masyarakat untuk melaksanakan segala kewajiban
umunya tidak melalui pengantara pengadilan.
5. Memberikan pertanggung jawaban terhadap segala sesuatu yang
berhubungan dengan pekerjaannya.4
Polisi yang apabila dahulu dianggap hanya menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai pengawas dalam bidang-bidang tertentu seperti pengawas kesehatan umum, badan penanggulangan pelanggaran politik, sekarang sudah semakin meluas samapai pada pengaturan dan pemeliharaan ketertiban umum, mulai dari perlindungan terhadap orang-orang samapai kepada harta benda dari
tindakan-tindakan yang melanggar hukum.5
Fungsi kepolisian adalah salahsatu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Sedangkan perannya untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
4
Van Vollenhoven, Politie Overzee dalam Momo Kelana, Hukum Kepolisian, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, h. 15
5
(4)
20
masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri, merupakan keikut sertaannya dalam menjalankan fungsi pemerintahan, karena di
bentuknya Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk
mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya
ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.6
A.2. Tugas dan Wewenang Polisi
Dalam kamus besar bahasa indonesia, defenisi dari tugas adalah kewenangan atau sesuatu yang wajib dikerjakan atau yang ditentukan, suruhan
(perintah) untuk melaksanakan sesuatu fungsi jabatan.7
Arti tugas polisi selalu berubah dari masa ke masa karena perubahan sifat dan bentuk negara serta pemerintahannya. Dikalangan para sarjanapun terdapat perbedaan pendapat tentang tugas polisi, seperti dikatakan menurut Kist :
“polisi adalah bagian dari kekuasaan eksekutif yang bertugas melindunginegara, alat-alat negara demi kelancaran jalannya roda pemerintahan, rakyatnyadan hak-hak terhadap penyerangan dengan selalu waspada, dengan pertolongan dan paksaan.”8
6
Sadjijono, Hukum Kepolisian (Polri dan good governance), Laksbang Mediatama, Surabaya, h. 214.
7
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1988, h. 964.
8 Djoko Prakosa,
Polri Sebagai Penyidik Dalam Penegakan Hukum, Bina Aksara, Jakarta, 1987, h. 136.
(5)
21
Pendapat lain mengenai tugas polisi yang di kemukakan oleh Gewin yang memberikan perumusan yang lebih luas tentang tugas polisi adalah :
“Tugas polisi adalah adalah bagian tugas negara, perundang -undangan dan pelaksanaan untuk menjamin tata tertib, ketentraman dan keamanan, menegakkan negara, menanam pengertian ketaatan dan kepatuhan.”9
Dalam Undang-Undang No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, dalam Pasal 13 Tugas Pokok Kepolisian adalah :
a. Memelihara ketertiban masyarakat ;
b. Menegakkan hukum dan;
c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.
Dalam melaksanakan tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia memiliki tugas :
a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap
kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,
ketertiban,dan kelancaran lalu lintas di jalan;
9 Ibid.
(6)
22
c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,
kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;
d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
e. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
f. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap
kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;
g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana
sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;
h. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,
laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;
i.melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan
lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
j.melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum
(7)
23
k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta
l.melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.10
A.3. Kemitraan Polisi dan Masyarakat
a. Pengertian Kemitraan
Kemitraan adalah segala sesuatu membangun sinergi dengan potensi masyarakat meliputi komunikasi berbasis kepedulian, konsultasi, pemberian informasi dan berbagai kegiatan lainnya demi terciptanya tujuan masyarakat
yang aman, tertib dan tentram.11
b. Pengertian Masyarakat
Kata masyarakat tidak dapat didefinisikan secara singkat dan sederhana sebab “masyarakat” memiliki arti yang berbeda-beda untuk tiap-tiap orang. Unit terkecil dari masyarakat adalah keluarga (keluarga inti dan keluarga
besar), lingkungan tetangga, famili/marga, dan lembaga-lembaga
pendukungnya.12 Setiap masyarakat memiliki karakteristik yang berbeda,
antaralain budaya, nilai dan masalah yang beraneka ragam, terutama di daerah perkotaan. Masyarakat tidak hanya terdiri dari pemerintah daerah setempat
10
Lihat Pasal 13 dan Pasal 14 Undang-Undang No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
11
Buku Pedoman Pelatihan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesi, Perpolisian Masyarakat, Jakarta 2006 h.38.
12
(8)
24
tetapi ada juga lembaga-lembaga, termasuk juga penduduk disebuah lingkungan, disuatu daerah tertentu.
Polmas menciptakan pola hubungan dan peran baru antara polisi dan masyarakat. Tentu saja dalam konteks ini kedua pihak perlu melakukan perubahan besar. Polisi tidak dapat bekerja sendiri karenanya harus memanfaatkan sumber-sumber di dalam masyarakat. Polisi juga harus bahu membahu dan membuat keputusan bersama untuk memecahkan masalah dalam masyarakat.
Perpolisian masyarakat menekankan pentingnya kemitraan aktif antara polisi, badan-badan lain, dan waga negara dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah. Anggota masyarakat dapat berperan lebih besar dalam hal keamanan publik ketimbang yang terjadi selama ini. Sedangkan lembaga-lembaga publik dan swasta lainnya dapat menggunakan sumberdaya-sumberdaya dan otoritas mereka menuju arah penyelesaian masalah keaman publik.13
A.4. Keamanan dan Ketertiban Masyarakat a). Keamanan
Didalam kamus umum bahasa indonesia yang dimaksud “aman” adalah
bebas dari bahaya, bebas dari gangguan tidak mengandung resiko, tentram
13 Buku Pedoman Pelatihan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesi,
Perpolisian Masyarakat, Jakarta 2006 h.38.
(9)
25
tidak merasa takut, terlindung atau tersembunyi.14dengan demikian bersangkut
paut dengan psikologis dan kondisi atau keadaan yang terbatas dari bahaya, gangguan, rasa takut maupun resiko.
Sedangkan menurut pengertian dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Undang-undang No.2 tahun 2002 tentang Polri, pengertian keamanan masyarakat digabung dengan pengertian ketertiban masyarakat menjadi
keamanan dan ketertiban masyarakat yang artinya : “keamanan dan ketertiban
masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangaka terciptanya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban. Dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketentraman yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, menanggulai segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat”.15
Dalam mengartikan keamanan dan ketertiban masyarakat R. Abdussalam
yang juga mensetir pendapat Soebroto Brotodiredjo memberi arti, bahwa
keamanan dan ketertiban adalah keadaan bebas dari kerusakan atau kehancuran yang mengancam keseluruhan atau perorangan dan memberikan rasa bebas dari ketakutan atau kekhawatiran sehingga ada kepastian dan rasa kepastian
14
Kamus Umum Bahasa Indonesia, Depdikbud, Jakarta, 1994, h. 29
15 Lhat ketentuan Umum Pasal 1 Undang-Undang No.2 tahun 2002 tenteng Kepolisian
(10)
26
dari jaminan segala kepentingan atau suatu keadaan yang bebas dari
pelanggaran norma-norma hukum.16
Sehingga demikian, yang dimaksud dengan keamanan masyarakat adalah kondisi masyarakat yang terbebas dari ancaman, gangguan, ketakutan dan resiko bahaya yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat baik secara lahiriah maupun batiniah. Kondisi inilah yang menjadi target tugas Polri, baik sebagai fungsi maupun sebagai lembaga.
b). Ketertiban Masyarakat
Ketertiban asal kata dasar “tertib” berarti teratur atau tertata. Ketertiban mengandung arti suatu kondisi yang teratur atau tertata dengan tidak ada suatu penyimpangan dari tatanan yang ada. Ketertiban ini terkait
dengan kepatuhan, karena Dengan rasa patuh tidak akan terjadi
penyimpangan, dengan tidak ada penyimpangan berarti tertib. 17
Menurut Soedjono Dirdjosisworo, ketertiban adalah suasana bebas yang terarah, tertuju pada suasana yang didambakan oleh masyarakat yang menjadi tujuan hukum. Ketertiban ini adalah cermin dari adanya patokan, pedoman dan petunjuk bagi individu di dalam pergaulan hidupnya. hidup tertib secara individu sebagai landasan Terwujudnya tertib masyarakat.
16
Soebroto Brotodiredjo dalam R. Abdussalam, Penegakan Hukum di Lapangan Oleh Polri, Dinas Hukum Polri, Jakarta, 1997, h. 22
17
(11)
27
Tertib masyarakat yang di dalamnya terkandung kedamaian dan
keadilan.18
Ketertiban ini sebagai refleksi dari adanya keteraturan dan berfungsinya suatu tatanan, yang dipatuhi oleh individu dalam masyarakat. Dengan demikian ketertiban beranjak dari individu yang kemudian kelompok masyarakat.
B. Perpolisian Masyarakat (Polmas) B.1. Pengertian dan Fungsi Polmas
Perpolisian masyarakat adalah kebijakan dan strategi yang bertujuan agar dapat mencegah terjadinya kejahatan secara efektif, mengurangi kecemasan terhadap kejahatan, meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan pelayanan polisi dan kepercayaan terhadap polisi, dalam jalinan kerjasama proaktif dengan sumberdaya masyarakat yang ingin merubah berbagai kondisi penyebab kejahatan. Hal ini berarti diperlukan adanya kepolisian yang handal, peran masyarakat yang besar dalam pengambilan keputusan dan perhatian yang besar terhadap hak asasi dan kebebasan individu.
Perpolisian Masyarakat (Polmas) sebagai konsep mengandung dua unsur yaitu perpolisian dan masyarakat :
18 Abdurrahman,
Tebaran Pikiran Tentang Studi Hukum dan Masyarakat, Media Sarana Press, Jakarta, 1986, h. 79
(12)
28
a. Perpolisian mengandung arti segala hal ikhwal tentang
penyelenggaraan fungsi kepolisian. Dalam konteks ini perpolisian tidak hanya menyangkut hal-hal yang bersifat operasional (taktik/teknik) tetapi juga pengelola fungsi kepolisian secara menyeluruh mulai dari tataran manajemen puncak sampai dengan manajemen lapis bawah.
b. Masyarakat, kepada siapa fungsi kepolisian diberikan (public
servive) dan di pertanggungjawabkan (public accountability) mengandung pengertian yang luas (society) yang mencangkup setiap orang tanpa mempersoalkan setatus kewarganegaraan dan kependudukannya. Secara khusus masyarakat dapat diartikan berdasarkan dua sudut pandang, yaitu :
a. Wilayah (community of geography)
Warga masyarakat yang berada dalam suatu wilayah kecil yang jelas batas-batasnya. Batas yang dimaksud adalah batas geografis dan arakteristik masyarakat. Sebagai contoh : RT, RW, Kelurahan/desa, Pasar/Mall, kawasan industri, stasiun kreta api/terminal bus dan sebagainya.
b. Kepentingan (community of interest)
Warga masyarakat yang bukan berada dalam suatu wilayah tetapi beberapa wilayah yang memiliki kesamaan kepentingan.
(13)
29
Misalnya : kelompok berdasarkan etnis/suku, agama, profesi,
hobi dan lain sebagainya.19
Polmas adalah penyelenggaraan tugas kepolisian yang mendasari kepada pemahaman bahwa untuk menciptakan kondisi aman dan tertib tidak mungkin dilakukan oleh Polri sepihak sebagai subjek dan masyarakat sebagai Objek, melainkan harus dilakukan bersama oleh Polisi dan masyarakat dengan cara
memberdayakan masyarakat melalui kemitraan Polisi dan warga
masyarakat,sehingga secara bersama-sama mampu mendeteksi gejala yang dapat menimbulkan permasalahan di masyarakat, mampu mendapatkan solusi untuk mengantisipasi permasalahannya dan mampu memelihara keamanan
serta ketertiban di lingkungannya.20
Mengacu pada uraian diatas maka polmas pada hakikatnya mengandung dua unsur utama yaitu :
1. Membangun kemitraan antara polisi dengan
masyarakat.
2. Menyelesaikan masalah sosial yang terjadi di dalam
masyarakat lokal.
19
Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : SKEP/433/VII/2006 tanggal 1 Juli 2006, tentang Panduan Pembentukan dan Operasionalisasi Perpolisian Masyarakat (Seri Polmas 737-3). h. 10-11.
20 Lihat Pasal 1 angka (7) Perkap No.7 tahun 2008 tentang Pedoman Dasar strategi dan
(14)
30
Dalam pelaksanaan tugas polisi untuk menjaga keamanan dan ketertiban dalam masyarakat maka dibentuklah program polmas. Dalam pelaksanaan program polmas perlu adanya sasaran dari program tersebut agar terarah dan terfokus.
Fungsi kegiatan Polmas adalah :
a. Mengumpulkan bahan keterangan terhadap dinamika dan
perubahan masyarakat yang meliputi aspek statis dan aspek dinamis dalam kehidupan masyarakat untuk menemukan gejala awal yang dapat menimbulkan gangguan keamanan baik dari sumber terbuka maupun tertutup.
b. Menerima informasi dan pengaduan masyarakat tentang sesuatu
yang berkaitan dengan masalah-masalah Kamtibmas dan informasi intelejen lainnya.
c. Menyampaikan/meneruskan informasi intelejen kepada
kapolsek/Kanit intelejen Polsek.21
Adanya surat keputusan Kapolri No.Pol.SKEP/507/X/ tanggal 30 Oktober 2009 adapun tujuan dan sasaran diterapkannya perpolisian masyarakat adalah sebagai berikut :
a. Tujuan diterapkannya perpolisian masyarakat
1. Meningkatnya partisipasi masyarakat terhadap polisi.
21 Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : SEKEP/433/VII/2006 tanggal 1 Juli 2006, tentang
(15)
31
2. Adanya keberanian dari masyarakat untuk berdialog dengan polisi
secara lebih akrab dan terbuka.
3. Dapat memperpendek jarak hubungan keakraban antara polisi dengan
masyarakat.
4. Masyarakat lebih menyadari akan peran dan tangungjawabnya dalam
mencegah dan mendeteksi kejahatan.
5. Dapat meningkatkan pelayanan polisi terhadap masyarakat.
6. Polisi akan menjadi lebih sensitif dan tanggap terhadap
kebutuhan-kebutuhan masyarakat.22
b. Sasaran Penerapan Polmas Meliputi :
a) Tumbuhnya kesadaran dan kepedulian masyarakat/komunitas
terhadap potensi adanya gangguan keamanan, ketertiban dan ketentraman di lingkungannya.
b) Meningkatnya kesadaran dan kemauan masyarakat untuk
bekerja sama dengan polri, dalam mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi di lingkungannya.
c) Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk mengatasi
permasalahan yang ada, bersama-sama dengan anggota polri dan dengan cara yang tidak melanggar hukum.
d) Meningkatnya kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap
hukum dan peraturan/perundang-undangan yang berlaku.
22
(16)
32
e) Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam menciptakan dan
memelihara kamtibmas di lingkungan masing-masing.
f) Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja polri
baik sebagai individu maupun institusi.23
B.2. Tugas dan Wewenang Polmas
Agar tidak ada pencampuran antara tugas dan wewenang antara Kepolisian dengan Polmas dan untuk membantu kinerja Polmas maka harus ada pedoman tugas dan wewenang Polmas yaitu :
a) Tugas Pokok
Melaksanakan fungsi-fungsi oprasional Kepolisian yang berkaitan dengan operasionalisasi Polmas serta mendorong berfungsinya pranata polmas dalam rangka menyelesaikan setiap masalah/gangguan keamanan dan ketertiban yang terjadi dan atau bersumber dari dalam lingkungan masyarakat setempat.
b) Uraian Tugas
1) Menyelenggarakan fungsi deteksi;
2) Melaksanakan fungsi-fungsi bimbingan dan penyuluhan
masyarakat;
3) Melaksanakan tugas-tugas kepolisian umum seperti :
23
(17)
33
a. Mendengarkan keluhan warga masyarakat tentang pelayanan
kepolisian dan memberikan pemahaman dan jalan keluar penyelesainnya jika diperlukan.
b. Menyerap informasi yang berkaitan dengan gangguan/sumber
gangguan kamtibmas.
c. Memelihara hubungan silaturahmi.
4). Melaksanakan fungsi reserse kriminal terbatas.
5). Melaporkan setiap pelaksanaan tugasnya baik tertulis maupun lisan
kepada Kapolsek.24
c) Wewenang
1. Mengambil tindakan kepolisian secara proporsional dalam hal
terjadi perbuatan melawan hukum yang di pandang perlu,
berkoordinasi dengan petugas kepolisian yang
berkepentingan/berwenang mengambil alih penanganannya.
2. Menyelesaikan perkara ringan/pertikaian antar warga
berdasarkan kesepakatan bersama antar pihak yang
berpekara/bertikai dan bila diperlukan bersama FKPM.
3. Mengambil langkah-langkah penertiban jika diperlukan sebagai
tindak lanjut kesepakatan FKPM dalam memelihara keamanan lingkungan.
24
Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : SKEP/433/VII/2006 tanggal 1 Juli 2006, tentang Panduan Pembentukan dan Operasionalisasi Perpolisian Masyarakat (Seri Polmas 737-3) h. 20-24.
(18)
34
Dalam penyelenggaraannya polmas tidak hanya bekerja sendiri, tetapi membutuhkan kerjasama dan dukungan dari berbagai kalangan. Kerjasama dan
dukungan tersebut berasal dari :25
1. Unsur Polri
a. Menyiapkan petugas polmas terutama dengan memberdayakan
Babinkamtibmas (yang lama) yang sudah dilatih dan diangkat secara khusus untuk jabatan tersebut.
b. Menyiapkan peralatan/perlengkapan petugas polmas termasuk
barang-barang bekal untuk administrasi.
c. Mengusahakan dukungan anggaran dari instansi pemerintah lain
seperti Bapenas, Depku, dan Depdagri.
d. Menyediakan/menyalurkan dukungan anggaran petugas Polmas untuk
tunjangan khusus/fungsional dan biaya operasionalisasi.
e. Mengawasi dan mengarahkan operasionalisasi Polmas.
2. Unsur Masyarakat.
a. Merangsang dan mendorong tumbuhnya minat dan kesadaran warga
masyarakat untuk bekerja sama membangun kemitraan dengan polri dan pemerintah daerah/desa/kelurahan dalam mencegah bermacam masalah sosial khususnya aspek ketertiban umum.
b. Mengusahakan ketersidiaan lahan untuk lokasi pembangunan fasilitas
pusat kegiata Polmas sebagai balai Kemitraan Polisi Masyarakat (BKPM).
25 Panduan Pembentukan dan operasionalisasi Polmas, Skep Kapolri No. Pol. :
(19)
35
c. Menjadi mitra aktif serta penyedia sumber daya manusia dan material,
termasuk sukarelawan, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama untuk menangani berbagai masalah sosial dan kejahatan sehingga menjamin menyelesaikan pertikaian antar warga pada tataran kehidupan masyarakat lokal dan timbulnya daya cegah jangka panjang.
3. Unsur Pemerintah Daerah / desa
a. Camat/staf bersama pemerintah desa/kelurahan dan lembaga
perwakilan desa/kelurahan diharapkan :
1. Mengambil langkah-langkah persiapan dalam pembentukan
polmas bersama kapolsek/staf.
2. Memantau oprasionalisasi polmas dan mengkoordinasikan dengan
unsur Polri dalam hal mengantisipasi adanya kendala yang dihadapi.
3. Memberikan atau mengusahakan adanya dukungan dana, tenaga
dan pemikiran untuk pemecahan berbagai masalah yang di koordinasikan oleh FKPM dalam hal penggalangan dukungan pemerintah.
b. Kepala desa/lurah diharapkan menghadiri rapat-rapat FKPM dan ikut
memberikan masukan jika diperlukan.
c. Pemerintah daerah bersama DPRD diharapkan
1. Menyediakan/mengusahakan dukungan dana untuk biaya
(20)
36
2. Mengusahakan adanya dukungan alokasi anggaran untuk
kegiatan/proyek serta pemecahan berbagai permasalahan yang direkomendasikan oleh FKPM.
4. Pelaku Bisnis
Pelaku bisnis (pengusaha) merupakan salah satu komponen yang dapat mendukung penyediaan dana yang sifatnya tidak mengikat serta dapat menyediakan sumber daya manusia dalam bentuk tenaga sekuriti dan pengamanan swakarsa.
5. Lembaga-lembaga lain
Lembaga-lembaga lain seperti sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, penyedia jasa sosial, pusat kesehatan mental, dan lembaga swadaya masyarakat, dapat menjadi penyedia berbagai jasa pendukung bagi kelancaran dan keberhasilan polmas.
6. Media
Media merupakan komponen yang tidak kalah penting yang dapat membantu mendidik masyarakat agar menjadi mitra aktif polisi. Media juga penting dalam mendorong pembentukan opini masyarakat dan mengekspos peran serta masyarakat dalam FKPM.
(21)
37
C.Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM) C.1. Pengertian Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat
Forum kemitraan Polisi dan Masyarakat merupakan gabungan dari perwakilan-perwakilan dari berbagai unsur di masyarakat yang bekerja dan menetap di lingkungan masyarakat berikut Kapolsek, Kanit-kanit dan petugas Babinkantibmas yang bertugas di Polsek setempat.
Dalam struktur forum, seorang ketua lansung dipilih dari anggota
masyarakat dan wakil ketua otomatis dijabat oleh Kapolsek. Segala bentuk
kegiatan forum dilandasi sebuah AD/ART (Alternatif Dispute Resolution)
yaitu pola penyelesaian masalah sosial melalui jalur alternatif yang lebih
efektif berupa upaya menetralisir masalah selain melalui proses hukum yang ditandatangani bersama.
Forum ini akan mengadakan rapat sedikitnya satu bulan sekali atau lebih bila diperlukan. Polisi akan tetap akan mengemban tugas serta meiliki peran eksekutif kepolisian-nya dan forum tidak akan mendapatkan tugas maupun
peran eksekutif kepolisian.26
C.2.Fungsi dan Wewenang Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat
Pembentukan Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat :
26 Buku pedoman pelatihan untuk anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, jakarta
(22)
38
a. FKPM adalah organisasi kemasyarakatan yang bersifat idependen,
mandiri dan dalam kegiatannya bebas dari campur tangan pihak manapun.
b. FKPM dapat disebut dengan nama dan istilah lain atau dengan bahasa
daerah tertentu atas kesepakatan masyarakat setempat.
c. FKPM di bangun atas kesepakatan bersama, antara Kapolsek
Camat/Kepala desa/Lurah dan tokoh masyarakat/warga masyarakat
setempat.27
Adapun tugas pokok dari Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat adalah : Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan operasionalisasi polmas dan mendorong fungsinya pranata polmas dalam rangka menyelesaikan setiap permasalahan gangguan keamanan dan ketertiban yang terjadi dan atau bersumber dari kehidupan masyarakat setempat.
a) Uraian Tugas
1. Mengumpulkan data, mengidentifikasi permasalahan, dan mempelajari
instrumen yaitu dengan cara mengidentifikasi dan mendokumentasi data sosial kemasyarakatan yang berkaitan dengan kondisi Kantibmas setempat.
2. Ikut serta mengambil langkah-langkah proporsional dalam rangka
pelaksanaan fungsi kepolisian umum dan fungsi
bimbingan/penyuluhan.
27
(23)
39
3. Membahas (bila perlu memberdayakan warga yang berkompeten atau
konsultan) permasalahan sosial aspek Kamtibmas dalam wilayah atau yang bersumber dari wilayahnya dan menemukan akar permasalahan serta menentukan jalan keluar pemecahannya.
4. Membahas dan menetapkan program kerja tahunan/triwulan dengan
memperhatikan skala prioritas termasuk melakukan evaluasi dan revisi bila diperlukan.
5. Menindak lanjuti program kerja sebagaimana dimaksud pada butir 4)
diatas dan bila perlu menjalin koordinasi dan kerjasama dengan aparat pemerintah terkait dalam perwujudannya.
6. Secara terus-menerus memantau pelaksanaan kegiatan warga dari
aspek ketertiban termasuk gangguan Kamtibmas pada wilayah-wilayah tetangga atau wilayah yang lebih luas pada umumnya.
7. Menampung keluhan/pengaduan masyarakat yang berkaitan dengan
masalah kejahatan/pelanggaran dan permasalahan kepolisian pada umumnya serta membahasnya bersama petugas Polmas untuk mencari jalan keluarnya.
8. Menampung dan membahas keluhan/pengaduan warga tentang
masalah-masalah sosial terkait dengan lainnya dan berusaha menyalurkan dengan mengkoordinasikan kepada aparat yang
berkepentingan.28
b) Wewenang
1. Membuat kesepakatan tentang hal-hal yang perlu dilakukan oleh warga
sehingga merupakan suatu peraturan lokal dalam lingkungannya.
28
(24)
40
2. Secara kelompok atau perorangan mengambil tindakan kepolisian
(upaya paksa) dalam hal terjadi kejahatan/tindak pidana dengan tertangkap tangan.
3. Memberikan pendapat dan saran kapada Kapolsek baik tertulis
maupun lisan mengenai pengelolaan/peningkatan kualitas
keamanan/ketertiban lingkungan.
4. Menegakkan peraturan lokal sebagaimana dimaksud butir 1) diatas dan
ikut serta menyelesaikan perkara ringan/pertikaian antar warga yang
dilakukan petugas Polmas.29
D. Reformasi Kepolisian
Reformasi secara gramatikal diartikan sebagai membentuk, menyusun,
dan mempersatukan kembali.30Sudikno Mertokusomo mengartikan sistem
hukum adalah suatu kesatuan yang terdiri dari unsur-unsur yang mempunyai interaksi satu sama lain dan bekerja sama untuk mencapai tujuan kesatuan tersebut.31
Menurut Lawrence M.Friedman, dalam setiap sistem hukum terdiri dari
3 (tiga) sub sistem, yaitu sub sistemsubstansi hukum (legal substance), sub sistem struktur hukum (legal structure), dan subsistem budaya hukum (legal
culture).32Substansi hukum meliputi materi hukum yang diantaranya
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan. Struktur hukum,
29
Panduan Pembentukan dan operasionalisasi Polmas, Skep Kapolri No. Pol. : SKEP/433/2006
30
W.T.Cunningham, Nelson Contemporary English Dictionary, Canada: Thompson and Nelson Ltd, 1982, hlm. 422.
31
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Yogyakarta: Liberty, 1991, hlm. 102.
32 Lawrence M. Friedman,
American Law An Introduction, 2nd Edition (Hukum Amerika: Sebuah Pengantar, Penerjemah: Wisnu Basuki), Jakarta: Tatanusa, 2001, hlm. 6-8.
(25)
41
menyangkut kelembagaan (institusi) pelaksana hukum, kewenangan lembaga dan personil (aparat penegak hukum). Sedangkan kultur hukum menyangkut perilaku (hukum) masyarakat. Ketiga unsur inilah yang mempengaruhi keberhasilan penegakan hukum di suatu masyarakat (negara), yang antara satu dengan lainnya saling bersinergi untuk mencapai tujuan penegakan hukum itu sendiri yakni keadilan.
Reformasi kepolisian merupakan bagian dari reformasi sektor keamanan (RSK). Reformasi polisi didefinisikan sebagai transformasi organisasi kepolisian agar lebih profesional dan akuntabel dalam memberikan pelayanan, tanggap dalam merespon ancaman, serta responsif dalam memahami kebutuhan masyarakat. Profesionalisme polisi mengacu pada :
a. penggunaan pengetahuan dan keahlian dalam tugas
kepolisian berdasarkan pendidikan dan latihan berjangka panjang,
b. memberi layanan terbaik,
c. otonom,
d. memiliki lembaga kontrol atas kinerjanya,
e. memiliki organisasi profesi melalui asosiasi,
f. memiliki kode etik dan kebanggaan profesi;
g. profesi kepolisian sebagai pengabdian,
(26)
42
i. memiliki seperangkat ajaran yang dijadikan asas untuk
memberikan arah dan tujuan bagi kelangsungan hidup organisasinya.
Sedangkan akuntabilitas ditandai oleh kesediaan polisi menerima pengawasan atas wewenang yang diberikan. Tiga elemen akuntabilitas yang perlu diterapkan pada lembaga kepolisian:
1. Answeribilty, mengacu kepada kewajiban polisi memberikan informasi
dan penjelasan atas segala apa yang mereka lakukan,
2. Enforcement, mengacu kepada kemampuan polisi menerapkan sanksi
kepada pemegang kebijakan apabila mereka mangkir dari tugas tugas negara/publik,
3. Punishibility, mengacu kepada kesediaan polisi untuk menerima sanksi
bila mereka terbukti melanggar code of conduct atau tindak pidana.
Dengan demikian, Tujuan dari reformasi polisi adalah membentuk lembaga kepolisian untuk profesional dan bertanggung jawab atas tiap tindakan
yang diambil dan menghormati hak asasi manusia.33
33
(27)
43
E.Hasil Penelitian
E.1.Gambaran Tentang Struktur Organisasi Binmas Polres Salatiga
Berikut adalah gambaran tentang struktur organisasi Bhinmas, tugas pokok dan fungsi Sat Binmas Polres Salatiga :
STRUKTUR ORGANISASI SAT BINMAS POLRES SALATIGA
KAPOLRES WAKA POLRES
KASAT BINMAS
KAUR MINTU
KAUR BIN OPS
BANUM BAMIN
BANUM
KANIT BIN KAMSA KANIT BIN POLMAS KANIT BIN TIBMAS
BANIT BAMIN
IT BI
BAMIN BANIT
IN
BANIT BAMIN
BANIT
BANIT BANIT
BANIT BANIT
(28)
44
Adapun tugas pokok dan fungsi Sat Binmas adalah :
1. Sat Binmas bertugas melaksanakan pembinaan masyarakat yang meliputi
kegiatan penyuluhan masyarakat, pemberdayaan perpolisian masyarakat (polmas), melaksanakan koordinasi, pengawasan dan pembinaan terhadap bentuk-bentuk pengamanan swakarsa (pam swakarsa). Kepolisian khusus (polsus), serta kegiatan kerja sama dengan organisasi, lembaga, instansi, dan/atau tokoh masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat.
2. Dalam melaksanakan tugas Sat Binmas menyelenggarakan fungsi :
a. Pembinaan dan pengembangan bentuk-bentuk pengamanan
swakarsa dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Pengembangan peran serta masyarakat dalam pembinaan
keamanan, ketertiban dan perwujudan kerjasama polres dengan masyarakat;
c. Pembinaan dibidang ketertiban masyarakat terhadap komponen
masyarakat antara lain remaja, pemuda, wanita, dan anak;
d. Pembinaan teknis pengkoordinasian dan pengawasan Polsus serta
(29)
45
e. Pemberdayaan kegiatan polres yang meliputi pengembangan
kemitraan dan kerjasama antara polres dan masyarakat, organisasi, lembaga, instansi, dan/atau tokoh masyarakat.
3. Sat Binmas dipimpin oleh Kasat Binmas yang bertanggung jawab kepada
Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Wakapolres.
4. Kasat Binmas dalam melaksanakan tugas di bantu oleh :
a. Kaur Bin Ops
Urusan pembinaan oprasional (urbinopsral), yang bertugas melakukan pembinaan administrasi di bidang oprasional, ketertiban masyarakat, pam swakarsa dan polmas serta melaksanakan anev atas pelaksanaan tugas pembinaan masyarakat di lingkungan polres; dan
b. Ka Ur Mintu
Urusan administrasi dan katatausahaan (urmirtu), yang bertugas menyelenggarakan kegiatan administrasi dan ketatausahaan;
c. Kanit Bin Polmas
Unit Perpolisian Masyarakat (uniitbinpolmas), yang bertugas pembinaan dan mengembangkan kemampuan peran serta masyarakat melalui polmas dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
d. Kanit Bin Kamsa
Unit Pembinaan Ketertiban Masyarakat (Unitbintibmas), yang bertugas melakukan pembinaan dibidang ketertiban masyarakat
(30)
46
terhadap komponen masyarakat antara lain remaja, pemuda, wanita dan anak;
e. Kanit Bin Tibmas
Unit pembinaan keamanan masyarakat (unitbinkamsa), yang bertugas melakukan pembinaan dan mengembangkan bentuk-bentuk pam swakarsa dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap hukum dan ketentuan perundang-undangan serta melakukan pembinaan teknis, pengkoordinasian
dan pengawasan Polsus dan Satpam.34
E.2. Gambaran Tentang Kondisi Keamanan dan Ketertiban di Wilayah Hukum Polres Salatiga
Reformasi polisi merupakan bagian dari reformasi sektor keamanan.
Reformasi polisi didefinisikan sebagai trasformasi organisasi kepolisian agar lebih profesional dan akuntabel dalam memberikan pelayanan, tanggap dalam merespon ancaman, serta responsif dalam memahami kebutuhan masyarakat.
Kepolisian Resor Salatiga merupakan suatu lembaga hukum dan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka menciptakan situasi Kamtibams di wilayah kota Salatiga. Keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) merupakan suatu kebutuhan pokok manusia, baik sebagai perorangan maupun
34
(31)
47
sebagai kelompok. pengoptimalan potensi dari seluruh lapisan masyarakat sangat mendukung di dalam mengurangi niat dan kesempatan terjadinya kriminalitas.35
Situasi keamanan dan ketertiban kota Salatiga bisa dikatan cukup tinggi terhadap terjadinya potensi gangguan keamanan dan ketertiban terutama terhadap kejahatan yang meresahkan masyarakat, diantaranya currat, curras, curanmor, anirat, narkoba, penipuan.Potensi gangguan keamanan dan ketertiban masyarat terutama tindak kejahatan yang meresahkan masyarakat, dari hasil penelitian pada kurun waktu tahun 2012 s/d 2013 tergolong cukup tinggi pada tahun 2012 terjadi 179 kasus dan tahun 2013 terjadi 162 kasus
tindak kejahatan yang meresahkan masyarakat.36
Tabel.1.2 Data Tindak Pidana yang Meresahkan Masyarakat di Polres Salatiga
No.
Jenis Kejahatan yang Meresahkan Masyarakat
Tahun 2012/Kasus
Tahun 2013/Kasus
1. Currat 57 kasus 50 kasus
2. Curanmor 49 kasus 38 kasus
3. Narkoba 9 kasus 12 kasus
4. Anirrat 14 kasus 10 kasus
5. Curras 7 kasus 3 kasus
6. Perkosaan 3 kasus -
35
. Hasil Wawancara dengan AKP Andi Prasetyo Kasat Serse Polres Salatiga tanggal 7 Oktober 2013.
36
(32)
48
7. Penipuan 40 kasus 47 kasus
8. Pembunuhan - 2 kasus
Jumlah 179 162
Sumber : Data Sekunder Sat Reskrim Polres Salatiga.
Potensi terjadinya kejahatan atau gangguan kondisi keamanan dan ketertiban yang bisa dikatakan cukup tinggi dan menonjol adalah diwilayah
Polsek sidorejo37. Wilayah Polsek sidorejo rawan terhadap gangguan
keamanan dan ketertiban, hal ini disebabkan karena daerah ini kepadatan penduduk cukup tinggi, wilayah sekitar kampus dimana banyak terdapat kost dan rumah kontrakan mahasiswa yang terdiri dari beberapa etnis dan suku, adanya tempat hiburan karouke, kelengahan antara seorang atau perorangan untuk menjaga kepemilikan atas barang yang dimilikinya menjadi potensi
untuk terjadinya tindak kejahatan.38
Tabel.1.3 Data Kejahatan Meresahkan Masyarakat Wilayah Polsek Sidorejo.
No .
Wilayah Kelurahan
Jenis Kejahatan
Pencurian Curanmor Currat Penganiayaan Mirras Penggelapan Pengeroyokan
1. Pulutan - - 2 kasus - 1 kasus 1 kasus - 2. Blotongan - 1 kasus 2 kasus - - 2 kasus - 3. Sidorejo Lor 6 kasus 14 kasus 8 kasus 3 kasus 2 kasus 1 kasus 2 kasus 4. Salatiga 4 kasus 6 kasus 3 kasus 1 kasus 1 kasus 4 kasus - 5. Bugel - - 1 kasus 1 kasus - - - 6. Kauman Kidul - - 2 kasus 2 kasus 9 kasus - -
37 Hasil wawancara dengan AKP Andi Prasetyo Kasat Serse Polres Salatiga tanggal 7 Oktober 2013. 38
(33)
49
Jumlah 10 21 18 8 13 8 2
Total 80 Kasus
Sumber : Data Sekunder Sat Reskrim Polsek Sidorejo.
Berdasarkan data kejahatan yang meresahkan masyarakat di Polsek Sidorejo tercatat pada tahun 2013 tindak kejahatan yang terjadi di wilayah Polsek Sidorejo sebanyak 80 kasus tindak kejahatan yang terdiri dari pencurian 10 kasus, curanmor 21 kasus, currat 18 kasus, penganiayaan 8 kasus, miras 13
kasus, penggelapan 8 kasus dan pengeroyokan 2 kasus.39
Dari data kejahatan menunjukan bahwa wilayah Polsek Sidorejo termasuk daerah rawan terhadap potensi tindak kejahatan khususnya diwilayah Kelurahan Sidorejo lor dan Kelurahan Salatiga.
Tindak kejahatan yang paling menonjol di Kelurahan Sidorejo lor adalah curanmor, jambret, dan perkelahian atau penganiayaan yang terjadi di kawasan tempat hiburan karouke di wilayah sari rejo. Faktor yang mempengaruhi terjadinya potensi gangguan kantibmas di wilayah Kelurahan Sidorejo lor diantaranya kurang kesadaran untuk menjaga barang yang dimilikinya, parkir kendaraan bermotor tidak pada tempatnya serta kelengahan pemilik kendaraan menempatkan bukan pada tempat semestinya.
Wilayah Kelurahan Salatiga juga termasuk sebagai kawasan yang berpotensi cukup besar terhadap gangguan kamtibmas hal ini disebabkan
39
(34)
50
karena diwilayah ini kepadatan penduduk cukup padat, di wilayah kemiri sekitar kawasan kampus Universitas Kristen Satya Wacana potensi terjadinya tindak kejahatan cukup tinggi karena terdapat banyak tempat kost dan rumah kontrakan yang mayoritas di huni oleh pendatang yang terdiri dari beberapa etnis dan suku. Gangguan kamtibmas yang sering terjadi adalah curanmor, konflik antar etnis dan pencurian di kost dan rumah kontrakan.
Kurang kesadaran personal atau orang/pribadi terhadap kepemilikan atas barang atau harta bendanya yang memicu terjadinya tindak kejahatan. Kelengahan juga merupakan salah satu faktor yang sering terjadi sehingga terjadi tindak kejahatan serta terkadang kurang kepedulian orang sekitar untuk melakukan pencegahan terhadap potensi-potensi gangguan keamanan dan
ketertiban di wilayah sekitarnya.40
E.3. Gambaran Tentang Program Polmas di Wilayah Hukum Polres Salatiga
a) Gambaran Umum
Tujuan penerapan program perpolisian masyarakat adalah mencegah dan menangani kejahatan dengan cara mempelajari karakteristik maupun permasalahan yang ada dalam lingkungan tertentu. Sehingga hasil yang diproleh akan dianalisis dan dipecahkan secara bersama-sama, melalui kemitraan yang di bangun oleh masyarakat dan polisi.
40 Haisil Wawancara dengan Ipda Joko Iskandar Kanit Serse Polsek Sidorejo tanggal 24
(35)
51
Membangun serta membina rasa saling percaya adalah tujuan utama dalam membina kemitraan dengan masyarakat. Polisi dan masyarakat harus mempunyai keinginan bersama, polisi mengakui pentingnya makna kemitraan dan kerjasama dengan masyarakat serta keuntungan yang bisa diraih dari kerjasama tersebut. Sementara itu, masyarakat juga mengakui perlunya menciptakan kemitraan yang kuat dengan kepolisian untuk menciptakan wilayah yang aman, tertip, serta bebas dari rasa takut.
Gambaran umum tentang pelaksanaan polmas di Kota Salatiga, Skep Kapolres Salatiga No. Pol. : SKEP/08/III/2007/Res Sltg tanggal, 6 maret 2007 dengan membentuk dan Melantik serta memberdayakan FKPM di wilayah
hukum Polres Salatiga sebanyak 22 kelurahan. Pelaksanaan program
perpolisian masyarakat Polres Salatiga dilaksanakan oleh satuan Bina Masyarakat/Sat Binmas dan pelaksanaan di bawahnya seperti unit polmas pada
tingkat polsek dan Bhabin Kamtibmas pada tingkat kelurahan. 41
Membangun kemitraan dengan masyarakat yang meliputi komunikasi berbasis kepedulian, konsultasi, pemberian informasi, dan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan situasi aman, tertib, dan tentram. Kegiatan yang dilakukan polmas wilayah salatiga antaralain adalah menerima serta merespon terhadap laporan maupun pengaduan masyarakat tentang yang berkaitan dengan masalah-masalah kamtibmas di wilayah salatiga.
41 Berdasarkan Data Sekunder yang di Proleh dari Sat Binmas Polres Salatiga tanggal 21
(36)
52
Dalam penerapan polmas Polres Salatiga juga menerapkan program Quick Wins yang merupakan suatu program fungsi deteksi yang dikembangkan sesuai dengan kondisi wilayah agar tercapainya kemitraan antara polisi dengan masyarakat sehingga tumbuh kepercayaan masyarakat terhadap institusi polri.
Quick wins merupakan Program Akselerasi dan Transformasi Polri dalam rangka membenahi Polri sesuai dengan tugas pokok, peran, dan fungsinya. dengan tujuan meningkatkan kepercayaan dan kecintaan publik (masyarakat) kepada institusi Polri, dengan sasaran merubah pola pikir dan budaya kerja dan manajemen Polri yang dilaksanakan oleh para pejabat pengambil keputusan di tingkat pusat samapai dengan satuan wilayah dan para pelaksana di lapangan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Quick wins Polri juga dapat di artikan sebagai peningkatan pelayanan publik oleh Polri kepada masyarakat dalam bentuk Quick response, yaitu merespons secara cepat dan tanggap terhadap setiap permasalahan yang terjadi dalam masyarakat dan “zero complain” yaitu meminimalisasi keluhan masyarakat terhadap Polri.
Hubungan penerapan Polmas dengan program Quick Wins adalah prpogram Quick Wins mendukung terhadap program polmas dengan sama-sama mengedepankan untuk senantiasa memperbaiki dan menjaga hubungan antara polisi dengan warga masyarakat sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing. Hubungan polisi dengan warga masyarakat dibangun melalui komunikasi dimana polisi bisa menggunakan dengan kata hati dan pikirannya untuk memahami berbagai masalah sosial yang terjadi maupun dalam
(37)
53
membahas masalah yang bersifat lokal dan adat istiadat masyarakat suku bangsa setempat.
Sebagaimana yang menjadi salah satu kriteria dari polisi sipil (polmas) dikaitkan dengan program Quick Wins, yang bertujuan Meningkatkan Kepercayaan dan Kecintaan Publik ( Masyarakat ) Kepada Institusi Polri dalam waktu cepat.
Untuk berjalannya program Quicks Wins maka perlu adanya program-program yang harus disusun dan dilaksanakan demi tercapainya maksud dan tujuan dari program Quicks Wins. Program-program quicks wins polres
salatiga di antaranya :42
1) Pengamanan aktifitas pagi.
2) Kumpul malam.
3) Patroli malam.
4) Curve rumah ibadah.
5) Program rumah aman.
Kegiatan yang dilakukan dalam penerapan polmas di wilayah salatiga antaralain ; mengadakan pertemuan antara polisi dengan masyarakat dan FKPM, mengadakan pelayanan kantibmas keliling dan forum sillaturrahmi kantibmas yang berkoordinasi dengan (Pemuka Agama, tokoh masyarakat,
42
(38)
54
pemuda, Perangkat Desa dll). Demi terciptanya situasi kantibmas yang
kondusif.43
Untuk pelaksanaan FKPM Aiptu Triwibowo selaku Kanit Bin Polmas Polres Salatiga mengemukakan saat ini sudah berjalan cukup baik, orang (Personal) telah memahami dan melaksanakan sesuai dengan nafas polmas serta telah memahami dan mengetahui terhadap pemahaman menganai tindak pidana seperti apa yang dapat di tangani sesuai dengan kewenangan polmas.
Program FKPM yang dilakukan antaralain ; memberikan kesadaran hukum kepada masyarakat, menyelesaikan masalah ringan baik tingkat RT/RW seperti perkelahian dibawah umur, buang sampah disembarang tempat, mengganggu pejalan kaki, para pelaku mirras dll. Serta menciptakan stabilitas suasana keamanan dan ketertiban masyarakat.
FKPM Kota Salatiga selain melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan operasionalisasi polmas juga mendorong fungsinya pranata polmas untuk menyelesaikan setiap permasalahan gangguan keamanan dan
ketertiban masyarakat sesuai dengan kewenangannya. 44
Secara terus menerus melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan warga masyarakat dari aspek ketertiban dan keamanan dan
43
Hasil wawancara dengan Aiptu Triwibowo Kanit Bin Polmas Polres Salatiga tanggal 11 Maret 2014.
44 Hasil wawancara dengan Aiptu Triwibowo Kanit Bin Polmas Polres Salatiga tanggal 11
(39)
55
menampung baik keluhan maupun pengaduan masyarakat yang berkaitan dengan masalah kejahatan dan atau pelanggaran serta membahasnya bersama untuk mencari jalan keluarnya.
b) Gambaran Khusus
Perpolisian masyarakat berupaya untuk menegaskan kembali bahwa tugas pokok polisi adalah mencegah kejahatan dan ketidaktertiban. Keterlibatan masyarakat dalam upaya polisi menangani masalah-masalah dilingkungannya memberikan dampak signifikan terhadap hasil yang dicapai.
Keberhasilan dalam mencegah kejahatan tergantung pada kerjasama polisi dengan masyarakat bukan hanya bergantung pada satu pihak saja. Oleh sebab itu, masyarakat belajar mengenai soal-soal yang dapat mereka lakukan bagi diri mereka maupun lingkungannya.
Pemahaman atas potensi keuntungan yang bisa didapat akan membuat masyarakat tergerak untuk berperan penting sebagai mitra polisi. Masyarakat akan lebih antusias bekerjasama dengan polisi dalam mencegah dan memecahkan masalah kejahatan, rasa takut, dan ketidak tertiban dalam masyarakat.
Untuk penerapan program polmas di wilayah sidorejo dimana diwilayah ini merupakan daerah yang rawan terhadap potensi terjadinya gangguan kantibmas berupa tindak kejahatan yang meresahkan masyarakat diantaranya ;
(40)
56
pencurian, curanmor, currat, penganiayaan, miras, penggelapan dan pengeroyokan.
Hasil wawancara dengan Bhinmas Polsek Sidorejo salah satu bentuk pencegahan terhadap potensi terjadinya gangguan kamtibmas di wilayah Polsek Sidorejo, Bhabin Kamtibmas Polsek Sidorejo melakukan pendekatan terhadap warga masyarakat setempat untuk memberi penyuluhan mengenai antisipasi dan menanggulai gangguan kantibmas serta mengajak, mendorong, mengarahkan dan membina masyarakat untuk berperan aktif menjaga dan mencegah agar tidak terjadi gangguan kantibmas. Selain memberikan penyuluhan kepada masyarakat melalui program program kunjung warga, polsek sidorejo melakukan program-program lain diantaranya ; berangkul berteman, memberikan arahan secara langsung kepada masyarakat, patroli multi fungsi, serta membirikan himbaun dengan memasang sepanduk yang sifatnya himbauan dan antisipasi terhadap tindak kejahatan di beberapa tempat
yang di anggap rawan terjadinya potensi gangguan kamtibmas. 45
Untuk kelurahan sidorejo Bhabin Kamtibmas melakukan antisipasi terjadinya gangguan kantibmas dengan melakukan beberapa bentuk pencegahan yang sifatnya himbauan diantaranya selain memasang sepanduk-sepanduk peringatan di tempat yang di anggap rawan dan pembagian setiker kepada RT/RW yang intinya memberikan himbauan tentang keaman dan ketertiban.
45
(41)
57
Untuk penerapan program perpolisian masyarakat di wilayah Polsek Sidorejo yang terbagi menjadi beberapa kelurahan yang merupakan sering terjadinya potensi gangguan kamtibmas di antaranya adalah :
a. Kelurahan Sidorejo Lor
Penerapan program perpolisian masyarakat di kelurahan sidorejo lor meskipun berjalan namun tidak optimal karena masih tingginya potensi terjadinya kejahatan, hal ini terlihat dari data kejahatan yang meresahkan masyarakat pada tahun 2013 diantaranya : curranmor 14 kasus, currat 8 kasus, mirras 2 kasus, penggelapan 1 kasus dan pengeroyokan 2 kasus.
Kurangnya partisipasi masyarakat kelurahan sidorejo lor dalam upaya pencegahan gangguan kamtibmas dan keberanian dari warga untuk berdialog dengan polisi serta masyarakat kurang menyadari akan peran dan tanggung jawabnya dalam mencegah dan mendeteksi terhadap terjadinya gangguan kamtibmas di lingkungannya. Beberapa faktor inilah yang menyebabkan masih tingginya tindak kejahatan masyarakat di wilayah sidorejo lor.
Pelaksanaan program perpolisian masyarakat di wilayah kelurahan sidorejo diantaranya dengan menjalin kemitraan antara polisi dan masyarakat baik dalam hal komunikasi, konsultasi, dan pemberian informasi dan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk terciptanya situasi keamanan dan ketertiban
(42)
58
yang kondusif yang melibatkan bhabin kamtibmas, tokoh masyarakat, pemuda, paguyuban pemilik tempat karouke dan masyarakat.
Untuk menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan hiburan karouke di wilayah sari rejo, paguyuban pemilik usaha karouke berinisiatif membentuk satuan keamanan yang berkoordinasi dengan bhabin kamtibmas kelurahan sidorejo lor. Satuan keamanan yang beranggotakan enam orang bertugas untuk melakukan patroli keliling di sekitar tempat hiburan karouke untuk mengawasi
situasi dan kondisi kamtibmas di wilayah tersebut. 46
Jika terjadinya gangguan kamtibmas atau potensi terhadap tindak kejahatan maka langsung berkoordinasi dengan bhabin kamtibmas sidorejo lor dan langsung melaporkan ke polsek sidorejo upaya ini dilakukan untuk menjaga keamanan serta menjaga situasi kamtibmas yang kondusif di wilayah sari rejo. Inisiatif dari masyarakat memang dibutuhkan oleh polisi. Namun, harus disadari bahwa inisiatif yang dimaksud harus berkaitan dengan kejahatan dan maslalah-masalah yang berhubungan dengan tugas perpolisian.
Untuk menciptakan upaya pencegahan terjadinya tindak kejahatan yang meresahkan masyarakat di wilayah Kelurahan Sidorejo Lor dalam pelaksanaan program perpolisian masyarakat Aiptu Sutarjo selaku Bhabin kamtibmas melakukan kegiatan pencegahan, bentuk pencegahan yang dilakukan diantanya memberikan himbauan secara langsung dan tertulis dengan meletakkan
46 Hasil Wawancara dengan Aiptu Sutarjo Bhabin Kamtibmas Kelurahan Sidorejo Lor
(43)
59
sepanduk-sepanduk peringatan di wilayah yang dianggap rawan dan menugaskan beberapa anggota kepolisian untuk memantau situasi di daerah rawan terhadap gangguan kamtibmas.
Aiptu Sutarjo selaku bhabin kamtibmas kelurahan sidorejo lor juga menghadiri pertemuan RT di masing-masing RW untuk melakukan sosialisasi kantibmas maupun merespon terhadap keluhan warga tentang gangguan kamtibmas di wilayahnya, selain itu Bhabin Kamtibmas melakukan sambang kepada tokoh masyarakat yang pada intinya memberikan pesan kamtibmas serta mendengar keluhan dan masukan terhadap kondisi kamtibmas diwilayahnya. Pemberian serta penyampain informasi dan penyuluhan dapat menjadi alternatif yang dilakukan anggota bhabin kamtibmas kelurahan sidorejo lor. Aktivitas ini diharapkan untuk dapat menyebarkan informasi kepada masyarakat tentang kejahatan dan perlunya langkah-langkah pencegahan serta tindak pengamanan.
Kegiatan lain yang dilakukan adalah patroli yang dilakukan bhabin kamtibmas wilayah kelurahan sidorejo lor tidak hanya melakukan patroli dengan mobil yang merupakan salah satu metode untuk memberikan pelayanan kepolisian untuk mencegah tejadinya tindak kejahatan tetapi juga melakukan patroli dengan sepeda motor bahkan melakukan jalan kaki di tempat-tempat tertentu dengan tujuan untuk bisa lebih dekat dengan masyarakat untuk memberantas kejahatan secara efektif tergantung pada pengenalan bentuk akar permasalahannya.
(44)
60
Dalam melaksanakan pembinaan masyarakat, Bhabin kamtibmas Kelurahan Sidorejo Lor diantanya adalah melaksanakan pembinaan masyarakat meliputi kegiatan pemberdayaan polmas, ketertiban masyarakat dan kegiatan koordinasi dengan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa serta kegiatan kerjasama dalam memelihara kamtibmas yang berkoordinasi dengan FKPM, tokoh masyarakat, dan pemuda untuk meninjau langsung terhadap potensi
terjadinya gangguan kamtibmas.47
Bapak Bintara selaku ketua FKPM kelurahan sidorejo lor mengemukakan bahwa penerapan program perpolisian masyarakat cukup positif pada awal pembentukannya, adanya program polmas maka permasalahan-permasalahan yang bersifat ringan bisa diselesaikan dengan cara musyawarah untuk mencari jalan keluar terhadap permasalahan yang terjadi di masyarakat dengan mencari
jalan keluar yang disepakati bersama tanpa merugikan salah satu pihak.48
Dalam penyelenggaraan program polmas sudah jelas tidak hanya bekerja sendiri, namun membutuhkan kerjasama baik dari unsur Polisi dan masyarakat, namun pada kenyataannya setelah berjalan beberapa tahun program perpolisian di wilayah kelurahan sidorejo lor fakum dengan berbagai faktor.
b. Kelurahan Salatiga
47
Hasil Wawancara dengan Aiptu Sutarjo Bhabin Kamtibmas Kelurahan Sidorejo Lor tanggal 26 Maret 2014.
48 Hasil wawancara dengan Bpk. Bintara ketua FKPM Kelurahan Sidorejo Lor tanggal 29
(45)
61
Penerapan program perpolisian di Kelurahan salatiga berjalan namun tidak optimal, hal ini terbukti kelurahan salatiga termasuk wilayah yang potensi gangguan kamtibmas cukup tinggi hal ini terlihat dari data kejahatan polsek sidorejo yang meresahkan masyarakat pada tahun 2013, pencurian 4 kasus, curranmor 6 kasus, currat 8 kasus, penganiayaan 3 kasus, mirras 2 kasus, dan penggelapan 4 kasus.
Antisipasi yang dilakukan bhabin kamtibmas untuk menciptakan situasi keamanan dan ketertiban di wilayah kelurahan salatiga dengan melakukan patroli di jam-jam yang di anggap rawan sekitar jam 18.00 s/d 22.00 WIB serta memberikan himbaun langsung kepada warga untuk selalu waspada dan pengawasan di sekitar lingkungannya, pemasangan sepanduk-sepanduk peringatan di wilayah yang di anggap rawan terjadinya potensi kejahatan dan penyebaran kartu nama bhabin kantibmas kepada masyarakat dengan tujuan jika ada terjadinya gangguan kamtibmas maka akan langsung menghubungi
anggota Bhabin kamtibmas.49
Aipda Darsono dan Bripka Budi selaku bhabin kamtibmas wilayah kelurahan salatiga selalu berkoordinasi kepada RT/RW dengan melakukan pembinaan yang meliputi penyuluhan dan pembinaan terhadap bentuk pengamanan di wilayah Kelurahan Salatiga, serta kunjungan di lakukan untuk
49 Hasil wawancara dengan Aipda Darsono Bhabin Kamtibmas Kelurahan Salatiga tanggal
(46)
62
menanyakan situasi kamtibmas serta mendengar keluhan dan masukan terhadap kondisi kamtibmas di lingkungan setempat.
Untuk menciptakan situasi kamtibmas Bhabin kamtibmas Kelurahan Salatiga melakukan pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyebarkan informasi kamtibmas dalam rangka menciptakan situasi kamtibmas yang kondusif. Upaya yang dilakukan dengan menyambangi masyarakat secara langsung dengan memberikan kartu nama anggota Bhabin kamtibmas upaya ini dilakukan dengan maksud dan tujuan jika terjadinya gangguan kamtibmas masyarakat dapat langsung menghubungi anggota Bhabin kamtibmas.
Peran yang dilakukan masyarakat kelurahan salatiga untuk menjaga keamanan dan ketertiban dengan mengoptimalkan siskamling. Selain pengoptimalan siskamling warga kemiri khususnya melakukan patroli baik pengawasan dan melakukan kunjungan ke kost atau rumah kontrakan untuk melihat kondisi di jam-jam malam yang melibatkan waga RT/RW sebagai
salah satu bentuk antisipasi terhadap gangguan kamtibmas.50
Penerapan polmas tidak terlepas dari forum kemitraan polisi masyarakat (FKPM) karena untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan operasionalisasi polmas dan mendorong pranata polmas dalam menyelesaikan
50
(47)
63
setiap permasalahan gangguan keamanan dan ketertiban yang terjadi dari masyarakat setempat.
Pada awalnya program ini di bentuk masyarakat merasakan hal positif, masyarakat merasa terbantu karna dapat menyelesaikan masalah yang sifatnya ringan dengan cara musyawarah dan mufakat bersifat kekeluargaan tanpa harus keranah hukum. Namun seiring perjalanannya program ini terhambat oleh beberapa faktor di antaranya adalah mengenai pendanaan untuk forum kemitraan polisi masyarakat FKPM dan anggota FKPM terbentur oleh masalah waktu karena di sibukkan dengan pekerjaan utamanya masing-masing seperti ketua FKPM kelurahan salatiga Bpk. Ismail Djunaedi yang pekerjaan utamnya sebagai kepala sekolah, selain itu mengenai sarana dan prasarana yang belum
memadai.51
Bpk. Ismail Djunaedi selaku ketua FKPM kelurahan salatiga mengeluhkan tentang penerapan program perpolisian masyarakat, karena di anggap hanya di bentuk tapi tidak ada kelanjutannya dan setiap pergantian pimpinan polisi maka akan ganti kebijakan. Sebagai harapan kedepannya menginginkan untuk program perpolisian tetap berjalan dengan melengkapi sarana dan prasarana serta program perpolisian masyarakat lebih jelas.
c. Kelurahan Pulutan
51 Hasil Wawancara dengan Bpk. Ismail Djunaedi Ketua FKPM Kelurahan Salatiga tanggal
(48)
64
Wilayah kelurahan pulutun yang menjadi percontohan program perpolisian masyarakat di kota salatiga, merupakan bentuk keberhasilan program perpolisian masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antaralain ; ronda pos kamling, pam swakarsa, pengaturan lalulintas yang dilakukan oleh pemuda pada aktifitas pasar minggu pagi dan pengelolaan parkir di jalan lingkar salatiga, serta melakukan pencegahan dan mengantisipasi gangguan kantibmas. Forum kemitraan polisi dan masyarakat diwilayah ini juga berjalan cukup baik yang selalu berkoordinasi dengan babinkantimas di wilayah kelurahan pulutan untuk mengatasi permasalahan gangguan kantibmas dan
masalah sosial lainnya.52
Dengan adanya program perpolisian masyarakat Bapak Kamami selaku tokoh masyarakat pulututan mengemukakan bahwa sangat membantu masyarakat dalam hal memecahkan permasalahan baik situasi kamtibmas maupun permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat lewat jalur FKPM, beliau juga dilibatkan secara langsung untuk diminta pertimbangan yang
bersifat musyawarah jika terjadi permasalahan di lingkungan masyarakat.53
FKPM wilayah kelurahan pulutan aktif untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan operasionalisasi polmas serta mendorong fungsinya pranata polmas dalam rangka menyelesaikan setiap permasalahan
52
Hasil wawancara dengan Aiptu Darsono bhabin Kamtibmas kelurahan Pulutan tanggal 9 April 2014.
53 Hasil wawancara dengan Bpk. Kamami tokoh masyarakat Kelurahan Pulutan tanggal
(49)
65
gangguan keamanan dan ketertiban yang terjadi dan atau bersumber dari masyarakat setempat.
Menampung keluhan dan pengaduan dari masyarakat yang berkaitan dengan masalah kejahatan atau pelanggaran dan masalah kepolisian pada umumnya serta membahasnya bersama petugas polmas untuk mencari jalan keluarnya, selain itu FKPM wilayah kelurahan pulutan memantau pelaksanaan kegiatan warga dari aspek ketertiban termasuk gangguan kamtibmas pada wilayah-wilayah tetangga atau warga.
Forum kemitraan polisi dan masyrarakat yang diketuai oleh H. Muhammad Syafi’i dan sebagai wakil ketua Aiptu Darsono yang juga selaku Bhabin Kamtibmas diwilayah kelurahan pulutan mengemukakan bahwa keberhasilan program perpolisian masyarakat harus ada kerjasama dari semua pihak dan seluruh lapisan masyarakat dan lembaga lain diantaranya ; lembaga pemberdayaan masyarakat kelurahan (LPMK), kelurahan siaga (KELSI), dan pekerja sosial masyarakat (PSM) demi terciptanya situasi kantibmas yang kondusif tidak hanya masalah keamanan saja tetapi permaslahan-permasalahan
sosial yang terjadi di masyarakat.54
Hasil wawancara dengan H. Muh Syafi’i selaku ketua FKPM kelurahan pulutan : Beliau mengemukakan situasi sebelum berjalannya program perpolisian masyarakat dimana kesadaraan serta ketaatan masyarat terhadap
54 Hasil wawancara dengan Aiptu Darsono Bhabin Kamtibmas Kelurahan Pulutan tanggal
(50)
66
hukum masih kurang, menganggap polisi momok yang menakutkan, masih banyak kriminalitas yang terjadi seperti perkelahian antara warga, pencurian, banyak pemuda minum-minuman keras di temapat umum dan kurangnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan untuk menjaga keamanan dan
ketertiban.55
Untuk menciptakan situasi kantibmas FKPM kelurahan pulutan melakukan sosialisasi diantaranya melalui forum pertemuan RT/RW, sarasehan dan pengajian melakukan diskusi permasalahan yang terjadi di lingkup masyarakat, sosialisasi terorisme, kekerasan dalam rumah tangga dan perlindungan anak dengan melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat serta kaum perempuan.
Forum kemitraan polisi dan masyarakat (FKPM) di wilayah pulutan malakukan pertemuan setidaknya dua kali dalam sebulan guna membahas masalah keamanan dan permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat.
Sebagai contoh kegiatan yang dilakukan oleh FKPM diwilayah kelurahan pulutan antara lain :
a) Sumber informasi kejadian : telephone
55
(51)
67
Permasalahan yang terjadi : pada hari senin 10 maret 2014 pukul 16.45 Wib. Bhabin kamtibmas di telphone oleh ketua RT 04 RW 01 bahwa ada orang yang tidak dikenal tinggal di mushola Al-Huda RT 04 RW 01 selama tiga hari tanpa ijin kepada RT maupun warga. Sehingga
keberadaan orang tersebut mengganggu ketentraman dan
menimbulakan kecemasan warga RT 04 RW 01 karena dikawatirkan sebagai kelompok penyebar ajaran Islam garis keras atau teroris. Tindakan yang diambil : pada hari itu juga pukul 18.20 wib Bhabin kamtibmas mendatangi mushola Al-Huda bersama ketua RT untuk menemui orang tersebut dan mendapatkan keterangan bertujuan untuk mencari pekerjaan dan menyebarkan ajaran agama islam dan mendata identitas orang tersebut. Kemudian Bhabin Kamtibmas dan ketua RT meminta orang tersebut untuk tidak menginap di mushola Al-Huda. Masyarakatpun merasa senang dan merasa nyaman setelah orang tersebut meninggalkan mushola Al-Huda.
b) Sumber informasi kejadian : pengaduan
Permasalahan yang terjadi : perkelahian pelajar, pemukulan / penganiaayaan Pasal 351 KUHP yang dilakukan pihak I kepada pihak II pada hari selasa 31 juli 2012 jam 19.00 WIB, TKP di jalan krompakan RT 3/ RW 4 Kel. Pulutan.
Pihak I
Nama : Wahyu Kritiawan
(52)
68
Agama : kristen
Alamat : Karang kepoh I RT 2 RW 1 Tegalrejo Salatiga
Pekerjaan : Pelajar
Pihak II
Nama : Dicky Muhammad Shaleh
Tempat/Tgl.lahir : Salatiga, 20 Agustus 1995
Agama : Islam
Alamat : Krompakan RT 3 RW 4 Pulutan Salatiga
Pekerjaan : Pelajar
Tindakan yang diambil : pada hari kamis, 2 agustus 2012 jam 11.00 WIB kedua belah pihak di pertemukan di mapolsek sidorejo salatiga untuk membuat surat kesepakatan yang di hadiri pihak I, pihak II, saksi Ibu Sutiyah (Ibu kandung pihak I), saksi Bapak Rejo (Bapak kandung pihak II), Ketua FKPM H. Muhamad Safi’i dan Bhabin kamtibmas Aiptu Darsono. Pada pertemuan yang dilakukan di mapolsek sidorejo kedua belah pihak bersepakat untuk melakukan perdamaian yang isi kesepakatan tersebut pihak I berjanji tidak akan mengulangi terhadap perbuatannya kepada pihak II atau yang lain dan berniat untuk meminta maaf kepada pihak II dan pihak II berjanji tidak akan menyimpan rasa dendam dan akan memaafkan kepada pihak I dan mau mencabut berkas tuntutan dengan catatan biaya administrasi di tanggung pihak I serta surat pernyataan tersebut di tandatangani oleh
(53)
69
kedua belah pihak yang di saksikan orang tua masing-masing pihak, ketua FKPM dan Bhabin kamtibmas.
c) Sumber informasi kejadian : pengaduan
Permasalahan yang terjadi : pemukulan yang dilakukan pihak II kepada pihak I karena pihak I mengatakan dengan kata-kata yang tidak pantas pada pihak II pada hari senin 21 januari 2013 jam 15.30 WIB. Pihak I
Nama : Slamet Riyadi
Tempat/tgl.Lahir : Salatiga, 21 April 1992
Agama : Islam
Alamat : RT 05 RW 05 Pulutan
Pekerjaan : Buruh Harian Lepas
Pihak II
Nama : Fahroni
Tempat/tgl.Lahir : Kab. Semarang, 14 Juni 1974
Agama : Islam
Alamat : RT 05 RW 05
Pekerjaan : Pedagang
Tindakan yang diambil : pada hari senin, 21 Januari 2013 jam 19.00 WIB kedua belah pihak di pertemukan di mapolsek sidorejo untuk membuat surat kesepakatan bersama yang dihadiri pihak I, pihak II, saksi Bapak Muslih ketua RW 5 ngablak pulutan, saksi Bapak H.
(54)
70
Abdurrohim selaku tokoh agama, ketua FKPM dan bhabin kamtibmas. Kedua belah pihak atas kehendak bersama tanpa tekanan dari siapapun berniat baik dan mengadakan kesepakatan bersama sebagai berikut :
1. Terjadinya kasus kata-kata yang tidak pantas oleh pihak I kepada
pihak II dan pemukulan oleh pihak II pada pihak I pada hari senin, tanggal 21 Januari 2013 lebih kurang jam 15.30 WIB diwilayah RT 05 RW 05 ngablak pulutan sepakat diselesaikan secara kekeluargaan.
2. Kedua belah pihak saling maaf memaafkan, karena kejadian
tersenbut akibat kesalah pahaman.
3. Kedua belah pihak menyatakan masalah tersebut telah selesai dan
menyatakan tidak saling dendam dan menuntut.
4. Pihak pertama dan kedua menyatakan tidak akan mengulangi
kejadian tersebut.
5. Pihak pertama dan kedua menyatakan rukun kembali.
Demikian isi surat kesepakatan bersama yang dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak di hadapan para saksi, ketua FKPM pulutan dan Bhabin kamtibmas.
Selain beberapa contoh diatas, di wilayah kelurahan Pulutan termasuk kawasan rawan gangguan ketertiban masyarakat dimana kawasan ini sering terjadi balapan liar yang dilakukan oleh para pemuda yang mereasahkan masyarakat sekitar.
(55)
71
Bentuk pencegahan dan antisipasi kini masyararakat selalu melakukan siskamling serta keikut sertaan karang taruna yang aktif untuk memberikan informasi kepada kepolisian ketika adanya balapan liar. adanya kerjasama yang sinergis antara polisi, tokoh masyarakat, FKPM dan dinas terkait maka peluang untuk terciptanya situasi kantibmas yang aman maka akan tercapai.
F. Analisis
F.1. Bentuk Pelaksanaan Program Perpolisian Masyarakat di Wilayah Hukum Polres Salatiga
Program Polmas pada hakekatnya adalah bagaimana masyarakat dan polisi dapat menyelesaikan dan memecahkan permasalahan kamtibmas yang ada atau terjadi di wilayahnya. Untuk menyeragamkan persepsi itu, maka dikeluarkanlah kebijakan Kapolri melalui Surat Keputusan Kapolri No. Pol.Skep / 737 / X / 2005 tanggal 13 Oktober 2005 Tentang Kebijakan dan Strategi Penerapan Model Perpolisian Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri, dan Surat Keputusan Kapolri No. Pol. Skep 434/VII/ 2005 tanggal 11 Juli 2006 tentang Panduan Pembentukan dan Operasionalisasi Perpolisian Masyarakat, yang kemudian disempurnakan melalui Peraturan Kapolri No. 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Dasar Strategi dan Implementasi Polmas dalam Penyelenggaran Tugas Polri.
Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan,
(56)
72
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia (Pasal 4 UU No.2 tahun 2002).
Penerepan program perpolisian masyarakat, Polres Salatiga melaksanakan program diantaranya adalah :
1. Membangun Kemitraan
Membangun kemitraan dengan masyarakat merupakan upaya yang di lakukan Polres Salatiga untuk mendekatkan diri kepada masyarakat dengan membangun komunikasi kemitraan yang melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda serta badan atau aparat terkait untuk memecahkan masalah sosial dengan tujuan mewujudkan situasi kamtibmas yang kondusif. Dengan membangun kemitraan dengan masyarakat yakni membagun segala sesuatu yang sinergi dengan potensi masyarakat meliputi komunikasi berbasis kepudilian, konsultasi, pemberian informasi dan berbagai kegiatan lainnya demi terciptanya tujuan masyarakat yang aman, tertib dan tentram.
Dalam mengartikan keamanan dan ketertiban masyarakat R. Abdussalam
dalam bukunya “Penegakan Hukum di Lapangan Oleh Polri” memberi arti,
bahwa keamanan dan ketertiban adalah keadaan bebas dari kerusakan atau kehancuran yang mengancam keseluruhan atau perorangan dan memberikan rasa bebas dari ketakutan atau kekhawatiran sehingga ada kepastian dan rasa kepastian dari jaminan segala kepentingan atau suatu keadaan yang bebas dari pelanggaran norma-norma hukum.
(57)
73
Sehingga demikian, keamanan masyarakat adalah kondisi masyarakat yang terbebas dari ancaman, gangguan, ketakutan dan resiko bahaya yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat baik secara lahiriah maupun batiniah. Kondisi ininah yang menjadi target tugas polisi, baik sebagai fungsi maupun sebagai lembaga.
Upaya membangun kemitraan polisi dengan masyarakat di Kota salatiga tidak cukup efektif untuk menekan jumlah tingkat kejahatan yang meresahkan masyarakat hal ini terlihat masih banyaknya kasus kejahatan yang meresahkan masyarakat yaitu pencurian, curranmor, currat, serta penganiayaan yang terjadi di wilayah hukum Polsek Sidorejo.
Perpolisian masyarakat akan berorientasi pada pencegahan kejahatan dan mengutamakan kemitraan dengan masyarakat. Namun, kurangnya kesadaran dan keterlibatan masyarakat Kota Salatiga dalam mengontrol, memberikan masukan, serta memberikan dukungan kepada polisi, menandakan kurangnya hubungan yang sinergis antara polisi dengan masyarakat. Untuk kemitraan polisi dan masyarakat di kota salatiga dirasakan tidak berjalan dengan optimal, faktor ketidak optimalan kemitraan antara polisi dan masyarakat karena kurangnya koordinasi yang sinergis antara pihak kepolisian dengan masyarakat, masyarakat hanya membebankan baik penanganan maupun pencegahan kejahatan kepada pihak kepolisian.
(58)
74
Fokus yang substansial pada kejahatan, ketidaktentraman, dan ketidaktertiban merupakan suatu hal yang penting dalam konsep polmas. Polres
Salatiga berupaya melakukan pencegahan kejahatan dengan sistem Problem
Solving yang melibatkan masyarakat untuk bersama-sama melakukan
pencegahan dan mencari jalan keluar pemecahan masalah kamtibmas demi mewujudkan situasi keamanan dan ketertiban. Pemecahan masalah adalah satu dari dua komponen polmas. Tanpa pemecahan masalah, polmas tidak lebih dari sekedar hubungan masyarakat.
Untuk terciptanya situasi kantibmas yang kondusif tidak terlepas dari
pengamanan yang tumbuh langsung dari kesadaran masyarakat, kepedulian masyarakat dan Polisi, tokoh masyarakat, tokoh agama dan para pemuda yang tergabung dalam karang taruna yang ikut serta dalam siskamling. Polmas menciptakan pola hubungan dan peran baru antara polisi dan masyarakat. Tentu saja, dalam konteks ini kedua belah pihak melakukan perubahan besar. Polisi tidak dapat bekerja sendiri karenanya harus memanfaatkan sumber-sumber di dalam masyarakat, Polisi juga membuat keputusan bersama untuk memecahkan masalah dalam masyarakat.
Polmas adalah penyelenggara tugas kepolisian yang mendasari kepada
pemahaman bahwa untuk menciptakan kondisi aman dan tertib tidak mungkin dilakukan oleh Polri sepihak sebagai subjek dan masyarakat sebagai objek, melainkan harus dilakukan bersama oleh Polisi dan masyarakat dengan cara memberdayakan masyarakat melalui kemitraan Polisi dan warga masyarakat,
(59)
75
sehingga secara bersama-sama mampu mendeteksi gejala yang dapat menimbulkan permasalahan di masyarakat, mampu mendapatkan solusi untuk mengantisipasi permasalahannya dan mampu memelihara keamanan serta ketertiban di lingkungannya.
Pengemban polmas semua anggota kepolisian dari pangkat terendah hingga pangkat tertinggi, pelaksanaan program polmas dilakukan oleh Satuan Bina Masyarakat atau Sat Bhinmas dan pelaksana dibawahnya seperti unit polmas pada tingkat Polsek, dan Bhabin kamtibmas pada tingkat kelurahan.
Penerapan program perpolisian masyarakat tidak lepas dari peran dari anggota kepolisian khususnya Bhabin kamtibmas untuk mendorong serta menjalankan tugasnya selaku aparat penegak hukum dan masyarakat demi tercapainya program perpolisian masyarakat untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban dilingkungan masyarakat.
Demi terciptanya situasi keamanan dan ketertiban masyarakat maka dibentuknya forum kemitraan polisi dan masyarakat (FKPM) yang merupakan gabungan dari perwakilan-perwakilan dari berbagai unsur di masyarakat yang bekerja dan menetap di lingkunagan masyarakat, guna membantu tugas kepolisian dalam hal penanganan dan pencegahan tindakan kejahatan yang menggangu keamanan dan ketertiban masyarakat di lingkungan warga. dikeluarkannya Skep Kapolres Salatiga No. Pol. : SKEP/08/III/2007/ Res Salatiga. Tanggal, 06 Maret 2007 telah dilantik FKPM di wilayah hukum
(1)
85
masyarakat untuk bersama-sama mencegah terhadap potensi terjadinya kejahatan.
Ketika melihat adanya kegiatan-kegiatan yang mencurigakan atau kegiatan yang tidak biasa, seharusnya masyarakat segera memberi informasi kepada polisi sehingga dapat di lakukan penyelidikan oleh polisi, jika masyarakat mengenal lingkungannya maka akan lebih awas untuk memperhatikan situasi-situasi yang mencurigakan. Meskipun sistem keamanan lingkungan berjalan namun di rasakan tidak efektif karena salah satu faktornya adalah tidak semua warga mau ikut dalam kegiatan siskamling dengan alasan-alsan tertentu dan kesibukan pekerjaan masing-masing.
Kurang partisipasi dari masyarakat dalam menciptakan dan memelihara kamtibmas di lingkungan masing-masing dan kurang kesadaran dan kemauan masyarakat untuk bekerjasama dengan polisi, dalam mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi di lingkungannya maka masih sering terjadi gangguan kamtibmas di salatiga khususnya wilayah Polsek Sidorejo.
b. Faktor Personil Kepolisian
Satjipto Raharjodalam bukunya “Polisi Sipil dalam Perubahan Sosial di Indonesia” mengatakan bahwa Watak sipil menghendaki polisi dekat dengan rakyat atau masyarakat yang dilayaninya. Polisi yang berwatak sipil harus banyak berdialog dengan lingkungannya. Salah satu cara untuk mendekatkan
(2)
86
polisi kepada masyarakat yang menjadi lingkungannya adalah dengan membuatnya bertanggung jawab kepada masyarakat tempat dia bertugas.
Kurang optimalnya anggota polisi untuk melakukan sosialisasi baik dalamhal pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat dalam rangka penyebarluasan informasi kamtibmas dalam hal menciptakan situasi kamtibmas yang kondusif, serta anggota Kepolisian kurang efektif untuk melaksanakan sambang dan tatap muka baik dengan masyarakat langsung, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, serta masyarakat lainnya dalam upaya untuk mendapatkan informasi tentang sesuatu yang berkaitan dengan kamtibmas.
c. Institusi Kepolisian (POLRI)
Polri merupakan salah satu institusi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban dalam negeri, memiliki kewajiban untuk meyelenggarakan pemerintah yang baik (Good Governance) dalam pelaksanaan tugas sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat maupun sebagai aparat penegak hukum.
Polmas lahir disebabkan kesadaran para pimpinan kepolisian bahwa cara-cara pemolisian yang dilaksanakan selama ini tidak lagi efektif dalam menanggulangi kriminalitas dan Kamtibmas pada masyarakat saat ini. Program perpolisian masyarakat membangun dan membina rasa saling percaya dalam
(3)
87
membina kemitraan dengan masyarakat. Polisi mengakui pentingnya makna kemitraan dan kerjasama dengan masyarakat serta keuntungan yang bisa diraih dari kerjasama tersebut.
Kurang jumlah personil kepolisian di wilayah Polsek Sidorejo untuk memantau terhadap potensi-potensi terjadinya kejahatan, serta kurang optimalnya untuk melakukan pendekatan menjalin kemitraan dengan masyarakat langsung dalam upaya melakukan pencegahan kejahatan, serta kurangnya pembekalan pengetahuan tentang program perpolisian masyarakat inilah hal yang menjadi kurang optimal dalam penerapan program perpolisian masyarakat.
Program perpolisian masyarakat dalam penyelenggaraannya membutuhkan kerjasama dan dukungan dari berbagai kalangan termasuk unsur polri itu sendiri. Unsur polri bertanggung jawab untuk menyiapkan petugas polmas terutama dalam memberdayakan Bhabin kamtibmas yang sudah dilatih dan di angkat secara khusus untuk jabatan tersebut, menyiapkan peralatan/perlengkapan petugas polmas termasuk barang-barang bekal untuk administrasi, mengawasi dan mengarahkan operasionalisasi polmas dan paling utama adalah menyediakan atau menyalurkan dukungan anggaran petugas polmas untuk tunjangan khusus/fungsional dan operasionalisasi. tidak adanya anggaran untuk pelaksanaan program perpolisian, meskipun sempat ada pada awal pelaksanaan program namun tanpa ada alasan yang jelas memberhentikan dana untuk oprasional program perpolisian masyarakat. Selain faktor dana
(4)
88
institusi kepolisian membuat suatu program tanpa ada kelanjutan yang jelas dan setiap pergantian pimpinan polisi akan melakukan program baru dan meninggalkan program yang lama yang sudah di bentuk ini merupakan salah satu indikasi kurang optimalnya penerapan program perpolisian masyarakat.
d. Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM)
Forum kemitraan Polisi dan Masyarakat merupakan gabungan dari perwakilan-perwakilan dari berbagai unsur di masyarakat yang bekerja dan menetap di lingkungan masyarakat berikut Kapolsek, Kanit-kanit dan petugas Babinkantibmas yang bertugas di Polsek. Tugas pokok FKPM adalah melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan operasionalisasi polmas dan mendorong fungsinya pranata polmas dalam rangka menyelesaikan setiap permasalahan gangguan keamanan dan ketertiban yang terjadi dan atau bersumber dari kehidupan masyarakat.
Forum kemitraan polisi dan masyarakat di Kelurahan Sidorejo Lor untuk akhir-akhir ini dikatakan pasif hal ini dikarenakan beberapa faktor diantaranya masalah anggota FKPM beberapa tidak aktif yang semula beranggotakan 10 orang kini hanya tinggal 7 orang, 2 orang meninggal dan 1 orang pindah dan tidak berdomisili di salatiga. Selain itu ketua FKPM mengeluhkan tentang tidak adanya dana operasional untuk menjalankan program polmas, pada awalnya kurun waktu 2 sampai 3 tahun penerapan program perpolisian masyarat sempat di berikan dana baik dari kepolisian dan pemerintah daerah.
(5)
89
Pada awalnya program perpolisian masyarakat dirasakan positif oleh ketua FKPM Sidorejo Lor, tidak aktifnya beberapa anggota FKPM, kurangnya koordinasi, tidak adanya infrastuktur yang memadai dan masalah anggaran menjadi faktor utama yang menjadi masalah tidak berjalannya program Perpolisian masyarakat sebagaimana yang diharapkan. tidak aktifnya FKPM Kelurahan Salatiga, dengan alasan mengenai pendanaan untuk forum kemitraan polisi masyarakat FKPM tidak ada dan anggota FKPM terbentur oleh masalah waktu karena di sibukkan dengan pekerjaan utamanya masing-masing seperti ketua FKPM kelurahan salatiga Bpk. Ismail Djunaedi yang pekerjaan utamnya sebagai kepala sekolah, selain itu mengenai sarana dan prasarana yang belum memadai.
Bpk. Ismail Djunaedi selaku ketua FKPM kelurahan salatiga mengeluhkan tentang penerapan program perpolisian masyarakat, karena di anggap hanya di bentuk tapi tidak ada kelanjutannya dan setiap pergantian pimpinan polisi maka akan ganti kebijakan. Sebagai harapan kedepannya menginginkan untuk program perpolisian tetap berjalan dengan melengkapi sarana dan prasarana serta program perpolisian masyarakat lebih jelas.
e. Faktor Kejahatan
Tidak dapat di pungkiri, memberantas kejahatan sulit selain susah untuk di deteksi kapan dan dimana akan terjadinya kejahatan apalagi untuk memberantas akar penyebab terjadinya kejahatan. di sinilah peran Polisi dan
(6)
90
masyarakat di tuntut untuk menjalin kemitraan yang aktif untuk bersama-sama melakukan pencegahan terjadinya potensi yang menyebabkan terjadinya kejahatan. Polisi dan masyarakat memiliki peran dan tangung jawab yang berbeda. Namun, kemitraan polisi dan masyarakat menyandarkan kedua belah pihak sebagai mitra yang sejajar dalam memberantas kejahatan. Kekuatan dari kemitraan akan menentukan berhasil yang dicapai. Hal ini bukan merupakan pekerjaan yang harus dilakukan dari atas tetapi merupakan pendekatan dari bawah yang dimulai dari pribadi masing-masing pihak.
Dalam penyelenggaraan program polmas sudah jelas tidak hanya bekerja sendiri, namun membutuhkan kerjasama dan dukungan dari berbagai kalangan baik dari unsur polri dan masyarakat namun pada kenyataannya setelah berjalan beberapa tahun program perpolisian fakum dengan berbagai faktor.