Evaluasi programa penyuluhan tahun 2010
LEMBAR PENGESAHAN
EVALUASI
PROGRAMA
PENYULUHAN PERTANIAN
BPP KECAMATAN CIJATI KABUPATEN CIANJUR
TAHUN 2010
Diserahkan kepada : BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K)
KABUPATEN CIANJUR
Disusun di : Cijati
Pada Tanggal : 6 Januari 2010
Koordinator PPL Kec. Cijati
DANDAN HENDAYANA, SP Nip.19760910.200604.1.014
Menyetujui KCD Pertanian TPH
Kecamatan Cijati
IIP SARIPUDIN NIP.19690507.200701.1.007
Ketua Gapoktan Jati Mekar Kecamatan Cijati
(2)
EVALUASI
PROGRAMA
PENYULUHAN PERTANIAN
BPP KECAMATAN CIJATI KABUPATEN CIANJUR
TAHUN 2010
MENGETAHUI/MENYETUJUI KEPALA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K)
KABUPATEN CIANJUR
SUGANDA, SP,M.SI Nip.19540817.197603.1.003
(3)
KATA
PENGANTAR
Evaluasi Programa Penyuluhan Pertanian Tingkat Kecamatan Cijati Tahun 2010
adalah suatu penilaian dan pengukuran terhadap rangkaian rencana kegiatan
penyuluhan pertanian yang memuat keadaan, masalah, tujuan, cara mencapai
tujuan, strategi dan kebijakan serta prioritas Program Pembangunan Pertanian yang dilaksanakan selama tahun 2010.
Evaluasi ini disusun secara partisipatif, pokok‐pokok permasalahan, potensi, peluang dan tantangan yang harus dievaluasi pada saat ini dan di perbarui untuk masa yang akan datang.
Kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya Evaluasi Programa
Penyuluhan Pertanian ini kami ucapkan terima kasih. Semoga Evaluasi
Programa Penyuluhan Pertanian Tahun 2010 ini dapat bermanfaat bagi lajunya pertumbuhan sektor pertanian di Kecamatan Cijati.
Cijati, 6 Januari 2011
Penyusun
(4)
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ... I DAFTAR ISI ... II
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan Evaluasi ... 1
BAB II INDIKATOR PENCAPAIAN HASIL KERJA PENYULUHAN 2.1 Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi... 3
2.2 Pencapaian Sasaran Tanam dan Luas Panen... 5
2.3 Pencapaian Hasil Produksi dan Produktivitas... 6
2.4 Realsasi Penyerapan Pupuk... 7
BAB III EVALUASI KENDALA DAN MASALAH 3.1 Masalah Umum... 10
3.2 Masalah Khusus ... 13
BAB IV PENUTUP ... 21
DAFTAR PUSTAKA ... 22
(5)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyuluhan merupakan bagian dari upaya untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan memajukan kesejahteraan umum yang secara inheren
didalamnya terkandung maksud untuk memenuhi hak azasi setiap warga
negara. Dalam ruang lingkup pembangunan pertanian, peranan penyuluhan
mempunyai posisi yang penting. System penyuluhan merupakan suatu
keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan dan sandang serta
bahan baku industri. Memperluas lapangan kerja dan usaha, serta
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya petani.
Dengan pelaksanaan system penyuluhan yang baik, terpola, tersusun, dan
tepat, serta akurat, diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
produktif berupa peningkatan indikator – indikator dalam sektor pertanian
pada umumnya, dan sub sektor pertanian tanaman pangan, hortikulutra,
perikanan/peternakan dan kehutanan, pada khususnya.
Sebagai kelanjutan atau perpanjangan tangan dari kelembagaan
penyuluhan nasional, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang berada di
kecamatan berkewajiban melaksanakan suatu evaluasi dan analisis yang
berkenaan dengan pelaksanaan penyuluhan khususnya pertanian. Balai
Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Cijati, untuk tahun 2010 telah
melaksanakan rencana kerja penyuluhan yang harus dievaluasi dan diukur
pencapaiannya. Oleh karena itu dalam tulisan ini, akan dijelaskan beberapa hasil kinerja yang telah dicapai oleh BPP Kec. Cijati Khususnya.
1.2 Tujuan Evaluasi
(6)
a. Mengukur pelaksanaan seluruh kegiatan pernyuluhan pertanian yang sesuai dengan kebutuhan dan rencana yang ditetapkan.
b. Mengidentifikasi proses perubahan perilaku dan karakteristik
masyarakat pertanian sebagai bagian langsung dari kegiatan atau
pelaksanaan penyuluhan.
c. Memberikan umpan balik (feed back) mengenai tingkat keberhasilan
pelaksanaan penyuluhan yang dicapai selama kurun waktu tahun 2010.
Sehingga dapat dilakukan evaluasi baik secara menyuluruh maupun
secara parsial terhadap rencana system penyuluhan yang telah
ditetapkan.
(7)
BAB II
INDIKATOR PENCAPAIAN HASIL KINERJA PENYULUHAN
PERTANIAN
2.1Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi
a. Pelaksanaan Program Penyuluhan Melalui Sistem Latihan dan Kunjungan Kelompok
Dalam upaya meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku petani
dalam melaksanakan sistem usahtani yang efektif dan efisien. BPP
dalam hal ini telah melakukan upaya‐upaya selama tahun 2010 dengan
melaksanakan berbagai jenis dan bentuk penyuluhan pertanian.
Beberapa jenis penyuluhan tersebut diantaranya adalah dengan
menggunakan metode penyuluhan latihan dan kunjungan (LAKU).
Sistem penyuluhan dengan model LAKU ini diantaranya ditempuh
dengan cara :
1. Memberikan model demonstrasi cara, teknik dan metode dalam
sistem budidaya, dan usaha tani sebagai wahana untuk
memberikan bekal‐bekal keahlian dan keterampilan bagi petani.
2. Memberikan penyuluhan dan pembinaan serta pengawasan
dalam pelaksanaan sistem pertanian secara umum dengan cara
mengunjungi petani baik secara home visit, maupun secara
massal.
Dengan menggunakan model LAKU ini telah dirasakan beberapa manfaat
yang dihasilkan dan dapat terevaluasi secara kontinu, dianataranya :
1. Kemauan dan motivasi adposi teknologi dikalangan petani
meningkat meskipun secara kualitatif
2. Pencapaian peroduksi dan produktivitas hasil pertanian secara
umum meningkat meskipun peningkatannya masih dibawah
(8)
Tabel 1. Matriks Hasil Pelaksanaan Kegiatan Latihan dan Kunjungan Penyuluhan Tahun 2010
No Jenis Kegiatan Lokasi Frekuensi Waktu
Pelaksanaan Pelaksana
A Demonstrasi Cara dan Teknik
1 Pembuatan Bakteri Coryne BPP dan
Kel.Tani Pusaka 2
April dan Mei 2010
PPL & POPT 2 Pembuatan Dekomposer
Nabati Kel.Tani Pusaka 1 Mei 2010
PPL & POPT 3 Pembuatan Lahan Persemaian
Padi Hibrida
Kel.Tani Tegal
Waru 2
Oktober
2010 PPL
B Kunjungan dan Penyuluhan
1 Penyebaran informasi
teknologi :
a Tentang Benih dan Varietas Kel.Tani di
Setiap Wilbin 216
Jan s/d Des
2010 PPL
b Tentang Perlindungan terhadap OPT
Kel.Tani di
Setiap Wilbin 324
Jan s/d Des
2010 POPT
c Tentang Panen dan Pasca Panen
Kel.Tani di
Setiap Wilbin 108
Jan s/d Des
2010 PPL
d Tentang Pupuk dan Pemupukan
Kel.Tani di
Setiap Wilbin 324
Jan s/d Des
2010 PPL
e Tentang Alat dan Mekanisasi Kel.Tani di
Setiap Wilbin 108
Jan s/d Des
2010 PPL
2 Kegiatan benah kelompok Kel.Tani di
Setiap Wilbin 216
Jan s/d Des
2010 PPL
3 Tanya Jawab/Konsultasi Kel.Tani di
Setiap Wilbin 216
Jan s/d Des
2010 PPL
Jumlah 1517
Sumber : Data BPP Kec. Cijati 2010
b. Pelaksanaan SL – PTT dan LL – PTT
Sebagai salah satu instrumen dalam percepatan peningkatan produksi
pertanian, program SL‐PTT dan LL PTT dipandang cukup banyak
memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman petani serta hasil produksi.
Untuk tahun 2010, Kecamatan Cijati melaksanakan program SL‐PTT dan LL PTT secara agregat seluas 1040 hektar yang terlaksana dengan SL – PTT dengan 44 hektar lahan LL PTT. Dengan perincian 1000 hektar SL PTT padi inbrida dan 40 hektar SL PTT padi hibrida.
(9)
Tabel 2. Rekapitulasi Jumlah Pelaksanaan Kegiatan SL PTT Tahun 2010
No Nama Desa
Jumlah Kelompok Pelaksana (Unit)
Luas Lahan SL PTT (Ha)
Luas Lahan LL PTT (Ha)
Jumlah Unit SL/LL PTT
1 Parakan Tugu 4 100 4 4
2 Caringin 4 100 4 4
3 Cibodas 5 125 5 5
4 Cijati 5 110 5 5
5 Sukamahi 5 110 5 5
6 Bojonglarang 6 135 6 6
7 Sinarbakti 5 125 5 5
8 Padaasih 4 100 4 4
9 Sukaluyu 6 135 6 6
Jumlah 44 1040 44 44
Sumber : Data BPP Kec. Cijati 2010
c. Rehabilitasi Jaringan Irigasi
Upaya lainnya dalam peningkatan hasil produksi pertanian diantaranya
yang telah dilaksanakan di Kecamatan Cijati adalah program rehabilitasi
jeringan irgasi, yang tertuang dalam satu kegiatan proyek. Yaitu
kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi desa yang berlokasi di saluran irigasi
Cibanteng Desa Cibodas, yang mampu mengairi sawah seluas + 45
hektar.
2.2Pencapaian Sasaran Tanam dan Luas Panen
Selama tahun 2010 realisasi sasaran tanam padi sawah telah melampaui
terget sebesar 54%, dimana dari sasaran tanam yang ditargetkan sebesar
2085 hektar, telah tercapai realisasi tanam sebesar 3211 hektar. Sedangkan padi ladang pencapaian realisasi dari targetnya adalah sebesar 151,28%. Dari target sasaran tanam 234 hektar tercapai realisasi 354 hektar.
(10)
Tabel 3. Target dan Realisasi Sasaran Tanam dan Luas Panen Berbagai Komoditi Pertanian di Kecamatan Cijati Tahun 2010
No
Komoditi
Luas Tanam Luas Panen
(Ha) Target
(Ha)
Realisasi (Ha)
Pencapaian
(%)
1 PADI SAWAH 2085 3211 154.00% 2890
2 PADI LADANG 234 354 151.28% 319
3 JAGUNG 58 45 77.59% 45
4 KEDELAI 5 0 0.00% 4.5
5 KACANG TANAH 88 0 0.00% 0
6 KACANG HIJAU 0 0 0% 0
7 UBI KAYU 73 46 63.01% 46
8 UBI JALAR 3 6 200.00% 6
Sumber : Data BPP Kec. Cijati 2010
Sedangkan untuk sasaran luas panen padi sawah telah mencapai luas panen
untuk tahun 2010 sebesar 2890 hektar (melampaui sebesar 15,10% dari
target 2454 hektar).
2.3Pencapaian Hasil Produksi dan Produktivitas
Untuk jenis komoditi padi sawah tahun 2010 Kecamatan Cijati telah
menghasilkan 17.395 ton Gabah Kering Giling (GKG). Sedangkan untuk padi ladang telah menghasilkan 290 ton GKG.
Jika dibandingkan dengan tahun 2009, maka terdapat kenaikan pencapaian
hasil yaitu sebesar 8,21% untuk padi sawah dan penurunan 5,84% untuk padi ladang.
Tabel 4. Perkembangan Jumlah Produksi Padi di Kecamatan Cijati Nama Komoditi
Jumlah Produksi (ton) Laju Perkembangan
(%) Tahun
2008
Tahun 2009
Tahun 2010 Padi Sawah
GKP 15,451 18,582 20,109 8.22%
GKG 13,367 16,075 17,395 8.21%
Padi Ladang
GKP 539 998 935 ‐5.90%
GKG 402 747 700 ‐5.84%
Sumber : Data BPP Kec. Cijati 2010
(11)
Untuk tingkat produckivitas padi sawah, selama tahun 2010 dari target
yang ditetapkan 62,34 Kwintal/ha GKG, hanya tercapai 60,19 Kw/ha
GKG. Artinya angka pencapaian masih dibawah angka target sebesar
96,7%. Namur jika dibandingkan dengan pencapaian productivitas rata‐
rata pada tahun 2009, untuk tahun 2010 mengalami peningkatan
sebesar 5,99%, yaitu dari 56,79 Kwintal/ha (2009) menjadi 60,19 Kw/ha.
Tabel 5. Perkembangan Tingkat Produktivitas Padi di Kecamatan Cijati. Komoditi
Tingkat Produktivitas (Kw/Ha) Laju Perkembangan
(%) Tahun
2007
Tahun 2008
Tahun 2009
Tahun 2010 Padi Sawah
GKP 59.05 64.57 65.65 69.58 5.99%
GKG 51.08 55.86 56.79 60.19 5.99%
Padi Ladang
GKP 27.01 27.36 28.03 27.92 ‐0.39%
GKG 23.44 23.67 24.25 24.15 ‐0.41%
Sumber : Data BPP Kec. Cijati 2010
2.4Realisasi Penyerapan Pupuk
a. Realisasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Non Bantuan
Untuk ketersediaan (target) dan pemakaian (realisasi) terhadap input
produksi pupuk bersubsidi yang ada di Kecamatan Cijati selama tahun
2010, dapat digambarkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 6. Daya Serap dan Jumlah Alokasi Pupuk Bersubsidi di Kecamatan Cijati.
No Jenis Pupuk Target (Ton) Realisasi (Ton)
1 UREA 689 387
2 SP‐36 119 106
3 ZA 23 20
4 NPK 138 92
5 ORGANIK 11 0
Sumber : Data Dinas Pertaian TPH Kab. Cianjur Tahun 2010
(12)
Pupuk urea dari alokasi sebesar 689 ton, hanya terserap sebesar 387 ton, SP‐36 dari alokasi 119 ton, hanya terserap 106 ton, dan NPK dari alokasi 138 ton, terserap 92 ton.
b. Realisasi Distribusi Pupuk Bantuan SL PTT
Untuk penyaluran pupuk SL PTT tahun 2010, dapat digambarkan pada
tabel dibawah ini.
Tabel 7. Jumlah Alokasi Pupuk SL PTT Kecamatan Cijati Tahun 2010
No Jenis Pupuk
Jumlah Tonase Berdasarkan Klasifikasi Jenis Komoditi SL PTT
Jumlah (ton/liter) Padi Non
Hibirida (ton/liter)
Padi Hibirida (ton/liter)
1 Pupuk NPK Kujang
(ton) 9.6 1.1 10.7
2 Pupuk Organik
Biocasan (ton) 30 3 33
3 POC Biocosan (liter) 140 14 154
Sumber : Data BPP Kec. Cijati 2010
Seluruh pupuk SL PTT disalurkan kepada 44 kelompok tani sebagai
pelaksana program SL PTT tahun 2010. Terdiri atas 40 kelompok tani pelaksana SL PTT padi inbrida dan 4 kelompok tani pelaksana SL PTT padi hibrida.
c. Realisasi Distribusi Pupuk BLP (Bantuan Pupuk Langsung)
Untuk penyaluran pupuk BLP tahun 2010, dapat digambarkan pada tabel dibawah ini.
Jenis Bantuan BLP
Jml Kel.Tani Penerima
Jenis Pupuk BLP NPK
(ton)
Organik (ton)
POC (liter)
BLBU SL PTT NON Padi Inbrida 40 96 288 1920
BLBU SL PTT Padi Hibrida 4 3.6 10.8 72
BLBU NON SL PTT Padi Hibrida 1 2 6 40
Jumlah 45 101.6 304.8 2032
Sumber : Data BPP Kec. Cijati 2010
(13)
Seluruh pupuk BLP disalurkan kepada 45 kelompok tani sebagai
pelaksana program BLP tahun 2010. Terdiri atas 40 kelompok tani
penerima BLBU padi inbrida SL PTT, 4 kelompok tani penerima BLBU padi hibrida SL PTT ,dan 1 kelompok tani penerima BLBU padi hibrida non SL PTT.
(14)
BAB III
EVALUASI KENDALA DAN MASALAH
3.1 Masalah Umum
1. Karakteristik Lahan Sawah
Dengan melihat ciri dan sifat lahan pesawahan yang ada di wilayah
Kecamatan Cijati yang secara umum merupakan lahan sawah pedesaan
dan tada hujan. Dengan hal ini membawa implikasi bahwa satu hal yang
menjadi problem utama dalam menjaga kelangsungan proses
penanaman padi adalah ketersediaan air yang cukup untuk menjaga
kelangsungan dan kestabilan tanaman.
Dengan melihat kondisi ini bahwa sampai dengan saat ini permasalahan
pemenuhan kebutuhan pasokan air untuk lahan sawah masih menjadi
skala prioritas utama untuk senantiasa dicarikan jalan solusinya.
2. Kondisi Sarana Transportasi
Barang kali sudah menjadi rahasia umum, bahwa secara topografi
kiondisi permukaan rupa daratan wilayah selatan adalah merupakan
daerah yang bergelombang dan labil. Hal ini membawa dampak bahwa
tingkat kerawanan dan munculnya bencana cukup besar. Oleh karena
itu kenyataan menunjukkan bahwa kondisi sarana transportasi untuk
menjangkau seluruh lokasi pertanian yang ada di wilayah Kecamatan
Cijati masih minim dari kelayakan sarana yang memadai khususunya
sarana transportasi darat. Hal ini berpengaruh terhadap ketersediaan
sarana pertanian dan pemasaran hasil pertanian menambah resiko dan
biaya. Sehingga kalkulasi marjin pemasaran dan penjualan hasil
menjadi berkurang karena terlalu besarnya biaya pemasaran dan
(15)
yang diterima petani menjadi kurang layak dan tidak adil. Sedangkan harga input produksi yang dihadapi petani bertambah mahal.
3. Faktor Iklim dan Cuaca
Aspek perubahan iklim dan cuaca yang terjadi di wilayah Kecamatan Cijati sampai dengan saat ini masih menjadi aspek yang belum dapat diatasi. Sama seperti yang terjadi di berbagai wilayah lain, akibat yang ditimbulkan karena perubahan iklim dan cuaca yang tidak normal ini
menjadikan pola tanam dan pengaturan jadwal tanam menjadi
terganggu. Walaupun memang aspek ini bersifat un control tetapi
sejauh ini kemampuan petani untuk memprediksi dan meramalkan
perubahan iklim dan cuaca berrdasarkan gejala gejala yang umum dan
nampak masih belum memadai.
4. Dukungan Kelembagaan Pertanian
Kelembagaan pertanian memegang peran yang penting dalam rangka
memberikan bantuan dan dorongan secara fasilitatif. Namur sejauh ini
beberapa lembaga pertanian yang ada belum sempurna. Lemahnya
keuangan petani sampai dengan saat ini belum tercover dengan
kehadiran lembaga pemberi kredit, lembaga atau assosiasi pemasaran
hasil, dan koperasi.
5. Aspek Keuangan Pembiayaan Petani
Dari aspek keuangan dan sumber pembiayaan usaha tani, dapat
dikatakan bahwa ciri khas petani Indonesia diantaranya adalah
penguasaan asset usaha tani yang dimilikinya relatif kecil. Tidak terkecuali petani yang ada di Kecamatan Cijati. Lemahnya institusi
permodalan usaha tani yang dijalankan membawa pengaruh yang besar
terhadap proses perbaikan dan perkembangan pola usaha usaha tani
(16)
produksi seperti pupuk, alat dan mekanisasi pertanian yang masih
kurang membawa dampak terhadap proses usaha tani yang inefisiensi.
Salah satu kasus diantaranya pemberian pupuk yang kurang seimbang
dikarenakan ketidakmampuan untuk mengadakan jenis pupuk yang
dianjurkan.
6. Faktor SDM
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap latar belakang pendidikan
khususnya untuk masyarakat Kecamatan Cijati, aspek koalitas SDM
menjadi salah satu factor yang mempunyai peranan besar dalam upaya
membantu pencapaian keberhasilan pembangunan pertanian. Dalam
hal ini kaitan yang sangat penting adalah upaya perubahan pola dan perilaku dalam tata cara atau metode serta aplikasi anjuran teknologi
kerap kali menghadapi kendala kurang terapresiasi karena factor
pemahaman petani terhadap tujuan, manfaat , dan dampak dari
penerapan anjuran teknologi yang direkomendasikan.
Beberapa hal yang berkaitan dengan factor lemahnya koalitas SDM
sejauh ini adalah :
- Kurangnya basis informasi yang dimiliki petani sehingga
memberikan pengaruh terhadap kemampuan untuk mengambil
keputusan yang berkenaan dengan pengelolaan usaha tani, secara mandiri dan independen sulit untuk dilaksanakan.
- Salah satu sumber pengetahuan dalam aplikasi dan pelaksanaan
usaha tani sejauh ini hanya berdasarkan lepada pengalaman.
Lemahnya dukungan skill dan keahlian usaha tani yang lebih
adaptif terhadap adopsi teknologi belum optimal.
- Lemahnya kemampuan inovatif, dan kreativitas dalam melakukan
dan pemberdayaan pengelolaan usaha tani yang dilaksanakan.
(17)
3.2 Masalah Khusus
1. Aspek Teknis Budidaya
Dalam hal ini aspek budidaya menekankan kepada pengertian
sejauhmana aplikasi proses manipulasi terhadap lingkungan dengan suatu perlakukan baik bersifat teknis, bilogis, maupun mekanis dapat memberikan hasil atau nilai tambah produksi. Sejauh ini dalam
kulaifikasi aspek teknis budidaya khususnya untuk komoditas tanaman
pangan padi, beberapa hal yang terkait dengan masalah ini untuk
wilayah Kecamatan Cijati yang terjadi adalah :
a. Penerapan benih unggul
Untuk aplikasi penggunaan benih unggul berlabel tanaman padi
sawah dalam kurun waktu 2010 di wilayah Kecamatan Cijati telah
teraplikasikan sebanyak 93,83% dari luas lahan sawah yang ada.
Pencapaian penerepan benih unggul untuk tahun 2010 ini sejalan
dengan pelaksanaan bantuan benih nasional Program Peningkatan
Produksi Beras Nasional (P2BN). Untuk musim tanam di tahun 2010 ini sebanyak 1060 ha telah tertanami dengan benih bantuan ini.
Sedangkan sekitar 340 ha merupakan lahan sawah yang ditanami
benih berlabel non bantuan, dan sisanya merupakan lahan sawah
yang ditanami benih non label. Beberapa jenis varietas benih unggul
yang digunakan adalah : Ciherang, Cigeulis, Mekongga, Situ
Bagendit (padi ladang), dan IR‐64.
b. Pengolahan lahan
Aspek pengelohan lahan dalam kaitan dengan usaha pelestarian
lingkungan menekankan kepada pengolahan lahan yang tidak
intensif mekanisasi. Sejauh ini dalam sistem pengolahan lahan
sawah di Kecamatan Cijati masih dominan menggunakan mekanisasi
seperti menggunakan traktor. Sistem pengolahan lahan alternatif
yang dipandang lebih ramah dan lebih lestari, seperti penerapan
(18)
langsung) masih kurang populer, hanya kurang dari 10% dari total luas lahan yang ada yang menggunakan kedua cara tersebut.
c. Pemupukan berimbang
Pemupukan padi sawah mengenal beberapa istilah seperti
pemupukan berimbang, pemupkan spesifik lokasi dan pengelolaan
hara spesifik lokasi yang pada dasarnya identik satu sama lain. Akan
tetapi pemupukan berimbang sering disalahartikan sebagai
pemupukan lengkap (N,P,K,S) dan identik dengan penggunaan
pupuk mejemuk.
Secara sederhana pemupukan berimbang adalah mengacu kepada
keseimbangan unsur hara yang dibutuhkan tanaman padi berdasarkan sasaran tingkat hasil yang diinginkan dengan ketersediaan hara dalam tanah. Mengingat beragamnya lokasi dan kondisi kesuburan tanah, maka akan berbeda pula takaran dan jenis pupuk yang digunakan.
Pemupukan berimbang menawarkan beberapa prinsip dan
perangkat untuk mengoptimalkan penggunaan hara dari sumber
sumber alami atau lokal sesuai dengan kebutuhan tanaman padi.
Sumber hara alami dapat berasal dari tanah, pupuk kandang, sisa tanaman dan air irigasi.
Dengan melihat asumsi tersebut maka untuk skup wilayah
Kecamatan Cijati penerapan konsep pemupukan berimbang belum
menunjukkan kondisi yang optimum. Dengan melihat kenyataan
bahwa hampir 90% lahan pesawahan yang ada masih intensif
terhadap pupuk anorganik. Dimana penggunaan pupuk kimia
seperti urea, SP‐36, KCL, NPK yang cukup besar. Apalagi
permasalahan ditambah dengan penggunaan dosis dan takaran
belum sesuai dengan tingkat kebutuhan tanaman. Sedangkan
penggunaan pupuk alam (organik) masih tergolong cukup sedikit.
(19)
d. Pengendalian hama secara terpadu (PHT)
Dari beberapa kasus serangan dari organisme pengganggu
tumbuhan (OPT) maka kondisi wilayah lahan sawah di Kecamatan
Cijati memiliki kecendrungan serangan hama yang mempunyai
frekuensi dan intensitias yang cukup tinggi diantaranya adalah
serangan hama ; ekong mas, tikus dan ulat. Sedangkan OPT yang pernah mengganggu dengan intensitas yang tinggi adalah ; wereng, penggerek batang, hama putih dan walang sangit.
Beberapa jenis OPT yang menjadi perhatian dalam
penanggulangannya diantaranya :
1. Keong Mas
Hampir menyerang disemua lokasi pertanaman yang ada di
Kecamatan Cijati. Luas areal pertanaman yang diserang
oleh hama keong ini mencapai 65 % lahan sawah yang ada di Cijati.
2. Tikus
Hama tikus sering menjadi hama pengganggu di sebagian
wilayah Cijati, terutama didaerah lahan sawah sepanjang
aliran Sungai Cibuni, yang meliputi Desa Cijati, Sukamahi dan Bojong Larang.
3. Wereng
Hama wereng yang sering menjadi musuh petani
diantaranya adalah wereng cokelat dan wereng hijau,
daerah serangannya meliputi Desa Bojonglarang, Sukamahi,
Cijati dan Cibodas.
4. Penggerek
ama penggerek yang sering kali menjadi masalah tanaman
(20)
yang menjadi endemik serangan yaitu Desa Parakan Tugu, Caringin, dan Sinarbakti.
5. Ulat
Hama ini hampir menyerang disemua desa yang ada
diKecamatan Cijati. Jenis hama ulat yang menyerang
diantaranya adalah ulat grayak.
6. Hama Putih
Hama ini hampir menyerang disemua desa yang ada
diKecamatan Cijati, terutama di Desa Bojonglarang
7. Walang Sangit
Hama ini merupakan yang seringkali menyerang dengan
tingkat serangan yang tidak terlalu luas dan tidak terlalu menyebar di Kecamatan Cijati.
2. Aspek Finansial dan Ekonomis
Dalam aspek penguatan keuangan lembaga kelompok tani, pemasaran
hasil, dan sistem penjualan hasil produksi pertanian, berdasarkan
gambaran kondisi nyata bahwa selama jangka waktu 2008 ini,
menunjukkan keadaan yang belum maksimal. Partisipasi kelompok
dalam aspek penguatan modal kelompok masih belum maksimal, dari
92 kelompok tani yang ada, hanya 52 kelompok tani yang mampu
mengadakan partisipasi aktif anggotanya. Artinya hanya 57% kelompok
tani yang mampu melaksanakan konsep pemberdayaan kelompok tani
dalam aspek pembiayaan.
Sedangkan dalam kemampuan melakukan penguatan permodalan
usaha tani setiap rumah tangga petani dengan pengembangan asset
yang dimiliki sejauh ini masih relatif kurang berkembang. Dengan
struktur sumber pembiayaan modal sendiri yang relatif kecil,
(21)
ionvasi mengalami kesulitan. Karena aspek penanggungan resiko
kegagalan masih menjadi pertimbangan utama.
Dari aspek pemasaran dan informasi pasar masyarakat petani
Kecamatan Cijati sebagian besar memiliki kemampuan yang besar
terhadap informasi pasar terutama tentang harga jual komoditas gabah. Namun yang menjadi aspek permasalahan dalam hal ini adalah sumber informasi yang dijadikan referensi adalah informasi harga dari pembeli atau tengkulak. Jelas dalam hal ini kelemahan yang utama adalah peluang terjadinya mis informasi atau informasi harga menjadi tidak fair. Dengan sistem penjualan hasil yang dilakukan melalui sistem jual
gabah langsung pada saat panen, merupakan salah satu aspek nyata
bahwa petani masih rentan terhadap kebutuhan finansial. Sehingga
kemampuan untuk menahan hasil produksi untuk jangka waktu yang
relatif lama dengan tujuan untuk mendapatkan harga jual yang tinggi
belum terpenuhi dengan selayaknya.
3. Aspek Penerapan Anjuran Teknologi Usaha Tani
Dengan pencapaian sasaran tujuan untuk meningkatkan hasil produksi
dan produktivitas, maka aspek penerapan teknologi usaha tani sangat
perlu untuk dikembangkan dan ditingkatkan. Dalam hal ini tekanan
untuk peningkatan produksi gabah, aspek penerapan teknologi
seyogianya dilaksanakan dengan cara terpadu dan kontinu. Selama
kurun waktu tahun 2010, gambaran pelaksanaan anjuran teknologi
usaha tani yang dilakukan petani Kecamatan Cijati adalah sebagai
berikut :
(22)
Tabel 11. Tingkat Penerapan TPTU di Kecamatan Cijati No Aspek Penerapan
Anjuran Teknologi Usaha Tani
Uraian Pelaksanaan Penerapan Anjuran Teknologi Usaha Tani
Keragaan Yang Ada di Lapangan
Keterangan
1 Aspek Pengolahan tanah
Dominan menggunakan alat mekanisasi misalnya traktor. Masih rendah penggunaan metode tanpa olah tanah,
dan penggunaan asupan
pupuk dasar bahan organik. Tingkat pemahaman petani terhadap metode TOT dan bahan organik masih kurang
Hanya 15% petani yang mampu melaksanakan pengolahan tanah yang
menggunakan
anjuran teknologi PTT
Memiliki skala prioritas menengah untuk peningkatan dan perbaikan
2 Penggunaan benih unggul
Telah teraplikasikan sebanyak 85% dari luas lahan sawah yang ada
Beberapa jenis varietas benih
unggul yang digunakan
adalah : Ciherang, Cigeulis, Mekongga Situ Bagendit (padi ladang), dan IR‐64.
Hanya tersisa 7 % petani yang belum tersentuh dengan anjurang
penggunaan benih unggul
Secara umum aspek ini memiliki tingkat aplikasi yang baik. Dan dalam jangka 1 tahun diharapkan 100% petani sudah
menggunakan
benih Unggul 3 Penggunaan jarak
tanam
Hampir seluruh wilayah lahan sawah menggunakan jarak tanam yang teratur.
Jarak tanam 25 x 25 cm digunakan hampir 90%.
Jarak tanam dengan
menggunakan tandur jajar 2 baris hanya disebagian kecil yakni hanya + 10 %.
Terjadi peningkatan jumlah Petani yang
menggunakan
sistem tanam jajar 2 : 1 sekitar 10 %
Memiliki skala prioritas utama untuk peningkatan dan perbaikan
4 Pemupukan 90% lahan pesawahan yang
ada masih intensif pupuk
anorganik. Penggunaan
pupuk kimia seperti urea, SP‐ 36, KCL, NPK cukup besar. Penggunaan dosis dan takaran belum sesuai dengan tingkat kebutuhan tanaman. Penggunaan pupuk alam (organik) masih tergolong cukup sedikit.
Terjadi perubahan perilaku petani dalam aplikasi pupuk dengan
menggunakan
kombinasi pupuk organik dan takaran pupuk kimia yang adaptif sebesar 10%
Memiliki skala prioritas utama untuk peningkatan dan perbaikan
5 Pengelolaan dan
penggunaan air
Optimalisasi pengelolaan air
dengan menggunakan
pengairan bergilir belum tercapai.
Terhambat dengan sarana
pengairan yang belum
memadai.
Kemampuan kelompok tani dalam menggunakan alat mekanis mesin pompa masih terhambat masalah biaya
Sulitnya pengelolaan pengairan yang disebabkan oleh karakteristik lingkungan sawag yang sebagian besar
mengandalkan irigasi pedesaan dan tadah hujan
Memiliki skala prioritas jangka panjang untuk peningkatan dan perbaikan
(23)
Fluktuasi musim dan cuaca masih berpengaruh besar karena lahan sawah tadah hujan cukup besar
6 Pengendalian OPT Di beberapa lokasi memiliki
kecendrungan serangan
hama yang mempunyai
frekuensi dan intensitias yang cukup tinggi diantaranya adalah serangan hama ; ekong mas, tikus dan ulat.
OPT yang pernah
mengganggu dengan
intensitas yang tinggi adalah ; wereng, penggerek batang, hama putih dan walang sangit.
90% Pengendalian OPT
intensif dengan pestisida.
Hampir seluruh petani masih
membutuhkan
pestisida dan bahan kimia dalam pengendalian OPT
Memiliki skala prioritas menengah untuk peningkatan dan perbaikan
7 Pola tanam Sejauh ini pola tanam yang dilakukan diantaranya :
a. 25 % pola : Padi – padi – padi
b. 25% pola :Padi – padi – palawija
c. 50 % pola :Padi – padi – bera
Dominan 50 % pola :Padi – padi – bera
Memiliki skala prioritas menengah untuk peningkatan dan perbaikan
8 Pergiliran varietas Beberapa jenis varietas benih
unggul yang digunakan
adalah : Ciherang, Cigeulis, Situ Bagendit (padi ladang), dan IR‐64. Pola pergiliran yang dipakai diantaranya :
a. Ciherang – Ciherang
‐ IR 64
b. Ciherang – IR 64 c. Cigeulis – Ciherang
Dominan Ciherang – Ciherang ‐ IR 64
Secara umum aspek ini memiliki tingkat aplikasi yang baik.
9 Penggunaan ZPT Masih rendah penggunaan
zat hormon pengatur tumbuh (ZPT). Hal ini ditunjukan hanya dibeberapa lokasi petani yang berkesempatan
menggunakannya
Hanya + 15,5 % Memiliki skala prioritas menengah untuk peningkatan dan perbaikan 10 Pengelolaan
panen dan pasca panen
Tingginya kehilangan hasil produksi (15%–20%) karena kurangnya sarana pendukung pengelolaan kegiatan panen, dan pasca panen.
Masih tinggi kehilangan hasil akibat
pengendalian pasca panen sebagai akibat sistem pemanenan yang manual dan alat yang kurang memadai
Memiliki skala prioritas utama untuk peningkatan dan perbaikan
(24)
4. Aspek Pengelolaan Manajeman Usaha Tani
Beberapa hal yang masih menjadi bahan perbaikan dan peningkatan
kinerja kelompok tani terutama masalah pengelolaan lembaga
kelompok tani, diantaranya :
a. Kelengkapan administrasi kelompok tani : AD/ART, Profil kelompok
tani, buku adm, dsb.
b. Kesekretariatan alamat kelompok tani
c. Intensitas dan frekuensi pertemuan kelompok tani dalam kegiatan
pelaksanaan penyuluhan pertanian
d. Pelaksanaan kegiatan pelatihan, sekolah lapang, kursus tani dsb e. Pembagian kerja dan tugas dalam struktur organisasi kelompok
f. Pemberdayaan kelompok tani melalui kegiatan produktif dalam
rangka menciptakan kemampuan dan kemandirian kelompok tani.
g. Pembinaan kelompok tani melalui kegiatan pemberian bantuan dan
subsidi.
h. Kegiatan pemberdayaan kelompok melalui kegiatan perlombaan
(25)
BAB IV
PENUTUP
Pembangunan pertanian di Kecamatan Cijati bukan hanya merupakan tanggung
jawab penyuluh pertanian namun melibatkan semua unsur terkait seperti
lembaga sosial ekonomi, organisasi profesi, pemerintah daerah setempat sampai
pada petani itu sendiri.
Kecamatan Cijati merupakan Kecamatan yang baru berdiri secara definitif, untuk
menunjang kegiatan penyuluhan pertanian diperlukan sarana dan prasarana
yang memadai, baik itu tenaga penyuluh maupun faktor pendukung lainnya.
Dalam rangka menyebarkan informasi teknologi dan berjalannya proses belajar
mengajar di tingakat petani perlu adanya metode kegiatan yang efektif dan efisien serta mudah dicerna oleh petani seperti SLPHT, kursus tani, demplot dan lain sebagainya. Hal ini memerlukan bantuan alokasi kegiatan baik itu dari dinas
pertanian kabupaten maupun pemerintah daerah setempat.
(26)
Da ft a r Pust a k a
BPP Cijati.2009.Programa Penyuluhan BPP Kec. Cijati Th.2010.Cianjur ; 2009
BPP Cijati.2009.Rencana Kegiatan Penyuluhan Pertanian (RKPP) Kecamatan Cijati
Th.2010.Cianjur ; 2009
Dinas Pertanian TPH Kab.Cianjur.2010. Daftar Alokasi Pupuk BLP Tahun
2010.Cianjur;2009
Dinas Pertanian TPH Kab.Cianjur.2010. Daftar Alokasi Pupuk Bersubsidi Tahun
2010.Cianjur;2010
Dinas Pertanian TPH Kab.Cianjur.2010. Daftar Rencana Dosis Sarana Kegiatan Laboratorium Lapang SL PTT Tahun 2010.Cianjur;2010
(27)
(1)
Tabel 11. Tingkat Penerapan TPTU di Kecamatan Cijati No Aspek Penerapan Anjuran Teknologi Usaha Tani Uraian Pelaksanaan Penerapan Anjuran Teknologi Usaha Tani Keragaan Yang Ada di Lapangan Keterangan
1 Aspek Pengolahan
tanah
Dominan menggunakan alat
mekanisasi misalnya traktor.
Masih rendah penggunaan
metode tanpa olah tanah,
dan penggunaan asupan
pupuk dasar bahan organik.
Tingkat pemahaman petani
terhadap metode TOT dan
bahan organik masih kurang Hanya 15% petani yang mampu melaksanakan pengolahan tanah yang menggunakan anjuran teknologi PTT Memiliki skala prioritas menengah untuk peningkatan dan perbaikan
2 Penggunaan benih
unggul
Telah teraplikasikan sebanyak 85% dari luas lahan sawah yang ada
Beberapa jenis varietas benih
unggul yang digunakan
adalah : Ciherang, Cigeulis, Mekongga Situ Bagendit (padi ladang), dan IR‐64. Hanya tersisa 7 % petani yang belum tersentuh dengan anjurang penggunaan benih unggul Secara umum aspek ini memiliki tingkat aplikasi yang baik. Dan dalam jangka 1 tahun diharapkan 100% petani sudah menggunakan benih Unggul
3 Penggunaan jarak
tanam
Hampir seluruh wilayah lahan
sawah menggunakan jarak
tanam yang teratur.
Jarak tanam 25 x 25 cm digunakan hampir 90%.
Jarak tanam dengan
menggunakan tandur jajar 2 baris hanya disebagian kecil yakni hanya + 10 %. Terjadi peningkatan jumlah Petani yang menggunakan sistem tanam jajar 2 : 1 sekitar 10 % Memiliki skala prioritas utama untuk peningkatan dan perbaikan
4 Pemupukan 90% lahan pesawahan yang
ada masih intensif pupuk
anorganik. Penggunaan
pupuk kimia seperti urea, SP‐ 36, KCL, NPK cukup besar.
Penggunaan dosis dan
takaran belum sesuai dengan tingkat kebutuhan tanaman.
Penggunaan pupuk alam
(organik) masih tergolong cukup sedikit. Terjadi perubahan perilaku petani dalam aplikasi pupuk dengan menggunakan kombinasi pupuk organik dan takaran pupuk kimia yang adaptif sebesar 10% Memiliki skala prioritas utama untuk peningkatan dan perbaikan
5 Pengelolaan dan
penggunaan air
Optimalisasi pengelolaan air
dengan menggunakan
pengairan bergilir belum
tercapai.
Terhambat dengan sarana
pengairan yang belum
memadai.
Kemampuan kelompok tani
dalam menggunakan alat
mekanis mesin pompa masih
terhambat masalah biaya
operasional Sulitnya pengelolaan pengairan yang disebabkan oleh karakteristik lingkungan sawag yang sebagian besar mengandalkan irigasi pedesaan dan tadah hujan Memiliki skala prioritas jangka panjang untuk peningkatan dan perbaikan
(2)
Evaluasi Programa Penyuluhan Kec. Cijati 2010
19
Fluktuasi musim dan cuacamasih berpengaruh besar
karena lahan sawah tadah hujan cukup besar
6 Pengendalian OPT Di beberapa lokasi memiliki
kecendrungan serangan
hama yang mempunyai
frekuensi dan intensitias yang
cukup tinggi diantaranya
adalah serangan hama ; ekong mas, tikus dan ulat.
OPT yang pernah
mengganggu dengan
intensitas yang tinggi adalah ; wereng, penggerek batang,
hama putih dan walang
sangit.
90% Pengendalian OPT
intensif dengan pestisida. Hampir seluruh petani masih membutuhkan pestisida dan bahan kimia dalam pengendalian OPT Memiliki skala prioritas menengah untuk peningkatan dan perbaikan
7 Pola tanam Sejauh ini pola tanam yang
dilakukan diantaranya : a. 25 % pola : Padi – padi –
padi
b. 25% pola :Padi – padi – palawija c. 50 % pola :Padi – padi – bera Dominan 50 % pola :Padi – padi – bera Memiliki skala prioritas menengah untuk peningkatan dan perbaikan
8 Pergiliran varietas Beberapa jenis varietas benih
unggul yang digunakan
adalah : Ciherang, Cigeulis, Situ Bagendit (padi ladang), dan IR‐64. Pola pergiliran yang dipakai diantaranya :
a. Ciherang – Ciherang ‐ IR 64 b. Ciherang – IR 64 c. Cigeulis – Ciherang Dominan Ciherang – Ciherang ‐ IR 64 Secara umum aspek ini memiliki tingkat aplikasi yang baik.
9 Penggunaan ZPT Masih rendah penggunaan
zat hormon pengatur tumbuh (ZPT). Hal ini ditunjukan
hanya dibeberapa lokasi
petani yang berkesempatan menggunakannya
Hanya + 15,5 % Memiliki skala
prioritas menengah untuk peningkatan dan perbaikan
10 Pengelolaan
panen dan pasca panen
Tingginya kehilangan hasil produksi (15%–20%) karena kurangnya sarana pendukung pengelolaan kegiatan panen, dan pasca panen. Masih tinggi kehilangan hasil akibat pengendalian pasca panen sebagai akibat sistem pemanenan yang manual dan alat yang kurang memadai Memiliki skala prioritas utama untuk peningkatan dan perbaikan
(3)
4.
Aspek
Pengelolaan
Manajeman
Usaha
Tani
Beberapa
hal
yang
masih
menjadi
bahan
perbaikan
dan
peningkatan
kinerja
kelompok
tani
terutama
masalah
pengelolaan
lembaga
kelompok
tani,
diantaranya
:
a.
Kelengkapan
administrasi
kelompok
tani
:
AD/ART,
Profil
kelompok
tani,
buku
adm,
dsb.
b.
Kesekretariatan
alamat
kelompok
tani
c.
Intensitas
dan
frekuensi
pertemuan
kelompok
tani
dalam
kegiatan
pelaksanaan
penyuluhan
pertanian
d.
Pelaksanaan
kegiatan
pelatihan,
sekolah
lapang,
kursus
tani
dsb
e.
Pembagian
kerja
dan
tugas
dalam
struktur
organisasi
kelompok
f.
Pemberdayaan
kelompok
tani
melalui
kegiatan
produktif
dalam
rangka
menciptakan
kemampuan
dan
kemandirian
kelompok
tani.
g.
Pembinaan
kelompok
tani
melalui
kegiatan
pemberian
bantuan
dan
subsidi.
h.
Kegiatan
pemberdayaan
kelompok
melalui
kegiatan
perlombaan
(4)
Evaluasi Programa Penyuluhan Kec. Cijati 2010
21
BAB IV
PENUTUP
Pembangunan
pertanian
di
Kecamatan
Cijati
bukan
hanya
merupakan
tanggung
jawab
penyuluh
pertanian
namun
melibatkan
semua
unsur
terkait
seperti
lembaga
sosial
ekonomi,
organisasi
profesi,
pemerintah
daerah
setempat
sampai
pada
petani
itu
sendiri.
Kecamatan
Cijati
merupakan
Kecamatan
yang
baru
berdiri
secara
definitif,
untuk
menunjang
kegiatan
penyuluhan
pertanian
diperlukan
sarana
dan
prasarana
yang
memadai,
baik
itu
tenaga
penyuluh
maupun
faktor
pendukung
lainnya.
Dalam
rangka
menyebarkan
informasi
teknologi
dan
berjalannya
proses
belajar
mengajar
di
tingakat
petani
perlu
adanya
metode
kegiatan
yang
efektif
dan
efisien
serta
mudah
dicerna
oleh
petani
seperti
SLPHT,
kursus
tani,
demplot
dan
lain
sebagainya.
Hal
ini
memerlukan
bantuan
alokasi
kegiatan
baik
itu
dari
dinas
pertanian
kabupaten
maupun
pemerintah
daerah
setempat.
(5)
Da ft a r Pust a k a
BPP
Cijati.2009.
Programa
Penyuluhan
BPP
Kec.
Cijati
Th.2010
.Cianjur
;
2009
BPP
Cijati.2009.
Rencana
Kegiatan
Penyuluhan
Pertanian
(RKPP)
Kecamatan
Cijati
Th.2010
.Cianjur
;
2009
Dinas
Pertanian
TPH
Kab.Cianjur.2010.
Daftar
Alokasi
Pupuk
BLP
Tahun
2010
.Cianjur;2009
Dinas
Pertanian
TPH
Kab.Cianjur.2010.
Daftar
Alokasi
Pupuk
Bersubsidi
Tahun
2010
.Cianjur;2010
Dinas
Pertanian
TPH
Kab.Cianjur.2010.
Daftar
Rencana
Dosis
Sarana
Kegiatan
(6)