Dini Afriansyah, 2015 PEMBELAJARAN MATERI LUMUT BRYOPHYTA BERMUATAN NILAI D ENGAN MOD EL SIKLUS BELAJAR
LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN SIKAP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
3. Sikap Siswa
Berdasarkan hasil analisis data tes awal dan tes akhir, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan Tabel 4.6 antara sebelum dan sesudah
pembelajaran bermuatan nilai. Hasil sikap siswa dan didapatkan nilai
N-Gain
yang berarti pada taraf sedang 0,4, dan hasil ini membuktikan bahwa pembelajaran bermuatan nilai berpengaruh pada perubahan sikap siswa yakni
dengan meningkatnya nilai skala siswa pada tes awal dan tes akhir pada taraf sedang, selain itu berdasarkan Tabel 4.6 pada masing- masing variabel nilai
didapatkan semua variabel nilai seperti nilai religi, pendidikan, sosio-politik dan intelektual juga berada pada taraf sedang yakni dengan nilai N -Gain
rata-rata dari 0,4, dengan rincian sebagai berikut: a. Nilai Religi
Nilai religius merupakan kandungan nilai yang diperoleh dengan melihat dan merenungkan tentang keteraturan, keunikan, dan kekaguman terhadap
fenomena alam yang merupakan olah kalbu sehingga mampu mengingat kebesaran Tuhan Yang Maha Esa serta meningkatkan keimanan, dimana
keimanan seseorang akan muncul bila dihadapkan pada pengamatan dan penghayatan terhadap alam sekitar dan alam luas tentang adanya keteraturan,
keunikan Yudianto, 2005. Penerimaan nilai anta ra sebelum dan sesudah menunjukkan perbedaan, yakni dari hasil N-gain dengan nilai 0,5 dengan
kategori sedang. Pembelajaran dengan muatan nilai ini, mempengaruhi variabel nilai
religi siswa, dengan penjelasan dari guru, mengamati keteraturan alam, da n tumbuhan lumut khususnya membuat siswa semakin sadar bahwa segala
sesuatu di ciptakan oleh sang pencipta. Hal senada menurut Trianto 2010, suatu pandangan yang naïf apabila dengan mempelajari IPA akan
mengurangi kepercayaan pada Tuhan, karena secara empiris orang yang mendalami mempelajari IPA, makin sadarlah dirinya akan adanya kebenaran
hukum- hukum alam, sadar akan adanya keterkaitan di dalam alam raya
Dini Afriansyah, 2015 PEMBELAJARAN MATERI LUMUT BRYOPHYTA BERMUATAN NILAI D ENGAN MOD EL SIKLUS BELAJAR
LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN SIKAP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dengan Maha Pengatur yakni Allah SWT, walau bagaimanapun manusia membaca, mempelajari dan menerjemahkan alam, manusia makin sadar akan
keterbatasan. Selain adanya muatan nilai dalam pembelajaran materi Lumut, faktor lain adalah dari luar siswa yakni faktor eksternal. Lingkungan keluarga,
tempat tinggal siswa yang agamis juga berkontribusi dalam penerimaan variabel nilai religi. Hal ini terlihat dari hasil wawancara beberapa orangtua
siswa yang mendidik anak mereka dengan nilai- nilai islam dan pergaulan anak mereka.
Sikap siswa adalah salah satu hasil belajar selain dari pengetahuan dan keterampilan motorik. Salah satu yang mempengaruhi pembentukan sikap
adalah adanya informasi yang diperoleh oleh individu Krench D, dkk. 1982. Bruner Rustaman dkk, 2003 menambahkan bahwa belajar menyangkut tiga
proses yang berlangsung hampir bersamaan, salah satu proses tersebut adalah memperoleh informasi baru, selanjutnya informasi tersebut akan berpengaruh
terhadap sistem keyakinan yang dapat mengubah atau menguatkan keyakinannya sehingga membentuk sikap, yakni serangkaian keyakinan yang
menentukan pilihan terhadap objek atau situasi tertentu Hakam, 2007. Oleh karena itu jelas bahwa informasi baru yang diterima merupakan salah satu
faktor pembentuk dan perubahan sikap. Hasil penelitian dengan Susilowati 2014 dan Rubbani FR 2011 juga
menunjukkan bahwa nilai religi pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, oleh karena itu pembelajaran dengan muatan nilai
dapat meningkatkan sikap religi siswa.
b. Nilai Intelektual Nilai intelektual adalah nilai yang melandasi kecerdasan manusia untuk
mengambil sikap dan prilaku yang tepat serta sikap kritis terhadap suatu masalah
setelah belajar
bahan ajar
Yudianto, 2005.
Dalam pengembangannya, nilai intelektual senantiasa didasari oleh pemahaman
Dini Afriansyah, 2015 PEMBELAJARAN MATERI LUMUT BRYOPHYTA BERMUATAN NILAI D ENGAN MOD EL SIKLUS BELAJAR
LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN SIKAP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
tentang nilai praktis yaitu berkaitan dengan konsep dasarnya. Contohnya dalam memahami pemeliharaan terhadap segala jenis Bryophyta yang
merupakan tanggung jawab kita semua sehingga akan menimbulkan sikap kritis pada siswa untuk menjaga kelestarian semua jenisspesies Lumut
Bryophyta yang ada di dunia. Berdasarkan hasil penelitian jumlah dan penerimaan nilai intelektual tes
awal dan tes akhir dengan rata-rata 18,56 dan 22,8. Berdasarkan hasil
N-Gain
yang diperoleh adalah 0,4 yakni pada taraf sedang. Hal ini terjadi karena pada pengembangan nilai intelektual, informasi yang didapatkan siswa tidak hanya
diperoleh dari sumber informasi lain seperti buku tetapi juga media lainnya seperti internet. Hasil penelitian tentang pembelajaran dengan muatan nilai
Rahayu 2012 dan Susilowati 2014 menunjukkan bahwa nilai yang berhubungan dengan sikap intelektual pada kelas eksperimen dengan
pembelajaran bermuatan nilai lebih baik dibandingkan kelas kontrol, jadi pembelajaran dengan muatan nilai berperan dalam meningkatkan sikap
intelektual siswa yakni siswa dapat mengkritisi sesuatu hal dan mengambil sikap yang tepat.
c. Nilai Sosio-Politik Nilai sosio-politik merupakan kandungan nilai yang terdapat dalam
bahan ajar yang menganalogikan atau me ngumpamakan amtsal teori dengan kehidupan manusia untuk dijadikan pelajaran Yudianto, 2005. Pada materi
Bryophyta terdapat banyak sekali perumpamaan yang dapat digali dan dijadikan sebagai bahan pelajaran oleh siswa. Contohnya tubuh Lumut
dibangun oleh berbagai macam sel dan organ lain seperti rizoid, berbagai macam sel dan daun semu, organ dan bagian tumbuhan lumut selalu bekerja
sesuai dengan fungsinya. Hal tersebut dapat ditiru oleh manusia dalam berorganisasi setiap orang harus melaksanakan fungsi dan perannya
masing- masing dan mensukseskan program yang telah dilaksanakan.
Dini Afriansyah, 2015 PEMBELAJARAN MATERI LUMUT BRYOPHYTA BERMUATAN NILAI D ENGAN MOD EL SIKLUS BELAJAR
LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN SIKAP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil penelitian jumlah dan penerimaan nilai sosio-politik tes awal dan tes akhir dengan rata-rata 33,46 dan 42,46. Berdasarkan hasil
N-Gain
yang diperoleh adalah 0,5 yakni pada taraf sedang. Hal ini terjadi karena pada pengembangan Nilai sosio-politik, membuka pikiran siswa yakni
selama ini banyak hal- hal disekitar mereka yang merupakan ilmu sosial yang bisa diambil dan diimplemnetasikan dalam kehidupan sehari- hari. Terutama
pada materi Bryophyta siswa dapat belajar pelajaran hidup yakni nilai sosio-politik dari tumbuhan yang selama ini dianggap remeh. Seperti lumut
walaupun kecil dan kelihatannya tidak bermanfaat maka dengan mempelajari muatan nilai siswa mendapatkan banyak hal dari Lumut.
Penelitian serupa mengenai pembelajaran bermuatan nilai yang dilakukan oleh Susilowati 2014 dan Rahayu 2012 bahwa nilai sosio-politik siswa
yang menggunakan muatan nilai pada proses pembelajarannya lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini dikarenakan dengan muatan nilai
pada pembelajaran siswa mendapatkan banyak hal mengenai nilai- nilai sosio-politik, sehingga penerimaan variabel ini baik dan lebih tinggi
dibandingkan kelas kontrol.
d. Nilai Pendidikan Nilai pendidikan merupakan kandungan nilai yang diperoleh dengan
meniru fenomena alam atau hukum alam yang dapat memberikan inspirasi, ide, gagasan cemerlang untuk dapat diterapkan Yudianto, 2005.
Berdasarkan nilai yang diperoleh yakni tes awal dan tes akhir 17,3 dan 22,1. Nilai yang tinggi pada hasil tes akhir ini dipengaruhi oleh informasi- informasi
baru yang diperoleh oleh siswa dengan diterapkannya pembelajaran bermuatan nilai dengan model siklus belajar 5E.
Nilai pendidikan banyak yang didapatkan siswa, misalnya lumut tidak memiliki akar sejati hanya beberapa sel yang menyerupai akar yang disebut
rizoid, walau tidak sebaik akar sejati pada umumnya, lumut tetap dapat
Dini Afriansyah, 2015 PEMBELAJARAN MATERI LUMUT BRYOPHYTA BERMUATAN NILAI D ENGAN MOD EL SIKLUS BELAJAR
LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN SIKAP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
mengambil unsur hara mineral dalam tanah atau tempat ia menempel untuk hidup, dengan belajar dari lumut siswa sadar bahwa mereka harus memiliki
kreatifitas, apalagi di zaman yang penuh dengan persaingan yang ketat. Penelitian yang dilakukan Susilo 2014 dan Rahayu 2012
menunjukkan bahwa dengan muatan nilai pada proses pembelajaran, penerimaan variabel nilai pendidikan lebih tinggi pada kelas eksperimen
dibandingkan kelas kontrol. Siswa mendapatkan banyak hal melalui materi yang diajarkan dengan pembelajaran bermuatan nilai. Pengembangan
nilai- nilai sains dari materi Bryophyta telah mengajarkan banyak hal pada siswa, dan membuka pikiran mereka tentang hal- hal di sekitar mereka yang
merupakan hasil meniru perumpamaan dari materi Bryophyta untuk diterapkan dalam kehidupan. Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini, sikap siswa berada dalam kategori sedang dengan variabel seluruh nilai variabel sikap rata-rata 0,4. Sikap siswa yang paling tinggi
adalah sikap religi dan sosio-politik, dikarenakan contoh pada nilai tersebut banyak diberikan oleh guru.
Menurut teori, pembelajaran nilai dapat membentuk sikap siswa pada kategori tinggi, tetapi hasil yang diperoleh pada kategori sedang, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya profes ionalisme guru dari segi persiapan mengajar. Pertama adalah tujuan, dalam hal ini guru sudah bagus
merumuskan tujuan dalam proses pembelajaran, selain itu dalam RPP juga sudah jelas tercatat tujuan dengan jelas, dan hal- hal yang hendak dicapai
dalam proses pembelajaran, begitupun dalam LKS dan kuis juga dicantumkan tujuan yang hendak diperoleh terutama mengenai nilai. Kedua adalah materi
pelajaran, guru dan peneliti memaksimalkan materi ini misalnya membuat powerpoint yang menarik bagi siswa, dan menyiapkan objek Bryophyta
seperti Lumut daun, Tanduk dan Hati. Ketiga adalah faktor ekonomi yakni tersedianya alat dan dana untuk proses belajar mengajar. Faktor ini cukup
bagus yakni tersedia Infokus, pencahayaan kelas dan alat untuk praktikum
Dini Afriansyah, 2015 PEMBELAJARAN MATERI LUMUT BRYOPHYTA BERMUATAN NILAI D ENGAN MOD EL SIKLUS BELAJAR
LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN SIKAP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
yang baik. Persiapan mengajar yang dilakukan oleh guru, dalam mengajarkan pembelajaran yang bermuatan nilai masih minim pengalaman karena guru
baru pertama kali melakukannya. Keterbatasan pengetahuan guru dan kebiasaan mengajar juga turut andil dalam meningkatkan sikap siswa dengan
kategori sedang. Pengalaman mengajar guru yang minim, membuat guru sedikit kewalahan, walaupun sebelum pembelajaran bermuatan nilai
berlangsung, guru dan peneliti telah berdiskusi tentang pembelajaran bermuatan nilai, mulai dari nilai sains yang terkandung dalam materi Biologi
dalam waktu yang cukup panjang yakni seminggu. Contoh konkrit pada materi lain, yaitu bagaimana cara mengajarkan materi agar siswa tertarik dan
bersemangat, selain itu faktor dari peneliti sendiri yang memiliki keterbatasan dalam memberikan petunjuk kepada guru mengenai nilai sains dalam
pembelajaran. Faktor dari guru selain pengalaman mengajarkan nilai yang minim,
faktor lain adalah kompetensi guru, berdasarkan pengamatan peneliti kompetensi guru dalam mengajar belum begitu memuaskan. Hasil penelitian
National Training Laboratories Bethelmaine
dalam Yudianto, 2001 menyebutkan retensi rata-rata daya serap materi pelajaran yang disajikan
berbeda, dalam hal ini guru sudah cukup baik dalam mengupayakan daya serap peserta didik dengan menggunakan diskusi kelompok, audiovisual dan
praktek langsung apa yang diajarkan, hal ini sesuai dengan karekateristik dari model siklus belajar itu sendiri yakni berlandaskan konstruktivisme sehingga
materi pembelajaran diajarkan secara bermakna sehingga meningkatkan penguasaan konsep siswa, dengan adanya muatan nilai dalam proses
pembelajarannya makin menambah pemahaman materi dan pembentukan sikap siswa. Menurut Krench dkk dalam Yudianto, 2005, sesuatu dipandang
bernilai apabila seseorang telah mengamatinya, dan mempelajarinya kemudian ia bersikap menerima atau menyetujui terhadap makna kandungan
nilai- nilainya.
Dini Afriansyah, 2015 PEMBELAJARAN MATERI LUMUT BRYOPHYTA BERMUATAN NILAI D ENGAN MOD EL SIKLUS BELAJAR
LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN SIKAP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Belajar bermakna menurut Ausubel Dahar, 2011 adalah proses pembelajaran yang membuat siswa menghubungkan atau mengaitkan
informasi itu pada pengetahuan berupa konsep atau lainnya, jadi guru cenderung menjelaskan teori, dan pada akhirnya membuat siswa belajar
dengan cara hapalan. Selama observasi guru oleh peneliti guru juga belum mengajarkan pengajaran untuk berpikir. Menurut Costa 1985, Yudianto,
2005 yang dimaksud mengajar untuk berpikir adalah mengajarkan isi akademik yang dapat memperkuat aspek kognitif seseorang. Dalam hal ini
materi pelajaran Sains dapat berfungsi seba gai media untuk berpikir siswa, tidak hanya memahami isinya tetapi juga mengambil pelajaran nilai dan moral
dari prinsip-prinsip, teori maupun hukum dan Sains untuk diterapkan dalam kehidupan sehari- hari Yudianto, 2005. Menurut pemaparan tersebut guru
dapat menerapkan pengajaran berpikir khususnya dalam Sains untuk menanamkan
nilai dan
moral misalnya
menggunakan metode
amsalperumpamaan, menerapkan hukum Aqli dan Naqli yang melibatkan ayat suci Al-quran. Selain itu guru juga dapat menggunakan metode ilmia h
misalnya langsung praktikum bukannya hanya ceramah dan gambar dari charta saja. Selain itu guru juga dapat menerapkan BiologiIPA sebagai model
pembalajaran sosial yakni memerankan contoh-contoh kehidupan untuk mengajarkan kepada manusia khususnya peserta didik dengan pesan-pesan
tertentu. Hal ini sesuai dengan pernyataan teori belajar prilaku yang dipopulerkan oleh Albert Bandura 1969 dalam Dahar 2011 Yudianto,
2005 yang terdiri dalam empat fase, yaitu perhatian, retensi, produksi dan motivasi. Teori ini memaparkan bahwa seseorang belajar melalui pengamatan
terhadap tingkah laku orang lain model, kemudian hasil pengamatan itu dimantapkan
dengan cara
menghubungkannya dengan
pengalaman sebelumnya atau mengulang-ulang kembali untuk memberi kesempatan agar
orang tersebut mengekspresikan tingkah laku yang dipelajari tersebut. Misalnya bagaimana berang-berang membuat bendungan, bagaimana pencak
Dini Afriansyah, 2015 PEMBELAJARAN MATERI LUMUT BRYOPHYTA BERMUATAN NILAI D ENGAN MOD EL SIKLUS BELAJAR
LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN SIKAP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
silat dalam jurus-jurusnya meniru dari prilaku hewan. Menggunakan metode amsalperumpamaan guru sebenarnya dapat memberikan penjelasan mengenai
hal tersebut, hal ini terlihat dalam Al-Quran misalnya dituliskan kisah bagaimana anak adam yang membunuh saudaranya, lalu kebingungan mau
diapakan jenazah saudarannya tersebut, lalu Allah SWT mengirim burung yang berkelahi lalu, burung yang mati dikuburkan oleh burung yang menang
dalam pertarungan tersebut. Jadi guru dapat memberikan contoh-contoh yang baik dan buruk untuk menanamkan sikap pada siswa, dengan media
pembelajaran misalnya infokus, guru dapat memberikan contoh gambar pohon beringin dan pohon cemara dan membandingkan perbedaan diantara
keduanya. Faktor lain dari guru adalah guru belum sepenuhnya memahami hakikat dari sains itu sendiri. Menurut Sund dalam Yudianto, 2005 sains
mencakup hal- hal berikut: pertama sikap ilmiah seperti keyakinan nilai- nilai, gagasanpendapat,objektif, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan
sebagainya. Kedua adalah metode ilmiah yaitu suatu cara khusus dalam meneliti untuk memecahkan problem atau penyelidikan, seperti mengamati
fakta, membuat hipotesis, merancang dan melaksanakan eksperimen, megumpulkan dan menyusun data, mengevaluasi data, menafsirkan dan
menyimpulkan dan membuat teori dan mengkomunikasikannya. Ketiga adalah produk ilmiah, yaitu berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori
tentang fenomena alam. Jadi jelaslah bahwa target pendidikan sains terutama biologi bukan hanya menguasai sekumpulan teori tentang fenomena alam,
tetapi menuntun adanya kemampuan melakukan metode ilmiah dan sikap ilmiah, disini sikap sangat ditekankan.
Faktor pada guru yang lain adalah pengetahuan filosofi dan landasan dalam hal ini adalah hakikat pendidikan, masih terbatas hanya bagaimana
siswa paham materikonsep. Sebagaimana kita ketahui bahwa pembelajaran sains dengan pendidikan nilai di sekolah memiliki landasan Yuridis, filosofis,
Agama dan landasan teori pendidikan yang holistik. Landasan yuridis
Dini Afriansyah, 2015 PEMBELAJARAN MATERI LUMUT BRYOPHYTA BERMUATAN NILAI D ENGAN MOD EL SIKLUS BELAJAR
LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN SIKAP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
mencakup landasan ideal, konstitusional dan operasional. Landasan idealnya adalah pancasila, sehingga setiap bentuk pendidikan terutama pembelajaran
biologi harus mencerminkan aplikasi dari kelima sila dalam pancasila. Landasan filosofis dan agama menghendaki adanya pendidikan yang kaffah
yaitu terintegrasinya ilmu dan agama menjadi satu kesatuan yang utuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Albert Einst
ein “Sains tanpa agama adalah buta, dan Agama tanpa sains adalah lumpuh. Hal senada juga diungkapkan Bloom, yang
menyebutkan bahwa sistem pendidikan mencakup tiga ranah, yakni kognitif, psikomotor dan afektif. Romizoski menambahkan bahwa bersatunya ke tiga
ranah tersebut menimbulkan kreatifitas pada peserta didik. Oleh karena itu hakikat pendidikan bukan hanya mentrasnfer ilmu pengetahuan dari guru
kepada siswa, melainkan adanya upaya pembentukan pribadi siswa agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, seba gaimana dalam agama dan yang
diamanatkan oleh undang-undang Yudianto, 2005. Faktor yang berpengaruh lainnya adalah dari administrasi yakni
jumlah siswa yang cukup banyak, idealnya guru membimbing 15-20 siswa, sehingga pelaksanaan pembelajaran bermuata n nilai benar-benar bermakna.
Waktu yang dibutuhkan juga terbatas hanya satu kali pertemuan dengan durasi tiga jam, untuk mengefektifkan waktu, guru dan peneliti
memperhitungkan waktu dengan cermat, misalnya tes awal penguasaan konsep diberikan sehari sebelum pembelajaran bermuatan nilai, dan meminta
tambahan jam pelajaran pada guru lain sehingga menjadi empat jam pelajaran. Faktor lainnya adalah siswa, dimana siswa yang beranekaragam, seperti
memiliki kemampuan yang berbeda-beda, usia yang berbeda dan latar belakang serta psikologi siswa pada saat proses pembelajaran sangat
berpengaruh terhadap pembentukan sikap dengan pembelajaran bermuatan nilai ini. Banyak faktor terutama dari siswa yang belum bisa dikendalikan
sepenuhnya oleh guru.
Dini Afriansyah, 2015 PEMBELAJARAN MATERI LUMUT BRYOPHYTA BERMUATAN NILAI D ENGAN MOD EL SIKLUS BELAJAR
LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN SIKAP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
4. Hasil Uji Korelasi Konsep dan Sikap Siswa