Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Dan Penawaran Minyak Goreng Curah Di Kota Medan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN MINYAK GORENG CURAH DI KOTA MEDAN
SKRIPSI
OLEH: BERRY DHIYA SHAVANA
090304072 AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
Universitas Sumatera Utara

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN MINYAK GORENG CURAH DI KOTA MEDAN

SKRIPSI
BERRY DHIYA SHAVANA 090304072
AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

Ketua

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Anggota


( H.M. Mozart B. Darus, M.Sc ) NIP. 19621005198703 1 005

( Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec ) NIP. 19630204199703 1 001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
BERRY DHIYA SHAVANA (090304072) dengan judul skripsi: “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Dan Penawaran Minyak Goreng Curah Di Kota Medan”. (Studi Kasus: Pasar Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota, Pasar Medan Deli Kecamatan Medan Barat, dan Pasar Sei Sikambing Kecamatan Medan Helvetia). Penelitian ini dibimbing oleh bapak HM. Mozart B. Darus, M.Sc, selaku ketua komisi pembimbing skripsi dan bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec, selaku anggota komisi pembimbing skripsi.
Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis (1) faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan minyak goreng curah di Kota Medan, (2) faktor – faktor yang mempengaruhi penawaran minyak goreng curah di Kota Medan.
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik pengambilan sampel aksidental (accidental sampling) yaitu menentukan sampel berdasarkan orang yang ditemui secara kebetulan atau siapa saja yang memenuhi kriteria. Sampel yang diteliti sebanyak 30 sampel pembeli minyak goreng curah dan 30 sampel pedagang minyak goreng curah. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Dari sisi permintaan secara serempak jumlah permintaan minyak goreng curah dipengaruhi oleh harga beli konsumen, pendapatan rata-rata per bulan, dan jumlah tanggungan. Secara parsial, variabel harga beli konsumen dan jumlah tanggungan berpengaruh secara nyata terhadap jumlah permintaan minyak goreng curah, sedangkan pendapatan rata-rata per bulan tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah permintaan minyak goreng curah (2) Dari sisi penawaran secara serempak jumlah penawaran minyak goreng curah dipengaruhi oleh harga beli pedagang, keuntungan, dan harga barang lain. Secara parsial, variabel keuntungan berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran minyak goreng curah, sedangkan harga beli pedagang dan harga barang lain tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah penawaran minyak goreng curah.
Kata Kunci: Permintaan, Penawaran, Minyak Goreng Curah
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis memiliki nama lengkap Berry Dhiya Shavana dilahirkan di Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 06 September 1991 dari Ayahanda H. Bustami Yahya, SH dan Ibunda Hj.Ir.Ernita. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.
Pendidikan formal yang telah ditempuh oleh penulis adalah sebagai berikut: Pada tahun 1997 lulus dari Taman Kanak-Kanak Pesantren Modern Daarul Uluum Kisaran, Provinsi Sumatera Utara kemudian di tahun yang sama melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 010083 Kisaran hingga tahun 2000. Pada Tahun 2000 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Negeri 11 Lubuk Linggau, Provinsi Sumatera Selatan hingga tahun 2001. Pada Tahun 2001 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Negeri 2 Bengkulu, Provinsi Bengkulu dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 14 Kota Jambi, Provinsi Jambi dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Kota Jambi, Provinsi Jambi dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB).

Pada bulan Juli hingga bulan Agustus 2013 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Bahilang, Kecamatan Tebing Syahbandar, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara dan ditahun yang sama penulis melakukan penelitian skripsi di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Adapun judul skripsi ini adalah “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Dan Penawaran Minyak Goreng Curah Di Kota Medan”.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak H.M. Mozart B Darus, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing dan
Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar. 2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 3. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan. 4. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara khususnya pegawai Program Studi Agribisnis yang telah membantu seluruh proses administrasi. 5. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian penulis.
Universitas Sumatera Utara

Segala hormat dan terima kasih sebesar-besarnya khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda H. Bustami Yahya, SH dan Ibunda Hj. Ir. Ernita atas kasih sayang, motivasi, dan dukungan baik secara materi maupun do’a yang telah banyak diberikan kepada penulis selama ini. Terima kasih sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada adik-adik tercinta (Muhammad Rafli Shahlevi, Annissa Nabella, Harry Muttaqien) dan seluruh keluarga besar penulis atas dukungan, semangat, dan do’a yang telah diberikan.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua rekan-rekan seperjuangan di Program Studi Agribisnis stambuk 2009 khususnya kepada sahabat-sahabat penulis: IMAHOR (Afdhal Azzuhri, Apriananda Utama, Arnol Sitompul, dan Susilo Sudarman), Sitri Sorga, Winda Ayu Wulandari, Mahda Sari Putri, dan Aminah Nur M.L yang telah banyak membantu dan memberikan semangat baik semasa perkuliahan maupun dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga penelitian yang dilakukan bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, November 2013
Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iii

DAFTAR ISI........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix
PENDAHULUAN................................................................................................ 1 Latar Belakang ............................................................................................... 1 Identifikasi Masalah....................................................................................... 6 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6 Kegunaan Penelitian ...................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN............................................ 8
Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 8 Landasan Teori............................................................................................. 11
Permintaan ............................................................................................ 11 Penawaran ............................................................................................. 16 Penelitian Sebelumnya................................................................................. 21 Kerangka Pemikiran..................................................................................... 22 Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 25
METODE PENELITIAN ................................................................................. 26 Metode Penentuan Daerah Penelitian .......................................................... 26 Metode Penentuan Sampel........................................................................... 26 Metode Pengumpulan Data.......................................................................... 27 Metode Analisis Data................................................................................... 28 Definisi dan Batasan Operasional ................................................................ 34 Definisi.................................................................................................. 34 Batasan Operasional.............................................................................. 35
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL......................................................................... 36
Deskripsi Daerah Penelitian......................................................................... 36 Letak dan Keadaan Geografis ............................................................... 36
Keadaan Penduduk ...................................................................................... 37 Kepadatan Penduduk ............................................................................ 37
Universitas Sumatera Utara

Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin ..................... 38 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ............................................... 39 Sarana dan Prasarana ............................................................................ 40 Karakteristik Sampel Penelitian................................................................... 42 Konsumen ............................................................................................. 42 Pedagang ............................................................................................... 44 HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 47 Permintaan Minyak Goreng Curah .............................................................. 47 Uji Asumsi Klasik................................................................................. 47 Uji Kesesuaian Model dan Uji Hipotesis.............................................. 51 Penawaran Minyak Goreng Curah............................................................... 55 Uji Asumsi Klasik................................................................................. 56 Uji Kesesuaian Model dan Uji Hipotesis.............................................. 59 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 65 Kesimpulan .................................................................................................. 65 Saran............................................................................................................. 65 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Tabel 1

2
3 4
5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
18
19 20
21

Judul Kebutuhan, ketersediaan, produksi ,dan surplus minyak goreng Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2012 Perkembangan Harga Eceran Minyak Goreng di Kota Medan Tahun 2011 Profil Lokasi Penelitian Pasar Tradisional di Kota Medan Luas Wilayah, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kota Medan pada Tahun 2011 Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2011 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Sarana dan Prasarana Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan Distribusi Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan Distribusi Sampel Berdasarkan Pendapatan Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan Distribusi Sampel Berdasarkan Lama Berdagang Distribusi Sampel Berdasarkan Keuntungan Nilai Coefficient dan VIF Hasil Uji Normalitas Permintaan Minyak Goreng Curah Menggunakan Uji One Sampel Kolmogorov Smirnov Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Minyak Goreng Curah Nilai Coefficient dan VIF Hasil Uji Normalitas Penawaran Minyak Goreng Curah Menggunakan Uji One Sampel Kolmogorov Smirnov Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Minyak Goreng Curah

Hal 3
5
26 37
38
39 40 42 43 43 44 45 45 46 46 47 50
51
56 59
59

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Judul Kurva Permintaan Pergeseran Kurva Permintaan Kurva Penawaran Pergeseran Kurva Penawaran Skema Kerangka Pemikiran Scatterplot Uji Heteroskedastisitas Histogram Uji Normalitas Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Scatterplot Uji Heteroskedastisitas Histogram Uji Normalitas Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Hal 12 12 17 18 24 48 49 49 56 57 58

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 2
3 4 5
6
7

Judul Karakteristik Konsumen Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Minyak Goreng Curah Karakteristik Pedagang Keuntungan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Minyak Goreng Curah Hasil Output SPSS Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Minyak Goreng Curah di Kota Medan Hasil Output SPSS Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Minyak Goreng Curah di Kota Medan


Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
BERRY DHIYA SHAVANA (090304072) dengan judul skripsi: “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Dan Penawaran Minyak Goreng Curah Di Kota Medan”. (Studi Kasus: Pasar Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota, Pasar Medan Deli Kecamatan Medan Barat, dan Pasar Sei Sikambing Kecamatan Medan Helvetia). Penelitian ini dibimbing oleh bapak HM. Mozart B. Darus, M.Sc, selaku ketua komisi pembimbing skripsi dan bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec, selaku anggota komisi pembimbing skripsi.
Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis (1) faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan minyak goreng curah di Kota Medan, (2) faktor – faktor yang mempengaruhi penawaran minyak goreng curah di Kota Medan.
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik pengambilan sampel aksidental (accidental sampling) yaitu menentukan sampel berdasarkan orang yang ditemui secara kebetulan atau siapa saja yang memenuhi kriteria. Sampel yang diteliti sebanyak 30 sampel pembeli minyak goreng curah dan 30 sampel pedagang minyak goreng curah. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Dari sisi permintaan secara serempak jumlah permintaan minyak goreng curah dipengaruhi oleh harga beli konsumen, pendapatan rata-rata per bulan, dan jumlah tanggungan. Secara parsial, variabel harga beli konsumen dan jumlah tanggungan berpengaruh secara nyata terhadap jumlah permintaan minyak goreng curah, sedangkan pendapatan rata-rata per bulan tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah permintaan minyak goreng curah (2) Dari sisi penawaran secara serempak jumlah penawaran minyak goreng curah dipengaruhi oleh harga beli pedagang, keuntungan, dan harga barang lain. Secara parsial, variabel keuntungan berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran minyak goreng curah, sedangkan harga beli pedagang dan harga barang lain tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah penawaran minyak goreng curah.
Kata Kunci: Permintaan, Penawaran, Minyak Goreng Curah
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Pembangunan sub sektor perkebunan khususnya kelapa sawit merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian integral pembangunan nasional. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan utama sumber minyak nabati yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan bagi jutaan keluarga petani, sumber devisa negara, penyedia lapangan kerja, pemicu dari pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru, kelapa sawit juga berperan dalam mendorong tumbuh dan berkembangnya industri hilir berbasis minyak sawit di Indonesia (Departemen Pertanian, 2007).
Salah satu produk turunan dari kelapa sawit adalah Crude Palm Oil (CPO). CPO diolah dari daging buah kelapa sawit. Dari CPO dapat diolah lagi menjadi produk setengah jadi yaitu : RBD Stearin, RBD Olein, dan Fatty Acid. RBD Stearin dapat diolah menjadi margarine, deterjen, sabun, shortening. RBD Olein dapat diolah menjadi minyak goreng dan minyak salad. Fatty Acid dapat diolah menjadi oleochemical, fatty alcohol, fatty amine, glycerol, dan methyl ester (Antara, 2008).
Minyak goreng merupakan salah satu bahan makanan pokok yang dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, baik yang berada di pedesaan maupun di perkotaan. Oleh karena itu, minyak goreng dapat pula dikategorikan sebagai komoditas yang cukup strategis, karena pengalaman selama ini menunjukkan bahwa kelangkaan minyak goreng dapat menimbulkan dampak ekonomis dan politis yang cukup berarti bagi perekonomian nasional (Amang, dkk, 1996).
Universitas Sumatera Utara

Permintaan terhadap minyak goreng terus meningkat dari tahun ke tahun. Di dalam negeri, pertumbuhan permintaan dari rumah tangga tidak hanya bersumber dari pertumbuhan penduduk tetapi juga konsumsi per kapita. Sementara itu, seiring dengan makin tumbuh dan berkembangnya perekonomian nasional permintaan dari industri pengolahan maupun industri makanan juga semakin tinggi (Amang, dkk, 1996).
Sebagian besar permintaan terhadap minyak goreng adalah untuk konsumsi rumah tangga. Tingginya tingkat permintaan terhadap minyak goreng kelapa sawit disebabkan banyaknya manfaat yang dapat diperoleh, seperti mengandung beta karoten atau pro-vitamin A serta E yang dapat berguna untuk menurunkan kolesterol dan menghambat penuaan. Berbagai kelebihan inilah yang dimanfaatkan oleh para industri minyak goreng dalam memasarkan produkproduknya (Wahyono, 2006).
Dari sisi penawaran, yang menjadi produsen utama minyak goreng Indonesia adalah perusahaan-perusahaan skala besar dan sedang. Dengan kondisi seperti itu, pasar minyak goreng cenderung oligopoli. Peranan industri minyak goreng skala kecil semakin terdesak seiring dengan menurunnya peranan minyak kelapa sebagai pemasok bahan baku minyak goreng nasional (Amang, dkk, 1996).
Di Indonesia industri minyak goreng sawit pada umumnya berada di kota-kota besar yang dilengkapi dengan fasilitas pelabuhan. Penyebaran lokasi industri minyak goreng berada di Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Sumatera Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur (BPS, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Besarnya permintaan terhadap minyak goreng dapat dilihat dari jumlah konsumsi atau kebutuhan terhadap minyak goreng. Pada Tabel 1 memperlihatkan kebutuhan minyak goreng di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2010 hingga 2012 menunjukkan tren/kecendrungan yang meningkat dimana terjadi peningkatan kebutuhan minyak goreng dari tahun 2010 hingga 2012 sebesar 57.306 ton atau 45,3%. Namun kebutuhan minyak goreng di Provinsi Sumatera Utara masih jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan ketersediaannya sehingga mengakibatkan terjadinya surplus minyak goreng setiap tahunnya.

Tabel 1. Kebutuhan, ketersediaan, produksi ,dan surplus minyak goreng

provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2012

Tahun

Kebutuhan (Ton)

Ketersediaan (Ton)

Produksi (Ton)

Surplus (Ton)

2010


126.522

2.296.710

2.186.044 2.170.188

2011

183.828

387.704

2.281.020

203.876

2012

183.828


964.758

2.509.122

780.930

Jumlah

494.178

3.649.172 6.976.186 3.154.994

Sumber: Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, 2012

Peningkatan kebutuhan/jumlah permintaan akan minyak goreng tentunya akan mengakibatkan peningkatan dari sisi produksi. Peningkatan produksi minyak goreng di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel 1 dimana pada tahun 2010 hingga tahun 2011 terjadi peningkatan produksi minyak goreng sebesar 94.976 ton atau sebesar 4,34%. Hal yang sama juga terjadi pada tahun 2011 hingga tahun 2012 dimana terjadi peningkatan produksi minyak goreng sebesar 228.102 atau sebesar 10%. Hal ini menujukkan bahwa provinsi Sumatera Utara memiliki potensi yang cukup besar dalam memproduksi minyak goreng sehingga dapat memenuhi kebutuhan akan minyak goreng yang cenderung meningkat tiap tahunnya.

Universitas Sumatera Utara

Pada saat ini minyak goreng kelapa sawit dipasarkan dalam dua bentuk, yaitu secara curah dan dalam kemasan dengan merek/label tertentu. Minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek merupakan sama-sama hasil dari proses industri namun memiliki perbedaan dari segi kualitas. Perbedaan dari segi kualitas ini diakibatkan dari perbedaan tahapan proses produksi dalam pembuatannya. Minyak goreng curah hanya melalui 1 kali proses penyaringan, berwarna kuning keruh, dan didistribusikan dalam bentuk non kemasan. Sementara minyak goreng bermerk melalui 3-4 proses penyaringan, berwarna kuning jernih, dan dikemas dengan label atau merek tertentu. Perbedaan dalam proses produksi juga mengakibatkan kandungan kadar lemak dan asam oleat pada minyak goreng curah juga lebih tinggi dibandingkan minyak goreng bermerek yang mengakibatkan dampak yang kurang baik bagi kesehatan (Sitekno, 2012).
Dilihat dari aspek kebersihan dan higienitas, minyak goreng curah tidak sebaik minyak goreng bermerek. Minyak goreng curah biasanya didistribusikan ke warung-warung grosir penjual kebutuhan bahan pokok dengan menggunakan truk tangki dan kemudian dituangkan ke dalam drum-drum minyak yang kurang terjamin kebersihannya. Selain dari aspek kebersihan dan higenitas, perbedaan pun dapat dilihat dari segi harga. Harga minyak goreng curah relatif lebih murah daripada minyak goreng bermerek. Saat ini, harga minyak goreng curah di beberapa pasar tradisional berkisar Rp. 10.000/kg sedangkan untuk minyak goreng dalam kemasan/bermerek berada pada kiraran harga Rp 11.500-12.500/kg (Antaranews, 2011).

Universitas Sumatera Utara

Pada tabel 2 dapat dilihat perbedaan harga antara minyak goreng curah dengan harga beberapa produk minyak goreng bermerek di Kota Medan, dimana harga minyak goreng curah per kilogram relatif lebih murah jika dibandingkan dengan harga minyak goreng bermerek.

Tabel 2.Perkembangan Harga Eceran Minyak Goreng di Kota Medan Tahun

2011

Jenis Minyak Goreng

Bulan

Curah Kuning/Kg

Bimoli 2 liter

Sania 2 liter

Januari


11.064

24.660

22.940

Februari

11.050

24.850

23.300

Maret

10.760

25.560

23.660

April

9.700

25.850

24.300

Mei

9.680

25.900

24.500

Juni

9.800

25.900

24.500

Juli

9.235

25.900

24.550

Agustus

9.324

26.260

24.880

September

9.675

26.250

25.050

Oktober

9.385

26.150

24.900

November

9.420

25.960

24.900

Desember

9.525

25.800

24.900

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011

Meskipun minyak goreng bermerek memiliki banyak keunggulan dan kian marak beredar di pasaran Kota Medan, namun berdasarkan informasi yang diperoleh dari pedagang di beberapa pasar tradisional di Kota Medan permintaan terhadap minyak goreng curah masih tergolong tinggi. Hal ini dikarenakan selain karena harga minyak goreng curah yang masih lebih murah jika dibandingkan harga minyak goreng bermerek, konsumen pun dapat dengan mudah memperoleh dan membeli minyak goreng curah secara eceran di pasar tradisional terdekat.

Sebagai akibat dari masih tingginya permintaan terhadap minyak goreng curah, pedagang di pasar tradisional masih gencar berjualan minyak goreng curah. Hal

Universitas Sumatera Utara

ini dikarenakan keuntungan dari penjualan minyak goreng curah bisa lebih besar jika dibandingkan dengan penjualan minyak goreng bermerk. Padahal pemerintah sudah berencana dan mulai melakukan sosialisasi untuk menghapus peredaran minyak goreng curah dengan tujuan untuk melindungi kesehatan konsumen. Berangkat dari fenomena itu peneliti merasa tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran minyak goreng curah di Kota Medan.
Identifikasi Masalah Setelah menguraikan latar belakang maka dapat disimpulkan beberapa masalah yang akan diidentifikasi, yaitu : 1. Apakah ada pengaruh faktor harga beli konsumen, pendapatan rata-rata per
bulan, dan jumlah tanggungan terhadap permintaan minyak goreng curah di Kota Medan ? 2. Apakah ada pengaruh faktor harga beli pedagang, keuntungan, dan harga barang lain terhadap penawaran minyak goreng curah di Kota Medan ?
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis pengaruh faktor harga beli konsumen, pendapatan rata-
rata per bulan, dan jumlah tanggungan terhadap permintaan minyak goreng curah di Kota Medan. 2. Untuk menganalisis pengaruh faktor harga beli pedagang, keuntungan, dan harga barang lain terhadap penawaran minyak goreng curah di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara

Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan kemudian hari dapat digunakan sebagai : 1. Sebagai bahan informasi bagi konsumen dan produsen/pedagang minyak
goreng yang terkait dengan permintaan dan penawaran minyak goreng curah. 2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan kepada pemerintah dalam
menyusun kebijakan yang terkait dengan minyak goreng. 3. Sebagai bahan referensi dan studi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan sebagai bahan pangan. Penggunaan minyak goreng biasanya sebagai media penggorengan bahan pangan, penambah cita rasa ataupun shortening yang membentuk tekstur pada roti. Sebanyak 49% dari total permintaan minyak goreng di Indonesia adalah untuk konsumsi rumah tangga dan sisanya untuk keperluan industri, termasuk industri perhotelan dan restoran-restoran dan juga usaha fast food (Wijana, 2005).
Minyak goreng yang dikonsumsi masyarakat, pada masa sebelum orde baru dan sampai pada awal pembangunan jangka panjang (PJP) I, didominasi oleh jenis minyak goreng asal kelapa. Semenjak semakin meningkatnya produksi kelapa sawit pada tahun 1970-an, minyak goreng asal kelapa tergeser oleh minyak goreng asal sawit. Dibandingkan dengan minyak sawit, minyak kelapa mengandung lemak jenuh dalam jumlah tinggi dan diperkirakan sebagai penyebab penyakit jantung koroner. Rendahnya lemak jenuh dalam minyak sawit dikarenakan produksi minyak sawit melalui proses pemanasan dan pengepresan (Amang, dkk, 1996).
Keunggulan lain yang dimiliki oleh minyak sawit dibandingkan minyak kelapa adalah harga minyak kelapa sawit lebih murah dan juga warnanya yang lebih jernih sehingga aman bagi kesehatan. Selain itu, minyak kelapa sawit juga mengandung beta karoten atau pro-vitamin A, antioksidan dan pro-vitamin E

(tokoferol dan tokotrienol) yang sangat diperlukan dalam proses metabolisme dan untuk kesehatan tubuh manusia (Amang, dkk, 1996).
Minyak goreng kelapa sawit ini diperoleh dari pengolahan daging kelapa sawit (TBS) lalu diolah lagi menjadi Crude Palm Oil (CPO). Dari CPO diolah lagi menjadi RBD (Refined, Bleached, Deodorized) Olein. RBD Olein ini dalam perdagangannya disebut minyak goreng (CIC, 2003).
Adapun pengolahan minyak goreng kelapa sawit menurut Capricorn Indonesia Consult (2003), terbagi atas 2 cara yaitu : 1. Pengolahan dengan cara basah yaitu pengolahan yang melalui tiga tahapan,
penyaringan bahan padatan dan pencucian, fraksinasi (pemisahan fraksi cair/ Olein dan fraksi padat/stearin), rafinasi (pemucatan Olein / bleaching dan pemisahan asam lemak bebas serta bau / deodorisasi). Pengolahan ini memakai campuran antara CPO, detergen (Natrium sulfat), fosforic acid, bleaching earth. Rendemen minyak goreng yang dihasilkan sekitar 67,6 % dari bahan baku CPO-nya. 2. Pengolahan dengan cara kering yaitu pengolahan yang melalui empat tahapan, degumming (memisahkan lender yang ada dalam CPO), bleaching (memucatkan warna minyak dan mengikat logam-logam berat yang ada dalam minyak), deodorizing (menghilangkan bau yang ada dalam minyak), dan fractionation (memisahkan fraksi padat dan fraksi cair dari RBD Palm Oil). Pengolahan ini memakai campuran antara CPO, H3PO4, CaCO3, dan Bleaching earth. Rendemen minyak goreng yang dihasilkan sekitar 58,5 % dari bahan baku CPO-nya.

Produk minyak goreng yang mengalami proses fraksinasi kurang sempurna biasanya dipasarkan oleh perusahaan minyak goreng sebagai kualitas bulk atau minyak goreng curah yang pada umumnya disimpan dan didistribusikan dalam drum-drum. Walaupun kualitasnya kurang baik, namun minyak goreng curah cukup banyak diminati masyarakat karena harganya lebih murah dibandingkan dengan minyak goreng kemasan (merek) dan mudah didapatkan di pasar (Satyawibawa dan Widiyastuti, 1999).
Secara nasional, minyak goreng yang dikonsumsi masyarakat sebagian besar masih dalam bentuk minyak goreng curah, yakni mencapai 80%. Sisanya, yakni 20% dalam bentuk kemasan (bermerek). Hal ini dikarenakan harga minyak goreng curah lebih murah (20% - 30%) jika dibandingkan harga minyak goreng kemasan (Sipayung, 2012).
Kebutuhan terhadap minyak goreng untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri meningkat terus, sejalan dengan pertumbuhan penduduk maupun peningkatan konsumsi per kapita. Secara teoritis kecenderungan meningkatnya rata-rata konsumsi per kapita minyak goreng disebabkan oleh perubahan pola konsumsi penduduk, pendapatan per kapita, dan sedikit banyak dipengaruhi oleh perkembangan dalam budaya masak-memasak (Amang, dkk, 1996).

Landasan Teori
Permintaan (Demand) Dalam ilmu ekonomi, istilah permintaan menunjukkan jumlah barang dan jasa yang akan dibeli konsumen pada periode waktu dan keadaan tertentu. Periode waktu tersebut bisa satu tahun dan keadaan yang harus diperhatikan antara lain harga barang yang dibeli, pendapatan konsumen, jumlah tanggungan, selera, dan lain-lain (Arsyad, 2000).
Daya beli seseorang tergantung atas dua unsur pokok yaitu pendapatan yang dapat dibelanjakan dan harga barang yang dikehendaki. Apabila jumlah pendapatan yang dapat dibelanjakan seseorang berubah maka jumlah barang yang diminta juga akan berubah. Demikian halnya dengan harga barang yang dikehendaki juga dapat berubah. Secara matematis pengaruh perubahan harga dan pendapatan terhadap jumlah yang diminta dapat diketahui secara serentak.
Dalam hukum permintaan dikatakan bahwa “apabila harga suatu barang turun maka permintaan komsumen akan barang itu meningkat dan sebaliknya, jika harga suatu barang naik maka permintaan konsumen akan barang itu menurun”, apabila semua faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah yang diminta dianggap tidak berubah cateris paribus. Artinya kuantitas yang diminta akan menurun ketika harganya meningkat dan kuantitas yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan negatif (negatively related) dengan harga (Nopirin, 1994).

Adapun bentuk kurva permintaan adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Kurva Permintaan Adapun variabel-variabel yang menentukan jumlah komoditi yang diinginkan oleh rumah tangga adalah : harga barang bersangkutan, pendapatan rata-rata rumah tangga, jumlah penduduk, harga-harga komoditi yang ada hubungannya dengan komoditi tersebut. Untuk mengerti pengaruh masing-masing variabel tersebut di atas, semua variabel lainnya dianggap tetap (Djojodipuro, 1991). Pergeseran kurva permintaan dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 2. Pergeseran Kurva Permintaan

Pergeseran kurva permintaan ke kanan dari kurva Dx bergeser ke Dx1 menunjukkan adanya pertambahan dalam permintaan suatu barang yang dapat disebabkan oleh adanya perubahan faktor-faktor diluar harga barang itu sendiri misalnya: pendapatan, selera, jumlah penduduk, dan lain-lain (Nuraini, 2006).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan, yaitu :
1. Harga barang itu sendiri Naik turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya terhadap barang yang diminta. Kuantitas akan menurun ketika harganya meningkat dan kuantitas yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan negatif (negatively related) dengan harga (Djojodipuro, 1991).
Sesuai dengan hukum permintaan hubungan antara harga barang dan jumlah barang yang diminta adalah negatif. Bila harga naik maka permintaan turun dan sebaliknya bila harga turun permintaan akan naik dengan asumsi ceteris paribus. Dengan demikian perubahan harga terhadap permintaan mempunyai arah yang berkebalikan (Pracoyo, 2006).
2. Harga Barang Pengganti (Substitusi) Kenaikan harga barang substitusi berarti penurunan harga barang tersebut secara relatif meskipun harga barang tersebut tetap tidak berubah. Hal ini akan mengakibatkan permintaan akan suatu barang akan naik bila harga barang substitusinya naik. Begitu juga sebaliknya bila harga barang penggantinya turun maka permintaan akan barang tersebut juga turun. Hal ini karena harga barang

tersebut lebih mahal jika dibandingkan dengan harga barang penggantinya (Simbolon, 2007).
3. Pendapatan Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau rendahnya pendapatan masyrakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas permintaan. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan membelanjakan lebih sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang. Jika permintaan terhadap sebuah barang berkurang ketika pendapatan berkurang, barang tersebut dinamakan barang normal (normal goods) (Setiadi, 2003).
Hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif. Bila pendapatan seseorang/masyarakat meningkat maka akan meningkatkan permintaan terhadap suatu barang. Ini terjadi, bila barang yang dimaksud adalah barang normal. Apabila jenis barang yang dimaksud adalah barang yang berkualitas rendah maka dengan adanya kenaikan pendapatan, konsumen justru akan mengurangi permintaan terhadap barang tersebut (Pracoyo, 2006).
4. Jumlah Penduduk Pertambahan penduduk biasanya diikuti dengan perkembangan akan permintaan suatu komoditi karena dalam kondisi tersebut akan lebih banyak orang yang membutuhkan komoditi tersebut (Sugiarto, dkk, 2000).

Pertambahan jumlah penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan. Tetapi biasanya pertambahan jumlah penduduk diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan (Sukirno, 2003).
5. Selera Selera masyarakat mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap keinginan masyarakat untuk membeli barang-barang atau jasa-jasa. Perubahan selera masyarakat tentunya akan mempengaruhi permintaan. Bila selera konsumen akan suatu komoditi meningkat, permintaan akan komoditi tersebut akan meningkat. Sebaliknya, bila selera konsumen berkurang, permintaan akan komoditi tersebut menurun (Sugiarto, dkk, 2000).
Perubahan selera konsumen yang lebih menyenangi suatu barang misalnya karena pengaruh iklan akan mengakibatkan lebih banyak barang yang akan diminta pada setiap tingkat harga sehingga permintaannya akan naik sebaliknya berkurangnya selera konsumen akan barang tersebut akan menyebabkan permintaannya turun (Simbolon, 2007).
6. Ekpektasi Ekspektasi para konsumen bahwa harga-harga akan naik di masa depan mungkin menyebabkan mereka membeli barang tersebut sekarang untuk menghindari kemungkinan kerugian adanya kenaikan harga tersebut. Demikian juga halnya bila konsumen memperkirakan pendapatannya akan naik di masa depan. Namun sebaliknya penurunan permintaan akan terjadi bila konsumen memperkirakan

bahwa di masa depan harga-harga akan naik atau pendapatannya akan turun (Simbolon, 2007).
Sebagai contoh, jika masyarakat memperkirakan dapat memperoleh penghasilan lebih tinggi bulan depan, maka mereka lebih bersedia membelanjakan lebih banyak minyak goreng curah. Contoh lain, jika masyarakat menduga harga minyak goreng curah akan turun besok, masyarakat mungkin kurang bersedia membelinya pada harga yang berlaku hari ini.
Penawaran (Supply) Dalam istilah ekonomi, secara umum dikenal istilah supply yang berarti penawaran. Penawaran adalah jumlah barang yang ingin ditawarkan (dijual) oleh produsen pada berbagai tingkat harga selama satu periode waktu tertentu (Rahardja dan Mandala, 2006).
Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan para penjual. Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana keinginan para penjual untuk menawarakan barangnya apabila harganya tinggi dan bagaimana pula keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut apabila harganya rendah. (Sukirno, 2003).
Dalam hukum penawaran, pada dasarnya menyatakan makin tinggi harga suatu barang, makin banyak jumlah barang yang ditawarkan oleh pedagang. Sebaliknya, makin rendah harga barang, makin sedikit jumlah barang tersebut yang

ditawarkan oleh pedagang/produsen, dengan anggapan faktor-faktor lain tidak berubah (Daniel, 2002). Adapun bentuk kurva penawaran adalah sebagai berikut :
Gambar 3. Kurva Penawaran Kurva penawaran menanjak ke atas, yang menggambarkan bahwa jumlah yang ditawarkan naik dengan kenaikan harga. Yang dimaksud dengan penawaran bukan suatu titik pada kurva penawaran, melainkan seluruh kurva penawaran, ialah hubungan yang lengkap (seluruh hubungan) antara penjualan yang diinginkan dengan harga-harga alternatif yang mungkin terjadi dari komoditi yang bersangkutan. Penawaran (supply) menunjukkan seluruh hubungan antara jumlah suatu komoditi yang ditawarkan dan harga komoditi tersebut, dimana variabelvariabel lain dianggap tetap. Suatu titik pada kurva penawaran menggambarkan jumlah yang ditawarkan (the quantity supplied) pada harga tersebut (Kadariah, 1994).

Pergeseran kurva penawaran dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 4. Pergeseran Kurva Penawaran Pergeseran kurva penawaran dari kurva Sx ke Sx1 atau perpindahan dari titik A ke titik B disebut dengan pergeseran kurva penawaran. Perpindahan dari titik A ke titik B menunjukkan adanya pertambahan dalam jumlah suatu barang yang ditawarkan (Nuraini, 2006). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran, yaitu : 1. Harga komoditi itu sendiri Untuk mengembangkan teori tentang penentuan harga suatu komoditi, perlu dipelajari hubungan antara jumlah yang ditawarkan dari setiap komoditi dan harga komoditi tersebut. Suatu teori ekonomi dasar menjelaskan bahwa makin tinggi harga suatu komoditi, makin banyak jumlah barang yang ditawarkan. Sebabnya ialah karena keuntungan yang dapat diperoleh dari produksi suatu komoditi akan naik jika harga tersebut naik, demikian juga sebaliknya, sedangkan input yang dipakainya tetap (Djojodipuro, 1991).

2. Harga Komoditi Lain Secara umum dapat dikatakan bahwa apabila harga barang substitusi naik maka penawaran terhadap suatu barang akan bertambah, dan sebaliknya. Sedangkan untuk barang komplemen, dapat dinyatakan bahwa apabila harga barang komplemen naik, maka penawaran terhadap suatu barang akan berkurang, dan begitu juga sebaliknya (Rahardja dan Manurung, 2006).
3. Harga Faktor Produksi Semakin tinggi harga faktor-faktor produksi, maka akan mengakibatkan semakin tingginya biaya produksi, sehingga menjadi kendala untuk meningkatkan jumlah produksi. Hal ini dapat mengakibatkan semakin rendahnya penawaran atas suatu barang. Demikian sebaliknya, jika harga faktor-faktor produksi menurun mengakibatkan biaya produksi menjadi rendah, sehingga perusahaan akan lebih untung dengan memproduksi dalam jumlah yang besar. Ini dapat mengakibatkan jumlah penawaran atas suatu barang akan meningkat (Bangun, 2007).
4. Tujuan Perusahaan Pada umumnya perusahaan berusaha memaksimumkan keuntungan sehingga mereka akan memanfaatkan kapasitas produksinya pada tingkat kapasitas yang memaksimumkan keuntungannya. Meskipun demikian, ada pula perusahaan yang melakukan kegiatan dengan lebih mementingkan faktor keselamatan dan tidak mau terlalu menantang risiko. Dengan demikian perbedaan tujuan perusahaan menimbulkan pengaruh yang berbeda pada penentuan tingkat produksi, sehingga penawaran suatu komoditi akan berbeda-beda sifatnya tergantung pada tujuan perusahaan (Sugiarto, dkk, 2000).

Besar-kecilnya keuntungan yang diinginkan oleh produsen akan ikut mempengaruhi besar-kecilnya harga jual sehingga jumlah barang yang ditawarkan pun akan banyak terpengaruhi. Semakin besar keuntungan yang akan diperoleh semakin besar harga jual dan semakin banyak barang yang ditawarkan, sebaliknya semakin kecil keuntungan semakin rendah harga jual, maka semakin sedikit harga yang ditawarkan (Sukwiaty, 2006).
5. Tingkat teknologi Perbaikan teknologi atau penggunaan teknologi baru sebagai pengganti teknologi lama akan meningkatkan produksi. Selain itu, kemajuan teknologi menurunkan biaya produksi (Rahim dan Hastuti, 2008).
Perbaikan teknologi akan menyebabkan proses produksi menjadi lebih efisien sehingga pada harga jualnya tetap maka keuntungan akan lebih besar bila biaya produksinya turun. Kurva penawaran bergeser ke kanan (kenaikan penawaran). Teknik produksi yang lebih efisien atau penawaran harga sumber menyebabkan biaya produksi menjadi turun dan kurva penawarannya akan naik. Sebaliknya kenaikan harga sumber-sumber atau penggunaan teknologi yang kurang efisien akan menaikkan biaya produksi dengan demikian kurva penawaran akan menurun (Simbolon, 2007).
6. Ekspektasi harga di masa depan Bila ekspektasi bahwa harga akan naik di masa yang akan datang, produsen akan mengurangi penawarannya sekarang dan menaikkan penawarannya di masa depan. Tetapi mungkin dapat terjadi dengan adanya ekspektasi akan menaikkan

harga menyebabkan produsen segera menaikkan produksinnya dengan demikian kurva penawaran naik dan bergerak ke kanan (Simbolon, 2007).
7. Pajak dan Subsidi Pajak dan subsidi akan mempengaruhi biaya produksi. Pengenaan pajak akan menaikkan biaya produksi dan pemberian subsidi akan menurunkan biaya produksi. Dengan demikian pengenaan pajak akan menurunkan penawaran dan pemberian subsidi akan menyebabkan penawaran naik (Simbolon, 2007).
Penelitian Sebelumnya Penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Jeruk Manis di Kota Pematangsiantar Provinsi Sumatera Utara” oleh Mery Christina Gultom (2009). Hasil penelitian menyatakan bahwa dari sisi permintaan jeruk manis, secara serempak dipengaruhi oleh harga beli konsumen, pendapatan, dan jumlah tanggungan. Secara parsial, harga beli konsumen, pendapatan, dan jumlah tanggungan berpengaruh nyata terhadap permintaan jeruk manis. Dari sisi penawaran jeruk manis, secara serempak dipengaruhi oleh harga beli pedagang, biaya produksi penjualan, dan profit (keuntungan). Secara parsial, variabel harga beli pedagang dan biaya produksi penjualan tidak berpengaruh secara nyata terhadap penawaran jeruk manis sedangkan profit (keuntungan) berpengaruh secara nyata terhadap penawaran jeruk manis.
Penelitian yang berjudul “Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Dan Penawaran Telur Ayam Ras di Kota Binjai Provinsi Sumatera Utara” oleh Vicha Debby A. Sianipar (2011). Hasil penelitian menyatakan bahwa permintaan telur ayam ras dipengaruhi oleh faktor harga beli konsumen,

pendapatan, dan jumlah tanggungan sedangkan harga komoditi lain yaitu telur itik tidak mempengaruhi permintaan telur ayam ras. Dari sisi penawaran telur ayam ras dipengaruhi oleh faktor harga beli pedagang, biaya pemasaran dan keuntungan.
Penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Minyak Goreng di Kota Medan” oleh Faoeza Hafiz Saragih (2010). Hasil penelitian menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi minyak goreng secara signifikan adalah jumlah tanggungan keluarga dan minyak goreng bersifat inelastis serta merupakan barang inferior sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek adalah harga minyak goreng itu sendiri dan jumlah tanggungan keluarga.
Penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Jual Minyak Goreng Curah di Pasar Tradisional Medan” oleh Dian Permana (2011). Hasil penelitian menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual minyak goreng curah di pasar tradisional Medan adalah jumlah penawaran minyak goreng curah, harga minyak goreng merk, biaya produksi dan hari besar dan faktor yang secara signifikan mempengaruhi harga jual minyak goreng curah adalah biaya produksi. Secara umum minyak goreng merupakan barang yang bersifat inelastis.
Kerangka Pemikiran Minyak goreng curah merupakan minyak goreng yang dijual ke pasar tanpa menggunakan merek dan label produk, yang biasanya ditempatkan di dalam jerigen besar atau drum, lalu dijual kembali dalam satuan literan/kilogram kepada

konsumen. Minyak goreng curah dalam prosesnya hanya melalui satu kali proses penyaringan, berwarna kuning keruh, dan kurang baik bagi kesehatan. Meskipun dari segi kualitas kurang baik, namun minyak goreng curah masih banyak diminati masyarakat Indonesia karena harganya yang lebih murah jika dibandingkan dengan minyak goreng kemasan (merek), selain itu minyak goreng curah juga mudah didapatkan di pasar-pasar tradisional terdekat.
Dari segi permintaan, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan secara teoritis meliputi: harga barang itu sendiri, harga barang pengganti (substitusi), pendapatan, jumlah penduduk, selera, dan ekspektasi. Namun permintaan yang dikaji dalam penelitian ini adalah permintaan individual oleh konsumen minyak goreng curah sehingga faktor-faktor yang diduga mempengaruhi permintaan terhadap minyak goreng curah adalah harga beli konsumen, pendapatan rata-rata per bulan, dan jumlah tanggungan. Oleh karena itu, faktor-faktor ini perlu diteliti apakah memang benar berpengaruh terhadap permintaan minyak goreng curah.
Dari segi penawaran, Secara teoritis ada beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran yaitu: harga komoditi itu sendiri, harga komoditi lain, harga faktor produksi, tujuan perusahaan, tingkat teknologi, ekspektasi harga di masa depan, dan pajak dan subsidi. Namun penawaran yang dikaji dalam penelitian ini adalah penawaran individual yaitu penawaran yang dilakukan oleh pedagang minyak goreng curah sehingga faktor-faktor yang diduga mempengaruhi penawaran terhadap minyak goreng curah adalah harga faktor produksi/harga beli pedagang, keuntungan, dan harga barang lain. Faktor-faktor inilah yang akan dilihat apakah memang berpengaruh terhadap penawaran minyak goreng curah.

Pasar tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli yang ditandai dengan adanya transaksi oleh penjual dan pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar. Di pasar tradisional inilah pedagang minyak goreng curah menawarkan dagangannya sehingga konsumen/pembeli pun akan datang ke pasar tradisional untuk membeli minyak goreng curah. Adapun kerangka pemikiran yang berkaitan dengan faktor-faktor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Faktor yang mempengaruhi :
1. Harga beli konsumen 2. Pendapatan rata-rata
per bulan 3. Jumlah tanggungan

Permintaan Minyak Goreng Curah

Pasar Tradisional

Faktor yang mempengaruhi :
1. Harga beli pedagang 2. Keuntungan 3. Harga barang lain

Penawaran Minyak Goreng Curah

Keterangan:

: menyatakan hubungan : menyatakan pengaruh

Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran

Hipotesis Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah dan landasan teori yang dibuat, maka hipotesis dari penelitian ini adalah : 1. Ada pengaruh faktor harga beli konsumen, pendapatan rata-rata per bulan, dan
jumlah tanggungan terhadap permintaan minyak goreng curah di Kota Medan. 2. Ada pengaruh faktor harga beli pedagang, keuntungan, dan harga barang lain
terhadap penawaran minyak goreng curah di Kota Medan.

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) yaitu di Kota Medan. Alasan memilih Kota Medan adalah dengan pertimbangan bahwa Kota Medan merupakan kota dengan jumlah penduduk tertinggi di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2011 sebesar 2.117.224 jiwa. Sehingga diasumsikan kebutuhan akan bahan-bahan makanan pokok termasuk minyak goreng juga semakin tinggi.

Dan yang menjadi lokasi penelitian adalah pasar tradisional dikarenakan minyak goreng curah