Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Membeli Minyak Goreng Curah (Studi Kasus : Pasar Sentral Di Kecamatan Medan Kota Di Kota Medan)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
KONSUMEN MEMBELI MINYAK GORENG CURAH
(Studi Kasus : Pasar Sentral di Kecamatan Medan Kota di Kota Medan)SKRIPSI
Oleh:
APRIANANDA UTAMA
090304047
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
KONSUMEN MEMBELI MINYAK GORENG CURAH
(Studi Kasus : Pasar Sentral di Kecamatan Medan Kota di Kota Medan)SKRIPSI Oleh:
APRIANANDA UTAMA 090304047
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Di Program Studi Agribisnisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
(Ir. Lily Fauzia, M.Si) (Dr. Ir. Salmiah, MS) NIP : 196308221988032003 NIP : 195702171986032001
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2013
(3)
ABSTRAK
APRIANANDA UTAMA (090304047) dengan judul Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Membeli Minyak Goreng Curah (Studi Kasus : Pasar Sentral di Kecamatan Medan Kota di Kota Medan). Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si dan Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi alasan konsumen membeli minyak goreng curah di lokasi penelitian, untuk menganalisis hubungan antara umur dan tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen di lokasi penelitian, dan untuk menganalisis pengaruh harga minyak goreng curah, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah di lokasi penelitian. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, metode analisis korelasi Rank Spearman dan metode analisis regresi linier berganda. Penentuan daerah penelitian secara purposive. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni tahun 2013.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) alasan konsumen membeli minyak goreng curah adalah harganya murah, merupakan kebutuhan sehari-hari dan mudah diperoleh; (2) Tidak terdapat hubungan antara umur dan tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen; (3) Secara parsial harga minyak goreng curah berpengaruh signifikan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah sedangkan pendapatan dan jumlah tanggungan tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah. Secara serempak harga minyak goreng curah, pendapatan dan jumlah tanggungan berpengaruh terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah.
(4)
RIWAYAT HIDUP
Apriananda Utama lahir di Padang pada tanggal 4 April 1991 anak dari Bapak Muhardi dan Ibu Ernitawati. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar Kartika I-11 Padang tamat tahun 2003.
2. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Padang tamat tahun 2006.
3. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Padang tamat tahun 2009.
4. Tahun 2009 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur UMB (Ujian Masuk Bersama).
5. Bulan Juni 2013 melakukan penelitian skripsi di Kota Medan.
6. Bulan Juli-Agustus 2013 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Kotarih Baru, Kecamatan Kotarih, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.
(5)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya serta nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul ini adalah Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Membeli Minyak Goreng Curah Studi Kasus Pasar Sentral, Kota Medan. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah
banyak membimbing dan memberikan masukan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
3. Seluruh dosen dan Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU yang selama ini telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.
4. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara khususnya pegawai Program Studi Agribisnis yang telah membantu seluruh proses administrasi.
(6)
Segala hormat dan terima kasih khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda Muhardi dan Ibunda Ernitawati atas kasih sayang, motivasi, dan dukungan baik secara materi maupun doa yang diberikan kepada penulis dan juga kepada adinda Elga Desia Putri yang telah memberikan semangat kepada penulis.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat IMAHOR (Susilo Sudarman, Arnol Sitompul, Berry Dhiya Shavana dan Afdhal Azzuhri) Winda, Sitri, Aminah serta teman-teman angkatan 2009 di Program Studi Agribisnis yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kebaikan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan khususnya bagi penulis pribadi. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Oktober 2013
(7)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN ... Latar Belakang ... 1
Identifikasi Masalah ... 4
Tujuan Penelitian ... 5
Kegunaan Penelitian ... 5
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka ... 6
Landasan Teori ... 8
Penelitian Terdahulu ... 14
Kerangkan Pemikiran ... 15
Hipotesis Penelitian ... 18
METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 19
Metode Penentuan Sampel ... 19
Metode Pengumpulan Data ... 20
Metode Analisis Data ... 20
Definisi dan Batasan Operasional ... 26
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN Deskripsi Daerah Penelitian ... 28
(8)
Sarana dan Prasarana... 32
Profil Pasar Sentral ... 34
Karakteristik Responden ... 34
HASIL DAN PEMBAHASAN Alasan Konsumen Membeli Minyak Goreng Curah ... 38
Hubungan Umur dan Tingkat Pendidikan dengan PerilakuKonsumen . 44 Hubungan Umur dengan Perilaku Konsumen... 44
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumen ... 45
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Pembelian ... 46
Hasil Uji Asumsi Klasik ... 47
Hasil Analisis Regresi Berganda ... 49
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 53
Saran ... 54
Kepada Konsumen ... 54
Kepada Produsen ... 54
Kepada Pemerintah ... 54
Kepada Peneliti Selanjutnya ... 54 DAFTAR PUSTAKA
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Hal
1 Perkembangan Harga Eceran Minyak Goreng di Kota Medan Tahun 2011
3 2 Berbagai Minyak Goreng dan Segmen Pasarnya 8
3 Parameter Tingkat Perilaku Konsumen 22
4 Luas Wilayah, Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2011
29 5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur pada Tahun
2011
30 6 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan 31
7 Sarana dan Prasaran 32
8 Karakteristik Responden Konsumen Minyak Goreng Curah 34 9 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur 35 10 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 36 11 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan 36 12 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan 36 13 Skor Rataan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Konsumen
39 14 Hubungan Umur dengan Perilaku Konsumen Dalam Membeli
Minyak Goreng curah
44 15 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumen
Dalam Membeli Minyak Goreng curah
45 16 Hasil Analisis Regresi Berganda Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Jumlah Pembelian Minyak Goreng Curah
(10)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Hal
1 Kerangka Pemikiran 17
2 Garis Normal Plot 47
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
1 Karakteristik Responden Konsumen Minyak Goreng Curah Pasar Sentrak Kota Medan, Tahun 2013
2 Kriteria Perilaku Konsumen Minyak Goreng Curah Pasar Sentral Kota Medan Tahun, 2013
3 Faktor-Faktor yang Mempengaruuhi Jumlah Pembelian Konsumen Pasar Sentral Kota Medan, Tahun 2013
4 Hubungan Umur dan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Perilaku Konsumen Minyak Goreng Curah Pasar Sentral Kota Medan, Tahun 2013
5 Hasil Analisis Regresi Berganda 6 Grafik Uji Heterokedastisitas
(12)
ABSTRAK
APRIANANDA UTAMA (090304047) dengan judul Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Membeli Minyak Goreng Curah (Studi Kasus : Pasar Sentral di Kecamatan Medan Kota di Kota Medan). Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si dan Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi alasan konsumen membeli minyak goreng curah di lokasi penelitian, untuk menganalisis hubungan antara umur dan tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen di lokasi penelitian, dan untuk menganalisis pengaruh harga minyak goreng curah, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah di lokasi penelitian. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, metode analisis korelasi Rank Spearman dan metode analisis regresi linier berganda. Penentuan daerah penelitian secara purposive. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni tahun 2013.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) alasan konsumen membeli minyak goreng curah adalah harganya murah, merupakan kebutuhan sehari-hari dan mudah diperoleh; (2) Tidak terdapat hubungan antara umur dan tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen; (3) Secara parsial harga minyak goreng curah berpengaruh signifikan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah sedangkan pendapatan dan jumlah tanggungan tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah. Secara serempak harga minyak goreng curah, pendapatan dan jumlah tanggungan berpengaruh terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah.
(13)
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok dan dikonsumsi oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia baik yang berada di perkotaan maupun pedesaan. Dapat dikatakan bahwa minyak goreng adalah komoditas yang sangat strategis, karena berdasarkan pengalaman Indonesia selama ini, menunjukkan bahwa kelangkaan minyak goreng dapat menimbulkan dampak ekonomis dan politis yang cukup berarti bagi perekonomian nasional (Amang , dkk, 1996).
Minyak goreng secara umum terdiri dari dua kelompok, yakni minyak goreng hewani dan minyak goreng nabati. Minyak nabati adalah yang paling banyak digunakan, terutama untuk menggoreng, karena lebih mudah didapatkan. Minyak goreng nabati ini dapat dibuat dari berbagai sumber seperti kelapa, kelapa sawit, dan kedelai (foodreview.com).
Di Indonesia minyak goreng nabati yang paling sering digunakan adalah minyak goreng bahan baku kelapa sawit. Selain karena Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit, minyak ini juga cukup ideal dari segi harga dan ketersediaan. Bila harus mengimpor jenis minyak nabati yang tidak bisa diproduksi di Indonesia, ini akan membutuhkan biaya yang besar. Selanjutnya mempengaruhi daya jual sehingga hanya dapat dikonsumsi oleh golongan masyarakat tertentu. Disamping itu, minyak kelapa sawit memiliki banyak keunggulan dibanding jenis-jenis minyak lain dan cocok dengan kebiasaan menggoreng masyarakat Indonesia (foodreview.com).
(14)
Untuk minyak goreng kelapa sawit ini terbagi dalam dua segmen, yaitu minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek. Minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek merupakan sama-sama hasil dari proses industri namun berbeda dari kualitas prosesnya. Untuk minyak goreng curah penyaringannya hanya dilakukan 1 kali, berwarna kuning keruh dan didistribusikan dalam bentuk non kemasan. Sedangkan minyak goreng bermerek 3-4 kali proses penyaringan, minyak yang jernih dan dikemas dengan merek tertentu (sitekno.com).
Dilihat dari aspek kebersihan serta kualitas produk, minyak goreng curah tidak sebaik minyak goreng bermerek. Didistribusikan dalam drum-drum dengan wadah terbuka membuat kebersihannya tidak terjamin. Selanjutnya diikuti dengan harganya yang relatif lebih murah daripada minyak goreng bermerek. Harga minyak goreng curah berkisar Rp10.000/ kg sedangkan minyak goreng bermerek Rp 11.500-12.500/kg (antaranews.com).
Pada tabel 1 disajikan perkembangan dan perbedaan harga antara minyak goreng curah dengan harga beberapa produk minyak goreng bermerek di Kota Medan, yang mana harga minyak goreng curah per kilogram relatif lebih murah jika dibandingkan dengan harga minyak goreng bermerek.
(15)
Tabel 1.Perkembangan Harga Eceran Minyak Goreng di Kota Medan Tahun 2011
Bulan Jenis Minyak Goreng
Curah Kuning/Kg Bimoli 2 liter Sania 2 liter
Januari 11.064 24.660 22.940
Februari 11.050 24.850 23.300
Maret 10.760 25.560 23.660
April 9.700 25.850 24.300
Mei 9.680 25.900 24.500
Juni 9.800 25.900 24.500
Juli 9.235 25.900 24.550
Agustus 9.324 26.260 24.880
September 9.675 26.250 25.050
Oktober 9.385 26.150 24.900
November 9.420 25.960 24.900
Desember 9.525 25.800 24.900
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011
Saat ini kita bisa lihat maraknya produk minyak goreng bermerek yang beredar di pasaran kota Medan. Produk minyak goreng bermerek itu diantaranya : Bimoli, Filma, Kunci Mas, Sania, Sunco, dan lain-lain. Meskipun minyak goreng bermerek memiliki banyak keunggulan dan kian marak beredar di pasaran kota Medan, minat konsumen untuk membeli minyak goreng curah masih ada (antarasumut.com).
Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik, karena preferensi dan sikap terhadap obyek setiap orang berbeda. Selain itu konsumen berasal dari beberapa segmen, sehingga apa yang dibutuhkan dan diinginkan juga berbeda (Suryani,2008).
Assael (1995) dalam Suryani (2008) mengembangkan model perilaku konsumen dengan menetapkan tiga faktor yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam pembelian. Faktor pertama yang berpengaruh pada perilaku konsumen adalah stimulus pemasaran. Stimulus pemasaran meliputi harga , produk, promosi
(16)
serta karakteristik konsumen (jumlah tanggungan, pendapatan dll). Pengaruh yang ketiga respon konsumen yaitu hasil akhir dari proses keputusan konsumen dan suatu pertimbangan yang menyeluruh dari semua faktor diatas.
Perilaku konsumen adalah soal keputusan. Lebih jauh lagi, keputusan adalah soal pilihan. Keputusan meliputi pilihan antara dua atau lebih alternatif. Pilihan meliputi produk yang dibeli, jumlah pembelian, lokasi, dan waktu pembelian (Setiadi, 2003).
Meskipun minyak goreng bermerek banyak beredar di pasaran dan kian gencar melakukan promosi tetapi minat konsumen terhadap minyak goreng curah tergolong tinggi. Padahal dari segi kualitas dan kebersihan minyak goreng curah tidak sebaik minyak goreng bermerek sehingga membuat peneliti tertarik untuk meneliti perilaku konsumen minyak goreng curah ini.
Berangkat dari uraian diatas peneliti akan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen membeli minyak goreng curah.
Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dari penelitian ini adalah :
1. Apa alasan konsumen membeli minyak goreng curah di lokasi penelitian? 2. Bagaimana hubungan karakteristik konsumen (umur dan tingkat
pendidikan) dengan perilaku konsumen di lokasi penelitian?
3. Bagaimana pengaruh harga minyak goreng curah, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah di lokasi penelitian?
(17)
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengidentifikasi alasan konsumen membeli minyak goreng curah di lokasi penelitian
2. Untuk menganalisis hubungan karakteristik konsumen (umur dan tingkat pendidikan) dengan perilaku konsumen membeli minyak goreng curah di lokasi penelitian.
3. Untuk menganalisis pengaruh harga minyak goreng curah, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah di lokasi penelitian.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa yang melakukan penelitian. 2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah mengenai konsumen minyak
goreng curah.
(18)
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN
KERANGKA PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk menggoreng makanan. Minyak goreng dapat dibuat dari berbagai macam bahan baku, diantaranya adalah kelapa sawit, kelapa, kacang-kacangan, bunga
matahari dan bahan baku lainnya
Minyak goreng dikonsumsi hampir seluruh masyarakat, baik itu di tingkat rumah tangga maupun industri makanan. Fungsi minyak goreng di kedua tingkat konsumen pada umumnya bukan sebagai bahan baku namun hanya sebagai bahan pembantu. Fungsi minyak goreng sangat penting dalam menciptakan aroma, rasa, warna, daya simpan dan dalam beberapa hal juga dapat sebagai alat peningkat nilai gizi (Amang,dkk, 1996).
Minyak goreng dapat dikelompokkan menurut bahan baku dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah minyak yang dihasilkan dari hewan yang secara awam diistilahkan sebagai lemak (fat). Penggunaan minyak hewani untuk dikonsumsi langsung rumah tangga sebagai bahan pangan relatif terbatas. Penggunaan minyak goreng hewani masih terbatas hanya pada kalangan masyarakat tertentu saja. Hal ini dikarenakan lemak yang dikandung minyak
goreng jenis ini sangat tinggi sehingga dapat membahayakan kesehatan (Amang, dkk, 1996).
(19)
Kelompok kedua adalah minyak nabati, yakni minyak yang dihasilkan dari ekstrak kandungan asam lemak dari tumbuh-tumbuhan. Minyak nabati yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah hasil olahan dari ekstrak minyak yang berasal dari kelapa sawit, kelapa, kacang tanah, kedelai, jagung, bunga matahari dan lobak. Di Indonesia sekitar 95 persen minyak goreng berasal dari minyak nabati adalah berasal dari sawit dan kelapa. Murahnya harga bahan baku dan ketersediaan yang relatif stabil merupakan salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut (Amang,dkk, 1996).
Minyak goreng yang dikonsumsi masyarakat pada masa sebelum orde baru dan sampai pada awal pembangunan jangka panjang (PJP) 1 didominasi oleh jenis minyak goreng asal kelapa. Semenjak semakin meningkatnya produksi kelapa sawit pada tahun 1970-an, minyak goreng asal kelapa tergeser oleh minyak goreng bahan baku sawit. Dibandingkan dengan minyak kelapa sawit, minyak kelapa mengandung lemak jenuh dalam jumlah tinggi. Minyak kelapa sawit rendah lemak jenuh karena produksi minyak kelapa sawit melalui proses pemanasan dan pengepresan (Amang,dkk, 1996).
Minyak goreng kelapa sawit mempunyai segmen pasar yang beragam tergantung kualitas minyak dan bahan pengkaya yang ditambahkannya seperti vitamin. Ada 5 segmen pasar yang dapat diidentifikasi dari strategi pemasaran pemain di industri minyak goreng ini, yaitu segmen pasar tradisional (kelas C), kelas B dan kelas B+ pasar tradisional dan swalayan, dan kelas A segmen supermarket . Produk minyak goreng yang bermain di pasar tradisional biasanya adalah industri lokal yang bahkan tidak menggunakan strategi periklanan yang gencar, contoh dari produk
(20)
ini adalah minyak goreng curah. Berikut beberapa merek serta segmentasi pasarnya disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Berbagai Merek Minyak Goreng dan Segmen Pasarnya
No Merek Dagang Segmen Pasar
1 Tidak Bermerek (Minyak
Goreng curah)
C
2 Bimoli, Kunci Mas B
3 Sania Royale, Bimoli Spesial B+
3 Happy Salad, Sunrise A
Sumber : Badan Perumahan dan Penanaman Modal, 2009
Landasan Teori
Konsumen
Istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen, yakni : konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri. Dalam konteks barang dan jasa yang dibeli kemudian digunakan langsung oleh individu sering disebut sebagai “ pemakai akhir” atau “konsumen akhir”. Konsumen organisasi terdiri dari organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintah dan lembaga lainnya (Sumarwan, 2004).
Perilaku Konsumen
Menurut Loudon dan Bitta (1995) di dalam Suryani (2008) menjelaskan bahwa perilaku konsumen mencakup proses pengambilan keputusan dan kegiatan yang dilakukan konsumen secara fisik dalam pengevaluasian, perolehan penggunaan atau mendapatkan barang dan jasa.
Banyak pengertian perilaku konsumen yang dikemukakan ahli. Salah satunya oleh Engel, yaitu suatu tindakan yang langsung mendapatkan, mengonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahuluinya dan penyusul tindakan tersebut. Perilaku konsumen terbagi 2 yaitu perilaku yang
(21)
tampak diantaranya jumlah pembelian, waktu, karena siapa, bagaimana dilakukan pembelian itu, sedangkan yang kedua adalah perilaku yang tidak tampak diantaranya persepsi, ingatan terhadap informasi dan pemasaran kepemilikan oleh konsumen (Umar, 2000).
Teori perilaku konsumen merupakan deskripsi tentang bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatan diantara barang dan jasa yang berbeda-beda untuk memaksimumkan kesejahteraan. Keputusan pembelian konsumen akan membantu kita memahami bagaimana perubahan pendapatan dan harga mempengaruhi permintaan barang dan jasa (Pyndick dan Rubinfield, 2001).
Keputusan Pembelian
Proses pengambilan keputusan konsumen dalam pembelian ditentukan oleh perilaku konsumen. Proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah pada kegiatan manusia untuk membeli barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannnya.
Faktor Konsumen
Ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli barang/jasa yakni : faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi motivasi atau kebutuhan, pengalaman, dan karakteristik konsumen. Faktor eksternal meliputi pengaruh dari lingkungan konsumen (Suryani, 2008).
Faktor Internal : 1. Motivasi Kebutuhan
Seorang konsumen tergerak untuk membeli suatu produk karena ada sesuatu yang menggerakkan. Menurut Jeffrey, et al (1996) dalam Suryani (2008), proses motivasi terjadi karena adanya kebutuhan, keinginan maupun harapan yang tidak
(22)
terpenuhi yang menyebabkan timbulnya ketegangan. Pada tingkat tertentu ketegangan ini akan berubah menjadi hasrat yang mendorong individu melakukan suatu perilaku tertentu guna memenuhi kebutuhan, keinginan, dan hasratnya tersebut.
2. Pengalaman
Pengalaman merupakan proses pembelajaran dalam perilaku seseorang dan kebanyakan perilaku manusia adalah hasil dari proses pembelajaran. Secara teori pembelajaran seseorang terjadi dari hasil dorongan, rangsangan isyarat dan tanggapan (Umar, 2000).
3. Karakteristik Konsumen
Karakteristik konsumen yang mempengaruhi perilaku konsumen yakni : a. Umur
Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama hidupnya. Selera akan makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi sering kali berhubungan dengan umur. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya (Setiadi, 2003). b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan juga mempengaruhi perilaku seseorang. Apabila pendidikan tinggi maka konsumen akan memilih barang-barang yang berkualitas baik. Tingkat pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir konsumen (Kotler, 1994).
Faktor Eksternal : 1. Kelompok Acuan
Kelompok acuan seseorang terdiri atas semua kelompok di sekitar individu yang mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku
(23)
individu tersebut. Kelompok acuan mempengaruhi pendirian dan konsep pribadi seseorang karena individu biasanya berhasrat untuk berperilaku sama dengan kelompok acuan tersebut (Suryani,2008).
2. Keluarga
Keluarga mempunyai peran penting dalam keputusan pembelian. Konsumen sebagai anggota keluarga yang sering berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain, perilakunya secara tidak langsung dipengaruhi oleh hasil interaksi tersebut. Oleh karena itu secara langsung atau tidak langsung keputusan pembelian dipengaruhi oleh keluarga (Suryani, 2008).
Faktor Stimulus Pemasaran a. Harga
Harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu barang dan pelayanan yang menyertainya. Konsumen sangat tergantung pada harga sebagai indikator kualitas produk terutama pada waktu harus membuat keputusan pembelian sedangkan informasi yang dimiliki tidak lengkap. Persepsi konsumen terhadap produk sering berubah-ubah seiring dengan perubahan yang terjadi pada harga. Harga merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam keputusan pembelian, apabila harga murah maka konsumen dengan sendirinya tertarik serta diikuti dengan jumlah pembelian yang lebih banyak (Sumarwan, 2004).
b. Kualitas Produk
Kepuasan pelanggan sangat berkaitan erat dengan kualitas. Kualitas memuaskan yang sudah dirasakan konsumen memberikan kepuasan terhadap keinginan konsumen. Konsumen yang puas selanjutnya kembali membeli produk tersebut (Kotler, 1994).
(24)
c. Promosi
Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk itu akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan pernah membelinya (Kotler, 1994).
Pada hakikatnya, promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi / membujuk, dan / atau mengingatkan pasar sasaran atas produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan (Kotler, 1994).
d. Lokasi
Lokasi atau tempat yang disebut dengan pasar merupakan pertemuan pembeli dan penjual yang bertemu secara teratur dan melakukan transaksi jual beli. Tempat pembelian sangat berpengaruh saat konsumen membeli karena tempat menentukan gengsi bagi sebagian orang (Mangkunegara,2002).
Setelah konsumen memutuskan untuk memilih suatu barang, selanjutnya konsumen memutuskan untuk menentukan jumlah pembelian.
Menurut Lipsey dkk di dalam Sanusi (2003) jumlah komoditas yang akan dibeli oleh seorang konsumen/ rumah tangga disebut sebagai jumlah yang diminta untuk komoditas tersebut. Ada beberapa konsep jumlah yang diminta yang perlu diperhatikan. Pertama ; jumlah yang diminta sebagai jumlah yang diinginkan. Jumlah ini menunjukkan berapa banyak yang ingin dibeli oleh seorang konsumen/ rumah tangga atas dasar harga komoditas itu, penghasilan mereka, jumlah tanggungan, selera dan sebagainya.
(25)
Kedua : jumlah yang diminta sebagai arus pembelian yang kontinyu. Oleh karena itu, jumlah tersebut harus dinyatakan dalam banyaknya satuan waktu. Berikut beberapa
faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pembelian atau jumlah yang diminta : a. Harga barang itu sendiri
Naik turunnya harga barang / jasa akan mempengaruhi banyak / sedikitnya terhadap jumlah pembelian. Jumlah atau kuantitas akan menurun ketika harganya meningkat dan jumlah yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat dikatakan bahwa kuantitas yang dibeli berhubungan negatif dengan harga (Djododipuro, 1991).
b. Pendapatan
Pendapatan mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas pembelian. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada sedikit uang untuk dibelanjakan sehingga seseorang akan membelanjakan lebih sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang (Setiadi,2003). c. Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan akan mempengaruhi jumlah pembelian terhadap suatu barang. Semakin banyak tanggungan, maka jumlah pembelian akan semakin meningkat. Hal ini berkaitan dengan usaha pemenuhan akan kecukupan kebutuhan setiap individu yang ada di suatu tempat (Sukirno, 2003).
d. Selera
Penentu paling jelas terhadap jumlah pembelian adalah selera. Jika seseorang menyukai suatu barang, maka orang tersebut akan membeli lebih banyak. Para ekonom biasanya tidak mencoba menjelaskan selera konsumen karena selera didasarkan pada kekuatan-kekuatan historis dan psikologis di luar bidang ilmu
(26)
Skala Likert
Skala likert digunakan untuk mengukur persepsi atau perilaku seseorang. Skala ini menilai sikap atau tingkah laku yang dinginkan oleh peneliti dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden. Kemudian responden memberi pilihan respon atau jawaban dalam bentuk skala ukur yang telah disediakan, yakni : sangat setuju (5), setuju (4), ragu-ragu (3), tidak setuju (2) dan sangat tidak setuju (1) (Nazir, 2003).
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yang menjadi rujukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Anggian (2012) dengan judul skripsi Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Mengkonsumsi Ayam Potong (Studi Kasus : Pasar Sei Sikambing Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara). Dengan hasil analisis bahwa parameter rasa daging ayam potong yang sangat mempengaruhi konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi daging ayam potong dengan tingkat ketercapaian 74,0 %. Secara serempak pengaruh umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pendapatan, dan harga daging ayam potong terhadap jumlah konsumsi daging ayam potong. Secara parsial variabel tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, dan pendapatan berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi daging ayam potong, sedangkan pada umur dan harga daging ayam potong tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi daging ayam potong. Perkembangan harga daging ayam potong berfluktuasi setiap tahunnya, sedangkan perkembangan permintaan daging ayam potong menurun dari tahun 2007 sampai 2009, tetapi terus meningkat selama 3 tahun terakhir yaitu tahun 2009 sampai 2011.
(27)
Penelitian lain yang dijadikan rujukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Hafiz (2009) dengan judul skripsi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Minyak Goreng di Kota Medan. Dengan hasil analisis bahwa terdapat perbedaan kerakteristik konsumen minyak goreng bermerek dan minyak goreng curah dalam mengkonsumsi minyak goreng di Kota Medan. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi minyak goreng secara signifikan adalah jumlah tanggungan keluarga dan minyak goreng bersifat inelastis serta merupakan barang inferior. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek adalah harga minyak goreng itu sendiri dan jumlah tanggungan keluarga. Minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek merupakn barang yang bersifat elastis dan merupakan barang inferior.
Kerangka Pemikiran
Konsumen adalah semua individu atau rumah tanggga yang membeli atau memperoleh barang atau jasa untuk dikonsumsi pribadi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan.
Perilaku konsumen adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan membuang barang atau jasa. Setiap individu memiliki perilaku masing-masing dalam mendapatkan atau membeli barang / jasa hingga mengkonsumsi atau memakainya.
Didalam negeri industri minyak goreng sawit terbagi atas dua, yaitu minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek. Ada beberapa faktor mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli minyak goreng curah yaitu faktor konsumen itu sendiri dan faktor stimulus pemasaran. Adapun faktor konsumen meliputi faktor internal dan faktor eksternal, Faktor internal meliputi : motivasi,
(28)
pengalaman dan karakteristik konsumen, untuk kara sedangkan faktor eksternal meliputi : kelompok acuan dan keluarga.
Selain faktor konsumen itu sendiri ada faktor stimulus pemasaran yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli minyak goreng curah diantaranya : harga, lokasi, promosi, dan kualitas produk.
Alasan seseorang membeli suatu produk/jasa diidentifikasi dari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen tersebut.
Setelah memutuskan untuk memilih minyak goreng curah sebagai minyak goreng yang akan dibeli selanjutnya konsumen memutuskan jumlah pembelian. Adapun faktor-faktor yang diduga mempengaruhi jumlah pembelian yakni : harga minyak goreng itu sendiri, pendapatan konsumen dan jumlah tanggungan.
(29)
Adapun skema dari kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Keterangan :
= menyatakan pengaruh
= menyatakan proses pembelian = menyatakan hubungan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Perilaku Konsumen
Konsumen
Faktor Konsumen : a.Internal : 1. Motivasi Kebutuhan 2. Pengalaman 3. Karakteristik Konsumen b.Eksternal 1. Kelompok acuan 2. Pengaruh Keluarga Faktor Stimulus Pemasaran : 1. Harga 2. Kualitas Produk 3. Lokasi 4. Promosi Karakteristik Konsumen : 1. Umur 2. Tingkat Pendidikan Jumlah Pembelian Minyak Goreng Curah Dipengaruhi oleh Faktor :
1. Pendapatan / bulan 2. Harga Minyak
Goreng Curah 3. Jumlah
(30)
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah dan landasan teori yang dibuat, maka hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. Terdapat hubungan tingkat umur dan tingkat pendidikan dengan tingkat perilaku konsumen membeli minyak goreng curah di lokasi penelitian. 2. Secara parsial harga minyak goreng curah, pendapatan, dan jumlah
tanggungan berpengaruh signifikan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah di lokasi penelitian.
(31)
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive atau sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu. Penelitian ini dilakukan di kota Medan dengan pertimbangan kota Medan memiliki jumlah penduduk paling tinggi di Sumatera Utara. Badan Pusat Statistik Sumatera Utara menyebutkan bahwa jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2011 sebesar 2.117.224 jiwa. Dengan jumlah penduduk sebanyak ini diasumsikan permintaan akan bahan-bahan pokok termasuk juga minyak goreng curah juga tinggi. Lokasi penelitian yang dipilih adalah pasar tradisional karena minyak goreng curah hanya dijual di pasar tradisional. Pasar tradisional yang dipilih sebagai lokasi penelitian yakni pasar sentral dengan pertimbangan pasar sentral merupakan pusat perdagangan berbagai komoditi di kota Medan termasuk minyak goreng curah.
Metode Penentuan Sampel
Menurut Sugiyono (2006), sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah individu yang mengonsumsi minyak goreng curah, karena besar populasi tidak diketahui secara pasti jumlahnya, oleh karena itu sulit mencari berapa jumlah populasi yang tepat.
Namun berdasarkan pendapat ahli seperti yang dikemukakan oleh Gay dalam (Hasan, 2002), ukuran sampel minimum yang dapat diterima bisa dilihat berdasarkan pada desain atau metode penelitian yang digunakan. Jika desain
(32)
responden. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang ditentukan oleh peneliti adalah sebesar 30.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik accidental sampling. Teknik accidental sampling adalah teknik penarikan sampel secara kebetulan yaitu siapa saja yang kebetulan ditemui peneliti yang membeli minyak goreng curah di lokasi penelitian yaitu di kawasan pasar sentral di kecamatan Medan Kota yang membeli minyak goreng curah.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber informasi dengan menggunakan instrument kuesioner dan wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh secara tidak langsung melalui pihak ketiga seperti, BPS Sumatera Utara, internet dan instasi lain terkait.
Metode Analisis Data
Untuk identifikasi masalah 1 digunakan analisis deskriptif dengan menjumlahkan atau menskorkan data-data yang diperoleh.
Untuk identifikasi masalah 2 dianalisis dengan analisis korelasi rank spearman. Adapun rumus korelasi rank spearman yaitu :
Keterangan :
rs = nilai koefisien korelasi Spearman di = perbedaan setiap pasangan rangking
(33)
n = jumlah pengamatan
Untuk melihat nyata tidaknya hubungan antara variabel yang diuji digunakan uji t dengan rumus :
(Supriana, 2010)
Hipotesis yang digunakan adalah :
H0 : Tidak terdapat hubungan tingkat umur dan tingkat pendidikan dengan tingkat
perilaku konsumen membeli minyak goreng curah.
H1: Terdapat hubungan tingkat umur dan tingkat pendidikan dengan tingkat
perilaku konsumen membeli minyak goreng curah.
Kriteria uji hipotesis adalah
Jika thitung t /2 maka H0 diterima, H1 ditolak
(34)
Untuk mengukur tingkat perilaku konsumen digunakan metode skoring dengan 10 parameter yang disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Parameter Tingkat Perilaku Konsumen
No Parameter Pernyataan Skor
1 Membeli minyak goreng curah karena kebutuhhan
a. Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-Ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
1 2 3 4 5
2 Membeli minyak goreng curah
berdasarkan pengalaman membeli sebelumnya / kebiasaan.
a. Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-Ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
1 2 3 4 5 3 Membeli minyak goreng curah karena
pengaruh dari orang lain/ teman
a. Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-Ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
1 2 3 4 5 4 Membeli minyak goreng curah karena
pengaruh dari anggota keluarga
a. Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-Ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
1 2 3 4 5 5 Membeli minyak goreng curah karena
harga
a. Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-Ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
1 2 3 4 5 6 Membeli minyak goreng curah karena
kualitasnya
a. Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-Ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
1 2 3 4 5 7 Membeli minyak goreng curah karena
adanya promosi dari penjual/iklan
a. Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-Ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
1 2 3 4 5 8 Membeli minyak goreng curah karena
kemudahan memperolehnya
a. Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-Ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
1 2 3 4 5
(35)
9 Membeli Minyak Goreng Curah karena sesuai dengan pendapatan
a. Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-Ragu d. Setuju
e. Sangat Setuju
1 2 3 4 5 10 Membeli Minyak Goreng Curah Karena
Jumlah Anggota Keluarga
a. Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-Ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
1 2 3 4 5 Jumlah Skor Perilaku
Untuk identifikasi masalah 3 dianalisis dengan menggunakan metode analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen bila dua atau lebih variabel independen dinaik turunkan nilainya. Jadi analisis regresi berganda akan dilakukan apabila jumlah variabel independennya minimal dua (Sugiyono, 2006).
Data yang dibutuhkan adalah jumlah pembelian rata-rata minyak goreng curah per bulan, harga minyak goreng curah, jumlah tanggungan, dan pendapatan rata-rata per bulan. Dimana nilai parameter tersebut selanjutnya akan diduga sehingga modelnya menjadi :
(Nachrowi, dkk, 2002) Dimana :
Y = Jumlah Pembelian Minyak Goreng Curah (kg/bulan) a = Konstanta / Koefisien Intersep
(36)
X1 = Harga Minyak Goreng Curah (Rp/ Kg)
X2 = Pendapatan (Rp/ bln)
X3 = Jumlah Tanggungan (Jiwa)
= Kesalahan Pengganggu Hipotesis yang digunakan adalah :
H0 : Harga minyak goreng curah, pendapatan, dan jumlah tanggungan
berpengaruh tidak signifikan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah.
H1 : Harga minyak goreng curah, pendapatan, dan jumlah tanggungan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah.
Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 yang semakin mendekati 1, berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen (Sugiyono,2006).
Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 0,05 (Firdaus, 2004).
Kriteria uji yang diajukan :
Jika sig. < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
(37)
Uji F
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel tergantung maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 0,05 (Firdaus, 2004).
Kriteria uji yang diajukan :
Jika sig. F > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika sig. F ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
1. Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal. Uji t dan F mengasumsikan nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika terjadi pelanggaran asumsi ini maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual memiliki distribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data / titik pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Model regresi dikatakan memenuhi asumsi normalitas apabila data menyebar di sekitar garis diagonal atau grafik histogramnya (Janie,2012).
2. Multikolinearitas
Kolinearitas ganda adalah hubungan linier yang sempurna diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Ini menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan linier yang sempurna. Jika kolinearitas sempurna maka koefisien
(38)
regresi dari variabel X tidak dapat ditentukan dan standard error-nya tak terhingga. Jika kolinearitas kurang sempurna, maka koefisien regresi dari variabel X dapat ditentukan, tetapi standard error-nya tinggi, ini berarti koefisien regresi tidak dapat diperkirakan dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Jadi semakin kecil korelasi antar variabel bebasnya maka semakin baik model regresi yang akan diperoleh (Firdaus,2004).
3. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians tetap maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedastisitaas.
(Nachrowi, 2002).
Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan operasional.
Definisi
1. Konsumen adalah individu yang membeli dan mengkonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
2. Minyak goreng curah adalah minyak goreng yang berasal dari proses industri dimana hanya dilakukan penyaringan satu kali dan pendistribusiannya tidak dalam bentuk kemasan.
(39)
3. Minyak Goreng bermerek adalah minyak goreng yang berasal dari proses industri dimana penyaringannya telah 3-4 kali lalu dikemas dan diberi label/merek tertentu.
4. Pangsa pasar adalah besarnya bagian atau luasnya total pasar yang dapat dikuasai oleh suatu perusahaan yang biasanya dinyatakan dengan persentase. 5. Keputusan Pembelian adalah pemilihan atau tindakan dari dua atau lebih yang
diputuskan saat membeli dan mengkonsumsi sesuatu.
6. Harga adalah harga yang sudah ditetapkan oleh pedagang minyak goreng curah
7. Pendapatan Konsumen adalah pendapatan seluruh anggota rumah tangga yang dihitung per bulan.
8. Jumlah tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan konsumen untuk dibiayai kebutuhan hidupnya.
9. Pasar tradisional adalah suatu tempat dimana para pembeli dan penjual melakukan transaksi perdagangan dengan sistem tawar sehingga terjadi kesepakatan.
Batasan Operasional
1. Penelitian dilakukan di pasar tradisional yaitu Pasar Sentral di Kecamatan Medan Kota, Medan.
2. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2013.
3. Sampel penelitian adalah konsumen yang membeli minyak goreng curah di Pasar Sentral dan dianggap mampu memberikan informasi yang dibutuhkan
(40)
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN Deskripsi Daerah Penelitian
Letak Geografis, Luas Wilayah, Batas dan Iklim
Penelitian dilakukan di Kota Medan yang merupakan Ibu Kota dari Provinsi Sumatera Utara. Letak geografis Kota Medan berada pada kisaran 2o27’-2o47’ LU – 98o35’- 98o44’ BT. Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 m – 37,5 m di atas permukaan laut.
Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang mempunyai luas 265,10 km2 yang terdiri dari 21 kecamatan, 151 kelurahan. Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang pada bagian Utara, Barat, Selatan serta bagian timur berbatasan dengan Selat Malaka. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting yaitu Sungai Barbura dan Sungai Deli.
Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia berkisar antara 23,04oC – 24,08oC dan suhu maksimum berkisar antara 32,73oC – 34,47oC. Sedangkan menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar antara 22,6oC – 24,4oC dan suhu maksimum berkisar antara 32,3oC – 33,9oC. Rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 133,75 mm dan pada Stasiun Polonia per bulannya 161,67 mm.
(41)
Keadaan Penduduk Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kota Medan Tahun 2011 berjumlah 2.117.224 jiwa yang tersebar disetiap kecamatan di Kota Medan. Jika dibandingkan dengan lahan seluas 265,1 Km2 dapat digambarkan kepadatan penduduk Kota Medan adalah sebanyak 7.287 jiwa/Km2. Secara rinci kepadatan penduduk Kota Medan pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Luas Wilayah, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kota Medan pada Tahun 2011.
Kecamatan Luas Wilayah Penduduk Kepadatan
(Km2) Penduduk
(Jiwa/Km2)
Medan Tuntungan 20,68 81.798 3.955
Medan Johor 14,58 125.456 8.605
Medan Amplas 11,19 115.543 10.326
Medan Denai 9,05 141.866 15.676
Medan Area 5,52 96.647 17.509
Medan Kota 5,27 72.633 13.788
Medan Maimun 2,98 39.646 13.304
Medan Polonia 9,01 53.384 5.925
Medan Baru 5,84 39.564 6.775
Medan Selayang 12,81 99.982 7.805
Medan Sunggal 15,44 112.918 7.313
Medan Helvetia 13,16 145.239 11.036
Medan Petisah 6,82 61.832 9.066
Medan Barat 5,33 70.881 13.298
Medan Timur 7,76 108.758 14.015
Medan Perjuangan 4,09 93.483 22.856
Medan Tembung 7,99 133.784 16.744
Medan Deli 20,84 170.013 8.158
Medan Labuhan 36,67 112.316 3.063
Medan Marelan 23,82 145.788 6.130
Medan Belawan 26,25 95.663 3.644
Jumlah 265,1 2.117.224 7.987
(42)
Dari Tabel 4 dapat dilihat jumlah penduduk yang paling tinggi adalah Kecamatan Medan Deli yaitu 170.013 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk yang paling rendah adalah kecamatan Medan Baru dengan jumlah 39.564 jiwa.
Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Penduduk Kota Medan yang berjumlah 2.117.224 jiwa tersebar disetiap kecamatan dan Kelurahan di Kota Medan. Untuk lebih jelas jumlah penduduk Kota Medan menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2011 Golongan Laki-Laki Perempuan
Jumlah Umur
(Tahun) Jiwa Jiwa
0-4 96.545 91.044 187.589
5-9 99.946 93.487 193.433
10-14 97.101 91.411 188.512
15-29 102.913 107.751 210.664
20-24 115.983 126.476 242.459
25-29 98.368 10.788 199.156
30-34 87.666 89.331 176.997
35-39 78.091 81.543 159.634
40-44 70.080 72.575 142.655
45-49 59.180 61.495 120.675
50-54 49.206 50.291 99.497
55-59 36.707 36.411 73.118
60-64 22.310 24.687 46.997
65-69 14.373 17.311 31.684
70-74 11.337 14.627 25.964
75+ 6.754 11.436 18.190
Jumlah 1.046.580 1.070.664 2.117.224
(43)
Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa penduduk Kota Medan pada tahun 2011 yang berjumlah 2.117.224 jiwa yang terdiri dari 1.046.580 jiwa laki-laki dan 1.070.664 jiwa perempuan. Dari data tersebut bisa dilihat bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki. Tabel 5 juga menunjukkan jumlah usia non produktif (0 - 14 tahun) yang terdiri dari bayi, balita, anak-anak, dan remaja tahun adalah sebanyak 569.534 jiwa (26,90%). Jumlah usia produktif yaitu 15 – 54 tahun adalah sebanyak 1.351.737 orang (63,84%). Sedangkan usia manula > 55 adalah 195.953 orang (9,26%). Usia produktif adalah usia dimana orang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dengan efektif. Dari data dalam tabel 5 menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja di Kota Medan cukup besar.
Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Penduduk Kota Medan menurut tingkat pendidikan terdiridari tamat SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Untuk melihat lebih jelas mengenai tingkat pendidikan Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah
Persentase (%)
SD 266.756 31,7
SLTP 116.076 13,8
SLTA 125.639 15,0
Perguruan Tinggi 331.567 39,5
Jumlah 840.038 100
Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2011
Tabel 6 menunjukkan tingkat pendidikan paling besar jumlahnya adalah pada Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 331.567 orang (39,5%). Kemudian diikuti oleh SD sebanyak 266.756 orang (31,7%), SLTA sebanyak 125.639 orang (15,0%).
(44)
Sedangkan tingkat pendidikan yang paling sedikit jumlahnya adalah SLTP yaitu sebanyak 116.076 orang (13,8%).
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di Kota Medan terdiri dari sekolah, kesehatan, tempat peribadatan, transportasi, dan pasar. Kelima jenis sarana dan prasarana ini tersedia sangat baik. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana Jumlah
(Unit)
1. Sekolah
a. SD 816
b. SMP 348
c. SMA 200
d. SMK 144
e. Perguruan Tinggi 33
2. Kesehatan
a. Puskesmas 39
b. Pustu 41
c. BPU 357
d. Rumah Bersalin 175
e. Rumah Sakit 75
d. Posyandu 1.406
3. Tempat Peribadatan
a. Mesjid/Musholla 1.740
b. Gereja 751
c. Kuil 34
d. Wihara 22
e. Klenteng 23
4. Panti Asuhan 33
5. Pasar
a. Pasar Tradisional 56
b. Pasar Modern 239
Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2011
Tabel 7 menunjukkan sarana dan prasarana di Kota Medan, dimana untuk sarana dan prasarana untuk sekolah terdiri dari SD sebanyak 816 unit, SMP sebanyak
(45)
348 unit, SMA 200 unit, SMK 144 unit, dan Perguruan Tinggi berjumlah 33 unit dengan berbagai strata. Status sekolah pun beragam mulai dari negeri, swasta, maupun sekolah luar negeri yang tersebar di setiap sudut dan pelosok Kota Medan dengan kualitas yang beragam.
Sarana kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk terutama Kota Medan. Sarana kesehatan yang ada yaitu Puskesmas sebanyak 39 unit, Pustu 41 unit, BPU sebanyak 357 unit, Rumah Bersalin 175 unit, Rumah Sakit sebanyak 75 unit dan Posyandu sebanyak1.406 unit yang tersebar di seluruh Kecamatan. Selain itu, sarana peribadatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota Medan. Sarana peribadatan yang ada adalah mesjid/musholla berjumlah 1.740 unit, gereja sebanyak 751 unit, kuil 34 unit, wihara 22 unit dan klenteng 33 unit.
Pasar tradisional maupun pasar modern banyak sekali terdapat di Kota Medan. Masyarakat dapat dengan mudah memilih untuk berbelanja di pasar tradisional maupun pasar modern. Pasar tradisional identik dengan bangunan-bangunan yang biasa saja sedangkan pasar swalayan identik dengan bangunan-bangunan yang besar dan megah. Pasar tradisional ada 56 unit dan pasar modern ada 239 unit yang tersebar di seluruh Kecamatan di Kota Medan.
(46)
Profil Pasar Sentral
Pasar Sentral ini terletak di Jalan MT Haryono, Kecamatan Medan Kota. Pasar Sentral ini dikelola langsung oleh PD Pasar Kota Medan. Pasar ini didirikan pada tahun 1986 dengan status kepemilikan tanah oleh Pemko Medan. Pasar yang memiliki luas lahan sebesar 41.091 m2 dan luas bangunan sebesar 42.600 m2 terdapat kios sebanyak 2.059 unit dan stand sebanyak 493 unit. Bila dilihat dari kondisi fisik bangunan, kondisi fisik bangunan dalam kondisi sedang. Komoditi yang dijual dipasar ini adalah umum dengan jumlah pedagang sebanyak 2500. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah konsumen minyak goreng curah yang melakukan kegiatan pembelian di pasar tradisional yakni di pasar sentral, kecamatan Medan Kota. Karakteristik disini meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, dan pendapatan. Secara rinci, masing-masing karakteristik responden satu persatu dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Karakteristik Responden Konsumen Minyak Goreng Curah
Karakteristik Sampel Satuan Rataan Range
Umur Tahun 44.13 29 – 58
Tingkat Pendidikan Tahun 9.37 6 – 9
Jumlah Tanggungan Jiwa 2,17 1 – 4
Pendapatan Tahun 2240000 1500000-5000000
Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 1
Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa rata-rata umur responden konsumen minyak goreng curah adalah 44.13 tahun dengan rentang antara 29 – 58 tahun. Dilihat dari tingkat pendidikan yang dikenyam oleh responden konsumen minyak goreng curah rataannya adalah 9.3 tahun, ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang dominan pada responden konsumen minyak goreng curah adalah tingkat
(47)
SMP. Jumlah rata-rata tanggungan yang dimiliki oleh responden konsumen minyak goreng curah adalah 2,6 dengan rentang 1 – 4 orang. Sedangkan
pendapatan responden konsumen minyak goreng curah yaitu rata-rata Rp. 2240000,- dengan rentang Rp1500000,- - Rp.5000000,-.
Umur
Keadaan umur sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini : Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
No Kelompok Umur (Tahun) Besar Responden (Jiwa)
Besar Responden (%)
1 25-29 1 3,33
2 30-34 2 6,67
3 35-39 5 16,67
4 40-44 5 16,67
5 45-49 9 30
6 ≥ 50 8 26,67
Jumlah 30 100
Sumber : Data diolah dari lampiran 1
Dari tabel 9 dapat dilihat besar responden terbanyak terdapat pada range umur 45-49 tahun dengan jumlah 9 jiwa (30 %) dan yang terkecil pada range umur 25-29 tahun dengann jumlah 1 jiwa (3,33 %).
Tingkat Pendidikan
Pendidikan erat hubungannya dengan pengetahuan terhadap suatu barang baik dari segi manfaat ataupun kualitasnya. Pendidikan konsumen sampel di lokasi penelitian bervariasi mulai dari tingkat SD sampai perguruann tinggi. Tingkat pendidikan konsumen minyak goreng curah di Kota Medan dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini :
(48)
Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Besar Responden
(Jiwa)
Besar Responden (%)
1 SD 7 23,33
2 SMP 14 46,67
3 SMA 8 26,67
4 D3 / Sarjana 1 3,33
Jumlah 30 100
Sumber : Data diolah dari lampiran 1
Dari tabel 10 dapat dilihat tingkat pendidikan konsumen yang terbesar berada pada setingkat SMP dengan jumlah 14 jiwa (46,67 %) dan yang terkecil tingkat D3/Sarjana dengan jumlah 1 jiwa (3,33 %).
Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan responden konsumen dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini : Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan
No Jumlah Tanggungan (Jiwa) Besar Responden (Jiwa)
Besar Responden ( %)
1 0-2 12 40
2 3-5 18 60
3 ≥ 6 0 0
Jumlah 30 100
Sumber : Data diolah dari lampiran 1
Dari tabel 11 dapat dilihat jumlah tanggungan responden konsumen yang terbesar berada pada kelompok 3-5 dengan jumlah 18 jiwa (60 %).
Pendapatan
Pendapatan responden konsumen dapat dilihat pada tabel 12 berikut ini : Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan
No Pendapatan (Rp) Besar Responden (Jiwa)
Besar Responden ( %)
1 < 2000000 14 46,67
2 2000000 - 3000000 13 43,33
3 >3000000 3 10
Jumlah 30 100
(49)
Dari tabel 12 dapat dilihat pendapatan responden bervariasi. Besar responden terbesar berada kelompok pendapatan <Rp2000000 dengan jumlah 14 jiwa (46,67 %) dan besar responden terkecil berada pada kelompok pendapatan >Rp3000000 dengan jumlah 3 jiwa (10 %).
(50)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Alasan Konsumen Membeli Minyak Goreng Curah
Dalam melakukan kegiatan pembelian konsumen memiliki beberapa perilaku. Perilaku ini dapat digolongkan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Perilaku ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Untuk melihat alasan konsumen membeli minyak goreng curah dapat kita identifikasi dari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli minyak goreng curah, maka dibuat parameter faktor-faktor tersebut sehingga nantinya juga didapat penggolongan perilaku konsumen minyak goreng curah. Berikut dapat dilihat apa alasan konsumen membeli minyak goreng curah dan sejauh mana perilaku konsumen terhadap minyak goreng curah dengan pengamatan parameter seperti tabel berikut ini.
(51)
Tabel 13. Skor Rataan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
No Parameter Skor yang Diharapkan
Skor Rataan yang Diperoleh
Ketercapaian 1 Merupakan
Kebutuhan Sehari-hari
5 4.43 88.6 %
2
Kebiasaan 5 4.13 82.6 %
3 Dorongan Orang Lain
5 1.93 38.6 %
4 Dorongan Anggota Keluarga
5 2.00 40 %
5
Harga 5 4.60 92 %
6
Kualitas Baik 5 3.27 65.4 %
7 Promosi /
Dorongan Penjual
5 2.07 41.4 %
8
Mudah Diperoleh 5 4.40 88 %
9 Sesuai dengan pendapatan
5 4.17 83.4 %
10 Jumlah Anggota Keluarga
5 3.83 75.4 %
Jumlah 50 3.48 69.66 %
Sumber : Analisis Data Lampiran 2
Berdasarkan tabel 13 diatas dapat diambil beberapa kesimpulan dari parameter faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen terhadap pembelian minyak goreng curah. Berdasarkan hasil parameter perilaku pembelian konsumen terhadap minyak goreng curah, dapat kita ketahui bahwa parameter harga, kebutuhan sehari-hari, dan mudah diperoleh menjadi alasan utama mengapa minyak goreng curah dibeli oleh responden. Hal ini bisa kita dilihat dari jumlah persentase jawaban yang diperoleh yaitu : 92 %, 88.6 % dan 88% sehingga . Untuk lebih jelasnya akan dibahas satu per satu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen terhadap pembelian minyak goreng curah.
(52)
Kebutuhan Sehari-hari
Dari tabel 13 dapat kita lihat untuk parameter kebutuhan sehari-hari rataan skor yang diperoleh yaitu 4.43 dengan persentase ketercapaian 88.6 % dari skor 5 yang diharapkan. Berdasarkan keterangan dari responden, mereka membeli minyak goreng curah karena telah menjadi kebutuhan sehari-hari seperti untuk memasak lauk pauk menggunakan minyak goreng jenis curah ini. Disamping untuk memasak lauk pauk yang dikonsumsi untuk rumah tangga sendiri, minyak goreng curah ini juga digunakan untuk berjualan. Oleh karena itu, parameter kebutuhan sehari-hari menjadi faktor utama kenapa responden membeli minyak goreng curah.
Kebiasaan
Dari tabel 13 dapat kita lihat untuk parameter kebiasaan rataan skor yang diperoleh yaitu 4.13 dengan persentase ketercapaian 82.6 % dari skor 5 yang diharapkan. Berdasarkan keterangan dari responden, mereka membeli minyak goreng curah karena telah menjadi kebiasaan sehingga jika mereka butuh minyak goreng maka minyak goreng curah inilah yang dibeli oleh responden. Oleh karena itu parameter kebiasaan menjadi faktor pendorong yang mempengaruhi perilaku konsumen membeli minyak goreng curah.
Dorongan dari Orang Lain
Dari tabel 13 dapat kita lihat untuk parameter dorongan dari orang lain rataan skor yang diperoleh yaitu 1.93 dengan persentase ketercapaian 38.6 % dari skor 5 yang diharapkan. Berdasarkan keterangan dari responden dalam melakukan kegiatan pembelian minyak goreng curah tidak ada dorongan dari orang lain.
(53)
Dorongan Anggota Keluarga
Dari tabel 13 dapat kita lihat untuk parameter dorongan anggota keluarga rataan skor yang diperoleh yaitu 2.0 dengan persentase ketercapaian 20 % dari skor 5 yang diharapkan. Berdasarkan keterangan dari responden dalam melakukan kegiatan pembelian minyak goreng curah tidak ada dorongan dari anggota keluarga baik dari suami atau dari anggota keluarga lainnya.
Harga
Dari tabel 13 dapat kita lihat untuk parameter harga rataan skor yang diperoleh yaitu 4.60 dengan persentase ketercapaian 92% dari skor 5 yang diharapkan. Berdasarkan keterangan dari responden, mereka membeli minyak goreng curah karena harganya yang lebih murah daripada minyak goreng bermerek. Walaupun harga minyak goreng curah hanya sedikit lebih murah daripada minyak goreng bermerek tetapi responden tetap membeli minyak goreng curah dengan tujuan untuk meminimalkan biaya belanja rumah tangga. Ini bisa kita lihat perbedaan harga yang tipis antara minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek, untuk minyak goreng curah harganya sekitar Rp10.500/Kg dan minyak goreng bermerek harganya sekitar 13.800/Kg, dapat kita lihat harga minyak goreng curah lebih murah Rp3300 per kilonya daripada harga minyak goreng bermerek per kilonya. Dengan selisih harga yang lebih murah yakni Rp.3300/Kg inilah yang menyebabkan konsumen membeli minyak goreng curah. Oleh karena itu, parameter harga menjadi faktor utama kenapa konsumen membeli minyak goreng curah.
(54)
Kualitas Baik
Dari tabel 13 dapat kita lihat untuk parameter kualitas baik skor yang diperoleh yaitu 3.27 dengan persentase ketercapaian 65.4% dari skor 5 yang diharapkan. Berdasarkan keterangan dari responden, mereka membeli minyak goreng curah tidak karena kualitasnya yang baik. Menurut responden, minyak goreng curah ini cepat berubah warna menjadi hitam untuk dua kali pemakaian. Selain itu responden juga mengetahui kolesterol minyak goreng curah tinggi. Namun responden tidak terlalu peduli dengan hal ini. Oleh karena itu, parameter kualitas baik tidak menjadi alasan konsumen membeli minyak goreng curah.
Dorongan Penjual
Dari tabel 13 dapat kita lihat untuk parameter dorongan penjual skor yang diperoleh yaitu 2.07 dengan persentase ketercapaian 41.4 % dari skor 5 yang diharapkan. Berdasarkan keterangan dari responden, mereka membeli minyak goreng curah tidak karena dorongan dari penjual atau pun dorongan yang lain seperti promosi. Ini dikarenakan memang minyak goreng curah tidak ada strategi pemasaran dengan cara iklan atau promosi. Oleh karena itu, parameter promosi/ dorongan penjual tidak menjadi alasan konsumen membeli minyak goreng curah.
Mudah Diperoleh
Dari tabel 13 dapat kita lihat untuk parameter mudah diperoleh skor yang diperoleh yaitu 4.40 dengan persentase ketercapaian 88 % dari skor 5 yang diharapkan. Berdasarkan keterangan dari responden, mereka membeli minyak goreng curah karena mudah diperoleh. Selain bisa diperoleh di pasar, minyak goreng curah ini juga selalu tersedia di warung terdekat tempat tinggal responden.
(55)
Oleh karena itu, parameter mudah diperoleh menjadi faktor utama kenapa konsumen membeli minyak goreng curah.
Sesuai dengan Pendapatan
Dari tabel 13 dapat kita lihat untuk parameter sesuai dengan pendapatan skor yang diperoleh yaitu 4.17 dengan persentase ketercapaian 83.4 % dari skor 5 yang diharapkan. Berdasarkan keterangan dari responden, mereka membeli minyak goreng curah karena sesuai dengan pendapatan. Jika responden merasa belanja rumah tangga sedikit berlebih maka responden membeli minyak goreng bermerek dan jika responden merasa belanja rumah tangga cukup maka responden membeli minyak goreng curah. Disini dapat kita lihat responden mengkombinasikan membeli minyak goreng curah dan bermerek. Oleh karena itu, parameter sesuai dengan pendapatan hanya menjadi faktor pendorong konsumen membeli minyak goreng curah.
Jumlah Anggota Keluarga
Dari tabel 13 dapat kita lihat untuk parameter jumlah anggota keluarga skor yang diperoleh yaitu 3.77 dengan persentase ketercapaian 76.6 % dari skor 5 yang diharapkan. Berdasarkan keterangan dari responden, responden membeli minyak goreng curah karena jumlah anggota keluarga. Dikarenakan jumlah anggota keluarga yang banyak, responden membeli minyak goreng curah ini dengan tujuan untuk mengecilkan belanja rumah tangga. Ini disebabkan responden membutuhkan minyak goreng yang cukup banyak untuk memasak lauk pauk anggota keluarga.. Oleh karena itu parameter jumlah anggota keluarga menjadi faktor pendorong kenapa konsumen membeli minyak goreng curah.
(56)
Hubungan Umur dan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Perilaku Konsumen
Umur
Umur konsumen merupakan salah satu faktor karakteristik pribadi yang memiliki kaitan erat dengan cara pandang dan berpikir serta perilaku. Selera akan makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi sering kali berhubungan dengan umur.Tabel 14 berikut akan memperlihatkan hubungan antara umur dengan perilaku konsumen dalam membeli minyak goreng curah.
Tabel 14. Hubungan Umur dengan Perilaku Konsumen Dalam Membeli Minyak Goreng curah.
No Umur Skor Perilaku Konsumen Jumlah
9-22 23-36 37-50
1 25-35 0 4 (13.3%) 1 (3.3%) 5 (16,7%)
2 36-46 0 10 (33.3%) 3 (10%) 13 (43.3%)
3 47-57 0 10 (20%) 2 (20%) 12 (40%)
Jumlah 24 (80%) 6 (20%) 30 (100 %)
Sumber : Analisis Data Lampiran 2
Dari tabel 14 diatas dapat dilihat bahwa terdapat 1 responden konsumen (13.3%) pada kelompok umur 25-35 yang memiliki skor perilaku 37-50. Terdapat 3 responden konsumen (20%) pada kelompok umur 36-46 yang memiliki skor perilaku 37-50. Terdapat 6 responden konsumen (20%) pada kelompok umur 47-57 yang memiliki skor perilaku 37-50.
Untuk melihat ada tidaknya hubungan antara umur dengan perilaku konsumen minyak goreng curah digunakan alat bantu SPSS 16. Dari hasil analisis diperoleh signifikansi sebesar 0.226 (lampiran 4). Nilai ini > α0.05. Dengan kriteria ini dapat
(57)
disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak artinya tidak terdapat hubungan
tingkat umur dengan tingkat perilaku konsumen membeli minyak goreng curah. Ini berarti untuk membeli minyak goreng curah tidaklah ditentukan oleh umur karena minyak goreng curah ini adalah termasuk kebutuhan sembako sehingga bisa dibeli siapa saja dari berbagai tingkat umur.
Tingkat Pendidikan
Perubahan dalam perilaku individual digambarkan oleh tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan formal yang dimiliki konsumen akan menunjukkan wawasan dan tingkat pengetahuan dalam pengambilan keputusan. Tabel 15 berikut akan memperlihatkan hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen dalam membeli minyak goreng curah.
Tabel 15. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumen Dalam Membeli Minyak Goreng Curah
No Tingkat
Pendidikan Skor Perilaku Konsumen Jumlah
9-22 23-36 37-50
1 SD 0 5 (16.7%) 2 (6.7%) 7 (23,4%)
2 SMP 0 11 (36.7%) 3 (10%) 14 (46.7%)
3 SMA 0 6 (20%) 1 (3.4%) 7 (23.4%)
4 Diploma / Sarjana
0 2 (6.7%) 0 2 (6.7%)
Jumlah 24 (80%) 6 (20%) 30 (100 %)
Sumber : Analisis Data Lampiran 2
Dari tabel 15 diatas dapat dilihat bahwa terdapat 2 responden konsumen (6.7%) pada tingkat pendidikan SD yang memiliki skor perilaku 37-50. Terdapat 3 responden konsumen (10%) pada tingkat pendidikan SMP yang memiliki skor
(58)
perilaku 37-50. Terdapat 1 responden konsumen (3.4%) pada tingkat pendidikan SMA yang memiliki skor perilaku 37-50. Tidak terdapat responden konsumen yang memiliki skor perilaku 37-50 pada tingkat pendidikan Diploma / Sarjana.
Untuk melihat ada tidaknya hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen minyak goreng curah digunakan alat bantu SPSS 16. Dari hasil diperoleh signifikansi sebesar 0.051 (lampiran 4). Nilai ini > α0.05. Dengan kriteria
ini dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak artinya tidak terdapat
hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat perilaku konsumen membeli minyak goreng curah. Ini berarti untuk membeli minyak goreng curah tidaklah ditentukan dari tingkat pendidikan. Ini dikarenakan minyak goreng curah tersebut telah menjadi kebutuhan sehari-hari oleh responden konsumen.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Pembelian Minyak Goreng Curah
Secara teoritis diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pembelian minyak goreng curah adalah harga minyak goreng curah, pendapatan, jumlah tanggungan dan selera. Namun untuk variabel selera sulit diukur pengaruhnya terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah sehingga variabel selera tidak dimasukkan ke dalam variabel bebas. Oleh karena itu variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga minyak goreng curah (X1), pendapatan (X2), dan jumlah tanggungan (X3).
Untuk mengetahui adanya pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah maka dilakukan analisis regresi linier berganda. Jumlah pembelian menjadi variabel terikat (Y) sedangkan harga minyak goreng
(59)
curah, pendapatan, dan tanggungan menjadi variabel bebas (X). Sebelum dianalisis maka variabel tersebut perlu diuji dengan uji asumsi klasik.
Hasil Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data / titik pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Model regresi dikatakan memenuhi asumsi normalitas apabila data menyebar di sekitar garis diagonal atau grafik histogramnya. Dapat kita lihat gambar grafik sebaran data berikut ini :
Gambar 2. Garis Normal Plot
Dengan melihat tampilan gambar grafik normal plot diatas terlihat titik menyebar dekat di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis
(60)
diagonal. Ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena telah memenuhi asumsi normalitas.
Uji Multikolinearitas
Dengan melihat tabel Coefficient masing-masing variabel bebasterdapat nilai VIF dan Tolerance. Gejala multikolinearitas tidak terjadi jika nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance > 0,1. Pada variabel harga, pendapatan dan tanggungan masing-masing nilai VIF nya sebesar 1,590; 1,451; 1,568. < 10. Sedangkan masing-masing nilai Tolerance nya sebesar 0,629; 0,689; 0,638 > 0,1 (lampiran 5). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa gejala multikolinearitas tidak terdapat dalam persamaan ini.
Uji Heterokedastisitas
Untuk uji heterokedastisitas dapat dilakukan dengan metoda grafik scatterplots.
(61)
Dari grafik dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas dikarenakan tampilan pada scatterplot terlihat bahwa plot menyebar secara acak di atas maupun dibawah angka nol pada sumbu Regression Studentized Residual.
Setelah dilakukan uji asumsi klasik maka dilanjutkan dengan analis regresi berganda.Untuk mengetahui hasil regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel 16 berikut :
Tabel 16. Hasil Analisis Regresi Berganda Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Pembelian Minyak Goreng Curah
Variabel Koefisien
Regresi
Standar Error
Signifikansi t
Constant 22.650 4.127 0.000
Harga Minyak Goreng Curah -0.002 0.000 0.000
Pendapatan -3.547E-7 0.000 0.093
Tanggungan 0.243 0.192 0.215
R = 0.838a R Square = 0.703
Sumber : Analisis Data Lampiran 5.
Dari tabel 16 diatas diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :
Nilai 22.650 adalah titik potong garis regresi tersebut dengan sumbu tegak Y.
Koefisien Determinasi (r2)
Uji koefisien determinasi (r2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel bebas. Dari hasil analisis regresi berganda (lampiran 4) diperoleh R-square sebesar 0,703. Ini berarti 70.3
(62)
% persen variasi perubahan jumlah pembelian dipengaruhi oleh variasi harga minyak goreng curah, pendapatan, dan jumlah tanggungan, sedangkan sisanya 29.7 % dipengaruhi oleh variasi variabel di luar model (variabel yang tidak diteliti).
Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah secara parsial variabel-variabel bebas berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel terikat.
Harga Minyak Goreng Curah
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai signifikansi t harga minyak goreng curah adalah sebesar 0.000 (lampiran 5). Nilai ini < 0.05. Dengan kriteria ini dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima artinya secara parsial harga minyak
goreng curah berpengaruh signifikan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah. Nilai koefisien regresi diperoleh sebesar -0.002. Tanda koefisien ini menunjukkan ketika terjadi peningkatan harga minyak goreng curah maka terjadi penurunan pembelian minyak goreng curah.
Ini sesuai dengan teori menurut Djododipuro (1991), dalam hukum permintaan, pada dasarnya jumlah atau kuantitas akan menurun ketika harganya meningkat dan jumlah yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dengan anggapan faktor-faktor lain tidak berubah.
Terjadinya peningkatan harga minyak goreng curah lalu diikuti penurunan jumlah pembelian minyak goreng curah diduga juga berkaitan dengan perilaku konsumen itu sendiri dalam mengkombinasikan penggunaan minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek. Ketika harga minyak goreng curah mengalami
(63)
peningkatan dan harga tersebut tidak terlalu jauh dengan harga minyak goreng bermerek, kemungkinan konsumen akan membeli minyak goreng bermerek lalu mengurangi membeli minyak goreng curah. Ini dikarenakan minyak goreng curah kualitasnya tidak sebaik minyak goreng bermerek.
Pendapatan
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai signifikansi t pendapatan adalah sebesar 0.093 (lampiran 5). Nilai ini > 0.05. Dengan kriteria ini dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak artinya secara parsial pendapatan tidak
berpengaruh signifikan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah. Nilai koefisien regresi diperoleh sebesar -3.547E-7. Tanda koefisien regresi ini menunjukkan ketika terjadi peningkatan pendapatan maka terjadi penurunan pembelian minyak goreng curah namun penurunan tersebut berpengaruh tidak signifikan terhadap jumlah pembelian konsumen.
Teori menurut Setiadi (2003), tinggi atau rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kuantitas pembelian. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada sedikit uang untuk dibelanjakan sehingga seseorang akan membelanjakan lebih sedikit. Untuk minyak goreng curah ini, jika terjadi peningkatan pendapatan maka terjadi penurunan jumlah pembelian minyak goreng curah, ini menunjukkan bahwa minyak goreng curah adalah barang inferior. Bila dilihat dari sisi kualitas, kualitas minyak goreng curah tidak sebaik minyak goreng bermerek sehingga ketika pendapatan konsumen meningkat, konsumen akan membeli minyak goreng bermerek yang kualitasnya lebih baik daripada minyak goreng curah dan mengurangi membeli minyak goreng curah.
(64)
Jumlah Tanggungan
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai signifikansi t jumlah tanggungan adalah sebesar 0.215 (lampiran 5). Nilai ini > 0.05. Dengan kriteria ini dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak artinya secara parsial jumlah
tanggungan tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah. Nilai koefisien regresi diperoleh sebesar 0.243. Tanda koefisien ini menunjukkan ketika terjadi peningkatan jumlah tanggungan maka terjadi peningkatan pembelian minyak goreng curah. Namun tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah.
Ini sesuai dengan teori menurut Sukirno (2003), jumlah tanggungan akan mempengaruhi jumlah pembelian terhadap suatu barang. Semakin banyak tanggungan, maka jumlah pembelian akan semakin meningkat.
Uji F
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit Dari hasil analisis regresi berganda diperoleh signifikansi F sebesar 0.000 (lampiran 5). Nilai ini < 0.05. Dengan kriteria ini dapat disimpulkan bahwa H0
ditolak dan H1 diterima artinya variasi variabel bebas secara simultan berpengaruh
terhadap variabel terikat. Dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi yang terbentuk masuk kriteria cocok atau fit.
(65)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan uji statistik diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
• Alasan konsumen membeli minyak goreng curah adalah harganya murah, karena kebutuhan sehari-hari, dan mudah diperoleh.
• Tidak terdapat hubungan antara umur dan tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen membeli minyak goreng curah.
• Secara parsial, variabel harga minyak goreng curah berpengaruh signifikan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah sedangkan variabel pendapatan dan jumlah tanggungan tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah.
• Secara serempak, variabel harga minyak goreng curah, pendapatan, dan jumlah tanggungan berpengaruh terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah.
(66)
Saran
Kepada Konsumen
Agar konsumen membeli minyak goreng tidak hanya melihat dari harga saja tetapi juga melihat dari kualitas minyak goreng yang akan dibeli.
Kepada Produsen
Agar menjual minyak goreng curah dalam kondisi yang higienis / sehat dikarenakan selama ini dalam memasarkan minyak goreng curah tidak diperhatikan kebersihannya.
Kepada Pemerintah
Agar melakukan sosialisasi mengenai kualitas minyak goreng curah tidak sebaik minyak goreng bermerek.
Peneliti Selanjutnya
Agar melakukan penelitian mengenai perilaku konsumen minyak goreng bermerek di kota Medan.
(67)
DAFTAR PUSTAKA
Amang, dkk, 1996. Ekonomi Minyak Goreng di Indonesia. IPB Press. Bandung Anonimous. 2009. Investasi Industri Minyak Goreng Kelapa Sawit. Badan
Perumahan dan Penanaman Modal.Kalimantan Timur
__________. 2011. MendagRI : Masyarakat Tidak Konsumsi Minyak Curah pada
. Diakses pada tanggal 20
Desember 2012 Pukul 22.00 WIB
__________.2012. Kebutuhan Minyak Sawit Terus Meningkat. Diakses pada tanggal 5 Januari 2013 Pukul 09.00 WIB
___________. 2012. Minyak Goreng Sawit. (http ://sitekno.com). Diakses pada tanggal 6 Januari 2013 Pukul 13.00 WIB
___________.2012. Definisi Minyak Goreng. (http ://www.wikipedia.co.id) Diakses pada tanggal 6 Januari 2013 Pukul 13.00 WIB
BPS. 2011. Perkembangan Harga Bahan Pokok di Sumatera Utara. Badan Pusat Statisik. Medan
BPS. 2012. Medan Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Medan
Djojodipuro, M. 1991. Teori Harga. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta
Engel, James F, Blackwell, Roger D, and Mimiard, Paul W. 1995. Perilaku Konsumen. Terjemahan : Budiyanto. Binarupa A ksara. Jakarta
Firdaus, M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Bumi Aksara. Jakarta
Hasan, M.I.2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasi. Ghalia Indonesia. Bogor
Irianto, A. 2004. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Kencana. Jakarta
Janie, Dyah Nirmala Arum.2012. Statistik Deskriptif & Regresi Linier Berganda dengan SPSS. SemarangUniversity Press. Semarang.
(68)
Mangkunegara, P.A. 2002. Perilaku Konsumen. Refika Aditama. Bandung
Nachrowi,dkk. 2002. Penggunaan Teknik Ekonometri. RajaGrafindo Persada. Jakarta
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta
Pyndick, R.S. dan Rubinfiel, D.L.2001. Mikro Ekonomi. PT. Indeks.Jakarta
Sanusi, Bachrowi. 2003. Ekonomi Mikro : Suatu Pengantar. Universitas Trisakti. Jakarta
Setiadi, N.J. 2003. Perilaku Konsumen dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Kencana. Jakarta
Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung Sukirno, S. 2003. Pengantar Teori MikroEkonomi. Grafindo. Jakarta
Sumarwan, U.2004. Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia. Bogor
Supriana, T. 2010. Statistik Non Parametrik : Aplikasi Dalam Bidang Sosial Ekonomi Pertanian. Usu Press. Medan
Suryani, T. 2008. Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran.Graha Ilmu. Yogyakarta
Umar, H. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
(69)
(70)
Lampiran 1. Karakte ris tik Re s ponde n Kons ume n Minyak Gore ng Curah Pas ar Se ntral Kota Me da
No Umur Jumlah Tanggungan Tingkat Pendidikan Pekerjaan Pendapatan (Rp)
(Tahun) (Jiwa) (Tahun)
1 47 3 9 Rumah Tangga 1800000 2 40 2 12 Wiraswas ta 2500000 3 29 1 12 Wiraswasta 3000000 4 34 1 9 Rumah Tangga 5000000 5 46 2 6 Wiraswasta 1500000 6 52 1 9 Rumah Tangga 3500000 7 47 4 12 Rumah Tangga 1700000 8 50 1 6 Wiraswas ta 1500000 9 53 3 6 Rumah Tangga 1700000 10 58 3 9 Wiraswasta 1500000 11 45 2 12 Rumah Tangga 1500000 12 46 2 9 Rumah Tangga 2500000 13 42 3 9 Rumah Tangga 3000000 14 46 3 9 Wiraswas ta 2000000 15 40 4 6 Wiraswasta 1800000 16 42 2 9 Rumah Tangga 1000000 17 50 3 12 Wiraswas ta 3500000 18 36 2 6 Rumah Tangga 2000000 19 50 3 6 Rumah Tangga 1700000 20 36 3 9 Rumah Tangga 1500000 21 43 3 9 Rumah Tangga 1200000 22 35 3 12 Wiraswasta 1300000 23 49 4 17 Wiraswasta 1500000 24 39 2 9 Wiraswasta 3600000 25 35 3 9 Wiraswasta 1500000 26 34 3 12 Wiraswas ta 2000000 27 55 3 6 Rumah Tangga 1200000 28 49 3 9 Wiraswasta 1500000 29 46 4 9 Rumah Tangga 2400000 30 50 2 12 Pegawai Negeri Sipil 2500000
(1)
Lampiran 4. Hubungan Umur dan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat
Perilaku Konsumen Minyak Goreng Curah Pasar Sentral Kota Medan,
Tahun 2013
Umur dengan Tingkat Perilaku Konsumen
Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Perilaku Konsumen
CorrelationsUmur Skor
Spearman's rho Umur Correlation Coefficient 1.000 .228
Sig. (2-tailed) . .226
N 30 30
Skor Correlation Coefficient .228 1.000
Sig. (2-tailed) .226 .
N 30 30
Correlations
Tingkat
Pendidikan Skor
Spearman's rho Tingkat Pendidikan Correlation Coefficient 1.000 -.360
Sig. (2-tailed) . .051
N 30 30
Skor Correlation Coefficient -.360 1.000
Sig. (2-tailed) .051 .
(2)
Lampiran 5. Hasil Analisis Regresi Berganda
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic Jumlah
Pembelian 30 4.00 3.00 7.00 5.0833 .23376 1.28038 1.639
Pendapatan 30 3.50E6 1.50E6 5.00E6 2.2400E6 1.48215E5 8.11809E5 6.590E11
Tanggungan 30 3.00 1.00 4.00 2.6000 .16330 .89443 .800
Harga 30 1000.00 10000.00 11000.00 1.0383E4 81.94242 448.81709 2.014E5
Valid N
(listwise) 30
Variables Entered/Removedb
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method
1 Tanggungan,
Pendapatan, Hargaa
. Enter a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Jumlah Pembelian
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .838a .703 .668 .73723
a. Predictors: (Constant), Tanggungan, Pendapatan, Harga
(3)
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1Regression 33.411 3 11.137 20.491 .000a
Residual 14.131 26 .544
Total 47.542 29
a. Predictors: (Constant), Tanggungan, Pendapatan, Harga b. Dependent Variable: Jumlah Pembelian
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
Correlations Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Zero-order Partial Part Tolerance VIF
1(Constant) 22.650 4.127 5.488 .000
Harga -.002 .000 -.588 -4.359 .000 -.793 -.650 -.466 .629 1.590
Pendapatan -3.547E-7 .000 -.225 -1.746 .093 -.599 -.324 -.187 .689 1.451
Tanggungan .243 .192 .170 1.270 .215 .602 .242 .136 .638 1.568
a. Dependent Variable: Jumlah Pembelian
(4)
(5)
(6)