Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Pembelian Minyak Goreng Curah Dan Kemasan Di Pasar Tradisional (Studi Kasus : Pasar Medan Super Market Di Kec. Medan Kota)

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN

DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG CURAH DAN

KEMASAN DI PASAR TRADISIONAL

(Studi Kasus : Pasar Medan Super Market Di Kec. Medan Kota)

SKRIPSI

OLEH : SITI PUSPA INDAH

110304070

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN

DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG CURAH DAN

KEMASAN DI PASAR TRADISIONAL

(Studi Kasus : Pasar Medan Super Market Di Kec. Medan Kota)

SKRIPSI

SITI PUSPA INDAH 110304070 AGRIBISNIS

Usulan Penelitian Ini Sebagai Salah Satu Syarat Dapat Melakukan Penelitian Di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. H. Meneth Ginting, MADE) (Ir.H.Hasman Hasyim, M.Si

2015

) NIP. 194007151962091001 NIP. 195411111981031001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

i

Mempengaruhi Konsumen Dalam Pembelian Minyak Goreng Curah Dan Kemasan di Pasar Tradisional, Studi Kasus : Pasar Medan Super Market di Kecamatan Medan Kota, Medan, yang dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Meneth Ginting, MADE dan Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perkembangan konsumsi minyak goreng 5 tahun terakhir di Sumatera Utara, untuk mengetahui perbedaan karakteristik konsumen minyak goreng jenis curah dengan kemasan, untuk mengetahui perbedaan dan pengaruh umur, pendidikan, harga minyak goreng, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap konsumsi minyak goreng curah dengan konsumsi minyak goreng kemasan dan untuk mengetahui alasan konsumen membeli minyak goreng jenis curah dan kemasan.

Metode penelitian penentuan sampel yang digunakan adalah metode stratified random sampling, dengan besar sampel yaitu 60 konsumen minyak goreng. Data yang digunakan data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif, metode analisis regresi berganda dan metode analisis U Mann Whitney.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Perkembangan konsumsi minyak goreng di Provinsi Sumatera Utara mulai tahun 2009, 2011 , 2012 mengalami naik dan tahun 2012 turun. (2) Terdapat perbedaan karakteristik antara konsumen minyak goreng curah dan konsumen minyak goreng kemasan yaitu : tingkat pendidikan, pendapatan dan harga minyak goreng. (3) karakteristik konsumen secara serempak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi minyak goreng curah dan kemasan. (4) Tidak terdapat perbedaan pengaruh usia, pendidikan, harga minyak goreng, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap konsumsi minyak goreng curah dengan konsumsi minyak goreng kemasan. (5) Kebutuhan sehari-hari, harga dan sesuai dengan pendapatan menjadi alasan utama mengapa minyak goreng curah dibeli oleh responden, sedangkan pada konsumen minyak goreng kemasan bahwa kebutuhan sehari-hari, kualitasnya dan sesuai dengan pendapatan menjadi alasan utama mengapa minyak goreng kemasan dibeli oleh responden.

Kata Kunci : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Konsumsi Minyak Goreng, Konsumen Minyak Goreng Curah, Konsumen Minyak Goreng Kemasan, Analisis Regresi


(4)

ii

keempat dari empat bersaudara, seorang putri dari Ayahanda Erli Zimbo dan Ibunda Salmah Lubis.

Jenjang Pendidikan

1 Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Tanjung Gading, masuk tahun 1999 dan lulus pada tahun 2005.

2 Sekolah Menengah Pertama Di SMP Swasta Perguruan Inti Nusantara di Kota Tebing Tinggi, masuk tahun 2004 dan lulus pada tahun 2008.

3 Sekolah Menengah Atas di SMA Swasta Mitra Inalum, masuk tahun 2008 dan lulus pada tahun 2011.

4 Tahun 2011, diterima di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Program Studi Agribisnis melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

5 Bulan Agustus hingga September 2014, melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kelurahan Kampung Lama, Kecamatan Besitang< Kabupaten Langkat.

6 Bulan Juni 2015 melakukan penelitian skripsi di Pasar Medan Super Market di kecamatan Medan Kota, Medan.


(5)

iii

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “ Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Pembelian Minyak Goreng Curah Dan Kemadan Di Pasar Tradisional ”. tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan, dukungan, motivasi, pengarahan, serta kritikan membangun yang disampaikan kepada Penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Meneth Ginting, MADE selaku ketua komisi pembimbing

skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Ibu Dr. Ir Salmiah, MS dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku ketua dan sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.


(6)

4. Ayahanda tercinta Erli Z. dan Ibunda Salmah Lubis yang telah memberikan doa dan begitu penuh perhatian, cinta, kasih sayang serta dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

5. Abanda Heri Erwanto dan keluarga, Edi Purnomo dan keluarga serta Jimmy Ario dan keluarga, yang selalu memberikan motivasi dan dukungan serta mendoakan penulis.

6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Agribisnis yang telah membimbing dan memberikan pengetahuan selama masa pendidikan di Fakultas Pertanian. 7. Masyarakat di Kec. Medan Kota yang telah memberikan informasi yang

dibutuhkan penulis untuk penyelesaian skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan di Departemen Agribisnis FP USU angkatan 2011 khususnya Lathifah Khairani, S.P, Juli Yanti, Chairia, Agri Damanik, Pitawarni Manurung, Natalina Ginting, Ade Silvana, S.P, Daniel Siahaan, S.P dan teman-teman semuanya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan, semangan dan bantuan yang telah kalian berikan selama ini.

9. Sepupu-sepupu penulis khususnya Rafika Putri yang selama ini sudah memberikan waktu dan tenaga dalam menyelesaikan penelitian ini.

10.Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan dan penyusunan skripsi ini.


(7)

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun redaksinya oleh karena itu dengan senang hati penulis menerima kritik, saran, dan masukan semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis ucapkan terima kasih banyak dan berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Oktober 2015


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Kegunaan Penelitian ... 5

1.5. Keaslian Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Goreng ... 7

2.2. Landasan Teori ... 11

2.2.1. Konsumen ... 11

2.2.2. Perilaku Konsumen ... 11

2.2.3. Keputusan Pembelian ... 13

2.2.4. Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Konsumsi Minyak Goreng 14

2.2.5. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 16

2.3. Penelitian Terdahulu ... 19

2.4. Kerangka Pemikiran ... 21

2.5. Hipotesis Penelitian ... 24

III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 25

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 26

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 28

3.4. Metode Analisis Data ... 28

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 36

3.5.1. Defenisi ... 38

3.5.2. Batasan Operasional ... 39

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 40


(9)

4.1.1.1. Letak Wilayah ... 40

4.1.1.2. Iklim ... 41

4.1.2. Keadaan Penduduk di Kecamatan Medan Kota ... 41

4.1.2.1. Komposisi Penduduk di Kecamatan Medan ... 41

4.1.2.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42

4.1.2.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 43

4.1.2.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 44

4.1.3. Sarana dan Prasarana ... 44

4.2. Karakteristik Sampel Penelitian ... 46

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Konsumsi Minyak Goreng Di Provinsi Sumatera Utara... 48

5.2. Perbedaan Karakteristik Konsumen Minyak Goreng Curah dan Kemasan 49 5.2.1. Umur ... 50

5.2.2. Tingkat Pendidikan ... 50

5.2.3. Pendapatan ... 50

5.2.4. Jumlah Tanggungan ... 51

5.2.5. Harga Minyak Goreng ... 51

5.2.6. Jumlah Konsumsi Minyak Goreng ... 51

5.3. Pengaruh Karakteristik Konsumen Terhadap Jumlah Konsumsi Minyak Goreng Curah dan Kemasan ... 52

5.3.1. Pengaruh Karakteristik Konsumen Terhadap Jumlah Konsumsi Minyak Goreng Curah ... 52

5.3.2. Pengaruh Karakteristik Konsumen Terhadap Jumlah Konsumsi Minyak Goreng Kemasan ... 60

5.4. Alasan Konsumen Membeli Minyak Goreng Curah dan Kemasan ... 68

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 76

6.2. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.1. Penelitian Terdahulu ... 19

3.1. Jumlah Pasar Tradisional di Kota Medan Menurut Kecamatan ... 25

3.2. Penentuan Pengambilan Sampel Penelitian ... 27

3.3. Tingkat Perilaku Konsumen ... 36

4.1. Komposisi Penduduk di Kecamatan Medan Kota ... 41

4.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42

4.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 43

4.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 44

4.5. Sarana dan Prasaranan di Kecamatan Medan Kota ... 45

4.6. Karakteristik Sampel Konsumen Minyak Goreng Curah dan Kemasan Di Kecamatan Medan Kota ... 46

5.1 Produksi dan Konsumsi Minyak Goreng di Provinsi Sumatera Utara 48

5.2 Hasil Uji Independent Sample T-Test ... 49

5.3 Pengaruh Karakteristik Konsumen Terhadap Konsumsi Minyak Goreng Curah ... 52

5.4. Hasil Uji Multikolinearitas Masing-masing Karakteristik Konsumen Minyak Goreng Curah ... 58

5.5. Pengaruh Karakteristik Konsumen Terhadap Konsumsi Minyak Goreng Kemasan ... 60

5.6. Hasil Uji Multikolinearitas Masing-masing Karakteristik Konsumen Minyak Goreng Kemasan ... 66 5.7. Nilai Signifikansi t hitung dari Konsumen Minyak Goreng Curah dan


(11)

Minyak Goreng Kemasan ... 68

5.8. Tingkat Perilaku Konsumen ... 69

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Minyak Goreng Curah Dan Kemasan Di Pasar Tradisional ... 22

5.1. Grafik Perkembangan Produksi dan Konsumsi Minyak Goreng di Provinsi Sumatera Utara ... 47

5.2. Uji Normalitas Minyak Goreng Curah ... 57

5.3. Scatterplot Konsumen Minyak Goreng Curah ... 59

5.4. Uji Normalitas Minyak Goreng Kemasan ... 65


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Karakteristik Sampel Minyak Goreng Curah 2 Karakteristik Sampel Minyak Goreng Kemasan

3 Hasil Uji T-Test Karakteristik Konsumen Minyak Goreng Curah Dan Kemasan

4 Pengaruh Karakteristik Konsumen Terhadap Jumlah Konsumsi Minyak Goreng Curah

5 Pengaruh Input Karakteristik Konsumen Terhadap Jumlah Konsumsi Minyak Goreng Kemasan

6 Tingkat Perilaku Konsumen Minyak Goreng Curah 7 Tingkat Perilaku Konsumen Minyak Goreng Kemasan 8 Kuesioner Minyak goreng Curah

9 Kuesioner Minyak goreng Kemasan 10 Tingkat Perilaku Konsumen


(13)

i

Mempengaruhi Konsumen Dalam Pembelian Minyak Goreng Curah Dan Kemasan di Pasar Tradisional, Studi Kasus : Pasar Medan Super Market di Kecamatan Medan Kota, Medan, yang dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Meneth Ginting, MADE dan Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perkembangan konsumsi minyak goreng 5 tahun terakhir di Sumatera Utara, untuk mengetahui perbedaan karakteristik konsumen minyak goreng jenis curah dengan kemasan, untuk mengetahui perbedaan dan pengaruh umur, pendidikan, harga minyak goreng, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap konsumsi minyak goreng curah dengan konsumsi minyak goreng kemasan dan untuk mengetahui alasan konsumen membeli minyak goreng jenis curah dan kemasan.

Metode penelitian penentuan sampel yang digunakan adalah metode stratified random sampling, dengan besar sampel yaitu 60 konsumen minyak goreng. Data yang digunakan data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif, metode analisis regresi berganda dan metode analisis U Mann Whitney.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Perkembangan konsumsi minyak goreng di Provinsi Sumatera Utara mulai tahun 2009, 2011 , 2012 mengalami naik dan tahun 2012 turun. (2) Terdapat perbedaan karakteristik antara konsumen minyak goreng curah dan konsumen minyak goreng kemasan yaitu : tingkat pendidikan, pendapatan dan harga minyak goreng. (3) karakteristik konsumen secara serempak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi minyak goreng curah dan kemasan. (4) Tidak terdapat perbedaan pengaruh usia, pendidikan, harga minyak goreng, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap konsumsi minyak goreng curah dengan konsumsi minyak goreng kemasan. (5) Kebutuhan sehari-hari, harga dan sesuai dengan pendapatan menjadi alasan utama mengapa minyak goreng curah dibeli oleh responden, sedangkan pada konsumen minyak goreng kemasan bahwa kebutuhan sehari-hari, kualitasnya dan sesuai dengan pendapatan menjadi alasan utama mengapa minyak goreng kemasan dibeli oleh responden.

Kata Kunci : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Konsumsi Minyak Goreng, Konsumen Minyak Goreng Curah, Konsumen Minyak Goreng Kemasan, Analisis Regresi


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Minyak goreng bagi masyarakat Indonesia adalah salah satu kebutuhan pokok atau merupakan salah satu dari Sembako ( sembilan bahan pokok) yang menurut keputusa minyak goreng digunakan untuk memasak seprti, penumisan, maupun penggorengan dalam jumlah yang sedikit maupun banyak. Sebab minyak goreng dapat memberikan citarasa yang lebih lezat, aroma yang sedap, gurih, dan penampilan yang lebih menarik daripada makanan yang direbus atau dikukus. Selain itu, minyak goreng juga membuat makanan menjadi renyah atau crispy, kering, dan berwarna keemasan dan kecoklatan.

Minyak goreng atau disebut RBD (Refined, Bleached, Deodorized) Olein merupakan salah satu hasil olahan kelapa sawit yang menjadi bahan makanan


(15)

pokok yang mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Minyak goreng dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang status sosial, ekonomi, politik (Buana, 2001).

Minyak goreng secara umum terdiri dari dua kelompok, yakni minyak goreng hewani dan minyak goreng nabati. Minyak nabati adalah yang paling banyak digunakan, terutama untuk menggoreng, karena lebih mudah didapatkan. Minyak goreng nabati ini dapat dibuat dari berbagai sumber seperti kelapa, kelapa sawit, dan kedelai (Amang, dkk, 1996).

Di Indonesia minyak goreng yang paling sering digunakan adalah minyak goreng bahan baku kelapa sawit. Selain karena Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit, minyak ini juga cukup ideal dari segi harga dan ketersediaan. Bila harus mengimpor jenis minyak nabati yang tidak bisa diproduksi di Indonesia, ini akan membutuhkan biaya yang besar. Selanjutnya mempengaruhi daya jual sehingga hanya dapat dikonsumsi oleh golongan masyarakat tertentu. Disamping itu, minyak kelapa sawit memiliki banyak keunggulan dibanding jenis-jenis minyak lain dan cocok dengan kebiasaan menggoreng masyarakat Indonesia (Buana, 2001).

Minyak goreng dari kelapa sawit ada 2 jenis yaitu, minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan yang bermerek. Minyak goreng curah berbeda dengan kemasan karena minyak goreng kemasan yang bermerek melakukan 3-4 penyaringan, sedangkan minyak goreng curah hanya 1 kali penyaringan. Sehingga


(16)

dari warnanya berbeda dengan minyak goreng kemasan yang lebih jenih dibandingkan dengan minyak goreng curah.

Dari segi kandungan minyak goreng curah kadar lemaknya lebih tinggi dan juga kandungan asam oleat dibandingkan minyak goreng kemasan. Namun tidak masalah menggunakan minyak goreng curah, asalkan tidak berlebihan dan tidak digunakan berulang-ulang kali, sampai berwarna coklat pekat hingga kehitam-hitaman, karena pemakaian berulang-ulang pada minyak goreng curah sangat tidak baik bagi kesehatan. Selain itu juga, minyak goreng kemasan lebih higenis dan kualistanya lebih terjamin dari pada minyak goreng curah.

Saat ini semakin maraknya produk minyak goreng kemasan yang beredar di pasaran kota Medan. Produk minyak goreng kemasan itu diantaranya : Bimoli, Filma, Kunci Mas, Sania, Sunco, fortune, avena, madina dan lain-lain. Meskipun minyak goreng kemasan memiliki banyak keunggulan seperti, lebih higenis, sehat (non-kolesterol), kualitasnya terjamin, tetap saja masih ada minat konsumen untuk membeli minyak goreng curah. Padahal dari segi harga, harga minyak goreng curah dengan minyak goreng kemasan hanya beda tipis berkisar Rp1500-Rp 3.500.

Minyak goreng dikonsumsi hampir seluruh masyarakat, baik itu di tingkat rumah tangga maupun industri makanan. Fungsi minyak goreng di kedua tingkat konsumen pada umumnya bukan sebagai bahan baku namun hanya sebagai bahan pembantu. Fungsi minyak goreng sangat penting dalam menciptakan aroma, rasa,


(17)

warna, daya simpan dan dalam beberapa hal juga dapat sebagai alat peningkat nilai gizi (Amang, dkk, 1996).

Sehingga berdasarkan latar belakang tersebut, maka menjadi satu hal yang menarik untuk menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian minyak goreng curah dan kemasan di pasar tradisional di kecamatan Medan Kota yaitu Pasar Super Market Medan.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan konsumsi minyak goreng 5 tahun terakhir di Provinsi Sumatera Utara ?

2. Bagaimana perbedaan karakteristik konsumen minyak goreng jenis curah dengan kemasan ?

3. Bagaimana pengaruh usia, pendidikan, harga minyak goreng, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap konsumsi minyak goreng curah dengan kosumsi minyak goreng kemasan ?


(18)

4. Bagaimana perbedaan pengaruh usia, pendidikan, harga minyak goreng, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap konsumsi minyak goreng curah dengan kosumsi minyak goreng kemasan ?

5. Apakah alasan konsumen membeli minyak goreng jenis curah dan kemasan?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui perkembangan konsumsi minyak goreng 5 tahun terakhir di Provinsi Sumatera Utara.

2. Untuk menganalisis perbedaan karakteristik konsumen minyak goreng jenis curah dengan kemasan.

3. Untuk menganalisis pengaruh usia, pendidikan, harga minyak goreng, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap konsumsi minyak goreng curah dengan konsumsi minyak goreng kemasan.

4. Untuk menganalisis perbedaan pengaruh usia, pendidikan, harga minyak goreng, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap konsumsi minyak goreng curah dengan konsumsi minyak goreng kemasan.

5. Untuk mengetahui alasan konsumen membeli minyak goreng jenis curah dengan kemasan.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan perilaku konsumen minyak goreng.


(19)

1.5. Keaslian Penelitian

1. Model Penelitian : Dalam penelitian ini menggunakan berbagai metode analisis yaitu, analisis deskriptif untuk menjelaskan tentang perkembangan konsumsi di kota Medan, analisis uji Iindependent sampel T-Test untuk menganalisis perbedaan karakteristik antara konsumen minyak goreng curah dengan konsumen minyak goreng kemasan dan analisis regresi berganda unttuk menganalisis pengaruh usia, pendidikan, harga minyak goreng curah/kemasan, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap konsumsi minyak goreng curah/kemasan. 2. Variabel : Penelitian ini menggunakan variabel bebas dan variabel terikat pada

analisis regresi berganda. Variabel bebas yang digunakan sebanyak 5 variabel yaitu usia, pendidikan, harga minyak goreng curah/kemasan, pendapatan dan jumlah tanggungan sedangkan variabel terikatnya hanya satu yaitu jumlah konsumsi minyak goreng curah/kemasan.

3. Jumlah observasi/sampel : Sampel penelitian adalah konsumen yang membeli minyak goreng curah/kemasan dan sudah menikah atau berumah tangga. Sampel penelitian ini sebanyak 60 orang yaitu yang terdiri dari konsumen minyak goreng curah sebanyak 30 orang dan konsumen minyak goreng kemasan sebanyak 30 orang.


(20)

5. Lokasi Penelitian : Penelitian dilakukan di pasar tradisional yaitu pasar medan super market di kec. medan kota.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Minyak Goreng

Minyak goreng merupakan salah satu bahan makanan pokok yang dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, baik yang berada di perdesaan maupun di perkotaan. Oleh karena itu, minyak goreng dapat pula dikategorikan sebagai komoditas yang cukup strategis, karena pangalaman selama ini menunjukkan


(21)

bahwa kelangkaan minyak goreng dapat menimbulkan dampak ekonomis dan politis yang cukup berarti bagi perekonomian kita (Amang, dkk, 1996).

Menurut Amang (1993), minyak goreng dapat dibuat dari berbagai macam bahan baku, diantaranya adalah kelapa sawit, kelapa, kacang-kacangan, bunga matahari dan bahan baku lainnya. Penggunaan minyak goreng berbahan baku kelapa sawit semakin mendominasi pengolahan minyak goreng setelah sempat dipegang oleh kelapa sebagai bahan baku minyak goreng di Indonesia.

Minyak sawit terutama dikenal sebagai bahan mentah minyak dan lemak pangan yang digunakan untuk menghasilkan minyak goreng, margarin dan minyak makan lainnya. Minyak sawit mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh yang ikatan molekulnya mudah dipisahkan dengan alkali, sehingga mudah dibentuk menjadi produk dengan berbagai keperluan (Amang, dkk, 1996).

Industri minyak goreng sawit dalam negeri terbagi menjadi dua, yaitu minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan bermerek. Minyak goreng curah merupakan minyak goreng yang dijual ke pasar tanpa menggunakan merek dan label produk, yang biasanya ditempatkan di dalam jerigen besar atau drum, lalu dijual literan kepada konsumen. Sedangkan minyak goreng kemasan bermerek adalah minyak goreng yang ditawarkan ke pasar dengan menggunakan kemasan, merek dan label produk (Winarno, 1999).

Minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek merupakan sama-sama hasil dari proses industri namun berbeda dari kualitas prosesnya. Untuk minyak goreng


(22)

curah penyaringannya hanya dilakukan 1 kali, berwarna kuning keruh. Sedangkan minyak goreng kemasan yang bermerek 3-4 kali proses penyaringan, sampai minyak menjadi jernih (Simatupang dan Purwoto, 2005).

Dilihat dari aspek kebersihan serta kualitas produk, minyak goreng curah tidak sebaik minyak goreng kemasan. Didistribusikan dalam drum-drum dengan wadah terbuka membuat kebersihannya tidak terjamin. Harga minyak goreng curah yang relatif lebih murah daripada minyak goreng kemasan. Harga minyak goreng curah berkisar Rp10.000/kg sedangkan minyak goreng kemasan Rp 11.400-14.000/kg.

Dari segi kandungan, minyak curah kadar lemaknya lebih tinggi dan asam oleat dibanding minyak kemasan. Namun tidak ada masalah menggunakan minyak curah, asalkan tidak berlebihan dan tidak digunakan berulang-ulang kali, sampai berwarna coklat pekat hingga kehitam-hitaman. Karena pemakaian berulang-ulang pada minyak makan, sangat tidak baik bagi kesehatan (Sumaryanto dan Pantetana, 1996).

Minyak dan lemak besar sekali peranannya dalam metabolisme tubuh, Peranan minyak dan lemak dalam metabolisme bukan hanya sebagai wahana pengangkut vitamin-vitamin yang larut dalam minyak (A,D,E, dan K) dalam darah, melainkan juga peranannya dalam proses pembentukan otak dan kecerdasan manusia, serta kesehatan tubuh pada umumnya. Di samping itu minyak dan lemak dapat merupakan sumber asam lemak esensial, yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan anak dan pemeliharaan kulit tubuh dan kesehatan kulit wajah,


(23)

sehingga juga erat kaitannya dengan kecantikan, karena lemak merupakan penghantar panas yang buruk (Winarno, 1999).

Sebagian besar permintaan terhadap minyak goreng adalah untuk konsumsi rumah tangga. Tingginya tingkat permintaan terhadap minyak goreng kelapa sawit disebabkan banyaknya manfaat yang dapat diperoleh, seperti mengandung beta karoten atau pro-vitamin A serta E yang dapat berguna untuk menurunkan kolesterol dan menghambat penuaan. Berbagai kelebihan inilah yang dimanfaatkan oleh para industri minyak goreng dalam memasarkan produk-produknya (Pratomo dkk, 2008).

Akan tetapi baik oleh rumah tangga maupun industri makanan, fungsi minyak goreng pada umumnya bukan sebagai bahan baku, namun sebagai bahan pembantu. Fungsinya sangat penting dalam menciptakan aroma, rasa, warna, daya simpan dan dalam beberapa hal juga dalam peningkatan nilai gizi (Amang, dkk, 1996).

Dan sebagaimana diketahui bahwa minyak goreng memiliki kandungan lemak yang tinggi sehingga konsumsinya cenderung dibatasi atau bahkan dikurangi. Semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga, semakin besar pula peluang untuk menggantikan minyak goreng yang mengandung lemak atau minyak goreng curah dengan minyak goreng yang lebih baik mutu kesehatannya yaitu minyak goreng bermerek, yang pada umumnya lebih mahal (Simatupang dan Purwoto, 2005).


(24)

Pasar bisa dideskripsikan dalam arti sempit dan luas. Dalam arti sempit atau pengertian sehari-hari, pasar adalah tempat dilakukannya kegiatan jual beli berbagai macam barang dan jasa untuk keperluan hidup sehari-hari. Dalam arti sempit ini pasar dikaitkan dengan lokasi atau tempat bertemunya penjual dan pembeli. Dalam pengertian yang lebih luas menurut ilmu ekonomi, pasar adalah proses berlangsungnya transaksi permintaan dan penawaran atas barang dan jasa (Deliarnov, 2005).

Pasar merupakan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk berbelanja, dan kemauan untuk membelanjakannya. Jadi, dalam pengertian tersebut terdapat faktor-faktor yang menunjang terjadinya pasar, yakni : keinginan, daya beli, dan tingkah laku dalam pembelian (Fuad, 2004).

Pasar terdiri dari 2 klasifikasi yaitu: pasar tradisional dan pasar modern. Dalam pasar tradisional, pembeli berhadapan langsung dengan penjual. Sebaliknya, dalam pasar modern, pembeli tidak harus berhadapan langsung dengan penjual. Dalam pasar modern seperti mal, pasar swalayan atau department store, pembeli tinggal mencari barang yang dibutuhkan dan membayarnya dikasir. Di pasar terjadi permintaan dan penawaran atas barang-barang yang diperdagangkan. Penawaran dilakukan oleh penjual dengan menunjukkan barang yang diperdagangkan. Tujuannya adalah agar calon pembeli tertarik membeli, atau dalam istilah ekonomi disebut melakukan permintaan (Deliarnov, 2005).

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Konsumen


(25)

Istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen, yakni : konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri. Dalam konteks barang dan jasa yang dibeli kemudian digunakan langsung oleh individu sering disebut sebagai “pemakai akhir” atau “konsumen akhir”. Konsumen organisasi terdiri dari organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintah dan lembaga lainnya (Sumarwan, 2004).

Reksoprayitno (2000), menyampaikan bahwa teori konsumen menjelaskan bagaimana reaksi konsumen dalam kesediaannya membeli suatu barang akan berubah jika jumlah pendapatan konsumen dan harga barang yang bersangkutan berubah. Fungsi utama barang dan jasa konsumsi adalah untuk memenuhi kebutuhan langsung pemakainya dengan terpenuhinya kebutuhan konsumen tersebut akan menimbulkan kepuasan bagi konsumen itu sendiri

2.2.2. Perilaku Konsumen

Menurut Loudon dan Bitta (1995) di dalam Suryani (2008) menjelaskan bahwa perilaku konsumen mencakup proses pengambilan keputusan dan kegiatan yang dilakukan konsumen secara fisik dalam pengevaluasi, perolehan penggunaan atau mendapatkan barang dan jasa.

Perilaku konsumen adalah soal keputusan. Lebih jauh lagi, keputusan adalah soal pilihan. Keputusan meliputi pilihan antara dua atau lebih alternatif. Pilihan meliputi produk yang dibeli, jumlah pembelian, lokasi, dan waktu pembelian (Setiadi, 2003).


(26)

Perilaku kosumen merupakan tindakan suatu individu dalam membuat keputusan dalam membelanjakan sumber daya yang dimilikinya untuk memperoleh atau untuk mendapatkan barang dan jasa yang akan dikonsumsi nantinya. Dalam menganalisis perilaku konsumen tidak hanya menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dalam berbelanja tetapi proses pengambilan keputusan yang disertai dengan kegiatan pembelian suatu barang atau jasa (Simamora, 2008).

Perilaku konsumen menyangkut suatu proses keputusan sebelum pembelian serta tindakan dalam memperoleh, memakai, dan mengkonsumsi suatu produk. Mengetahui perilaku konsumen meliputi perilaku yang dapat diamati seperti jumlah yang dibelanjakan, kapan, dengan siapa, oleh siapa, dan bagaimana barang yang sudah dibeli dikonsumsi (Mangkunegara, 2002).

Menurut Umar (2000), banyak pengertian perilaku konsumen yang dikemukakan ahli. Salah satunya oleh Engel, yaitu suatu tindakan yang langsung mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahuluinya dan penyusul tindakan tersebut. Perilaku konsumen terbagi 2 yaitu :

1. Perilaku yang tampak diantaranya jumlah pembelian, waktu, karena siapa, bagaimana dilakukan pembelian itu.

2. Perilaku yang tidak tampak diantaranya persepsi, ingatan terhadap informasi dan pemasaran kepemilikan oleh konsumen


(27)

Teori perilaku konsumen merupakan deskripsi tentang bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatan diantara barang dan jasa yang berbeda-beda untuk memaksimumkan kesejahteraan. Keputusan pembelian konsumen akan membantu kita memahami bagaimana perubahan pendapatan dan harga mempengaruhi permintaan barang dan jasa (Pyndick dan Rubinfield, 2001).

2.2.3. Keputusan Pembelian

Proses pengambilan keputusan konsumen dalam pembelian ditentukan oleh perilaku konsumen. Proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah pada kegiatan manusia untuk membeli barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannnya.

Keputusan yang dibuat oleh konsumen sangat erat kaitannya dengan tingkat keterlibatan konsumen. Memahami tingkat keterlibatan konsumen terhadap produk berarti perusahaan mengidentifikasi hal-hal yang menyebabkan seseorang terlibat atau tidak dalam memilih suatu produk (Suryani, 2008).

Konsumen melakukan keputusan setiap hari atau setiap periode tanpa menyadari bahwa mereka mempelajari bagaimana konsumen mengambil keputusan dan memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dan terlibat dalam pengambilan keputusan tersebut (Sumarwan, 2004).

2.2.4. Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Konsumsi Minyak Goreng

Menurut Lipsey dkk di dalam Sanusi (2003) jumlah komoditas yang akan dibeli oleh seorang konsumen/rumah tangga disebut sebagai jumlah yang diminta untuk


(28)

komoditas tersebut. Ada beberapa konsep jumlah yang diminta yang perlu diperhatikan yaitu:

1 Jumlah yang diminta sebagai jumlah yang diinginkan. Jumlah ini menunjukkan berapa banyak yang ingin dibeli oleh seorang konsumen/rumah tangga atas dasar harga komoditas itu, penghasilan mereka, jumlah tanggungan, selera dan sebagainya.

2 Jumlah yang diminta sebagai arus pembelian yang kontinyu. Oleh karena itu, jumlah tersebut harus dinyatakan dalam banyaknya satuan waktu.

Pembelian konsumen juga dipengaruhi karakteristik konsumen. Sebagian besar, pemasar tidak dapat mengendalikan faktor—faktor seperti itu, tetapi mereka harus memperhitungkan semuanya. Berikut karakteristik dari konsumen yaitu :

a. Umur

Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama hidupnya. Selera akan makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi sering kali berhubungan dengan umur. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya (Setiadi, 2003).

Memahami usia konsumen adalah penting, karena konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek. Dari sisi pemasaran, semua penduduk berapapun usianya adalah konsumen. Namun pemasar perlu mengetahui dengan pasti apakah usia dijadikan dasar untuk segmentasi pasar produknya.


(29)

b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan juga mempengaruhi perilaku seseorang. Apabila pendidikan tinggi maka konsumen akan memilih barang-barang yang berkualitas baik. Tingkat pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir konsumen (Kotler, 1994).

c. Harga barang itu sendiri

Naik turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya terhadap jumlah pembelian. Jumlah atau kuantitas akan menurun ketika harganya meningkat dan jumlah yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat dikatakan bahwa kuantitas yang dibeli berhubungan negatif dengan harga (Djododipuro, 1991).

d. Pendapatan

Pendapatan mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas pembelian. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada sedikit uang untuk dibelanjakan sehingga seseorang akan membelanjakan lebih sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang (Setiadi, 2003). e. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan akan mempengaruhi jumlah pembelian terhadap suatu barang. Semakin banyak tanggungan, maka jumlah pembelian akan semakin meningkat. Hal ini berkaitan dengan usaha pemenuhan akan kecukupan kebutuhan setiap individu yang ada di suatu tempat (Sukirno, 2003).


(30)

2.2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli barang/jasa yakni : faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi motivasi atau kebutuhan, pengalaman, pendapatan dan jumlah tanggungan. Faktor eksternal meliputi pengaruh dari lingkungan konsumen (Suryani, 2008).

Faktor Internal : 1. Motivasi Kebutuhan

Seorang konsumen tergerak untuk membeli suatu produk karena ada sesuatu yang menggerakkan. Menurut Jeffrey, et al (1996) dalam Suryani (2008), proses motivasi terjadi karena adanya kebutuhan, keinginan maupun harapan yang tidak terpenuhi yang menyebabkan timbulnya ketegangan. Pada tingkat tertentu ketegangan ini akan berubah menjadi hasrat yang mendorong individu melakukan suatu perilaku tertentu guna memenuhi kebutuhan, keinginan, dan hasratnya tersebut.

2. Pengalaman

Pengalaman merupakan proses pembelajaran dalam perilaku seseorang dan kebanyakan perilaku manusia adalah hasil dari proses pembelajaran. Secara teori pembelajaran seseorang terjadi dari hasil dorongan, rangsangan isyarat dan tanggapan (Umar, 2000).

3. Pendapatan

Pendapatan mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas pembelian.


(31)

Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada sedikit uang untuk dibelanjakan sehingga seseorang akan membelanjakan lebih sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang (Setiadi, 2003).

4. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan akan mempengaruhi jumlah pembelian terhadap suatu barang. Semakin banyak tanggungan, maka jumlah pembelian akan semakin meningkat. Hal ini berkaitan dengan usaha pemenuhan akan kecukupan kebutuhan setiap individu yang ada di suatu tempat (Sukirno, 2003).

Faktor Eksternal : 1. Kelompok Acuan

Kelompok acuan seseorang terdiri atas semua kelompok di sekitar individu yang mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku individu tersebut. Kelompok acuan mempengaruhi pendirian dan konsep pribadi seseorang karena individu biasanya berhasrat untuk berperilaku sama dengan kelompok acuan tersebut (Suryani, 2008).

2. Keluarga

Keluarga mempunyai peran penting dalam keputusan pembelian. Konsumen sebagai anggota keluarga yang sering berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain, perilakunya secara tidak langsung dipengaruhi oleh hasil interaksi tersebut. Oleh karena itu secara langsung atau tidak langsung keputusan pembelian dipengaruhi oleh keluarga (Suryani, 2008).


(32)

Faktor Stimulus Pemasaran a. Harga

Harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu barang dan pelayanan yang menyertainya. Konsumen sangat tergantung pada harga sebagai indikator kualitas produk terutama pada waktu harus membuat keputusan pembelian sedangkan informasi yang dimiliki tidak lengkap. Persepsi konsumen terhadap produk sering berubah-ubah seiring dengan perubahan yang terjadi pada harga. Harga merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam keputusan pembelian, apabila harga murah maka konsumen dengan sendirinya tertarik serta diikuti dengan jumlah pembelian yang lebih banyak (Sumarwan, 2004).

b. Kualitas Produk

Kepuasan pelanggan sangat berkaitan erat dengan kualitas. Kualitas memuaskan yang sudah dirasakan konsumen memberikan kepuasan terhadap keinginan konsumen. Konsumen yang puas selanjutnya kembali membeli produk tersebut (Kotler, 1994).

c. Promosi

Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk itu akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan pernah membelinya (Kotler, 1994).


(33)

Pada hakikatnya, promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan atau mengingatkan pasar sasaran atas produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan (Kotler, 1994).

d. Lokasi

Lokasi atau tempat yang disebut dengan pasar merupakan pertemuan pembeli dan penjual yang bertemu secara teratur dan melakukan transaksi jual beli. Tempat pembelian sangat berpengaruh saat konsumen membeli karena tempat menentukan gengsi bagi sebagian orang (Mangkunegara, 2002).

2.3 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No . Nama Peneliti Judul Penelitian Perumusan Masalah Variabel Pengamatan Metode

Analisis Kesimpulan 1. Anggian

(2013) Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Mengkonsumsi Daging Ayam Potong 1. Bagaimana perilaku konsumen terhadap permintaan ayam potong? 2. Apakah umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pendapatan, dan harga daging ayam potong mempengaruhi 1. Umur 2. Tingkat Pendidikan 3. Jumlah Tanggungan 4. Pendapatan 5. Harga Ayam Potong 1. Deskriptif 2. Analisis Regresi Linier Berganda Tingkat perilaku konsumen tergolong pada tingkat kategori yang sedang. Hal ini menerangkan bahwa tidak sepenuhnya konsumen setuju terhadap parameter-parameter. Secara serempak menunjukkan bahwa dari keseluruhan


(34)

konsumen dalam mengkonsumsi daging ayam potong ? 3. Bagaimana perkembangan harga dan permintaan konsumen terhadap daging ayam potong di Kota Medan ? variabel bebas memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah konsumsi daging ayam potong. Perkembangan harga maupun permintaan berfluktuasi setiap tahunnya.

2. Faoeza Hafiz Saragih (2010) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Minyak Goreng Di Kota Medan

1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi minyak goreng di Kota Medan? 2.Bagaimana faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap tingkat konsumsi minyak goreng? 1. Harga 2. Jumlah Tanggungan 3. Pendapatan 4. Umur 5. Pendidikan 1. Deskriptif 2. Analisis Regresi Linier Berganda Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi minyak goreng secara signifikan adalah jumlah tanggungan keluarga dan minyak goreng.

3. Nusantry Sirait (2015) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Mengonsumsi Gula Putih Bermerek Di Kota Medan 1. Bagaimana perilaku konsumen terhadap konsumsi gula putih bermerek? 2. Apa-apa saja faktor yang mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi gula putih bermerek ? 1. Faktor Budaya 2. Faktor Sosial 3. Faktor Pribadi 4. Faktor Psikologi 1. Deskriptif 2. Analisis Regresi Linier Berganda Secara serempak variabel budaya, sosial, pribadi dan psikologis

berpengaruh terhadap keputusan kosumen.

4. Apriana nda Utama

Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi

1. Apa alasan konsumen membeli minyak 1. Jumlah Tanggungan 2. 1. Deskriptif 2. Analisis Alasan konsumen membeli minyak goreng curah adalah


(35)

(2013) Perilaku Konsumen Membeli Minyak Goreng Curah

goreng curah di lokasi penelitian? 2. Bagaimana pengaruh harga minyak gorSeng curah, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah? Pendapatan 3. Harga Minyak Goreng Curah Regresi Linier Berganda harganya murah, karena kebutuhan sehari-hari, dan mudah diperoleh. Secara serempak variabel harga minyak goreng curah, pendapatan, dan jumlah tanggungan berpengaruh terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah. 5. Ari

Luhur (2010) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Pembelian Minuman Energi

1. Apakah faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis berpengaruh terhadap keputusan untuk membeli produk minuman energi merek Extra Joss? 1. Faktor Budaya 2. Faktor Sosial 3. Faktor Pribadi 4. Faktor Psikologi 1. Deskriptif 2. Analisis Regresi Linier Berganda Faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk minuman energi Extra Joss.

2.4. Kerangka Pemikiran

Konsumen adalah semua individu atau rumah tanggga yang membeli atau memperoleh barang atau jasa untuk dikonsumsi pribadi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan.

Perilaku konsumen adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan membuang barang atau jasa. Setiap individu memiliki perilaku masing-masing dalam mendapatkan atau membeli barang/jasa hingga mengkonsumsi atau memakainya.

Keputusan yang dibuat oleh konsumen sangat erat kaitannya dengan tingkat keterlibatan konsumen. Memahami tingkat keterlibatan konsumen terhadap


(36)

produk berarti perusahaan mengidentifikasi hal-hal yang menyebabkan seseorang terlibat atau tidak dalam memilih suatu produk.

Didalam negeri industri minyak goreng sawit terbagi atas dua, yaitu minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan. Ada beberapa faktor mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli minyak goreng curah dan kemasan yaitu faktor konsumen itu sendiri dan faktor stimulus pemasaran.

Adapun faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi : motivasi, pengalaman, pendapatan dan jumlah tanggungan, sedangkan faktor eksternal meliputi : kelompok acuan dan pengaruh keluarga. Selain faktor konsumen itu sendiri ada faktor stimulus pemasaran yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli minyak goreng diantaranya : harga, lokasi, promosi, dan kualitas produk. Hal tersebut merupakan alasan seseorang membeli suatu produk/jasa diidentifikasi dari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen tersebut.

Setelah memutuskan untuk memilih minyak goreng curah dan kemasan sebagai minyak goreng yang akan dibeli selanjutnya konsumen memutuskan jumlah pembelian. Adapun faktor-faktor yang diduga mempengaruhi jumlah pembelian yakni : usia, pendidikan, harga minyak goreng itu sendiri, pendapatan konsumen dan jumlah tanggungan.

Faktor konsumen : A. Internal 1. Motivasi 2. Pengalaman 3. Pendapat

4. Jumlah tanggungan B. Eksternal

1. Kelompok acuan 2. Pengaruh keluarga


(37)

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Pembelian Minyak Goreng Curah Dan Kemasan Di Pasar Tradisional

2.5. Hipotesis Penelitian

Perilaku Konsumen

Jumlah Konsumsi Minyak goreng

curah

Jumlah Konsumsi Minyak goreng

kemasan

Karakteristik konsumen :

1. Usia 2. Pendidikan 3. Harga minyak

goreng 4. Pendapatan 5. Jumlah


(38)

Berdasarkan skema kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan bahwa hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :

1. Ada perkembangan konsumsi minyak goreng 5 tahun terakhir di Provinsi Sumatera Utara.

2. Ada perbedaan karakteristik konsumen minyak goreng curah dengan kemasan.

3. Usia, pendidikan, harga minyak goreng, pendapatan dan jumlah tanggungan secara serempak berpengaruh nyata terhadap konsumsi minyak goreng curah dengan konsumsi minyak goreng kemasan.

4. Ada perbedaan pengaruh usia, pendidikan, harga minyak goreng, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap konsumsi minyak goreng curah dengan konsumsi minyak goreng kemasan.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive atau sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu. Penelitian ini dilakukan di kota Medan dengan pertimbangan kota Medan memiliki jumlah penduduk paling tinggi di Sumatera Utara. Badan Pusat Statistik Sumatera Utara menyebutkan bahwa jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2014 sebesar 2.135.516 jiwa. Dengan jumlah penduduk sebanyak ini diasumsikan permintaan akan bahan-bahan pokok termasuk juga minyak goreng curahan dan kemasan juga tinggi. Lokasi penelitian yang dipilih adalah pasar tradisional karena minyak goreng curah hanya dijual di pasar tradisional.


(40)

NO Kecamatan Jumlah Pasar Tradisional

1 Medan Tuntungan 1

2 Medan Johor 2

3 Medan Amplas -

4 Medan Denai -

5 Medan Area 5

6 Medan Kota 9

7 Medan Maimun 1

8 Medan Polonia 1

9 Medan Baru 3

10 Medan Selayang 1

11 Medan Sunggal 2

12 Medan Helvetia 2

13 Medan Petisah 3

14 Medan Barat 5

15 Medan Timur 4

16 Medan Perjuangan 3

Lanjutan Tabel 3.1 Jumlah Pasar Tradisional di Kota Medan Menurut Kecamatan

17 Medan Tembung 2

18 Medan Deli -

19 Medan Labuhan 5

20 Medan Marelan 1

21 Medan Belawan 4

Total 54

Sumber : BPS Sumut, 2014

Pasar tradisional yang dipilih sebagai lokasi penelitian di Kecamatan Medan Kota karena merupakan jumlah pasar terbesar di kota Medan. Pasar yang dipilih di Kecamatan Medan Kota yaitu pasar Medan Super Market.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Menurut Sugiyono (2006), sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah individu yang mengkonsumsi minyak goreng curah dan kemasan, karena


(41)

besar populasi tidak diketahui secara pasti jumlahnya, oleh karena itu sulit mencari berapa jumlah populasi yang tepat.

Penentuan sampel menggunakan metode stratified random sampling yaitu dengan menggolongkan populasi dalam golongan atau strata menurut kriteria tertentu. Pembagian strata ini ditetapkan dengan terlebih dahulu membagi konsumen minyak goreng atas 2 strata berdasarkan konsumen minyak goreng curah dan konsumen minyak goreng kemasan.

Sampel responden ditetapkan mengikutin pendapat Roscoe dalam (Sugiyono, 2006), yang menyatakan berapapun jumlah populasinya, dalam penelitian sosial ukuran sampel yang layak digunakan adalah antara 30 sampai 500 orang. Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menetapkan anggota sampel penelitian sebanyak 60 konsumen minyak goreng, dengan alasan :

1. Telah melebihi ambang batas kriteria Roscoe, yakni batasan minimal 30 orang.

2. Mengingat masyarakat yang akan diteliti adalah homogen.

Dengan demikian penetapan anggota sampel sebanyak 60 orang dianggap telah representatif. Dimana sampel konsumen minyak goreng curahan sebanyak 30 orang, dan sampel konsumen minyak goreng kemasan sebanyak 30 orang. Karena dengan sampel tersebut sudah cukup untuk mengetahui perbandingan antara konsumen minyak goreng curahan dan konsumen minyak goreng kemasan.


(42)

No Tanaman Pengambilan Sampel

1 konsumen minyak goreng curahan 30

2 konsumen minyak goreng kemasan 30

Total 60

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik accidental sampling. Teknik accidental sampling adalah teknik penarikan sampel secara kebetulan yaitu siapa saja yang kebetulan ditemui peneliti yang membeli minyak goreng curahan atau kemasan di lokasi penelitian yaitu di kawasan pasar Super Market Medan di Kecamatan Medan Kota yang membeli minyak goreng curahan atau kemasan.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dari konsumen minyak goreng kemasan melalui wawancara dan kuesioner. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, dapat melalui Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian dan dapat melalui literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan.

3.4. Metode Analisis Data

3.4.1. Untuk Membuktikan Hipotesis 1, Ada Perkembangan Konsumsi Minyak Goreng 5 Tahun Terakhir Di Provinsi Sumatera Utara

Perkembangan konsumsi minyak goreng 5 tahun terakhir di Provinsi Sumatera Utara dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif yaitu dengan


(43)

mengamati perkembangan konsumsi minyak goreng di Provinsi Sumatera Utara selama 5 tahun terakhir.

3.4.2. Untuk Membuktikan Hipotesis 2, Ada Perbedaan Karakteristik Konsumen Minyak Goreng Curah Dengan Kemasan.

Perbedaan karakteristik konsumen minyak goreng curah dengan kemasan dianalisis mengunakan analisis deskriptif dan Uji Independent Sample T-Test. Analasis deskriptif yaitu dengan membandingkan karakteristik konsumen minyak goreng curahan dan kemasan meliputi umur, pendidikan, harga minyak goreng curah maupun kemasan, pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga. Sedangkan Uji Independent Sample T-Test adalah untuk membandingkan rata-rata dari dua grup yang tidak berhubungan satu dengan yang lain, apakah kedua grup tersebut mempunyai rata-rata yang sama ataukah tidak secara signifikansi (Kurniawan, 2009)

Persamaan uji T adalah sebagai berikut:

X1 = Rata-rata karakteristik konsumen ( umur, tingkat pendidikan, pendapatan, jumlah tanggungan, harga minyak goreng dan jumlah konsumsi ) minyak goreng curah.

X2 = Rata-rata karakteristik konsumen ( umur, tingkat pendidikan, pendapatan, jumlah tanggungan, harga minyak goreng dan jumlah konsumsi ) minyak goreng kemasan.


(44)

n2 = Jumlah konsumen minyak goreng kemasan s1 = Standar deviasi konsumen minyak goreng curah s2 = Standar deviasi konsumen minyak goreng kemasan

Kriteria pengambilan keputusan adalah :  H0 diterima jika nilai signifikansi ≥ α  H1 diterima jika nilaisignifikansi < α Dimana :

 H0 adalah tidak ada perbedaan karakteristik yang nyata antara konsumen minyak goreng curahan dengan konsumen minyak goreng kemasan.

 H1 adalah ada perbedaan karakteristik yang nyata antara konsumen minyak goreng curahan dengan konsumen minyak goreng kemasan.

3.4.3. Untuk Membuktikan Hipotesis 3, Usia, Pendidikan, Harga Minyak Goreng, Pendapatan Dan Jumlah Tanggungan Secara Serempak Berpengaruh Nyata Terhadap Konsumsi Minyak Goreng Curah Dengan Kosumsi Minyak Goreng Kemasan.

Pengaruh usia, pendidikan, harga minyak goreng, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap konsumsi minyak goreng curah dengan konsumsi minyak goreng kemasan dianalisis menggunakan metode regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen bila dua atau lebih variabel


(45)

independen dinaik turunkan nilainya. Jadi analisis regresi berganda akan dilakukan apabila jumlah variabel independennya minimal dua (Sugiyono, 2006).

Analisis Regresi Linier Berganda yaitu menganalisis pengaruh usia, pendidikan, harga minyak goreng, pendapatan per bulan dan jumlah tanggungan terhadap jumlah konsumsi minyak goreng curahan dan kemasan per bulan. Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e

Dimana :

Y = Jumlah konsumsi minyak goreng curahan atau minyak goreng kemasan (L/bln)

a = Nilai konstanta b = Koefisien regresi e = Variabel kesalahan X₁ = Usia (Thn)

X₂ = Pendidikan (Thn)

X3 = Harga minyak goreng (Rp) X4 =Pendapatan per bulan (Rp) X5 = Jumlah Tanggungan (Jiwa)

Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit)

a. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) merupakan besaran untuk menunjukkan tingkat kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam bentuk persen (%), atau dengan kata lain


(46)

untuk mengukur kuatnya hubungan antara variabel atau lebih secara bersama-sama terhadap Y. Jika R2 = 1, berarti besarnya persentase sumbangan X terhadap variasi Y secara bersama-sama adalah 100%. Semakin dekat R2 dengan satu, maka makin cocok garis regresi untuk meramalkan Y (Firdaus, 2011).

b. Uji Serempak ( Uji F – Statistik )

Uji F adalah uji secara menyeluruh (simultan) signifikansi pengaruh perubahan variabel independent terhadap variabel dependent. Artinya parameter X1, X2, X3, X4 dan X5 secara bersamaan diuji apakah memiliki signifikansi atau tidak.

Kriteria pengujian :

Jika sig. F ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Jika sig. F > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak.

Jika Ho diterima artinya faktor-faktor X1, X2, X3, X4 danX5 secara serempak tidak berpengaruh signifikan terhadap Y (Jumlah konsumsi minyak goreng curahan maupun kemasan (Kg/bln).

Jika H1 diterima artinya faktor-faktor X1, X2, X3, X4 dan X5 secara serempak berpengaruh signifikan terhadap Y (Jumlah konsumsi minyak goreng curahan maupun kemasan (Kg/bln).

c. Uji Parsial ( Uji t – Statistik )

Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara parsial


(47)

berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Taraf signifikansi (α) yang

digunakan dalam ilmu sosial adalah 5% (Firdaus, 2011).

Kriteria pengujian :

Jika sig. t ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Jika sig. t > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak.

Jika Ho diterima artinya tidak ada pengaruh faktor-faktor X1, X2, X3, X4 atauX5 secara parsial terhadap Y (Jumlah konsumsi minyak goreng curahan maupun kemasan (Kg/bln).

Jika H1 diterima artinya ada pengaruh faktor-faktor X1, X2, X3 X4 atauX5 secara parsial terhadap Y (Jumlah konsumsi minyak goreng curahan maupun kemasan (Kg/bln).

Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah distribusi data mendekati distribusi normal, dilakukan uji normalitas. Uji normalitas dilakukan dengan pendekatan grafik. Distribusi data mendekati atau mengikuti distribusi data berbentuk lonceng (bell shaped). Suatu data dikatakan berdistribusi normal apabila garis yang digambarkan data merapat ke garis diagonalnya.

b. Uji Multikolinearitas

Menurut Gujarat (2003) dalam (Widyananto, 2010) multikolinearitas adalah adanya hubungan linear (korelasi) yang sempurna atau pastibdi antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Data yang digunakan


(48)

adalah penggunaan faktor yang dilogaritmakan. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Ada atau tidaknya multikolinearitas pada model regresi terlihat dari tolerance dan VIF (Variance Inlaction Factor). Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas maka diuji melalui hipotesis berikut :

H0 : Tidak terdapat multikolinearitas pada model yang digunakan H1 : Terdapat multikolinearitas pada model yang digunakan

Kriteria uji dilihat dari nilai tolerance dan VIF. Kriteria nilai uji yang digunakan yakni jika nilai VIF lebih kecil dari 10, maka model tidak mengalami multikolinearitas dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1, maka tidak terjadi multikolinearitas.

c. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Data yang digunakan untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas sama dengan multikolinearitas. Menurut Ghozali (2005) dalam (Widyananto, 2010), dasar dari analisis grafik scatterplot tersebut adalah jika terdapat pola tertentu dan teratus (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka diindikasikan terdapat masalah heteroskedastisitas, sedangkan jika tidak terdapat pola yang jelas, yaitu titik-titiknya menyebar, maka tidak terdapat heteroskedastisitas.

3.4.4. Untuk Membuktikan Hipotesis 4, Terdapat Perbedaan Pengaruh Usia, Pendidikan, Harga Minyak Goreng, Pendapatan Dan Jumlah


(49)

Tanggungan Terhadap Konsumsi Minyak Goreng Curah Dengan Kosumsi Minyak Goreng Kemasan.

Perbedaan pengaruh usia, pendidikan, harga minyak goreng, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap konsumsi minyak goreng curah dengan kosumsi minyak goreng kemasan di analisis dengan menggunakan analisis deskripsi. Analisis deskriptif yaitu menjelaskan perbedaan pengaruh antara minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan, dengan melihat nilai signifikansi t hitung. 3.4.5. Untuk Membuktikan Hipotesis 5, Terdapat Alasan Konsumen

Membeli Minyak Goreng Jenis Curah Dan Kemasan.

Alasan konsumen membeli dianalisis mengunakan analisis deskriptif dan skala likert. Menurut Nazir (2003), skala likert digunakan untuk mengukur persepsi atau perilaku seseorang. Skala ini menilai sikap atau tingkah laku yang dinginkan oleh peneliti dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden. Kemudian responden memberi pilihan respon atau jawaban dalam bentuk skala ukur yang telah disediakan, yakni :

1. Sangat setuju (skor 5) 2. Setuju (skor 4)

3. Ragu-ragu (skor 3) 4. Tidak setuju (skor 2) 5. Sangat tidak setuju (skor 1)


(50)

Deskriptif dengan memperhatikan 10 (sepuluh) pertanyaan dari perilaku konsumen. Berdasarkan pertanyaan tersebut diperoleh skor tingkat perilaku konsumen, yaitu 10-50, yang selanjutnya akan diperoleh tingkat ketercapaian dalam bentuk persentase. tingkat perilaku konsumen dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut :

Tabel 3.3. Tingkat Perilaku Konsumen

No Pernyataan Pernyataan Skor

1 Membeli minyak goreng karena kebutuhan

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Ragu-Ragu d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

5 4 3 2 1 2 Membeli minyak goreng

berdasarkan pengalaman membeli sebelumnya/ kebiasaan.

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Ragu-Ragu d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

5 4 3 2 1 3 Membeli Minyak Goreng

karena sesuai dengan pendapatan

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Ragu-Ragu d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

5 4 3 2 1 4 Membeli Minyak Goreng

Karena Jumlah Anggota Keluarga

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Ragu-Ragu d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

5 4 3 2 1


(51)

5 Membeli minyak goreng karena pengaruh dari orang lain/teman

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Ragu-Ragu d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

5 4 3 2 1 6 Membeli minyak goreng

karena pengaruh dari anggota keluarga

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Ragu-Ragu d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

5 4 3 2 1 7 Membeli minyak goreng

karena harga

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Ragu-Ragu d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

5 4 3 2 1 Lanjutan Tabel 3.3. Parameter Tingkat Perilaku Konsumen

8 Membeli minyak goreng karena kualitasnya

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Ragu-Ragu d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

5 4 3 2 1 9 Membeli minyak goreng

karena adanya promosi dari penjual/iklan

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Ragu-Ragu d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

5 4 3 2 1 10 Membeli minyak goreng

karena kemudahan memperolehnya

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Ragu-Ragu d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

5 4 3 2 1

Jumlah Skor 10 – 50


(52)

Menurut Irianto (2004), untuk mengukur range dari 2 variabel digunakan rumus :

Jadi untuk menghitung rangenya adalah = = 13,3

Sehingga dapat ditentukan kriteria/kategori tingkat perilaku konsumen berdasarkan skor yaitu :

 10 – 23 = rendah  24 – 36 = sedang  37 – 50 = tinggi

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam memahami penelitian ini, maka dibuat beberapa definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1. Definisi

1. Konsumen adalah individu yang membeli dan mengkonsumsi

minyak goreng curahan dan kemasan di Pasar Medan Super Market di kecamatan Medan Kota.

2. Perilaku konsumen adalah suatu sikap konsumen untuk mengambil keputusan membeli minyak goreng curahan dan kemasan .

3. Keputusan konsumen adalah keputusan yang dibuat oleh konsumen sangat erat kaitannya dengan tingkat keterlibatan konsumen.


(53)

4. Minyak goreng curah adalah minyak goreng yang berasal dari proses industri dimana hanya dilakukan penyaringan satu kali dan pendistribusiannya tidak dalam bentuk kemasan.

5. Minyak Goreng kemasan adalah minyak goreng yang berasal dari proses industri dimana penyaringannya telah 3-4 kali lalu dikemas dan diberi label/merek tertentu.

6. Harga adalah nilai suatu minyak goreng yang sudah ditetapkan oleh pedagang minyak goreng curahan dan kemasan.

7. Pendapatan Konsumen adalah pendapatan seluruh anggota rumah tangga yang dihitung per bulan.

8. Jumlah tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan keluarga konsumen untuk dibiayai kebutuhan hidupnya.

9. Keputusan Pembelian adalah pemilihan atau tindakan dari dua atau lebih yang diputuskan saat membeli dan mengkonsumsi minyak goreng curahan dan kemasan.

10.Keputusan konsumen yang dimaksud adalah keputusan konsumen dalam membeli suatu produk tertentu. Keputusan pembelian ini merupakan tahap dimana konsumen benar-benar membeli produk. Dengan indikator pembelian karena kebiasaan, pembeli kembali dan pengambilan keputusan dilakukan secara sadar, rasional, obyektif dan terencana yang terhitung dengan skala likert.


(54)

11.Pasar tradisional adalah suatu tempat dimana para pembeli dan penjual melakukan transaksi perdagangan dengan sistem tawar sehingga terjadi kesepakatan.

3.5.2. Batasan Operasional

1 Penelitian dilakukan di pasar tradisional yaitu Pasar Medan Super Market di Kecamatan Medan Kota, Medan.

2 Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juni 2015.

BAB IV


(55)

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Keadaan Geografi

Kota Medan merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis terletak di antara 3o.27’-2o.47’ Lintang Utara dan 98o.35’-98o.44’ Bujur Timur, dengan ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur.

Kota Medan merupakan salah satu dari 33 daerah tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km2. Kota ini merupakan pusat pemerintahan daerah tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur. Sebagian besar wilayah kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu sungai Babura dan sungai Deli.

4.1.1.1. Letak Wilayah

Adapun batas-batas wilayah di kecamatan Medan Kota sebagai berikut : - Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan medan perjuangan - Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan medan amplas - Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan medan area - Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan medan maimun

Kecamatan medan kota merupakan salah satu kecamatan di kota medan yang mempunyai luas sekitar 5,98 km2. Jarak kantor kecamatan ke kantor walikota medan yaitu 8 km. Kecamatan medan kota yang dipimpin oleh seorang camat,


(56)

saat ini terdiri dari 12 kelurahan yang terbagi atas 146 lingkungan dan 304 blok sensus.

4.1.1.2. Iklim

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut stasiun polonia pada tahun 2013 yaitu 23,99oC dan suhu maksimum yaitu 33,11oC serta menurut stasiun sampali suhu minimumnya yaitu 21,8oC dan suhu maksimumnya yaitu 32oC. Kelembapan udara di wilayah kota Medan rata-rata 79-80% dan kecepatan angin rata-rata sebesar 1,99 m/sec, sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 115,5 mm.

4.1.2. Keadaan Penduduk Di Kecamatan Medan Kota 4.1.2.1. Komposisi Penduduk Di Kecamatan Medan Kota Komposisi penduduk di kecamatan Medan kota sebagai berikut : Tabel 4.1. Komposisi Penduduk Di Kecamatan Medan Kota

No. Kelurahan

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Luas Wilayah

(Km2)

Kepadatan Penduduk Per

Km2

1 Siti Rejo I 6.875 0,45 15.277,78

2 Sudi Rejo II 8.840 0,72 12.277,78

3 Sudi Rejo I 12.618 0,9 14.020,00

4 Teladan Timur 10.237 0,7 14.624,29

5 Teladan Barat 7.274 0,98 7.422,45

6 Pasar Merah Barat 3.038 0,32 9.493,75

7 Mesjid 3.063 0,28 10.939,29

8 Kota Matsum III 5.176 0,31 16.696,77

9 Sei Rengas I 4.414 0,29 15.220,69

10 Pasar Baru 2.884 0,22 13.109,09

11 Pusat Pasar 3.461 0,46 7.523,91

12 Pandau Hulu I 4.805 0,35 13.728,57

Medan Kota 72.685 5,98 12.154,68


(57)

Pada Tabel 4.1. menunjukkan bahwa jumlah penduduk di kecamatan Medan Kota sebesar 72.685 jiwa dengan luas wilayahnya 5,98 Km2 dan kepadatan penduduk per Km2 12.154,68. Kecamatan Medan Kota terdiri dari 12 kelurahan, dari 12 kelurahan tersebut kelurahan Sudi Rejo 1 yang memiliki jumlah penduduk terbesar yaitu sebanyak 12.618 jiwa, sedangkan kelurahan yang terluas di kecamatan Medan Kota yaitu kelurahan Teladan Barat, sedangkan kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu kelurahan Kota Matsum III.

4.1.2.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk di kecamatan Medan Kota sebanyak 72.685 jiwa dengan rinian laki-laki sebanyak 35.422 jiwa dan perempuan sebanyak 37.263 jiwa. Keadaan penduduk kecamatan Medan Kota menurut jenis kelamin (Tabel 4.2) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Kelurahan

Jenia Kelamin Laki-laki

(Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

1 Siti Rejo I 3.358 3.517

2 Sudi Rejo II 4.156 4.684

3 Sudi Rejo I 6.258 6.360

4 Teladan Timur 5.262 4.975

5 Teladan Barat 3.539 3.735

6 Pasar Merah Barat 1.464 1.574

7 Mesjid 1.507 1.556

8 Kota Matsum III 2.507 2.669

9 Sei Rengas I 2.083 2.331

10 Pasar Baru 1.407 1.477

11 Pusat Pasar 1.685 1.776

12 Pandau Hulu I 2.196 2.609

Medan Kota 35.422 37.263


(58)

Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa di kecamatan Medan Kota jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki.

4.1.2.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Penduduk di kecamatan Medan Kota sebanyak 72.685 jiwa menganut agama yang berbeda-beda. Agaman yang dianut oleh penduduk terdiri dari agama islam, kristen, katolik, budha, hindu, dan lainnya. Keadaan penduduk di kecamatan Medan Kota menurut agama dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No. Kelurahan Islam Kristen Katolik Budha Hindu Lainnya (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)

1 Siti Rejo I 4.923 453 40 10 0 0

2 Sudi Rejo II 7.850 1.521 135 5 25 0

3 Sudi Rejo I 14.834 3.718 328 0 118 0

4 Teladan

Timur 1.112 4.680 413 5 0 0

5 Teladan

Barat 4.750 528 46 15 0 0

6 Pasar Merah

Barat 3.957 681 60 5 15 0

7 Mesjid 4.501 62 5 571 40 0

8 Kota

Matsum III 6.501 2.322 205 49 0 2

9 Sei Rengas I 75 117 10 1.511 61 0

10 Pasar Baru 239 26 2 1.487 18 6

11 Pusat Pasar 1.011 598 52 1.214 49 5

12 Pandau Hulu

I 246 246 22 1.624 0 6

Medan Kota 50.000 14.952 1.320 6.497 327 25 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2014

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa di kecamatan Medan Kota jumlah penduduk yang beragama islam yang paling banyak sebesar 50.000 jiwa sedangkan jumlah penduduk yang beragama lainnya yang paling sedikit sebanyak 25 jiwa.


(59)

4.1.2.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Penduduk di kecamatan Medan Kota sebanyak 72.685 memiliki mata pencaharian yaitu pegawai negeri, swasta, abri, pedagang dan pensiunan. Keadaan penduduk di kecamatan Medan Kota menurut pekerjaan dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

No. Kelurahan

Pegawai Pedagang Pensiunan Negeri

(Jiwa)

Swasta (Jiwa)

Abri

(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)

1 Siti Rejo I 304 403 23 499 195

2 Sudi Rejo II 35 401 20 440 14

3 Sudi Rejo I 229 1.329 15 589 161

4 Teladan Timur 400 1.125 29 323 143

5 Teladan Barat 82 5.614 41 123 41

6 Pasar Merah

Barat 196 99 6 124 23

7 Mesjid 26 651 3 654 5

8 Kota Matsum III 68 494 1 2.067 43

9 Sei Rengas I 9 1.361 3 2.635 3

10 Pasar Baru 0 619 0 619 2

11 Pusat Pasar 5 785 1 882 3

12 Pandau Hulu I 3 1.654 0 2.216 1

Medan Kota 1.359 14.536 143 11.210 635 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2014

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa di kecamatan Medan Kota jumlah penduduk yang mata pencahariannya pegawai swasta yang paling banyak sebesar 14.536 jiwa sedangkan jumlah penduduk yang mata pencahariannya abri yang paling sedikit sebanyak 143 jiwa.

4.1.3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana pendukung atau semakin kecamatan Medan Kota tersebut dijangkau, maka laju perkembangan akan cepat.


(60)

Sarana dan prasarana dapat dikatakan baik apabila dilihat dari segi ketersediaan dan pemanfaatannya sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat sehingga dapat mempermudah masyarakat setempat dalam memenuhi segala kebutuhannya. Sarana dan prasarana yang terdapat di Kecamatan Medan Kota sebagai berikut:

Tabel 4.5. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Medan Kota No. Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Sarana Pendidikan Paud TK Swasta SD Negeri SD Swasta SMA Negeri 2 15 18 25 5 2 Sarana Ibadah Mesjid Langgar Gereja Kelenteng Vihara 36 29 30 11 12 3 Sarana Kesehatan Rumah Sakit Umum Puskesmas BPU Posyandu 7 3 6 93 4 Sarana Perkantoran Kantor Lurah Bank Koperasi Pengadaian 12 53 4 3 Sumber : Badan Statistik Medan Kota Dalam Angka 2014

Pada Tabel 4.2 diketahui bahwa sarana dan prasarana Kecamatan Medan Kota dapat dikatakan baik dan memadai karena sesuai dengan penggunaan dan jumlah penduduknya. Sarana pendidikan yang tersedia yaitu TK, sekolah SD, SMP dan SMA yang mendukung pendidikan penduduk Kecamatan Medan Kota. Selain itu juga, sarana-sarana lainnya seperti kesehatan, ibadah, perkantoran juga sangat


(61)

memadai karena jumlahnya banyak sehingga dapat memenuhi jumlah penduduknya.

4.2. Karakteristik Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen minyak goreng curah dan kemasan di pasar Medan Super Market. Konsumen minyak goreng curah dan kemasan yang dimaksud meliputi sosial ekonomi yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, lamanya befrumah tangga, pendapatan, jumlah tanggungan dan jumlah konsumsi minyak goreng. Karakteristik konsumen minyak goreng curah dan kemasan sampel dapat dijelaskan secara rinci pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.6. Karakteristik Sampel Konsumen Minyak Goreng Curah dan Kemasan di Kec. Medan Kota

No. Karakteristik Satuan Rentang Rataan

1 Umur Tahun 25 - 60 42,1

2 Tingkat Pendidikan Tahun 6 - 16 11,51

3 Lamanya Berumah Tangga Tahun 1- 41 19,4

4 Pendapatan Rupiah 1- 4 2.437.833

5 Jumlah Tanggungan Jiwa 0 – 5 2

6 Jumlah Konsumsi L 1 – 5 3

Sumber : lampiran 1 dan 2

Dari Tabel 4.3 berikut dapat dilihat dari segi umur memiliki rentang 25 – 60 tahun dengan rata-rata umur konsumen minyak goreng curah dan kemasan berkisar 42,13 tahun. Dari segi tingkat pendidikan memiliki rentang 6 – 16 tahun dengan rata-rata tingkat pendidikan konsumen minyak goreng curah dan kemasan berkisar 11,51 tahun. Dari segi lamanya berumah tangga memiliki rentang 1 – 41 tahun dengan rata-rata lamanya berumah tangga konsumen minyak goreng curah dan kemasan berkisar 19,4 tahun.


(62)

Dari segi pendapatan memiliki rentang 1 – 4 juta rupiah dengan rata-rata pendapatn konsumen minyak goreng curah dan kemasan berkisar Rp 2.437.833. Dari segi jumlah tanggungan memiliki rentang 0 – 5 jiwa dengan rata-rata jumlah tanggungan konsumen minyak goreng curah dan kemasan berkisar 2 jiwa. Dari segi jumlah konsumsi memiliki rentang 1 – 5 Liter/Bulan dengan rata-rata jumlah konsumsi konsumen minyak goreng curah dan kemasan berkisar 3 Liter/bulan.


(63)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Perkembangan Konsumsi Minyak Goreng Di Provinsi Sumatera Utara Hasil uji Hipotesis 1, ada perkembangan konsumsi minyak goreng di Provinsi Sumatera Utara selama 5 tahun terakhir. Perkembangan konsumsi minyak goreng di Provinsi Sumatera Utara selama 5 tahun terakhir (2008-2012) ditentukan berdasarkan jumlah konsumsi minyak goreng pertahun di Provinsi Sumatera Utara.

Tabel 5.1. Produksi dan Konsumsi minyak goreng di provinsi sumatera utara

No. Tahun Produksi

(Ton)

Konsumsi (Ton)

1 2008 2.115.244 129.317

2 2009 2.157.548 148.838

3 2010 2.186.044 126.522

4 2011 2.281.020 183.828

5 2012 2.509.122 183.828

Sumber : Badan Ketahanan Pangan, 2013

Gambar 5.1. Grafik Perkembangan Produksi dan Konsumsi Minyak Goreng Di Provinsi Sumatera Utara


(64)

Dari Gambar 5.1. tersebut dapat diketahui bahwa perkembangan produksi selalu mengalami kenaikan, sedangkan konsumsi minyak goreng di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2009, 2011, 2012 mengalami kenaikan dan 2010 menurun. Jumlah produksi dan yang dikonsumsi oleh rumah tangga sangat jauh perbedaannya. Hal ini disebabkan karena minyak goreng yang dihasilkan lebih banyak untuk diekspor dan sisanya dikonsumsi.

5.2. Perbedaan Karakteristik Konsumen Minyak Goreng Curah Dan Kemasan

Hasil uji Hipotesis 2, ada perbedaan karakteristik konsumen minyak goreng curah dengan kemasan yang dianalisis dengan menggunakan uji sampel t-test. Konsumen minyak goreng yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 orang yang terdiri dari 30 orang konsumen minyak goreng curah dan 30 orang konsumen minyak goreng kemasan. Gambaran umum responden yang


(65)

meliputi umur, pendidikan, pendapatan, harga minyak goreng, jumlah tanggungan dan jumlah konsumsi minyak goreng akan diuraikan Tabel 5.2. sebagai berikut:

Tabel 5.2. Hasil Uji Sampel T-Test

Karakteristik Konsumen Hasil Uji Sampel T-Test

Umur 0,961

Tingkat Pendidikan 0,004

Pendapatan 0,049

Jumlah Tanggungan 0,738

Harga Minyak Goreng 0,000

Jumlah Konsumsi 0,462

Sumber : analisis data primer lampiran 1 dan 2

5.2.1. Umur

Komposisi umur responden konsumen minyak goreng curah kemasan yaitu antara 25–60 tahun. Berdasarkan Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa signifikasi yang diperoleh 0,961. Nilai yang diperoleh lebih besar daripada probabilitas kesalahan

yang ditoleror, yaitu yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho

diterima atau H1 ditolak, artinya tidak ada perbedaan antara umur konsumen minyak goreng curah dan kemasan.

5.2.2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan konsumen minyak goreng yang lebih baik akan memungkinkan konsumen untuk mengambil langkah yang bijaksana dalam bertindak atau mengambil keputusan.


(66)

Berdasarkan Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa signifikasi yang diperoleh 0,004. Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan yang ditoleror, yaitu

yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima atau Ho ditolak, artinya ada perbedaan antara tingkat pendidikan konsumen minyak goreng curah dan kemasan.

5.2.3. Pendapatan

Berdasarkan Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa signifikasi yang diperoleh 0,049. Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan yang ditoleror, yaitu

yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima atau Ho ditolak, artinya ada perbedaan antara pendapatan konsumen minyak goreng curah dan kemasan.

5.2.4. Jumlah Tanggungan

Berdasarkan Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa signifikasi yang diperoleh 0,738. Nilai yang diperoleh lebih besar daripada probabilitas kesalahan yang ditoleror, yaitu

yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H1 ditolak, artinya tidak ada perbedaan antara jumlah tanggungan konsumen minyak goreng curah dan kemasan.

5.2.5. Harga Minyak Goreng

Harga minyak goreng curah Rp10.000/liter sedangkan harga minyak goreng kemasan bermacam mulai dari harga Rp11.900-Rp13.800 dari berbagai merek yaitu sancu, filma, fortune, sovia, sania dan bimoli.


(67)

Berdasarkan Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa signifikasi yang diperoleh 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan yang ditoleror, yaitu yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima atau Ho ditolak, artinya ada perbedaan antara harga minyak goreng curah dan kemasan.

5.2.6. Jumlah Konsumsi Minyak Goreng

Berdasarkan Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa signifikasi yang diperoleh 0,462. Nilai yang diperoleh lebih besar daripada probabilitas kesalahan yang ditoleror, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H1 ditolak, artinya tidak ada perbedaan antara jumlah konsumsi konsumen minyak goreng curah dan kemasan.

5.3. Pengaruh Karakteristik Konsumen Terhadap Jumlah Konsumsi Minyak Goreng Curah dan Kemasan

Hasil uji Hipotesis 3, umur, tingkat pendidikan, pendapatan, harga minyak goreng dan jumlah tanggungan secara serempak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi minyak goreng curah maupun kemasan.

5.3.1. Umur, Tingkat Pendidikan, Pendapatan, Harga Minyak Goreng Dan Jumlah Tanggungan Secara Serempak Berpengaruh Nyata Terhadap Jumlah Konsumsi Minyak Goreng Curah

Dengan menggunakan persamaan linear berganda, dibentuk fungsi persamaan jumlah konsumsi minyak goreng curah. Variabel-variabel yang dianggap


(1)

Lampiran 8. Kuesioner Minyak Goreng Curah

Nama :

Umur : Tahun

Alamat :

Pendidikan :

Lamanya Berumah Tangga : Tahun

Pendapatan Per Bulan : Rp

Jumlah Tanggungan : Orang(Jiwa)

Harga Minyak Goreng Curah : Rp Liter


(2)

Lampiran 9. Kuesioner Minyak Goreng Kemasan

Nama :

Umur : Tahun

Alamat :

Pendidikan :

Lamanya Berumah Tangga : Tahun

Pendapatan Per Bulan : Rp

Jumlah Tanggungan : Orang(Jiwa)

Harga Minyak Goreng Curah : Rp


(3)

Lampiran 10. Tingkat Perilaku Konsumen Tingkat Perilaku Konsumen

No Pernyataan

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Ragu-Ragu Setuju

Sangat Setuju

1 2 3 4 5

1 Membeli minyak goreng

curah karena kebutuhhan

2 Membeli minyak goreng

curah berdasarkan pengalaman membeli sebelumnya / kebiasaan.

3 Membeli Minyak Goreng

curah karena sesuai dengan pendapatan

4 Membeli Minyak Goreng

curah Karena Jumlah Anggota Keluarga

5 Membeli minyak goreng

curah karena pengaruh dari orang lain/teman


(4)

No Pernyataan

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Ragu-Ragu Setuju

Sangat Setuju

1 2 3 4 5

6 Membeli minyak goreng

curah karena pengaruh dari anggota keluarga

7 Membeli minyak goreng

curah karena harganya

8 Membeli minyak goreng

curah karena kualitasnya

9 Membeli minyak goreng

curah karena adanya promosi dari penjual/iklan

10 Membeli minyak goreng

curah karena kemudahan memperolehnya


(5)

Lampiran 11 Matriks Penelitian

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Minyak Goreng Curah Dan Kemasan Di Pasar Tradisional

(Studi Kasus : Pasar Medan Super Market Di Kec. Medan Kota)

Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Hipotesis Penelitian Data Yang

Dibutuhkan Analisis Data

6. Bagaimana

perkembangan kosumsi minyak goreng 5 tahun terakhir di Provinsi Sumatera Utara?

Untuk mengetahui perkembangan

kosumsi minyak goreng 5 tahun terakhir di Provinsi Sumatera Utara .

Ada perkembangan kosumsi minyak goreng 5 tahun terakhir di Provinsi Sumatera Utara

• Kosumsi (kebutuhan) minyak goreng selama 5 tahun terakhir.

• Deskriptif

7. Bagaimana perbedaan karakteristik konsumen minyak goreng jenis curah dengan kemasan ?

Untuk menganalisis perbedaan karakteristik konsumen minyak goreng jenis curah dengan kemasan

Ada perbedaan karakteristik

konsumen minyak goreng jenis curah dengan kemasan

• Umur

• Pendidikan

• Pendapatan

• Jumlah tanggungan

• Harga minyak goreng

curah/kemasan

• Deskriptif

• Uji Independeny Sampel T-Test


(6)

8. Bagaimana pengaruh usia, pendidikan, harga minyak goreng curah/kemasan, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap konsumsi minyak goring curah/kemasan ?

Untuk menganalisis pengaruh usia, pendidikan, harga minyak goreng curah/kemasan,

pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap konsumsi minyak goreng curah/kemasan .

Usia, pendidikan, harga minyak goreng curah/kemasan , pendapatan dan jumlah tanggungan secara serempak berpengaruh nyata terhadap konsumsi minyak goreng curah/kemasan . • Umur • Pendidikan • Pendapatan

• Jumlah tanggungan

• Harga minyak goreng

• Jumlah konsumsi

minyak goreng curah/kemasan

Analisis Regresi Berganda

9. Bagaimana perbedaan pengaruh usia, pendidikan, harga minyak goreng curah/kemasan, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap konsumsi minyak goring curah/kemasan ?

Untuk menganalisis

perbedaan pengaruh

usia, pendidikan, harga

minyak goreng curah/kemasan,

pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap konsumsi minyak goreng curah/kemasan .

Ada perbedaan

pengaruh usia,

pendidikan, harga

minyak goreng curah/kemasan ,

pendapatan dan

jumlah tanggungan terhadap konsumsi minyak goreng curah/kemasan . • Umur • Pendidikan • Pendapatan

• Jumlah tanggungan

• Harga minyak goreng

• Jumlah konsumsi

minyak goreng curah/kemasan

Analisis Deskriptif

10. Apakah alasan

konsumen membeli minyak goreng jenis curah dan kemasan ?

Untuk mengetahui

alasan konsumen membeli minyak goreng jenis curah dan kemasan

Terdapat alasan

konsumen membeli minyak goreng jenis curah dan kemasan.

• Skor dari hasil parameter (kuesioner)

• Deskriptif


Dokumen yang terkait

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Membeli Minyak Goreng Curah (Studi Kasus : Pasar Sentral Di Kecamatan Medan Kota Di Kota Medan)

13 78 78

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Jual Minyak Goreng Curah Di Pasar Tradisional Medan

17 84 71

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG CURAH DAN MINYAK GORENG KEMASAN ( STUDI KASUS PASAR PEUNAYONG KOTA BANDA ACEH)

0 6 1

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Pembelian Minyak Goreng Curah Dan Kemasan Di Pasar Tradisional (Studi Kasus : Pasar Medan Super Market Di Kec. Medan Kota)

0 0 12

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Pembelian Minyak Goreng Curah Dan Kemasan Di Pasar Tradisional (Studi Kasus : Pasar Medan Super Market Di Kec. Medan Kota)

0 0 1

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Pembelian Minyak Goreng Curah Dan Kemasan Di Pasar Tradisional (Studi Kasus : Pasar Medan Super Market Di Kec. Medan Kota)

0 0 6

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Pembelian Minyak Goreng Curah Dan Kemasan Di Pasar Tradisional (Studi Kasus : Pasar Medan Super Market Di Kec. Medan Kota)

0 1 19

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Pembelian Minyak Goreng Curah Dan Kemasan Di Pasar Tradisional (Studi Kasus : Pasar Medan Super Market Di Kec. Medan Kota)

0 0 3

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Pembelian Minyak Goreng Curah Dan Kemasan Di Pasar Tradisional (Studi Kasus : Pasar Medan Super Market Di Kec. Medan Kota)

0 0 39

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Membeli Minyak Goreng Curah (Studi Kasus : Pasar Sentral Di Kecamatan Medan Kota Di Kota Medan)

0 0 13