Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Minyak Goreng Di Kota Medan

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI

MINYAK GORENG DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Oleh:

FAOEZA HAFIZ SARAGIH 050304040

AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN, 2010


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI

MINYAK GORENG DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Oleh:

FAOEZA HAFIZ SARAGIH 050304040

AGRIBISNIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh,

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN, 2010

Ketua Komisi Pembimbing

H.M. Mozart B. Darus, MSc

Anggota Komisi Pembimbing


(3)

RINGKASAN

FAOEZA HAFIZ SARAGIH (050304040/Agribisnis) Judul Skripsi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI MINYAK GORENG DI KOTA MEDAN Dosen Pembimbing HM. Mozart B Darus, MSc

dan Ir. Diana Chalil, MSi, PhD.

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2009. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi minyak goreng di Kota Medan dan tingkat elastisitasnya serta mengetahui jenis barang dari minyak goreng.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposif yaitu pasar yang mempunyai luas pasar rata-rata terbesar. Metode pengambilan sampel menggunakan metode accedental yaitu metode ini pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu dimana peneliti langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang memenuhi kriteria sampel yaitu dengan kriterianya adalah orang yang sedang membeli minyak goreng.

Adapun alat uji yang digunakan adalah dengan Ordinary Least Square (OLS) yaitu regresi linier berganda dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 17. Adapun hasil dari uji tersebut adalah sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan kerakteristik konsumen minyak goreng bermerek dan minyak goreng curah dalam mengkonsumsi minyak goreng di Kota Medan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi minyak goreng secara signifikan adalah jumlah tanggungan keluarga dan minyak goreng bersifat inelastis serta merupakan barang inferior.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek adalah harga minyak goreng itu sendiri dan jumlah tanggungan keluarga.

4. Minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek merupakn barang yang bersifat elastis dan merupakan barang inferior.


(4)

RIWAYAT HIDUP

FAOEZA HAFIZ SARAGIH, lahir di Pematangsiantar pada tanggal 9 Maret 1987 anak dari Bapak M. Saragih dan Ibu Risma Rita. Penulis merupakan anak ke satu dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. Tahun 1993 masuk Sekolah Dasar Taman Asuhan Pematangsiantar, tamat

tahun 1999.

2. Tahun 1999 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Taman Asuhan Pematangsiantar, tamat tahun 2002.

3. Tahun 2002 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri 1 Pematangsiantar, tamat tahun 2005.

4. Tahun 2005 diterima di Departemen Agribisnis di Universitas Sumatera Utara Medan, melalui jalur SPMB.

Selama perkuliahan penulis juga aktif dalam beberapa kegiatan organisasi yaitu:

1. Anggota Majelis Pertimbangan Agung POPMASEPI (Perhimpunan Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia) tahun 2005-2007.

2. Staff Humas Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat USU tahun 2005-2006.

3. Sekretaris Umum dan Kepala Departemen Kaderisasi Badan Kenaziran Musholla (BKM) Al-Mukhlisin FP-USU tahun 2007-2008 dan 2008-2009.


(5)

4. Ketua Majelis Pertimbangan Agung di POPMASEPI (Perhimpunan Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia) tahun 2007-2009.

5. Staff Pandidikan dan Pelatihan di FSMM SEP (Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian) FP-USU Tahun 2007-2008.

6. Ketua Tim Mentoring Agama Islam Badan Kenaziran Musholla (BKM) Al-Mukhlisin FP-USU tahun 2007-2008.

7. Menteri Riset dan Profesi Pemerintahan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara tahun 2008-2009.

8. Ketua Smart Generation Community (SGC) Universitas Sumatera Utara, tahun 2009-2010.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI MINYAK GORENG DI KOTA MEDAN”.

Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

• Bapak HM. Mozart B. Darus, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk mengajari penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

• Ibu Dr. Ir. Diana Chalil, MSi selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk mengajari, memotivasi dan membantu penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

• Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Departemen SEP, FP-USU dan Ibu Dr. Salmiah, MS selaku Sekretaris Departemen SEP, FP-USU yang telah memberikan kemudahan dalam hal kuliah dan administrasi kegiatan organisasi saya di kampus.

• Seluruh Dosen Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama ini.


(7)

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda M. Saragih dan ibunda Risma Rita atas motivasi, kasih sayang, dan dukungan baik secara materi maupun do’a yang diberikan kepada penulis selama menjalani kuliah, tak lupa kepada para adinda Annisa Zahra Saragih dan Zahra Addina Saragih atas semangat yang diberikan.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman penulis di Departemen Agribisnis angkatan 2005 khususnya Tim Nasyid CHUVER (Hery, Syukron, Budi, Reza dan Nuzul) yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi. Tak lupa pula kepada teman-teman seperjuangan di BKM Al-Mukhlisin, KAMMI Komisariat USU, POPMASEPI serta sahabat-sahabat yang terus berjuang dijalan dakwah dimanapun berada. Semoga apa yang kita cita-citakan dapat terwujud dan semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik untuk kita semua.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2010


(8)

DAFTAR ISI

Hal

RINGKASAN ... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

PENDAHULUAN ...1

Latar Belakang ...1

Identifikasi Masalah ...4

Tujuan Penelitian ...4

Kegunaan Penelitian ...4

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...5

Tinjauan Pustaka ...5

Minyak Goreng...5

Konsumsi Minyak Goreng...7

Landasan Teori ...8

Kerangka Pemikiran ...12

Hipotesis Penelitian ...14

METODOLOGI PENELITIAN ...15

Metode Pengumpulan Daerah Sampel ...15

Metode Pengambilan Sampel...16

Metode Pengambilan Data...17

Metode Analisis Data ...18

Defenisi dan Batasan Operasional ...22

Defenisi ...22


(9)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

SAMPEL ...24

Letak dan Keadaan Geografis ...24

Keadaan Penduduk ...24

Umur ...24

Pekerjaan ...25

Pendidikan ...26

Sarana dan Prasarana ...27

Karakteristik Sampel Umur ...29

Pendidikan ...30

Jumlah Tanggungan ...30

Pendapatan ...31

HASIL DAN PEMBAHASAN ...32

Karakteristik Sampel ...32

Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsumsi Minyak Goreng ...33

Hasil Analisis Pengaruh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Minyak Goreng Curah dan Bermerek ...35

Hasil Analisis Pengaruh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Minyak Goreng Curah ...40

Hasil Analisis Pengaruh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Minyak Goreng Bermerek ...44

KESIMPULAN DAN SARAN ...48

Kesimpulan ...48

Saran ...48

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Konsumsi Minyak Goreng di Kota Medan ...6

2. Banyaknya Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Kota Medan ...15

3. Banyaknya Pasar dirinci Menurut Luas Pasar...16

4. Penduduk Menurut Kelompok Umur………..25

5. Penduduk Menurut Pekerjaan ...26

6. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ...27

7. Sarana dan Prasarana ...28

8. Umur Sampel Minyak Goreng...29

9. Pendidikan Sampel Minyak Goreng ...30

10. Jumlah Tanggungan Sampel Minyak Goreng………..30


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. Karakteristik Sampel Konsumen Minyak Goreng

2. Karakteristik Sampel Konsumen Minyak Goreng Tanpa Outlier 3. Karakteristik Sampel Konsumen Minyak Goreng Curah

4. Karakteristik Sampel Konsumen Minyak Goreng Bermerek 5. Hasil Regresi Minyak Goreng

6. Hasil Regresi Minyak Goreng Curah 7. Hasil Regresi Minyak Goreng Bermerek 8. Hasil Elastisitas

9. Metode Grafik (Heterokedastisitas) Minyak Goreng

10. Metode Grafik (Heterokedastisitas) Minyak Goreng Curah 11. Metode Grafik (Heterokedastisitas) Minyak Goreng Bermerek 12. Hasil Uji Park (Heterokedastisitas)


(13)

RINGKASAN

FAOEZA HAFIZ SARAGIH (050304040/Agribisnis) Judul Skripsi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI MINYAK GORENG DI KOTA MEDAN Dosen Pembimbing HM. Mozart B Darus, MSc

dan Ir. Diana Chalil, MSi, PhD.

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2009. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi minyak goreng di Kota Medan dan tingkat elastisitasnya serta mengetahui jenis barang dari minyak goreng.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposif yaitu pasar yang mempunyai luas pasar rata-rata terbesar. Metode pengambilan sampel menggunakan metode accedental yaitu metode ini pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu dimana peneliti langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang memenuhi kriteria sampel yaitu dengan kriterianya adalah orang yang sedang membeli minyak goreng.

Adapun alat uji yang digunakan adalah dengan Ordinary Least Square (OLS) yaitu regresi linier berganda dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 17. Adapun hasil dari uji tersebut adalah sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan kerakteristik konsumen minyak goreng bermerek dan minyak goreng curah dalam mengkonsumsi minyak goreng di Kota Medan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi minyak goreng secara signifikan adalah jumlah tanggungan keluarga dan minyak goreng bersifat inelastis serta merupakan barang inferior.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek adalah harga minyak goreng itu sendiri dan jumlah tanggungan keluarga.

4. Minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek merupakn barang yang bersifat elastis dan merupakan barang inferior.


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok dan dikonsumsi oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia baik yang berada di perkotaan maupun pedesaan. Dapat dikatakan bahwa minyak goreng adalah komoditas yang sangat strategis, karena berdasarkan pengalaman Indonesia selama ini, menunjukkan bahwa kelangkaan minyak goreng dapat menimbulkan dampak ekonomis dan politis yang cukup berarti bagi perekonomian nasional (Amang, dkk, 1996).

Minyak goreng atau disebut RBD (Refined, Bleached, Deodorized) Olein merupakan salah satu hasil olahan kelapa sawit yang menjadi bahan makanan pokok yang mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Minyak goreng dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang status sosial, ekonomi, politik (Buana,L, 2001).

Pada tahun 2007 terjadi kenaikan harga minyak goreng di Kota Medan yang mencapai angka Rp. 9500/Kg-Rp.10.000/Kg, sehingga cukup menyusahkan masyarakat. Dan karena kenaikan tersebut masyarakat melakukan demonstrasi terhadap kenaikan harga minyak goreng, yang berlangsung di depan kantor DPRD

Kota Medan dan di depan kantor Disperindag Sumatera Utara (Ernawaty, M,2007).

Mari Elka Pangestu yang merupakan Menteri Perdagangan dalam pidatonya mengatakan bahwa jumlah permintaan terhadap minyak goreng selalu besar walau pada akhir tahun 2008 harga minyak goreng mencapai angka Rp.12.000/kg. Sebaliknya, ketika pada Mei tahun 2009 harga minyak goreng


(15)

telah turun menjadi Rp. 7.800/kg, namun jumlah permintaan terhadap minyak goreng juga tidak bertambah secara drastis. Hal ini mengindikasikan bahwa minyak goreng merupakan barang yang relatif inelastis, dimana penambahan harga tidak terlalu berpengaruh pada penambahan jumlah permintaan. Barang elastis sering dijumpai pada bahan kebutuhan pokok, yang jumlah kebutuhannya perorang relative tetap dari waktu ke waktu,

Berdasarkan data yang terdapat di Badan Pusat Stastistik walaupun minyak goreng merupakan barang yang relatif inelastis, terlihat kecenderungan tingkat pengeluaran perkapita minyak goreng yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun 1999 tercatat pengeluaran sebesar Rp.4.702/bulan, kemudian meningkat menjadi Rp.5.973/bulan pada tahun 2002 sebesar dan pada tahun 2005 sebesar Rp.6.768/bulan berdasarkan harga nominal (BPS,2005).

Lalang Buana (2001), dalam penelitiannya yang dilakukan di Jakarta menyebutkan bahwa salah satu penyebab tingginya tingkat permintaan terhadap minyak goreng di Indonesia disebabkan karena masyarakat Indonesia sangat suka terhadap menu goreng-gorengan. Hal ini mengindikasikan bahwa pola konsumsi dari konsumen dapat mempengaruhi tingkat konsumsi terhadap minyak goreng.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wahyono dan Irianto (2006), dengan menggunakan metode regresi linier berganda mengenai perilaku konsumen dalam mengkonsumsi minyak goreng kelapa sawit terlihat bahwa tingkat konsumsi dipengaruhi oleh umur dan jumlah anggota keluarga. Ini disebabkan karena umumnya dengan bertambahnya umur maka tingkat konsumsi minyak goreng akan berkurang. Dan semakin banyaknya jumlah anggota keluarga maka tingkat konsumsi minyak goreng per rumah tangga akan bertambah karena


(16)

pembelian minyak goreng dilakukan untuk kebutuhan keluarga. Dengan pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi, maka dapat diprediksi bahwa permintaan minyak goreng dimasa mendatang akan terus meningkat. Hasil penelitian Wahyono dan Irianto (2006) yang dilakukan di Jakarta dengan jumlah sampel sebanyak 210 sampel tersebut, menunjukkan bahwa faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi tingkat konsumsi minyak goreng adalah pendidikan, pendapatan, harga minyak goreng sawit itu sendiri dan harga minyak goreng non sawit cukup berperan penting. Seperti halnya umur, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan mengurangi tingkat konsumsinya terhadap minyak goreng karena adanya isu penyakit yang dapat ditimbulkan dengan banyaknya mengkonsumsi minyak goreng.

Berbagai indikasi tersebut menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi disuatu daerah merupakan suatu kajian empiris dan bukan hanya teoritis. Tingkat konsumsi bahan pokok seperti minyak goreng perlu diketahui agar ketersediaan dan harga pasarnya dapat terjaga. Dengan demikian, penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi minyak goreng perlu untuk dilakukan.


(17)

Identifikasi Masalah

Adapun beberapa masalah yang akan diidentifikasi, yaitu :

1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi minyak goreng di Kota Medan ?

2. Bagaimanakah faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap tingkat konsumsi minyak goreng ?

3. Bagaimana tingkat elastisitas harga minyak goreng di Kota Medan? 4. Apakah minyak goreng termasuk barang inferior, normal atau superior? Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi minyak goreng di Kota Medan dan tingkat elastisitasnya serta mengetahui jenis barang dari minyak goreng.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, dan diharapkan dapat pula berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan.


(18)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka Minyak Goreng

Minyak goreng merupakan salah satu bahan makanan pokok yang dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, baik yang berada di pedesaan maupun di perkotaan. Oleh karena itu, minyak goreng dapat pula dikategorikan sebagai komoditas yang cukup strategis, karena pangalaman selama ini menunjukkan bahwa kelangkaan minyak goreng dapat menimbulkan dampak ekonomis dan politis yang cukup berarti bagi perekonomian kita (Amang,dkk,1996)

Minyak goreng nabati adalah minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan sebagai bahan pangan. Penggunaan minyak goreng biasanya sebagai media penggorengan bahan pangan, penambah cita rasa ataupun shortening yang membentuk tekstur pada roti. Sebanyak 49% dari total permintaan minyak goreng di Indonesia adalah untuk konsumsi rumah tangga dan sisanya untuk keperluan industri, termasuk industri perhotelan dan restoran-restoran dan juga usaha fast food (Wijana, 2005).

Menurut Amang (1993), minyak goreng dapat dibuat dari berbagai macam bahan baku, diantaranya adalah kelapa sawit, kelapa, kacang-kacangan, bunga matahari dan bahan baku lainnya. Penggunaan minyak goreng berbahan baku kelapa sawit semakin mendominasi pengolahan minyak goreng setelah sempat dipegang oleh kelapa sebagai bahan baku minyak goreng di Indonesia.


(19)

Minyak sawit terutama dikenal sebagai bahan mentah minyak dan lemak pangan yang digunakan untuk menghasilkan minyak goreng, margarin dan minyak makan lainnya. Minyak sawit mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh yang ikatan molekulnya mudah dipisahkan dengan alkali, sehingga mudah dibentuk menjadi produk dengan berbagai keperluan (Amang, dkk, 1996)

Dan kini penggunaan minyak goreng sawit hampir secara penuh menggantikan minyak goreng kelapa yang sebelumnya mendominasi jumlah konsumsi minyak goreng di Indonesia. hal ini dapat dilihat pada tabel 1

Tabel 1 Konsumsi Minyak Goreng Kota Medan

TAHUN KONSUMSI (Gr/Kap/Bln)

MINYAK KELAPA MINYAK SAWIT

1991 304,8 575,4

1992 236,1 578,7

1993 176,1 765,3

1994 189,6 882,3

1995 50.1 864,6

1996 266.4 711,9

1997 213,6 1549,2

1998 222,6 1444,2

1999 219,3 449,1

2000 137,1 439,5

2001 108,3 444,6

2002 1500 1500

2003 240 1620

2004 0 750

2005 0 750

Sumber ; Badan Ketahanan Pangan, 2006

Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah konsumsi minyak goreng sawit meningkat setiap tahunnya, sedangkan jumlah konsumsi minyak goreng kelapa semakin menurun. Bahkan ditahun 2004 dan 2005 kelapa sawit secara penuh menggantikan minyak goreng kelapa dimana jumlah konsumsi minyak goreng sawit sebanyak 750 Gr/Kap/Bln dan minyak kelapa 0 Gr/Kap/Bln.


(20)

Konsumsi Minyak Goreng

Sebagian besar permintaan terhadap minyak goreng adalah untuk konsumsi rumah tangga. Tingginya tingkat permintaan terhadap minyak goreng kelapa sawit disebabkan banyaknya manfaat yang dapat diperoleh, seperti mengandung beta karoten atau pro-vitamin A serta E yang dapat berguna untuk menurunkan kolesterol dan menghambat penuaan. Berbagai kelebihan inilah yang dimanfaatkan oleh para industri minyak goreng dalam memasarkan produk-produknya (Pratomo,2008).

Akan tetapi baik oleh rumah tangga maupun industri makanan, fungsi minyak goreng pada umumnya bukan sebagai bahan baku, namun sebagai bahan pembantu. Fungsinya sangat penting dalam menciptakan aroma, rasa, warna, daya simpan dan dalam beberapa hal juga dalam peningkatan nilai gizi (Amang,dkk,1996).

Dan sebagaimana diketahui bahwa minyak goreng memiliki kandungan lemak yang tinggi sehingga konsumsinya cenderung dibatasi atau bahkan dikurangi. Semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga, semakin besar pula peluang untuk menggantikan minyak goreng yang mengandung lemak atau minyak goreng curah dengan minyak goreng yang lebih baik mutu kesehatannya yaitu minyak goreng bermerek, yang pada umumnya lebih mahal (Simatupang dan Purwoto,1996).


(21)

Landasan Teori

Permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan konsumen yang mempunyai kemampuan untuk membeli pada berbagai tingkat harga. Salah satu konsep permintaan dalam pasar yaitu permintaan konsumen atau yang disebut dengan konsumsi. Konsumsi merupakan bagian dari permintaan agregat yang disamping faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Permintaan konsumen (secara perseorangan) tidak akan mampu mempengaruhi harga dan persediaan barang, akan tetapi jika bersama-sama akan membentuk sisi dalam pasar (Umar,2000).

Faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhi permintaan akan suatu barang, adalah:

1. Jumlah pembeli/konsumen

2. Besarnya penghasilan yang tersedia untuk dibelanjakan 3. Harga barang-barang lain

4. Pengaruh musim, mode, selera, kebiasaan, perubahan jaman, pengaruh lingkungan

5. Harapan atau pandangan orang tentang masa depan

Jika jumlah pembeli suatu barang bertambah, maka pada harga yang sama jumlah yang mau dibeli bertambah banyak juga, hal ini dapat terjadi karena pertambahan penduduk. Besar pendapatan yang tersedia untuk dibelanjakan jelas berpengaruh sekali terhadap permintaan. Dari pendapatan yang lebih tinggi orang akan dapat membeli lebih banyak dari segala macam barang dan jasa (Gilarso, 1993).


(22)

Menurut Sukirno (2005), berdasarkan kepada sifat perubahan permintaan terhadap perubahan pendapatan, barang dapat dibedakan menjadi beberapa golongan, yaitu

a. Barang inferior adalah barang yang jumlah permintaan berkurang dengan meningkatnya pendapatan.

b. Barang normal adalah barang yang apabila ia mengalami peningkatan dalam permintaan sebagai akibat dari kenaikan pendapatan.

c. Barang esensial merupakan barang yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, permintaannya tidak berubah walaupun pendapatan meningkat.

d. Barang mewah/superior adalah jenis barang yang dibeli orang yang pendapatannya sudah relatif tinggi, biasanya barang tersebut baru dibeli setelah memenuhi kebutuhan pokok.

(Sukirno,2005).

Untuk kebanyakan barang, kenaikan pendapatan akan menyebabkan kenaikan permintaan. Apabila nilai elastisitas perubahan pendapatan terhadap perubahan permintaan tingkat elastisitasnya adalah positif maka barang tersebut disebut barang normal. Elastisitas adalah ukuran derajat kepekaan perubahan jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga. Disamping itu apabila terdapat barang yang mengalami pengurangan dalam jumlah yang dibeli apabila pendapatan bertambah berarti elastisitasnya adalah negatif dan barang ini disebut barang inferior. Elastisitas ini disebut dengan elastisitas pendapatan (Sukirno,2005).


(23)

Disamping elastisitas pendapatan terdapat dua elastisitas lain yaitu elastisitas harga dan elastisitas silang. Elastisitas harga adalah persentase perubahan jumlah barang yang diminta yang disebabkan oleh perubahan harga barang itu sebesar satu persen. Dari elastisitas ini dapat diketahui apakah suatu barang itu merupakan barang elastis, inelastis atau elastis tunggal. Elastisitas silang adalah persentase perubahan jumlah barang yang diminta yang disebabkan oleh perubahan harga barang lain (barang yang mempunyai hubungan) sebesar satu persen. Dari elastisitas silang dapat diketahui apakah suatu barang mempunyai sifat komplementer atau substitusi. Apabila elastisitas bernilai positif maka barang tersebut merupakan barang substitusi dan apabila bernilai negatif maka barang tersebut merupakan barang komplementer (Sukirno, 2005).

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi

Menurut Setiadi (2005) pembelian konsumen amat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang antara lain:

1. Umur

Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. Umur berhubungan dengan selera akan makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya.

2. Pendapatan

Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau rendahnya pendapatan masyrakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas permintaan. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada


(24)

uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan membelanjakan lebih sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang. Jika permintaan terhadap sebuah barang berkurang ketika pendapatan berkurang, barang tersebut dinamakan barang normal (normal goods). Pendapatan seseorang mempengaruhi pilihan produk.

3. Pendidikan

Kalau orang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam tingkat individual yang muncul dari proses pendidikan yang dijalani. Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pilihannya. Apabila pendidikan konsumen tinggi maka akan lebih memilih barang yang berkualitas baik, tingkat pendidikan dapat dlihat dari pendidikan terakhir konsumen

4. Harga barang lain

Permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh harga barang-barang lain yang ada kaitannya. Seperti barang-barang yang saling mengganti (substitusi) atau barang yang saling melengkapi (komplementer). Naik turunnya harga barang substitusi dan komplementer dapat mempengaruhi permintaan terhadap barang yang digantikan atau yang dilengkapi.

5. Harga barang itu sendiri

Kenaikan terhadap harga barang itu sendiri dapat mempengaruhi jumlah permintaannya. Karena akibat kenaikan tersebut pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai barang pengganti terhadap barang yang mengalami kenaikan dan atau pembeli mengurangi jumlah barang yang diminta tersebut. Oleh karena itu naik turunnya harga barang tersebut secara langsung dapat mempengaruhi jumlah barang yang diminta.


(25)

Kerangka Pemikiran

Konsumen melakukan kegiatan pembelian untuk memenuhi kebutuhannya. Konsumen akan memenuhi semua kebutuhan yang diperlukannya. Adapun yang mempengaruhi permintaan minyak goreng adalah harga minyak goreng, pendapatan rata-rata perbulan, jumlah tanggungan dan selera konsumen yang terdiri dari umur dan pendidikan.

Dari segi usianya, orang akan merubah pola pembeliannya selama usianya terus bertambah. Dan tingkat pendidikan konsumen sangat erat hubungannya dengan pengetahuan terhadap suatu barang baik dari segi kualitas maupun manfaatnya. Jumlah konsumsi sampel juga sangat dipengaruhi oleh anggota keluarga yang menjadi tanggungannya didalam kelaurga. Daya beli masyarakat dapat dilihat melalui pendapatannya, jika pendapatan cukup tinggi, maka pada umumnya daya beli masyarakat juga tinggi.

Setelah mempertimbangkan berbagai faktor dalam menentukan konsumsinya, akhirnya konsumen memutuskan untuk membeli atau tidak. Untuk mengetahui sejauh mana responsifnya permintaan dari minyak goreng terhadap perubahan harga maka perlu diketahui tingkat elastisitasnya permintaan berdasarkan faktor-faktor yang diteliti. Apabila perubahan harga yang kecil menimbulkan perubahan yang besar terhadap permintaan maka barang tersebut bersifat sangat responsif terhadap perubahan harga atau disebut elastis. Dan apabila perubahan harga relatif besar tetapi permintaannya tidak banyak berubah maka dikatakan bersifat inelastis. Dari nilai elastisitas juga dapat diketahui bahwa minyak goreng termasuk barang normal, inferior atau barang superior yang dipengaruhi oleh pendapatan konsumen.


(26)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: Adanya pengaruh

Konsumsi Minyak Goreng

-Elastis -Inelastis

Umur Jumlah

Tanggungan

Pendapatan Harga Minyak

Goreng Sawit

-Brg Superior -Brg Normal -Brg Inferior


(27)

Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh harga minyak goreng, pendapatan rata-rata/bulan, jumlah tanggungan, umur dan pendidikan terhadap tingkat konsumsi minyak goreng di Kota Medan.


(28)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposif yaitu pasar tradisional dikarenakan pasar tradisional merupakan pasar yang didominan di Kota Medan, dapat di lihat di tabel 2 berikut.

Tabel 2. Banyaknya pasar tradisional dan pasar modern di kota medan tahun 2008

Kecamatan Pasar Tradisional Pasar Modern

1. Medan Tuntungan 2. Medan Johor 3. Medan Amplas 4. Medan Denai 5. Medan Area 6. Medan Kota 7. Medan Maimun 8. Medan Polonia 9. Medan Baru 10. Medan Selayang 11. Medan Sunggal 12. Medan Helvetia 13. Medan Petisah 14. Medan Barat 15. Medan Timur 16.Medan Perjuangan 17. Medan Tembung 18. Medan Deli 19. Medan Labuhan 20. Medan Marelan 21. Medan Belawan

2 2 - 1 4 8 3 1 1 0 1 1 2 4 4 4 1 2 5 1 4 - 3 1 - 1 4 3 2 3 - 2 2 5 3 2 2 - 1 - - - Jumlah Persen 56 62,2% 34 37,8%

Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2008

Berdasarkan tabel 2, pasar tradisional yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah Pasar Melati di Kecamatan Medan Tuntungan, Pasar Helvetia di Kecamatan Medan Helvetia dan Pasar Pringgan di Kecamatan Medan Baru.


(29)

Ketiga pasar tersebut mempunyai rata-rata pasarnya terluas diantara seluruh pasar di Kota Medan.

Tabel 3: Banyaknya Pasar dirinci Menurut Luas Pasar

No Lokasi Pasar Banyaknya

Pasar

Luas Pasar (M2) Luas Pasar Rata-Rata(M2)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Medan Tuntungan Medan Johor Medan Amplas Medan Denai Medan Area Medan Kota Medan Maimun Medan Polonia Medan Baru Medan Selayang Medan Sunggal Medan Helvetia Medan Petisah Medan Barat Medan Timur Medan Perjuangan Medan Tembung Medan Deli Medan Labuhan Medan Marelan Medan Belawan 2 2 0 1 4 8 3 1 1 0 1 1 2 4 4 4 1 2 5 1 4 14.320 12.310 0 0 12.633,71 31.062,05 475,50 3.052 16.040 0 6.030 12.018 8.796 11.231 14.718 6.746 1.000 0 15.666 0 8.923,85 7160 6.155 0 0 3.158,42 3.882,75 158,5 3.052 16.040 0 6.030 12.018 4.398 2.087,75 3.679,5 1686,5 1.000 0 3.133,2 0 2230,96 Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2008

Metode Pengambilan Sampel

Sampel diambil dengan metode penelusuran (Accedental), yaitu metode ini pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu dimana peneliti langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang memenuhi kriteria sampel. Kriterianya adalah orang yang sedang membeli minyak goreng.

Dari seluruh populasi penduduk Kota Medan diambil 90 jiwa sampel konsumen minyak goreng. Berdasarkan teori penarikan contoh sampel yang


(30)

diambil dalam penelitian ini adalah ≥ 30 sampel karena bagaimanapun bentuk populasinya teori penarikan contoh menjamin akan diperolehnya hasil yang memuaskan dan untuk penelitian yang menggunakan analisa statistik, ukuran sampel paling minimum 30. Dan oleh karena itu setiap pasarnya akan diambil sampel sebanyak 30 sampel (Walpole,1992)

Dari hasil penarikan sampel di 3 pasar tersebut ternyata hanya 27 diantaranya yang menggunakan minyak goreng bermerek. Dengan demikian dilakukan penambahan 20 sampel konsumen minyak goreng bermerek lagi dari pasar modern yaitu Carrefour.

Metode Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung responden dan mempergunakan angket yang dibuat terlebih dahulu, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Kantor Dinas Pasar, Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kantor Badan Ketahanan Pangan dan Badan Pusat Statistik serta literatur. Data-data sekunder yang diperlukan dalam peneleitian ini antara lain:

- Data konsumsi minyak goreng Kota Medan

- Data jumlah pendapatan riil penduduk Kota Medan - Data pasar-pasar Kota Medan


(31)

Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah 1, untuk melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumsi minyak goreng digunakan metode deskriptif.

Untuk menguji hipotesis, digunakan metode dan teknik data yang sesuai dengan masing-masing hipotesis yang dibuat.

Hipotesis 1, dianalisis dengan menggunakan regresi yang diturunkan dengan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square/OLS). Data yang dibutuhkan adalah data harga minyak goreng, pendapaan rata-rata, tingkat pendidikan konsumen, jumlah tanggungan konsumen dan umur konsumen, dimana nilai-nilai

parameter tersebut selanjutnya akan diduga, adapun fungsinya menjadi :

Y = f (

X

1,

X

2,

X

3,

X

4,

X

5,

β

, µ)

Dimana,

Y = Konsumsi minyak goreng responden (kg/bln) X1 = Harga minyak goreng (Rp/kg)

X2 = Pendapatan rata-rata (Rp/Bln)

X3 = Pendidikan responden (tahun)

X4 = Jumlah tanggungan keluarga responden (orang)

X5 = Umur (tahun)

,β = Koefisien Regresi µ = Random Error Jika : H0 :

β

1

=

0

H0 :

β

1

≠ 0

th ≤ t tabel, tolak H1 ; terima H0


(32)

H0 = tidak ada hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas

H1 = ada hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas

(Sugiyono, 2006).

Untuk dapat mangaplikasikan OLS terdapat setidaknya beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) dimana untuk memperoleh model regresi yang terbail. Dengan demikian sebelum data diestimasi dengan metode OLS ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi sebagai berikut:

1. Uji Linieritas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan regresi yang diperoleh linear atau tidak dengan uji F. Kriteria yang digunakan adalah bila Fhitung > Ftabel bentuk hubungan adalah linier.

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk menghindari adanya hubungan yang linear antar variabel bebas. Menurut Gujarati (1994), Multikolinearitas dapat dideteksi dengan beberapa metode, diantaranya adalah dengan melihat : - Jika nilai Toleransi atau VIF (Variance Inflation Factor) kurang dari 0,1 atau nilai VIF melebihi 10

- Terdapat koefisien korelasi sederhana yang mencapai atau melebihi 0,8 Jika nilai F-hitung melebihi nilai F-Tabel dari regresi antar variabel bebas (Sujianto, 2009)


(33)

3. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui populasi Y yang berhubungan dengan berbagai nilai X mempunyai varians yang sama. Heterokedastitas dapat dideteksi dengan beberapa metode, diantara adalah: - Metode grafik, yaitu melalui grafik penyebaran nilai-nilai residual terhadap

nilai-nilai prediksi. Jika membentuk suatu pola tertentu maka terjadi heterokedstisitas.

- Dengan uji Park, terdapat dua tahap prosedur. Dalam tahap pertama kita melakukan regresi OLS dengan tidak memandang persoalan heterokedastisitas yaitu dengan persamaan awal

Y =

β

0 +

β

1X1 +

β

2X2 +

β

3X3 +

β

4X4 +

µ

Disini regresi ini diperoleh ei2,dan kemudian dalam tahap kedua dilakukan

regresi,

ln ei2 = β0 +β1lnX1 +β2lnX2 +β3lnX1+β4lnX4+µ

Jika

β

ternyata signifikan secara statistik, maka data tersebut terdapat heterokedastisitas dan apabila tidak signifikan maka tidak terdapat heterokedastisitas (homokedastisitas). (Walpole,1992)

Untuk identifikasi masalah 3, untuk melihat tingkat elastisitas harga minyaj goreng maka dianalisis dengan menggunakan rumus

Elastisitas Harga ;

% perubahan jumlah barang yang diminta Eh = ---

% perubahan harga barang itu sendiri Bila Eh > 1 dikatakan bahwa permintaan elastis.


(34)

Bila Eh = 1 dikatakan elastisitas tunggal

Untuk identifikasi masalah 4, untuk melihat jenis sifat minyak goreng maka dianalisis dengan menggunakan rumus

Elastisitas Pendapatan ;

% perubahan jumlah barang yang diminta Ep = ---

% perubahan pendapatan riil Bila Ep positif = barang normal


(35)

Definisi dan Batasan Operasional

Definisi dan batasan operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahapahaman istilah-istilah yang terdapat dalam skripsi.

Definisi Operasional

Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Minyak goreng adalah minyak goreng sawit curah dan minyak goreng bermerek yang dikonsumsi oleh sampel.

2. Permintaan adalah jumlah minyak goreng yang dibeli konsumen dalam kg/bulan.

3. Sampel adalah konsumen yang membeli minyak goreng di pasar.

4. Pendapatan adalah pendapatan keluarga per bulan pada saat penelitian berlangsung.

5. Pendidikan adalah lamanya konsumen menempuh pendidikan sampai tingkat terakhir yang ditempuhnya.

6. Jumlah tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan konsumen untuk dibiayai kebutuhan hidupnya.

7. Harga minyak goreng adalah nilai minyak goreng yang dihitung dalam rupiah /kg pada saat penelitian berlangsung.

8. Pasar tradisional adalah pasar yang tidak mempunyai bangunan permanen dan merupakan pasar yang dikelola pemerintah.


(36)

Batasan operasional

Adapun batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Daerah penelitian adalah Pasar Melati di Kecamatan Medan Tuntungan, Pasar Helvetia di Kecamatan Medan Helvetia dan Pasar Pringgan di Kecamatan Medan Baru, Carefour di Kecamatan Medan Kota di Kota Medan. 2. Waktu penelitian adalah tahun 2009.

3. Sampel penelitian ini adalah konsumen minyak goreng

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi adalah umur, pekerjaan, tingkat pendidikan,pendapatan dan jumlah tanggungan kelurga.


(37)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian Letak dan Keadaan Geografis

Penelitian dilakukan di Kota Medan yang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan terletak antara 20.27| - 20.47| dan 980.35| - 980.44| BT. Kota Medan berada pada ketinggian 2,5m – 37,5m di atas permukaan laut. Menurut batas administratifnya, Kota Medan berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat, dan timur.

Kota Medan merupakan pusat pemerintahan Derah Tingkat I Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km2. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Sampali berkisar 23,30 C – 24,40 C dan suhu maksimum berkisar antara 30,90 C – 33,60 C. hari hujan di Kota Medan pada tahun 2008 menurut Stasiun Sampali rata-rata per bulan 19 hari dengan rata-rata curah hujan perbulannya 171,2 mm.

Keadaan Penduduk

a. Penduduk menurut Kelompok Umur

Penduduk Kota Medan berjumlah 2.083.185 orang dengan 470.481 rumah tangga yang tersebar disetiap kecamatan dan kelurahan di Kota Medan. Dan berdasarkan golongan umur sampel penduduk Kota Medan dapat dilihat pada tabel 4 berikut.


(38)

Tabel. 4 Penduduk Menurut Kelompok Umur

Kelompok Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Jumlah (%)

0-14 15-54

>55

569.612 1.325.672

187.872

27,34 63,63 9,02

Jumlah 2.083.185 100

Sumber : BPS,Medan Dalam Angka 2008

Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2008 sebesar 2.083.185 orang. Data tabel diatas juga menunjukkan jumlah usia non produktif bayi, balita, anak-anak dan remaja (0-14 tahun ) sebesar 569.612 orang ( 27,34% ) manula ( >55 tahun ) sebesar 187.872 orang ( 9,02% ). Jumlah usia produktif ( 15-54 tahun ) adalah sebesar 1.325.672 orang ( 63,63% )ss. Usia produktif adalah usia dimana orang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dengan efektif, dari data tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja di Kota Medan cukup besar.

b. Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan

Mata pencarian penduduk Kota Medan bermacam jenisnya yaitu pegawai negri, pegawai swasta, TNI/POLRI, tenaga pengajar, tenaga kesehatan, dan masih banyak lagi yang lain jenis dan macam pekerjaannya. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai mata pencarian penduduk kota medan dapat dilihat pada tabel 5 berikut


(39)

Tabel. 5 Penduduk Menurut Pekerjaan

No Mata pencarian Jumlah Persentase

1. 2. 3. 4. 5. 6. Pegawai negri Pegawai Swasta TNI/POLRI Tenaga pengajar Tenaga kesehatan Lain-lain 16.727 15.580 14.326 45.426 3.290 300.862 4,22 3,93 3,61 11,4 0,83 75,93

Jumlah 396.211 100

Sumber: BPS, Medan dalam angka 2008

Tabel 5. menunjukkan bahwa jumlah pekerjaan penduduk yang terbesar adalah sebagai tenaga pengajar yaitu sebesar 45.426 orang (11,4%), pegawai negeri sebesar 16.727 orang (4,22%), pegawai swasta 15.580 orang (3,93%), TNI/POLRI sebesar 14.326 orang (3,61 %) dan tenaga kesehatan sebesar 3.290 orang (0,83 %) dan pekerjaan yang lain-lain yaitu gabungan dari berbagai pekerjaan yang tidak disebutkan satu persatu yaitu sebesar 300.862 orang (75,93 %). Data tersebut menunjukkan bahwa dari jumlah penduduk Kota Medan yang berusia produktif hanya sebagian kecil saja yang sudah bekerja, setelah dikurangi penduduk Kota Medan yang bersekolah dan kuliah, masih banyak penduduk yang menganggur baik sebagai pengangguran terselubung maupun pengangguran tetap.

c. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Penduduk Kota Medan menurut tingkat pendidikan terdiri dari tamat SD, SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai tingkat pendidikan penduduk kota medan dapat dilihat pada tabel 6 berikut


(40)

Tabel. 6 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase(%)

1 2 3 4

SD SLTP SLTA

Perguruan Tinggi

451.226 635.451 726.560 310.475

21,24 29,92 34,21 14,61

Jumlah 2.123.712 100

Sumber : BPS, Medan dalam angka 2008

Tabel 6. menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kota Medan paling besar berada pada tingkat pendidikan menengah yaitu Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yaitu sebesar 726.560 orang (34,21 %), Sekolah Lanjut Tingkat Pertama ( SLTP) yaitu sebesar 635.451 orang ( 29,92%), Sekolah Dasar ( SD) sebesar 451.226 orang( 21,24 %), dan Perguruan Tinggi berjumlah 310.475 orang (14,61 %).

d. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju pembangunan. Sarana dan prasarana di Kota Medan sekarang ini sangat baik, hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis sarana yang tersedia baik sarana pendidikan, kesehatan, tempat peribadatan, transportasi dan pasar yang sudah cukup memadai.


(41)

Tabel 7. Sarana dan Prasarana

No Sarana dan Prasarana Jumlah ( unit )

1 Sekolah a. SD b. SLTP c. SLTA

d. Perguruan Tinggi

810 353 339 33

2 Transportasi a. Jalan Baik b. Jalan Sedang c. Jalan Rusak d. Jalan rusak berat

2.084,16 km 389,80 km 112,76 km 1,35 km

3 Pasar

a. Pasar tradisional b. Pasar Modern

56 34 Sumber : BPS medan dalam angka 2008

Sarana pendidikan di Kota Medan sangat lengkap mulai dari Play Group, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar berjumlah 810 unit, Sekolah Lanjut Tingkat Pertama berjumlah 353 unit , Sekolah Lanjut Tingkat Atas berjumlah 339 unit hingga ke Perguruan Tinggi berjumlah 33 unit dengan berbagai tingkat strata. Status sekolah pun beragam mulai dari negeri, swasta maupun sekolah luar negeri yang tersebar di setiap sudut dan pelosok Kota Medan dengan kualitas yang beragam.

Sarana transportasi sangat lengkap di dalam kota, angkutan kota sangat banyak ke segala penjuru Kota Medan. Panjang jalan Kota Medan 3.078,94 km. Jalan yang dalam kondisi baik sepanjang 2.084,16 km, jalan dalam kondisi sedang 389,80 km, jalan dalam kondisi rusak sepanjang 112,76 km, dan jalan dalam kondisi rusak berat sepanjang 1,35 km.

Pasar tradisional maupun pasar modern banyak sekali terdapat di Kota Medan. Masyarakat dengan mudah memilih ingin berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern. Ada 56 unit pasar tradisional dan 30 unit pasar modern yang


(42)

tersebar di setiap kecamatan dengan keunggulan dan kelengkapan masing-masing pasar yang berbeda-beda. Pasar tradisional umumnya buka pada pagi atau sore hari, sedangkan pasar modern buka dari pagi hingga malam hari.

Karakteristik Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen minyak goreng yang terdapat pada pasar tradisional. Karakteristik konsumen sampel yang dimaksud adalah meliputi karakteristik sosial ekonomi yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, dan pendapatan.

a. Umur

Tingkat pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh usianya, orang akan merubah pola pembeliannya ketika umurnya terus bertambah. Adapun keadaan umur konsumen sampel di daerah penelitian dapat dilihat dari tabel 8 berikut.

Tabel 8. Umur Sampel Minyak Goreng

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 ≥55 2 12 12 21 22 18 9 6 1,8 10,9 10,9 19 20 16,3 8,1 5,4

Jumlah 110 100

Sumber: Data diolah dari lampiran 1

Dari tabel 8 di atas dapat dilihat jumlah konsumen sampel terbesar berada pada kelompok umur 40-44 tahun dengan jumlah 22 orang atau 20% dan yang terkecil pada kelompok umur ≥ 55 tahun dengan jumlah 6 orang atau 5,4 %.


(43)

b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan konsumen sangat serta hubungnnya dengan pengetahuan terhadap suatu barang baik dari segi kualitas maupun manfaatnya. Adapun pendidikan konsumen sampel di daerah penelitian Kota Medan dari SD sampai Perguruan Tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 9 berikut

Tabel 9. Pendidikan Sampel Minyak Goreng

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)

1 2 3 4 5 SD SLTP SLTA Diploma Sarjana 6 5 50 11 38 5,4 4,5 45,4 10 34,5

Jumlah 110 100

Sumber: Data diolah dari lampiran 1

Dari tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan konsumen sampel rata-rata SLTA dan Perguruan Tinggi. Untuk jumlah konsumen sampel yang terbesar adalah pada SLTA yaitu sebesar 50 orang atau 45,4 % sedangkan terkecil berada pada tingkat SLTP yaitu sebesar 5 orang atau 4,5%.

c. Jumlah Tanggungan

Dalam membeli dan mengkonsumsi minyak goreng, jumlah konsumsi sampel sangat dipengaruhi oleh anggota keluarga yang menjadi tanggungannya. Adapun jumlah tanggungan atau jumlah anggota keluarga pada daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 10 berikut.

Tabel 10. Jumlah Tanggungan Sampel Minyak Goreng

No Jumlah Tanggungan

Keluarga

Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)

1 2 3 0-2 3-5 ≥ 6 4 91 5 3,6 82,7 4,5

Jumlah 110 100


(44)

Dari tabel 10 di atas dapat dilihat jumlah tanggungan terbanyak ada pada kelompok 3-5 yaitu sebanyak 91 orang atau 82,7% dan yang terkecil pada kelompok 0-2 yaitu sebanyak 4 orang atau 3,6%.

d. Pendapatan

Daya beli masyarakat dapat dilihat melalui pendapatannya, jika pendapatan yang diperoleh cukup tinggi, maka pada umumnya daya beli masyarakat juga tinggi. Pendapatan konsumen minyak goreng di daerah penelitian digolongkan berdasarkan penggolongan pengeluaran perkapita per bulan cukup bervariasi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 11 berikut

Tabel 11. Pendapatan Sampel Minyak Goreng

No Pendapatan Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)

1 2 3

< Rp.999.999

Rp.1.000.000 – Rp.2.000.000 >Rp.2.000.999

1 59 50

0,91% 53,63% 45,45%

Jumlah 110 100

Sumber: Data diolah dari lampiran 1

Dari tabel 11 Dapat dilihat pendapatan rata-rata konsumen sampel terbesar pada kelompok kedua yaitu sebanyak 51 orang atau 56,67% dan yang terkecil pada kelompok terakhir yaitu sebanyak 1 orang atau 1,11%.


(45)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1Karakteristik Sampel

Diketahui berdasarkan lampiran 13 bahwa karakteristik konsumen sampel antara minyak goreng curah dan bermerek cukup berbeda. Dapat dilihat bahwa jumlah minyak goreng yang dipakai oleh sampel minyak goreng curah berkisar dari 3-300 kg/bln nya, sedangkan sampel minyak goreng curah hanya berkisar antara 1,5-8 kg/bln nya. Salah satu penyebab banyaknya sampel memakai minyak goreng curah karena ada beberapa sampel yang menggunakan minyak goreng curah tidak hanya untuk kebutuhan keluarga tetapi juga untuk berdagang sehingga membutuhkan jumlah yang cukup banyak dan untuk konsumsi minyak goreng bermerek hanya untuk konsumsi keluarga.

Pendidikan formal konsumen sampel minyak goreng curah berkisar 6-17 tahun dengan rata-rata pendidikan konsumen 12,54 tahun yang menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan konsumen sampel adalah setingkat SMA sampai Diploma. Sedangkan pendidikan formal konsumen sampel minyak goreng bermerek berkisar 12-17 tahun dengan rata-rata pendidikan konsumen 15,3 tahun yang menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan konsumen sampel adalah setingkat Diploma sampai Sarjana. Dengan begitu diketahui bahwa sampel konsumen minyak goreng bermerek mempunyai jenjang pendidikan yang lebih tinggi dari sampel konsumen minyak goreng curah karena sampel yang pendidikannya lebih tinggi mempunyai pertimbangan dalam mengkonsumsi minyak goreng yang aman bagi kesehatan.


(46)

Tingkat pendapatan konsumen sampel minyak goreng curah perbulannya berkisar antara Rp 300.000 – 3.500.000, dengan rata-rata Rp 1.973.684 per bulan dari rata-rata tersebut dapat diketahui bahwa tingkat penghasilan konsumen sampel tergolong ke dalam kategori sedang. Tingkat pendapatan konsumen sampel minyak goreng bermerek perbulannya berkisar antara Rp 1.000.000 – 8.000.000, dengan rata-rata Rp 2.703.658 per bulan dari rata-rata tersebut dapat diketahui bahwa tingkat penghasilan konsumen sampel tergolong ke dalam kategori tinggi. Hal ini berhubungan dengan tingkat pendidikan sampel, dimana sampel konsumen minyak goreng bermerek tingkat pendidikannya lebih tinggi maka tingkat pendapatannya juga tinggi.

Jumlah tanggungan keluarga konsumen sampel minyak goreng curah berkisar antara 2-11 orang dengan rata-rata jumlah tanggungan 4,1 orang. Dan jumlah tanggungan keluarga konsumen sampel minyak goreng bermerek berkisar antara 1-8 orang dengan rata-rata jumlah tanggungan 4,5 orang. Rata-rata tersebut memperlihatkan bahwa jumlah tanggungan konsumen sampel cukup banyak sehingga jumlah pembelian konsumen dalam berbelanja cukup tinggi.

5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Minyak Goreng di Kota Medan

Dari tinjauan pustaka diketahui bahwa variabel-variabel yang dapat mempengaruhi konsumsi minyak goreng adalah Harga Minyak goreng (X1),

Pendapatan (X2), Pendidikan (X3), Jumlah Anggota Keluarga (X4), Umur (X5),

dari variabel-variabel bebas tersebut akan dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap jumlah minyak goreng sebagai variabel dependen (variabel terikat). Dengan metode backward SPSS 17, variabel umur dikeluarkan dari estimasi.


(47)

Salah satu penyebabnya adalah karena besarnya jumlah penggunaan minyak goreng dan jenisnya dipengaruhi oleh komposisi umur seluruh anggota keluarga dan bukan hanya umur responden yang membeli minyak goreng sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, pembelian yang dilakukan responden yaitu pembelian untuk konsumsi seluruh anggota keluarga dalam 1 bulan. Sehingga kajian penulisan lebih lanjut ditentukan bahwa variabel bebas yang digunakan hanya Harga Minyak goreng (X1), Pendapatan (X2), Pendidikan (X3) dan Jumlah

Anggota Keluarga (X4). Dan menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi konsumsi minyak goreng di Kota Medan adalah harga minyak goreng, pendapatan, pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga.

Pengaruh faktor-faktor tersebut diestimasi dengan 3 fungsi yaitu pada gabungan antara minyak goreng curah dan bermerek, minyak curah dan minyak goreng bermerek saja. Hal ini dilakukan untuk mengakomodir kemungkinan perbedaan karakteristik. Dari total 110 sampel yang diteliti ternyata sekitar 40% (44 responden) mengkonsumsi minyak goreng bermerek dan 60% (66 responden) mengkonsumsi minyak goreng curah, dan kesemua responden adalah ibu-ibu. Setelah melakukan uji linier dengan menggunakan melihat F hit diketahui bahwa variabel bersifat linier, sehingga dapat dibentuk persamaan sebagai berikut:

Y =

β

0 +

β

1X1 +

β

2X2 +

β

3X1 +

β

4X4 +

µ

Y = Konsumsi minyak goreng responden (kg/bln) X1 = Harga minyak goreng (Rp/kg)

X2 = Pendapatan rata-rata (Rp/Bln)

X3 = Pendidikan responden (tahun)


(48)

=

Koefisien Regresi µ = Random Error

Berdasarkan persamaan tersebut maka dalam penelitian ini Identifikasi Masalah yang akan diteliti adalah Identifikasi Masalah 2, 3, dan 4, dan hipotesis yang digunakan adalah hipotesis (1) dan (2).

Sebelum diestimasi, data dibersihkan dari outlier untuk memperkecil varians data sehingga tidak mengganggu hasil estimasi akhir. Hasilnya, dari 90 sampel awal tersisa 80 sampel yang bersih dari outlier dan siap digunakan dalam estimasi minyak goreng curah dan bermerek jumlah. Untuk estimasi minyak goreng curah tersedia 57 sampel dan untuk estimasi terhadap minyak goreng bermerek tersedia 41 sampel.

5.3. Hasil Analisis Pengaruh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Minyak Goreng Curah dan Bermerek

Sebelum dilakukan estimasi dilakukan pengujian untuk memenuhi asumsi Regresi Linier Berganda yaitu

a. Uji Linieritas

Untuk pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi untuk minyak goreng curah dan bermerek didapat Fhitung= 4,448 > Ftabel= 2,21 (lampiran 5),

sehingga persamaan yang digunakan adalah Linear. b. Uji Gejala Multikolinieritas

Setelah melihat tabel Coefficient terdapat nilai VIF untuk masing-masing variabel mempunyai nilai < 10 dan nilai Tolerance > 0,1 (lampiran 5),


(49)

sehingga diperoleh kesimpulan bahwa gejala multikolinearitas tidak terdapat dalam persamaan ini.

c. Uji Gejala Heterokedastisitas

Setelah melakukan metoda grafik dan uji Park untuk menguji heterokedastis maka didapat disimpulkan bahwa gejala heterokedastis tidak terdapat dalam persamaan 1, dimana bentuk dari grafiknya tidak menunjukkan pola tertentu dan nilai signifikansi dari variabel > 0,05 (Lampiran 12a).

Maka setelah dilakukan pengujian asumsi regresi linier berganda didapatkan hasil akhir dari estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi minyak goreng curah dan bermerek sebagai berikut:

Ŷ = 5,5 – 3,4E-4X1 - 3,4E-7X2 + 0,04X3 + 0,63X4

(2,527) (1,216) (1,266) (0,755) (4,089) R2 = 0,192 Fhit = 4,448

Dari model dihasilkan nilai koefisien determinasi sebesar 0,19. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 19% variasi variabel konsumsi minyak goreng telah dapat dijelaskan oleh variabel harga minyak goreng, pendapatan, pendidikan dan jumlah tanggungan. Pengamatan di lapangan dan penelitian sebelumnya menunjukkan selain variabel-variabel bebas diatas, hari besar juga merupakan faktor yang cukup mempengaruhi konsumsi minyak goreng di Indonesia relatif meningkat pada saat hari besar seperti bulan puasa, lebaran atau tahun baru. Disamping itu operasi pasar yang dilakukan pemerintah juga dapat mempengaruhi tingkat pembelian masyarakat. Namun karena data yang digunakan data cross section, maka penambahan variabel-variabel tersebut tidak dapat dilakukan.


(50)

Secara serempak pengaruh variabel harga minyak goreng, pendapatan, pendidikan dan jumlah tanggungan nyata pada taraf 95%. Hal ini dapat dilihat dari Uji F , yaitu F-Hitung = 4,448 > F-Tabel = 2,37 dan Nilai Signifikansi 0,003.

Secara Parsial, variabel harga minyak goreng tidak berpengaruh nyata

terhadap konsumsi minyak goreng. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung =1,216 ≤ t-tabel = 1,96, dan tidak signifikan pada taraf

kepercayaan 95%. Sehingga keputusan yang diambil adalah terima H0 yang

menyatakan bahwa variabel harga tidak berpengaruh terhadap tingkat konsumsi minyak goreng. Kemungkinan tidak berpengaruhnya harga minyak goreng karena data yang digunakan merupakan data cross section sehingga fluktuasi harga tidak kelihatan, sedangkan fluktuasi harga minyak goreng dapat terlihat pada data time series disamping itu minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok yang selalu dibutuhkan walau harganya naik sangat tinggi atau bahkan harganya turun. Dengan menggunakan koefisien variabel harga sebesar -3.4E-4 serta jumlah konsumsi dan harga rata-rata minyak goreng, yang masing-masing sebesar 5,2 dan 8169 maka diperoleh perkiraan elastisitas sebesar -0,54. Hal tersebut mengindikasikan bahwa minyak goreng bersifat inelastis, artinya H0

diterima bahwa minyak goreng merupakan barang yang bersifat inelastis. Dimana jika harga berubah maka permintaan terhadap minyak goreng tidak berubah, hal ini sesuai dengan teori mengatakan bahwa barang-barang kebutuhan pokok bersifat inelastis.

Secara parsial, variabel pendapatan tidak berpengaruh terhadap harga minyak goreng curah. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung =1,266 ≤ t-tabel =1,96, dan tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Sehingga keputusan yang diambil


(51)

adalah terima H0 yang menyatakan bahwa variabel pendapatan tidak berpengaruh

terhadap tingkat konsumsi minyak goreng. Kemungkinan tidak berpengaruhnya pendapatan karena data yang digunakan merupakan data cross section dan secara teori minyak goreng termasuk barang esensial yang jumlah konsumsinya tidak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Tingkat pendapatan yang tinggi tidak lantas jumlah konsumsinya akan meningkat pula dan begitu juga sebaliknya. Dengan menggunakan koefisien variabel pendapatan sebesar -3.4E-7 serta pendapatan dan jumlah konsumsi rata-rata minyak goreng, yang masing-masing sebesar 2168750 dan 5,2 maka diperoleh perkiraan elastisitas sebesar -0,14. Tanda negatif pada nilai elastisitas tersebut mengindikasikan bahwa minyak goreng merupakan barang inferior, artinya H0 ditolak bahwa minyak goreng merupakan barang

inferior. Kemungkinan hal ini disebabkan karena jumlah sampel pada gabungan keduanya lebih dominan minyak goreng curah dimana konsumen ketika pendapatannya naik maka ia akan mengkonsumsi barang yang lebih baik mutunya yaitu dari minyak goreng curah ke minyak goreng bermerek.

Secara parsial, variabel pendidikan tidak berpengaruh terhadap konsumsi minyak goreng. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung =0,755 ≤ t-tabel =1,96 dan tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Sehingga keputusan yang diambil adalah terima H0 yang menyatakan bahwa variabel pendidikan tidak berpengaruh

terhadap tingkat konsumsi minyak goreng. Pendidikan seharusnya menjadi hal yang dapat mempengaruhi konsumsi minyak goreng karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin banyak informasi tentang minyak goreng yang didapatkan sehingga menjadi hal penting dalam pertimbangan kesehatan. Tapi dalam hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh karena


(52)

berdasarkan penelitiannya sebelumnya bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya suka dengan menu goreng-gorengan yang itu tidak berkaitan dengan tingkat pendidikan. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan seseorang kesukaan terhadap menu goreng-gorengan tidak berpengaruh walau untuk saat ini masyarakat yang berpendidikan tinggi mulai mengurangi untuk mengkonsumsi gorengan karena alasan kesehatan

Secara parsial, variabel jumlah tanggungan keluarga berpengaruh nyata

terhadap konsumsi minyak goreng. Hal ini dapat dilihat dari t-hitung = 4,089 > t-tabel=1,96 dan pada taraf kepercayaan 95%. Sehingga

keputusan yang diambil adalah tolak H0 yang menyatakan bahwa variabel jumlah

tanggungan keluarga berpengaruh terhadap tingkat konsumsi minyak goreng Pengaruh jumlah tanggungan keluarga terhadap konsumsi minyak goreng relatif cukup besar, hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi sebesar 0,63. Koefisien jumlah tanggungan keluarga terhadap jumlah konsumsi minyak goreng menunjukkan hubungan yang positif. Setiap penambahan 1 anggota keluarga akan menambah jumlah konsumsi minyak goreng sebesar 0,63 kg. Hal ini sesuai dengan teori bahwa ketika jumlah penduduk meningkat maka jumlah barang yang diminta akan meningkat pula.


(53)

5.4. Hasil Analisis Pengaruh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Minyak Goreng Curah

Sebelum dilakukan estimasi dilakukan pengujian untuk memenuhi asumsi Regresi Linier Berganda yaitu

a. Uji Linieritas

Untuk pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi untuk minyak goreng curah dan bermerek didapat Fhitung= 4,002 > Ftabel= 2,21 (lampiran 6),

sehingga persamaan yang digunakan adalah Linear. b. Uji Gejala Multikolinieritas

Setelah melihat tabel Coefficient terdapat nilai VIF untuk masing-masing variabel mempunyai nilai < 10 dan nilai Tolerance > 0,1 (lampiran 6), sehingga diperoleh kesimpulan bahwa gejala multikolinearitas tidak terdapat dalam persamaan ini.

c. Uji Gejala Heterokedastisitas

Setelah melakukan metoda grafik dan uji Park untuk menguji heterokedastis maka didapat disimpulkan bahwa gejala heterokedastis tidak terdapat dalam persamaan 2, dimana bentuk dari grafiknya tidak menunjukkan pola tertentu dan nilai signifikansi dari variabel > 0,05 (Lampiran 12b).

Maka setelah dilakukan pengujian asumsi regresi linier berganda didapatkan hasil akhir dari estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi minyak goreng curah sebagai berikut:

Ŷ = 9,7 – 7,7E-4X1 - 3,7E-7X2 + 0,023X3 + 0,63X4

(2,913) (1,992) (0,982) (0,374) (3,504) R2 = 0,235 Fhit = 4,002


(54)

Dari model dihasilkan nilai koefisien determinasi sebesar 0,235. Hal ini menunjukkan bahwa 23,5% variasi variabel konsumsi minyak goreng telah dapat dijelaskan oleh variabel harga minyak goreng, pendapatan, pendidikan dan jumlah tanggungan. Secara serempak pengaruh variabel harga minyak goreng, pendapatan, pendidikan dan jumlah tanggungan nyata pada taraf 95%. Hal ini dapat dilihat dari Uji F , yaitu F-Hitung = 4,002 > F-Tabel = 2,37 dan nilai signifikansi 0,007.

Secara parsial, variabel harga minyak goreng berpengaruh terhadap konsumsi minyak goreng. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung =1,992 > t-tabel = 1,96, dan signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Sehingga keputusan yang diambil adalah tolak H0 yang menyatakan bahwa variabel harga minyak goreng

berpengaruh terhadap tingkat konsumsi minyak goreng. Pengaruh harga minyak goreng terhadap konsumsi minyak goreng relatif kecil, hal ini dapat dilihat pada koefisien regresi yang bernilai -7,7E-4. Tanda pada koefisien regresi bernilai negatif yang artinya apabila harga minyak goreng naik maka jumlah konsumsi minyak goreng akan turun sebesar 7,7E-4 Kg. Dapat dilihat bahwa jumlah yang turun sangat amat kecil ketika harga naik dan hampir tidak berpengaruh terhadap jumlah yang dibeli oleh konsumen. Dengan menggunakan koefisien variabel harga sebesar -7.7E-4 serta jumlah konsumsi dan harga rata-rata minyak goreng, yang masing-masing sebesar 5,2 dan 7901 maka diperoleh perkiraan elastisitas sebesar -1,17. Hal tersebut mengindikasikan bahwa minyak goreng curah bersifat elastis, artinya H0 ditolak bahwa minyak goreng merupakan barang yang bersifat


(55)

yang dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama sehingga konsumen dapat mengurangi jumlah pembeliannya pada saat harga mahal.

Secara parsial, variabel pendapatan tidak berpengaruh terhadap harga minyak goreng curah. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung =0,982 ≤ t-tabel =1,96, dan tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Sehingga keputusan yang diambil adalah terima H0 yang menyatakan bahwa variabel pendapatan tidak berpengaruh

terhadap tingkat konsumsi minyak goreng Kemungkinan tidak berpengaruhnya pendapatan karena minyak goreng curah yang merupakan barang kelas dua konsumsinya tidak bertambah karena konsumen akan beralih memilih minyak goreng bermerek yang lebih bagus mutunya dari minyak goreng curah ketika tingkat pendapatan meningkat. Dengan menggunakan koefisien variabel pendapatan sebesar -3.7E-7 serta pendapatan dan jumlah konsumsi rata-rata minyak goreng, yang masing-masing sebesar 1973684 dan 5,2 maka diperoleh perkiraan elastisitas sebesar -0,144. Tanda negatif pada nilai elastisitas tersebut mengindikasikan bahwa minyak goreng merupakan barang inferior, artinya H0

ditolak bahwa minyak goreng merupakan barang inferior. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya diatas konsumen tetap memilih minyak goreng bermerek ketika pendapatannya naik walau jumlahnya lebih sedikit dikarenakan minyak goreng bermerek lebih baik dari segi kualitas dan untuk kesehatan.

Secara parsial, variabel pendidikan tidak berpengaruh terhadap konsumsi minyak goreng. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung =0,374 ≤ t-tabel =1,96 dan tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Sehingga keputusan yang diambil adalah terima H0 yang menyatakan bahwa variabel pendidikan tidak akan


(56)

Secara parsial, variabel jumlah tanggungan berpengaruh nyata terhadap konsumsi minyak goreng. Hal ini dapat dilihat dari hitung = 3,504 > t-tabel=1,96 dan pada taraf kepercayaan 95%. Sehingga keputusan yang diambil adalah tolak H0 yang menyatakan bahwa variabel jumlah tanggungan keluarga

berpengaruh terhadap tingkat konsumsi minyak goreng. Pengaruh jumlah tanggungan keluarga terhadap konsumsi minyak goreng relatif cukup besar, hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi sebesar 0,63. Koefisien jumlah tanggungan keluarga terhadap jumlah konsumsi minyak goreng menunjukkan hubungan yang positif. Setiap penambahan 1 anggota keluarga maka akan menambah jumlah konsumsi minyak goreng sebesar 0,63 kg. Hal ini dikarenakan ketika ada penambahan jumlah anggota keluarga maka diperlukan minyak goreng untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya.


(57)

5.5 Hasil Analisis Pengaruh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Minyak Goreng Bermerek

Sebelum dilakukan estimasi dilakukan pengujian untuk memenuhi asumsi Regresi Linier Berganda yaitu

a. Uji Linieritas

Untuk pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi untuk minyak goreng curah dan bermerek didapat Fhitung= 6,69 > Ftabel= 2,21 (lampiran 7),

sehingga persamaan yang digunakan adalah Linear. b. Uji Gejala Multikolinieritas

Setelah melihat tabel Coefficient terdapat nilai VIF untuk masing-masing variabel mempunyai nilai < 10 dan nilai Tolerance > 0,1 (lampiran 7), sehingga diperoleh kesimpulan bahwa gejala multikolinearitas tidak terdapat dalam persamaan ini.

c. Uji Gejala Heterokedastisitas

Setelah melakukan metoda grafik dan uji Park untuk menguji heterokedastis maka didapat disimpulkan bahwa gejala heterokedastis terdapat dalam persamaan 3, dimana bentuk dari grafiknya menunjukkan pola tertentu dan nilai signifikansi dari variabel pendapatan < 0,05 (Lampiran 12c).

Salah satu akibat dari timbulnya heterokedastisitas adalah dapat menyebabkan data menjadi bias dan penaksir tidak efisien. Gujarati (1994) mengungkapkan tindakan perbaikan yang bisa dilakukan ketika terdapat masalah heterokedastisitas yang serius salah satunya dengan mentranformasi logaritma, hal ini disebabkan karena tranformasi yang memampatkan skala untuk pengukuran


(58)

mengukur elastisitas dari Y terhadap X, yaitu persentase perubahan dalam Y untuk persentase perubahan dalam X. Sehingga regresi yang dilakukan adalah

µ

β

β

β

β

β

+ + + + +

= 0 1ln 1 2ln 2 3ln 3 4ln 4

lnY X X X X

Hasil akhir dari estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi minyak goreng bermerek sebagai berikut:

lnŶ = -14,059 + 1,81lnX1 – 0,145lnX2 + 0,16lnX3 + 0,564lnX4

(-2,35) (3,051) (0,881) (0,455) (3,72) R2 = 0,427 Fhit = 6,69

Dari model dihasilkan nilai koefisien determinasi sebesar 0,427. Hal ini menunjukkan bahwa 42,7% variasi variabel konsumsi minyak goreng telah dapat dijelaskan oleh variabel harga minyak goreng, pendapatan, pendidikan dan jumlah tanggungan. Secara serempak pengaruh variabel harga minyak goreng, pendapatan, pendidikan dan jumlah tanggungan nyata pada taraf 95%. Hal ini dapat dilihat dari Uji F , yaitu F-Hitung = 6,69 > F-Tabel = 2,37 dan Nilai Signifikansi 0,00.

Secara parsial, variabel harga minyak goreng berpengaruh terhadap konsumsi minyak goreng bermerek. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung =3,051 > t-tabel = 1,96, dan signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Sehingga keputusan yang diambil adalah tolak H0 yang menyatakan bahwa variabel harga minyak goreng

berpengaruh terhadap tingkat konsumsi minyak goreng. Pengaruh harga minyak goreng terhadap konsumsi minyak goreng dapat dilihat pada koefisien regresi yang bernilai 1,81. Tanda pada koefisien regresi bernilai positif yang artinya apabila harga minyak goreng naik sebesar 1% maka jumlah konsumsi minyak goreng akan naik sebesar 1,81 %. Dan untuk elastisitas harga pada minyak goreng


(59)

bermerek sebesar 1,81 yang menunjukkan bahwa minyak goreng curah bersifat elastis.

Secara parsial, variabel pendapatan tidak berpengaruh terhadap harga minyak goreng bermerek. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung =0,881 ≤ t-tabel =1,96, dan tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Sehingga keputusan yang diambil adalah terima H0 yang menyatakan bahwa variabel pendapatan tidak

berpengaruh terhadap tingkat konsumsi minyak goreng. Untuk minyak goreng bermerek elastisitas pendapatannya sebesar -0,145, tanda negatif menunjukkan bahwa minyak goreng bermerek merupakan barang inferior. Hal ini dapat disebabkan konsumen yang berpendidikan tinggi akan mengurangi jumlah pembelian minyak goreng bermerek karena dengan pendapatan yang bertambah konsumen mempunyai banyak pilihan untuk mengkonsumsi makanan cepat saji.

Secara parsial, variabel pendidikan tidak berpengaruh terhadap konsumsi

minyak goreng bermerek. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung =0,455 ≤ t-tabel =1,96 dan tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95%.

Sehingga keputusan yang diambil adalah terima H0 yang menyatakan bahwa

variabel pendidikan tidak berpengaruh terhadap tingkat konsumsi minyak goreng. Secara parsial, variabel jumlah tanggungan keluarga berpengaruh nyata

terhadap konsumsi minyak goreng bermerek. Hal ini dapat dilihat dari t-hitung = 3,72 > t-tabel=1,96 dan pada taraf kepercayaan 95%. Sehingga

keputusan yang diambil adalah tolak H0 yang menyatakan bahwa variabel jumlah

tanggungan keluarga berpengaruh terhadap tingkat konsumsi minyak goreng. Pengaruh jumlah tanggungan keluarga terhadap konsumsi minyak goreng relatif cukup besar, hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi sebesar 0,56.


(60)

Koefisien jumlah tanggungan keluarga terhadap jumlah konsumsi minyak goreng menunjukkan hubungan yang positif. Nilai koefisien variabel jumlah tanggungan keluarga sebesar 0,56 yang menunjukkan jika jumlah anggota bertambah sebesar 1 orang akan menaikkan konsumsi minyak goreng sebesar 0,56%.


(61)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Terdapat perbedaan kerakteristik konsumen minyak goreng bermerek dan minyak goreng curah dalam mengkonsumsi minyak goreng di Kota Medan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi minyak goreng secara signifikan adalah jumlah tanggungan keluarga dan minyak goreng bersifat inelastis serta merupakan barang inferior.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek adalah harga minyak goreng itu sendiri dan jumlah tanggungan keluarga.

4. Minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek merupakn barang yang bersifat elastis dan merupakan barang inferior.

Saran

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti tentang

pengambilan keputusan konsumen dalam mengkonsumsi minyak goreng baik curah maupun bermerek.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Amang, B., 1993. Ekonomi Perberasan, Jagung dan Minyak Sawit di Indonesia, PT Dharma Karsa Utama, Jakarta

Amang, dkk, 1996. Ekonomi Minyak Goreng di Indonesia BAB I. IPB Press. Bandung

Buana, L.2001. Dinamika Produksi, Permintaan dan Harga MInyak Goreng Sawit Mentah.PPKS.Medan

Ernawaty,M.2007.Harga Minyak Goreng Melonjak, Konsumen Menjerit.Harian Sinar Indonesia.Medan

Gilarso, , 1993., Ekonomi Mikro “Suatu Pendekatan Praktis”. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Gujarati, Damodar,1996. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta Wijana, F., 1996. Pemasaran 2000. BPFE Anggota IKAPI. Jakarta

Pangestu, Mari E.2009.Harga Minyak Goreng Turun.http//Inilah.com.Htm

Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat, 2007. Pedoman Praktis Penggunaan Eviews dalam Ekonometrika. USU Press, Medan.

Setiadi, N.J., 2003. Perilaku Konsumen dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Kencana. Jakarta

Simatupang dan Purwoto. Ekonomi Minyak Goreng di Indonesia BAB VII. IPB Press Bandung

Sugiyono, 2006. Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung

Sujianto, Agus Eko.2009. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0. Prestasi Pustakaraya.

Sukirno, Sadono,2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. PT. RajaGrafindo Persada.Jakarta

Umar, H., 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka Utama dan JBRC. Jakarta

Wahyono,T dan Irianto.2006.Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Berpengaruh Kepada Konsumsi Minyak Goreng Sawit di Rumah Tangga di Kawasan Perkotaan.PPKS.Medan


(63)

Walpole, R.E.1992. Pengantar Statistik Edisi ke-3. PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta


(64)

Lampiran 1. Karakteristik Sampel Minyak Goreng Curah dan Bermerek

Nama

Konsumsi Kg/Bln

Jenis

Minyak Goreng Harga Pendapatn Pendidikan Jumlah Tanggugan Umur

Erina Fitri 4 Curah 8.000 1.800.000 17 4 37

S. Siregar 4 Curah 8.000 1.500.000 14 3 30

K Sitepu 4 Curah 8.500 1.800.000 15 3 34

R. Ginting 4 Curah 9.000 2.700.000 12 4 43

Afrida Nasution 4,5 Merek 8.625 4.000.000 17 5 50

Nelihayati Nasution 6 Merek 8.625 3.000.000 12 8 54

Erna 3 Merek 8.625 2.000.000 15 4 41

Isnawati Lubis 3 Curah 8.000 2.000.000 17 4 35

Budi Rahine 3 Merek 9.375 2.500.000 17 4 43

Puji Rahayu 6 Merek 8.625 5.000.000 15 11 51

Puji Astuti Bacin 4 Curah 8.000 3.500.000 12 6 37

Bonur L. Tobing 30 Curah 8.000 5.000.000 12 6 55

Zulfarida 4 Merek 9.000 3.000.000 17 5 44

Aniyati 5 Curah 8.000 2.300.000 12 5 44

Ermita 60 Curah 7.500 2.000.000 12 5 40

Irma 4 Curah 7.600 2.500.000 17 3 39

Riani 4 Curah 7.500 2.000.000 12 5 37

Nanda 4 Merek 8.625 2.500.000 17 4 32

Sulaiman 5 Merek 8.625 2.000.000 17 5 42

Maimunah 3 Curah 8.000 1.500.000 12 3 39


(65)

Marni 3 Curah 8.200 1.500.000 9 4 29

Tari 3 Merek 8.625 3.000.000 12 3 27

Riani Dwi Ratna 4 Curah 8.000 2.000.000 15 4 34

Dira 3 Curah 7.800 2.500.000 15 5 26

Mirna 5 Curah 7.600 3.000.000 12 5 32

Astrid 5 Merek 9.000 2.500.000 17 4 30

Susi 6 Curah 7.400 2.500.000 12 5 35

Lisma 8 Curah 7.500 2.500.000 12 7 42

Dadang 6 Merek 8.700 2.000.000 17 3 33

Eka 5 Curah 7.500 2.000.000 12 2 30

Widodo 6 Merek 8.625 2.500.000 17 3 42

Angga 6 Curah 7.500 1.500.000 12 4 40

Agus 5 Merek 9.000 2.500.000 17 4 45

Rendi 4 Curah 7.600 1.500.000 12 5 50

Nurmalini 5 Curah 7.500 1.500.000 12 3 35

Sul.aiman 5 Curah 7.600 2.000.000 12 2 33

Irma 6 Curah 7.600 2.500.000 17 3 39

Rini 7 Curah 7.500 2.000.000 12 5 37

Jun 6 Curah 7.600 2.500.000 17 4 43

Mimi 5 Curah 7.400 2.000.000 12 4 36

Ria 5 Curah 7.500 1.500.000 12 4 40

Wati 6 Curah 7.600 2.000.000 15 4 38

Hanif 6 Curah 7.800 2.000.000 12 3 29

Ningsih 7 Curah 7.600 1.500.000 12 5 42


(66)

Wanti 5 Curah 7.600 1.500.000 12 3 28

Ulin 8 Curah 7.400 2.500.000 12 6 41

Anita 6 Merek 9.000 2.000.000 17 5 29

Yusuf 4 Curah 7.500 1.600.000 12 3 30

Mariana 6.5 Curah 7.500 1.200.000 10 5 35

Supriadi 7 Merek 9.000 3.000.000 17 4 45

Inggri 6 Curah 7.500 2.500.000 12 3 29

Atun 6 Curah 7.800 2.000.000 12 5 55

Nurliana 5 Curah 7.550 2.000.000 17 4 43

Ayu 5 Curah 7.600 1.500.000 12 4 28

Darma 8 Merek 8.625 2.500.000 17 4 32

Dina 6 Curah 7.700 2.000.000 12 5 30

Khairul Bariah 8 Curah 8.000 1.700.000 6 4 46

Sutiyem 6 Curah 8.500 2.400.000 17 5 47

Kusuma 8 Merek 9.000 2.000.000 17 5 50

Fatimah 4,5 Merek 9.000 4.000.000 12 5 53

Rosliana 4 Merek 9.000 2.500.000 12 8 60

E. Suri Nst 3 Merek 12.000 3.000.000 12 4 49

Yanuarti 4 Curah 9.000 1.100.000 12 4 64

Nur Ainun 5 Curah 8.500 1.500.000 17 4 49

Umi Zakiyah 4 Merek 10.000 2.000.000 12 3 45

Hastuti 6,75 Merek 9.000 5.000.000 17 7 48

Kartini 5 Curah 8.500 1.000.000 12 4 44

Ratna sari 3 Curah 8.000 3.000.000 17 4 48


(67)

Sutrisni 5 Curah 8.500 1.500.000 6 5 49

Jamlah 3 Curah 8.500 300.000 6 3 62

Siti Rahayu 6 Merek 8.250 2.000.000 12 4 36

Ponisem 7 Curah 9.000 1.200.000 6 4 46

Fachnida 300 Curah 8.200 6.000.000 12 4 48

Rita 8 Curah 8.500 2.000.000 12 6 45

Nurlela 5 Curah 9.000 2.500.000 15 5 54

Jumiati 3,5 Curah 9.000 1.700.000 6 4 41

Erlis Suriani 3 Curah 8.000 2.500.000 6 3 43

Sumini 15 Curah 7.500 4.500.000 9 3 53

Nisa 5 Curah 8.500 2.000.000 12 4 32

Addina 4 Curah 8.000 1.500.000 9 4 50

Veni 3 Merek 9.000 2.500.000 17 3 35

Rina 6 Curah 7.800 1.800.000 12 3 28

Jamlilah 8 Curah 7.600 2.000.000 12 5 32

Ester 6 Curah 7.500 1.500.000 12 4 30

Eva 7 Curah 8.000 2.500.000 17 5 35

Ratna 8 Merek 9.000 2.500.000 15 6 37

Nora 6 Curah 7.900 2.000.000 17 4 28

Netty asmawaty 4,5 Merek 7.500 2.000.000 12 7 47

Nuriah Hasballah 3,75 Merek 7.500 1.800.000 17 4 62

Reina Fahwid 1,5 Merek 7.500 2.500.000 17 2 23

Partini 3,75 Merek 8.250 1.250.000 12 5 54

Yusnidah 3 Merek 7.500 2.500.000 17 5 48


(68)

Ismaliyah 4,5 Merek 7.500 3.000.000 12 6 41

Risma Rita 3 Merek 7.500 3.000.000 12 6 45

Kiki Indriaty 3 Merek 7.500 5.000.000 17 8 31

Siti Masnun 3 Merek 7.500 4.000.000 15 5 40

Sri Romaito 3,75 Merek 6.375 5.000.000 17 7 27

Marli Desna 3 Merek 9.000 1.800.000 17 5 28

Sutinah 4,5 Merek 7.500 2.000.000 12 4 31

Purwati 1,5 Merek 7.500 1.000.000 12 1 23

Evi Wulandini 3 Merek 7.875 8.000.000 17 3 47

Rubi 3 Merek 8.250 1.500.000 12 3 52

Maria 2,25 Merek 7.500 5.000.000 17 3 50

Iriani Hanum 3,75 Merek 7.500 1.500.000 12 4 49

Sri Wardani 3,75 Merek 9.000 3.000.000 17 4 38


(1)

(2)

(3)

Lampiran 8. Hasil Elastisitas

a. Hasil elastisitas minyak goreng curah dan bermerek

Ŷ = 5,549 – 3,437E-4X1 - 3,495E-7X2 + 0,041X3 + 0,636X4

(2,527) (1,216) (1,266) (0,755) (4,089)

Elastisitas Harga = koefisien X1 x Prata-rata / Qrata-rata

= – 3,437E-4 x 8169/5,2

= - 0, 53

Elastisitas Pendapatan = koefisien X2 x Prata-rata / Qrata-rata

= - 3,495E-7 x 2168750/5,2

= - 0,144

b. Hasil elastisitas minyak goreng curah

Ŷ = 9,694 – 7,721E-4X1 - 3,793E-7X2 + 0,023X3 + 0,636X4

(2,913) (1,992) (0,982) (0,374) (3,504)

Elastisitas Harga = koefisien X1 x Prata-rata / Qrata-rata

= – 7,721E-4 x 7901/5,2

= - 1, 17

Elastisitas Pendapatan = koefisien X2 x Prata-rata / Qrata-rata

= - 3,793E-7 x 1973684/5,2


(4)

Lampiran 12. Hasil Uji Park (Heterokedastisitas)

a. Hasil uji Park minyak goreng curah dan bermerek

Regression Statistics

Multiple R 0,132

R Square 0,017

Adjusted R Square -0,035 Standard Error 1,73

Observations 80

ANOVA

Df SS MS F Significance F

Regression 4 3,97 0,99 0,331 0,855

Residual 75 224,67 2,99

Total 79 228,64

Coefficients Standard Error t Stat Sig.

Intercept -21,88 25,64 -0,85 0,39

X 1Harga 1,46 2,91 0,50 0,62

X 2 Pendapatan 0,69 0,79 0,87 0,38 X 3 Pendidikan -0,57 0,79 -0,71 0,47 X 4 Jlh Anggota

Keluarga -0,27 0,81 -0,34 0,73

b. Hasil uji Park minyak goreng curah Regression Statistics

Multiple R 0,28

R Square 0,08

Adjusted R Square 0,01 Standard Error 2,78

Observations 57

ANOVA

df SS MS F Significance F

Regression 4 36,029 9,01 1,16 0,33

Residual 52 403,08 7,75


(5)

Coefficients Standard Error t Stat Sig.

Intercept 62,02 67,23 0,92 0,36

X 1Harga -9,68 6,96 -1,39 0,17

X 2 Pendapatan 1,96 1,59 1,23 0,22 X 3 Pendidikan -2,23 1,48 -1,50 0,13 X 4 Jlh Anggota

Keluarga 0,72 1,52 0,47 0,63

c. Hasil uji Park minyak goreng bermerek Regression Statistics

Multiple R 1

R Square 1

Adjusted R Square 1 Standard Error 3,6E-14

Observations 41

ANOVA

Df SS MS F Significance F

Regression 4 22,35 5,58 4,27E+27 0

Residual 36 4,7E-26 1,31E-27

Total 40 22,35

Coefficients Standard Error t Stat P-value

Intercept 34,81 7,02E-13 4,95E+13 0

X 1Harga 3,76E-13 6,96E-14 5,39 4,41E-06

X 2 Pendapatan 2 1,92E-14 1,03E+14 0

X 3 Pendidikan -1,76E-16 4,13E-14 -0,004 0,99 X 4 Jlh Anggota


(6)

Lampiran 13. Karakteristik Sampel Minyak Goreng Curah dan Bermerek a. Sampel Minyak Goreng Curah dan Bermerek

No Karakteristik Sosial Ekonomi

Satuan Range Rata-rata

1 Jumlah Konsumsi Kg/Bln 1,5- 300 8,32

2 Harga Minyak Goreng

Rp/Kg 6.375 – 12.000 8.148,60

3 Tingkat Pendidikan Tahun 6 – 17 13,56

4 Tingkat Pendapatan Rp/Bulan 300.000- 8.000.000

2.411.363,64

5 Jumlah tanggungan Orang 1 – 11 4,4

b. Sampel Minyak Goreng Curah N

o

Karakteristik Sosial Ekonomi

satuan Range Rata-rata

1 Jumlah Konsumsi Kg/Bln 3 – 300 5,21

2 Harga Minyak Goreng

Rp/Kg 7.400 – 9.000 7.900,87

3 Tingkat Pendidikan Tahun 6 – 17 12,54

4 Tingkat Pendapatan Rp/Bulan 300.000- 3.500.000 1.973.684, 21

5 Jumlah Tanggungan Orang 2 – 11 4,1

c. Sampel Minyak Goreng Bermerek N

o

Karakteristik Sosial Ekonomi

satuan Range Rata-rata

1 Jumlah Konsumsi Kg/Bln 1,5- 8 4,3

2 Harga Minyak Goreng

Rp/Kg 6.375 – 12.000 8.312,20

3 Tingkat Pendidikan Tahun 12 – 17 15,3

4 Tingkat Pendapatan Rp/Bulan 1.000.000- 8.000.000

2.703.658,5 3