Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Minyak Goreng Curah Di Kota Medan

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN

MINYAK GORENG CURAH DI KOTA MEDAN

T E S I S

Oleh

M. IDRIS

077018042/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN

MINYAK GORENG CURAH DI KOTA MEDAN

T E S I S

Diajukan sebagai salah satu sarat utuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

OLEH

M. IDRIS 077018042/EP


(3)

Judul Penelitian : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Minyak Goreng Curah Di Kota Medan

Nama Mahasiswa : M. Idris Nomor Pokok : 077018042

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr.Murni Daulay, M.Si) (Drs. Iskandar Syarief, M.A)

Ketua, Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Dr.Murni Daulay, M.Si) (Prof. Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,M.Sc)


(4)

Telah diuji pada


(5)

ABSTRAK

M. IDRIS, 2009, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Minyak Goreng Curah Di Kota Medan, dibawah bimbingan, Murni Daulay (Ketua), Iskandar Syarief (Anggota).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan minyak Goreng Curah di Kota Medan. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah Harga minyak goreng curah, pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga terhadap permintaan minyak goreng curah.

Penelitian ini menggunakan data primer, dari 100 Orang responden dengan menggunakan kuesioner, dianalisis dengan menggunakan multipleregression dengan metode Ordinary Least Square. dan dengan alat bantu Soft Ware EVIEWS. Versi,4.0 Hasil Penelitian ini menemukan bahwa faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi permintaan minyak goreng curah di kota Medan adalah jumlah anggota rumah tangga dan pendapatan rumah tangga, sedangkan harga minyak goreng curah tidak signifikan terhadap permintaan minyak goreng curah.


(6)

ABSTRACT

M. IDRIS, 2009, Factors that influence on the demand for non-package Cooking Oil In Medan, under Supervized, Murni Daulay as a head and Iskandar Syarief as a Member.

The aim of this research to find out the factors which influence on the demand for non-package cooking oil in Medan. The variables employ in this research is price non-package cooking oil, income of household, household members,

The research employs primary data which are collected from the field. Sample taken from 100 respondents by using quessionaires. The analysis used multiple regression, and the method used is Ordinary Least Square..

The result showed that all variables such as price non package cooking oil is not significant,meanwhile income and household members influence on the demand for non-package significantly at α = 1 % level..


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-NYA Tesis ini dapat diselesaikan Sholawat dan Salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad S.A.W. Penelitian ini berjudul “ FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN MINYAK GORENG CURAH DI KOTA MEDAN”. Tulisan ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi program magister ekonomi pembangunan sekolah pasca sarjana universitas sumatera utara.

Dalam menyelesaikan Tesis ini, Penulis telah mendapat bimbingan, arahan dan saran-saran yang konstruktif dari dosen komisi pembimbing. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis megucapkan banyak terim kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Ibu Dr.Murni Daulay M.Si, sebagai ketua komisi pembimbing sekaligus sebagai ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan, Bapak Drs. Iskandar Syarief.M.A, sebagai anggota komisi pembimbing, atas kesempatan waktu dan pikiran yang telah diberikan, yang dimulai dari penulisan proposal sampai selesainya penulisan tesis ini.

Selanjutnya ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah turut membantu dan berpartisipsi mulai dari awal hingga berakhirnya studi ini, yakni, kepada:

1 Bapak dan ibu Staf pengajar pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, yang dengan tulus dan ikhlas telah memberikan ilmu dan pengetahuan selama penulis mengikuti program ini.

2 Bapak Prof. Chairuddin.P.Lubis,DTM & H, Sp.A(k) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara dan Ibu Prof.Dr.Ir. Chairunnisa, M.Sc selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universits Sumatera Utara


(8)

3 Rekan-rekan seperjuangan khususnya angkatan XIII Program Studi Ekonomi Pembangunan

4 Kepada kedua orangtua, kakak, abang, adik, istri, serta ananda tercinta senantiasa mendo’akan dan memberi semangat, perhatian dan kasih sayang dalam menyelesaikan Studi ini

Semoga niat baik dan bantuan baik secara moril maupun sprirituil dari semua pihak dinilai dan diridhoi Allah SWT dan diberi ganjaran pahala yang berlipat ganda. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun (konstruktif) untuk lebih baiknya tulisan ini dimasa yang akan datang.

Penulis berharap bahwa tesis penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya, secara khusus pula tulisan ini sangat bermanfaat kepada penulis. Demikian yang dapat penulis sampaikan atas perhatian dan kerjasama semua pihak penulis ucapkan banyak terimakasih.

Medan, Agustus 2009 Penulis,


(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama : M. Idris

Alamat : Jalan. Nusantara/Perbatasan No.3 Tembung.

Agama : Islam

Umur : 47 Tahun

Tempat/Tanggal lahir : Medan, 12-02-1962 Jenis Kelamin : laki –laki

Warganegara : Indonesia Nama Orang Tua laki-Laki : Hasyim Nasution Nama Orang Tua Perempuan : Nurmala Lukman

PENDIDIKAN FORMAL

1968 – 1973 Lulusan SD di Medan Berijazah

1974 – 1976 Lulusan SMP di Medan Berijazah

1977 – 1980 Lulusan SMEA di Medan Berijazah 1981 – 1987 Lulusan Universitas Medan Area (S1) Berijazah 2007 – 2009 Sekolah Pasca Sarjana USU (S2)


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUANPUSTAKA... 8

2.1. Landasan Teori... 8

2.2. Teori Permintaan... 9


(11)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

3.1. Ruang Lingkup Penelitian... 32

3.2. Jenis Dan Sumber Data ... 32

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

3.4. Teknik Pengumpulan Data... 34

3.5. Model Analisis ... 34

3.6. Metode Analisis Data... 35

3.7. Definisi Operasional... 35

3.8. Uji Kesesuaian ... 36

3.8.1. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 36

3.8.2. Multikolinearitas ... 37

3.8.3. Heteroskedastisitas... 37

3.8.4. Normalitas ... 38

3.8.5. Linearitas... 38

3.8.6. Reliabilitas (Konsistensi) ... 39

3.8.7. Validitas (keabsahan) ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 42

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 42

4.1.1. Perkembangan Permintaan Minyak Goreng Curah... 44

4.1.2. Perkembangan Harga Minyak Goreng Curah ... 45

4.1.3. Perkembangan Pendapatan penduduk ( rumah tangga ) Kota Medan... 46

4.1.4. Perkembangan Jumlah Anggota Rumah Tangga ... 47

4.2. Pembahasan... 48

4.2.1. Hasil Estimasi ... 48

4.2.2. Harga Minyak Goreng Curah... 49

4.2.3. Pendapatan Rumah Tangga... 50


(12)

4.3. Uji Asumsi Klasik ... 51

4.3.1. Uji Multikolinearitas ... 51

4.3.2. Uji Normalitas... 52

4.3.3. Uji Linieritas ... 53

4.3.4. Uji Heteroskedastisitas... 54

4.3.5. Uji Reliability (Konsistensi) ... 55

4.3.6. Uji Validitas (Keabsahan) ... 56

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

5.1. Kesimpulan ... 57

5.2. Saran... 58


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Lokasi populasi rumah tangga dan jumlah penduduk yang dijadikan

sampel penelitian... 33

4.1. Responden penelitian berdasarkan usia ... 42

4.2. Responden penelitian berdasarkan pendidikan ... 43

4.3. Permintaan minyak goreng curah di Kota Medan per bulan tahun 2006 dan 2007 ... 44

4.4. Harga minyak goreng curah di Kota Medan per bulan tahun 2006 dan 2007 ... 45

4.5. Perkembangan Pendapatan penduduk (rumah tangga) kota Medan per bulan tahun 2006 dan 2007 ... 46

4.6. Jumlah rata-rata anggota keluarga per rumah tangga di Kota Medan selama sepuluh tahun dari tahun 1998 s/d 2008... 47

4.7. Hasil estimasi residual dan Chi-Square Propability Distribution ... 52

4.8. Uji Ramsey Test ( Ramsey RESET test )... 53


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kurva Penawaran dan Permintaan ... 8

2.2. Kurva fungsi permintaan (demand) ... 10

2.3 Kurva Permintaan Perseorangan dan Pasar... 14

2.4. Kurva permintaan... 17

2.5 Kerangka pikir analisis permintaan minyak goreng curah di kota Medan... 30


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 61

2. Hasil penelitian lapangan ... 63

3. Hasil Uji QD=f (X1 X2 X3) ... 66


(16)

ABSTRAK

M. IDRIS, 2009, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Minyak Goreng Curah Di Kota Medan, dibawah bimbingan, Murni Daulay (Ketua), Iskandar Syarief (Anggota).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan minyak Goreng Curah di Kota Medan. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah Harga minyak goreng curah, pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga terhadap permintaan minyak goreng curah.

Penelitian ini menggunakan data primer, dari 100 Orang responden dengan menggunakan kuesioner, dianalisis dengan menggunakan multipleregression dengan metode Ordinary Least Square. dan dengan alat bantu Soft Ware EVIEWS. Versi,4.0 Hasil Penelitian ini menemukan bahwa faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi permintaan minyak goreng curah di kota Medan adalah jumlah anggota rumah tangga dan pendapatan rumah tangga, sedangkan harga minyak goreng curah tidak signifikan terhadap permintaan minyak goreng curah.


(17)

ABSTRACT

M. IDRIS, 2009, Factors that influence on the demand for non-package Cooking Oil In Medan, under Supervized, Murni Daulay as a head and Iskandar Syarief as a Member.

The aim of this research to find out the factors which influence on the demand for non-package cooking oil in Medan. The variables employ in this research is price non-package cooking oil, income of household, household members,

The research employs primary data which are collected from the field. Sample taken from 100 respondents by using quessionaires. The analysis used multiple regression, and the method used is Ordinary Least Square..

The result showed that all variables such as price non package cooking oil is not significant,meanwhile income and household members influence on the demand for non-package significantly at α = 1 % level..


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Minyak Goreng adalah salah satu komoditi dari sembilan bahan pokok kebutuhan masyarakat yang dihasilkan dari produk CPO, diolah menjadi Stearin Oil sebagai bahan dasar pembuatan minyak goreng. Provinsi Sumatera Utara merupakan daerah penghasil minyak Nabati (Bahan Bakar Nabati/BBN) atau Crude Palm Oil

(CPO/minyak kelapa sawit), dan memiliki Pabrik Kelapa Sawit (PKS) terbesar di Indonesia.. Produksi CPO Indonesia diperuntukkan sebagai berikut :

1. Ekspor = 52 % 2. Stearin Industri = 37 % 3. Margarin Industri = 3 % 4. Soap Industri = 3 % 5. Oleochemical = 5 %

Dari data tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 37 % dari total produksi CPO (produksi nasional) diolah menjadi Stearin Oil sebagai bahan baku


(19)

Data dari Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Sumatera Utara, (2007), bahwa jumlah produksi minyak goreng di Provinsi Sumatera Utara sebesar 2.115.244 ton, ( kemasan dan curah) atau 42,34 % dari produksi nasional dan kebutuhan untuk kota Medan sebesar 127.596 ton.

Produksi minyak goreng di Sumatera Utara selain untuk tujuan ekspor juga di perdagangkan melalui antar pulau termasuk keluar pulau Sumatera seperti pulau Jawa, kebutuhan masyarakat berdasarkan data tahun 2005 di kota Medan sebesar 117.000 ton dengan harga /kg rata-rata Rp. 4.675,- dimana harga pada tahun berjalan sesuai dengan mekanisme pasar, tanpa ada campur tangan Pemerintah baik Pusat maupun daerah. dan dengan tingkat Inflasi sebesar 22,41 %. Sebelum masa krisis moneter tahun 1998 perdagangan minyak goreng berjalan cukup lancar dan harga di pasar relatif stabil. Hal ini karena rangsangan ekspor tidak begitu tinggi, sehingga para processor lebih memilih pemasaran lokal (dalam negeri) daripada ekspor di mana harga minyak goreng curah pada tahun itu hanya Rp. 1.700/kg,-

Bila di lihat dari perkembangan harga CPO diprediksi akan merosot hingga 46 % pada tahun 2009 (Medan Bisnis, Hal.1, 18 Nov. 2008), hal ini disebabkan karena kelebihan Supply sementara Industri Biofuel yang diharapkan bisa menggenjot permintaan (Demand) justru semakin memudar. Berdasarkan laporan CLSA (Asia Fasific Markets), harga CPO pada tahun 2009 hanya mencapai 1.455 ringgit Malaysia (US $ 405) per ton dan CLSA memprediksi tahun 2010 harga CPO akan turun sebesar 32 %. Sementara harga sampai saat ini sudah mengalami penurunan


(20)

hingga 68 % sejak level tertingginya dicapai pada Maret 2008 sebesar 4.486 Ringgit Malaysia per ton.

Di Indonesia setelah masa krisis moneter harga minyak goreng dipasar mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu mencapai harga Rp.2.925 /kg atau terjadi kenaikan 70 %, pemicu kenaikan harga disebabkan rangsangan ekspor di mana terjadi kenaikan harga di luar negeri dan melemahnya nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar. Kenaikan harga minyak goreng di pasar semakin tinggi terjadi pada bulan Mei tahun 1998 akibat terjadinya kerusuhan massa dan terganggunya distribusi minyak goreng.

Untuk menjaga kestabilan harga dan memperlancar distribusi minyak goreng dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, maka pemerintah mengambil beberapa langkah kebijakan sebagai berikut :

1. Melarang ekspor komoditi minyak sawit (CPO) dan turunannya (termasuk minyak goreng).

2. Mencabut kembali larangan ekspor yaitu membuka pintu ekspor komoditi minyak CPO dan turunannya termasuk minyak goreng tetapi dengan pengenaan pajak ekspor untuk komoditi minyak goreng sebesar 60 % yang pada mulanya 40 %.


(21)

4. Namun pelaksanaannya dilapangan terjadi dualisme harga minyak goreng di pasar yaitu harga yang ditetapkan pemerintah melalui operasi pasar dan harga dari supplier (distributor) minyak goreng, maka pemerintah membuat kebijakan dengan menarik kembali (mencabut) subsidi minyak goreng, sehingga KDI hanya mendapat subsidi sedikit saja, agar tidak terjadi dualisme harga pasar. Dan harga tebus saat ini adalah Rp. 4.365 /kg yang diharapkan harga sampai di konsumen paling tinggi Rp. 5.000 /kg.

Kebijakan tersebut adalah dalam upaya untuk mendorong percepatan dan teraturnya penyaluran minyak goreng terutama bentuk curah kepasar sekaligus memperkokoh kemampuan KDI beserta seluruh mitra usahannya baik koperasi maupun pengecer non koperasi. Serta kebijakan ini ditempuh untuk menghilangkan dualisme harga dengan membebaskan harga jual minyak goreng oleh KDI yang disesuaikan dengan tingkat harga yang berkembang di pasar.

Data detikcom 29 Maret 2008 yang disampaikan oleh Deputi Menko Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan bahwa untuk menekan harga maka minyak goreng curah akan dikonversi ke bentuk kemasan untuk konsumsi rumah tangga, tujuannya adalah untuk menahan laju fluktuasi harga minyak goreng curah dipasaran, karena minyak goreng curah sangat rentan terhadap fluktuasi harga yang terjadi. Saat ini harga minyak goreng curah lebih berfluktuasi dibandingkan minyak goreng kemasan. Apabila diiginkan harga minyak goreng curah stabil maka salah satu instrument strukturalnya adalah dengan memperbesar porsi minyak goreng kemasan.


(22)

Dampak krisis ekonomi global saat ini diharapkan pemerintah daerah, maupun dunia usaha kiranya tanggap dengan melaksanakan operasi pasar minyak goreng, terutama minyak goreng curah karena merupakan kebutuhan pokok masyarakat disamping kebutuhan untuk usaha industri kecil (Indusri kreatif) seperti Industri makanan (goreng-gorengan) yang pada umumnya meggunakan minyak goreng curah karena harganya relative rendah bila dibandingkan harga minyak goreng kemasan, sehingga dapat menekan biaya produksi. Disamping itu juga perlu diperhatikan masyarakat yang berpenghasilan rendah yang masih membeli minyak goreng curah secara “cantingan”, yaitu membeli satu gelas sehari..

Berbagai permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh Pemerintah daerah maupun Pemerintah Pusat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan minyak goreng. Berdasarkan permasalahan serta upaya-upaya Pemerintah dalam menstabilkan serta memperlancar distribusi dan mengamankan pasokan permintaan minyak goreng curah kepada konsumen maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul sebagai berikut ” FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN MINYAK GORENG CURAH DI KOTA


(23)

1.2. Perumusan Masalah

Dari hasil pengamatan dan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan serta berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan masalah yang timbul adalah sebagai berikut :

1. Berapa besar pengaruh harga minyak goreng curah terhadap permintaan minyak goreng curah.

2. Berapa besar pengaruh pendapatan rumah tangga terhadap permintaan minyak goreng curah.

3. Berapa besar pengaruh jumlah anggota rumah tangga terhadap permintaan minyak goreng curah

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Untuk melihat pengaruh harga minyak goreng curah terhadap permintaan minyak goreng curah

2. Untuk melihat pengaruh pendapatan rumah tangga terhadap permintaan minyak goreng curah.

3. Untuk melihat pengaruh jumlah anggota rumah tangga terhadap permintaan minyak goreng curah


(24)

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan selesainya penelitian ini diharapkan hasilnya mampu memberikan kontribusi dan sekaligus memberi manfaat, pertama sebagai sumbangan konseptual, dan manfaat kedua sebagai sumbangan praktis yaitu :

1. Menambah wawasan dan Ilmu pengetahuan peneliti yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan minyak goreng curah

2. Memberi masukan kepada Pemerintah dalam melakukan perencanaan.

3. Sebagai bahan acuan untuk peneliti berikutnya terutama yang berminat untuk meneliti mengenai sektor produksi CPO serta produk turunannya.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Harga dari suatu produk (P) ditentukan oleh keseimbangan antara tingkat harga yang ditawarkan (S) dengan tingkat keinginan dari orang-orang yang memiliki kekuatan membeli yaitu Permintaan (D). Gambar 2.1 dibawah ini memperlihatkan perpotongan kurva permintaan dengan kurva penawaran pada satu titik keseimbangan yaitu titik E yang menunjukkan jumlah barang dan harga. (Wikipedia,2008).

P D S

E P

Q Q

Gambar 2.1. Kurva Penawaran dan Permintaan

Dimana : D = Permintaan S = Penawaran

P = Harga barang Q = Kuantitas barang


(26)

Penawaran dan Permintaan dalam ilmu ekonomi adalah menggambarkan atas hubungan-hubungan di pasar, antara para calon pembeli dengan penjual dari suatu barang. Model permintaan dan penawaran digunakan untuk menentukan harga dan kuantitas yang terjual di pasar. Model ini sangat penting untuk melakukan analisa ekonomi mikro terhadap perilaku para pembeli dan penjual, serta interaksi mereka di pasar. Ia juga digunakan sebagai titik tolak dari berbagai model teori ekonomi lainnya. Model ini memperkirakan bahwa dalam suatu pasar yang kompetitif, harga akan berfungsi sebagai penyeimbang antara kuantitas yang diminta oleh konsumen dan kuantitas yang ditawarkan oleh produsen, sehingga terciptalah keseimbangan ekonomi antara harga dan kuantitas. Model di atas mengakomodasi kemungkinan adanya faktor-faktor yang dapat mengubah keseimbangan, yang kemudian akan terjadi pergeseran permintaan atau penawaran.

2.2. Teori Permintaan

Permintaan adalah berbagai jumlah barang dan jasa yang diminta pada berbagai tingkat harga pada waktu tertentu, artinya dalam berbagai tingkat harga terdapat sejumlah barang yang diminta, hubungan antara tingkat harga dan jumlah


(27)

P D

P1

Q1 Q

Gambar 2.2. Kurva fungsi permintaan (demand)

Dimana, P = Harga

Q = Produk (barang dan jasa) P1 = Harga pasar

Q1 = kuantitas barang

Miringnya slope kurva permintaan tersebut menunjukkan adanya hukum permintaan, dan lurusnya kurva permintaan menunjukkan adanya anggapan ceteris paribus. Sebenarnya, permintaan konsumen terhadap suatu barang tidak hanya dipengaruhi oleh harga dari barang itu sendiri, melainkan juga dipengaruhi oleh pendapatan konsumen, harga barang lain, selera, dan lain sebagainya, secara matematis hal itu dapat dirumuskan dalam formula sebagai berikut (Wikipedia,2008): Dx = f (Px, Y, Py, T, u)

Dimana,

Dx = Jumlah barang yang diminta Px = Harga barang itu sendiri Y = Pendapatan Konsumen


(28)

Py = Harga barang lain

T = Selera

u = Faktor-faktor lainnya

Apabila terjadi perubahan faktor yang mempengaruhi permintaan selain harga, maka akan terjadi perubahan permintaan. (pergeseran kurva permintaan ke atas atau ke bawah ).

Hukum Permintaan (The law of demand) mengatakan bahwa pada hakikatnya makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut..Jadi apabila harga suatu barang naik, maka pembeli akan mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti barang tersebut, dan sebaliknya apabila barang tersebut turun, konsumen akan menambah pembelian terhadap barang tersebut.

Kaedah permintaan secara sederhana dapat dinyatakan sebagai berikut :

1. Pada saat harga barang tinggi, maka permintaan akan barang tersebut sedikit, asalkan hal-hal lain sama/tetap (ceteris paribus)


(29)

Citarasa/selera/trend masyarakat juga akan mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang. Arus globalisasi, pola makan dan pendapatan juga sosial seperti gengsi, pendidikan/pengetahuan, ketersediaan barang dan harga barang, bahkan dalam struktur masyarakat tertentu gaya hidup berpengaruh pada gaya konsumsi dan budaya gengsi lebih menonjol dalam pilihan barang konsumsi (Ariani,2003)

Jumlah penduduk juga akan mempengaruhi permintaan, yaitu pertambahan jumlah penduduk akan diakui oleh adanya kesempatan kerja. Dengan demikian akan merubah daya beli masyarakat, selanjutnya akan menambah permintaan berbagai barang (Wikipedia, 2008).

Dari sudut ilmu ekonomi pengertian permintaan sedikit berbeda dengan pengertian permintaan sehari-hari dimana makna pengertiannya diartikan secara absolut yaitu jumlah barang yang dibutuhkan, sedangkan dari kacamata ekonomi permintaan baru mempunyai makna apabila didukung oleh tenaga beli permintaan barang yang disebut dengan permintaan efektif.

Terdapat dua model dasar permintaan yang berkaitan dengan harga. Pertama, sifat keterkaitan disebabkan kenaikan harga menyebabkan para pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti ke atas barang yang mengalami kenaikan harga. Sebaliknya, apabila harga turun maka orang mengurangi pembelian ke atas barang lain dan menambah pembelian ke atas barang yang mengalami penurunan harga. Kedua, kenaikan harga menyebabkan pendapatan riel para pembeli berkurang (Sukirno, 2001).


(30)

Di dalam analisa ekonomi diasumsikan bahwa permintaan suatu barang terutama dipengaruhi oleh variabel harga barang itu sendiri, sedangkan variabel lain tidak mengalami perubahan atau ceteris paribus. Adapun variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan seseorang atau masyarakat antara lain harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut, pendapatan masyarakat, citarasa masyarakat, dan jumlah penduduk. Dari kondisi di atas dapat dijelaskan bahwa permintaan terhadap suatu barang sangat dipengaruhi oleh banyak variabel. Dan masing-masing variabel mempunyai pengaruh yang berbeda pula terhadap permintaan suatu barang (Sukirno,2001).

Teori Permintaan diturunkan dari perilaku konsumen dalam mencapai kepuasan maksimum menggunakan barang yang dikonsumsi dengan katerbatasan anggaran yang dimiliki. seperti dijelaskan pada gambar 2.3, yaitu kurva yang menunjukkan hubungan antara jumlah maksimum barang yang dibeli oleh konsumen dengan harga alternatif pada waktu tertentu ceteris paribus. Permintaan pasar (market demand) merupakan penjumlahan horizontal dari seluruh permintaan individu terhadap komoditi yang sama dan pada waktu yang sama (Sukirno, 2001).


(31)

Harga Ribu (Rp) Harga Ribu (Rp) Harga Ribu (Rp) 5

4 3 2

D D D

1

20 40 60 80 20 40 40 80 120 1) Permintaan Ali 2) Permintaan Badu 3) Permintaan Pasar

Gambar 2.3. Kurva Permintaan Perseorangan dan Pasar

Kemampuan membeli seseorang sangat tergantung oleh dua unsur pokok yaitu pendapatan yang akan dibelanjakan dan harga yang dikehendaki. Apabila pendapatan yang akan dibelanjakan oleh seseorang berubah maka jumlah barang yang diminta juga berubah. Demikian juga halnya harga barang yang dikehendaki juga berubah. Secara matematis pengaruh perubahan harga dan pendapatan terhadap jumlah barang yang diminta dapat diketahui secara serentak bahkan metode matematis tidak akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan pengaruh dari tiga atau lebih variabel terhadap jumlah barang yang diminta.

Permintaan terhadap suatu komoditi yang dihasilkan oleh produsen terjadi karena konsumen bersedia membelinya. Komoditi yang dikonsumsi mempunyai sifat yang khas sebagaimana yang terdapat dalam faktor produksi yaitu semakin banyak komoditi tersebut di konsumsi, maka kegunaan komoditi tersebut semakin berkurang,

5 4 3 2 1 5 4 3 2 1


(32)

dengan keadaan ini berarti pembeli akan bersedia membeli lebih banyak komoditi jika harga satuan dari komoditi tersebut menjadi lebih rendah (Sugiarto, 2000).

Fungsi permintaan adalah persamaan yang menunjukkan hubungan antara jumlah permintaan suatu barang dan semua faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan seperti yang telah disebutkan, maka dapat disusun fungsi permintaan secara umum, sebagai berikut (Sugiarto,2000):

Qd = f ( Pd, Ps, Y, D, S ) Dimana :

Qd = Jumlah barang yang diminta Pd =Harga barang itu sendiri Ps = Harga barang substitusi Y = Jumlah pendapatan

D = Jumlah anggota rumah tangga S = Selera

Fungsi permintaan tersebut merupakan fungsi umum sehingga belum bisa memberikan keterangan secara spesifik seberapa besar pengaruh dari masing-masing


(33)

Dengan demikian fungsi permintaan ini dapat untuk menganalisis semua faktor-faktor secara simultan atau bersama-sama sekaligus. Tentu saja fungsi ini tidak dapat digambarkan dalam diagram dua dimensi, seperti kurva permintaan. (Nainggolan,dkk,2005).

Permintaan akan sesuatu barang fluktuasinya akan sangat bergantung kepada beberapa faktor antara lain (Sukirno, 2002):

1. Adanya perubahan harga dari sesuatu produk yang dikenal konsumen yang bervariasi dibawah patokan harga pasar.

2. Ketika terjadi perkembangan dan perubahan tingkat kehidupan penduduk (RT) yang lebih baik, maka permintaan suatu barang akan semakin meningkat, khususnya barang-barang berkualitas.

3. Perkembangan dan peningkatan income penduduk perkapita (Rumah Tangga). Ketika pendapatan seseorang naik, akan meningkatkan konsumsi yang berarti juga meningkatkan permintaan terhadap suatu jenis barang.

4. Pergeseran dalam kebiasaan, selera/citarasa dan kesukaan penduduk (RT). Pergeseran selera/citarasa masyarakat terjadi karena adanya perubahan dalam faktor-faktor yang mendasari permintaan tersebut, seperti kenaikan pendapatan. Seseorang dengan pendapatan yang lebih baik cenderung untuk mengganti suatu barang yang digunakannya, khususnya menyangkut kualitas,kesehatan.


(34)

5. Kegagalan produksi yang menyebabkan langkanya produk itu dipasaran. Hal ini akan menyebabkan meningkatnya permintaan akan barang tersebut hingga waktu tertentu, dan apabila hingga waktu tersebut produk juga belum ada, maka konsumen akan mencari produk pengganti.

6. Bencana alam dan peperangan. Terjadinya bencana alam dan peperangan dapat menyebabkan peningkatan permintaan terhadap suatu jenis produk, karena terhambatnya saluran distribusi dan adanya ketidakpastian serta keterbatasan sumber daya dan ancaman keamanan menyebabkan terhambatnya aktivitas usaha. 7. Peningkatan jumlah penduduk akan meningkatkan permintaan produk karena

jumlah penduduk yang semakin banyak akan membutuhkan lebih banyak produk. Permintaan elastis dan in-elastis per periodik seperti gambar 2.4. berikut ini : Price

P2 P’2

P1 P’1


(35)

Secara sederhana hukum permintaan dapat dirumuskan sebagai berikut: Apabila harga (P) suatu komoditi naik (dan hal-hal lain tidak berubah), pembeli cenderung membeli lebih sedikit komoditi itu (Q). Demikian pula apabila harga turun, hal-hal lain tetap, kuantitas yang diminta akan meningkat (Samuelson & Nordhaus, 2001).

2.3. Pengertian Harga

Menurut Alfred dan Douglas (2001), Harga dari suatu barang adalah tingkat pertukaran barang itu dengan barang lain. Salah satu tugas pokok ekonomi itu adalah menjelaskan mengapa barang-barang mempunyai harga dan mengapa ada barang – barang yang mahal dan ada yang murah harganya. Ahli ekonomi telah menyususn teori harga umum yang biasa dipakai untuk menganalisa semua problem yang menyangkut harga, Semua problema ini seperti menyangkut harga barang-barang konsumsi, tingkat upah, tingkat devisa, harga-harga pasar modal dan sebagainya, menggambarkan prinsip-prinsip umum penentu harga.

Murti dan John dalam Marketing Mix (2001) menyatakan bahwa harga merupakan satu-satunya komponen yang menghasilkan pendapatan, sedangkan unsur lainnya dalam marketing mix menunjukkan biaya. harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya.. Dan dilanjutkan Marius dalam Jerome (1999), harga (price) adalah apa yang dibebankan untuk sesuatu.


(36)

Menurut Marius (1999) tujuan penetapan harga atas barang atau jasa yang dihasilkan antara lain:

1. Mendapat laba maksimal

2. Mendapat pengembalian investasi yang ditargetkan atau pengembalian pada penjualan bersih.

3. Mencegah atau mengurangi persaingan

4. Mempertahankan atau memperbaiki harga perlembar saham .

Murti-John (2001) menyatakan bahwa tujuan penetapan harga berdasarkan : 1. Meningkatkan penjualan

2. Mempertahankan dan memperbaiki harga perlembar saham 3. Menstabilkan tingkat harga

4. Mengembalikan investasi 5. Mencapai laba maksimum

Godam, (2008) mengatakan tujuan penetapan harga adalah sebagai berikut: 1. Mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, dengan menetapkan harga yang

kompetitif maka perusahaan akan mendulang untung yang optimal


(37)

4. Menguasai pangsa pasar. Dengan menetapkan harga rendah dibandingkan produk pesaing, dapat mengalihkan perhatian konsumen dari produk competitor yang ada di pasaran

5. Mempertahankan status quo, ketika perusahaan memiliki pasar tersendiri, maka perlu adanya pengaturan harga yang tepat agar dapat tetap mempertahankan pangsa pasar

Ada beberapa metode yang dapat digunakan sebagai rancangan dan variasi, dalam penetapan harga. Menurut Marius (1999), Harga dapat ditentukan atau dihitung berdasarkan :

1. Harga didasarkan pada biaya total ditambah laba yang diinginkan (cost plus pricing method). Metode ini adalah yang paling sederhana dimana penjualan atau produsen menetapkan harga jual untuk suatu barang yang besarnya sama dengan jumlah biaya per unit ditambah dengan suatu jumlah untuk laba yang diinginkan

(margin) pada tiap-tiap unit tersebut sehingga formula menjadi:

Cost Plus Pricing Method = Biaya Total + Laba = Harga Jual

2. Pendekatan permintaan dan penawaran (supply and demand), dari tingkat permintaan dan penawaran yang ada ditentukan harga keseimbangan (equilibrium price) dengan cara mencari harga yang mampu dibayar konsumen dan harga yang diterima produsen sehingga terbentuk jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan.


(38)

3. Pendekatan biaya (cost oriented approach), menentukan harga dengan cara menghitung biaya yang dikeluarkan produsen dengan tingkat keuntungan yang diinginkan baik dengan markup pricing dan break even analysis

Pendekatan pasar (market approach), merumuskan harga untuk produk yang dipasarkan dengan cara menghitung variabel-variabel yang mempengaruhi produksi dan harga seperti situasi dan kondisi Politik, persaingan, sosial budaya dan lain sebagainya.

2.4. Pengertian Pendapatan

Menurut Suandi (2001) yang sesuai dengan pernyataan SAK No. 23, pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan dari bunga, deviden, royalti, dan sewa. Pendapatan merupakan dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Menurutnya pendapatan timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi berikut :


(39)

b. Penjualan jasa

Penjualan jasa biasanya menyangkut pelaksanaan tugas yang secara kontraktual yang disepakati untuk dilaksanakan selama suatu periode yang disepakati oleh perusahaan.

c. Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan deviden.

Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Penghasilan/pendapatan berarti suatu penambahan aktiva/penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas. Penetapan penghasilan sangat penting bagi manajemen perusahaan dan fiskus, karena itu kesalahan-kesalahan dalam hal untuk menentukan penghasilan akan mengakibatkan informasi yang salah.

Menurut Gunardi (2003), berpendapat: Penghasilan menurut perpajakan menganut konsep pertambahan (accretion concept of income) atau komprehensif (comprehensive concept income). Konsep ini didefenisikan penghasilan secara luas dan komprehensif tanpa memperhatikan sumber dan cara perolehan.

Didalam pelaksanaan, peraturan perpajakan menurut UU No. 17 Tahun 2000, memberikan batasan yaitu dengan cara menentukan penghasilan sebagai objek dan yang tidak termasuk objek pajak. Dari beberapa pendapat diatas disimpulkan, bahwa pendapatan merupakan penambahan harta/asset dan penjualan barang


(40)

produksi. Sedangkan diperpajakan penghasilan mengenal konsep penambahan atau komprehensif.

Pendapatan regional menurut (Robinson,2006). adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat di ukur dari total pendapatan wilayah maupun pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Ada beberapa parameter yang dapat digunakan untuk mengukur adanya pembangunan wilayah. Salah satu parameter terpenting adalah meningkatnya pendapatan masyarakat, parameter lain peningkatan lapangan kerja dan pemerataan pendapatan. Jadi yang dimaksud dengan pendapatan untuk masyarakat disini adalah yang bersifat nilai tambah. Indikator inilah yang mengukur tingkat kemakmuran masyarakat setempat dengan asumsi seluruh pendapatan ini dinikmati oleh masyarakat setempat.

Dalam menghitung nilai tambah suatu sektor, biaya antara harus dikeluarkan atau dikurangkan dari nilai jual produksi pada lokasi tempat produksi. Nilai tambah inilah yang menggambarkan tingkat kemampuan menghasilkan pendapatan di wilayah tersebut. Pada umumnya yang termasuk dalam nilai tambah dalam suatu kegiatan produksi/jasa adalah berupa : Upah/gaji, laba (keuntungan), sewa tanah,


(41)

2. Laba/ keuntungan

Laba (keuntungan) adalah merupakan total nilai penjualan dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan, dimana laba merupakan pendapatan bagi pengusaha.

3. Sewa tanah

Sewa tanah diperhitungkan karena memberikan pendapatan kepada pemilik tanah. Jika petani memiliki lahan sendiri, berarti dia tidak mengeluarkan biaya sewa tetapi labanya akan meningkat. Perlu diingat bahwa sewa tanah yang dihitung adalah yang dibayarkan, sedangkan sewa tanah yang diterima karena menyewakan tanah, nilai tambahnya akan terlihat pada laba.

4. Bunga Uang

Bunga uang adalah pendapatan bagi pemilik modal karena meminjamkan uangnya untuk ikut serta dalam proses produksi. Perlu diingat bahwa bunga yang dihitung adalah yang dibayarkan, sedangkan bunga yang diterima karena membungakan uang, nilai tambahnya terlihat pada laba. Apabila petani tidak meminjam uang dalam berusaha (menggunakan modal sendiri) sehingga tidak membayar bunga maka labanya akan meningkat. Jika petani itu meminjam uang dan harus membayar bunga, labanya akan menurun.

5. Penyusutan

Penyusutan berarti menurunya harga dari alat yang dipakai dalam proses produksi, terutama alat yang dimilki sendiri. Apabila penyusutan belum dikurangkan yang diperoleh adalah nilai tambah bruto. Penyusutan ini dikurangkan untuk mendapatkan nilai tambah netto. Dalam usaha perorangan penyusutan ini sering kali


(42)

tidak didata, tetapi wujudnya dapat terlihat dari biaya peralatan yang dibeli untuk mengganti peralatan yang aus. Di dalam harga jual produksi, terdapat unsur biaya penyusutan. Dengan demikian nilai tambah yang didasarkan atas harga jual produksi bersifat bruto. Nilai tambah bruto dikurangi penyusutan akan menghasilkan nilai tambah netto atas dasar harga pasar. Perhitungan biaya penyusutan dalam pendapatan regional tidaklah atas dasar agregasi (penjumlahan) dari penyusutan per unit alat karena terlalu rumit dan memakan waktu. Akan tetapi, hal itu dilakukan untuk keseluruhan sektor berdasarkan suatu persentase rata-rata.

Konsep pendapatan (Income), Pendapatan adalah total penerimaan (uang atau bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga selama periode tertentu. Ada tiga sumber penerimaan rumah tangga, yaitu:

1. Pendapatan dari gaji dan upah. Gaji dan upah adalah balas jasa atas kesediaan seseorang menghasilkan barang/ jasa.

2. Pendapatan dari asset produktif. Asset produktif adalah asset yang meberikan pemasukan atas balas jasa penggunaannya. Ada dua asset produktif. Pertama, aset finansial, seperti tabungan/deposito yang menghasilkan pendapatan bunga; saham yang menghasilkan dividen dan keuntungan atas modal bila diperjual belikan.


(43)

Konsep kekayaan adalah nilai asset seseorang diukur pada satu waktu tertentu. Kekayaan merupakan konsep stok. Seseorang dikatakan kaya atau miskin pada satu periode tertentu bila pada saat dihitung nilai assetnya bertambah besar, dia dikatakan kaya. Tapi bila nilai asset berkurang, orang tersebut dapat dikatakan miskin. Pengertian asset adalah asset produktif dan tidak produktif (misalnya rumah dan tanah yang dibiarkan menganggur).

Pendapatan uang dan pendapatan ekonomi. Pendapatan ekonomi (Economic Income) adalah sejumlah uang yang dapat digunakan keluarga dalam satu periode tertentu untuk dibelanjakan tanpa mengurangi atau menambah asset netto. Sumber pendapatan ekonomi antara lain upah, gaji, pendapatan bunga, pendapatan sewa, penghasilan transfer dari pemerintah, dan lain – lain.

Sedangkan untuk menentukan pemerataan distribusi pendapatan, Bank Dunia membagi penduduk dalam tiga kelompok, yaitu: 1). 40% berpendapatan rendah, 2). 40% berpendapatan menengah dan 3). 20% berpendapatan tinggi.

Apabila kelompok penduduk yang berpendapatan rendah menguasai: 1. < 12% PDB berarti terdapat kesenjangan tinggi

2. 12% - 17% PDB berarti terdapat kesenjangan sedang 3. > 17% PDB berarti terdapat kesenjangan rendah

Pendapatan dianggap didistribusikan sempurna apabila setiap individu mendapat bagian yang sama dari output perekonomian. Distribusi pendapatan dianggap kurang adil jika sebagian besar output nasional dikuasai sebagian kecil penduduk.


(44)

Pendapatan didistribusikan adil sempurna baik 20% keluarga paling miskin menikmati 20% pendapatan nasional, 20% kelompok berikutnya juga menikmati 20% pendapatan nasional. Dengan demikian 40% kelompok keluarga menikmati 40% pendapatan nasional. Begitu seterusnya sehingga total akumulasinya 100%.

Pendapatan total adalah sama dengan jumlah unit output yang terjual dikalikan dengan harga output per unit. Jika jumlah unit output yang sama dengan Q dan harga jual per unit output adalah P, maka pendapatan total (TR) = Q x P. biaya usaha biasanya diklassifikasikan menjadi dua bagian yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relative jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun komoditi yang dijual banyak atau sedikit. Biaya Variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh komoditi yang dijual, contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC

( Manurung,2006).

2.5. Penelitian Terdahulu


(45)

2. Ariani (2003) Analisis Penawaran dan Permintaan komoditas kacang-kacangan dan umbi-umbian di Indonesia, variabel yang diamati 1) penurunan produktivitas kacang-kacangan dan umbi-umbian terutama akibat penurunan luas areal. sejalan dengan itu, volume impor komoditas tersebut meningkat dan ekspornya menurun 2) adanya peningkatan konsumsi produk kedelai dan ubikayu, karena ada substitusi dari pangan hewani ke nabati dan dari beras ke ubikayu, 3) perkembangan Industri pangan dan makanan ternak di Indonesia membaik, yang ditunjukkan oleh peningkatan volume dan nilai hasil produksi dengan bahan baku kacang-kacangan dan umbi-umbian, 4) dalam 10 tahun kedepan permintaan kedelai terus meningkat, sebaliknya produksinya cenderung menurun. Pada komoditas ubikayu, permintaannya juga meningkat dan produksinya akan menurun, sehingga diperkirakan pada tahun 2006, terjadi kesenjangan negatif. 3. Rustiyaningsih (2003) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan

impor barang konsumsi di Indonesia, menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor barang konsumsi di Indonesia pada tahun 1990 s/d 2003 dalam jangka pendek dan jangka panjang. Variabel yang dianalisa adalah variabel impor, Produk Domestik Bruto (PDB) dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Data penelitian merupakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai laporan Bank Indonesia dan Biro Pusat Statistic (BPS). Data yang digunakan adalah data kuartalan yang diperoleh melalui interpolasi data. alat analisis yang digunakan dalam penelitian adalah model regresi berganda


(46)

penelitian tersebut dilakukan uji stationer yang terdiri dari uji akar akar unit, uji derajat integrasi dan uji kointegrasi. Setelah dilakukan uji stationer dilanjutkan dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji multikolinearitas Kliens, uji heteroskedastisitas Park, dan Uji autokorelasi Lagrange Multiplier.uji terakhir yang dilakukan adalah uji statistic yang terdiri dari uji individual (uji t), uji serempak (uji F) dan uji koefisen determinasi (r 2 ).

4. Ketut Kariyasa (2005), Analisis penawaran dan permintaan daging sapi di Indonesia sebelum dan saat krisis ekonomi suatu analisis proyeksi swasembada daging sapi tahun 2005, mengemukakan variabel Jumlah permintaan daging sapi pada tahun t, Jumlah permintaan daging sapi pada tahun sebelumnya, laju pertumbuhan harga riel daging sapi, elastisitas permintaan daging sapi terhadap pendapatan perkapita dan laju pertumbuhan pendapatan riel perkapita.

5. Sabarman Damanik (2000), Analisis penawaran dan permintaan Lada Indonesia di pasar Internasional, variabel yang dianalisa yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor lada Indonesia adalah harga dunia, jumlah produksi lada, nilai tukar dan jumlah ekspor lada Indonesia tahun sebelumnya. Penawaran ekspor lada masing-masing negara produsen utama menunjukkan


(47)

artinya bersifat inelastis. Nilai koefisien elastisitas penawaran lada Indonesia dalam jangka pendek dan panjang sebesar 1.168 dan 4.037, artinya bersifat elastis yang memberikan informasi bahwa apabila harga berubah maka penawaran akan mengalami perubahan dengan persentase yang melebihi persentase perubahan harga. Implikasi terhadap perladaan Indonesia yaitu (a) penurunan harga lada di pasar dunia tidak merespon produksi dalam negeri

2.6. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah Variabel permintaan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti diperlihatkan pada gambar 2.5. berikut :

Gambar 2.5. Kerangka pikir analisis permintaan minyak goreng curah di kota Medan

PERMINTAAN MINYAK GORENG CURAH (Qd) HARGA MINYAK

GORENG CURAH.(X1)

PENDAPATAN

RUMAH TANGGA. (X2)

JUMLAH ANGGOTA RUMAH TANGGA. (X3)


(48)

2.7. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah penelitian, dalam penelitian ini hipotesisnya adalah :

1. Terdapat pengaruh negatif, harga minyak goreng curah terhadap permintaan minyak goreng curah, ceteris paribus

2. Terdapat pengaruh positif, pendapatan rumah tangga terhadap permintaan minyak goreng curah, ceteris paribus

3. Terdapat pengaruh positif, jumlah anggota rumah tangga terhadap permintaan minyak goreng curah, ceteris paribus


(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada permintaan minyak goreng curah di kota Medan dengan mengambil sampel 10 (sepuluh) kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini disamping menggunakan data sekunder seperti profil daerah kota Medan, jurnal, dan hasil-hasil penelitian, juga menggunakan data primer dengan melakukan observasi dan penyebaran kuesioner, serta melakukan wawancara untuk mengumpulkan informasi yang mencakup variabel yang relevan untuk keperluan penelitian ini dari masing-masing responden (Ibu rimah tangga) yang akan diteliti.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah 100 (seratus) rumah tangga yang diperkirakan dapat mewakili 274.850 rumah tangga di kota Medan. Sampel penelitian dipilih 10 (sepuluh) kecamatan yang diperkirakan dapat mewakili semua rumah tangga di kota Medan yang menggunakan minyak goreng curah sebagai kebutuhan pokok, karena 10 kecamatan ini berada di wilayah yang jumlah penduduknya terbesar.


(50)

N

n

N d 2 + 1

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode simple random sampling (Nazir, 2002) dimana perhitungan sampel diperlihatkan sebagai berikut :

Dimana :

N= Jumlah populasi

n = Jumlah samplel = Presisi 10 %

Dengan demikian besarnya sampel di 10 (sepuluh) kecamatan di kota Medan adalah sebagai berikut :

n = 1.243.270 = 1.243.270 = 99,99 dibulatkan menjadi 100. (1.243.270) (0,1) 2 + 1 12433

n = 100 rumah tangga (RT) sebagai sampel

Distribusi sampel penelitian berdasarkan populasi rumah tangga dan jumlah penduduk di 10 (sepuluh) kecamatan seperti diperlihatkan pada tabel 3.1 dibawah ini:

Tabel 3.1. Lokasi populasi rumah tangga dan jumlah penduduk yang dijadikan sampel penelitian


(51)

8. Medan Timur 111.839 25.702 10

9. Medan Sunggal 108.688 25.222 10

10. Medan Perjuangan 103.809 23.779 10

Jumlah 1.243.270 274.850 100

Sumber : Medan Dalam Angka, 2007

Alasan pemilihan kecamatan tersebut di atas didasarkan oleh karakteristik dari jumlah rumah tangga (RT) yang terbesar penduduknya.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling dari 10 (sepuluh) kecamatan dan yang digunakan sebagai sampel penelitian adalah 100 rumah tangga (RT) dengan mengambil 10 rumah tangga tiap kecamatan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan serta melakukan wawancara dan observasi.

3.5. Model Analisis

Fungsi permintaan terhadap minyak goreng curah ditentukan oleh variabel-variabel harga minyak goreng curah, pendapatan rumah tangga, dan jumlah anggota rumah tangga.

Fungsi persamaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Y = f (X1, X2, X3, ) ………..(1)

Dari fungsi diatas dapat dispesifikasikan kedalam model ekonometrika yang dapat dinyatakan dengan model ekonometrika regresi linear berganda sebagai berikut :


(52)

Qd= a +b1X1 + b2X2 + b3X3 + μ1 ……….(2)

Dimana :

Qd = Permintaan minyak goreng curah (kg/bulan) a = Konstanta

b1b2b3 = Koefisien regresi

μ1 = Variabel gangguan ( error term)

X1 = Harga minyak goreng curah ( Rp/Kg )

X2 = Jumlah pendapatan rumah tangga (Rp/bulan)

X3 = Jumlah anggota rumah tangga. ( Jiwa )

3.6. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda kuadrat terkecil biasa Ordinary Least Square (OLS) dengan alat bantu (Software) Eviews Versi 4.0.

3.7. Defenisi Operasional


(53)

3. Jumlah anggota rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan dinyatakan dalam jiwa

3.8. Uji Kesesuaian

Uji kesesuaian (test of goodness of fit) dilakukan berdasarkan perhitungan nilai koefisien determinasi (R 2) dilanjutkan dengan Uji F (F–test) dan Uji T (t– test), dimana :

a) Koefisien determinasi (R 2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar variasi variabel bebas dapat menjelaskan variasi variabel terikat.

b) Uji serempak (F-test) digunakan untuk menguji signifikansi dari semua variabel independen/bebas yang ada didalam model terhadap variabel dependen (terikat).

c) Uji parsial (t-test) digunakan untuk menguji signifikansi dari masing-masing variabel bebas secara individu terhadap variabel terikat.

3.8.1. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Pada model regresi linear berganda terdapat beberapa permasalahan yang bisa terjadi dimana secara statistik dapat mengganggu model yang ditentukan, bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang dibentuk. Untuk itu perlu dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik diantaranya adalah :


(54)

3.8.2. Multikolinearitas

Multicolinearitas timbul karena satu atau lebih variabel bebas merupakan kombinasi linear yang pasti (sempurna) atau mendekati pasti dari variabel bebas lainnya. Jika terdapat Multicolinearitas sempurna, koefisien regresi dari variabel bebas tersebut tidak dapat ditentukan variansnya, dengan nilai tak terhingga. Jika

Multicolinearitas kurang sempurna, koefisien regresi dapat ditentukan, namun variansnya sangat besar, sehingga tidak dapat menaksir koefisien secara akurat. Dalam model regresi linear, diasumsikan tidak terdapat Multckolinearitas.

3.8.3. Heteroskedastisitas

Heteroscedastisitas adalah salah satu asumsi dari model regresi linear klasik yaitu varian dari setiap kesalahan pengganggu (μ1) untuk variabel-variabel bebas

yang diketahui merupakan suatu bilangan konstan dengan symbol

σ

2 .Kondisi seperti ini disebut dengan homoscedastisitas dengan persamaan sebagai berikut :

Dimana : i = 1,2,……n

Sedangkan bila varian tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan E (μi2) =

σ

2


(55)

3.8.4. Normalitas

Untuk mengetahui apakah normal atau tidaknya faktor pengganggu (μi ) dengan J-B test (Jarque –Bera test). Adapun kriteria untuk mengetahui normal atau tidaknya dari faktor pengganggu adalah sebagai berikut:

a. Bila nilai JB dihitung (= χ2 hitung) > nilai χ2 Tabel ) maka hipotesis yang menyatakan bahwa residual, μi berdistribusi normal ditolak (dapat ditolak)

b. Bila nilai JB dihitung (= χ2 hitung < nilai χ2 Tabel )maka hipotesis yang menyatakan bahwa residual, μi berdistribusi normal diterima (tidak dapat ditolak)

3.8.5. Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan sebaiknya berbentuk linear atau tidak. Apakah suatu variabel baru relevan atau tidak dimasukkan dalam model. Untuk membuktikannya digunakan Uji Ramsey (Ramsey Reset Test), yaitu dengan membandingkan F hitung dan F Tabel, Apabila nilai F hitung >

F Tabel , maka hipotesis nol yang mengatakan bahwa spesifikasi model yang digunakan

dalam bentuk fungsi linier adalah ditolak, dan sebaliknya apabila nilai F hitung <

F Tabel , maka hipotesis nol yang mengatakan bahwa spesifikasi model yang digunakan


(56)

3.8.6. Reliabilitas (konsistensi)

Reliabilitas merupakan Instrumen untuk menghasilkan suatu data yang konsisten tentang suatu objek, meskipun Instrumen dipakai berkali-kali ditempat dan waktu yang berbeda-beda, jadi Instrumen yang reliabel adalah Instrumen yang dapat diandalkan atau dapat dipercaya.

Reliabilitas ada dua macam yaitu eksternal dan internal, reliabilitas eksternal akan tercapai apabila Instrumen tersebut secara keseluruhan (total) diperoleh hasil yang sama bila dicobakan dua kali atau lebih kepada responden yang sama (identical) atau relative sama (similar). Misalnya Checklist menghasilkan data yang sama bila digunakan pada responden yang sama dua kali atau lebih, maka Checklist ini telah memiliki reliabilitas eksternal.

Rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas eksternal ada dua cara yaitu : 1. Product Moment r = 0,87 (α ≤ 0,05)

2. Analisis Varian Annova (α ≤ 0,05)

Reliabilitas internal tercapai jika item-item di dalam satu Instrumen terbukti konsisten dengan item-item lainnya di dalam Instrumen tersebut. Misalnya satu Instrumen berisi 10 butir pertanyaan, jika 10 butir pertanyaan tersebut menghasilkan


(57)

3.8.7. Validitas (keabsahan)

Validitas Instrumen tercapai apabila Instrumen tersebut benar-benar mengukur secara akurat objek yang di ukur. Misalnya, meteran adalah alat yang valid untuk mengukur panjang atau lebar suatu objek, tetapi meteran biasa mungkin tidak lagi valid bila digunakan untuk mengukur suatu objek, dengan tuntutan akurasi sangat tinggi.

Untuk mengukur validitas suatu Instrumen seperti test, kuesioner, checklist digunakan teknik statistik korelasi misalnya korelasi pearson product moment. Terdapat dua jenis validitas yaitu eksternal dan internal. Validitas internal tercapai apabila terdapat korelasi yang signifikan antara item-item di dalam Instrumen dengan item-item lain yang terdapat di Instrumen yang sama itu. Misalnya suatu Instrumen berisi item-item pertanyaan tentang “Permintaan dan Pengeluaran” untuk minyak goreng curah” jika terdapat korelasi signifikan antara skor permintaan dengan skor pengeluaran untuk minyak goreng curah, maka didapatlah validitas Internal. dimana besarnya r1 = 0,92 (α ≤ 0,05) terdapat validitas internal yang bagus pada faktor

permintaan dan faktor pengeluaran untuk minyak goreng curah

Pengukuran validitas eksternal misalnya skor hasil test terentang dari 0 sampai 10 (termasuk pecahan seperti 5,5; 7,5 ; dan sebagainya) hasil skor tes ini

dikorelasikan dengan nilai jumlah responden sebanyak 100 rumah tangga, dengan menggunakan rumus korelasi pearson product moment :


(58)

Dimana, x = X – X

y = Y – Y atau,

N Σ XY - (ΣX) (ΣY)

r XY =

(N ΣX2 - (Σ X)2 – ( NΣY2 - (ΣY)2

r = 0,72 , α ≤ 0,01 , maka Instrumen yang diuji memiliki validitas eksternal yang cukup tinggi dan signifikan.

Σ xy

XY = ( Σ x 2 ) ( Σ y 2 )


(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Kota Medan terdiri atas 21 (dua puluh satu) kecamatan dengan luas wilayah 265,10 km2 dengan kepadatan penduduk mencapai 7,798 jiwa/ km2 yang mempunyai batas wilayah, sebelah utara berbatas dengan selat Malaka, sebelah selatan dengan kabupaten Deli serdang sebelah barat dengan kabupaten Deli Serdang sebelah timur juga berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang. Secara umum wilayah kota Medan berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang.

Objek penelitian adalah seluruh Ibu rumah tangga dikota Medan. Sampel penelitian sebanyak 10 (sepuluh) kecamatan dari 21 (duapuluh satu) kecamatan di kota Medan dengan jumlah responden sebanyak 100 Ibu rumah tangga yang diperkirakan dapat mewakili semua Ibu rumah tangga di kota Medan. Responden penelitian berdasarkan Usia seperti diperlihatkan pada tabel. 4.1. berikut ini :

Tabel 4.1. Responden penelitian berdasarkan Usia

Usia responden (tahun) Frekwensi (orang) Persentase (%)

20 s/d 30 31 s/d 40 41 s/d 60

31 30 39 31 30 39

Jumlah 100 100


(60)

Berdasarkan data pada tabel. 4.1. di atas dapat diinterpretasikan bahwa responden yang usianya antara 20-30 tahun sebanyak 31 Orang (31 %), usia antara 31-40 tahun 30 Orang (30 %), dan usia antara 41-60 tahun sebanyak 39 Orang (39 %).

Responden penelitian berdasarkan Pendidikan seperti diperlihatkan pada tabel. 4.2. berikut ini :

Tabel.4.2 : Responden penelitian berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Frekwensi (orang)

Persentase (%)

SLTP SLTA Sarjana

36 49 15

36 49 15

Jumlah 100 100

Sumber: Hasil penelitian 2009, diolah.

Berdasarkan data pada tabel. 4.2. di atas dapat diinterpretasikan bahwa responden yang berpendidikan SMP sebanyak 36 Orang (36 %), berpendidikan SMA sebanyak 49 Orang (49 %), dan yang berpendidikan Sarjana sebanyak 15 Orang (15 %).


(61)

4.1.1. Perkembangan permintaan minyak goreng curah

Perkembangan permintaan minyak goreng curah di kota Medan per bulan selama dua tahun diperlihatkan pada tabel. 4.3. sebagai berikut :

Tabel 4.3. Permintaan minyak goreng curah di kota Medan per bulan tahun 2006 dan 2007

No Bulan Permintaan minyak goreng curah (ton) Kenaikan (%)

2006 2007

1 Januari 14.900 19.210 28,93

2 Februari 14.875 19.000 27,73

3 Maret 14.800 15.400 4,05

4 April 14.800 15.800 6,76

5 Mei 14.800 15.800 6,76

6 Juni 14.850 15.700 5,72

7 Juli 14.850 15.700 5,72

8 Agustus 14.875 15.600 4,87

9 September 14.875 15.600 4,87

10 Oktober 14.850 15.530 4,58

11 November 14.850 15.525 4,55

12 Desember 14.875 15.525 4,37

Total 178.200 194.390 9,09

Sumber : Medan Dalam Angka, 2007.

Berdasarkan data pada tablel 4.3 diatas terlihat bahwa permintaan minyak goreng curah pada tahun 2007 terjadi kenaikan dibanding tahun sebelumnya 2006. Kebutuhan minyak goreng curah untuk konsumsi masyarakat kota Medan terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk kota Medan. Pada tahun 1999 sebesar 100.000 ton, tahun 2005 sebesar 117.000 ton dan pada tahun 2007 sebesar 194.390 ton. Sedangkan produksi minyak goreng di Provinsi Sumatera Utara pada Tahun 2007 berjumlah 2.115.244.ton. ( Badan Ketahanan


(62)

Pangan Prov.S.U). Artinya masyarakat kota Medan tidak perlu khawatir tentang ketersediaan minyak goreng untuk memenuhi kebutuhan

.4.1.2. Perkembangan harga minyak goreng curah

Perkembangan harga minyak goreng curah di kota Medan per bulan selama dua tahun diperlihatkan pada tabel. 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4. Harga minyak goreng curah di kota Medan per bulan tahun 2006 dan 2007

No Bulan Harga Rata-rata (Rp/kg) Kenaikan

harga (%)

2006 2007

1 Januari 4.900 5.400 10,20

2 Februari 4.875 5.400 10,77

3 Maret 4.800 5.400 12,50

4 April 4.800 5.800 20,83

5 Mei 4.800 5.800 20,83

6 Juni 4.850 5.700 17,53

7 Juli 4.850 5.700 17,53

8 Agustus 4.875 5.600 14,87

9 September 4.875 5.600 14,87

10 Oktober 4.850 5.530 14,02

11 November 4.850 5.525 13,92

12 Desember 4.875 5.525 13,33

Harga rata-rata 4.875 5.650 15,90

Sumber : Medan Dalam Angka, 2007.

Harga minyak goreng curah dari tahun 1999 s/d 2008 mengalami fluktuas, hal ini sesuai dengan situasi dan kondisi pada tahun tersebut serta kestabilan ekonomi


(63)

disebabkan banyak faktor diantaranya harga bahan baku, upah tenaga kerja, transportasi, dan juga nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (US $) .

4.1.3. Perkembangan Pendapatan penduduk (Rumah tangga) kota Medan

Perkembangan pendapatan penduduk (rumah tangga) kota Medan per bulan pada tahun 2006 dan tahun 2007 seperti terlihat pada tabel 4.5 berikut ini :

Tabel 4.5. Perkembangan Pendapatan penduduk (rumah tangga) kota Medan perbulan tahun 2006 dan 2007

No Bulan Pendapatan Rata-rata (RP) Perubahan

2006 2007 %

1 Januari 4.060.832,91 4.821.238,71 18,72

2 Februari 4.070.824,90 4.821.248,71 18,43

3 Maret 4.080.824,90 4.421.258,71 8,34

4 April 4.060.828,90 4.421.268,72 8,88

5 Mei 4.060.828,91 4.721.278,72 16,26

6 Juni 4.080.824,90 4.721.358,72 15,70

7 Juli 4.080.824,91 4.721.348,71 15,70

8 Agustus 4.070.832,90 4.621.338,71 13,52

9 September 4.070.832,90 4.621.328,71 13,52

10 Oktober 4.080.824,90 4.521.318,71 10,73

11 November 4.060.832,91 4.521.298,72 11,34

12 Desember 4.070.832,91 4.521.298,72 11,07

J u m l a h 48.849.946,89 55.455.584,57 13,52

Sumber : Medan Dalam Angka, 2007.

Tabel 4.5. di atas menunjukkan bahwa pendapatan penduduk (rumah tangga) kota Medan pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 13,52 % bila dibandingkan tahun sebelumnya 2006. Pertumbuhan rata-rata yang paling tinggi pada tahun 2007 yaitu pada bulan Januari dan Pebruari masing-masing 18,72 % dan 18,43 %.


(64)

4.1.4. Perkembangan Jumlah Anggota Rumah Tangga

Perkembangan rata-rata jumlah anggota keluarga per rumah tangga di kota Medan selama sepuluh tahun diperlihatkan pada tabel.4.6 berikut ini :

Tabel 4.6. Jumlah rata-rata anggota keluarga per rumah tangga di kota Medan selama sepuluh tahun dari Tahun 1998 s/d 2008

No Tahun Jumlah anggota keluarga

per rumah tangga (Jiwa)

1 1999 3.15

2 2000 3.50

3 2001 3.60

4 2002 3.70

5 2003 3.75

6 2004 3.80

7 2005 4.00

8 2006 4.15

9 2007 4.40

10 2008 5.00

Rata-rata 3.905

Sumber : Medan Dalam Angka, 2007.

Berdasarkan data pada tabel 4.6. di atas bahwa Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan kelestarian sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas dan persebaran penduduk tercapai optimal. Mobilitas dan persebaran penduduk yang optimal, berdasarkan pada adanya keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tampung


(65)

tahun 2006 saja penduduk kota Medan sudah mencapai 2.067. 288 jiwa dan pada tahun 2008 penduduk kota Medan sudah mencapai 2.083.156 jiwa (Medan Dalam Angka, 2007).

4.2. Pembahasan

4.2.1. Hasil Estimasi

Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan dengan menggunakan metode

Ordinary Least Square (OLS) adalah sebagai berikut :

QD = 6.4989 - 0.0005X1 - 1.8812X2 + 0.6877X3

Standard Error = 2,5108 0.0003 8.6500 0.0631

t Statistik = (-1.486) (-2.125) ** (10.882) *** R 2 = 0,563219

F Statistik = 41,263 Prob (F-Statistic) = 0.000000 Keterangan (***) signifikan pada α 1 %

(**) signifikan pada α 5 %

Nilai koefisien determinasi (R-square) sebesar 0,5632 artinya variable harga minyak goreng curah, pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga mampu menjelaskan variansi variabel permintaan minyak goreng curah sebesar 56,32 % sedangkan sisanya sebesar 43,68 % dijelaskan oleh variabel lainnnya yang tidak dimasukkan dalam model.


(66)

Nilai F statistik sebesar 41,263 ini bermakna signifikan bila dibandingkan terhadap nilai F tabel sebesar 26,3 pada α = 1 % (F hitung > F tabel), artinya bahwa secara bersama-sama variabel harga minyak goreng curah, pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan minyak goreng curah di kota Medan dengan tingkat keyakinan 99 %.

4.2.2. Harga Minyak Goreng Curah

Berdasarkan hasil estimasi perhitungan menunjukkan bahwa koefisien harga minyak goreng curah -0.0005 terhadap variabel permintaan minyak goreng curah, artinya bahwa setiap terjadi kenaikan harga minyak goreng curah sebesar Rp 1.000,

ceteris paribus, maka akan menyebabkan penurunan permintaan minyak goreng curah sebesar 0.5 Kg. Hal ini bermakna apabila terjadi kenaikan harga minyak goreng curah, maka akan berkurang permintaan terhadap minyak goreng curah.

Hasil pengujian nilai t hitung yaitu -1.486 lebih besar dibandingkan nilai t tabel pada α 1 % sebesar -2,660 (-1.486 > -2.660 ) artinya variabel harga minyak goreng curah tidak signifikan terhadap permintaan minyak goreng curah,ceteris paribus. Dan berdasarkan hasil estimasi bahwa jawaban di atas sesuai dengan hipotesis. Elastisitas harga negatif (Ed < 1 ),


(67)

4.2.3. Pendapatan Rumah Tangga

Berdasarkan hasil estimasi perhitungan menunjukkan bahwa koefisien pendapatan rumah tangga negatip terhadap variabel permintaan minyak goreng curah. -1.8812 artinya bahwa apabila pendapatan rumah tangga naik sebesar Rp.1000, ceteris paribus, maka akan menyebabkan permintaan terhadap minyak goreng curah berkurang sebesar 1881.2 kg seluruh rumah tangga di kota Medan. Hal ini bermakna apabila terjadi kenaikan pendapatan rumah tangga, akan mengurangi permintaan terhadap minyak goreng curah.

Hasil pengujian nilai t hitung yaitu -2.125 lebih kecil dibandingkan dengan nilai t tabel pada α 5 % = 2.000 (-2.125 < -2.000) artinya variabel pendapatan rumah tangga signifikan terhadap variabel permintaan minyak goreng curah, ceteris paribus.

Berdasarkan hasil estimasi bahwa jawaban di atas tidak sesuai dengan hipotesis (namun bukan berarti menentang teori). Dalam hal ini minyak goreng curah adalah sebagai barang Inferior. Elastisitas pendapatan negatif (Ei < 0 ), dimana apabila

pendapatan rumah tangga meningkat, maka permintaan terhadap minyak goreng curah tersebut menurun dan konsumen beralih kepada minyak goreng kemasan.

4.2.4. Jumlah Anggota Rumah Tangga (Jiwa)

Berdasarkan hasil estimasi perhitungan menunjukkan bahwa koefisien Jumlah anggota rumah tangga positip terhadap variabel permintaan minyak goreng curah. 0.6877 ceteris paribus, artinya bahwa setiap penambahan 1 (satu) jiwa anggota rumah tangga akan menyebabkan permintaan minyak goreng curah bertambah


(68)

sebesar 0.6877 kg,. Hal ini bermakna apabila jumlah anggota rumah tangga bertambah, maka permintaan terhadap minyak goreng curah juga bertambah.

Hasil pengujian nilai t hitung yaitu 10.882 lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel pada α 1 % sebesar 2.660 (10.882 > 2.660) artinya variabel jumlah anggota rumah tangga signifikan terhadap variabel permintaan minyak goreng curah,

ceteris paribus. Dan berdasarkan hasil estimasi bahwa jawaban di atas sesuai dengan hipotesis.

4.3. Uji Asumsi Klasik

4.3.1. Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolonearitas dilakukan dengan uji korelasi parsial (Partial Correlations Examinations), yaitu dengan membandingkan nilai R2y,x dengan nilai

R2x,x dengan criteria keputusan sebagai berikut :

a. Jika nilai R2y,x < R2 x,x maka hipotesa yang menyatakan bahwa ada masalah multikolinearitas dalam model empiris yang digunakan, diterima.

b. Jika nilai R2y,x > R2 x,x maka hipotesa yang menyatakan bahwa ada masalah


(69)

Pengujian multikolinearitas dilakukan degan model estimasi seperti pada hasil uji multikolinearitas, diperoleh nilai R-square masing-masing variabel sebagai berikut:

Nilai R2 X1, X2, X 3 = 56,32 (Lampiran 3)

Nilai R2 ,X2, X3 = 1,40 (Lampiran 3)

Nilai R2 X1.X3 = 15,04 (Lampiran 3)

Nilai R2 X1.X2 = 14,21 (Lampiran 3)

Berdasarkan data tesebut di atas dapat di lihat bahwa nilai R-square (R2) pada permintaan minyak goreng curah secara serempak (simultan) sebesar 56,32 lebih besar bila dibandingkan pada nilai R-square (R 2 ) dalam regresi parsial yaitu secara berurutan : 1,40, 15,04 dan 14,21. Berdasarkan ketentuan rule of thumb bahwa pada model tersebut tidak ditemukan adanya multikolinearitiy.

4.3.2. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya faktor pengganggu dapat diketahui melalui uji JB Test. Hasil estimasi residual dan Chi-Square Probability Distribution sebagai berikut.

Tabel 4.7. Hasil estimasi residual dan Chi-Square Probability Distribution

Jarque-Bera 5.776717

Probability 0.055668 Sumber : Hasil penelitian, 2009. diolah


(70)

Besarnya nilai JB Test normality secara simultan sebesar 5.776717 dan bila dibandingkan dengan nilai X 2 tabel (0,05) dengan observasi ( n = 100 ) dan degree of freedom (derajat kebebasan) = 3 maka diperoleh nilai Chi-Square (X2) sebesar 8.714 pada α = 5%, maka dapat disimpulkan bahwa nilai JB test hitung lebih kecil dari nilai X 2 tabel (JB test hitung 5.777 < X 2 tabel 8.714). Hal ini bermakna bahwa model empiris yang digunakan dalam model tersebut mempunyai residual atau faktor pengganggu yang berdistribusi normal.

4.3.3. Uji Linieritas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak, apakah fungsi yang digunakan sebagai studi empiris berbentuk linier atau tidak. Uji linieritas dalam model ini menggunakan Uji Ramsey Test (Ramsey RESET test).

Tabel 4.8. Uji Ramsey Test (Ramsey RESET test)

F-statistic 0.960101 Probability 0.329650

Log likelihood ratio 1.005560 Probability 0.315969 Sumber : Hasil penelitian, 2009. diolah

Berdasarkan hasil estimasi Ramsey RESET test pada pengujian linearitas diperoleh nilai F hitung yaitu = 0.960101dengan nilai probabilitasnya yang sangat


(71)

berdasarkan uji Ramsey RESET test model tersebut memiliki model yang spesifikasinya dalam bentuk fungsi linier.

4.3.4. Uji Heteroskedastisitas

Dalam regresi berganda, salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar taksiran parameter dalam model tersebut bersifat BLUE adalah variansi (μ 1) σ 2 (konstan), semua sesatan mempunyai variansi yang sama. Padahal ada kasus-kasus tertentu dimana variansi (μ 1) tidak konstan, melainkan suatu variabel berubah-ubah.

Untuk mendiagnosis ada atau tidaknya heteroskedastisitas, dapat dilakukan dengan menggunakan model estimasi White Heteroscedasticity Test diperlihatkan bahwa besarnya nilai obs* R-squared dan bila dibandingkan dengan nilai Chi- square (χ2) dan bila nilai obs* R2 < χ2 tidak ditemukan masalah heteroskedastisitas, hasil uji estimasi secara simultan dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini :

Tabel. 4.7. Hasil estimasi uji white heteroskedasticity secara simultan

F-statistic 0.939481 Probability 0.495348

Obs*R-squared 8.587982 Probability 0.476142 Sumber : Hasil penelitian, 2009. diolah

Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh hasil estimasi uji White Heteroscedasticity

diperoleh besarnya nilai Obs*R-squared 8.587982 dan bila dibandingkan dengan nilai

Chi-square tabel(χ2 ) dengan derajat kebebasan 5 dan pada tingkat signifikansi pada tingkat kepercayaan ( Level of significance ) 95 % atau α = 5 % adalah sebesar 8.714 atau dapat dituliskan menjadi (8.588 < 8.714), dengan demikian, hasil uji dengan


(72)

menggunakan White Heteroscedasticity test ternyata tidak ditemukannya masalah heteroskedastisitas dalam model yang digunakan.

4.3.5. Uji Reliability (konsistensi)

Uji tingkat kekonsistenan (reliability) jawaban responden yang sama setelah dilakukan sebanyak dua kali dalam waktu yang berbeda ternyata hasil jawaban responden menjawab dengan nilai skor yang sama dengan jawaban pertama, dan berdasarkan informasi tersebut setelah dilakukan wawancara mengenai jawabannya bahwa objektivitas jawaban mereka sesuai dengan kondisi pada saat ini.

Berdasarkan uji reliability nilai R- square (R2 hitung ) sebesar = 0,974616 yang dilakukan secara serempak, maka untuk nilai r pearson product moment adalah √0,563219 = 0,7504 ( 75,04 %) tingkat kepercayaan jawaban responden adalah konsisten dalam memberikan jawaban penelitian. Sedangkan nilai r pearson product moment tabel sebanyak 100 observasi dengan α = 5 % diperoleh nilai sebesar 0,195 atau r hitung > dari r tabel (0,7504 > 0,195), maka dapat dikatakan bahwa jawaban responden setelah di observasi sebanyak dua kali memiliki nilai reliability sangat konsisten baik untuk reliability internal maupun eksternal adalah memiliki nilai signifikan.


(73)

4.3.6. Uji Validitas (Keabsahan)

Uji tingkat keabsahan adalah untuk melihat tingkat hubungan (korelasi)

pearson product moment (r) apakah cukup baik dan signifikan pada α = 1 %. Bila dilihat pada hasil estimasi Uji Kesesuaian secara serempak diperoleh nilai r pearson product moment sebesar 0,7504 atau 75,04 % dan bila dibandingkan pada nilai r

product moment tabel pada α = 1 % sebesar 0,256, atau r hitung > dari r tabel (0,7504 > 0,256), hal ini mengandung makna bahwa antara instrumen penelitian yaitu antara variabel terikat dan variabel bebas terhadap jawaban penelitian dapat dikatakan bahwa data instrumen penelitian tersebut adalah sangat valid atau absah baik untuk internal maupun eksternal dengan memiliki nilai yang signifikan.


(74)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil estimasi R-square sebesar 0,5632 artinya variable harga minyak goreng curah, pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga secara serempak dapat menjelaskan variabel permintaan minyak goreng curah sebesar 56,32 % sedangkan sisanya sebesar 43,68 % dijelaskan oleh variabel lainnnya yang tidak dimasukkan dalam model..

2. Variabel harga minyak goreng curah memiliki pengaruh negatip dan tidak signifikan terhadap permintaan minyak goreng curah. Walaupun tidak signifikan, namun secara bersama sama dengan variabel lain signifikan mempengaruhi Qd

3. Variabel pendapatan rumah tangga berpengaruh negatip dan signifikan terhadap permintaan minyak goreng curah pada α = 5 %, berpengaruh negatif mungkin karena minyak goreng curah merupakan barang inferior.


(75)

5.2. Saran

1. Diharapkan pemerintah dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga, dengan kenaikan pendapatan rumah tangga diperkirakan akan mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi minyak goreng kemasan, karena lebih higienis, sehat, kualitas baik dan juga masa berlakunya telah ditentukan serta terjamin ukuran standar kualitas dan kuantitas.

2. Agar minyak goreng curah yang dipasarkan tidak lagi dalam bentuk curah namun sudah dalam bentuk kemasan agar lebih higienis.

3. Diharapkan subsidi pemerintah untuk minyak goreng curah dalam bentuk kemasan yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2007 terus berlanjut.

4. Diharapkan kepada peneliti berikutnya untuk dapat melakukan penelitian terhadap minyak goreng curah dengan meneliti variabel variabel lain yang mempengaruhi permintaan minyak goreng curah atau analisis yang lain tentang minyak goreng curah,


(76)

DAFTAR KEPUSTAKAAN

………Medan Dalam Angka, 2007 Jl. Budi Kemasyarakatan No. 10 A, Medan Ariani, M, 2003, Penawaran dan Permintaan Komoditas Kacang - kacangan dan

Umbi-umbian di Indonesia Laporan Penelitian Puslitbang Sosek Pertanian Bogor.

Ariani, M, H.P.Saliem,S.H.Suhartini, Wahida dan M.H.Sawit,2002, Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Konsumsi Pangan Rumah Tangga. Laporan Penelitian Puslitbang Sosek Pertanian Bogor.

Damanik, 2000, Analisis Penawaran dan Permintaan Lada Indonesia di Pasar Internasional. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Godam, 2008, Tujuan Penetapan Harga, Balai Pustaka Fakultas Ekonomi, Yogyakarta

Hartono,J, 2004, Teori Ekonomi Mikro Analisis Matematis, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta

Insukrindo, 2000, Dasar-Dasar Ekonometrika, Kerjasama Bank Indonesia dengan Program Studi MEP UGM Yogyakarta, Yogyakarta.

Joesron.T.Suhartati, dan M. Fathorrozi, 2003, Teori Ekonomi Mikro, Salemba Empat, Jakarta

Kariyasa, 2005, Analisis Penawaran dan Permintaan Daging Sapi di Indonesia, sebelum dan saat krisis ekonomi suatu analisis proyeksi swasembada daging sapi tahun 2005


(77)

Prasetya Irawan, 2003, Logika dan ProsedurPenelitian. STIA - LAN, Jakarta

Manurung, 2006, Ekonomi Regional, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Reksoprayitno, Soediyono, 2000, Pengantar Ekonomi Makro, BPFE, Yogyakarta

Rustiyaningsih, 2003, Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor barang konsumsi di Indonesia.

Samuelson,P.A. dan Nordhaus, W.D. 2001. Ilmu Ekonomi Mikro. Edisi Bahasa Indonesia. PT. Media Global Edukasi, Jakarta

Sugiarto.Et. Al, 2000, Ekonomi Mikro Suatu Pendekatan Praktis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Sukirno, S, 2001, Pengantr Teori Mikro Ekonomi. Raja Grafindo Persada, Jakarta Tarigan, 2006, Ekonomi Regional Teor i Dan Aplikasi, Edisi Revisi, PT. Bumi

Aksara, Jakarta

Wahyu.A.P, Paidi. Hidayat, 2007, Pedoman Praktis Penggunaan Eviews Dalam Ekonometrika, ISBN :979 458 3154, USU Press, Medan, Indonesia

//http/.googgle./Wikipedia, 2008, Pengantar Teori Penawaran dan Permintaan, Edisi Bahasa Indonesia, .


(1)

Lampiran 3. Hasil Uji QD = f (X1 X2 X3)

Dependent Variable: QD Method: Least Squares Date: 07/14/09 Time: 15:46 Sample: 1 100

Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 6.498880 2.510838 2.588331 0.0111

X1 -0.000451 0.000304 -1.486142 0.1405

X2 -1.881204 8.650013 -2.125607 0.0361

X3 0.687685 0.063191 10.88272 0.0000

R-squared 0.563219 Mean dependent var 5.945000

Adjusted R-squared 0.549570 S.D. dependent var 0.755234 S.E. of regression 0.506869 Akaike info criterion 1.518048 Sum squared resid 24.66392 Schwarz criterion 1.622255

Log likelihood -71.90241 F-statistic 41.26330

Durbin-Watson stat 0.856879 Prob(F-statistic) 0.000000

X1 = f (X2 X3)

Dependent Variable: X1 Method: Least Squares Date: 07/14/09 Time: 15:47 Sample: 1 100

Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 8198.581 109.0986 75.14839 0.0000

X2 2.850105 2.881105 0.991361 0.3240

X3 4.388974 21.12456 0.207766 0.8358

R-squared 0.013988 Mean dependent var 8292.650

Adjusted R-squared -0.006342 S.D. dependent var 168.9487 S.E. of regression 169.4836 Akaike info criterion 13.13293 Sum squared resid 2786295. Schwarz criterion 13.21109

Log likelihood -653.6465 F-statistic 0.688051


(2)

68 X2 = f (X1 X3)

Dependent Variable: X2 Method: Least Squares Date: 07/14/09 Time: 15:47 Sample: 1 100

Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1875766. 2941580. -0.637673 0.5252

X1 3516373 354.7016 0.991361 0.3240

X3 272090.4 68850.16 3.951920 0.0001

R-squared 0.150349 Mean dependent var 2482318.

Adjusted R-squared 0.132831 S.D. dependent var 639018.9 S.E. of regression 595066.8 Akaike info criterion 29.46028 Sum squared resid 3.431013 Schwarz criterion 29.53843

Log likelihood -1470.014 F-statistic 8.582267

Durbin-Watson stat 0.882137 Prob(F-statistic) 0.000370

X3 = f (X1 X2)

Dependent Variable: X3 Method: Least Squares Date: 07/14/09 Time: 15:47 Sample: 1 100

Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 3.194357 4.021359 0.794348 0.4289

X1 0.000101 0.000488 0.207766 0.8358

X2 5.100107 1.291107 3.951920 0.0001

R-squared 0.142122 Mean dependent var 5.300000

Adjusted R-squared 0.124434 S.D. dependent var 0.870388 S.E. of regression 0.814437 Akaike info criterion 2.456901 Sum squared resid 64.34083 Schwarz criterion 2.535056

Log likelihood -119.8451 F-statistic 8.034863

Durbin-Watson stat 0.405212 Prob(F-statistic) 0.000590


(3)

Lampiran 4. Hasil Uji Estimation Equation dan Substituted Coefficients

Estimation Equation:

=====================

QD = C(1) + C(2)*X1 + C(3)*X2 + C(4)*X3 Substituted Coefficients:

=====================

QD = 6.498879842 - 0.000451276082*X1 - 1.838344392*X2 + 0.6876849616*X3 Grafik Histogram

0 2 4 6 8 10 12 14

-1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5

Series: Residuals Sample 1 100 Observations 100

Mean -0.001000 Median -0.036910 Maximum 1.595170 Minimum -1.036256 Std. Dev. 0.497757 Skewness 0.569307 Kurtosis 3.299953

Jarque-Bera 5.776717 Probability 0.055668


(4)

70


(5)

2

Uji Linieritas dengan menggunakan Ramsey RESET Test Ramsey RESET Test:

F-statistic 0.960101 Probability 0.329650

Log likelihood ratio 1.005560 Probability 0.315969 Test Equation:

Dependent Variable: QD Method: Least Squares Date: 07/14/09 Time: 17:49 Sample: 1 100

Included observations: 100 Variable Coefficien

t

Std. Error t-Statistic Prob.

C 9.872990 5.737729 1.720714 0.0886

X1 -0.000890 0.000737 -1.208520 0.2298

X2 -4.180107 3.620107 -1.155059 0.2510

X3 1.477749 1.202113 1.229293 0.2220

FITTED^2 -0.093661 0.142533 -0.657116 0.5127

R-squared 0.567121 Mean dependent var 5.944000 Adjusted R-squared 0.548894 S.D. dependent var 0.754826 S.E. of regression 0.506974 Akaike info criterion 1.527993 Sum squared resid 24.41715 Schwarz criterion 1.658251 Log likelihood -71.39963 F-statistic 31.11521 Durbin-Watson stat 0.851186 Prob(F-statistic) 0.000000


(6)

3

Uji Heteroskedasticity dengan menggunakann White Heteroskedasticity Test White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 0.939481 Probability 0.495348

Obs*R-squared 8.587982 Probability 0.476142

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares

Date: 07/14/09 Time: 17:47 Sample: 1 100

Included observations: 100 Variable Coefficien

t

Std. Error t-Statistic Prob.

C 101.0486 93.60792 1.079488 0.2833

X1 -0.024190 0.021942 -1.102443 0.2732

X1^2 1.450106 1.290106 1.121671 0.2650

X1*X2 -2.931010 3.271110 -0.894776 0.3733

X1*X3 3.411105 0.000235 0.145216 0.8849

X2 2.141006 2.670106 0.803151 0.4240

X2^2 -3.300114 9.621014 -0.343388 0.7321

X2*X3 7.161008 6.901008 1.037509 0.3023

X3 -0.016665 2.078597 -0.008017 0.9936

X3^2 -0.042977 0.055713 -0.771399 0.4425

R-squared 0.085880 Mean dependent var 0.245286 Adjusted R-squared -0.005532 S.D. dependent var 0.373490 S.E. of regression 0.374522 Akaike info criterion 0.968308 Sum squared resid 12.62401 Schwarz criterion 1.228825 Log likelihood -38.41538 F-statistic 0.939481 Durbin-Watson stat 1.856072 Prob(F-statistic) 0.495348