MINYAK JINTAN HITAM (Nigella sativa L) SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT(Mus musculus) YANG DIINDUKSI ISONIAZID (INH)

(1)

commit to user

MINYAK JINTAN HITAM (Nigella sativa.L) SEBAGAI

HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT(Mus musculus)

YANG DIINDUKSI ISONIAZID (INH)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

DIKA ISNAINI G0005085

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul: Minyak Jintan Hitam (Nigella Sativa.L) Sebagai Hepatoprotektor Pada Mencit (Mus Musculus) Yang Diinduksi

Isoniazid (INH)

Dika Isnaini, NIM/Semester: G 0005085, Tahun 2010

Telah Diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Pada Hari Kamis, Tanggal 19 Agustus 2010 Pembimbing Utama

Nama : Ida Nurwati, dr., M.Kes., Sp. AK

NIP : 19650203 199702 2 001 ………..

Pembimbing Pendamping

Nama : Endang Ediningsih, dr., M.Kes

NIP : 19530805 198702 1 001 ………..

Penguji Utama

Nama : Veronika Ika B., dr., M.Kes

NIP : 19730312 200212 2 001 ………..

Penguji Pendamping

Nama : Kustiwinarni, Dra., Apt

NIP : 19520308 198503 2 001 ………..

Surakarta, ………

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr.,MKes. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS. NIP. 19660702 199802 2 001 NIP. 19481107 197310 1 003


(3)

commit to user

vii

DAFTAR ISI

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... .. ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. LANDASAN TEORI ... 5

A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Jintan Hitam ... 5

2. Isoniazid ... 9

3. Fisiologi dan Patofisiologi Hati ... 12

4. SGPT (Serum Glutamat Piruvat Transaminase) ... 15

B. Kerangka Pemikiran ... 17


(4)

commit to user

viii

BAB III. METODE PENELITIAN ... 19

A. Jenis Penelitian ... 19

B. Lokasi Penelitian ... 19

C. Subjek Penelitian ... 19

D. Teknik Sampling ... 20

E. Rancangan Penelitian... 20

F. Identifikasi Variabel Penelitian ... 21

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 22

H. Alat dan Bahan Penelitian ... 24

I. Cara Kerja... 25

J. Teknik Analisis Data Statistik ... 27

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 28

A. Data Hasil Penelitian... 28

B. Analisis Data ... 29

BAB V. PEMBAHASAN ... 31

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 34

A. Kesimpulan ... 34

B. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA... 35 LAMPIRAN


(5)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rata-rata Kadar SGPT Masing-masing Mencit ... 21

Tabel 2. Hasil Post Hoc Test Kadar SGPT (LSD)... 22

Tabel 3. Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan ... 41

Tabel 4. Data Laboratorium SGPT Mencit ……….. 43


(6)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran ... 17

Gambar 2. Skema Alur Penelitian ... 26

Gambar 3. Nilai Rata-rata Kadar SGPT tiap Kelompok ... 28

Gambar 4. Mencit yang Digunakan dalam Penelitian... 47


(7)

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan ... 41

Lampiran 2. Perhitungan Konversi Dosis ... 42

Lampiran 3. Data Laboratorium SGPT Mencit ... 43

Lampiran 4. Data kadar SGPT per Kelompok Perlakuan ... 44

Lampiran 5. Hasil uji analisis Oneway - ANOVA... 45


(8)

commit to user

iv

ABSTRAK

Dika Isnaini, G0005085, 2010. Minyak Jintan Hitam (Nigella Sativa.L) sebagai Hepatoprotektor pada Mencit (Mus Musculus) yang Diinduksi Isoniazid (INH)

Penyakit hati merupakan permasalahan dunia dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Gangguan hati dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya

Obat Anti Tuberkolusis (OAT). Minyak jintan hitam mengandung thymoquinone

yang memiliki efek proteksi terhadap mekanisme toksisitas hati. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat minyak jintan hitam sebagai hepatoprotektor pada mencit yang diinduksi INH

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan post test only

controlled group design. Sampel berupa mencit jantan, galur Swiss webster

berumur 6-8 minggu dengan berat badan + 20 g. Sampel sebanyak 30 ekor dibagi dalam 3 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 10 ekor mencit. Kelompok kontrol, diberikan aquades 0,156 ml peroral sehari selama 7 hari berturut-turut. Kelompok Perlakuan 1 diberikan INH dosis 37,8 mg (peroral) 1 kali sehari selama 3 hari berturut-turut, selanjutnya hanya diberi aquades seperti pada kelompok kontrol sampai hari ke-7. Kelompok Perlakuan 2 diberikan INH dosis 37,8 mg (peroral) dan minyak jintan hitam dosis 0,056 ml/20 g BB mencit peroral 1 kali sehari selama 3 hari berturut-turut, selanjutnya diberi aquades 0,1 ml peroral dan minyak jintan hitam dosis 0,056 ml/20 g BB mencit peroral 1 kali perhari sampai hari ke-7. Pada hari ke-8 darah diambil melalui sinus orbitalis dan diukur kadar SGPT masing-masing mencit tiap kelompok. Rata-rata kadar SGPT antar kelompok kemudian dibandingkan secara statistik.

Data dianalisis secara statistik dengan uji One-Way ANOVA (α = 0,05)

dilanjutkan dengan uji Post Hoc Multiple Comparisons (LSD) (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan namun tidak bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1 (sig.>0,05), kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 2 (sig.>0,05), dan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok 1 dan kelompok perlakuan 2 (sig.<0,05).

Simpulan penelitian ini adalah minyak jintan hitam bermanfaat sebagai hepatoprotektor pada mencit yang diinduksi INH


(9)

commit to user

v

ABSTRACT

Dika Isnaini, G0005085, 2010. Black Seed (Nigella Sativa .L) Oil as a Hepatoprotector in Mice (Mus Musculus), which Induced by Isoniazid (INH).

Liver disease is a world problems with high morbidity and mortality rate. Liver disorder may be caused by drugs i.e anti-tuberculous drugs. Black seed oil,

which contains thymoquinone, has a protection effect to liver toxicity mechanism. The aim of this research is knowing the benefits of black seed oil as a hepatoprotector in mice (Mus musculus) which induced by INH.

This was laboratory experimental research with post test only controlled

group design. Samples in this research were thirty male mices, Swiss webster

type, 6-8 weeks old age and around 20 g of each weight. Samples divided into 3 groups, each group has ten mices. The control group, mices are given with aquadest in 0,156 ml orally perdays for a week. The first group, mices are given with INH 37,8 mg in 0,1ml aquadest and 0,056 ml aquadest orally perdays for 3 days. For the last group, mices are given with 37,8mg INH in 0.1 ml aquadest and 0,056 ml black seed oil orally perdays. Finally, aftetr eight days, the blood from all mices were taken from orbital sine and AST level were measured. Mean AST level between groups are compared statisicly.

The mice AST level were analized by One-Way ANOVA test(α = 0,05), and continued by Post Hoc Multiple Comparisons (LSD) test(α = 0,05). The Result of this research showed the difference but not significant between control group and first group (sig>0,05), control group and second group (sig>0,05), and a significant difference between first group and second group (sig.<0,05)

According to this research, it could be concluded that black seed oil was useful as a hepatoprotector in mice (Mus musculus) which induced by INH.


(10)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit hati adalah permasalahan dunia dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Meskipun manajemen kedokteran sudah maju, tetapi belum ada pemberian terapi yang efektif hingga saat ini. Bahkan perkembangan pengobatan yang terbaru untuk mengobati penyakit hati sering menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan (Madani et al., 2008). Gangguan hati selain disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus dan bakteri juga dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya parasetamol, hidroksi urea, dan Obat Anti Tuberkolusis (OAT) serta berbagai konsumsi makanan misalnya alkohol (Akbar, 2007).

Masyarakat saat ini cenderung untuk kembali ke alam (back to nature) (Handajani, 2007) dan lebih memilih untuk memakai substansi bioaktif alami untuk agen terapeutik (Son et al. ,2004). Akhir-akhir ini, World Health

Organization (WHO) memperkirakan 80% penduduk di dunia bergantung

pada pengobatan herbal dalam aspek kesehatan primer (Ernest et al., 2007). Jintan hitam (Nigella sativa .L) adalah salah satu tanaman obat yang termasuk dalam famili Ranunculaceae. Biji dan minyaknya diketahui mempunyai aktivitas anti inflamasi, analgesik, anti piretik, anti mikroba, anti neoplastik dan dapat menurunkan tekanan darah serta meningkatkan respirasi


(11)

commit to user

(Hendrik, 2005). Di dalam minyak esensial jintan hitam, thymoquinone

diidentifikasikan sebagai komponen utama (lebih dari 50%). Selain itu minyak esensial juga mengandung p-cymene, α-pinene, dithymoquine dan

thymohydroquinone (Katzer, 2004).

Hampir semua OAT mempunyai efek hepatotoksik kecuali streptomisin (Arsyad, 1996). Menurut Jawetz (1998), INH merupakan obat yang hampir selalu digunakan dengan kombinasi OAT yang lain. Namun dapat pula diberikan sebagai terapi tunggal untuk profilaksis pada pasien dengan Tes Mantoux positif tetapi hasil foto rontgen menunjukkan hasil yang normal (Weisiger, 2007). Salah satu efek samping INH adalah hepatotoksik. Dalam biotransformasi obat, gugus hidrazid dari INH dikenal membentuk suatu konjugat N-asetil dalam suatu reaksi asetilasi yang dikatalis oleh enzim

N-asetil transferase menjadi asetil-isoniazid. Konjugat ini merupakan substrat

untuk reaksi hidrolisa menjadi asam isonikotinat dan Asetil hidrazin yang selanjutnya akan diubah oleh sitokrom P450 menjadi metabolit reaktif Mono-Asetil-Hidrazin (MAH). MAH akan memacu asetilasi makromolekul dan berefek hepatotoksis (Correira,1994: Jussi et al., 2006).

Enzim yang sering berkaitan dengan kerusakan hepatoseluler adalah aminotransferase. Aspartat aminotransferase (SGOT) merupakan perantara reaksi antara asam aspartat dan asam alfa-ketoglutamat. Alanin aminotransferase (SGPT) memindahkan satu gugus amino antara alanin dan asam alfa-ketoglutamat. Walaupun SGOT dan SGPT sering dipakai sebagai enzim hati karena tingginya konsentrasi keduanya dalam hepatostit, namun


(12)

commit to user

hanya SGPT yang spesifik. SGOT terdapat di miokardium, otot rangka, otak, dan ginjal (Sacher dan McPherson, 2004).

Jintan hitam sendiri di Indonesia masih merupakan obat tradisional yang belum banyak diketahui orang.Minyak jintan hitam diketahui mengandung zat yang bersifat hepatoprotektif. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti ingin membuktikan apakah minyak jintan hitam bermanfaat sebagai hepatoprotektor pada mencit yang diinduksi INH.

B. Perumusan Masalah

Apakah minyak jintan hitam (Nigella sativa.L) bermanfaat sebagai hepatoprotektor pada mencit (Mus musculus) yang diinduksi Isoniazid (INH).

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah minyak jintan hitam

(Nigella sativa.L) bermanfaat sebagai hepatoprotektor pada mencit

(Musmusculus) yang diinduksi Isoniazid (INH).

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah mengenai efek hepatoprotektor minyak jintan hitam (Nigella sativa .L) pada mencit.


(13)

commit to user 2. Manfaat aplikatif

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut menggunakan hewan uji dengan tingkat yang lebih tinggi dan metode yang lebih baik


(14)

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TinjauanPustaka 1. Jintan Hitam

Jintan hitam (Nigella sativa .L) adalah salah satu tanaman obat yang

termasuk dalam famili Ranunculaceae dan umumnya tanaman ini

tumbuh di Benua Eropa (tepatnya di dataran Eropa Timur bagian tengah). Tanaman jintan hitam juga banyak ditemukan di sepanjang dataran negara Pakistan sampai dengan India dalam bentuk semak-semak tanaman (Hendrik, 2005). Jintan hitam dipercaya berasal dari daerah Mediterania, namun dikembangkan di berbagai belahan dunia, termasuk Saudi, Afrika Utara, dan sebagian Asia (Susilo, 2006).

Tanaman jintan hitam secara keseluruhan tampak seperti segitiga, bijinya berwarna hitam, beraroma sangat menyengat dan rasanya pahit. Tanaman ini memiliki tinggi 35-50 cm (sekitar setengah meter) yang bercabang dan melingkar pada bagian atasnya, berambut, memiliki bunga-bunga dengan warna putih kebiruan, dan dipenuhi juga dengan dedaunan (daun pada bagian bawah tanaman lebih kecil dari bagian atasnya). Butir-butir jintan hitam dapat mereproduksi dengan sendirinya dan akan mengalami metamorfosis (perubahan dan pematangan bentuk fisik) dari biji yang berwarna putih menjadi biji yang berwarna hitam (Hendrik, 2005).


(15)

commit to user

Efek farmakologis ekstrak biji jintan hitam telah banyak dilaporkan termasuk perlindungan terhadap nefrotoksisitas dan hepatotoksisitas yang diinduksi oleh penyakit maupun bahan-bahan kimia. Biji atau minyaknya mempunyai aktivitas anti inflamasi, analgesik, anti piretik, anti mikroba, dan anti neoplastik. Selain itu, minyak jintan hitam juga menurunkan tekanan darah dan meningkatkan respirasi. Pemberian ekstrak biji jintan hitam dapat menginduksi perubahan pada hemogram termasuk peningkatan PCV (Packed Cell Volume) dan hemoglobin, penurunan kadar kolesterol, trigliserid dan glukosa (Ali dan Blunden, 2003).

Komposisi zat-zat kimia alami yang terkandung dalam biji-biji jintan hitam secara umum terdiri dari sekitar 40% minyak konstan (fatty oil

content), 1,5% minyak esensial (essential oil content), 15 asam amino

(alanine, arginine, isoleucine, lysine, tryptophane, thyrosine, threonin,

asparagine, cystine, glycine, glutamic acid, metionine, dan prolin). Biji

jintan hitam juga mengandung protein, ion kalsium, zat besi, ion natrium dan kalium (Hendrik, 2005).

Minyak esensial yang dikenal dengan nama minyak atsiri adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Para ahli biologi menganggap, minyak atsiri merupakan metabolit sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain dalam mempertahankan ruang hidup. Minyak atsiri


(16)

commit to user

bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu, susunan senyawa komponennya kuat mempengaruhi saraf manusia (terutama di hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu (baunya kuat). (Wikipedia, 2009)

Di dalam minyak esensial jintan hitam, thymoquinone telah diidentifikasi sebagai komponen utama (lebih dari 50%). Selain itu, minyak esensial juga mengandung p-cymene, α-pinene, dithymoquine

dan thymohydroquinone (Katzer, 2004).

Fungsi komposisi minyak esensial jintan hitam antara lain:

1. Thymoquinone

a. Perlindungan terhadap stress oksidatif

i. Pada Induksi doxorubicin pada cardiomyopathy (Nagi and

Mansour, 2000)

ii. Hepatotoksisitas CCl4 (Mansour, et al., 2002)

iii. Cisplatin pada ginjal (Badary, et al.,1997)

b. Aktivitas anti-inflamasi à inhibisi secara enzim leukotrien B4 dan C4 yang dirangsang oleh netrophil

c. Inhibisi lipid peroxidasi yang diinduksi Fe3+/askorbat

d. Superoxide radical scavenging activity (Nagi and Mansour,

2000)

2. α–pinene : General antioksidan minyak esensial (Wikipedia, 2010)

3. P-cymene : General antioksidan minyak esensial (Wikipedia, 2010)


(17)

commit to user

5. Hidrothymoquinone : Scavenger radikal bebas (Mbarek, et al.,

2007).

Thymoquinonejuga telah menunjukkan efek proteksi terhadap

mekanisme toksisitas pada sistem sirkulasi, hati, ginjal, dan lain-lain yang sebelumnya diinduksi oleh obat-obatan anti-kanker dan beberapa toksin (Hendrik, 2005).

Badary et al., (1999) melaporkan adanya efek proteksi thymoquinone

terhadap mencit yang mengalami sindroma Fanconi yang telah terinduksi

ifosfamide (salah satu obat anti kanker). Sedangkan p-cymene, α-pinene,

dithymoquine dan thymohydroquinone sebagai komponen dalam minyak

esensial juga memberikan efek antioksidan (Wikipedia, 2010).

Aksi dari antioksidan minyak Nigella sativa .L mungkin menjelaskan efek proteksi yang dimilikinya melawan beragam hepatotoksik dan nefrotoksik in vivo dan in vitro. Minyak jintan hitam secara signifikan meningkatkan fungsi dan parameter histologi dan mengurangi stres oksidatif yang diinduksi oleh siklosporin A (Uz, et al., 2008). Mekanisme kerja dari thymoquinone sendiri adalah tanpa mengakibatkan perubahan pada aktifitas GST (glutatione-S-transferase) dan tidak juga mengurangi kadar glutatione pada jaringan, thymoquinone tereduksi

menjadi dihydrotymoquinone dalam efek anti scavenger radikal

superoksida. Walaupun dihydrothymoquinone merupakan zat hasil

reduksi, ternyata masih mempunyai efek anti-oksidan (Mansour, et al., 2002)


(18)

commit to user

Biji dan minyak Jintan hitam telah dilaporkan memiliki efek antioksidan yang kuat dan efektif melawan penyakit dan bahan kimia yang menyebabkan hepatotoksik dan nefrotoksik (Ali, 2004).

2. Isoniazid (INH)

Isoniazid disebut juga isonicotinyl hydrazine atau INH adalah obat anti TBC garis pertama yang digunakan sejak 1952 dalam pengobatan dan pencegahan tuberkulosis. INH bisa diberikan sebagai terapi tunggal untuk profilaksis kepada pasien yang mengalami perubahan dalam

Protein Purified Derivated (PPD) yang menunjukkan hasil rontgen yang

normal maupun sebagai kombinasi dengan OAT yang lain (Weisiger,2007).

Obat ini berupa molekul sederhana yang kecil dengan Berat Molekul (BM) 137 dan mudah larut dalam air. INH mudah diabsorbsi baik pada

pemberian peroral atau parenteral. Pemberian dosis biasa

(5mg/kgBB/hari) menghasilkan konsentrasi puncak plasma 3-5 µg/ml dalam 1-2 jam. INH berdifusi segera ke dalam seluruh cairan tubuh dan jaringan. Konsentrasi di susunan saraf pusat dan cairan serebrospinal lebih kurang 1/5 dari kadar plasma (Jawetz et al., 1998).

Aktivitas antimikroba secara invitro, INH menghambat kebanyakan basil tuberkel pada konsentrasi 0,2 µg/ml atau kurang dan bersifat bakterisidal untuk basil tuberkel yang tumbuh secara aktif, namun bersifat bakteriostatik untuk yang tumbuh lambat (Zubaidi, 2003).


(19)

commit to user

Konsentrasi rata-rata INH aktif dalam plasma dari aselitator cepat ±1/3-1/2 dari konsentrasi rata-rata asetilator lambat. Waktu paruh rata-rata INH pada asetilator cepat kurang dari 1-1/2 jam, sedangkan pada asetilator lambat yaitu 3 jam (Jawetz,1998). Pada asetilator cepat, lebih dari 90% dari obat diekskresikan sebagai asetil-isoniazid, sedangkan pada asetilator lambat, 67% dari obat diekskresikan sebagai asetil-isoniazid dalam presentase yang lebih besar diekskresikan dalam bentuk obat asal yang tidak berubah atau parent drug (Jussi et al., 2006).

Mekanisme kerja INH adalah menghambat cell-wall biosynthesis

pathway. Efek utama INH ialah menghambat biosintesis asam mikolat

(mycolic acid) yang merupakan unsur penting dinding sel mikobakterium

(Zubaidi, 2003). INH adalah sebuah prodrug dan harus diaktifkan oleh enzim katalase bakteri yang disebut katalase-peroksidase enzim katG menjadi bentuk isonicotinic acyl anion atau radikal. Bentuk ini kemudian akan bereaksi dengan NADH radikal atau anion menjadi bentuk komplek isonicotinic acyl-NADH. Komplek ini akan terikat kuat pada ketonylreductase yang dikenal sebagai InhA dan mencegah terbentuknya substrat enoyl-AcpM yang akan mencegah terbentuknya asam mikolat (Jawets et al., 1998; Wikipedia 2010).

Efek samping dari INH dapat berupa reaksi alergi dan toksisitas langsung. Reaksi alergi dapat berupa demam dan kulit kemerahan. Toksisitas langsung yang paling sering terjadi pada sistem saraf pusat dan perifer. Hal ini disebabkan adanya defisiensi piridoksin karena


(20)

commit to user

merupakan hasil kompetisi INH dengan piridoksal fosfat terhadap enzim apotriptofanase ( Jawetz et al., 1998).

INH juga berkaitan dengan hepatotoksisitas. INH mempunyai efek langsung atau melalui produksi kompleks enzim-obat yang berakibat disfungsi sel, disfungsi membran, respons sitotoksik sel T. Jenis reaksi yang terjadi adalah hepatoselular (Bayupurnama, 2006). Kerusakan hati disebabkan karena metabolit toksik, yaitu pertama-tama INH mengalami asetilasi menjadi asetil-isoniazid oleh enzim N-asetil transferase (NAT). Asetyl-isoniazid dimetabolismemenjadi acetyl hydrazine dan isonicotinic acid. Isonicotinic acid dikonjugasi oleh glisin, Asetilhidrazin dimetabolisme lebih lanjut menjadi diasetilhidrazin dan diubah oleh sitokrom P450 menjadi metabolit reaktif Mono-asetil Hidrazin (MAH). Metabolit reaktif MAH merupakan radikal bebas dan bersifat toksik. Pada tikus, scavenger radikal bebas terkait thiols dan antioksidan glutation peroksidase serta aktivitas katalase dihilangkan oleh INH. MAH selanjutnya akan memacu asetilasi makromolekul dan berefek hepatotoksis (Troy et al., 1999; Jussiet al., 2006).

Beberapa kasus dari hepatotoksisitas INH tidak begitu berat dan asimptomatik dengan kenaikan kadar enzim SGOT/SGPT tidak lebih dari 3 kali kadar normalnya dan umumnya bisa diatasi meskipun terapi dengan INH diteruskan. Namun, sebagian kecil dari pasien yang diberi terapi dengan INH mengalami hepatitis. Hepatitis timbul setelah 3-4


(21)

commit to user

bulan mendapat INH yang mungkin berkembang menjadi gagal hati jika obat tidak segera dihentikan (Weisiger, 2007).

3.Fisiologi dan Patofisiologi Hati

Hati merupakan pusat metabolisme tubuh yang mempunyai banyak fungsi dan penting untuk mempertahankan tubuh. Kapasitas cadangannya sangat besar, hanya dengan 10-20% jaringan hati yang masih berfungsi ternyata sudah cukup untuk mempertahankan hidup pemiliknya. Kemampuan mengganti jaringan mati dengan yang baru (regenerasi)

pada hati pun cukup besar. Itulah sebabnya pengangkatan sebagian hati yang rusak akibat penyakit akan cepat digantikan dengan jaringan yang baru. (Dalimartha, 2006)

Ada 4 macam fungsi hati, yakni untuk pembentukan dan ekskresi empedu, metabolisme zat-zat penting bagi tubuh, pertahanan tubuh, serta fungsi vaskuler.

a. Fungsi pembentukan dan ekskresi empedu

Empedu dibentuk oleh hati melalui saluran empedu interlobular yang terdapat dalam hati, empedu yang dihasilkan dialirkan ke kandung empedu untuk disimpan. Saat mengkonsumsi makanan berlemak maka empedu yang tersimpan tadi akan dikeluarkan dan dialirkan ke dalam duodenum. Dalam sehari, sekitar 1 liter empedu diekskresikan oleh hati. Empedu sebagian terdiri dari air (97%), sisanya terdiri atas elektrolit, garam empedu, fosfolipid, kolesterol,


(22)

commit to user

dan bilirubin. Garam empedu penting untuk pencernaan dan penyerapan lemak dalam usus halus. Garam ini sebagian diserap kembali oleh usus halus dan dialirkan kembal ke hati. Bilirubin atau pigmen empedu yang dapat menyebabkan warna kuning pada jaringan dan cairan tubuh sangat penting sebagai indikator penyakit hati dan saluran empedu (Guyton et al.,1996).

b. Fungsi metabolik

Di samping menghasilkan energi dan tenaga, hati mempunyai peran penting pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin (Amirudin, 2007).

Karbohidrat setelah diolah di saluran cerna akan menjadi glukosa, lalu diserap melalui usus masuk ke dalam peredaran darah dan masuk ke dalam hati melalui vena porta. Di dalam hati sebagian glukosa dimetabolisir sehingga terbentuk energi yang berfungsi menjaga temperatur tubuh dan tenaga untuk bergerak. Glukosa yang tersisa diubah menjadi glikogen dan disimpan di dalam hati dan otot atau diubah menjadi lemak yang disimpan di dalam jaringan subkutan (Guyton et al.,1996).

Metabolisme protein oleh hati juga penting untuk

mempertahankan hidup.Hati membuat albumin dan faktor

pembekuan darah seperti protombin dan fibrinogen. Albumin dibuat oleh hati sebanyak 12-14 g dalam 24 jam yang merupakan sekitar 50% dari total protein yang disintesis hati. Albumin dan protein lain


(23)

commit to user

seperti globulin dan fibrinogen merupakan protein terbanyak dalam plasma (Amirudin, 2007).

Hati juga mengubah amonia menjadi urea, untuk dikeluarkan melalui ginjal dan usus. Metabolisme lemak yang dilakukan hati berupa pembentukan lipoprotein, kolesterol, dan fosfolipid, juga mengubah karbohidrat dan protein menjadi lemak (Amirudin, 2007). c. Fungsi pertahanan tubuh

Hati juga berperan dalam pertahanan tubuh, baik berupa proses detoksikasi maupun fungsi perlindungan. Detoksikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim hati terhadap zat-zat beracun, baik yang masuk dari luar maupun yang dihasilkan oleh tubuh sendiri. Dengan proses detoksikasi, zat berbahaya akan dirubah menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif (Aspinall et al., 2002).

Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel-sel kupffer yang berada pada dinding sinusoid hati. Dengan cara fagositosis, sel kupffer dapat membersihkan sebagian besar kuman yang masuk ke dalam hati melalui vena porta sehingga tidak menyebar ke seluruh tubuh. Sel kupffer juga menghasilkan imunoglobulin yang merupakan kekebalan humoral serta menghasilkan berbagai macam antibodi akibat kelainan hati tertentu seperti antimichondrial antibody

(AMA), smooth muscle antibody (SMA), dan antinuclear antibody


(24)

commit to user d. Fungsi vaskular hati

Pada orang dewasa, jumlah aliran darah ke hati diperkirakan sekitar 1.200-1.500 cc per menit. Darah tersebut berasal dari vena porta sekitar 1.200cc dan dari arteria hepatika sekitar 350 cc. Bila terjadi kelemahan fungsi jantung kanan dalam memompa darah seperti pada penderita payah jantung kanan, maka darah dari hati yang dialirkan ke jantung melalui vena hepatika dan selanjutnya masuk ke dalam vena kava inferior akan terhambat. Akibatnya terjadi pembesaran hati karena bendungan pasif oleh darah yang jumlahnya sangat besar (Guyton et al.,1996).

4. SGPT (Serum Glutamat-Piruvat Transaminase)

Akbar (2007) mengatakan, tes laboratorium sering kali digunakan untuk memastikan diagnosis (bersama-sama dengan riwayat kesehatan dan pemeriksaan jasmani) serta untuk memantau penyakit dan pengobatan. Pemeriksaan enzim dapat dibagi dalam beberapa bagian:

a. Enzim yang berhubungan dengan kerusakan sel yaitu SGOT,

SGPT, GLDH, dan LDH.

b. Enzim yang berhubungan dengan penanda kolestasis seperti

gamma GT dan fosfatase alkali.

c. Enzim yang berhubungan dengan kapasitas sintesis hati misalnya kolinesterase.


(25)

commit to user

Dua enzim yang sering berkaitan dengan kerusakan hepatoseluler adalah aminotransferase. Aspartat amino transferase (AST) memerantarai reaksi antara asam aspartat dan asam alfa-ketoglutamat; yang dikenal dengan serum glutamat-oksaloasetat transaminase (SGOT). Alanin aminotransferase (ALT) memindahkan satu gugus amino antara alanin dan asam alfa-ketoglutamat yang dikenal dengan serum glutamat-piruvat transaminase (SGPT). Walaupun SGPT dan SGOT sering dianggap sebagai enzim hati karena tingginya konsentrasi keduanya dalam hepatosit, namun hanya SGPT yang spesifik, karena SGOT terdapat di miokardium, otot rangka, otak, dan ginjal (Sacher dan McPherson, 2004). Pada penyakit hepatitis, kenaikan kembali atau bertahannya nilai transaminase yang tinggi menunjukkan kelainan yang berlanjut dan terjadinya nekrosis hati (Dalimartha, 2006).


(26)

commit to user B. Kerangka Pemikiran

]

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Memacu pertumbuhan sel

N-asetil-transferase langsung Sitokrom P450 hati Reduksi thymoquinone àdihydrothymoquinone Meningkatkan Total Antioxidant Status (TAS)

Mono-Asetilhidrazin (MAH) Radikal bebas Kerusakan hati INH Asetil-isoniazid Asetilasi makromolekul

Variabel luar yang tidak terkendali: kondisi psikologis dan keadaan awal hati Keterangan:

: memacu : menghambat : mencegah Efek antioksidan

thymoquinone (lebih dari 50%) p-cymene, α-pinene, dithymoquine, dan thymohydroquinone Minyak jintan hitam Meningkatkan glutathione


(27)

commit to user

C. Hipotesis

Minyak jintan hitam (Nigella sativa.L) bermanfaat sebagai


(28)

(29)

commit to user

19

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan thepost test only control group design.

B. Lokasi Penelitian.

Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

C. Subjek Penelitian.

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit (Mus

musculus) jantan, galur Swiss webster berumur 6-8 minggu dengan berat

badan + 20 g yang diperoleh dari peternakan mencit Universitas Setia Budi, Surakarta. Sampel sebanyak 30 ekor dibagi dalam 3 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 10 ekor mencit. Jumlah ini diperhitungkan menurut rumus Federer (Purawisastra, 2001), yaitu (t-1) (n-1) > 15, dengan t adalah jumlah perlakuan, sedangkan n adalah jumlah mencit untuk tiap kelompok.


(30)

commit to user

Berikut perhitungannya: ( t – 1 ) ( n – 1 ) > 15 ( 3 – 1 ) ( n – 1 ) > 15 2 ( n – 1 ) > 15 2n – 2 > 15 2n > 17

n > 17/2

n=8,5 dibulatkan 9

D. Teknik Sampling.

Pengambilan sampel sebanyak 30 ekor, dilakukan secara purposive

sampling yaitu ciri-ciri dan jumlah sampel yang diambil ditetapkan atau

ditentukan dahulu (Hadi, 2006). Kemudian pengelompokan tiap kelompok dilakukan secara random.

E. Rancangan Penelitian.

Rancangan penelitian ini adalah the post test only control group design

(Taufiqqurohman, 2003). Disini kelompok kontrol dipakai sebagai pembanding.

K : (X ) O

P1 : (X1) O1

P2 : (X2) O2

Keterangan:

K = Kelompok kontrol, terdiri dari 10 ekor mencit. P1 = Kelompok perlakuan 1, terdiri dari 10 ekor mencit.

P2 = Kelompok perlakuan 2, terdiri dari 10 ekor mencit.

X = Pemberian aquades 0,1 ml peroral dan aquades 0,056 ml peroralsehari selama 7 hari berturut-turut.


(31)

commit to user

X1 = Pemberian INH dosis 37,8 mg (peroral) 1 kali sehari selama 3 hari

berturut-turut.Selanjutnya hanya diberi aquades seperti pada kelompok kontrol sampai hari ke-7.

X2 = Pemberian INH dosis 37,8 mg (peroral) dan minyak jintan hitam

dosis 0,056 ml/20 g BB mencit peroral 1 kali sehari selama 3 hari berturut-turut. Selanjutnya diberi aquades 0,1 ml peroral dan minyak jintan hitam dosis 0,056 ml/20 g BB mencit peroral 1 kali perhari sampai hari ke-7.

O = Pemeriksaan kadar SGPT pada kelompok kontrol. O1 = Pemeriksaan kadar SGPT pada kelompok perlakuan 1.

O2 = Pemeriksaan kadar SGPT pada kelompok perlakuan 2.

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : status pemberian minyak jintan hitam dan INH.

2. Variabel terikat : kadar SGPT mencit.

3. Variabel luar :

Variabel luar dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Variabel luar yang dapat dikendalikan : variasi genetik, jenis kelamin, umur, suhu udara, berat badan, dan jenis makanan mencit semuanya diseragamkan.

b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan : kondisi psikologis dan keadaan awal hati mencit.


(32)

commit to user

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian.

1. Minyak jintan hitam.

Minyak jintan hitam diberikan secara per oral dengan sonde lambung satu kali sehari selama 7 hari berturut-turut. Pemberian minyak jintan hitam dengan dosis sebesar 0,056 ml/20 g BB mencit diberikan pada kelompok perlakuan 2. Minyak jintan hitam diberikan + 2 jam setelah pemberian INH agar INH terabsorbsi lebih dahulu. Minyak jintan hitam merupakan minyak yang didapat dari biji jintan hitam yang telah

melalui proses ekstraksi minyak dengan metode cold pressing

(pengempaan dingin). Minyak jintan hitam yang digunakan adalah

minyak jintan hitam dengan nama dagang Black Seed Daily Supplement

produksi M102. Skala pengukuran variabel bebas adalah skala nominal. 2. Isoniazid (INH)

INH diberikan secara peroral dengan sonde lambung satu kali sehari selam 3 hari berturut-turut. Pemberian INH dengan dosis 5.46 mg/20 gBB diberikan pada kelompok perlakuan 1 dan 2. INH yang diberikan adalah INH yang diproduksi oleh Kimia Farma dalam bentuk tablet 300 mg yang kemudian diproses hingga mencapai dosis 5,46 mg/20 gBB yang dijelaskan lebih lanjut di dalam lampiran 2.

3. Variabel terikat : Kadar SGPT

SGPT adalah suatu enzim golongan transferase yang mengkatalisis

pemindahan reversible sebuah gugus amino dari alanine ke α–


(33)

commit to user

phosphate sebagai kofaktor. Aktivitas enzim serum (SGPT) ini sangat meningkat pada penyakit hati (Dorland, 2002) meningkat. Parameter kerusakan hati diukur dengan kadar GPT serum karena GPT terutama paling banyak terdapat dalam sitoplasma sel hati, sedangkan dalam jaringan tubuh yang lain konsentrasinya rendah. Perubahan kadar SGPT terhadap kerusakan akibat peradangan akut hati, memiliki sensitivitas yang sangat tinggi dibandingkan SGOT, sehingga dapat mengukur sejauh mana efek hepatoprotektif dari minyak jintan hitam (Widmann, 1995).

Pengukuran kadar SGPT, menggunakan metode IFCC tanpa pyridoxal phosphat. Aktivitas enzim dibaca padasuhu 37°C. Aktivitas SGPT dinyatakan dalam U/L, skala rasio (Widmann, 1995).

4. Variabel luar.

a. Variabel luar yang dapat dikendalikan 1) Variasi genetik

Jenis hewan coba yang digunakan adalah mencit (Mus

musculus) dengan galur Swiss webster.

2) Jenis kelamin

Jenis kelamin mencit yang digunakan adalah jantan.

3) Umur

Umur mencit pada penelitian ini adalah 6-8 minggu.

4) Suhu udara

Hewan percobaan diletakkan dalam ruangan dengan suhu udara kamar yang berkisar antara 25°-28° Celcius.


(34)

commit to user

5) Berat badan

Berat badan hewan percobaan saat pengukuran +20 g.

6) Jenis makanan

Makanan yang diberikan berupa pellet dan minuman dari air PAM.

7) Jintan hitam

b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan : kondisi psikologis dan keadaan awal hati mencit.

Kondisi psikologis mencit dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Lingkungan yang terlalu ramai, pemberian perlakuan yang berulang kali, dan perkelahian antar mencit dapat mempengaruhi kondisi psikologis mencit.

Keadaan awal hati mencit tidak diperiksa pada penelitian ini sehingga mungkin saja ada mencit yang sebelum perlakuan hatinya sudah mengalami kelainan.

H. Alat dan Bahan Penelitian.

1. Alat

Alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Kandang mencit

b. Timbangan hewan

c. Timbangan obat


(35)

commit to user e. Gelas ukur, mikro pipet dan pengaduk

2. Bahan

Bahan yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

a. INH

b. Makanan hewan percobaan (pellet)

c. Aquades

d. Minyak jintan hitam

I. Cara Kerja

1. Dosis Isoniazid (INH)

Pemberian INH dosis toksik pada manusia sebesar 30 mg/kg BB (Erdman, 2004). Setelah dikonversi ke dalam dosis untuk mencit didapatkan hasil 5.46mg/20 gBB (di jelaskan dalam lampiran 2)

2. Dosis minyak jintan hitam

Dosis minyak jintan hitam yang digunakan untuk menimbulkan efek hepatoprotektif pada tikus yang diinduksi siklosporin adalah 2 ml/kgBB per oral (Uz et al., 2008). Maka, untuk tikus seberat 200 g didapatkan dosis 0,4 ml/200 g BB. Perhitungan dosis untuk mencit dengan berat badan 20 g sesuai tabel konversi (Ngatidjan, 1991) yaitu, 0,4 x 0,14 = 0,056 ml/20 g BB. Minyak jintan hitam yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh peneliti dengan membeli minyak jintan hitam dengan nama dagang Black Seed Daily Supplement produksi


(36)

commit to user

M102. Minyak jintan hitam 0,056 ml/20 g BB diberikan pada kelompok perlakuan 2 secara peroral selama 7 hari berturut-turut.

3. Alur penelitian

Gambar 2. Skema Alur Penelitian

Sebelum diberi perlakuan, mencit diadaptasikan dahulu selama satu minggu di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Keesokkan hari setelah adaptasi selesai, dilakukan penimbangan pada semua mencit untuk penentuan rata-rata Hari ke 1 1 3 4 7 8

Sampel 30 ekor mencit

Kelompok kontrol Kelompok perlakuan 1 Kelompok perlakuan 2

Dipuasakan selama + 5 jam

Aquades 0,156 ml

Aquades 0.1 ml dan Minyak jintan hitam dosis

0,056 ml.

Pemeriksaan SGPT pada hari ke-8. Diberikan INH 5,46mg dalam

0.1 ml Aquades.

Diberikan INH 5,46mg dalam 0.1 ml Aquades.

+

Minyak jintan hitam 0.056 ml Aquades 0,1 ml + 0.056 ml = 0.156ml


(37)

commit to user

berat badan mencit pada penelitian ini, sehingga dosis pemberian INH dan minyak jintan hitam dapat lebih tepat.

Setelah dilakukan penimbangan, mencit dibagi dalam 3 kelompok secara random dan mendapat perlakuan sesuai dengan rancangan penelitian.

Setiap sebelum pemberian INH dan minyak jintan hitam, mencit dipuasakan dahulu + 5 jam untuk mengosongkan lambung. Pemberian minyak jintan hitam dilakukan + 2 jam setelah pemberian INH agar INH terabsorbsi lebih dahulu (Ringoringo, 1985). Di luar jadwal perlakuan, mencit diberi makan pellet dan minum air PAM ad libitum.

4. Pengukuran Hasil

Pada hari ke-8 darah diambil melalui sinus orbitalis dan diukur kadar SGPT masing-masing mencit tiap kelompok.

J. Teknik Analisis Data Statistik.

Data yang diperoleh akan diuji menggunakan uji statistik One-Way

ANOVA(α = 0,05). Jika terdapat perbedaan yang bermakna, maka dilanjutkan

dengan uji Post Hoc Multiple Comparisons (LSD) (α = 0,05) (Riwidikdo, 2007). Data diolah dengan program komputer SPSS (Statistical Product and


(38)

commit to user

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Hasil Penelitian

Data hasil pengamatan dari penelitian ini berupa data rasio yaitu nilai kadar SGPT mencit. Rata-rata kadar SGPT mencit untuk masing-masing kelompok perlakuan mencit dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 1. Rata-rata Kadar SGPT Masing-masing Mencit

Kadar SGPT Mean SD

Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan 1 Kelompok Perlakuan 2

76,17 83,42 50,45 23,96 42,97 7,56

Gambar 3. Nilai Rata-rata Kadar SGPT Tiap Kelompok

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 kelompok kontrol kelompk

perlakuan 1 Kelompok Perlakuan 2

76.17 83.42

50.45

mean


(39)

commit to user

Tabel 1 menyajikan data rata-rata dan standar deviasi kadar SGPT mencit sebelum perlakuan untuk ketiga kelompok. Rata-rata kadar SGPT mencit sebelum perlakuan yaitu kelompok kontrol adalah 76,17 dengan standar deviasi 23,96 (76,17±23,96). Kemudian nilai rata-rata untuk kelompok perlakuan 1 adalah 83,42±42,97 dan kelompok 2 adalah 50,45±7,56.

B. Analisis Data

Uji One Way ANOVA terhadap data kadar SGPT mencit memiliki nilai

signifikansi sebesar 0,040 atau lebih kecil dari derajat kemaknaan 0,05. Dengan demikian terdapat perbedaan kadar SGPT yang signifikan antar ketiga kelompok perlakuan.

Untuk mengetahui letak perbedaan dari ketiga kelompok kadar SGPT dilakukan Post Hoc Test yang digunakan adalah LSD. Rekapitulasi pengujian selengkapnya disajikan dalam tabel-tabel berikut ini.

Tabel 2. Hasil Post Hoc Test Kadar SGPT (LSD)

No Pasangan Kelompok Signifikansi (sig.) Kesimpulan

1 Kontrol – KP 1 0,577 (sig.> 0,05) Berbeda; Tdk signifikan

2 Kontrol – KP 2 0,055 (sig. < 0,05) Berbeda; Tdk signifikan

3 KP 1 – KP 2 0,016 (sig. < 0,05) Berbeda; signifikan

Keterangan:

KP 1 : Kelompok Perlakuan 1


(40)

commit to user

Dari tabel 2 diketahui pasangan kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan 1 berbeda tidak signifikan (Pvalue > 0,05), kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan 2 berbeda tidak signifikan (Pvalue > 0,05), dan pasangan kelompok 1dengan kelompok 2 berbeda signifikan (Pvalue< 0,05).


(41)

(42)

commit to user

31

BAB V PEMBAHASAN

Tingginya kadar SGPT mencit pada kelompok kontrol yaitu 76,17 U/L jika dibandingkan dengan angka normal pada manusia 5-35 U/L(Sacher dan McPherson, 2004) dapat disebabkan oleh faktor - faktor antara lain: keadaan awal hati mencit sebelum dilakukannya penelitian telah mengalami kerusakan karena penyakit hati, efek toksik dan hipersensitif dari suatu zat dan keadaan psikologis mencit selama dalam masa penelitian. Himawan (2008) mengatakan bahwa variabel yang tidak dapat dikendalikan dan dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan kadar SGPT antara lain: 1. kondisi psikologis tikus dipengaruhi oleh perlakuan yang berulang kali; 2. Penyakit hati seperti kelainan pada hati seperti: hepatitis, sirosis hepatis, nekrosis hati; 3. Patogenitas suatu zat yang dapat merusak hepar selain radikal bebas yaitu: efek toksik dan hipersensitivitas(alergi); 4. Daya regenerasi sel hati dari masing-masing binatang percobaan; 5.Imunitas (sistem kekebalan) dari masing-masing binatang percobaan.

Peningkatan SGPT karena induksi INH pada kelompok perlakuan I (rata-rata 83,42+42,97) dibandingkan dengan kelompok kontrol (76,17+23,96) sesuai dengan Bayupurnama (2006) yang mengatakan bahwa INH berkaitan dengan hepatotoksisitas. INH mempunyai efek langsung atau melalui produksi kompleks enzim-obat yang berakibat disfungsi sel, disfungsi membran, respons sitotoksik sel T. Jenis reaksi yang terjadi adalah hepatoselular. Hal ini juga didukung oleh Troy et al. (1999) dalam Jussi, (2006) bahwa kerusakan hati disebabkan karena


(43)

commit to user

metabolit toksik, yaitu pertama-tama INH mengalami asetilasi menjadi

asetil-isoniazid oleh enzim N-asetil transferase (NAT). Asetyl-isoniazid

dimetabolismemenjadi acetyl hydrazine dan isonicotinic acid. Isonicotinic acid dikonjugasi oleh glisin, Asetilhidrazin dimetabolisme lebih lanjut menjadi diasetilhidrazin dan diubah oleh sitokrom P450 menjadi metabolit reaktif Mono-asetil Hidrazin (MAH). Metabolit reaktif MAH merupakan radikal bebas dan bersifat toksik. Pada tikus, scavenger radikal bebas terkait thiols dan antioksidan glutation peroksidase serta aktivitas katalase dihilangkan oleh INH. MAH selanjutnya akan memacu asetilasi makromolekul dan berefek hepatotoksis.

Pada penelitian ini dipakai dosis minyak jintan hitam seperti yang digunakan untuk menimbulkan efek hepatoprotektif pada tikus. Dosis ini ternyata juga menunjukkan efek hepatoprotektif pada mencit yang diinduksi INH yang ditunjukkan dengan penurunan kadar SGPT pada kelompok 2. Hal ini berarti penggunaan minyak jintan efektif untuk menurunkan SGPT pada mencit, sesuai dengan pendapat Ali dan Blunden, (2003), yang menyebutkan bahwa efek farmakologis ekstrak biji jintan hitam telah banyak dilaporkan termasuk perlindungan terhadap hepatotoksisitas yang diinduksi oleh penyakit maupun bahan-bahan kimia. Biji atau minyaknya mempunyai aktivitas anti inflamasi, analgesik, anti piretik, anti mikroba, dan anti neoplastik. Biji dan minyak jintan hitam telah dilaporkan memiliki efek antioksidan yang kuat dan efektif melawan penyakit dan bahan kimia yang menyebabkan hepatotoksik dan nefrotoksik Hal ini didukung oleh Uz, et al. (2008) aksi dari antioksidan minyak jintan hitam mungkin menjelaskan efek proteksi yang dimilikinya melawan beragam


(44)

commit to user

hepatotoksik dan nefrotoksik in vivo dan in vitro. Minyak jintan hitam secara signifikan meningkatkan fungsi dan parameter histologi dan mengurangi stres oksidatif. Mekanisme kerja dari thymoquinone sendiri tanpa mengakibatkan perubahan pada aktifitas GST (glutatione-S-transferase) dan tidak juga mengurangi kadar glutatione pada jaringan, thymoquinone tereduksi menjadi

dihydrotymoquinone dalam efek anti scavenger radikal superoksida. Walaupun

dihydrothymoquinone merupakan zat hasil reduksi, ternyata masih mempunyai


(45)

commit to user

34

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, minyak jintan hitam (Nigella sativa.L) dengan dosis 0,056 ml/20 gBB mencit peroral 1 kali perhari bermanfaat sebagai hepatoprotektor pada mencit (Mus musculus) yang diinduksi Isoniazid (INH).

B. Saran

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai dosis minyak jintan hitam sehingga diketahui dosis yang lebih efektif dalam menurunkan kadar SGPT mencit (mus musculus) yang diinduksi INH

2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek penggunaan minyak jintan hitam terhadap organ tubuh lainnya selain manfaatnya sebagai hepatoprotektor.


(1)

commit to user

Dari tabel 2 diketahui pasangan kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan 1 berbeda tidak signifikan (Pvalue > 0,05), kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan 2 berbeda tidak signifikan (Pvalue > 0,05), dan pasangan kelompok 1dengan kelompok 2 berbeda signifikan (Pvalue< 0,05).


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(3)

commit to user

31

BAB V PEMBAHASAN

Tingginya kadar SGPT mencit pada kelompok kontrol yaitu 76,17 U/L jika dibandingkan dengan angka normal pada manusia 5-35 U/L(Sacher dan McPherson, 2004) dapat disebabkan oleh faktor - faktor antara lain: keadaan awal hati mencit sebelum dilakukannya penelitian telah mengalami kerusakan karena penyakit hati, efek toksik dan hipersensitif dari suatu zat dan keadaan psikologis mencit selama dalam masa penelitian. Himawan (2008) mengatakan bahwa variabel yang tidak dapat dikendalikan dan dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan kadar SGPT antara lain: 1. kondisi psikologis tikus dipengaruhi oleh perlakuan yang berulang kali; 2. Penyakit hati seperti kelainan pada hati seperti: hepatitis, sirosis hepatis, nekrosis hati; 3. Patogenitas suatu zat yang dapat merusak hepar selain radikal bebas yaitu: efek toksik dan hipersensitivitas(alergi); 4. Daya regenerasi sel hati dari masing-masing binatang percobaan; 5.Imunitas (sistem kekebalan) dari masing-masing binatang percobaan.

Peningkatan SGPT karena induksi INH pada kelompok perlakuan I (rata-rata 83,42+42,97) dibandingkan dengan kelompok kontrol (76,17+23,96) sesuai dengan Bayupurnama (2006) yang mengatakan bahwa INH berkaitan dengan hepatotoksisitas. INH mempunyai efek langsung atau melalui produksi kompleks enzim-obat yang berakibat disfungsi sel, disfungsi membran, respons sitotoksik sel T. Jenis reaksi yang terjadi adalah hepatoselular. Hal ini juga didukung oleh Troy et al. (1999) dalam Jussi, (2006) bahwa kerusakan hati disebabkan karena


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

metabolit toksik, yaitu pertama-tama INH mengalami asetilasi menjadi

asetil-isoniazid oleh enzim N-asetil transferase (NAT). Asetyl-isoniazid

dimetabolismemenjadi acetyl hydrazine dan isonicotinic acid. Isonicotinic acid dikonjugasi oleh glisin, Asetilhidrazin dimetabolisme lebih lanjut menjadi diasetilhidrazin dan diubah oleh sitokrom P450 menjadi metabolit reaktif Mono-asetil Hidrazin (MAH). Metabolit reaktif MAH merupakan radikal bebas dan bersifat toksik. Pada tikus, scavenger radikal bebas terkait thiols dan antioksidan glutation peroksidase serta aktivitas katalase dihilangkan oleh INH. MAH selanjutnya akan memacu asetilasi makromolekul dan berefek hepatotoksis.

Pada penelitian ini dipakai dosis minyak jintan hitam seperti yang digunakan untuk menimbulkan efek hepatoprotektif pada tikus. Dosis ini ternyata juga menunjukkan efek hepatoprotektif pada mencit yang diinduksi INH yang ditunjukkan dengan penurunan kadar SGPT pada kelompok 2. Hal ini berarti penggunaan minyak jintan efektif untuk menurunkan SGPT pada mencit, sesuai dengan pendapat Ali dan Blunden, (2003), yang menyebutkan bahwa efek farmakologis ekstrak biji jintan hitam telah banyak dilaporkan termasuk perlindungan terhadap hepatotoksisitas yang diinduksi oleh penyakit maupun bahan-bahan kimia. Biji atau minyaknya mempunyai aktivitas anti inflamasi, analgesik, anti piretik, anti mikroba, dan anti neoplastik. Biji dan minyak jintan hitam telah dilaporkan memiliki efek antioksidan yang kuat dan efektif melawan penyakit dan bahan kimia yang menyebabkan hepatotoksik dan nefrotoksik Hal ini didukung oleh Uz, et al. (2008) aksi dari antioksidan minyak jintan hitam mungkin menjelaskan efek proteksi yang dimilikinya melawan beragam


(5)

commit to user

hepatotoksik dan nefrotoksik in vivo dan in vitro. Minyak jintan hitam secara signifikan meningkatkan fungsi dan parameter histologi dan mengurangi stres oksidatif. Mekanisme kerja dari thymoquinone sendiri tanpa mengakibatkan perubahan pada aktifitas GST (glutatione-S-transferase) dan tidak juga mengurangi kadar glutatione pada jaringan, thymoquinone tereduksi menjadi

dihydrotymoquinone dalam efek anti scavenger radikal superoksida. Walaupun

dihydrothymoquinone merupakan zat hasil reduksi, ternyata masih mempunyai


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, minyak jintan hitam (Nigella sativa.L) dengan dosis 0,056 ml/20 gBB mencit peroral 1 kali perhari bermanfaat sebagai hepatoprotektor pada mencit (Mus musculus) yang diinduksi Isoniazid (INH).

B. Saran

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai dosis minyak jintan hitam sehingga diketahui dosis yang lebih efektif dalam menurunkan kadar SGPT mencit (mus musculus) yang diinduksi INH

2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek penggunaan minyak jintan hitam terhadap organ tubuh lainnya selain manfaatnya sebagai hepatoprotektor.