Tinjauan atas Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

(1)

Waluyo, 2010. Perpajakan Indonesia, Jakarta : Salemba Empat

Agus Setiawan dan Basri Musti. 2006. Perpajakan Umum, Jakarta : Rajawali Pers Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

Mardiasmo, 2008. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta : Salemba Empat Resmi Siti, 2008. Perpajakan Teori. Jakarta : Salemba Empat

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-254/PMK03/2008 Republik Indonesia. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per 31/PS/2012


(2)

A. Pengertian Perpajakan

Berdasarkan undang-undang nomor 36 tahun 2008, Pajak merupakan konstribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Yang dimaksud dengan penghasilan menurut pasal 4 ayat (1) undang-undang Pajak Penghasilan, adalah “setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun”.

Beberapa dari para ahli perpajakan mengemukakan pendapat yang berbeda mengenai pajak, tetapi pada dasarnya pendapat yang dikemukakan tersebut mempunyai maksud dan tujuan yang sama. Diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh :

1. Leroy Beaulieu, seorang sarjana dari perancis, dalam bukunya yang berjudul Traite de la Science des Finance, 1906 mengemukakan, “Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung yang dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang, untuk menutup belanja pemerintah”.


(3)

2. Prof. Dr. Rahmat Soemitro, SH dalam bukunya Mardiasmo (2008 :1) : “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang berlangsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

3. Prof. Dr. M.J.H Smeets dalam bukunya de Economische Betekenis der Belastingen, 1951 adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan yang dapat dipaksakan tanpa adanya kontra prestasi yang dapat ditunjukkan dalam kasus yang bersifat individual yang maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

4. Dr. Soeparman Soemahamidjaja dalam disertasinya yang berjudul “Pajak Berdasarkan Asas Gotong – Royong “, Universitas Padjajaran, Bandung, 1964, menyatakan bahwa pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.

5. P.J.A Andriani dalam bukunya Waluyo (2009 :2) : Pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dipaksakan) yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintah.”


(4)

6. Dr. N. J. Feldmann berpendapat bahwa : “Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum”. (Resmi, Siti 2008:2)

B. Pajak Penghasilan Pasal 21

1. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21

Pajak Penghasilan tergolong sebagai pajak subjektif yaitu pajak yang mempertimbangkan keadaan pribadi wajib pajak sebagai faktor utama dalam pengenaan pajak. Keadaan pribadi wajib pajak, yang tercermin pada banyaknya jumlah komponen penghasilan tidak kena pajak yang dimiliki atau ditanggung wajib pajak yang merupakan salah satu faktor pembeda dalam menentukan besarnya jumlah pajak penghasilan yang dipotong dan ditanggung dari tiap-tiap wajib pajak.

Penghasilan Pasal 21 merupakan yang dipungut dan/atau dipotong oleh pihak ketiga atau pemberi kerja atas penghasilan yang dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan, berdasarkan ketentuan Pasal 21 UU No. 7 tahun 1983 tentang PPh sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU No. 36 tahun 2008, termasuk PPh yang bersifat final dan setoran akhir tahun.

Pengertian Pajak Penghasilan menurut Dimsky K. Judiseno (1996 : 2) adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak untuk


(5)

kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai satu kewajiban yang harus dilaksanakan.

Jadi pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah Pajak Penghasilan yang dikenakan atau dipotong oleh pihak lain yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lainnya dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan, atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak dalam negeri.

2. Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21

Dasar hukum Pajak Penghasilan pasal 21 adalah :

2.1.Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang No. 28 Tahun 2007.

2.2.Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 tahun

2008.

2.3.Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 541/KMK.04/2000 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Republik Indonesia Nomor 184/PMK.03/2007 tentang penentuan tanggal jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran Dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak.


(6)

2.4.Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-254/PMK.03/2008 tentang Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan.

2.5.Peraturan direktur jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 tentang pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21/26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi. 2.6.Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan bagi

Pejabat Negara, Pegawai Negari Sipil, Anggota ABRI, dan Para Pensiunan atas Penghasilan yang dibebankan kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah. 2.7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 520/KMK.04/1998 tanggal 18 Desember

1998 tentang bagian dari penghasilan sehubungan dengan pekerjaan dari pegawai harian dan mingguan serta pegawai tetap lainnya yang tidak dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan.

2.8.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 521/KMK.04/1998 tanggal 18 Desember 1998 tentang besarnya biaya jabatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pegawai tetap atau pensiunan.

3. Wajib Pajak

Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah : 3.1.Pejabat Negara adalah :


(7)

b. Ketua, Wakil Ketua, dan anggota DPR/ MPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota,

c. Ketua dan Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan,

d. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Mahkamah Agung, e. Ketua, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung,

f. Menteri dan Menteri Negara, g. Jaksa Agung,

h. Gubernur dan Wakil Gubernur Kepala Daerah Provinsi, i. Bupati da Wakil Bupati Kepala Daerah Kabupaten, j. Walikota dan Wakil Walikota Kepala Kota.

3.2.Pegawai Negeri Sipil (PNS), adalah PNS-Daerah, dan PNS Lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah sebagaimana diatur dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974.

3.3.Pegawai adalah setiap orang pribadi yang melakukan pekerjaan berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak tertulis, termasuk yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau BUMN atau BUMD.

3.4.Pegawai Tetap adalah orang yang bekerja pada pemberi kerja, yang menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur dan terus menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung.

3.5.Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negeri, adalah orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)


(8)

hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan yang menerima atau memperoleh gaji, honorarium, dan/atau imbalan lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan.

3.6.Tenaga Lepas, adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang hanya menerima imbalan apabila orang pribadi yang bersangkutan bekerja.

3.7.Penerima Pensiun, adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau memperoleh imbalan untuk pekerja yang dilakukan di masa lalu, termasuk orang pribadi atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu, termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima Tabungan Hari Tua atau Tunjangan Hari Tua.

3.8.Penerima Honorarium, adalah orang pribadi yang menerima atau memperoleh imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan, atau kegiatan yang dilakukannya. 3.9.Penerima Upah, adalah orang pribadi yang menerima upah harian, upah

mingguan, upah borongan, atau upah satuan.

4. Objek Pajak

Objek Pajak yaitu sebagai sasaran pengenaan pajak dan dasar untuk menghitung pajak terutang.Yang menjadi objek pajak PPh adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari luar negeri yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaaan. Wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.


(9)

Penghasilan yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 :

4.1.Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai atau penerima pensiun secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarium anggota dewan komisaris atau anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transport, tunjangan pajak, iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, beasiswa, premi asuransi yang dibayarkan oleh pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.

4.2.Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai, penerima pensiun atau mantan pegawai secara teratur berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangn hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap dan biasanya dibayarkan sekali dalam setahun.

4.3.Upah harian, upah mingguan, upah satuan dan upah borongan yang diterima atau diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, serta uang saku harian atau mingguan yang diterima peserta pendidikan, pelatihan atau pemagangan yang merupakan calon pegawai.

4.4.Uang tebusan, uang Tabungan Hari Tua atau jaminan hari tua, Uang pesangon, dan pembayaran lain sejenis sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja. 4.5.Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam


(10)

sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan Wajib Pajak dalam negeri, terdiri dari :

a. Tenaga Ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari : Pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, dan aktuaris.

b. Pemain Musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, crew film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya.

c. Olahragawan

d. Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator. e. Pengarang, peneliti dan penterjemah.

f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk tehnik, komputer, dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial.

g. Agen iklan

h. Pengawas, pengelola proyek, anggota, dan pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan, dan serta sidang atau rapat.

i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan. j. Peserta perlombaan.

k. Petugas penjaja barang dagangan. l. Petugas dinas luar asuransi.

m.Peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan bukan pegawai atau bukan pegawai calon pegawai.


(11)

n. Distributor perusahaan multilevelmarketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya.

4.6.Tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji dan honorarium atau imbalan lain yang bersifat tidak tetap yang diterima oleh Pejabat Negara dan PNS.

4.7.Uang pensiun dan tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh pensiunan termasuk janda dan atau anak-anak.

4.8.Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama apapun yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak selain pemerintah, atau Wajib Pajak yang dikenakan PPh yang bersifat final dan yang akan dikenakan PPh berdasarkan norma perhitungan khusus (deemed profit).

4.9.Penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

5. Penghasilan yang dikecualikan dari Pengenaan Pajak Penghasilan pasal 21

Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 : 5.1.1. Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi

kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.

5.1.2. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan Wajib Pajak oleh yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma perhitungan khusus (deemed profit).


(12)

5.1.3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan dan iuran Jaminan Hari Tua kepada badan penyelenggara Jamsostek yang dibayarkan oleh pemberi kerja. 5.1.4. Zakat yang diterima oleh pribadi yang berhak dari badan atau lembaga

amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.

5.1.5. Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf 1 Undang-Undang Pajak Penghasilan.

6. Subjek Pajak

Yang menjadi subjek pajak adalah orang yang dituju oleh undang- undang untuk dikenakan pajak. Pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya. Pengertian subjek pajak meliputi orang pribadi, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, badan, dan bentuk usaha tetap, yaitu sbagai berikut:

1. Orang Pribadi

Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia

3. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak. Penunjukan warisan yang belum terbagi sebagai subjek pajak pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tetap dapat dilaksakan.


(13)

3. Badan

Badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah merupakan subjek pajak tanpa memperhatikan nama dan bentuknya sehingga setiap unit tertentu dari badan pemerintah, sebagai contoh lembaga, badan, dan sebagainya yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan.

4. Bentuk Usaha Tetap

Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 ( dua belas ) bulan, atau badan yang tidak

didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.

7. Penerima Penghasilan Yang Dipotong Pph Pasal 21

Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi yang merupakan:

7.1.Pegawai, yaitu orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, baik sebagai pegawai tetap atau pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas berdasarkan perjanjian atau kesepakatan baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu dengan memepeoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain yang ditetapkan pemberi kerja, termasuk orang pribadi yang


(14)

melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah,

7.2.Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua,atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;

7.3.Bukan pegawai yang mnerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi :

a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris,

b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya.

c. Olahragawan,

d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator, e. Pengarang, peneliti, dan penterjemah,

f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan,

g. Agen iklan,


(15)

i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara,

j. Petugas penjaja barang dagangan, k. Petugas dinas luar asuransi,

l. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya,

7.4. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan karena keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi :

a. Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya,

b. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja,

c. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebgai penyelenggara kegiatan tertentu,

d. Peserta, pendidikan, dan magang, e. Peserta kegiatan lainnya.

8. Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun

Biaya jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang besarnya 5% dari penghasilan bruto, setinggi-tinginyaRp. 6000.000,- setahun atau Rp.500.000,- sebulan.


(16)

Biaya pensiun adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, memelihara uang pensiun yang besarnya 5% dari penghasilan bruto berupa uang pensiun setinggi-tinggi Rp.432.000,- setahun atau Rp.36.000,- sebulan.

9. Tarif dan PTKP

Tarif pajak penghasilan Pribadi dan Penghasilan tidak kena Pajak (PTKP) yang diberlakukan sejak 1 Januari 2013. Sesuai dengan pasal 17 ayat 1, Undang-Undang no. 36 tahun 2008 (Undang-undang tentang Pajak Penghasilan) maka tarif Pajak Penghasilan pribadi adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

Tarif Pajak

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp.50.000.000,- 5 %

Diatas Rp.50.000.000,- sampai dengan Rp.250.000.000,- 15 % Diatas Rp.250.000.000,- sampai dengan Rp.500.000.000,- 25 %

Diatas Rp.500.000.000,- 30 %

Tarif pajak yang berlaku beserta penerapannya menurut ketentuan dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah sebagai berikut :

9.1.Tarif berdasarkan pasal 17 Undang-Undang PPh, ditetapkan atas Penghasilan Kena Pajak dari :


(17)

a. Pegawai tetap, termasuk Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI/POLRI, Pejabat Negara Lainnya, Pegawai BUMN dan BUMD, dan anggota dewan komisaris, atau dewan pengawas yang menerapkan sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama.

b. Penerima Pensiun yang dibayarkan secara bulanan.

c. Pegawai tidak tetap, pemagang, dan calon Pegawai yang dibayarkan secara bulanan.

d. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya.

Penghasilan Kena Pajak Bagi Pegawai tetap adalah sebesar penghasilan bruto dikurang dengan :

a. Biaya jabatan

b. Iuran pensiun yang dibayar sendiri oleh pegawai (termasuk iuran tabungan hari tua/jaminan hari tua).

c. Penghasilan tidak kena pajak

Bagi penerima pensiun yang dibayarkan secara bulanan adalah sebesar penghasilan bruto dikurang dengan :

a. Biaya pensiun b. PTKP

Bagi pegawai tidak tetap, pemagang, dan calon pegawai yang dibayarkan secara bulanan adalah sebesar penghasilan bruto dikurang PTKP. Bagi distributor


(18)

perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya adalah penghasilan bruto setiap bulan dikurang dengan PTKP perbulan.

9.2. Tarif berdasarkan Pasal 17 Undang-Undang PPh, diterapkan atas penghasilan bruto berupa :

a. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain dengan nama sebagai imbalan atas jasa atau kegiatan yang jumlahnya dihitung tidak dasar banyaknya hari yang diperlukan untuk menyelesaikan jasa atau kegiatan yang diberikan yang diterima atau diperoleh dalam satu bulan takwim.

b. Honorarium yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama, selama satu tahun takwim.

c. Jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus yang diterima atau diperoleh mantan pegawai selama satu tahun takwim.

d. Penarikan dana pada dana pensiun yang pendirinya telah disahkan oleh Kementrian Keuangan, oleh peserta program pensiun yang diterima atau diperoleh selama satu tahun takwim.

PPh Pasal 21 = Penghasilan x tarif Pasal 17 UU PPh

9.3.Tarif sebesar 15% diterapkan atas perkiraan penghasilan neto yang dibayarkan atau terutang kepada tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas (pengacara, akuntan, arsitek, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris). Besarnya perkiraan


(19)

penghasilan neto adalah 50% dari penghasilan bruto berupa honorarium atau imbalan lain dengan nama dan dalam bentuk apapun.

PPh Pasal 21 = ( Penghasilan Bruto x 50%) x 15%

9.4.Tarif sebesar 5% diterapkan atas upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, dan uang saku harian yang jumlahnya melebihi Rp.110.000,- sehari tidak melebihi Rp.11.000,- dalam satu bulan takwim dan atau tidak dibayarkan secara bulanan.

PPh Pasal 21 = (Penghasilan Bruto sehari-Rp.110.000,-) x 5%

Tabel 3.2

Penghasilan Tidak Kena Pajak

Diri Wajib Pajak Orang Pribadi Rp.24.300.000,00

Tambahan Untuk Wajib Pajak yang Kawin Rp.2.025.000,00 Tambahan Untuk Seorang Istri yang Penghasilannya digabung

dengan penghasilan suami

Rp.24.300.000,00 Tambahan Untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga

semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang ditanggung

Rp.2.025.000,00

10. Tarif PPh Pasal 21 Final

Untuk beberapa jenis penghasilan, akan dikenakan PPh Pasal 21 yang bersifat final. Besarnya tarif dan penghasilan tersebut adalah sebagai berikut:

10.1. Atas uang pesangon, uang tebusan pensiun yang dibayarkan oleh dana pensiun yang pendirinya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, dan Tunjangan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, yang dibayarkan sekaligus oleh badan


(20)

Penyelenggara Jamsostek, dipotong Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan ketentuan sebgai berikut :

a. Atas jumlah penghasilan bruto sebesar Rp.50.000.000,- atau kurang tidak dikenakan pajak penghasilan.

b. Atas jumlah diatas Rp.50.000.000,- diatur dengan ketentuan sesuai dengan tarif PPh Pasal 17 yaitu dikalikan 5%.

10.2. Tarif sebesar 15% dan sifatnya final diterapkan atas penghasilan bruto berupa honorarium yang diterima oleh Pejabat Negara, PNS, dan anggota TNI/POLRI yang bersumber dananya berasal dari keuangan Negara atau keuangan daerah, kecuali yang dibayarkan kepada PNS golongan IId ke bawah atau Ajun Inspektur atau ke bawah.

11.Cara Menghitung Pajak Penghasilan pasal 21

Penghasilan neto = Bruto – ( Biaya jabatan + iuran pensiun dan THT / JHT ) ket: Biaya jabatan besarnya 5% dari penghasilan bruto dengan ketentuan setinggi- tingginya Rp 6.000.000/ tahun atau Rp 500.000/ bulan

Penghasilan kena pajak ( PKP ) = Penghasilan neto – Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP):

Wajib Pajak : Rp.24.300.000 Kawin : Rp. 2.025.000 Keluarga yang menjadi tanggungan : Rp. 2.025.000


(21)

Pph pasal 21 setahun = PKP x Tarif pajak Dibagi 12 untuk pph pasal 21/ bulannya

Sampai dengan Rp. 50.000.000 tarif 5% Diatas Rp. 50.000.000 - Rp. 250.000.000 tarif 15% Diatas Rp. 250.000.000 – Rp. 500.000.000 tarif 25% Diatas Rp. 500.000.000 tarif 30%


(22)

A. Tinjauan atas Penerimaan SPT Masa PPh Pasal 21 dan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Tabel 4.1

Data Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Timur

Tahun

Jumlah Wajib Pajak

WP OP WP Badan Bendahara Jumlah WP

terdaftar

2009 64.323 6.636 601 71.560

2010 75.448 7.347 615 83.410

2011 83.016 8.088 626 91.730

1. Analisis Jumlah Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur 1.1. Pada tahun 2009 Jumlah wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan

Timur sekitar 71.560 WP, sedangkan pada tahun 2010 jumlah wajib pajak yang terdaftar berjumlah 83.410 WP dan pada tahun 2011 sekitar 91.730 WP yang terdaftar.

1.2. Terjadi peningkatan jumlah wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Timur yang mana pada tahun 2009 jumlah WP sekitar 71.560 WP dan meningkat pada tahun 2010 yakni sebesar 83.410 WP atau bertambah sekitar 16,55%. Dan pada tahun 2011 terjadi peningkatan yang cukup baik yaitu sebesar 8.320 WP yang berjumlah 91.730 WP atau bertambah lagi sekitar 9,97% dari tahun sebelumnya.


(23)

Tabel 4.2

Jumlah Penerimaan SPT Masa PPH Pasal 21 Dan Penerimaan Pajak PPH Pasal 21 tahun 2009-2011

Tahun

Jumlah Wajib Pajak Jumlah SPT Nihil Jumlah SPT Kurang Bayar Jumlah SPT

Lebih Bayar Jumlah

Penerimaan (Rp)

2009 22.116 6.004 23 28.143 38.649.245.210

2010 21.861 6.555 19 28.861 71.717.690.525

2011 22.736 7.018 37 29.791 75.514.607.772

2. Analisis Penerimaan SPT Masa PPH Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

2.1. Pada tahun 2009 jumlah SPT Masa PPH Pasal 21 yang diterima sekitar 28.143 sedangkan pada tahun 2010 jumlah SPT Masa PPH Pasal 21 yang diterima yaitu 28.861. Dan pada tahun 2011 jumlah SPT Masa PPH Pasal 21 berjumlah 29.791 SPT.

2.2. Penerimaan SPT Masa pajak penghasilan pasal 21 pada tahun 2010 justru mengalami kenaikan sebesar 930 SPT atau sekitar 2,55 % yang berjumlah 28.861 SPT dengan jumlah penerimaan sekitar Rp. 71.717.690.525 dari tahun 2009 yang hanya berjumlah 28.143 SPT dengan jumlah penerimaan sekitar Rp. 38.649.245.210. Penerimaan SPT Masa pajak penghasilan pasal 21 pada tahun 2011 mengalami kenaikan yang cukup lumayan dibandingkan dengan kenaikan pada tahun sebelumnya yaitu 29.791 SPT atau sekitar 3,22 % dengan jumlah penerimaan sekitar Rp. 75.514.607.772.


(24)

B. Cara Meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

Sebagai Sumber utama penerimaan negara maka pajak mempunyai peranan yang sangat strategis bagi kelangsungan pembangunan dewasa ini. Oleh karena itu pajak harus dikelola dengan baik dan benar. Salah satu sumber utama penerimaan pajak adalah dari Pajak Penghasilan ( PPh ) yang kontribusinya bisa mencapai 49 % lebih dari total penerimaan pajak.

Dalam hal ini, penerimaan pajak penghasilan pasal 21 harus diperhatikan dalam perkembangannya, setidaknya harus terjadi peningkatan setiap tahun. Kantor pelayanan pajak melakukan berbagai usaha agar terjadi peningkatan sehingga memaksimalkan penerimaannya.

1. Menganalisa SPT yang dilaporkan oleh Wajib Pajak.

Kewajiban melaporkan jumlah harta dan kewajiban pada SPT akhir membuat bingung dan ketakutan wajib pajak. Hal ini disebabkan karena mereka takut efek perpajakan bila melaporkan seluruh kekayaannya atau melaporkan hanya sebagian saja. Bila melaporkan harta apaadanya, takut pajak penghasilan tahun-tahun sebelumnya akan di permasalahkan. Sebaliknya apabila tidak dilaporkan kekayaan yang apa adanya berarti SPT tidak benar. Sewaktu-waktu kalau ketahuan oleh aparat pajak akan dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.


(25)

2. Menerapkan sanksi administrasi atas terlambat lapor

Sanksi perpajakan yang diterapkan bertujuan untuk menyadarkan Wajib Pajak akan kelalaian dalam membayar atau melaporkan kewajiban perpajakannya. Sanksi dikenakan dapat berupa bunga, denda, atau kenaikan.

Sanksi perpajakan dimaksudkan untuk menyadarkan Wajib Pajak akan keteledorannya. Disamping itu juga, bertujuan untuk menjaga agar kepercayaan yang diberikan pemerintah tidak disalahgunakan oleh Wajip Pajak.

3. Menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP)

Surat tagihan pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. STP diterbitkan apabila pajak kurang atau tidak dibayar, dari hasil penelitian STP terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung, dan WP dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga.

4. Mengirim himbauan kepada Pemotong Pajak

Dalam hal ini Pajak mengirim himbauan kepada para pemotong pajak agar mendaftarkan subjek pajak yang telah mempunyai penghasilan diatas PTKP sebagai Wajib Pajak PPh Pasal 21. Masalah ini biasanya terjadi ketika adanya perubahan struktur di sebuah perusahaan yakni adanya karyawan baru diperusahaan tersebut. Dalam hal ini pemotong Pajak di himbau untuk mendaftarkan dan melaporkan


(26)

karyawan baru tersebut sebagai Wajib Pajak yang berkewajiban atas Pajak Penghasilan Pasal 21.

5. Menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan

Menerbitkan NPWP secara jabatan kepada orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, namun yang bersangkutan tidak mendaftarkan diri pada kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tingggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak. Dalam hal ini petugas pajak menerbitkan NPWP secara paksa kepada orang pribadi yang telah memenuhi syarat berdasarkan ketentuan perundang-undangan perpajakan tersebut.

6. Meningkatkan Pelayanan Bagi Wajib Pajak

Pelayanan yang baik sangat berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak karena pelayanan yang baik menimbulkan motivasi Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajibannya. Menyadari hal itu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur selalu berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada setiap Wajib Pajak, yang menjadi inti pelayanan yang baik tersebut bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah pelayanan yang mampu mengantisipasi masalah-masalah yang muncul dan berkembang dalam masyarakat umumnya dan Wajib Pajak khususnya.


(27)

Maka dari itu, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur terus berupaya untuk peka dan cepat dalam memyelesaikan masalah-masalah yang timbul, tidak berbelit-belit, dan bekerja sesuai dengan prosedur yang berlaku.

7. Peningkatan Profesionalisme Aparatur Perpajakan

Sebagian Wajib Pajak ada yang memanfaatkan celah-celah kelemahan Undang-undang perpajakan yang ada atau dengan cara memanfaatkan kelemahan fiskus. Hal ini perlu diimbangi dengan peningkatan kemampuan dan kejelian fiskus untuk mengantisipasi hal tersebut.

8. Melakukan pengawasan terhadap Wajib Pajak

Merupakan suatu proses yang berkaitan satu sama lainnya, terutam adalam hubungannya dengan usaha penegakan Peraturan Perundangan-undangan Perpajakan yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak akan kewajiban perpajakannya sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan penerimaan PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. Pengawasan yang dilakukkan tersebut antara lain:

8.1.Pengawasan terhadap pembayaran dan pelaporan pajak setiap bulan (SPT Masa)

8.2.Pengawasan terhadap Wajib Pajak yang melakukan kegiatan/ transaksi namun tidak melaporkan kegiatan/ transaksinya dalam SPT Tahunan.


(28)

8.3.Pengawasan terhadap pembayaran pajak yang dilakukan Wajib Pajak Orang Pribadi yang berdomisili di jalan-jalan utama yang perkembangan ekonominya relatif pesat.

C. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

Dalam pencapaian suatu tujuan terkadang terdapat hal-hal yang menghambat dalam pencapaian dari berbagai segi. Selain segi kelemahan juga terdapat hal-hal atau kendala-kendala yang menghambat pelaksanaan peningkatan penerimaan PPh Pasal 21 tersebut.

Adapun kendala-kendala yang menghambat dalam pencapaian tujuan tersebut adalah:

1. Adanya kecendrungan Wajib Pajak menganggap bahwa membayar pajak merupakan pemborosan atau beban, masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak yang seolah-olah tidak mau tahu akan besarnya pajak yang terutang yang ditanggung oleh Wajib Pajak itu sendiri sehingga masih terdapat adanya tunggakan pajak.

2. Usaha yang dijalankan Wajib Pajak sedang dalam kondisi yang buruk sehingga tidak memungkinkan Wajib Pajak untuk membayar hutang pajaknya.


(29)

3. Masih adanya Pemotong Pajak yang memotong dan melaporkan PPh Pasal 21 tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Hal ini karena pemotong Pajak kurang memahami prosedur penghitungan PPh Pasal 21.

4. Masih adanya pemotong Pajak PPh Psal 21 yang tidak mengetahui tentang kewajiban melapor tiap bulannya dan tidak memgetahui batas waktu.


(30)

A.Kesimpulan

Setelah penulis melakukan analisis dan pembahasan di dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Timur terjadi peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan jumlah wajib pajak pada tahun 2010 yaitu sekitar16,55% atau berjumlah 83.410 WP dari tahun 2009 yang berjumlah 71.560 WP. Dan pada tahun 2011 mengalami peningkatan lagi sekitar 9,97% yang berjumlah 91.730 WP. Sedangkan dalam penerimaan SPT, Jumlah SPT Masa PPh Pasal 21 pada tahun 2011 meningkat sebesar 930 SPT atau sekitar 3,22% dari tahun sebelumnya.

2. Berbagai upaya yang dilakukan dalam meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur diantaranya:

2.1.Menganalisa SPT yang dilaporkan Wajib Pajak, 2.2.Sanksi Administrasi atas terlambat lapor, 2.3.Menerbitkan Surat Tagihan Pajak (SPT), 2.4.Mengirim himbauan kepada Pemotong Pajak,

2.5.Menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan, 2.6.Meningkatkan pelayanan bagi Wajib Pajak,


(31)

2.7.Meningkatkan profesionalisme Petugas Pajak, dan 2.8.Melakukan pengawasan terhadap Wajib Pajak.

3. Kelalaian Wajib Pajak merupakan kendala dalam hal meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21, begitu juga dengan ketidaktahuan atau begitu mengerti dengan ketentuan Perundang-undangan yang meliputi prosedur-prosedur dalam perpajakan.

4. Pentingnya seorang Account Representative dalam meningkatkan penerimaan pajak sanagt berpengaruh, hal ini mengingat tugas dan fungsi sebagai petugas yang melayani, mengawasi wajib pajak dalam perpajakan.

B. Saran

Beberapa saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Penulis menyarankan agar KPP Pratama Medan Timur selaku pemerintah, sebaliknya terus berusaha dalam memperkenalkan pajak kepada seluruh masyarakat demi meningkatkan penerimaan pajak, khususnya PPh Pasal 21. Sosialisasi-sosialisasi mengenai pentingnya pajak harus terus ditingkatkan.

Sosialisasi yang dilakukan dapat berupa iklan komersial dalam media elektronik (televisi, radio, dll), poster atau spanduk, iklan pajak dalam papan billboard yang mudah dilihat seperti dijalan raya, seminar-seminar mengenai pengetahuan tentang pajak dan perubahan undang-undangnya jika memang ada dan sebagainya. Tujuan dari proses sosialisasi ini sebenarnya adalah untuk lebih mengenalkan definisi dasar dari pajak itu sendiri, sehingga nantinya masyarakat


(32)

akan memahami lebih dalam apa yang dimaksud dengan pajak dalam arti yang sebenarnya. Dan diharapkan masyarakat akan memiliki tingkat kesadaran yang tinggi bahwa betapa pentingnya peran serta masyarakat dalam hal pembayaran karena pajak merupakan sumber dana utama dalam membiayai pembangunan negara.

2. KPP Pratama Medan Timur harus terus melakukan upaya ekstensifikasi dan intensifikasi pajak yang lebih optimal agar jumlah Wajib Pajak dapat terus bertambah dan Wajib Pajak yang sudah terdaftar makin patuh akan kewajiban perpajakannya. Upaya ekstensifikasi yang dapat dilakukan adalah dengan terus mencari dan memeriksa masyarakat indonesia yang berpenghasilan tinggi tetapi tidak pernah melaporkan kewajiban perpajakannya dikarenakan belum memiliki NPWP, bisa dikerahkan untuk membayar sebagai Wajib Pajak. Sedangkan untuk upaya intensifikasi yang dapat dilakukan adalah dengan terus melakukan perbandingan atau benchmarking terhadap setiap sektor usaha, apakah data SPT yang dilaporkan sudah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kemudian kegiatan memelihara dan meningkatkan pelayanan atau fasilitas pajak yang sudah ada maupun yang akan dibentuk juga termasuk hal-hal yang harus dilakukan oleh KPP Pratama Medan Timur. Selaku pemerintah jika fasilitas pembayaran pajak dipermudah, maka para wajib pajak akan lebih tertarik untuk membayar pajak, setidaknya mereka tidak akan merasa terbebani dengan sistem perpajakan yang rumit.


(33)

3. Benar-benar merealisasikan modernisasi perpajakan yaitu PINTAR (Project for Indonesian Tax Administration Reform). Proyek berskala besar yang bertujuan untuk meningkatkan dan menyempurnakan sistem administrasi perpajakan dengan berbasis teknologi informasi ini sangat diharapkan dapat memperbaiki sistem perpajakan di negara kita. Karena dengan adanya PINTAR, maka pengawasan Direktorat Jendral Pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak akan semakin ketat, jadi diharapkan dengan adanya PINTAR Reformasi Administrasi perpajakan di negara ini benar-benar menjadi lebih baik.


(34)

LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

A. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Timur

Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak pada masa itu bernama Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan berubah nama menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jenderal Pajak Keuangan Republik Indonesia. Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri tiga kantor inspeksi pajak, yaitu :

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan 2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara 3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

Pada tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua Yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka di dirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pajak kepada masyarakat, maka berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 267/KMK.01/1989, diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat


(35)

Jenderal Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak, sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 April 1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

Terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak berubah Menjadi empat wilayah kerja, yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 443/KMK.01/2001 tentang “Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak” yang mana Kantor Pelayanan Pajak di Kotamadya Medan menjadi enam wilayah kerja, yaitu :


(36)

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, dengan ruang lingkupnya meliputi wilayah: 1) Kecamatan Medan Timur

2) Kecamatan Medan Tembung 3) Kecamatan Medan Perjuangan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang lingkup meliputi wilayah : 1) Kecamatan Medan Barat

2) Kecamatan Medan Sunggal 3) Kecamatan Medan Petisah 4) Kecamatan Medan Helvetia

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah : 1) Kecamatan Medan Kota

2) Kecamatan Medan Denai 3) Kecamatan Medan Johor 4) Kecamatan Medan Amplas

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia, dengan ruang lingkup meliputi wilayah : 1) Kecamatan Medan Polonia

2) Kecamatan Medan Maimun 3) Kecamatan Medan Baru 4) Kecamatan Medan Tuntungan 5) Kecamatan Medan Selayang

5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah : 1) Kecamatan Medan Belawan


(37)

2) Kecamatan Medan Marelan 3) Kecamatan Medan Labuhan 4) Kecamatan Medan Deli 6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai

1) Kota Binjai

2) Kabupaten Langkat

B. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Timur beralamat di Jalan Pangeran Diponegoro Nomor 30A Gedung Keuangan Negara Lantai II Medan.KPP Pratama Medan Timur didirikan pada tanggal 1 April 1994 berdasakan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 758/KMK.01/1993 tanggal 3 Agustus 1993.

Kantor Pelayanan Pajak modern yang menangani Wajib Pajak terbanyak adalah KPP Pratama dan Small Tax Office (STO). KPP Pratama baru dibentuk pada tahun 2006 s.d 2000.Di tahun 2008, Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur diganti nama dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

Pada tanggal 14 Januari 2013 KPP Pratama Medan Timur resmi mengganti lokasi kantor disebabkan musibah kebakaran yang terjadi pada tanggal 6 Januari 2013 yang menimpa gedung lama KPP Pratama Medan Timur. Mulai tanggal 14 Januari 2013 KPP Pratama Medan Timur berlokasi kerja di Jalan Suka Mulia No.17A tepatnya di Gedung Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak SUMUT I Lantai IV


(38)

Medan. Dengan ruang lingkupnya meliputi wilayah: Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Perjuangan, Kecamatan Medan Tembung.

1. Adapun nilai – nilai Kementrian Keuangan yang diterapkan di KPP Pratama Medan Timur yaitu:

1.1 Integritas

Berfikir, berkata, berprilakudan bertindak dengan baik dan benar serta memegang teguh kode etik dan prinsip – prinsip moral.

1.2 Profesionalisme

Bekerja tuntas dengan akurat atas dasar kompetensi terbaik dengan penuh tanggung jawab dan komitmen yang tinggi.

1.3 Sinergi

Membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku.

1.4 Pelayanan

Memberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku kepentingan yang dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat dan aman.

1.5 Kesempurnaan

Senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan memberikan yang terbaik .


(39)

C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan secara sistematis mengenai pembagian tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing pegawai dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Tujuan struktur organisasi tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja agar setiap pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkam secara maksimal. Struktur organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, antara lain:

1. Sub Bagian Umum

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I (WASKON I) 4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II (WASKON II) 5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III (WASKON III) 6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV (WASKON IV) 7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

8. Seksi Penagihan

9. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 10. Seksi Pelayanan


(40)

D. Uraian Tugas dan Fungsi Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

1. Sub Bagian Umum ( Subbag Umum )

Sub Bagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan Tata Usaha, Kepegawaian, Keuangan dan Rumah Tangga. Sub Bagian Umum membawahi 3 (tiga) Koordinator Pelaksana yaitu : 1. Koordinator Pelaksana Tata Usaha dan Kepegawaian 2. Koordinator Pelaksana Keuangan 3. Koordinator Rumah Tangga.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ( Seksi PDI )

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan urusan pengolahan data dan informasi, pembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan serta ekstensifikasi Wajib Pajak. Seksi Pengolahan Data dan Informasi membawahi 3 (tiga) Koordinator pelaksana yaitu :

1. Koordinator Pelaksana PDI I, bertugas untuk melaksanakan pengolahan data keluaran dan masukan

2. Koordinator Pelaksana PDI II, bertugas untuk melaksanakan pengolahan data dan menyajikan informasi perpajakan

3. Koordinator Pelaksana PDI III, bertugas untuk melaksanakan penggalian potensi perpajakan, ekstensifikasi wajib pajak dan membuat monografi perpajakan.


(41)

3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I,II,III dan IV (WASKON)

Seksi Pengawasan dan Konsultasi I hingga Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV, masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/ himbauan kepada Wajib Pajak dan Konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak dan melakukan evaluasi hasil banding.

4. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi. Peraturan Menteri Keuangan No.426/PM.1/2007 tentang Uraian Jabatan Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak mengatur : “ Uraian tugas dan kegiatan Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan antara lain melaksanakan penerbitan dan penatausahaan Surat Himbauan NPWP dan atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP), menyusun Daftar Nominatif Wajib Pajak yang akan dilakukan pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka pemberian NPWP dan atau pengukuhan PKP secara jabatan, dan membimbing pelaksanaan dan penatausahaan pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka pemberian NPWP dan atau pengukuhan PKP secara jabatan.


(42)

5. Seksi Penagihan

Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan. Seksi Penagihan membawahi 2 (dua) Koordinator Pelaksana yaitu :

1. Koordinator Pelaksana Tata Usaha Piutang Pajak. 2. Koordinator Pelaksana Penagihan Aktif.

6. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal

Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya. Peraturan Menteri Keuangan No.426/PM.1/2007 tentang Uraian Jabatan Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak mengatur : “Uraian tugas dan kegiatan Kepala Seksi Pemeriksaan antara lain menyusun Daftar Nominatif dan atau Lembar Pemeriksaan Wajib Pajak yang akan Diperiksa, membuat usulan pembatalan Daftar Nominatif dan atau Lembar Penugasan Pemeriksaan (LP2) Wajib Pajak yang akan diperiksa, dan menerbitkan dan menyalurkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3), Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak dan Surat Pemanggilan Pemeriksaan Pajak”.


(43)

7. Seksi Pelayanan

Seksi pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penertiban produkhukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan dan pelaksanaan regristasi Wajib Pajak.Membawahi 3 (tiga) koordinator pelaksana yaitu:

1. Koordinator Pelaksana Pelayanan Terpadu. 2. Koordinator Pelaksanaan Surat Pemberitahuan. 3. Koordinator Penyuluhan Perpajakan.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah Jabatan Fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan. Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah dan Kepala KPP Pratama yang bersangkutan. Adapun jumlah Jabatan Fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

9. Kedudukan Seorang Account Representative (AR) Dalam Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21

Account Representative (AR) adalah petugas yang berada di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang telah melaksanakan Sistem Administrasi Modern.


(44)

Account Representative (AR) berkewajiban melaksanakan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan, melaksanakan himbauan kepada Wajib Pajak.

Setiap Account Representative (AR) mempunyai beberapa Wajib Pajak yang harus diawasi.Penugasan pelayanan oleh Account Repreentative (AR) dilakukan berdasarkan jenis usaha sehingga meningkatkan profesionalisme dan meningkatkan produktivitas kerja karena pelaksanaan pekerjaan lebih terfokus.

Account Representative berkewajiban untuk memberikan bimbingan/ konsultasi dan melakukan pengawasan terhadap kepatuhan kewajiban perpajakan. Jika sebelum sistem administrasi perpajakan modern seorang Wajib Pajak harus menghubungi banyak bagian di kantor pajak untuk menyelesaikan urusan perpajakannya, maka saat ini cukup menghubungi Account Representative yang telah diberi tugas menangani Wajib Pajak tersebut.

Keberadaan seorang Account Representative sangatlah penting. Keberadaannnya berdampak positif bagi wajib pajak untuk patuh dalam kewajibannya dalam perpajakan, dan pada akhirnya dapat membantu meningkatkan penerimaan pajak itu sendiri khususnya Pajak Penghasilan Pasal 21.

Fungsi dan tugas AR adalah melayani para Wajib Pajak untuk berkonsultasi langsung sehingga menjadikan Wajib Pajak patuh terhadap kewajibannya dalam hal perpajakan.


(45)

Gambar 2.1

Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Tahun 2013

KANTOR PELAYANAN PAJAK SUB BAGIAN UMUM Kelompok Jabatan fungsional SEKSI Pengolahan Data dan Informasi (PDI) SEKSI pelaya nan SEKSI pemeriksa an dan kepatuhan internal SEKSI penagi han SEKSI Ekstensifikasi perpajakan SEKSI WASKON I,II,III dan IV


(46)

Tabel 2.1

Jumlah Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Per 4 Juni 2013

NO. SEKSI JUMLAH

1. Kepala kantor 1 orang

2. Sub Bagian Umum 6 orang

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 9 orang

4. Seksi Pelayanan 16 orang

5. Seksi Penagihan 4 orang

6. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 4 orang

7. Seksi Ektensifikasi Perpajakan 4 orang

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I (WASKON I) 8 orang 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II (WASKON II) 6 orang 10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III (WASKON III) 7 orang 11. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV (WASKON IV) 7 orang

12. Kelompok Jabatan Fungsional 11 orang


(47)

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang memiliki kontribusi untuk menunjang pembangunan yang sedang dilaksanakan bangsa Indonesia. Ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan penerimaan pajak setiap tahunnya. Di samping itu, kesadaran akan kewajiban wajib pajak juga meningkat.

Melalui pajak, pemerintah dapat mengatur keseimbangan kehidupan perekonomian dan pemanfaatan dana untuk membangun prasarana yang dibutuhkan masyarakat. Semakin besar penerimaan negara dari pembayaran pajak, makin besar pula kemudahan dan pelayanan masyarakat yang mampu disediakan pemerintah secara langsung mewujudkan pengabdian, kewajiban, dan peran serta dalam pembangunan dan kehidupan bernegara.

Peran pajak yang sangat dominan sebagai penerimaan negara, membuat Pemerintah melakukan perubahan agar dapat memberikan kemudahan bagi Wajib pajak (WP) untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Reformasi di bidang perpajakan pertama dilakukan pada tahun 1984. Pada tahun tersebut terjadi perubahan sistem pemungutan pajak, yaitu dari official assesment menjadi self assessment.

Self assessment adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

wajib pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajaksepenuhnya berada di


(48)

tangan wajib pajak. Wajib pajak dianggap mampu menghitung pajak, mampu memahami undang-undang perpajakan yang sedang berlaku, dan mempunyai kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu, wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung sendiri pajak yang terutang, memperhitungkan sendiri pajak yang terutang, menyetor dan membayar sendiri pajak yang terutang dan melaporkannya. Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada wajib pajak sendiri.

Selain sistem self assessment juga berlaku sistem with holding. Sistem with

holding adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak

ketiga yang ditunjuk untuk memotong/ memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan, keputusan presiden, dan peraturan lainnya untuk memotong dan memungut pajak, menyetor, dan mempertanggungjawabkan melalui saran perpajakan yang tersedia, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk.

Dalam prakteknya, banyak pegawai yang tidak mau penghasilannya dipotong oleh perusahaan atau pemberi kerja. Pegawai tersebut menganggap bahwa pajak tersebut seharusnya dihitung, dipotong, dan dibayar oleh pemberi kerja sesuai dengan sistem self assessment. Di samping itu para pegawai juga tidak percaya apakah pajak penghasilan akan disetor atau telah disetor oleh perusahaan sebagai pemotong pajak.


(49)

Atas dasar yang telah diuraikan di atas, penulis berusaha mencari tahu dalam hal ini, dan penulis tertarik untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

(PKLM) tentang TINJAUAN ATAS PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan PKLM

Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan PKLM adalah :

1.1Untuk mengetahui peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

1.2Untuk mengetahui upaya-upaya serta kendala dalam meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

2. Manfaat PKLM 2.1Bagi Mahasiswa

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan b. Agar dapat menerapkan teori-teori yang didapat selama perkuliahan

c. Belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, sebab di dalam lingkungan kerja nantinya kita akan terdiri dari individu-individu berbeda dari


(50)

segi usia, pendidikan, pengalaman, kedudukan, dan Iain-lain yang berbeda dalam suatu perusahaan.

d. Menguji dan mengukur kemampuan yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi situasi dunia kerja yang sebenarnya.

e. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari ke dalam permasalahan yang timbul selama PKLM.

2.2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

a. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dengan Program Studi Administrasi Perpajakan FISIP USU.

b. Sebagai bahan masukan bagi pimpinan untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui pembangunan di bidang pendidikan.

c. Dengan dilaksanakan Praktik kerja lapangan mandiri, mahasiswa dapat memberikan kritik, saran untuk memperbaiki sistem pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

2.3. Bagi Program Studi Administrasi Perpajakan FISIP USU

a. Mempercepat hubungan kerjasama Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan Instansi pemerintah khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.


(51)

b. Membuka interaksi antara Program Studi Administrasi Perpajakan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diterima mahasiswa melalui PKLM.

c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di kalangan mahasiswa Program Studi Administrasi perpajakan FISIP USU.

2.4. Bagi Masyarakat

Sebagai masukan dari semua pibak, baik masyarakat dan lembaga lainnya yang membutuhkan informasi, data, dan keterangan tentang pajak penghasilan.

C. Uraian Teoritis

1. Definisi Pajak

Berdasarkan undang-undang nomor 36 tahun 2008, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat imbalan (kontraprestasi) secara langsung dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Beberapa para ahli perpajakan mengemukakan pendapat yang berbeda mengenai pajak, tetap pada dasarnya pendapat yang dikemukakan tersebut mempunyai maksud dan tujuan yang sama. Diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh :


(52)

a. Prof. DR. Roehmat Soemitro, S.H berpendapat bahwa :"Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum". (Mardiasmo, 2008:2).

b. Dr. N. J. Feidmann berpendapat bahwa : "Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum". (Resmi, Siti 2008:2).

2. Pengertian penghasilan PPh pasal 21, pemotongan PPh pasal 21, penerimaan penghasilan PPh pasal 21:

a. Penghasilan dalam pengertian yang luas menurut penjelasan pasal 4 ayat 1 undang – undang PPh yaitu bahwa pajak dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari manapun asalnya yang dipergunakan untuk dikonsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak tersebut.

b. Yang termasuk pemotongan PPh pasal 21 adalah : 1. Pemberi kerja terdiri atas orang pribadi dan badan.

2. cabang, perwakilan atau unit, dalam hal yang melakukan sebagian atau seluruh administrasi yang terkait dengan pembayaran gaji, upah,


(53)

honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang, perwakilan atau unit tersebut yaitu:

2.1 Bendahara atau pemegang kas pemerintah 2.2Dana pensiun

2.3Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas 2.4Penyelenggara kegiatan (termasuk badan pemerintah, orang pribadi). c. Penerima penghasilan adalah wajib pajak, yang penghasilannya dipotongPPh

pasal 21 adalah 1. Pejabat Negara 2. Pegawai 3. Bukan Pegawai 4. Penerima

5. Penerima honorarium 6. Penerima upah 7. Orang pribadi

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang paling mendasar adalah mendata jumlah wajib pajak dan penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur serta Usaha dan kendala dalam cara meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.


(54)

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Metode yang akan digunakan dalam pelaksanaan PKLM ini adalah: 1. Tahap persiapan

Yaitu melakukan penentuan judul dan tempat pelaksanaan PKLM, menyusun proposal serta konsultasi dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan pelaksanaan PKLM ini.

2. Studi Literatur

Merupakan landasan teori yang mendukung laporan ini yang menyangkut materi yang akan yang bersuraber dari buku-buku, undang-undang, dan bahan tertulis lainnya yang berhubungan dengan laporan PKLM.

3. Observasi Lapangan

Yaitu dengan melakukan peninjauan atau pengamatan secara langsung pada objek praktek kerja lapangan untuk mengetahui sistem-sistem yang berlaku serta mempelajari laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas. 4. Pengumpulan Data

Yaitu kegiatan mengumpulkan data serta yang diperlukan untuk melakukan penyusunan laporan akhir.

Adapun data –data yang digunakan ada dua jenis yaitu 4.1. Data Primer

Yaitu pengumpulan data yang langsung diambil dan berasal dari objek bersangkutan (KPP Pratama Medan Timur).


(55)

4.2. Data Skunder

Yaitu pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data buku-buku atau undang-undang perpajakan.

5. Analisis Data dan Evaluasi

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisa dan mengevaluasi data atau keterangan mengenai cara meningkatkan penerima pajak penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

F. Metode Pengumpulan Data

Praktik kerja lapangan mandiri (PKLM)

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam PKLM ini maka penulis menggunakan 3 metode pengumpulan data sebagai berikut :

1. Wawancara (Interview)

yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada perseorangan untuk memperoleh data yang diperlukan

2. Observasi

Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dengan mengadakan pengamatan langsung di tempat PKLM sehubungan dengan objek studi yang akan di spesialisasikan oleh penulis.


(56)

3. Daftar dokumentasi

Yaitu dengan mengumpulkan data dari buku-buku, peraturan undang-undang perpajakan serta sumber lainnya.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk lebih mempermudah penulis laporan PKLM, penulis terlebih dahulu membuat uraian garis-garis besar laporan sesuai dengan standar yang ditetapkan, terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, uraian teoritis, ruang lingkup PKLM, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan laporan PKLM.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK

Pada bab ini penulis akan menguraikan sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan, uraian tugas pokok dan fungsi, serta gambaran pegawai.

BAB III GAMBARAN DATA

Dalam bab ini, penulis akan menguraikan ketentuan-ketentuan yang berlaku mengenai PPh pasal 21, objek dan subjek PPh pasal 21, tarif PPh pasal 21, dan cara menghitung PPh pasal 21.

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA

Dalam bab ini penulis meneoba menganalisa tentang cara meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilanan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama


(57)

Medan Timur berdasarkan kemampuan penulis kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan interpretasi untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalambab ini penulis akan memaparkan bagaimana kesimpulan atas pembahasan dan saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.


(58)

TINJAUAN ATAS PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

MEDAN TIMUR

O L E H

NAMA : DEVI HANDAYANI NIM : 102600111

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSTIAS SUMATERA UTARA

TAHUN

2013


(59)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN TUGAS AKHIR INI DISETUJUI UNTUK DIPERSENTASIKAN

OLEH:

Nama : DEVI HANDAYANI

NIM : 102600111

Program Studi : Diploma III Administrasi Perpajakan

Judul : Tinjauan Atas Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh)

Pasal 21 Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Ketua Program Diploma III Administrasi Perpajakan

Dosen Pembimbing

Drs. Alwi Hashim Batubara, M. Si

NIP. 195608311198601101

Supervisor Lapangan

Henri Sibarani, SE,Ak.M.Si

NIP. 196904071998031001

Dekan,

Nurida Dwiningrum

NIP. 196902241996032002


(60)

Puji Syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan hikmat yang diberikan, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Tinjauan

atas Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur” yang sebagai salah satu syarat kelulusan di Jurusan

Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).

Penulis mendapatkan banyak sekali Do’a , bantuan dan dukungan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Atas berbagai bantuan dan dukungan tersebut, pada kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Dr. Alwi Hasyim Batubara, M.Si, selaku ketua Program Studi D3 Administrasi Perpajakan FISIP USU.

3. Bapak Henri Sibarani selaku dosen pembimbing selama Praktek Kerja lapangan di KPP Pratama Medan Timur.

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

5. Kedua Orang Tua saya, Bapak tercinta dan Ibu tercinta yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan kasih sayang serta materil yang luar biasa kepada penulis.


(61)

7. Tweety Lala ( Fani, Umi, Irma, Wanty, Devi, Rade, Dewik, Ihsan, Doni, Dira, Anes, Putra) yang selalu membawa canda tawa kepada penulis.

8. Teman-Teman Tax C 2010 lainnya yang tidak bisa disebut satu persatu.

9. Rekan-rekan seperjuangan Tugas Akhir angkatan 2010 yang lainnya yang tidak dapat disebut semuanya.

Semoga hasil Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang Administrasi Perpajakan khususnya tentang Pajak Penghasilan Pasal 25. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis menyadari adanya kekurangan pada Tugas Akhir ini. Namun, penulis telah secara maksimal melakukan penyempurnaan-penyempurnaan sedemikian rupa untuk memperbaiki Tugas Akhir ini agar dapat lebih baik lagi. Penulis juga memohon maaf apabila ada kata-kata yang salah atau kurang tepat dalam penulisan laporan ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Saya selaku penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungannya. Besar harapan penulis kiranya Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 26 Juli 2013


(62)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 3

C. Uraian Teoritis ... 5

1. Definisi Pajak ... 5

2. Pengertian Penghasilan pph pasal 21, pemotongan pph pasal 21, penerimaan penghasilan pph pasal 21 ... 6

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 7

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 7

F. Metode Pengumpulan Data ... 9

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 10

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 12


(63)

C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ... 17

D. Uraian Tugas dan Fungsi Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 18

1. Sub Bagian Umum (subbag Umum) ... 18

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ( Seksi PDI ) ... 18

3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV ( Waskon ) ... 19

4. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan ... 19

5. Seksi Penagihan ... 20

6. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal ... 20

7. Seksi Pelayanan ... 21

8. Kelompok Jabatan Fungsional ... 21

9. Kedudukan Seorang AR Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 21

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 A. Pengertian Perpajakan ... 25

B. Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 27

1. Pengertian Pajak Penghasilan 21 ... 27

2. Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 28

3. Wajib Pajak ... 29


(64)

6. Subjek Pajak ... 35

7. Penerimaan Penghasilan Yang Dipotong Pph Pasal 21 ... 36

8. Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun... 38

9. Tarif dan PTKP ... 39

10.Tarif Pph 21 Final ... 42

11.Cara Menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 43

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI A. Tinjauan atas Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 45

B. Cara Meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 47

1. Menganalisa SPT yang dilaporkan oleh Wajib Pajak ... 47

2. Menerapkan sanksi administrasi atas terlambat lapor ... 48

3. Menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) ... 48

4. Mengirim Himbauan kepada Pemotong Pajak ... 48

5. Menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara Jabatan . 49 6. Meningkatkan Pelayanan Bagi Wajib Pajak ... 49

7. Peningkatan Profesionalisme Aparatur Perpajakan.... ... 50


(65)

Pratama Medan Timur ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 53 B. Saran... 54

DAFTAR PUSTAKA ... viii LAMPIRAN


(66)

Tabel 2.1 Jumlah Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan

Timur ... 24

Tabel 3.1 Tarif Pajak ... 39

Tabel 3.2 Penghasilan Tidak Kena Pajak ... 42

Tabel 4.1 Data Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Timur . 45

Tabel 4.2 Jumlah Penerimaan SPT Masa PPH Pasal 21 Dan Penerimaan Pajak


(67)

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama


(1)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 3

C. Uraian Teoritis ... 5

1. Definisi Pajak ... 5

2. Pengertian Penghasilan pph pasal 21, pemotongan pph pasal 21, penerimaan penghasilan pph pasal 21 ... 6

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 7

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 7

F. Metode Pengumpulan Data ... 9

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 10

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 12


(2)

B. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Pratama Medan Timur ... 15

C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ... 17

D. Uraian Tugas dan Fungsi Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 18

1. Sub Bagian Umum (subbag Umum) ... 18

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ( Seksi PDI ) ... 18

3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV ( Waskon ) ... 19

4. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan ... 19

5. Seksi Penagihan ... 20

6. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal ... 20

7. Seksi Pelayanan ... 21

8. Kelompok Jabatan Fungsional ... 21

9. Kedudukan Seorang AR Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 21

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 A. Pengertian Perpajakan ... 25

B. Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 27

1. Pengertian Pajak Penghasilan 21 ... 27

2. Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 28

3. Wajib Pajak ... 29


(3)

5. Penghasilan Yang Dikecualikan dari Pengenaan Pajak

Penghasilan Pasal 21 ... 34

6. Subjek Pajak ... 35

7. Penerimaan Penghasilan Yang Dipotong Pph Pasal 21 ... 36

8. Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun... 38

9. Tarif dan PTKP ... 39

10.Tarif Pph 21 Final ... 42

11.Cara Menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 43

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI A. Tinjauan atas Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 45

B. Cara Meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 47

1. Menganalisa SPT yang dilaporkan oleh Wajib Pajak ... 47

2. Menerapkan sanksi administrasi atas terlambat lapor ... 48

3. Menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) ... 48

4. Mengirim Himbauan kepada Pemotong Pajak ... 48

5. Menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara Jabatan . 49 6. Meningkatkan Pelayanan Bagi Wajib Pajak ... 49

7. Peningkatan Profesionalisme Aparatur Perpajakan.... ... 50


(4)

C. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Meningkatkan

Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Timur ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 53 B. Saran... 54

DAFTAR PUSTAKA ... viii LAMPIRAN


(5)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jumlah Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan

Timur ... 24

Tabel 3.1 Tarif Pajak ... 39

Tabel 3.2 Penghasilan Tidak Kena Pajak ... 42

Tabel 4.1 Data Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Timur . 45

Tabel 4.2 Jumlah Penerimaan SPT Masa PPH Pasal 21 Dan Penerimaan Pajak


(6)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama