PENDAHULUAN Menemukan Kebahagiaan Di Balik Guncangan Dalam Kehidupan (Pendekatan Psikologi dalam Memaknai Kehidupan)

1

BAB I PENDAHULUAN

Setiap dari kita sebagai manusia, mahluk ciptaan Tuhan yang menjalani kehidupan di planet bumi ini, tidak pernah terlepas dari berbagai kesulitan, yang suka-tidak suka, siap-tidak siap, senantiasa mewarnai langkah hidup kita. Aspirasi yang tidak sejalan dengan kemampuan fisik, kemampuan, maupun ekonomi, kegagalan dalam meraih cita-cita atau gambaran ideal tentang pendidikan, pekerjaan maupun pernikahan, termasuk bencana alam yang tidak bisa dihindari, selalu dapat kita temui hadir di setiap tahapan kehidupan diri sendiri maupun yang terlihat di alami oleh berbagai orang-orang disekitar kita. Kehilangan benda-benda yang disukai dan memiliki kenangan tertentu, apalagi kehilangan orang yang dikasihi, tentu saja akan menjadi pukulan hebat yang dapat menyurutkan semangat bahkan ada yang sampai sulit melihat titik terang di hari esok, yang sebenarnya tidak ada seorangpun dari kita yang tahu dengan tepat apa yang ada atau yang akan kita hadapi di hari esok. Sejak mengawali tahun 2000, kita diperhadapkan pada sejumlah bencana yang menimbulkan duka dan kesedihan yang mendalam. Hilangnya pesawat udara dan kapal laut, kecelakaaan yang terjadi di jalan tol dan kereta api, disamping gempa bumi dan banjir yang menutupi beberapa kota-kota di negara kita merupakan goncangan yang seolah-olah tak pernah berakhir sejak tsunami menghampiri saudara-saudara kita di tanah Aceh tahun 2004. Seluruh harta benda, aset-aset pemerintah, serta orang-orang yang tua, muda, kecil, besar, hilang tidak Universitas Sumatera Utara 2 dapat ditelusuri jejaknya. Belum lagi epidemi berbagai penyakit, yang di 5, 10 atau 15 tahun lalu belum terdengar, seperti flu burung karena virus yang ada di unggas, penyakit yang disebabkan oleh tikus, serta penyakit langka lainnya. Hal ini menimbulkan luka terdalam yang sulit diberi kata-kata oleh saudara, kerabat, sahabat, juga masyarakat umum yang mengalaminya. Bingung, kecewa, marah, sedih yang berkepanjangan, merupakan sebagian dari perasaan yang muncul. Tidak sedikit dari keluarga dan orang-orang terdekat korban tetap bertanya-tanya apa yang sedang terjadi, dosa apa yang sudah dilakukan sehingga harus mengalami bencana ini, dan sejumlah pertanyaan lain yang sulit diungkapkan dan dijawab. Sejalan dengan terjadinya bencana, tidak sedikit harapan untuk bertemu dengan keluarga dan orang-orang yang dikasihi menjadi sirna. Ada rasa marah, tetapi tidak tahu harus di tujukan ke siapa atau kemana. Ada kerinduan untuk mendapatkan jawaban atas sejumlah pertanyaan yang mengganggu di hati dan pikiran, tetapi tidak tahu bagaimana merumuskan pertanyaan itu dengan tepat, kepada siapa pertanyaan itu harus diajukan, dan kenyataan apalagi yang harus dihadapi jika ternyata jawaban yang diperoleh tidak sesuai atau berbeda dengan yang diharapkan. Kondisi yang menyedihkan dan menggores luka di hati ini membuat banyak pihak terhenyak dan sulit untuk melihat sisi positif serta hikmat dan berkat yang selalu ada ketika goncangan dan kesulitan hidup sedang menguasai hati dan pikiran. Sama seperti setelah malam yang gelap dan dingin, selalu tersedia matahari yang terang dan hangat. Jika kita berdiri di posisi yang tepat, maka kita bisa melihat pelangi setelah badai atau hujan yang lebat. Sebaliknya jika tetap Universitas Sumatera Utara 3 berpikir dan merasakan kesedihan yang mendalam pada akhirnya akan membuat setiap dari kita terpuruk dan semakin masuk ke dalam rasa pedih yang semakin lama semakin dalam dan semakin sulit untuk “keluar” dari perasaan tersebut. Perasaan duka dan kesedihan yang mendalam, apalagi jika disertai keadan harus hidup sendirian di dunia, akan menyurutkan semangat serta melemahkan daya tahan dari fungsi fisik dan psikis, stress yang berkepanjangan yang dapat menimbulkan depresi, yang bisa saja berujung pada munculnya ide-ide untuk mengakhiri hidup dengan berbagai cara, yang tentu saja bukanlah solusi tepat dalam menyelesaikan kesulitan hidup yang terjadi. Jadi, kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidup, menyebabkan hidup terasa hampa dan apatis, pada akhirnya membuat individu tidak melihat atau tidak ada tujuan yang ingin dicapai di depan sana, dalam menjalani kehidupan. Jika berlangsung secara intensif dan berlarut-larut tanpa penyelesaian, dapat menimbulkan gangguan psikologis. Keluhan-keluhan seperti bosan, hampa, penuh keputusasaan, kehilangan minat dan inisiatif, sikap acuh tak acuh akan semakin berkembang sejalan dengan makin menipisnya rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan. Hidup yang tidak berarti dan dalam keadaan hidup tidak bermakna meaningless, memerlukan intervensi segera agar individu mampu melihat setiap pengalaman atau kejadian dari sudut pandang yang berbeda. Artinya, penghayatan penghayatan diri serta penemuan hikmah dibalik penderitaan meaning in suffering memampukan individu untuk memandang hidupnya menjadi bermakna meaningful. Universitas Sumatera Utara 4

BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP