Hubungan Status Ekonomi dan Pengetahuan Masyarakat terhadap Kanker Rongga Mulut di Kotamadya Medan 2014

(1)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat Pagi Bapak/Ibu

Perkenalkan saya Sanjarna, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara ingin melakukan penelitian. Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak/Saudara untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian untuk skripsi saya yang berjudul Hubungan Status Ekonomi dan Pengetahuan Masyarakat terhadap Kanker Rongga Mulut di Kotamadya Medan 2014.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status ekonomi dan pengetahuan terhadap kanker mulut di kalangan masyarakat. Prosedur penelitian ini adalah dengan pengisian kuesioner. Dalam penelitian ini, saya akan meminta ibu/bapak untuk mengisi kuesioner dengan memilih jawaban yang telah disediakan. Setelah pengisian kuesioner selesai, mengembalikan kuesioner kepada saya. Partisipasi ibu/bapak dalam penelitian ini bersifat sukarela.

Pada kesempatan ini, saya ingin agar Bapak/Saudara mengetahui dan memahami tujuan serta manfaat penelitian, sehingga memahami apa yang akan dilakukan dan didapatkan sebagai hasil penelitian ini. Dengan demikian, saya berharap Bapak/Saudara bersedia ikut dalam penelitian sebagai subjek penelitian, dan saya percaya bahwa partisipasi ini akan bermanfaat bagi Bapak/Saudara.

Jika Bapak/Saudara bersedia, Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Subjek Penelitian terlampir harap ditandatangani dan dikembalikan. Perlu diketahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat dan Bapak/Saudara dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian ini berlangsung. Jika ada keluhan ataupun untuk informasi lebih lanjut mengenai pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian saya ini maka Bapak/Saudara dapat menghubungi saya.

Saya sebagai peneliti: Sanjarna A/P R Suppaya


(2)

Telp : 08196002363

Terima kasih untuk Bapak/Saudara telah menyediakan waktunya yang telah dipakai untuk mengikuti penelitian ini dan terima kasih telah membantu saya dengan menjadi subjek dari penelitian saya ini.

Peneliti,

(Sanjarna R Suppaya)

                       


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ………. Umur : ……….

Alamat : ……….. ………..

Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpatisipasi pada penelitian ini.

Mahasiswa peneliti Medan,……….

Peserta Penelitian

(Sanjarna R Suppaya)

         


(4)

Frequency Table MEDAN SELAYANG

Jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 17 42.5 42.5 42.5

Perempuan 23 57.5 57.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 3 7.5 7.5 7.5

2 8 20.0 20.0 27.5

3 12 30.0 30.0 57.5

4 5 12.5 12.5 70.0

5 7 17.5 17.5 87.5

6 5 12.5 12.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak sekolah 1 2.5 2.5 2.5

SD 8 20.0 20.0 22.5

SMP 7 17.5 17.5 40.0

SMA 20 50.0 50.0 90.0

PT 4 10.0 10.0 100.0


(5)

Pendapatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Rp. 1.375.000 23 57.5 57.5 57.5

Rp. 1.375.000-14.000.000 17 42.5 42.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

kelompok usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid anak-anak 1 2.5 2.5 2.5

dewasa 12 30.0 30.0 32.5

orgtua 6 15.0 15.0 47.5

tidak tahu 21 52.5 52.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Etiologi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-2 penyebab 14 35.0 35.0 35.0

3-4 penyebab 6 15.0 15.0 50.0

tidak tahu 20 50.0 50.0 100.0


(6)

Manifestasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-2 penyebab 6 15.0 15.0 15.0

3-4 penyebab 1 2.5 2.5 17.5

tidak tahu 33 82.5 82.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Pengelolaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-2 penyebab 9 22.5 22.5 22.5

tidak tahu 31 77.5 77.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Frequency Table M.POLONIA

Jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 19 47.5 47.5 47.5

Perempuan 21 52.5 52.5 100.0


(7)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3 20 50.0 50.0 50.0

4 15 37.5 37.5 87.5

5 5 12.5 12.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PT 40 100.0 100.0 100.0

Pendapatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Rp. 1.375.000-14.000.000 20 50.0 50.0 50.0

Rp. 14.000.000 20 50.0 50.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

kelompok usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid dewasa dan orgtua 4 10.0 10.0 10.0

anak-anak 22 55.0 55.0 65.0

dewasa 12 30.0 30.0 95.0

tidak tahu 2 5.0 5.0 100.0

Total 40 100.0 100.0


(8)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3-4 penyebab 20 50.0 50.0 50.0

5-6 penyebab 20 50.0 50.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Manifestasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3-4 penyebab 34 85.0 85.0 85.0

tidak tahu 6 15.0 15.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Pengelolaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-2 penyebab 3 7.5 7.5 7.5

3-4 penyebab 36 90.0 90.0 97.5

tidak tahu 1 2.5 2.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

           


(9)

Pendapatan * kelompok usia

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability Pearson Chi-Square 47.023a 8 .000 .000

Likelihood Ratio 47.719 8 .000 .000

Fisher's Exact Test 41.886 .000

Linear-by-Linear Association 31.227b 1 .000 .000 .000 .000

N of Valid Cases 80

a. 6 cells (40.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.00. b. The standardized statistic is -5.588.

Crosstab

kelompok usia

Total

dewasa

&orgtua anak-anak dewasa orgtua

tidak tahu

Rp. 1.375.000 Count 0 1 2 4 16 23

% within Pendapatan .0% 4.3% 8.7% 17.4% 69.6% 100.0% % of Total .0% 1.3% 2.5% 5.0% 20.0% 28.8%

Rp. 1.375.000-14.000.000 Count 1 11 18 2 5 37

% within Pendapatan 2.7% 29.7% 48.6% 5.4% 13.5% 100.0% % of Total 1.3% 13.8% 22.5% 2.5% 6.3% 46.3%

Rp. 14.000.000 Count 3 11 4 0 2 20

% within Pendapatan 15.0% 55.0% 20.0% .0% 10.0% 100.0% % of Total 3.8% 13.8% 5.0% .0% 2.5% 25.0%

Total Count 4 23 24 6 23 80

% within Pendapatan 5.0% 28.8% 30.0% 7.5% 28.8% 100.0% % of Total 5.0% 28.8% 30.0% 7.5% 28.8% 100.0%


(10)

Pendapatan * Etiologi

Crosstab

Etiologi

Total

1-2 penyebab 3-4 penyebab 5-6 penyebab tidak tahu

Rp. 1.375.000 Count 6 4 0 13 23

% within Pendapatan 26.1% 17.4% .0% 56.5% 100.0%

% of Total 7.5% 5.0% .0% 16.3% 28.8%

Rp. 1.375.000-14.000.000 Count 8 15 7 7 37

% within Pendapatan 21.6% 40.5% 18.9% 18.9% 100.0%

% of Total 10.0% 18.8% 8.8% 8.8% 46.3%

Rp. 14.000.000 Count 0 7 13 0 20

% within Pendapatan .0% 35.0% 65.0% .0% 100.0%

% of Total .0% 8.8% 16.3% .0% 25.0%

Total Count 14 26 20 20 80

% within Pendapatan 17.5% 32.5% 25.0% 25.0% 100.0%

% of Total 17.5% 32.5% 25.0% 25.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability Pearson Chi-Square 41.004a 6 .000 .000

Likelihood Ratio 49.091 6 .000 .000

Fisher's Exact Test 40.605 .000

Linear-by-Linear Association .585b 1 .444 .471 .245 .043

N of Valid Cases 80

a. 2 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.50. b. The standardized statistic is -.765.


(11)

Pendapatan * Manifestasi

Crosstab

Manifestasi

Total

1-2 3-4 tidak tahu

Rp. 1.375.000 Count 3 1 19 23

% within Pendapatan 13.0% 4.3% 82.6% 100.0%

% of Total 3.8% 1.3% 23.8% 28.8%

Rp. 1.375.000-14.000.000 Count 3 16 18 37

% within Pendapatan 8.1% 43.2% 48.6% 100.0%

% of Total 3.8% 20.0% 22.5% 46.3%

Rp. 14.000.000 Count 0 18 2 20

% within Pendapatan .0% 90.0% 10.0% 100.0%

% of Total .0% 22.5% 2.5% 25.0%

Total Count 6 35 39 80

% within Pendapatan 7.5% 43.8% 48.8% 100.0%

% of Total 7.5% 43.8% 48.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability Pearson Chi-Square 31.972a 4 .000 .000

Likelihood Ratio 38.395 4 .000 .000

Fisher's Exact Test 34.464 .000

Linear-by-Linear Association 9.559b 1 .002 .002 .001 .001

N of Valid Cases 80

a. 3 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.50. b. The standardized statistic is -3.092.


(12)

Pendapatan * Pengelolaan

Crosstab

Pengelolaan

Total

1-2 3-4 tidak tahu

Rp. 1.375.000 Count 3 0 20 23

% within Pendapatan 13.0% .0% 87.0% 100.0%

% of Total 3.8% .0% 25.0% 28.8%

Rp. 1.375.000-14.000.000 Count 8 17 12 37

% within Pendapatan 21.6% 45.9% 32.4% 100.0% % of Total 10.0% 21.3% 15.0% 46.3%

Rp. 14.000.000 Count 1 19 0 20

% within Pendapatan 5.0% 95.0% .0% 100.0%

% of Total 1.3% 23.8% .0% 25.0%

Total Count 12 36 32 80

% within Pendapatan 15.0% 45.0% 40.0% 100.0% % of Total 15.0% 45.0% 40.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability Pearson Chi-Square 45.150a 4 .000 .000

Likelihood Ratio 57.944 4 .000 .000

Fisher's Exact Test 50.551 .000

Linear-by-Linear Association 14.054b 1 .000 .000 .000 .000

N of Valid Cases 80

a. 2 cells (22.2%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.00. b. The standardized statistic is -3.749.


(13)

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonymous. Kanker oral. http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-topics/oral-cancer/ (April 20. 2013)

2. Peterson PE. Strengthening the prevention of oral cancer: the WHO perspective. Community Dent Oral Epidemiology 2005; 33: 397 – 9.

3. Al Dubai SAR, Ganasegeran K, Alabsi AM, Alshagga MA, Ali RS. Awareness and knowledge of oral cancer among university students in Malaysia. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention; 13: 165 – 9.

4. Farhat K, Muhammad AC, Muhammad M, Muhammad UD. Nida K. Oral cancer knowledge and awareness amongs undergraduate students Lahore – Pakistan. Pakistan Oral & Dental Journal 2011; 31: 64 – 7.

5. Motallebnejad MM, Khanian M, Alizadeh R, Dabbaghian. Community survey knowledge about oral cancer in Babol: Effect of an education intervention. Eastern Mediterranean Health Journal 2009; 15: 1489 – 95.

6. Anonymous. Oral cancer: Facts and figures. American Cancer Society 1999; 1 – 12.

7. Devadiga A, Prasad KV. Knowledge about oral cancer in adults attending a Dental Hospital in India. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21338205 (April 23. 2013)

8. Notoatmodjo S. Ilmu kesehatan masyarakat prinsip-prinsip dasar. Cet., ke 2, Mei. Jakarta: Rineka Cipta, 2003: 127 – 30

9. Heriyanto AC. Kelas sosial, status sosial, peranan sosial dan pengaruhnya. http://sman1waledcirebon.files.wordpress.com/2013/01/kelas-sosial-status-sosial-peranan-sosial-dan-pengaruhnya.pdf (Juni 17. 2013)

10.Laning V. Sosiologi http://bse.mahoni.com/data/SMA_11/kelas_11_sosiologi _vina_dwi_laning.pdf (Desember 21. 2013)

11.T Teodara I, Danita. Socioeconomic status and oral health. The Journal of Preventive Medicine 2005; 13 (1 – 2): 116 – 121.


(14)

12.American Psychological Association, Education and socioeconomic status. http://www.apa.org/pi/ses/resources/publications/factsheet-education.aspx (Juni 17. 2013)

13.Burket LW, Castigliano SG. Oral Medicine Diagnosis and Treatment 4 ed. Philadelphia Montreal: J.B Lippincott Company; 1961: 493 – 97

14.Laronde DM, Hislop TG, Elwood JM, Rosin MP. Oral Cancer: Just the Facts. http://www.cda-adc.ca/jcda/vol-74/issue-3/269.pdf (Mei 15. 2013)

15.Cancer Research UK. Oral Cancer Incidence Statistics. http://www.cancer researchuk.org/cancer-info/cancerstats/types/oral/incidence/ (Mei 15. 2013) 16.Soames JV, Southam JC, Oral Pathology. United States: Oxford University

Press; 1985: 133 – 37

17.Shah JP, Johnson NW, Batsakis JG. Oral cancer. United Kingdom: Martin Dunitz; 2003: 36

18.Health Canada. Oral cancer. http://www.hc-sc.gc.ca/hl-vs/oral-bucco/ disease-maladie/cancer-eng.php (Mei 15. 2013)

19.Dona. Batasan usia. http://www.scribd.com/doc/185413958/Tugas-Dr-Bona (Desember 21. 2013)

20.American Legacy Foundation. Socio – economic status & smoking fact sheet. http://www.healthwellnc.com/TUPCHERITAGETOOLKIT/August/1Fact%2 0Sheets/American%20Legacy%20Foundation%20Socioeconomic%20and%2 0Smoking%20Fact%20Sheet.pdf (Mei 15. 2013)

21.Van Oers JAM, Bongers IMB, Goor VD, Garretsten HFL. Alcohol consumption, alcohol – related problems, problem drinking and socioeconomic status. Alcohol & Alcoholism 1999; 34: 78 – 88

22.Anonymous. Oral cancer. http://www.cancer.org/downloads/PRO/Oral Cancer. pdf (Mei 8. 2013)

23.Dental Health Foundation Ireland. Oral cancer. http://www.dentalhealth.ie/ dentalhealth/causes/oralcancer.html (Mei 8. 2013)


(15)

24.National Institute of Dental and Craniofacial Research. Detecting oral cancer: A guide for health care professionals. http://www.nidcr.nih.gov/oralhealth /topics/oralcancer/detectingoralcancer.htm (Mei 10. 2013)

25.Gustiranda W. Kanker rongga mulut. http://www.scribd.com/doc/99155389 / kanker-rongga-mulut (Mei 11. 2013)

26.Willacy H. Leukoplakia. http://www.patient.co.uk/doctor/leukoplakia (Juni 10. 2013)

27.Anonymous. Erythroplakia of the head & neck. http://www.maxillofacial center.com/BondBook/mucosa/erythroplakia.html (Juni 10. 2013)

28.Anonymous. Penyembuhan penyakit kanker mulut. http://cara-alami-mengobatipenyakit.com/penyembuhan-penyakit-kanker-mulut.html (Juni 2. 2014)

29.National Cancer Institute. What is cancer. http://www.cancer.gov /cancertopics/cancerlibrary/what-is-cancer (Mei 15. 2013)

30.Scully C. Medical problems in dentistry 6ed. London: Elsevier; 2010: 523 – 525

31.Oral Cancer Foundation. Surgery. http://www.oralcancerfoundation.org/ facts/surgery. htm (Mei 15. 2013)

32.Oral Cancer Foundation. Radiation therapy. http://www.oralcancer foundation.org/facts /radiation.htm (Mei 15. 2013)

33.Oral Cancer Foundation. Chemotherapy. http://www.oralcancerfoundation. org/facts/ chemotherapy.htm (Mei 15. 2013)

34.Bimbingan Org. Pola hidup sehat. http://www.bimbingan.org/pengertian-pola-hidup-sehat.htm (Disember 21. 2013)

35.Davis RJ. Socioeconomic status (SES). http://www.ryanjdavis.net/control /uploads/ses.pdf (Juni 10. 2013)

36.Association for Psychological Science. Rich man, poor man: study shows body language can indicate socioeconomic status. http://phys.org/ news152973534.html (Disember 21. 2013)


(16)

37.Anonymous. Metodologi penelitian. http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1ak lanjutan/207114016/bab3.pdf (Mei 14. 2014)

38.Worldental. Women have better dental health. http://worldental.org/gums/ women-dental-health-study-shows/ (Maret 5. 2014)

39.News Medical. National survey finds women more likely to see doctor on regular basis than men. http://www.news-medical.net/news/20110609/ National-survey-finds-women-more-likely-to-see-doctor-on-regular-basis-than-men.aspx (Maret 5. 2014)

40.Shahani K. Middle-aged Pune gets overtly health-conscious. http://timesof india.indiatimes.com/city/pune-times/Middle-aged-Pune-gets-overtly-health-conscious/articleshow/425510.cms (Maret 5. 2014)

41.Chrisopoulos S, Beckwith K. How often people visit a dentist. http://www. aihw.gov.au/dental/visits/ (Maret 5. 2014)

42.Ramachandra NB. The hierarchy of oral cancer in India. http://www.jaypeejournals.com/eJournals/ShowText.aspx?ID=3986&Type=F REE&TYP=TOP&IN=_eJournals/images/JPLOGO.gif&IID=313&isPDF=Y ES (Maret 6. 2014)

43.Croucher R, Islam SS, Nunn H. Campaign awareness and oral cancer knowledge in UK resident adult Bangladeshi: a cross – sectional study. http://www.nature.com/bjc/journal/v105/n7/full/bjc2011317a.html (Maret 6. 2014)

44.Chukwu S. Knowledge of risk factors for oral cancer among adults Iowans. http://ir.uiowa.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=4588&context=etd

(Maret 6. 2014)

45.Puri S, Mangat C, Bhatia V, Kaur AP, Kohli DR. Knowledge of cancer and its risk factors in Chandigarh, India. http://ispub.com/IJE/8/1/4333 (Maret 6. 2014)

46.Yamsani A, Prashanth KS, Kasala ER, Kataki R, Bezbaruah B. Oral cancer awareness and knowledge in adults attending a dental hospital in Northeast


(17)

India. http://www.apollomedicaljournal.net/article/S0976-0016(14)00005-2/ abstract (Maret 7. 2014).

47.Shakoor A, Rasheed K, Khan YH. Awareness and knowledge about oral cancer in adult patients visiting Islamic International Dental Hospital, Islamabad, Pakistan. http://www.podj.com.pk/March_2014/PODJ-25.pdf (Maret 7. 2014)


(18)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survei analitik yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan cross sectional untuk mempelajari dinamika korelasi antara variabel dependen yaitu status ekonomi dengan variabel independen yaitu pengetahuan kanker mulut.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua kecamatan yaitu di Rumah Sakit Columbia Asia, Kecamatan Medan Polonia dan Puskesmas PB Selayang II, Kecamatan Medan Selayang, Kotamadya Medan. Penelitian ini dilakukan di dua kecamatan yang berbeda karena dibutuhkan dua daerah dengan tingkat sosial ekonomi yang berbeda untuk melihat pengetahuan terhadap kanker mulut dari dua status yang berbeda.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari 2014 hingga Febuari 2014 sampai seluruh jumlah sampel terpenuhi.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah masyarakat yang berkunjung ke Rumah Sakit Columbia Asia di Kecamatan Medan Polonia dan Puskesmas PB Selayang II di Kecamatan Medan Selayang.


(19)

3.3.2 Sampel

Sampel yang diteliti pada penelitian ini adalah masyarakat yang berkunjung ke Rumah Sakit Columbia Asia dan juga Puskesmas PB Selayang II di Kotamadya Medan. Kecamatan ditentukan menurut status ekonomi dari data yang diperoleh dari Bagian Data, Walikota Medan. Kotamadya Medan dibagi atas 21 kecamatan lalu dipilih dua kecamatan yang terdiri dari status ekonomi tinggi yaitu, Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan Medan Selayang yang terdiri dari status ekonomi rendah.

Besar sampel yang diperlukan bagi penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus:

  = 36.3 ≈ 36

Dimana :

n = jumlah subjek penelitian

Zα = deviasi normal α untuk α = 0,05 Zα = 1,96

Zβ = Standar deviasi β normal. Standar deviasi untuk derajat kepercayaan 90% adalah 1,282

P1 = 0,05

Q1 = 1 – P1 = 1 – 0,05 = 0,95 P2 = 0,345

Q2 = 1 – P2 = 0,66

P = (P1 + P2)2 ÷ 2 = 0,198 Q = 1 – P = 1 – 0,198 = 0,802

Berdasarkan perhintungan, jumlah responden minimum yang diperoleh adalah 36 orang. Untuk menghindari terjadinya bias penelitian, maka jumlah responden yang diteliti ditambahkan jumlah, yaitu 4 orang, sehingga diperoleh jumlah total sebanyak 40 orang responden dari setiap kecamatan. Penelitian ini


(20)

menggunakan teknik pemilihan responden secara accidental sampling. Seseorang diambil sebagai responden karena populasi sampel yang dipilih itu sudah tersedia dan nyaman. Dalam hal ini, pengambilan sampel ini digunakan karena orang yang berkunjung ke Rumah Sakit dan Puskesmas dipilih sebagai responden. Pemilihan responden dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi

a. Masyarakat yang berkunjung ke Rumah Sakit Columbia Asia di kecamatan Medan Polonia Kotamadya Medan.

b. Masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas PB Selayang II di kecamatan Medan Selayang Kotamadya Medan.

c. Responden yang berumur 16 – 60 tahun.

Kriteria Eksklusi

a. Responden dengan kondisi umum yang tidak dapat atau mampu mengisi kuesioner.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.4.1 Variabel Penelitian

Variabel Bebas : Status ekonomi

 Pendidikan

 Pendapatan

Variabel Tergantung : Pengetahuan terhadap kanker mulut Variabel Tidak Terkendali : - Jenis kelamin


(21)

3.4.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat

Pengukuran

Cara Ukur Skala ukur

Variabel

Tergantung Pengetahu -an

Pengetahuan adalah fakta, informasi, dan keterampilan yang diperoleh oleh seseorang melalui pengalaman atau pendidikan; pemahaman teoritis atau praktis. Pemahaman upaya, aktivitas, program dan kegiatan seseorang untuk melaksanakan kebiasaan hidup sehat dengan menghindari

kebiasaan buruk.34

Memberikan kuesioner kepada responden untuk dijawab.

Kuesioner Kate-gorik

Variabel

Bebas Pendidik -an

Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang diselesaikan oleh responden. Memberikan kuesioner kepada responden untuk dijawab.

Kuesioner Kate-gorik

Variabel

Bebas Status ekonomi Status ekonomi adalah kedudukan seorang individu atau sebuah kelompok dalam struktur sosial hirarkis. Status ekonomi tergantung pada kombinasi beberapa variabel, termasuk ketenaga kerjaan, pendidikan, pendapatan, Memberikan kuesioner kepada responden untuk dijawab.

Kuesioner Kate-gorik


(22)

kekayaan, dan tempat tinggal.35 Selain itu, status sosial ekonomi bisa ditentukan dengan faktor seperti jenis

mobil serta berdasarkan pakaian

yang digunakan.36

Variabel bebas

Pendapat -an

Penghasilan yang diperoleh oleh tiap individu sebagai balasan jasa atau imbalan yang diperoleh dari kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh individu – individu tersebut.37 Memberikan kuesioner kepada responden untuk dijawab. 1. Rendah 2. Menengah 3. Tinggi Kate-gorik

3.5 Sarana Penelitian 3.5.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah alat tulis seperti pulpen dan pensil.

3.5.2 Formulir Pencatatan

Formulir pencatatan terdiri dari kuesioner yang mencakup data responden seperti nama dan umur selain soalan tentang pengetahuan mereka terhadap kanker mulut.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengunjungi ke Rumah Sakit Columbia Asia dan Puskesmas PB Selayang II di masing – masing kecamatan. Responden yang memenuhi kriteria inklusi diberikan penjelasan mengenai penelitian dan diberi


(23)

Pengumpulan data diperoleh dengan memberikan kuesioner untuk diisi pada responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini.

3.6.1 Prosedur Penelitian Skema alur penelitian:

3.7 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan sistem komputerisasi yaitu piranti lunak pengolahan data.

3.8 Analisa Data 3.8.1 Data Univariat

Data univariat adalah pengamatan yang melibatkan variabel tunggal dan tidak berhubungan dengan penyebab atau hubungan. Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran karakteristik. Data univariat disajikan dalam bentuk tabel yang meliputi:

1. Distribusi responden menurut jenis kelamin dan umur 2. Distribusi responden menurut tahap pendidikan 3. Distribusi responden menurut pendapatan

Responden yang sesuai dengan kriteria inkusi dan eksklusi diberikan penjelasan tentang penelitian yang dilakukan

Data pengetahuan terhadap kanker mulut diperoleh dengan memberikan kuesioner kepada responden untuk diisi


(24)

3.8.2 Data Bivariat

Data bivariat adalah pengamatan yang melibatkan dua variabel dan berhubungan dengan penyebab atau hubungan. Analisis bivariat adalah untuk melihat korelasi hubungan status ekonomi dengan pengetahuan terhadap kanker mulut. Data yang terkumpul dianalisa dengan uji statistik Chi Square. Perhitungan statistik apabila nilai P < 0,05 maka h0 ditolak yaitu terdapat hubungan signifikan antara variabel. Bila nilai P > 0,05 maka h0 diterima yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel. Data bivariat disajikan dalam bentuk tabel yang meliputi pengetahuan responden terhadap kanker mulut menurut status ekonomi.

3.9 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup hal sebagai berikut: 1. Kelayakan Etik (Ethical Clearance)

Peneliti mengajukan surat permohonan kepada ketua tim kelayakan etik disertai dengan proposal penelitian karena penelitian ini melibatkan mahluk hidup yaitu manusia. Kelayakan etika dalah keterangan tertulis yang menyatakan bahwa penelitian layak dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan tertentu.

2. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Peneliti meminta secara sukarela kepada responden penelitian untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Bagi responden yang setuju, dimohon untuk menandatangani lembar persetujuan responden penelitian untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Data yang terkumpul dalam penelitian ini dijamin kerahasiannya oleh peneliti, karena itu data yang ditampilkan dalam bentuk data kelompok bukan data pribadi masing-masing responden.

   


(25)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Analisis Univariat 4.1.1 Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan pada 80 orang responden, terdiri dari 36 orang pria (45%) dan 44 orang wanita (55%). Tabel 1 menunjukan distribusi kelompok umur dan jenis kelamin responden. Pada penelitian ini, persentase yang paling besar pada golongan pria adalah kelompok umur 30 – 39 tahun dan 40 – 49 tahun sebesar 16,5% masing – masing dan persentase yang paling kecil adalah kelompok umur 20 – 29 tahun sebesar 0%. Persentase yang paling besar pada golongan wanita adalah kelompok umur 30 – 39 tahun sebesar 23,75% dan persentase yang paling kecil adalah kelompok umur 10 – 19 tahun dan 60 – 69 tahun sebanyak 2,5% masing – masing.

Tabel 1. Distribusi kelompok umur dan jenis kelamin responden

Umur Pria Wanita Jumlah (%)

10 – 19 1 2 3,75

20 – 29 0 8 10

30 – 39 13 19 40

40 – 49 13 7 25

50 – 59 7 5 15

60 – 69 3 2 6,25

Jumlah 37 43 100

Persentase yang paling besar dijumpai pada kelompok dari Kecamatan Medan Selayang dengan tingkat pendidikan SMA sebesar 50% sedangkan di Medan Polonia persentase paling besar adalah tingkat pendidikan perguruan tinggi yaitu, sebanyak


(26)

100%. Persentase responden yang paling kecil pada kelompok dari kecamatan Medan Selayang dijumpai adalah pada kelompok yang tidak berpendidikan yaitu sebanyak 2,5% sedangkan pada Kecamatan Medan Polonia tidak terdapat responden yang berpendidikan selain dari kelompok perguruan tinggi. Tabel 2 menunjukan distribusi tingkat pendidikan responden.

Tabel 2. Distribusi tingkat pendidikan responden

Tingkat Pendidikan

Kec. Medan Selayang Kec. Medan Polonia

Jumlah % Jumlah %

Tidak Sekolah 1 2,5 0 0

SD 8 20 0 0

SMP 7 17,5 0 0

SMA 20 50 0 0

Perguruan Tinggi 4 10 40 100

Jumlah 40 100 40 100

Distribusi pendapatan responden dapat dilihat pada tabel 3. Kebanyakan responden dari Kecamatan Medan Selayang berpendapatan rendah < Rp 1.375.000 sebanyak 57,5% dan sebaliknya di Kecamatan Medan Polonia pendapatan mereka terbagi rata antara yang berpendapatan sebanyak Rp. 1.375.000 – Rp 14.000.000 dan > Rp.14.000.000 dengan persentase 50%.


(27)

Tabel 3. Distribusi pendapatan responden

Pendapatan

Kec. Medan Selayang Kec. Medan Polonia Jumlah % Jumlah %

< Rp. 1.375.000 23 57,5 0 0

Rp. 1.375.000 – Rp. 14.000.000 17 42,5 20 50

>Rp 14.000.000 0 0 20 50

Jumlah 40 100 40 100

4.1.2 Pengetahuan responden terhadap etiologi kanker mulut

Distribusi pengetahuan responden mengenai kanker mulut sesuai kelompok usia dapat dilihat dalam tabel 4. Persentase yang terbesar yang dilihat pada Kecamatan Medan Selayang adalah sebesar 52,5% yang menjawab tidak tahu kelompok usia umum yang mengenai kanker mulut sebaliknya di Kecamatan Medan Polonia, kebanyakan responden menjawab kelompok usia dewasa dan orang tua mengenai kanker mulut dengan persentase sebanyak 52,5%.

Tabel 4. Distribusi pengetahuan responden mengenai kanker mulut menurut kelompok usia

Kelompok Usia

Kec. Medan Selayang Kec. Medan Polonia Jumlah % Jumlah %

Anak – Anak 0 0 0 0

Dewasa 12 30 12 30

Orang tua 6 15 0 0

Dewasa & Orang tua 1 2,5 21 52,5

Semua 0 0 5 12,5

Tidak tahu 21 52,5 2 5


(28)

Tabel 5 menunjukan pengetahuan responden terhadap panyebab kanker mulut. Sebanyak 50% responden di Kecamatan Medan Selayang tidak dapat mengidentifikasi penyebab kanker mulut, hanya 35% yang dapat mengidentifikasi 1 atau 2 penyebab dan hanya, 15% mengetahui sebanyak 3 hingga 4 penyebab. Semua responden dari Kecamatan Medan Polonia dapat mengidentifikasi penyebab kanker mulut. Sebanyak 50% mengidentifikasi 3 hingga 4 penyebab kanker mulut dan 50% lagi mengidentifikasi 5 hingga 6 penyebab kanker mulut. Kebanyakan responden dari Kecamatan Medan Selayang hanya dapat mengidentifikasi merokok sebagai penyebab kanker mulut sebanyak 17 orang (42,5%), alkohol 10 orang (25%), megunyah tembakau 5 orang (12,5%), kesehatan mulut buruk 4 orang (10%) serta menyirih dan kekurangan nutrisi hanya 3 orang (7,5%) dan paling banyak yang menjawab tidak tahu yaitu sebanyak 20 orang dari 40 responden. Sebaliknya, di Kecamatan Medan Polonia hampir semua responden dapat mengidentifikasi penyebab kanker mulut dengan benar dan tidak ada yang menjawab tidak tahu. Semua responden, sebanyak 40 orang yang dapat mengidentifikasi merokok, menyirih dan alkohol sebagai penyebab kanker dan 39 orang (97,5%) yang menjawab menguyah tembakau, 20 orang (50%) kesehatan mulut buruk dan 11 orang (27,5%) yang identifikasi kekurangan nutrisi sebagai penyebab kanker mulut.

Tabel 5. Distribusi pengetahuan responden terhadap penyebab kanker mulut

Penyebab

Kec. Medan Selayang Kec. Medan Polonia

Jumlah % Jumlah %

Mengetahui 1 – 2 14 35 0 0

Mengetahui 3 – 4 6 15 20 50

Mengetahui 5 – 6 0 0 20 50

Tidak Tahu 20 50 0 0


(29)

Pada penelitian ini sebesar 82,5% responden dari Kecamatan Medan Selayang tidak tahu tentang tanda – tanda kanker di mulut hanya 15% bisa mengidentifikasi 1 hingga 2 tanda kanker mulut dan 2,5% bisa mengidentifikasi 3 hingga 4 penyebab kanker mulut. Dari 17,5% responden yang mengidentifikasi tanda – tanda kanker mulut hanya 5 orang (12,5%) menjawab luka yang tidak sembuh, 3 orang (7,5%) bercak putih, dan 1 orang (2,5%) yang menjawab bercak merah dan luka yang tidak nyeri sebagai tanda kanker mulut. Sebaliknya, kebanyakan responden dari Kecamatan Medan Polonia bisa mengidentifikasi 3 hingga 4 tanda – tanda kanker pada mulut dengan persentase sebanyak 85% dan 15% yang tidak tahu tentang tanda – tanda kanker mulut. Sebanyak 34 orang (85%) responden dari Medan Polonia bisa mengidentifikasi bercak merah, putih dan luka yang tidak sembuh sebagai tanda kanker mulut dan hanya 20 orang (50%) yang menjawab luka yang tidak sembuh.

Tabel 6. Distribusi pengetahuan responden terhadap manifestasi kanker di rongga mulut.

Tanda – tanda

Kec. Medan Selayang Kec. Medan Polonia

Jumlah % Jumlah %

1 – 2 tanda 6 15 0 0

3 – 4 tanda 1 2,5 34 85

Tidak tahu 33 82,5 6 15

Jumlah 40 100 40 100

Tabel 7 menunjukan distribusi pengetahuan responden terhadap pengelolaan kanker mulut. Di Kecamatan Medan Selayang dapat dilihat sebanyak 77,5% responden tidak tahu mengenai pengelolaan kanker mulut dan hanya 22,5% dapat menyatakan 1 hingga 2 pengelolaan yang dapat dilakukan untuk kanker mulut. Hanya 4 orang (10%) yang menjawab pembedahan sebagai pengelolaan bagi kanker mulut, terapi kombinasi 3 orang (7,5%), dan 1 orang (2,5%) yang menjawab radioterapi dan kemoterapi. Persentase yang tertinggi di Kecamatan Medan Polonia adalah sebanyak


(30)

90%, dimana responden dapat mengidentifikasi 3 hingga 4 pengelolaan kanker mulut dan hanya 2,5% yang tidak tahu mengenai pengelolaan kanker mulut. Sebanyak 39 orang (97,5%) responden dari Medan Polonia dapat menjawab pembedahan dan kemoterapi sebagai perawatan, sebanyak 34 orang (85%) yang menjawab radioterapi dan 18 orang (45%) yang menjawab terapi kombinasi sebagai pengelolaan bagi kanker mulut.

Tabel 7. Distribusi pengetahuan responden terhadap pengelolaan kanker mulut

Pengelolaan

Kec. Medan Selayang Kec. Medan Polonia

Jumlah % Jumlah %

Mengetahui 1 – 2 9 22,5 3 7,5

Mengetahui 3 – 4 0 0 36 90

Tidak tahu 31 77,5 1 2,5

Jumlah 40 100 40 100

4.2 Hasil Analisis Bivariat

4.2.1 Hasil Uji Statistik hubungan status ekonomi dengan pengetahuan masyarakat terhadap kanker mulut

Analisis yang dilakukan pada penelitian ini dengan menggunakan analisis analitik dengan tabulasi silang (cross-tab) untuk menguji tingkat kemaknaan antara status ekonomi (pendapatan) dan pengetahuan masyarakat terhadap kanker mulut.

Tabel 8 menunjukan persentase pengetahuan masyarakat mengenai penyebab kanker mulut berdasarkan pendapatan mereka. Berdasarkan tabel, terlihat bahwa responden yang berpendapatan tinggi dapat mengidentifikasi 5 hingga 6 penyebab kanker mulut sebanyak 13 orang (16,3%) sedangkan yang berpendapatan rendah kebanyakan dari mereka tidak dapat mengidentifikasi penyebab kanker mulut sebanyak 13 orang (16,3%).


(31)

menunjukan bahwa H0 ditolak atau Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa pendapatan (status ekonomi) berpengaruh terhadap pengetahuan mengenai penyebab kanker mulut karena nilai p < 0,005.

Tabel 8. Hasil uji statistik hubungan antara pendapatan dan pengetahuan terhadap penyebab kanker mulut.

Pendapatan

Penyebab Total Nilai

p 1 – 2 3 – 4 5 – 6 Tidak Tahu

Rendah 6 (7,5%) 4 (5%) 0 (0%) 13 (16,3%) 23

0,000* Menengah 8 (10%) 15 (18,8%) 7 (8,8%) 7 (8,8%) 37

Tinggi 0 (0%) 7 (8,8%) 13 (16,3%) 0 (0%) 20 * = singnifikan

Tabel 9 menunjukan persentase pengetahuan masyarakat mengenai tanda – tanda awal kanker mulut berdasarkan pendapatan mereka. Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa masyarakat yang berpendapatan tinggi dapat mengidentifikasi 3 hingga 4 tanda – tanda kanker mulut dengan benar sebanyak 18 orang (22,5%) sebaliknya, yang berpendapatan rendah tidak dapat mengidentifikasi tanda – tanda kanker mulut yaitu, sebanyak 19 orang (23,8%).

Hasil uji statistik Chi – Square menunjukan ada hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan pengetahuan kanker mulut dimana p = 0,00. Hal ini menunujukkan bahwa H0 ditolak atau Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa pendapatan (status ekonomi) berpengaruh terhadap pengetahuan mengenai tanda – tanda kanker mulut karena nilai p < 0,005.


(32)

Tabel 9. Hasil uji statistik hubungan antara pendapatan dan pengetahuan terhadap tanda – tanda kanker mulut

Pendapatan

Tanda – Tanda Kanker Mulut Total Nilai p 1 – 2 3 – 4 Tidak tahu

Rendah 3 (3,8%) 1 (1,3%) 19 (23,8%) 23

0,000* Menengah 3 (3,8%) 16 (20%) 18 (22,5%) 37

Tinggi 0 (0%) 18 (22,5%) 2 (2,5%) 20 * = singnifikan

Tabel 10 menunjukan persentase pengetahuan masyarakat mengenai pengelolaan terhadap kanker mulut berdasarkan pendapatan mereka. Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa masyarakat yang berpendapatan tinggi dapat mengidentifikasi 3 hingga 4 pengelolaan kanker mulut dengan benar sebanyak 19 orang (23,8%) sebaliknya, yang berpendapatan rendah tidak dapat mengidentifikasi tanda – tanda kanker mulut sebanyak 20 orang (25%).

Hasil uji statistik Chi – Square menunjukan ada hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan pengetahuan kanker mulut dimana p = 0,00. Hal ini menunujukkan bahwa H0 ditolak atau Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa pendapatan (status ekonomi) berpengaruh terhadap pengetahuan mengenai pengelolaan kanker mulut karena nilai p < 0,005.

Tabel 10. Hasil uji statistik hubungan antara pendapatan dan pengetahuan terhadap pengelolaan kanker mulut

Pendapatan

Pengelolaan Total Nilai p

1 – 2 3 – 4 Tidak tahu

Rendah 3 (3,8%) 0 (0%) 20 (25%) 23

0,000* Menengah 8 (10%) 17 (21,3%) 12 (15%) 37

Tinggi 1 (1,3%) 19 (23,8%) 0 (0%) 20 * = singnifikan


(33)

BAB 5 PEMBAHASAN

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan didapatkan setelah penginderaan terhadap suatu objek. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengetahuan responden terhadap kanker mulut dan apakah status ekonomi sosial mereka mempengaruhi pengetahuan mereka. Penelitian ini mengutamakan pengetahuan responden yang terdiri dari pengetahuan secara dasar atau umum terhadap kanker mulut yang meliputi pengetahuan tentang penyebab, tanda – tanda serta terapi atau pengobatan kanker mulut.

Jumlah responden yang mengikuti penelitian ini sebanyak 80 orang, setiap kecamatan diambil sebanyak 40 responden. Responden dari Medan Selayang terdiri dari 18 laki – laki (45%) dan 22 perempuan (55%) dan dari Medan Polonia terdapat 19 responden laki – laki (47,5%) dan 21 responden perempuan (52,5%). Secara keseluruhan terdapat 37 responden laki – laki (46,25%) dan 43 perempuan (53,75%). Hasil ini menunjukan bahwa jumlah responden perempuan selama penelitian ini dilakukan adalah lebih banyak dari laki – laki. Menurut beberapa penelitian, perempuan lebih banyak memperhatikan kesehatan mereka daripada laki – laki.38 Survei nasional menemukan bahwa perempuan tiga kali lebih sering menemui dokter secara teratur daripada laki – laki ini karena kebanyakan kaum laki tidak memberikan prioritas terhadap kesehatan mereka.39 Penelitian ini juga menunjukan bahwa responden yang paling banyak adalah pada kelompok umur 30 – 39 tahun pada kedua kecamatan. Hal ini sesuai dengan artikel yang dikeluarkan oleh Times of India yang menyatakan lebih banyak masyarakat yang berumur 30 – 40 tahun pada masa ini lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin karena pengaruh materi melalui media yang mendidik mengenai status kesehatan.40

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa responden yang paling banyak berkunjung ke dokter dari kecamatan Medan Selayang adalah yang berpendidikan tingkat SMA yaitu sebanyak 50% dan di Medan Polonia sebanyak 100% yang


(34)

berpendidikan perguruan tinggi. Hal ini sesuai dengan laporan Australian Research Centre for Population Oral Health oleh Worldental menyatakan bahwa kelompok yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi lebih sering mengunjungi praktek untuk perawatan karena mereka mempunyai penghasilan yang lebih tinggi dan tetap.38, 40 Selain itu, umumnya ada hubungan proporsionalitas langsung antara tingkat pendidikan dan kesehatan mulut yang berhubungan dengan kualitas hidup. Tingkat pendidikan yang tinggi menawarkan kemungkinan untuk memperoleh dan memahami informasi mengenai perilaku kesehatan mulut dan promosi kesehatan gigi dan mulut.10 Berdasarkan pendapatan didapati kebanyakan responden dari Kecamatan Medan Selayang berpendapatan rendah dengan persentase sebanyak 57,5% sebaliknya responden di Kecamatan Medan Polonia, terbagi rata antara yang berpendapatan menengah dan tinggi masing – masing sebanyak 50%. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Walikota Medan yang menyatakan Kecamatan Medan Selayang merupakan salah satu kecamatan dengan kebanyakan masyarakat yang berstatus ekonomi rendah dan Kecamatan Medan Polonia adalah kecamatan dengan masyarakat berstatus ekonomi tinggi. Pendapatan yang tinggi memungkinkan akses ke layanan kesehatan mulut yang baik, lingkungan yang baik untuk kesehatan dan menawarkan kesempatan untuk menerapkan perilaku kesehatan mulut.10

Pengetahuan responden di Kecamatan Medan Selayang mengenai kanker mulut sesuai kelompok usia menunjukan hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan pengetahuan responden dari Kecamatan Medan Polonia. Sebanyak 52,5% responden dari Medan Selayang tidak tahu kelompok usia umum yang mengenai kanker. Sebaliknya, responden dari Medan Polonia menjawab dewasa dan orang tua lebih umum mengenai kanker mulut dengan persentase sebanyak 52,5%. Ramachandra menyatakan dalam penelitiannya, menurut penelitian yang dilakukan oleh Sharma dan Krishna di India sebagian besar kasus kanker mulut terlihat pada kelompok usia 40 dan 50 tahun dan pada kelompok usia 21 hingga 30 tahun dengan


(35)

sering mendapatkan kanker mulut adalah dari 31 sampai 40 tahun (38,5%).42 Pada penelitian yang dilakukan di United Kingdom hanya 16,21% menjawab mendapatkan kanker mulut lebih sering pada usia di atas 50 tahun dan 83,97% yang menjawab tidak tahu karena tingkat kesadaran yang rendah banyak ditemukan pada individu dengan tingkat pendidikan yang rendah.43

Penelitian ini menunjukan bahwa 50% responden dari Kecamatan Medan Selayang tidak dapat megidentifikasi penyebab kanker mulut. Hanya 15% yang dapat mengidentifikasi 3 hingga 4 penyebab kanker mulut. Di sebaliknya, responden dari Kecamatan Medan Polonia dapat mengidentifikasi penyebab kanker mulut dengan 50% yang menjawab 3 hingga 4 penyebab benar dan 50% lagi yang menjawab 5 hingga 6 penyebab kanker mulut yang benar. Stella Chukwu menyatakan penelitian yang dilakukan oleh Patton et al. di North Carolina memperlihatkan pengetahuan tentang faktor resiko kanker mulut. Sebanyak 3% yang mengidentifikasi 0 hingga 1 faktor resiko benar, 41% yang mengidentifikasi 2 hingga 3 faktor resiko benar dan 56% yang bisa mengidentifikasi 5 hingga 6 faktor resiko yang benar. Penelitian ini juga menemukan bahwa pengetahuan faktor resiko yang lebih tinggi secara signifikan berhubungan dengan tingkat pendidikan dan sifat ingin tahu masyarakat tentang kanker mulut serta yang mengetahui satu atau lebih tanda – tanda kanker mulut.44 Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan di Chandigarh, India, secara keseluruhan sebanyak 74,7% responden dapat menghubungkan merokok sebagai penyebab kanker mulut dan faktor lain yang diidentifikasi adalah alkohol dengan persentase sebanyak 60% dan diet dengan persentase sebanyak 22,7% sebagai penyebab kanker. Didapati kesadaran masyarakat lebih tinggi di daerah sosial ekonomi tinggi dibanding yang sosial ekonomi rendah.45

Pada masa ini, kanker mulut semakin sering dan penting bagi masyarakat untuk mengetahui tentang tanda-tanda awal dari kanker mulut untuk menghindari terlambatnya deteksi dan pengobatan. Sebanyak 82,5% responden dari Kecamatan Medan Selayang tidak tahu tanda dari kanker mulut sebaliknya 85% responden dari Kecamatan Medan Polonia dapat mengidentifikasi 3 hingga 4 tanda – tanda kanker mulut hanya 15% saja yang menjawab tidak tahu. Kurang dari lima puluh persen


(36)

orang dewasa yang berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan di Northeast India

tidak dapat mengidentifikasi luka yang tidak sembuh, bercak putih atau merah sebagai tanda-tanda awal kanker mulut. Pengamatan ini sesuai dengan laporan lain yang juga melaporkan persentase yang lebih rendah tentang kesadaran masyarakat terhadap tanda – tanda kanker mulut.46 Kesimpulan dari penelitian di Islamabad, Pakistan menunjukan bahwa 48% dari pasien tahu tentang tanda dan gejala kanker mulut. Penelitian ini juga menyatakan, West et al 2011 menyatakan bahwa bercak merah diketahui (1 dari 4 pasien) dan bercak putih (1 dari 3 pasien) menunjukan tanda-tanda dari kanker mulut. Sedangkan 50% dari pasien menurut Tomar tidak tahu tentang adanya lesi merah dan putih di mulut mereka merupakan tanda kanker mulut dan 44,9% dari total populasi di Sri Lanka sadar tentang lesi prakanker merah dan putih di mulut.46 Dari penelitian yang dilakukan di India dan Pakistan, dapat disimpulkan bahwa masyarakat dari status ekonomi tinggi lebih menyadari semua gejala dan memiliki pengetahuan secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat status ekonomi rendah, yang mungkin disebabkan karena akses mereka ke perawatan kesehatan yang lebih baik dan pendidikan yang lebih baik.46, 47, 10

Di India, hasil penelitian yang dilakukan untuk melihat perbandingan tahap pengetahuan masyarakat terhadap pengelolaan kanker mulut antara berstatus ekonomi tinggi dan rendah didapati masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi lebih berpengetahuan daripada yang rendah yaitu, dengan persentase sebanyak 90,4% dari masyarakat dengan status ekonomi rendah yang menjawab tidak tahu mengenai perawatan kanker mulut sebaliknya, hanya 17,3% dari yang status ekonomi tinggi yang tidak tahu perawatan kanker mulut.45 Hasil yang sama didapati pada penelitian ini dengan sebagian besar responden dari Kecamatan Medan Selayang yang tidak tahu mengenai pengelolaan kanker mulut sebanyak, 77,5% dan hanya 2,5% dari Kecamatan Medan Polonia yang menjawab tidak tahu.

Ketidakseimbangan status ekonomi dalam pertimbangan kesehatan mulut dapat didefinisikan sebagai perbedaan dalam prevalensi atau insidens masalah kesehatan gigi dan mulut antara masyarakat dengan status ekonomi tinggi dan status


(37)

Ini disebabkan, masyarakat dengan status ekonomi tinggi berpendapatan lebih tinggi dibandingkan masyarakat berstatus ekonomi rendah sehingga memungkinkan akses ke layanan kesehatan mulut yang baik. Hal ini dapat menerapkan perilaku kesehatan mulut yang tepat. Penelitian terbaru menunjukan bahwa individu berpendapatan rendah 5 kali lebih mungkin memiliki kesehatan mulut yang buruk dibandingkan dengan mereka yang berpendapatan tinggi. Indikator lain bagi status ekonomi adalah tingkat pendidikan, dari penelitian ini dapat dilihat yang berpendidikan tinggi mayoritas adalah dari Kecamatan Medan Polonia dan mereka yang dapat menjawab dengan benar mengenai kanker mulut. Hal ini karena, ada hubungan proporsionalitas langsung antara tingkat pendidikan dan kesehatan mulut yang berhubungan dengan kualitas hidup. Tingkat pendidikan yang tinggi menawarkan kemungkinan untuk mendapatkan dan memahami informasi mengenai perilaku kesehatan mulut dan promosi kesehatan gigi dan mulut.10

                           


(38)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang kanker mulut berdasarkan status ekonomi adalah berbeda antara yang berstatus ekonomi tinggi dan rendah. Dari penelitian dapat dilihat pengetahuan masyarakat dari Kecamatan Medan Polonia lebih tinggi berbanding Medan Selayang, hal ini karena mereka mempunyai pendidikan yang lebih tinggi yang memungkinkan mereka untuk lebih memahami dan keinginan untuk mengetahui mengenai sesuatu hal serta pendapatan yang tinggi mengizinkan mereka mempunyai akses ke peratawan kesehatan yang relatif lebih baik dan mutakhir.

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara status ekonomi dan pengetahuan masyarakat terhadap kanker mulut.

6.2 Saran

Penelitian ini hanya menguraikan secara umum mengenai pengetahuan masyarakat tentang kanker mulut berdasarkan status ekonomi mereka di dua kecamatan. Oleh karena itu, diharapkan adanya penelitian lanjutan dengan menggunakan kuesioner yang lebih mendalam tentang pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai kanker mulut yang bisa meneliti lebih dari dua kecamatan. Sebaiknya, masyarakat tahu tentang kanker mulut supaya dapat menghindari dari penyakit ini dan juga bisa mendapatkan perawatan dini. .

Diharapkan dokter gigi dan tenaga medis dapat memberikan penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan rongga mulut. Masyarakat yang berpendidikan rendah harus diberi edukasi tentang masalah kesehatan dan masalah kesehatan rongga mulut yang dapat terjadi akibat


(39)

kanker mulut. Masyarakat harus terus menerus mendapat informasi tentang cara meningkatkan kualitas kesehatan umum dan kesehatan gigi.

                                           


(40)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah wujud penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan tersebut terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).8

Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek mempunyai tingkatan yang berbeda – beda. Secara garis besar pengetahuan dibagi dalam enam tingkat yaitu:

1. Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat memori yang telah ada sebelumnya dari seluruh bahan yang diperoleh atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menguraikan, menyebut, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.8

2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang suatu objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi

Aplikasi diartikan apabila seseorang mampu untuk mengaplikasikan atau menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi.8

4. Analisis

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menggambarkan dan memisahkan serta mencari hubungan antara komponen – komponen yang terdapat dalam suatu


(41)

sampai pada tingkat ini adalah apabila orang tersebut dapat membedakan atau mengelompokkan objek tersebut.8

5. Sintesis

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen – komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang telah ada.8

6. Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.8

2.2 Status Ekonomi

Kelas sosial atau golongan sosial mempunyai arti yang relatif lebih banyak dipakai untuk menunjukan lapisan sosial yang didasarkan atas kriteria ekonomi. Jadi, definisi kelas sosial atau golongan sosial ialah sekelompok manusia yang menempati lapisan sosial berdasarkan kriteria ekonomi.9

Status ekonomi paling sering dicirikan sebagai peringkat hirarkis individu atau keluarga dalam sebuah komunitas atau masyarakat tertentu. Indikator-indikator status ekonomi menegosiasikan status dalam masyarakat dan termasuk karakteristik berwujud seperti tingkat pendidikan, pekerjaan prestise, otoritas, asosiasi kelompok, tempat tinggal, dan kedudukan masyarakat. Beberapa indikator ekonomi utama adalah aset berwujud dan termasuk gaji, kekayaan, kepemilikan rumah, dana pensiun, dan kepemilikan harta.9

Kelas sosial berdasarkan status ekonomi dapat dibagi menjadi kelas atau golongan menurut Aristoteles9, yaitu:

1. golongan sangat kaya 2. golongan kaya, dan 3. golongan miskin


(42)

1. Golongan pertama: merupakan kelompok terkecil dalam masyarakat. Mereka terdiri dari pengusaha, tuan tanah dan bangsawan.

2. Golongan kedua: merupakan golongan yang cukup banyak terdapat di dalam masyarakat. Mereka terdiri dari para pedagang, dsbnya.

3. Golongan ketiga: merupakan golongan terbanyak dalam masyarakat. Mereka kebanyakan rakyat biasa.

Marx9 juga membagi masyarakat menjadi tiga golongan, yakni:

a. Golongan kapitalis atau borjuis: adalah mereka yang menguasai tanah dan alat produksi.

b. Golongan menengah: terdiri dari para pegawai pemerintah.

c. Golongan proletar: adalah mereka yang tidak memiliki tanah dan alat produksi. Termasuk didalamnya adalah kaum buruh atau pekerja pabrik. Menurut Pitirim A.Sorokin, stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau hierarkis. Menurut Bouman10, pelapisan sosial adalah golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu. Pelapisan sosial merupakan gejala yang bersifat universal. Kapan pun dan di mana pun, pelapisan sosial selalu ada. Soemardjan dan Soemardi10 (1974) menyebutkan bahwa selama dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai, maka dengan sendirinya pelapisan sosial terjadi. Sesuatu yang dihargai dalam masyarakat bisa berupa harta kekayaan, ilmu pengetahuan, atau kekuasaan.10

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pelapisan sosial adalah pembedaan antarwarga masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial secara bertingkat. Wujudnya adalah terdapat lapisan-lapisan di dalam masyarakat di antaranya ada kelas sosial tinggi, sedang, dan rendah.10

Ada beberapa indikator yang dapat digunakan dalam evaluasi status ekonomi. Indikator yang paling penting adalah status pekerjaan, pendapatan dan tingkat pendidikan. Status pekerjaan sangat relevan karena menentukan tempat orang-orang dalam hirarki sosial. Pendekatan yang paling umum terdiri dari mengelompokkan


(43)

kelas sosial. Kelompok ini dapat dibagi seperti pekerja tingkat tinggi, tingkat rendah dan pengangguran.11

Pendapatan adalah instrumen yang sering digunakan untuk mengukur status ekonomi sosial, yang relevan untuk realisasi strategi kesehatan. Pendapatan dapat dibagi atas tiga kelompok, kelompok pendapatan rendah yaitu kurang dari Rp. 1.375.000, kelompok pendapatan sedang antara Rp. 1.375.000 dan Rp. 14.000.000 dan kelompok pendapatan tinggi yaitu di atas Rp. 14.000.00. Ketidaksetaraan pendapatan yang dihasilkan berhubungan dengan perbedaan dalam mortalitas dan morbiditas, termasuk penyakit kesehatan mulut. Pendapatan yang tinggi memungkinkan akses ke layanan kesehatan mulut yang baik, lingkungan yang baik untuk kesehatan dan menawarkan kesempatan untuk mengadopsi perilaku kesehatan mulut yang tepat.11

Tingkat pendidikan, umumnya, ada hubungan proporsionalitas yang langsung antara tingkat pendidikan dan kesehatan mulut yang berhubungan dengan kualitas hidup. Tingkat pendidikan yang tinggi menawarkan kemungkinan untuk mendapatkan dan memahami informasi mengenai perilaku kesehatan mulut dan promosi kesehatan gigi dan mulut. Banyak penelitian menegaskan hubungan antara ketidaksetaraan dalam status ekonomi dan ketidaksetaraan dalam kesehatan mulut. Hal ini terbukti bahwa ada perbedaan perilaku kesehatan mulut antara kaya dan yang bukan kaya.11

Keluarga dengan status ekonomi rendah sering kekurangan keuangan, dukungan sosial dan pendidikan. Status ekonomi rendah berkorelasi dengan pendidikan rendah, kemiskinan, dan kesehatan yang buruk, akhirnya mempengaruhi masyarakat kita secara keseluruhan.9, 12 Di Amerika Serikat ketidakadilan dalam distribusi kekayaan dan kualitas hidup meningkat dan juga secara global. Penelitian menunjukan bahwa anak-anak dari rumah tangga status ekonomi rendah mengembangkan kemampuan akademik lebih lambat dibandingkan dengan anak dari kelompok status ekonomi yang lebih tinggi. Kemampuan akademik awal yang berkorelasi dengan lingkungan rumah, di mana lingkungan literasi rendah dan stres kronis negatif mempengaruhi keterampilan pre akademik anak. Sistem sekolah di


(44)

masyarakat status ekonomi rendah sering menghadapi masalah kekurangan sumber, lalu mengurangi perkembangan akademik mahasiswa. Pendidikan yang tidak memadai dan meningkatnya angka berhenti sekolah mempengaruhi prestasi akademik anak-anak, sehingga melangsungkanstatus rendah ekonomi masyarakat.9, 12

Sebaliknya, keluarga dari status ekonomi tinggi dapat menerima pendidikan yang lebih baik sehingga pekerjaan yang dimiliki lebih baik dan pendapatan yang lebih tinggi yang memungkinkan mereka untuk memiliki akses atau pengetahuan yang lebih luas mengenai kesehatan.9

2.3 Kanker Mulut 2.3.1 Definisi

Kanker oral atau kanker mulut adalah istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi neoplasma ganas atau tumor yang berasal dari mukosa yang melapisi rongga mulut.13 Kanker mulut dapat dibagi lagi menjadi entitas yang berbeda didasarkan pada lokasi awal dari lesi lokal. Antara lokasi – lokasinya adalah pada bibir, lidah, tonsil, gingiva, palatum keras, palatum lunak dasar mulut dan permukaan bukal.13

2.3.2 Epidemiologi

Kanker mulut adalah kanker yang ke sebelas paling umum di dunia. Hal ini terjadi sekitar 2,4 persen dari seluruh kanker dengan tingkat insidens tinggi di negara berkembang.3 Lebih dari 90% kanker rongga mulut adalah kanker sel skuamosa. Di Kanada, kanker mulut didiagnosis pada 3.200 orang dan telah menyebabkan sebanyak 1.100 kematian pada tahun 2007. Pada saat ini di Kanada, lebih banyak kasus kanker mulut yang didiagnosis dalam satu tahun dibandingkan serviks atau kanker ovarium, dan lebih banyak kematian terjadi akibat kanker mulut dibandingkan dari melanoma atau kanker rahim.14


(45)

dan kanker yang ke lima belas paling umum di kalangan wanita. Pada tahun 2010 terdapat 6539 kasus baru kanker mulut di Inggris 4307 (66%) pada pria dan 2232 (34%) pada wanita dengan perbandingan laki-laki: perempuan rasio 19:10.15

Di Malaysia, studi menunjukan kejadian kanker mulut bervariasi menurut jenis kelamin dan kelompok etnis, dengan prevalensi tertinggi di antara kaum India. Kanker mulut adalah kanker keenam yang paling umum di kalangan laki-laki India (4,5%) dan kanker ketiga yang paling umum di antara wanita India (6,5%) di Malaysia. Jika dibagi menurut jenis kelamin, kanker mulut merupakan kanker yang kesembilan belas dan keenam belas antara pria dan wanita masing-masing.3

2.3.3 Etiologi

Etiologi kanker mulut sampai sekarang masih belum diketahui dengan pasti. Ini disebabkan karena etiologi terjadinya kanker multifaktorial dan kompleks.16 Resiko terjadinya kanker akan lebih meningkat apabila digabung antara faktor – faktor predisposisi, misalnya merokok dengan minum alkohol, dan menyirih dengan tembakau.17

Usia, kejadian kanker mulut secara jelas berhubungan dengan usia, yang mungkin mencerminkan penurunan pengendalian imunitas dengan usia. Orang-orang di atas usia 40 memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker mulut. Kanker mulut dapat terjadi pada semua usia, namun kejadian meningkat setelah umur lebih dari 40 tahun. Individu yang berusia di atas 60 memiliki insiden tertinggi kanker mulut.18 Pengelompokan usia menurut Setyonegoro dan Mohammad19 adalah sebagai berikut:

 Anak – anak , yaitu usia 0 sampai 10 tahun  Dewasa, yaitu usia 18 sampai 64 tahun dan,  Orang tua, dari 65 sampai 80 tahun

Merokok, selama bertahun tahun telah diasumsikan bahwa ada hubungan dengan karsinoma mulut.16 Tembakau adalah bentuk lain dari iritasi kronis, tampaknya berperan dalam stimulasi proses prakanker dan/atau kanker. Ketika kontak langsung dengan membran mukosa mulut untuk jangka waktu yang lama,


(46)

dapat menghasilkan leukoplakia dan kanker pada individu yang rentan. Ada bukti mengatakan bahwa asap tembakau tidak langsung merangsang perkembangan lesi ganas, namun ada juga kasus yang ditemui bahwa asap tembakau dari cerutu merangsang perkembangan lesi ganas. Ada sedikit keraguan bahwa pada individu tertentu yang merokok menyebabkan perkembangan leukoplakia yang dapat memungkinkan terjadinya lesi prakanker yang berbahaya. Merokok harus dilarang di mana adanya bukti iritasi mukosa kronis, malignan atau leukoplakia.13 Namun, tinggi insiden karsinoma oral di India terjadi karena kebiasaan merokok yang sangat luas, di mana merokok bidi menjadi signifikan.16 Penggunaan tembakau sangat terkait dengan status ekonomi rendah. Prevalensi merokok saat ini tinggi di antara orang dewasa dengan pekerjaan kelas pekerja, tingkat pendidikan rendah, dan berpenghasilan rendah. Tingkat merokok juga bervariasi berdasarkan tingkat pendidikan. Di antara orang dewasa di atas usia 25, orang-orang dengan diploma General Education Development (GED) memiliki prevalensi tertinggi merokok (44%), diikuti oleh orang dengan 9 sampai 11 tahun pendidikan (33,3%). Mereka yang memiliki gelar sarjana (11,4%) atau sarjana (6,2%) memiliki prevalensi merokok terendah.20

Kebiasaan mengunyah paan atau mengunyah sirih adalah salah satu kebiasaan mengunyah paling sering dilakukan di dunia, dan sangat umum terjadi di selatan - timur Asia dan India.16 Kanker mulut menjadi umum di antara pengunyah sirih.13 Kebiasaan ini menyebabkan terjadinya leukoplakia karena sirih yang dikunyah disimpan di dalam mulut dan transformasi menjadi maligna biasanya dibuktikan secara klinis dengan adanya perkembangan papilliferous ataupun ulserasi.16 Namun, penemuan terbaru dari India mengindikasikan bahwa pengunyah sirih saja tidak menyebabkan kanker mulut kecuali bila sirih dicampurkan dengan tembakau dan diet sehari – hari yang tidak memadai.13

Alkohol, studi epidemiologi di beberapa negara telah menunjukan bahwa risiko terkena karsinoma oral 10 - 15 kali lebih besar pada peminum alkohol berat. Namun, peran dari konsumsi alkohol sebagai etiologi kanker mulut sulit untuk dinilai karena kebanyakan dari mereka yang mengkonsumsi alkohol juga perokok.16


(47)

perkembangan karsinoma mulut dan kebiasaan gabungan ini telah terbukti akan menyebabkan timbulnya karsinoma mulut 15 tahun atau lebih cepat.16 Individu dari kelompok status ekonomi yang berbeda memiliki sikap yang berbeda terhadap risiko alkohol. Hal ini menunjukan bahwa individu dengan status ekonomi tinggi lebih menyadari konsekuensinya. Yang lain berpendapat bahwa konsumsi alkohol yang berlebihan juga mungkin akibat rendahnya pendapatan dan tingkat pendidikan.21

Faktor gigi, kebersihan mulut yang buruk, restorasi yang rusak, tepi gigi yang tajam dan gigi palsu yang tidak sesuai telah dicurigai sebagai etiologi kanker mulut, namun bukti – bukti untuk hal ini sedikit. Banyak pasien yang menjalani keganasan di rongga mulutmemiliki gigi yang buruk, selain mereka juga merokok dan peminum berat.13 Kesehatan individu dari ekonomi rendah ternyata lebih buruk daripada individu dari ekonomi tinggi.  Secara umum, kelompok penduduk yang status kesehatan mulut buruk juga termasuk tingkat kemiskinan tertinggi dan berpendidikan terendah. Pendapatan yang lebih tinggi memungkinkan orang untuk membeli rumah yang lebih baik dan memungkinkan mencari akses ke perawatan medis.11

Malnutrisi, secara epidemiologis, kurang mengkonsumsi vitamin A dapat berhubungan dengan terjadinya kanker rongga mulut, tetapi kekurangan β – kerotene masih belum terbukti keterkaitannya dengan resiko terjadinya kanker rongga mulut. Kurang mengkonsumsi buah – buahan dan sayur – sayuran, dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker di rongga mulut.22

Status ekonomi, baik dinilai dengan pendapatan, pendidikan dan pekerjaan sangat berkaitaan dengan berbagai masalah kesehatan. Dinyatakan bahwa status ekonomi rendah secara signifikan berhubungan dengan peningkatan risiko kanker mulut.23

2.3.4 Gambaran Klinis

Lesi awal biasanya tidak bergejala dan memiliki penampilan berbeda. Penampilan yang umum biasanya berupa leukoplakia (bercak putih), pertumbuhan eksofitik kecil yang pada tahap awal mungkin tidak menunjukan ulserasi atau eritema, lembam ulkus kecil atau daerah eritroplakia (bercak merah).16


(48)

Seringkali awal dari keganasan ditandai oleh adanya ulkus. Apabila terdapat ulkus yang tidak sembuh-sembuh dalam waktu 2 minggu, diameter kurang dari 2 cm, maka keadaan ini sudah dapat dicurigai sebagai awal proses keganasan.25 Umumnya kanker rongga mulut tahap dini tidak menimbulkan gejala, kebanyakan berwarna merah dengan atau tanpa disertai komponen putih, licin, halus dan memperlihatkan elevasi yang minimal.25 

Tanda-tanda dan gejala kanker mulut lain yang mungkin terjadi meliputi: benjolan atau penebalan pada jaringan lunak rongga mulut, nyeri atau perasaan bahwa ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokan, kesulitan mengunyah atau menelan, sakit telinga, kesulitan menggerakkan rahang atau lidah, suara serak, mati rasa pada lidah atau daerah lain dari mulut, atau pembengkakan rahang.24

Pertumbuhan karsinoma bentuk ulkus tersebut disebut sebagai pertumbuhan endofitik. Selain itu karsinoma mulut dapat juga terlihat sebagai pertumbuhan yang eksofitik (lesi superfisial) yang dapat berbentuk bunga kol atau papiler, mudah berdarah. Lesi eksofitik ini lebih mudah dikenali keberadaannya dan memiliki prognosa lebih baik.25


(49)

Gambar 2: Eritroplakia27

Gambar 3: Kanker Mulut28 2.3.5 Patogenesis

Semua kanker bermula dari unit dasar kehidupan tubuh, yaitu sel. Untuk memahami kanker, sangat membantu untuk mengetahui apa yang terjadi ketika sel normal menjadi sel kanker. Tubuh terdiri dari banyak jenis sel. Sel-sel tumbuh dan membelah dengan cara yang terkontrol untuk menghasilkan lebih banyak sel karena diperlukan untuk menjaga tubuh sehat. Ketika sel-sel menjadi tua atau rusak, akan mati dan diganti dengan sel-sel baru.29 Namun, terkadang proses yang teratur ini berjalan salah. Bahan genetik (DNA) sel dapat rusak atau berubah, menghasilkan mutasi yang mempengaruhi pertumbuhan sel normal dan pembelahan. Ketika ini terjadi, sel-sel yang seharusnya mati tidak mati dan sel-sel baru terbentuk ketika tubuh tidak membutuhkannya. Sel-sel ini, dapat membentuk suatu massa dari jaringan yang disebut tumor.29


(50)

Tidak semua tumor adalah kanker, tumor bisa jinak atau ganas.  Tumor jinak tidak bersifat kanker, dapat dihilangkan dan dalam banyak kasus, tumor jinak ini tidak datang kembali. Sel tumor jinak tidak menyebar ke bagian lain dari tubuh.  Tumor-tumor ganas adalah kanker, sel tumor ini dapat menyerang jaringan terdekat dan menyebar ke bagian lain dari tubuh. Penyebaran kanker dari satu bagian tubuh ke bagian lain disebut metastasis.29

2.3.6 Pengelolaan Kanker Rongga Mulut

Metode perawatan kanker terdiri dari empat tipe dasar: operasi, terapi radioterapi, kemoterapi dan terapi kombinasi. Tahap awal penyakit sering dapat diobati secara berhasil dengan hanya menggunakan satu terapi. Pemberantasan lengkap penyakit yang lebih serius seringkali tergantung pada kombinasi operasi dan radioterapi.30

Pengelolaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan kanker rongga mulut adalah :

1. Pembedahan

Pembedahan merupakan bentuk tertua dari pengobatan untuk kanker mulut.30,31 Sejauh mana operasi yang dilakukan tergantung pada luasnya penyakit yang dihadapi. Pembedahan preventif (atau profilaksis) dilakukan untuk mengangkat jaringan tubuh yang tidak maligna tetapi ada kemungkinan untuk menjadi maligna.31 Operasi kuratif adalah pembuangan tumor ketika diketahui bahwa tumor terbatas pada satu lokasi di mulut. Hal ini dapat dilakukan bila ada harapan membuang semua jaringan kanker. Operasi kuratif dianggap sebagai pengobatan utama kanker. Operasi ini dapat digunakan bersama dengan kemoterapi atau terapi radiasi, yang dapat diberikan sebelum atau setelah operasi. Dalam beberapa kasus, digunakan juga bersama dengan operasi (terapi radiasi intraoperatif).30, 31

2. Radioterapi

Radioterapi, juga disebut terapi radiasi, adalah pengobatan kanker dan penyakit lain dengan radiasi ionisasi. Radiasi ionisasi deposit energi yang melukai


(51)

merusak materi genetik (DNA) dalam sel-sel individual, sehingga mustahil untuk mereka terus tumbuh.32 Sebelum memulai pengobatan radioterapi sesi perencanaan dilakukan. Ini melibatkan sinar-x khusus atau gambar CT scan dan pengukuran daerah yang akan dirawat, serta penandaan (tahan lama, tetapi tidak tato permanen) yang ditempatkan pada kulit pasien untuk membantu dengan penentuan posisi selama perawatan yang sebenarnya.30, 32

Radioterapi diberikan dalam jumlah kecil setiap hari, biasanya lima hari berturut-turut dengan dua hari istirahat setiap minggu. Biasanya, pengobatan berlangsung sekitar 10 - 15 menit. Dosis harian harus cukup besar untuk menghancurkan sel-sel kanker. Terapi ini dilakukan antara 2 – 8 minggu, agar sel yang baru dapat tumbuh dan meminimalkan efek yang timbul akibat radiasi.30, 32

3. Kemoterapi

Kemoterapi adalah penggunaan bahan kimia untuk menghancurkan sel-sel kanker. Kemoterapi bekerja dengan mengganggu kemampuan sel kanker untuk tumbuh. Ini adalah salah satu dari tiga metode utama yang digunakan untuk mengobati kanker.33 Ia memiliki kemampuan untuk mengobati kanker yang tersebar luas (metastasis), yang ada di lebih dari satu lokasi. Terdapat tujuh jenis bahan yang digunakan untuk kemoterapi, di antaranya alkylating agent, nitrosaureous, anti – metabolites, antitumour antibiotics, plant alkaloids, DNA – repair enzyme inhibitors, dan hormon steroid.30, 33

Bahan alkylating agent bekerja dengan langsung menyerang sel DNA, sehingga sel – sel tersebut tidak dapat melakukan replikasi. Contoh bahan ini adalah Clycophosphomide dan Mechlorethamine dan ia diberikan secara oral atau intravena. Bahan nitrosoureas mirip dengan alkylating agent, dan bekerja dengan menghambat perubahan yang diperlukan untuk perbaikan DNA. Nitrosoureas juga diberikan secara oral atau intravena. Contoh obat dalam kategori ini adalah Carmustine dan Lomustin.30, 33 Bahan anti – metabolite pula menghambat pertumbuhan sel dengan mengganggu sintesis DNA. Obat ini diberikan baik secara oral atau intravena. Contoh dari bahan ini adalah 6-mercaptopurine dan 5-fluorouracil.30, 33


(52)

Antitumour antibiotics bekerja dengan mengikat dengan DNA untuk mencegah sintesis RNA. Ini juga mencegah pertumbuhan sel dengan mencegah replikasi DNA. Contoh kategori ini adalah Doksorubisin dan Mitomycin-C dan obat diberikan secara intravena.30, 33 Bahan plant alkaloids pula menghalangi pembelahan sel, antaranya, Vincristine dan Vinblastine. Sementara bahan DNA – repair enzyme inhibitor menyerang mekanisme perbaikan DNA misalnya, Etoposide atau Tapotecan.30 Hormon steroid bekerja dengan memodifikasi pertumbuhan hormon yang menyebabkan terjadinya kanker. Hormon ini diberikan secara oral. Beberapa contoh kategori ini adalah Tamoxifen dan Flutamide.30, 33

4. Terapi kombinasi

Bagi pasien dengan pertumbuhan sel kanker yang telah menyebar luas dapat dilakukan terapi kombinasi yang terdiri dari pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.22

2.3.7 Prognosa

Tingkat kelangsungan hidup karsinoma mulut tergantung pada sejumlah faktor, tetapi diagnosis dini adalah yang paling penting. Lokasi tumor juga merupakan faktor dan umumnya tumor yang jauh lebih di dalam mulut , mempunyai prognosis yang lebih buruk . Ini mungkin karena tumor di bagian belakang mulut cenderung tidak dapat didiagnosis pada tahap awal.16 Prognosis karsinoma sel skuamosa adalah berkaitan dengan ukuran dan lokasi tumor dan ada atau tidak adanya metastasis. Usia pasien dan kondisi kesehatan secara umum pada awal terapi biasanya menentukan prognosis sampai batas tertentu. Bayi yang baru lahir dan individu tua yang lemah biasanya memiliki kesempatan yang lebih rendah untuk bertahan untuk jangka masa yang panjang dan memiliki prognosis buruk. Tanggapan terhadap pengobatan, beberapa kanker secara genetik gagal untuk merespon terhadap terapi. Ini membawa prognosis yang buruk.  Semakin kecil tumor pada saat pengobatan, semakin baik prognosisnya.26


(53)

2.4 KERANGKA TEORI

Status Ekonomi  

Golongan tinggi   Golongan 

menengah   Golongan rendah 

Pendapatan 

Kanker Mulut  

Tinggi Rendah

Pengetahuan 


(54)

2.5 KERANGKA KONSEP

                           

Status Ekonomi ‐ Tinggi ‐ Menengah ‐ Rendah

Pengetahuan Kanker Mulut Pendapatan

‐ Tinggi ‐ Menengah ‐ Rendah


(55)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker mulut, istilah untuk tumor ganas yang terjadi dalam rongga mulut, termasuk kanker bibir, gingiva, lidah, langit – langit rongga mulut, rahang, dasar mulut, orofaringeal, kelenjar ludah, sinus maksilaris dan kanker yang terjadi di anterior selaput lendir kulit.1 Prevalensi kanker mulut sangat tinggi di kalangan pria, dan kanker mulut merupakan kanker ke delapan yang paling sering terjadi di seluruh dunia.2 Di Asia tenggara, kanker mulut menempati urutan ketiga. Peningkatan insiden kanker mulut/faring telah dilaporkan pada beberapa negara seperti Denmark, Perancis, Jerman, Skotlandia, Eropa Tengah dan Timur dan tingkat lebih rendah yaitu Australia, Jepang, New Zealand dan Amerika Serikat. Di India, kejadian usia-standar kanker mulut adalah 12,6 per 100 000 penduduk.2

Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat merupakan faktor yang paling signifikan dalam tertundanya diagnosis dan pengobatan kanker mulut. Beberapa kanker mulut mungkin asimtomatik atau mungkin mengalami gejala yang berbeda, sehingga ketidaktahuan tanda-tanda awal kanker mulut dapat menyebabkan kanker mulut diabaikan. Kurangnya kesadaran di kalangan tenaga kesehatan juga telah terbukti memberikan kontribusi keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan kanker mulut.3

Kanker merupakan salah satu ancaman besar bagi kesehatan masyarakat di negara maju maupun negara yang sedang berkembang dan pada negara maju kanker merupakan penyebab kedua yang mengakibatkan kematian. Menurut World Health

Report (WHO) 2004 diperkirakan 7,1 juta kematian pada tahun 2003 akibat kanker

dan jumlah keseluruhan kasus baru akan meningkat sebesar 50% dalam masa mendatang.2

Faktor predisposisi untuk kanker mulut adalah alkoholisme, penggunaan berat tembakau, paan/mengunyah sirih, ultra violet kebersihan mulut yang buruk dan status


(56)

ekonomi. Diet kekurangan buah dan sayuran juga merupakan faktor predisposisi terhadap perkembangan kanker mulut. Peningkatan risiko kanker mulut juga telah dilihat pada orang dengan HIV/AIDS.4 Faktor – faktor lain yang dapat terlibat dalam menyebabkan kanker adalah candida, kekurangan zat besi, radiasi, imunosupresi, dan karsinogen.4 Setiap individu mungkin mengalami gejala yang berbeda dan mengenali tanda dan gejala sangat penting karena diagnosis dini akan memberikan hasil perawatan yang lebih baik.4 Lesi prakanker leukoplakia, eritroplakia atau ulkus yang tidak sakit dan tidak sembuh mungkin merupakan tanda pertama dari kanker mulut, rasa nyeri terlokalisir biasanya terjadi kemudian.4

Sebagai langkah pertama, dalam peran pencegahan hal yang terpenting adalah untuk mendapatkan data dasar tentang pengetahuan masyarakat mengenai kanker mulut.5 Hasil dari dua studi tahun 1990 dan 1992 National Health Interview Surveys

(NHIS) diperoleh bahwa orang dewasa di Amerika Serikat kurang mempunyai informasi tentang tanda dan faktor risiko kanker mulut. Hanya 25% dari responden dengan benar mengidentifikasi tanda awal kanker mulut dan 44% menjawab bahwa mereka tidak tahu salah satu tanda kanker mulut.6 Penelitian di Iran yang melibatkan 320 orang menemukan bahwa kesadaran masyarakat dan pengetahuan tentang kanker mulut lebih rendah dibandingkan dengan kanker lainnya. Penelitian lain yang melibatkan 255 mahasiswa sarjana kedokteran di United Kingdom menemukan bahwa mahasiswa kedokteran memiliki pengetahuan yang memadai tentang faktor risiko dan tanda-tanda klinis dan gejala kanker mulut.3

Insiden kanker mulut di India terus meningkat karena meningkatnya konsumsi alkohol dan produk tembakau. Sebanyak 69,8% dan 37,8% masing-masing mampu mengidentifikasi tembakau dan alkohol sebagai faktor risiko untuk kanker mulut. Hanya 20,2% dan 18,1% masing-masing mampu mengidentifikasi lesi putih dan lesi merah sebagai tanda-tanda awal kanker mulut. Responden yang lebih muda, usia 12 tahun yang bersekolah mempunyai lebih banyak pengetahuan terhadap faktor risiko kanker mulut.7


(57)

terbalik dengan meningkatnya kasus – kasus kanker mulut di dunia. Berdasarkan hal di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengetahuan masyarakat tentang kanker mulut di Kota Medan untuk melihat sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang kanker mulut. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan pengetahuan tentang kanker mulut pada masyarakat status ekonomi tinggi dan rendah. Kecamatan Medan Polonia dipilih karena masyarakat dari kecamatan ini kebanyakkan berstatus ekonomi tinggi manakala, Kecamatan Medan Selayang dipilih karena kebanyakkan masyarakat berstatus ekonomi rendah. Tempat penelitian adalah di Rumah Sakit Columbia Asia dan Puskesmas PB Selayang II.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah apakah masyarakat di Kota Medan mempunyai pengetahuan yang baik tentang kanker mulut.

1.2.1 Masalah Umum

1. Apakah ada hubungan antara tingkat status ekonomi dan pengetahuan masyarakat tentang kanker mulut?

1.2.2 Masalah Khusus

1. Apakah ada hubungan antara pendapatan dan pengetahuan tentang kanker mulut?

2. Apakah ada hubungan antara pendapatan dan pengetahuan tentang kanker mulut?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara status ekonomi masyarakat Kota Medan dan tahap pengetahuan tentang kanker mulut.


(58)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pendapatan masyarakat dan pengetahuan mereka tentang kanker mulut.

2. Untuk mengetahui hubungan antara pendapatan dan pengetahuan tentang kanker mulut.

1.4Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara status ekonomi dan pengetahuan tentang kanker mulut.

2. Ada hubungan antara pendapatan dan pengetahuan tentang kanker mulut.

1.5Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi dinas kesehatan informasi ini digunakan untuk membuat program penyuluhan pencegahan terjadinya kanker mulut pada masyarakat sesuai dengan tingkat pengetahuan masyarakat.

2. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai faktor resiko, gejala dan pencegahan kanker mulut.

3. Bagi Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU, untuk dijadikan sebagai tambahan pengetahuan bahwa status sosial ekonomi mempengaruhi pengetahuan masyarakat terhadap kanker mulut.

4. Sebagai data dasar bagi penelitian lanjutan mengenai hubungan status sosial ekonomi terhadap pengetahuan masyarakat tentang kanker mulut.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Memberikan informasi bagi dokter gigi dan tenaga medis lain tentang perlunya edukasi tentang faktor resiko, tanda – tanda serta pencegahan pada


(59)

2. Informasi ini digunakan masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan dengan menjaga kebersihan rongga mulut, mengurangi kebiasaan merokok, meminum alkohol serta mengunyah tembakau.

                                           


(60)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut Tahun 2014

Sanjarna A/P R Suppaya

Hubungan Status Ekonomi dan Pengetahuan Masyarakat terhadap Kanker Rongga Mulut di Kotamadya Medan 2014.

x + 47 halaman

Kanker mulut, istilah untuk tumor ganas yang terjadi dalam rongga mulut. Prevalensi kanker mulut sangat tinggi di kalangan pria, dan kanker mulut merupakan kanker ke delapan yang paling sering terjadi di seluruh dunia. Kurangnya pengetahuan masyarakat merupakan faktor signifikan tertundanya diagnosis dan pengobatan kanker mulut. Status ekonomi merupakan salah satu faktor resiko kanker mulut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status ekonomi seperti pendidikan dan pendapatan dengan pengetahuan masyarakat terhadap kanker mulut. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Columbia Asia, Kecamatan Medan Polonia dan Puskesmas PB Selayang II, Kecamatan Medan Selayang selama bulan Januari dan Febuari 2014. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 80 orang. Pemilihan responden menggunakan teknik pemilihan sampel secara accidental sampling. Pengumpulan data diperoleh dengan memberikan kuesioner kepada responden yang memenuhi kriteria inklusi. Analisa data dilakukan dengan menguji hipotesa yang dilakukan dengan mengumpulkan data univariat dan data bivariat. Data yang terkumpul dianalisa dengan uji statistik Chi-Square. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara status ekonomi dengan pengetahuan terhadap penyebab, tanda – tanda dan pengelolaan kanker mulut (p=0,000). Kesimpulannya, penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara status ekonomi dan pengetahuan terhadap kanker mulut.


(61)

HUBUNGAN STATUS EKONOMI DAN

PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP

KANKER RONGGA MULUT DI KOTAMADYA

MEDAN 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

SANJARNA A/P R. SUPPAYA NIM: 090600168

PEMBIMBING:

Dr. Wilda Hafny Lubis, drg., M.Si

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(1)

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini dan memohon maaf bila terdapat kesalahan selama melakukan penelitian ini. Semua saran akan menjadi masukan yang sangat berharga bagi kualitas skripsi ini. Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kedokteran gigi.

Medan, Juni 2014

Penulis,

... (Sanjarna R Suppaya)

NIM.: 090600168  

                       


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesis Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 4

1.5.2 Manfaat Praktis ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Pengetahuan ... 6

2.2 Status Ekonomi ... 7

2.3 Kanker Mulut ... 10

2.3.1 Definisi ... 10

2.3.2 Epidemiologi... 10

2.3.3 Etologi ... 11

2.3.4 Gambaran Klinis ... 13

2.3.5 Patogenesis ... 15

2.3.6 Pengelolahan Kanker Rongga Mulut ... 16

2.3.7 Prognosa ... 18

2.4 Kerangka Teori ... 19

2.5 Kerangka Konsep ... 20

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN... 21


(3)

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

3.2.1 Tempat Penelitian ... 21

3.2.2 Waktu Penelitian ... 21

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

3.3.1 Populasi ... 21

3.3.2 Sampel ... 22

3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 23

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 23

3.4.1 Variabel Penelitian ... 23

3.4.2 Definisi Operasional ... 24

3.5 Sarana Penelitian ... 25

3.5.1 Alat dan Bahan ... 25

3.5.2 Formulir Pencatatan ... 25

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 25

3.6.1 Prosedur Penelitian ... 26

3.7 Pengolahan Data ... 26

3.8 Analisa Data ... 26

3.8.1 Data Univariat ... 26

3.8.2 Data Bivariat ... 27

3.9 Etika Penelitian ... 27

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 28

4.1 Hasil Analisis Univariat ... 28

4.1.1 Karakteristik Responden ... 28

4.1.2 Pengetahuan Responden terhadap Etiologi Kanker Rongga Mulut 30 4.2 Hasil Analisis Bivariat ... 33

4.2.1 Hasil Uji Statistik Hubungan Status Ekonomi dengan Pengetahuan Masyarakat terhadap Kanker Rongga Mulut ... 33

BAB 5 PEMBAHASAN ... 36

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

6.1 Kesimpulan ... 41

6.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 43

LAMPIRAN

   


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Distribusi Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Responden ... 28 2. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden... 29 3. Distribusi Pendapatan Responden ... 30 4. Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Kanker Mulut Menurut Kelompok Usia... 30 5. Distribusi Pengetahuan Responden terhadap Penyebab Kanker Mulut. 31 6. Distribusi Pengetahuan Responden terhadap Manifestasi Kanker Di

Rongga Mulut... 32 7. Distribusi Pengetahuan Responden terhadap Pengelolaan Kanker

Mulut……… 33 8. Hasil Uji Statistik Hubungan antara Pendapatan dan Pengetahuan

terhadap Penyebab Kanker Mulut ... 34 9. Hasil Uji Statistik Hubungan antara Pendapatan dan Pengetahuan

terhadap Tanda – Tanda Kanker Mulut ... 35 10. Hasil Uji Statistik Hubungan antara Pendapatan dan Pengetahuan

terhadap Perawatan Kanker Mulut ... 35

                   


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.Leukoplakia ... 14 2.Eritroplakia ... 15 3. Kanker mulut ... 15  

                                             


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1.Lembar Kuesioner Penelitian ... 48

2.Lembar Penjelasan kepada Subjek Penelitian ... 51

3.Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan ... 53

4.Lembar Persetujuan Etik Penelitian ... 54

5.Lembar Hasil Uji Statistik ... 55